BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Make A Match Berbantuan Media Video dan Gambar pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri Cukil 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Cukil 01 Kecamatan Tengaran,

Kabupaten Semarang dimana diantara kelas 1 sampai 6 terdapat kelas paralel di
kelas 1, 5 dan 6. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas 5 SD Negeri Cukil
01 Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Sampel yang diambil sebanyak
40 peserta didik. Pada kelas 5A terdapat 18 peserta didik terdiri dari 11 peserta
didik perempuan dan 7 peserta didik laki-laki dan 22 peserta didik terdiri dari 13
peserta didik perempuan dan 9 peserta didik laki-laki pada kelas 5B. Kelas
eksperimen dilaksanakan di kelas 5A dan kelas kontrol dilaksanakan di kelas 5B.
Pelaksanaan ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015.
Kelas kontrol dan kelas eksperimen sudah diuji kesamaan variannya yang
menunjukkan bahwa keadaan kedua kelas sudah homogen. Artinya memiliki
varians yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
sebelum diberi perlakuan kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama
sehingga kelas eksperimen dapat diberi perlakuan model pembelajaran Make A
Match sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah.

Uji Kesetaran dilakukan pada peserta didik kelas 5A dan kelas 5B SD
Negeri Cukil 01. Pada tanggal 20 Maret 2015 dilaksanakan pretest di kelas 5A
dan kelas 5B. Hasil data yang diperoleh dari kedua kelas selanjutnya dilakukan
analisis data untuk menguji kesetaraan dari kedua kelas. Analisis data yang
dilakukan adalah dengan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai pretest
sebelum dilakukan uji beda (t).
Persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran pada kedua kelas
tersebut. Pertama, disusun terlebih dahulu RPP sesuai sintak pembelajaran yang
akan dipraktikkan saat kegiatan pembelajaran pada masing-masing subjek
penelitian. Kedua, penjelasan RPP oleh peneliti kepada guru yang akan digunakan
dalam mengajar untuk mengetahui gambaran pelaksanaan perlakuan. Tahap ini
dilakukan penjelasan sintak pembelajaran dan materi yang akan diajarakan kepada
peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

47

Kedua kelas diberi alokasi waktu yang sama dalam pembelajaran yaitu 1 x
pertemuan (2 x 35 menit). Sebelum diberi treatment kedua kelas diberi tes
(pretest) untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum diberi
treatment. Setelah akhir penyampaian semua meteri kedua kelas diberi tes dengan

soal yang sama (posttest) tujuannya untuk mengetahui apakah treatment yang
digunakan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.
Berikut merupakam jadwal penelitian dan tes yang dilaksanakan di kelas 5
SD Negeri Cukil 01 Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian di SD Negeri Cukil 01
Tahun Ajaran 2014/2015
No

Hari/Tanggal

Uraian Kegiatan

1.

16 Maret 2015

Ijin penelitian (pada pertemuan ini,
meminta ijin kepada pihak kepala
sekolah untuk melakukan penelitian di

sekolah tersebut).

2.

18 Maret 2015

Melakukan observasi kepada guru kelas
5A dan kelas 5B untuk meminta materi
yang akan diajarkan dan meminta daftar
peserta didik.

3.

20 Maret 2015

Peneliti melakukan uji pretest kelas 5A
dan kelas 5B.

02 April 2015


Persiapan penelitian meliputi:
1. Pengkoreksian RPP kepada guru
kelas 5A dan kelas B.
2. Meunjukkan alat peraga (gambar)
yang akan digunakan.

5.

06 April 2015

Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas
eksperimen yaitu kelas 5A.

6.

07 April 2015

Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas
kontrol yaitu kelas 5B.


48

4.2

Hasil Penilitian
Hasil penelitian ini terdiri dari deskripsi data dan analisis data. Deskripsi

data meliputi data posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan
analisis data meliputi uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas,
selanjutnya uji t.
4.2.1 Deskripsi Data
Nilai posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
masih berupa data mentah. Apabila diperhatikan dari data mentah tersebut masih
sulit untuk menarik kesimpulan yang berarti. Untuk itu perlu diolah terlebih
dahulu agar dapat memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut.
Data nilai hasil belajar IPA yang diperoleh dari kelas eksperimen yaitu
peserta didik kelas 5A dan kelas kontrol yaitu peserta didik kelas 5B SD Negeri
Cukil 01 disajikan dan dianalisis secara deskritif. Tujuannya agar data tersebut
dapat dipaparkan secara baik dan disimpulkan secara mudah. Deskripsi data
meliputi penyusunan data dalam bentuk tampilan yang sudah terbaca secara

lengkap. Tabel distribusi frekuensi merupakan cara penyajian paling umum untuk
diskripsi data yang secara visual dalam bentuk diagram batang atau histogram.
Untuk itu sebelum dilakukan analisis deskriptif, terlebih dahulu dibuat tabel
distribusi frekuensi nilai posttes dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4.2.1.1 Data Posttes
Data posttest diperoleh dari kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen yaitu peserta didik kelas 5A telah diterapkan pembelajaran melalui
model Make A Match berbantuan media video dan gambar, sedangkan pada kelas
kontrol yaitu peserta didik kelas 5B yang menerapkan metode ceramah.
Nilai hasil belajar dari hasil posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol masih berupa data mentah. Untuk itu perlu diolah terlebih
dahulu untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut. Berikut
ini akan disajikan tabel distribusi frekuensi nilai hasil belajar dari hasil posttest
pada kelas eksperimen. Untuk mempermudah membuat tabel distribusi frekuensi
nilai hasil IPA, menurut Sugiyono (2010:36) pertama menentukan banyaknya

49

kelas (K), setelah itu menghitung jangkauannya (R), dan panjang Interval
Kelasnya (I) dengan rumus seperti di bawah ini:

Banyaknya kelas (K)

Range (R)

Interval (I)

=

1 + 3,3 log n

=

1 + 3,3 log 18

=

1 + 3,3 . 1,26

=


1 + 4,158

=

5,158 (dibulatkan menjadi 5 kelas)

=

(nilai maksimal – nilai minimal)

=

(100 – 75)

=

25

=


=
=

Range
Banyaknya kelas

25
5

5

Setelah diketahui banyaknya kelas (K), setelah itu menentukan beberapa
jangkauannya (R), dan panjang interval kelasnya (I), kemudian disusun tabel
distribusi frekuensinya seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Nilai posttest kelas 5A (Eksperimen) SD Negeri Cukil 01
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 1014/2015
No

Interval


Frekuensi

Persentase (%)

1

75 – 79

2

11,11%

2

80 – 84

7

38,89%


3

85 – 89

4

22,22%

4

90 – 94

3

16,67%

5

95 – 100

2

11,11%

18

100%

Jumlah

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui nilai posttest kelas eksperimen, dari
seluruh peserta didik kelas 5A SD Negeri Cukil 01, peserta didik yang mendapat
nilai 75 sampai dengan 79 terdiri dari 2 peserta didik dengan persentase 11,11%.
Peserta didik yang mendapat nilai dari 80 sampai dengan 84 terdiri dari 7 peserta

50

didik dengan persentase 38,89%. Peserta didik yang mendapat nilai 85 sampai
dengan 89 terdiri dari 4 peserta didik dengan persentase 22,22%. Peserta didik
yang mendapat nilai 90 sampai dengan 94 terdiri dari 3 peserta didik dengan
persentase 16,67%. Peserta didik dengan nilai 95 sampai dengan 100 terdiri dari 2
peserta didik dengan persentase 11,11%.
Untuk memperjelas gambaran data hasil belajar IPA kelas eksperimen,
berikut ini disajikan Gambar 4.1 diagram distribusi frekuensi nilai hasil belajar
IPA dari hasil posttest kelas eksperimen.
7
6
5
4
Series1

3
2
1
0
75-79

80-84

85-89

90-94

95-100

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Ekperimen Tahun
Ajaran 2014-2015

Untuk selanjutnya akan disajikan tabel distribusi frekuensi nilai posttest
hasil belajar IPA kelas kontrol. Pertama menghitung banyaknya kelas (K), setelah
itu menentukan beberapa jangkauannya (Range), dan panjang intervas kelasnya
(I) dengan rumus seperti berikut ini:
Banyaknya kelas (K)

Range (R)

=

1 + 3,3 log n

=

1 + 3,3 log 22

=

1 + 3,3 . 1,34

=

1 + 4,422

=

5,422 (dibulatkan menjadi 5 kelas)

=

(nilai maksimal – nilai minimun)

=

(90 – 65)

=

25

51

Interval (I)

=
=
=

Range
Banyaknya kelas

25
5
5

Dari rumus tersebut dapat diketahui banyaknya kelas (K), Jangkaunnya
(Range), dan panjang interval kelasnya (I), kemudian disusun tabel distribusi
frekuensinya seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai posttest Kelas 5B (Kontrol) SD Negeri Cukil 01
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015
No

Interval

Frekuensi

Persentase (%)

1

65 – 69

4

18,18%

2

70 – 74

6

27,27%

3

75 – 79

4

18,18%

4

80 – 84

7

31,82%

5

85 – 90

1

4,55%

22

100%

Jumlah

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui nilai posttest kelas kontrol, dari
seluruh peserta didik kelas 5B SD Negeri cukil 01, peserta didik yang mendapat
nilai 65 sampai dengan 69 terdiri dari 4 peserta didik dengan persentase 18,18%.
Peserta didik yang mendapat nilai 70 sampai dengan 74 terdiri dari 6 peserta didik
dengan persentase 27,27%. Peserta didik yang mendapat nilai 75 sampai dengan
79 terdiri dari 4 peserta didik dengan persentase 18,18%. Peserta didik yang
mendapat nilai 80 sampai dengan 84 terdiri dari 7 peserta didik dengan persentase
31,82%. Peserta didik yang mendapat nilai 85 sampai dengan 90 terdiri dari 1
peserta didik dengan persentase 4,55%.
Untuk memperjelas gambaran data hasil belajar IPA kelas kontrol, berikut
ini disajikan Gambar 4.2 diagram distribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA dari
hasil posttest kelas kontrol.

52

7
6
5
4
Series1

3
2
1
0
65-69

70-74

75-79

80-84

85-90

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol Tahun
Ajaran 2014/2015

4.2.2 Analisis Diskriptif
Setelah dilakukan distribusi frekuensi berupa tabel dan grafik, kemudian
dilakukan analisis deskriptif. Data deskriptif statistik nilai posttest dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang akan disajikan nilai maksimal, nilai minimal,
nilai rata-rata dan standar deviasi nilai hasil belajar IPA terlihat pada Tabel 4.4
berikut ini:
Tabel 4.4
Analisis Deskriptif Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tahun
Ajaran 2014/2015
N

eksperimen
Kontrol
Total

Mean

18
22
40

84,44
74,09
78,75

Std. Deviation

7,254
6,661
8,605

Std. Error

1,710
1,420
1,361

Minimum

75
65
65

Maximum

100
90
100

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai posttest kelas eksperimen dengan
jumlah data (N) sebanyak 18 mempunyai nilai minimum 75 dan nilai maksimum
100. Sedangkan mean pada kelas eksperimen yaitu 84,44 dan standart deviation
yaitu 7,254. Sedangkan hasil belajar IPA kelas kontrol dengan jumlah data (N)

53

sebanyak 22 mempunyai nilai minimum 65 dan nilai maksimum 90. Kelas kontrol
mempunyai mean yaitu 74,09 dan standart deviation yaitu 6,661.
4.3

Uji Prasyarat pretest Hasil Belajar

4.3.1

Uji Normalitas pretest
Menurut Priyatno (dalam Puspitasari, 2012:36), uji normalitas digunakan

untuk mengetahui data yang dianalisa berdistribusi normal atau tidak. Pada
penelitian ini data hasil pretest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji
apakah datanya berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam
penelitian ini menggunakan program SPSS Version 20 dengan menggunakan
teknk One Sample Kolmogrow-Smirnov. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi
normal jika signifikan >0,05.
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Pretest
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic

df

Sig.

PretestKelasA

,169

18

,187

PretestKelasB

,202

18

,051

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh hasil bahwa data normalitas kelas
eksperimen data kelas kontrol yang dapat berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan
dengan hasil sig. >0,05 yaitu kelas eksperimen sebesar 0,187 dan kelas kontrol
sebesar 0,051. Jadi dari tabel output dapat diambil kesimpulan bahwa data
tersebut dinyatakan berdistribusi normal.
Dibawah ini disajikan Grafik 4.1 dan Grafik 4.2 yang menunjukkan bahwa
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

54

Grafik 4.1
Uji Normalitas Pretest dari Kelas Eksperimen

Grafik 4.2
Hasil Uji Normalitas Pretest dari Kelas Kontrol

55

4.3.2

Uji Homogenitas Pretest
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas

memiliki tingkat varians data yang sama atau tidak. Ta yang akan diuji
homogenitasnya adalah data nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Analisis homogenitas data ini juga menggunakan program SPSS versi 20 yaitu
One Way Anova. Jika hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi >0,05 maka dapat dikatakan bahwa varians yang dimiliki oleh
sampel-sampel tersebut homogen.
Tabel 4.6
Hasil uji Homogenitas pretest
Test of Homogeneity of Variances
Nilaipretest
Levene
Statistic
,014

df1

df2
1

Sig.
38

,906

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa signifikan uji homogenitas
sebesar 0,906. Kriteria bahwa kelas dinyatakan homogen apabila signifikannya >
0,05. Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh bahwa hasil 0,906 > 0,05 jadi
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol dinyatakan berasal dari kelas yang homogen. Maka dari itu penelitian
dapat di lakukan.
4.3.3

Uji t Pretest
Data dianalisis menggunakan teknik uji t dengan program SPSS Versi 20.

Tabel di bawah ini merupakan hasil pretest peserta didik antara kelas eksperimen
yang dengan kelas kontrol yang masih sama-sama menggunakan metode ceramah.

56

Tabel 4.7
Uji t pretest peserta didik
Independent Samples Test
Levene's
t-test for Equality of Means
Test for
Equality of
Variances
F

Nil Equal variances
ai assumed
pre
test
Equal variances not
assumed

Sig.

,014 ,906

t

Df

Sig.
(2tailed)

Mea
n
Diff
eren
ce

Std. 95% Confidence
Error
Interval of the
Differ
Difference
ence
Lower Upper

,187

38

,852

,626

3,341

-6,138

7,390

,187

36,2
48

,853

,626

3,346

-6,158

7,410

Berdasarkan Tabel 4.7 pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat
signifikansi 0,05. Kriteria berdasarkan signifikansi adalah jika signifikansi >0,05
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hipotesisnya sebagai berikut:
H0

: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai antara kelas
eksperimen dengan rata-rata nilai kelas kontrol.

Ha

: ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai antara kelas
eksperimen dengan rata-rata nilai kelas kontrol.
Signifikan dari hasil uji t lebih besar dari 0,05 (852 > 0,05), maka H0

diterima dan Ha ditolak artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
rata-rata nilai kelas eksperimen dengan rata-rata nilai kelas kontrol.
4.4

Analisis Data Posttest Hasil Belajar

4.4.1

Uji Normalitas Posttest
Uji normalitas data juga dilakukan data posttest untuk mengetahui apakah

data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan setelah
pemberian tes, baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas
data posttest juga menggunakan tekni One Sample Kolmogrov-Smirnov. Syarat
suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikan >0,05.

57

Tabel 4.8
Uji Normalitas posttest
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Df
Sig.
posttestkelasA
,183
18
,114
posttestkelasB
,182
18
,116
a. Lilliefors Significance Correction

Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa selebaran data pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai
signifikan hasil perhitungan kelas eksperimen yang menunjukkan angka
signifikan sebesar 0,114 (0,114 > 0,05) dan nilai signifikan hasil perhitungan
kelas kontrol menunjukkan angka sebesar 0,116 (0,116 > 0,05). Data hasil di atas
maka dapat disimpulkan bahwa selebaran data pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal.
Berdasarkan analisis uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat disajikan dalam grafik berikit:

Grafik 4.3
Grafik Uji Normalitas posttest Kelas Eksperimen

58

Grafik 4.4
Grafik Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol

4.4.2

Uji Homogenitas Posttest
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas

memiliki tingkat varians data yang sama atau tidak. Data yang akan diuji
homogenitasnya adalah data nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Analisis homogenitas data ini juga menggunakan program SPSS Versi 20 yaitu
One Way Anova. Jika hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa tingkat
signifikan > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varians yang dimiliki oleh sampelsampel tersebut homogen.
Tabel 4.9
Hasil Uji Homogenitas Posttest
Test of Homogeneity of Variances
Nilaiposttest
Levene
df1
df2
Sig.
Statistic
,319
1
38
,575

Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa signifikan uji homogenitas sebesar
0,575. Kriteria bahwa kelas dinyatakan homogen apabila signifikannya > 0,05.
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh hasil bahwa 0,575 > 0,05 jadi dapat

59

disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
dinyatakan berasal dari kelas yang homogen.
4.4.3

Uji t Posttest
Pengujian dengan menggunakan uji t

juga dilakukan terhadap hasil

posttest peserta didik setelah deberikan perlakuan atau tindakan. Pengujian ini
juga bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata hasil belajar peserta
didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Make A
Match berbantuan media video dan gambar dengan kelas kontrol yang
menggunakan metode ceramah. Data dianalisisi menggunakan teknik uji t dengan
program SPSS Versi 20.
Tabel 4.10 merupakan uji t hasil belajar peserta didik setelah melakukan
tindakan antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Make A
Match betrbantuan media video dan gambar dengan kelas kontrol yang
menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran.

60

Tabel 4.10
Uji t Posttest Peserta didik
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
F

Equa
l
varia
nces
assu
med
nilaipo
sttest Equa
l
varia
nces
not
assu
med

,319

Sig.

,575

t-test for Equality of Means

t

df

Sig.
(2taile
d)

Mean
Std.
Diffe Error
rence Differe
nce

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower

Upper

1,26
7

38

,213 1,970

1,555

-1,177

5,117

1,26
5

36,2
57

,214 1,970

1,557

-1,186

5,126

Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.10 nilai t sebesar 1,267 dengan
probabilitas signifikan (sig. 2-tailed) dengan probabilitas signifikan (>0,05) yaitu
0,213 dan perbedaan berkisar antara -1,177 – 5,117 (lower-upper). Sehingga H0
diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh model make a macth
berbantuan media video dan gambar pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri
Cukil 01.
4.5

Pembahasan Penelitian
Dalam pembelajaran IPA sangat banyak sekali model-model pembelajaran

yang dapat digunakan didalamnya. Model-model pembelajaran tersebut
diantarannya adalah jigsaw (model Tim Ahli), STAD (Students TeamsAchievement Divisions), Think Pair and Share (Pikir Bareng dan Berbagi),
Cooperative Script, Numbered Heads Together (Kepala Bernomer), Snowball
Throwing (Gelendungan Bola Salju), Example Non Example, Problem Based
Intruction/PBI (Pembelajaran Berbasis Masalah), Role Playing (Bermain Peran),

61

Articulation (Model Artikulasi), Debate (Debat), Group Investigation (Grup
Peneliti), Student Fasilitator and Expailing/SFE (Fasilitas Oleh Peserta didik),
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Picture and Picture,
dan Make A Match (mencari Pasangan) (Hosman, 2014: 246-259). Sementara
pembelajaran IPA yang dilakukan di SD Negeri Cukil 01 masih banyak dilakukan
secara konvesional, guru hanya menggunakan metode ceramah saja, atau hanya
terpacu pada buku paket saja, sehingga hasil belajar peserta didik masih rendah.
Oleh karena itu sebagai guru yang profesional hendaknya dapat memilih dan
menerapkan model pembelajaran yang efektif agar materi yang dipelajari oleh
peserta didik dapat dipahami dengan baik serta dapat meningkatkan hasil belajar.
Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap
jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat
terpenuhi. Sehingga peneliti tertarik untuk membandingkan strategi pembelajaran
yang ditinjau dari hasil belajar dalam mata pelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati
yang diamati (dalam kardi dan nur, 1994:1). Menurut Hendro Darmojo (dalam
Uman Samantowo 2009:2) adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu
yang diketahui oleh peserta didik. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan
yang rasional dan objek tentang alam semesta dan segala isinya. Sedangkan
menurut Nash (dalam Usman Samatowo 2009:2) menyatakan bahwa IPA itu
adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Pembelajaran IPA di SD
merupkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga
dalam melaksanakan proses belajar dan mengajar dibutuhkan model-model
pembelajaran yang efektif seperti yang sudah tertera di atas.
Dari beberapa model pembelajaran tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan salah satu model
pembelajaran yang efektif yaitu model pembelajaran Make A Match berbantuan
media video dan gambar.
Penellitian ini diawali dengan memberi pretest pada peserta didik kelas 5A
dan 5B SD Negeri Cukil 01 Kecamatan tengaran, Kabupaten Semarang dengan
materi sifat-sifat cahaya. Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelas

62

tersebut, kemudian kedua kelas diberikan tes (posttest), yang nantinya data hasil
posttest tersebut digunakan untuk kepentingan analisa serta pengujian hipotesis.
Berdasarkan hasil analisi pretest pada peserta didik kelas 5A dan 5B SD
Negeri Cukil 01 menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut homogen. Artinya data
berdestribusi normal dan memiliki varians yang tidak berbeda secara signifikan
dan kedua kelas sebelum diberi perlakuan mempunyai kemampuan awal yang
sama sehinggak kelas eksperimen yaitu kelas 5A mendapatkan treatment yaitu
menggunakan model Make A Match berbantuan media video dan gambar
sedangkan untuk kelas 5B mendapat treatment menggunakan metode ceramah.
Selain diberi treatment pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest
atau tes akhir.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan didapatkan bahwa kegiatan
belajar mengajar pada kelas eksperimen berlangsung dengan baik. Baik dari
persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir sesuai dengan prosedur dalam model
pembelajaran Make A Match berbantuan media video dan gambar.
Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat diketahui bahwa hasil
belajar peserta didik pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol. Hal ini dibuktikan pada nilai rata-rata hasil belajar untuk posttest pada
kelas eksperimen lebih banyak dibandingkan pada kelas kontrol yaitu 84,44 pada
kelas eksperimen dan 74,09 pada kelas kontrol. Selisih dari rata-rata posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah 10,35. Dari hasil posttest tersebut
dibandingkan dengan nilai pretest pada kelas eksperimen mengalami peningkatan
yaitu nilai rata-rata pretest pada kelas eksperimen 73,05 sedangkan nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen 84,44. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya
peningkatan sebanyak 11,38 pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol
mengalami kenaikan yaitu nilai pada pretest kelas kontrol 73,68 sedangkan nilai
rata-rata posttest kelas kontrol 74,09. Hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan yaitu 74,09 pada kelas kontrol. Uraian di atas menunjukkan tdak ada
pengaruh yang signifikan antara rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Berdasakan pada hasil analisis uji t hasil belajar pada Tabel 4.10 pada
kolom F test (Levenes Test) diatas bernilai 0,319 dan dengan nilai signifikannya

63

(> 0,05) yaitu bernilai 0,575. Sedangkan hasil uji t pada tabel tersebut diketahui
bahwa nilai T sebesar 1,267 dengan probalitas signifikan (> 0,05) yaitu 0,213 dan
perbedaan berkisar antara -1,177 – 5,177 (lower-upper). Maka H0 diterima dan Ha
ditolak artinya bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan
menggunakan model Make A Match berbantuan media video dan gambar ternyata
tidak terdapat pengaruh antara model Make A Match terhadap hasil belajar peserta
didik pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Cukil 01 Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Rejeki
(2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widhiastutik (2014). Penelitian tersebut menyatakan bahwa H0 diterima dan Ha
ditolak yang berarti medel pembelajaran Make A Match tidak memiliki pengaruh
yang signifikan ditinjau dari hasil belajar IPA.
Hasil uji t yang menyatakan bahwa H0 diterima atau tidak ada pengaruh
yang signifikan antara model Make A Match berbantuan media video dan gambar
ditinjau dari hasil belajar IPA, dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
pertama dapat ditinjau dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan, peneliti
mendapatkan beberapa persamaan kendala yang dialami masing-masing guru
dalam menerapkan masing-masing model. Kendala yang sama yaitu pada saat
guru mengarahkan kepada peserta didik untuk memberikan alasan. Dalam model
pembelajaran Make A Match, peneliti mengalami kesulitan pada saat peserta didik
melakukan pencarian kartu jawaban maupun kartu soal.
Dilihat dari lembar observasi yang telah diisi oleh guru kelas 5 yang dalam
pelaksanaan pembelajaran bertindak sebagai observer dan peneliti bertindak
sebagai guru, ada dua langkah dari kegiatan yang dilaksanakan peneliti tidak
sesuai dengan RPP. Hal ini menyebabkan masing-masing peneliti hanya
melaksanakan 92,30% kegiatan sesuai dengan RPP. Presentase tersebut diperoleh
dari jumlah kegiatan yang telah dilaksanakan peneliti : jumlah keseluruhan
kegiatan yang harus dilaksanakan peneliti x 100%. Dalam hal ini peneliti di kelas
eksperimen ada 24

kegiatan yang dilaksnakan peneliti dan 26 keseluruhan

kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti. Sedangkan di kelas kontrol ada 23

64

kegiatan yang dilaksanakan peneliti dan 25 keseluruhan kegiatan yang harus
dilakukan. Jadi,
Kegiatan yang peneliti laksanakan

=

banyak kegiatan yang telah dilakukan

banyak kegiatan yang harus dilakukan

x 100%

24

= x 100%
26

= 92,30% kelas eksperimen
Kegiatan yang peneliti laksanakan

=

banyak kegiatan yang telah dilakukan

banyak kegiatan yang harus dilakukan

x 100%

23

= x 100%
25
= 92% kelas kontrol
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh terhadap
pencapaian pelaksanaan pembelajaran yang signifikan antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol.