PROPOSAL SKRIPSI STUDI KOMPARATIF MODEL

PROPOSAL SKRIPSI STUDI KOMPARATIF MODEL PEMBELAJARAN TPS DAN
TTW TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA
KELAS VII

Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh
Novi Citra Wulandari
4101411034

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PROPOSAL SKRIPSI
Nama

: Novi Citra Wulandari

NIM

: 4101411034

Jurusan

: Matematika

Program Studi : Pendidikan Matematika
I. JUDUL
Studi Komparatif Model Pembelajaran TPS Dan TTW Terhadap Kemampuan
Berfikir Kritis Matematika Siswa Kelas VIII
II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,
diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.
Pendidikan senantiasa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan
yang terjadi diantaranya perubahan metode mengajar, kurikulum, buku-buku pelajaran,
materi pelajaran, media pembelajaran dan model pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan suatu proses yang rumit karena peserta didik dituntut tidak hanya sekedar
menyerap informasi

dari

guru, tetapi peserta didik dituntut harus terlibat dalam

serangkaian kegiatan dan tindakan dalam pembelajaran, mengembangkan keterampilan
kemampuan berfikir siswa masing-masing . Dan guru tidak hanya berperan sebagai
pengajar tetapi sekaligus sebagai motivator dan fasilitator dalam belajar.


Belajar matematika merupakan suatu syarat kecakapan untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, karena dengan belajar matematika tidak hanya belajar tentang
pengetahuan, konsep, dan prinsip matematika siswa, tetapi juga belajar bernalar secara
kritis, kreatif dan aktif. Belajar matematika juga sebagai wadah yang memfasilitasi
kemampuan bernalar, bekomunikasi, dan peningkatan kepercayaan diri dalam
bermatematika. Dalam proses pembelajaran, nampaknya belum banyak guru yang
menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan proses
berpikir kritis. Hal ini terlihat dari kegiatan guru dan siswa pada saat kegiatan belajarmengajar. Guru menjelaskan apa-apa yang telah disiapkan dan memberikan soal latihan
yang bersifat rutin dan prosedural. Siswa hanya mencatat atau menyalin dan cenderung
menghafal rumus-rumus atau aturan-aturan matematika dengan tanpa makna dan
pengertian.
Strategi yang paling sering dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa adalah
melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh kelas, yaitu dari guru ke siswa dan dari
siswa ke guru. Berdasarkan kondisi kegiatan pembelajaran tersebut, siswa tidak terlatih
berpikir kritis. Padahal salah satu tujuan jangka panjang pembelajaran matematika adalah
mengembangkan pemikiran yang kritis (Susanto, 2013). Supaya siswa dapat
mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika, guru
harus memperhatikan pemilihan model pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung


pembelajaran

kontekstual.

Sistem pembelajaran

kooperatif

dapat

didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang
termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993),
yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,
keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Dari sekian banyak tipe model pembelajaran kooperatif, model TPS (Think Pair
Share) merupakan salah satu tipe yang dipandang mampu meningkatkan kemampuan
berfikir kritis siswa. Dalam model ini siswa dituntut dapat mengkomunikasikan di depan
kelas dan menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya. Dengan tahapan guru
menjelaskan materi di kelas, siswa membentuk tim dengan berpasangan. Guru

memberikan pertanyaan kemudian siswa diminta berfikir Think (berfikir), kemudian
Pair ( berpasangan) untuk diskusi dan yang terakhir guru meminta siswa yang berpasang

pasangan Share (berbagi) jawaban di depan kelas. Hal ini efektif untuk berkeliling
ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan
mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).
Selain model TPS, terdapat model lain yang mendukung untuk meningkatkan
kemampuan berfikir kritis siswa adalah model pembelajaran TTW (Think Talk Write).
Startegi think talk write adalah sebuah pembelajaran yang di mulai dengan berpikir
(Think) melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil
bacaannya di komunikasikan dengan presentasi, diskusi (Talk) dan kemudian membuat
laporan hasil presentasi dengan menulis hasil diskusi (Write). Sintaknya adalah
informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin (dalam Ansari, 2003:36).
Dalam proses pembelajaran bahwa untuk meningkatkan keefektifan pembalejaran
dibutuhkan bantuan yaitu bisa dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi,
alat peraga, atau media yang lainnya. Salah satu media yang bisa dilakukan dengan
menggunakan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik). Dimana LKPD tersebut berisi
serangkaian tugas yang harus diisi oleh siswa.
Dari latar belakang, penulis tertarik untuk mengambil judul “Studi Komparatif

Model Pembelajaran TPS Dan Model TTW Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa
Kelas VIII”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan yakni sebagai berikut.
1. Apakah tingkat kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII dengan menggunakan
model pembelajaran TPS berbantuan LKPD dapat mencapai ketuntasan?
2. Apakah tingkat kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII dengan menggunakan
model pembelajaran TTW berbantuan LKPD dapat mencapai ketuntasan?
3. Manakah yang lebih efektif antara pembelajaran dengan model pembelajaran TPS
berbantuan LKPD dan pembelajaran TTW berbantuan LKPD terhadap tingkat
berfikir kritis siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.

1.

Untuk mengetahui apakah tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dengan
menggunakan model pembelajaran TPS berbantuan LKPD dapat mencapai
ketuntasan.


2.

Untuk mengetahui apakah tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dengan
menggunakan model pembelajaran TTW berbantuan LKPD dapat mencapai
ketuntasan.

3.

Untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara pembelajaran dengan model
pembelajaran TPS berbantuan LKPD dan pembelajaran TTW berbantuan LKPD
terhadap tingkat berfikir kritis siswa.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.

Bagi siswa, diharapkan dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, bekerjama dan
mengembangkan ketrampilan berfikir siswa.


2.

Bagi guru, sebagai informasi baru tentang model pembelajaran yang dapat
dijadikan alternatif dalam melakukan pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan berfikir kritis siswa. Selain itu agar lebih kreatif dan inovatif dalam
melakukan pembelajaran.

3.

Bagi peneliti, sebagai pengetahuan baru tentang penggunaan model pembelajaran
yang lebih efektif dan inovatif. Serta dapat menerapkannya dalam melakukan
pembelajaran matematika.

E. Pembatasan Istilah
Pembatasan istilah diperlukan untuk memberikan pengertian dari variabel-variabel
yang diteliti dan berhubungan dari penelitian ini. Selain itu, untuk memberikan
pengertian yang sama sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda pada
pembaca. Adapun pembatasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.


Studi Komparatif
Studi artinya penelitian, sedangkan komparatif adalah perbandingan. Makna dari

kata tersebut dalam suatu penelitian adalah adalah penelitian ilmiah untuk mengetahui
tentang perbandingan model pembelajaran manakah yang lebih baik antara model
pembelajaran TPS ataukah model pembelajaran TTW.

2.

Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share)
Model TPS (Think Pair Share) merupakan salah satu dari sekian banyak model

pembelajaran. Dalam model ini siswa dituntut dapat mengkomunikasikan di depan
kelas dan menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya. Dengan tahapan guru
menjelaskan materi di kelas, siswa membentuk tim dengan berpasangan. Guru
memberikan pertanyaan kemudian siswa diminta berfikir Think (berfikir), kemudian
Pair ( berpasangan) untuk diskusi dan yang terakhir guru meminta siswa yang
berpasang pasangan Share (berbagi) jawaban di depan kelas. Hal ini efektif untuk
berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar
sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur

Tjokrodihardjo, (2003).
3.

Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write)
Model pembelajaran TTW (Think Talk Write) pada dasarnya dibangun melalui

berfikir, berbicara dan menulis. Startegi think talk write adalah sebuah pembelajaran
yang di mulai dengan berpikir

(Think) melalui bahan bacaan (menyimak,

mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya di komunikasikan dengan
presentasi, diskusi (Talk) dan kemudian membuat laporan hasil presentasi dengan
menulis hasil diskusi (Write). Sintaknya adalah informasi, kelompok (membacamencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan. Teknik TTW diperkenalkan
oleh Huinker dan Laughin (dalam Ansari, 2003:36).
4.

LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
LKPD adalah suatu media pembelajaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh


siswa. LKPD akan memuat judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian,
peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat,

langkah kerja, tugas yang harus dikerjakan, dan laporan yang harus dikerjakan.
(Sugiarto, 2010: 17).
III.