TUGAS SEJARAH PENDIDIKAN MASA ORDE LAMA (1)

TUGAS
SEJARAH PENDIDIKAN MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU

Disusun Oleh :
HANAFIAH

( 12144400035 )

VIKTORIA LADANG

( 12144400071 )

NUR AINY FEBRIYANTI

( 12144400036 )

ROMANUS K. BUTO

( 12144400019 )

ARDILES


( 121444000

)

PENDIDIKAN MASA ORDE LAMA

Kondisi pendidikan dizaman orde lama, terutama di fokuskan antara 1950-1966.
Seperti di ketahui, sesudah konferensi meja bundar pada 1949, terbentulah republik indonesia
serikat. Di dalam RIS di atur mengenai pendidikan dan pengajaran.Kebijakan pendidikan
nasional di era ini di mulai dari pasal 30 UUDS 1950 RI,antara lain sebagai berikut:
1. tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
2. memilih pengajaran yang akan di ikuti, adalah bebas.
3. mengajar adalah bebas,dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa yang di
lakukan terhadap itu menurut peraturan unduang-undang.
Salah satu hal yang menentukan orde lama berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
pendidikannya adalah, terciptanya undang-undang No.4 tahun 1950, Tentang dasar-dasar
pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk Seluruh Indonesia.Tujuan pendidikan dan
pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap, dan warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab tentang kesejahtraan masyarakat dan tanah air.

Pendidikan dan pangajaran berdasar atas asas-asas yang termasuk dalam pancasila,
Undang-undang dasar negara republik indonesia, dan atas kebudayaan kebangsaan indonesia.
Sementara, bahasa pengantar yang di pakai dalam proses belajar mengajar adalah bahasa
indonesia.Penggunaan bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar
mengajar ini diatur pada bab IV pasal 5, yaitu:
 Bahasa indonesia sebagai bahasa persatuanadalah bahasaa pengantardi sekolahsekolahdiseluruh repoblik indonesia.
 Di taman kanak–kanak dan tiga kelas yang terendah di sekolah rendah, bahasa daerah
dipergunakan sebagai bahasa pengantar. Pendidikan dan pengajaran nasional, diatur
pada bab V pasal 6, yaitu sebagaai berikut:
a. Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak.
b. Pendidikan dan pengajaran rendah.
c. Pendidikan dan pengajaran menengah.
d. Pendidikan dan pengajaran tinggi.

Persoalan akut dari dunia pendidikan saat itu adalah bagaimana mengatur jumlah
penduduk yang masih buta huruf tidakalah sedikit.Kondisi demikian tentunya mengganggu
bagi kelangsungan pembangunan bangsa saat itu untuk bisa mensejahterakan rakyat secarah
keseluruhan dan bisa tampil sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia.Oleh karena
itu tujuan dan usaha pendidikan nasional pemerintah Orde Lama pada awalnya adalah untuk
menghilangkan buta huruf.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka,diadakan pendidikan wajib belajar 6
tahun,pendidikan setingkat sekolah dasar,pendidikan dasar di gratiskan dll.
Ketika fokus awal pemerintahan Orde Lama pada pelaksanaan kegiatan pendidikan nasional
secara massal,terutama dikaitkan dengan pendidikan dasar atau wajib belajar 6
tahun,terjadilah ledakan pendidikan baik di sekolah dasar,maupun di sekolah menengah,yang
kemudian sedikit melupakan persoalan mutu dan kelanjutan pendidikan tersebut.
Pada tahun 1954,atas dorongan Prof.Mr.Mohamad Yamin,dididrikanlah lembaga
pendidikan dan tenaga kependidikan yang baru.,yaitu Perguruan Tinggi Pendidikan
Guru(PTPG)tenaga ini didirikan di empat tempat yaitu :
 Di Sumatera Utara dididrikan di Batu Sangkar
 Pulau Jawa di Bandung dan di Malang
 Di luar Jawa dididrikan di Tonando.
Pendirian PTPG di empat lokasi tersebut merupakan sejarah baru dalam
perkembangan pendidikan nasional,bukan saja untuk meningkatkan mutu guru pendidikan
menengah,melainkan juga meningkatkan citra tenaga kependidikan saat itu.
Pokok-pokok kebijakan penting di dalam UU Pendidikan Tinggi antara lain :
 Sesuai dengan perkembangan kehidupan politik di Tanah Air pada
waktu itu,ilmu pengetahuan haruslah di sertai dengan pembentukan
watak,yaitu bagi kebahagian masyarakat sosialis Indonesia.
 Perguruan Tinggi yang bersemayam di atas menara gading harus

dilenyapkan.
 Ilmu Pendidikan bukanlah semata-mata untuk kemajuan ilmu dan
penelitian,melainkan untuk dimanfaatkan bagi kehidupan masyarakat.

 Perguruan tinggi terbuka luas untuk semua warga negara yang
mempunyai kemampuan,kerajinan,ketekunan dan pembawaan yang
sesuai.
 Perguruan tinggi mengakui kebebasan ilmiah dan kebebasan
mimbar,namun perguruan tinggi tidak dibenarkan sebagai tempat
kegiatan-kegiatan.
Saat itu peran dan perjuangan para tenaga pendidik juga dilakukan dengan
mengadakan pertemuan untuk mengatasi berbagai persoalan pendidikan nasional terutama
berkaitan dengan persoalan tenaga pendidikan saat itu,yaitu pada tanggal 21-25 agustus
1960,diadakan konferensi antar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) negeri
seluruh Indonesia di Malang. Pertumbuhan FKIP yang tergabung dalam universitas –
universitas memecahkan di pusat maupun daerah sedikit banyak mulai memecahkan masalah
kebutuhan garu yang berwenang di sekolah lanjutan.
Apabila kita lihat fungsi dan status FKIP pada 1960-1961, ternyata lulusan FKIP
memeng memenuhi kebutuhan kekurangan guru pada masa itu, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan riil.Keputusan presiden nomor 145 tahun 1965 merumuskan tujuan

pendidikan nasional pendidikan indonesia sesuai dengan Manipol-Usdek. Manusia sosialis
indonesia adalah cita-cita utama setiap usaha pendidikan di indonesia.
Tujuan pendidikan nasional yang di rumuskan dalam Keputusan Presiden RI nomor
145 tahun 1965 adalah sebagai berikut.’’ Tujuan Pendidikan Nasional, baik yang
diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta, dari pendidikan prasekolah
sampai pendidikan tinggi supaya melahirkan warga negara sosial Indonesia yang susila,yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan
makmur,spiritual maupun material dan berjiwa pancasila. Istilah sosialis menjadi salah satu
identitas pendidikan zaman Orde Lama.
Berpangkal dari TAP MPRS No.11 tahun 1960, pendidikan haruslah difungsikan
sebagai berikut:
1. Pendidikan sebagai pembina manusia Indonesia baru yang berakhlak
tinggi.
2. Pendididkan sebagai produsen tenaga kerja dalam semua bidang dan
tingkatan.

3.

Pendidikan sebagai lembaga pengembang kebudayaan nasional.


4.

Pendidikan sebagai lembaga pengembang ilmu pengetahuan teknik dan
fisik atau mental.

5.

Pendidikan sebagai lembaga pengerak seluruh kekuatan rakyat.

Kelima fungsi sistem pendidikan nasional inilah yang disebut ” Lima Dharma Bhakti
Pendidikan ‘’. Moral pendidikan nasional di rumuskan sebagai Pancasila-Manipol USDEK.
Pancasila merupakan tujuan / jiwa kurikulum yang di rumuskan sebagai berikut:
1. Semangat mengemban amanat penderitaan rakyat demi tercapainya
masyarakat adil dan makmur.
2. Semangat Demokrasi Terpimpin yang mengutamakan musyawarah untuk
mufakat.
3. Semangat cinta bangsa dan Tanah Air dan semangat kesatuan yang berBhineka Tunggal Ika,berkepribadian,dan berkebudayaan nasional.
4. Rasa prikemanusiaan dalam bentuk persahabatan dengan seluruh bangsabangsa di dunia.
5. Kepercayaan dan rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa


secara

berkeadaban sebagai karakteristik bangsa Indonesia.
Di masa pemerintahan Soekarno, pemerintah membuka Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dan Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan.Di masa itulahdi buka
bermacam-macam pendidikan berbagai bidang ilmu pengetahuan,yang dapat menampung
pelajar-pelajar dengan biaya ditanggung oleh negara.
Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pendidikan nasional di zaman Orde Lama
dengan kepala pemerintahannya Presiden Sokarno :
1. Pendidikan pada zaman Orde Lama dipengaruhi oleh kondisi politik.
2. Salah satu bentuk pembaruhan pendidikan nasional saat itu berkaitan dengan
institusionalisasinya.
3. Usaha untuk memajukan pendidikan nasional yang dilakukan pada zaman Orde
Lama salah satuny adalah dengan mendirikan kantor departemen pendidikan di
tingkat daerah.
4. Pendidikan yang dilakuakn di zaman Orde Lama untuk memajukannya adalah
menguatkan dan memperbanyak jenis pendidikan untuk guru.

PENDIDIKAN MASA ORDE BARU
Pendidikan nasional di zaman Orde Baru dengan kepala pemerintahannya

Soerharto.Pada masa Orde Baru inilah sebuah rezim dapat bertahan lebih lama dan stabil jika
dibandingkan dengan rezim Orde Lama maupun rezim-rezim reformasi saat ini.
Ketetapan MPRS nomor XXVII/MPRS/1966 bab II pasal 3, dicantumkan bahwa
tujuan pendidikan nasional indonesia dimaksudkan untuk membentuk msnusia pancasila
sejati berdasarkan ketentuan- ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan UndangUndang Dasar 1945.Pembentukaan manusia Pancasila sejati adalah sesuatu yang diperlukan
untuk mengubah mental masyarakat yang sudah banyak mendapat indoktrinasi Manipol
USDEK pada zaman Orde Lama,pemurnian semangat Pancasila dianggap sebagai jaminan
tegaknya Orde Baru.
Hal tersebut kemudian dikuatkan dalam pasal 4 ketetapan MPRS nomor
XXIIMPRS/1966 tersebut,disebutkan tentang isi pendidikan harus memuat:
1. Mempertinggi mental,moral,budi pekerti,dan memperkuat keyakinan beragama.
2. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan.
3. Membina/mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.
Ketetapan MPRS di atas menjadi penanda perubahnya pendidikan nasional dari Orde
Baru. Dua hal, yaitu pembentukan manusia pancasilais sejati yang jelas dikaitkan oleh
peristiwa tragis pasca Gerakan 30 Sebtember atau 1 oktober,ketika orde baru menunduh PKI
sebagai pengkhianat Pancasila karena ingin mengubah Dasar Negara pancasila menjadi
komunis.Kemudian, mengubah mental masyarakat yang penuh doktrin-doktrin Manipol
USDEK, yang merupakan kebijakan Soekarno. Selanjutnya, TAP MPRS tersebut
menyatakan agar di perguruan-perguruan tinggi diberikan kebebasan mimbar/ilmiah seluasluasnya yang tidak menyimpang dari UUD 1945 DAB falsafah negara, pancasila

Pemerintah pada waktu itu belum mempunyai strategi umum yang menyeluruh dan jelas
yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Badan-badan pemerintah yang menyelenggarakan pendidikan tidak mempunyai
otoritas yang jelas. Artinya, tanggung jawab dan fungsi badan-badan tersebutb,
simpang siur sehingga arahnya kurang jelas dan efisiensinya tentunya rendah.

2. Para penyelenggara pendidikan belumlah profesional.Artinya,tingkat kemampuan
para penyelenggara pendidikan belum sanggup melaksanakan proses pendidikan
secara profesional.
3. Pelaksanaan pendidikan terlalu dibawah pengaruh politik sehingga proses
pendidikan yang sebenarnya hal kedua,sedangkan pratik politik praktis menjadi
sangat dominan dalam lingkungan kehidupan pendidikan sosial.
4. Badan-badan penyelenggara pendidikan yang tidak profesional tersebut lebih
diperparah lagi karena tidak iperkuat oleh tim-tim peneliti.
Hasil identifikasi masalah –masalah pendidikan dari konferensi Cipayung menggolongkan
masalah tersebut dalam 6 kategori sebagai berikut:
1. Pendidikan luar sekolah
2. Kurikulum sekolah dasar
3. Kurikulum sekolah menengah
4. Kurikulum pendidikan tinggi

5. Pembiayaan pendidikan
6. Sarana pendidikan
Tugas dari Badan Pengembangan Pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Mengoordinasikan serta menyelenggarakan penelitian dalam bidang pendidikan.
2. Mengadakan eksperimen-eksperimen dan proyek-proyek perintis dalam rangka
pengembangan pendidikan.
3. Menyiapkan rencana, program, dan kebijaksanaan untuk Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan .
Di dalam mengaktualisasikan pembangunannya, Orde Baru setiap lima tahun memiliki
program pembangunan, yang dikenal dengan istilah Pelita ( Pemnbangunan Lima Tahun ).
Di dalam Pelita 1 kita bisa melihat bagaimana rumusan kebijakan pendidikan nasional
pemerintah saat itu dihubungkan dengan persoalan ketenagakerjaan yang tentunya ada
kaitannya denga pembangunan.

Dirumuskan pula langkah-langkah jangka panjang mewujudkan keterkaitan antar
pendidikan dan ketenagakerjaan :
 Mengadakan praturan untuk mengawasi atau membatasi pembukaan sekolah-sekolah
menengah umum dan fakultas sosial politik dan memperbanyak sekolah-sekolah
kejuruan, mendorong pengembangan dari fakultas untuk ilmu pengetahuan eksakta.
 Meratakan dasar bagi pengtahuan sistem pendidikan dan penyempurnaan kurikulum

yang diarahkan kepada pengtahuan-pengetahuan praktis sesuai kebutuhan masyarakat
dengan menyediakan fasilitas-fasilitas, seperti alat-alat laboratorium untuk praktik,
dan peralatan yang memungkinkan pelajaran-pelajaran.
 Memperluas pendidikan guru dan keguruan tinggi serta meningkatkan mutu
kesanggupan mereka.
 Dalam bidang perguruan tinggi, lebih diutamakan pertanian, teknik, ekonomi,
kedokteran,dan keguruan.