K3 PADA dan RUMAH SAKIT
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI RUMAH SAKIT
Nama : Juwari Sutono
NIM
: 121.03.1002
Kelas : C
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2014
1. Pendahuluan
Pelayanan kesehatan merupakan sektor yang sangat cepat berkembangnya. Di US
terdapat 18 juta pekerja terlibat didalamnya, dan wanita merupakan 80% darinya. Hazard
yang terlibat dalam aktifitas ini sangat beragam, seperti needlestick injuries, back
injuries, latex allergy, violence, dan stress. Walaupun hal ini sangat mungkin dicegah,
namun kejadian injury maupun infeksi tetap saja terjadi. Upaya pelayanan kesehatan
seperti pemeriksaan kesehatan selama bekerja belum banyak dilakukan.
Menurut WHO, dari 35 juta petugas kesehatan, ternyata 3 juta diantaranya
terpajan oleh bloodborne pathogen, dengan 2 juta dianatanya tertular virus hepatitis B, dan
170.000 diantaranya tertular virus HIV/AIDS. Menurut NIOSH, untuk kasus-kasus yang
non-fatal baik injury maupun penyakit akibat kerja, sarana kesehatan sekarang semakin
meningkat, berbanding terbalik dengan sektor konstruksi dan agriculture yang dulu paling
tinggi, sekarang sudah sangat menurun. Selain itu Infeksi nosokomial masih menjadi isu
cukup signifikan dikalangan pelayanan kesehatan, sehingga pengembangan program
patient safety sangat relevan dikembangkan. Karena itu pengembangan program
keselamatan dan kesehatan kerja di sarana kesehatan seperti rumah sakit dan sarana
kesehatan lainnya perlu dikembangkan dalam upaya melindungi baik tenaga kesehatan
sendiri maupun pasien.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat
sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Upaya penanganan
faktor potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program
kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik
terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat
pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik
maupun rumah sakit, kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit juga “concern”
keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk kedalam program patient safety.
2. Tinjauan Pustaka
2.1.
Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Ada beberapa pengertian tentang kesehatan dan keselamatan kerja
diantaranya ;
a. Kesehatan Kerja Menurut WHO / ILO (1995)
Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya bagi
pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja
yang disesuaikan dengan
kondisi fisiologi dan
psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada
manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
b. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh
dengan
cara
pencegahan
kecelakaan
dan
penyakit
akibat
kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan
rehabilitasi.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan,
Pasal
23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka
jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja
dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak
pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
2.2.
Prinsip Kebijakan Pelaksanaan dan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) Di Rumah Sakit
Pembahasan difokuskan pada prinsip K3RS, program K3RS,
dan kebijakan pelaksanaan K3RS, yang di bagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu;
a. Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja di ruma sakit (K3RS) agar
kesehat
an dan keselamatan kerja di ruma sakit (K3RS), dapat di
pahami
secarah utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang saling
ber interaksi, yaitu:
1) Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik
serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Contoh: Bila seorang pekerja kekurangan zat
besi yang menyebabkan anemia, maka kapasitas kerja Akan menurun
karna pengaruh kondisi fisik lemah dan lemas.
2) Beban kerja adalah beban fisik dan beban mental yang harus di
tanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Contoh: pekerja
yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum.
3) Lingkungan kerja adalah lingkungan yang terdekat dari seorang pekerja.
Contoh: Seorang yang bekerja di bagian instalasi radiologi (kamar X Ray,
kamar gelab, kedokteran, nuklir dan lain-lain).
b.
Program kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS)
program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi
kesehatan dan keselamatan kerja serta meningkatkan produktifitas
tenaga kerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung dan
masyarakat serta lingkungan rumah sakit. Kinerja setiap pengunjung
kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari 3 (tiga)
komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan kapasitas kerja.
Program K3RS yang harus diterapkan adalah:
1) Pengembangan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah
sakit (K3RS).
a) Pembuatan atau revitalisasi organisasi K3RS.
b) Merencanakan program K3RS selama 3 (tiga) tahun kedepan. Setiap 3
tahun dapat di revisi kembali sesuai dengan kebutuhan.
2) Pembudayaan perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit
(K3RS).
a) Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran rumah sakit, baik bagi
pekerja,pasien serta pengunjung rumah sakit.
b) Penyebaran media informasi dan komunikasi baik melalui film ,
leaflet, poster, pamflet dll.
c) Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit di Rumah
Sakit.
3) Pengembangan sumber daya manusia (SDM) K3RS. a) Pelatihan umum
K3RS,
b) Pelatihan itern Rumah Sakit, seperti pekerja perunit rumah sakit
c) Pengiriman SDM untuk pendidikan formal, pelatihan lanjutan,
seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3.
4) Pengembangan pedoman dan Standar Operational Procedure (SOP)
K3RS.
a) Penyusunan pedoman praktek Ergonomi di rumah sakit.
b) Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja.
c) Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.
d) Penyusunaan pedoman pelaksanaan penanggulangan kebakaran.
e) Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan rumah
sakit.
f) Penyusunan pengelolaan faktor resiko dan pengelolaan limbah
rumah sakit.
g) Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi.
h) Penyusunan konrol terhadap bahan berbahaya dan beracun (B3).
i) Penyusunan SOP kerja dan pelatihan di masing-masing unit kerja
rumah sakit.
5) Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja. a)
Mampping lingkungan tempat kerja.
b) Evaluasi lingkungan tempat kerja (wawancara pekerja, survei dan
kuesioner).
6) Pelayanan kesehatan kerja
a)
Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ,pemeriksaan
secara khusus, dan secara berkala bagi pekerja sesuai pajananya di
rumah sakit.
b) Melakukan pemeriksaan kesehatan khususnya pada pekerja di
Rumah sakit yang akan pensiun atau pindah kerja.
c) Pemeriksaan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja
yang menderita sakit.
d) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi, mental (rohani) dan
kemampuan fisik pekerja
7) Pelayanan keselamatan kerja
a) Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana prasarana
dan peralatan kesehatan di rumah sakit.
b) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di
rumah sakit.
c)
Pengelolaan dan pemeliharaan serta sertifikasi sarana prasarana dan
pemeliharaan peralatan rumah sakit
d) Pengadaan peralatan rumah sakit.
8) Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat,cair
dan gas.
a) Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah
padat, cair dan gas.
b) Pengelolaan limbah medis dan non medis
9) Pengelolaan jasa bahan berbahaya, beracun dan barang berbahaya
a) Inventarisasi bahan beracun, berbahaya dan barang berbahaya
(Permennaker No 427 tahun 1996).
b) Membuat
kebijakan
prosedur
pengadaan,
penyimpanan
dan
penaggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Material
Safety Data Sheet (MSDS).
10) Pengembangan manajemen tanggap darurat
a) Menyusun rencana tanggap darurat (survei bahaya, membentuk tim
tanggap darurat, menetapkan prosedur penanganan tanggap darurat,
pelatihan dll).
b) Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana.
c) Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat
2.3.
Standar Pelayanan K3 di Rumah Sakit
Pelayanan K3 RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan
berbagai komponen yang ada di rumah sakit. Pelayanan K3 di rumah sakit
sampai saat ini dirasakan belum maksimal.Hal ini dikarenakan masih banyak rumah
sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja
(SMK3).
1) Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja seperti
tercantum pada pasal 23 UU kesehatan no.36 tahun 2009 dan peraturan Menteri
tenaga kerja dan Transmigrasi RI No.03/men/1982 tentang pelayanan
kesehatan kerja. Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu
dilakukan, sebagai berikut :
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan sebekum kerja bagi pekerja.
b) Melakukan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja
dan memberikan bantuan kepada pekerja di rumah sakit dalam penyesuaian
diri baik fisik maupun mental terhadap pekerjanya.
c) Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai
dengan pajanan di rumah sakit
d) Meningkatkan
kesehatan
badan,
kondisi
mental
(rohani)
dan
kemampuan fisik pekerja
e) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang
menderita sakit
f) Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja rumah sakit
yang akan pension atau pindah kerja
g) Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap pekerja dan pasien
h) Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja
i) Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang
berkaitan dengan kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran terhadap
faktor fisik, kimia, biologi, psikososial, dan ergonomi)
j) Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja
yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di
wilayah kerja Rumah Sakit.
2) Standar pelayanan Keselamatan kerja di Rumah Sakit
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan
sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja
yang dilakukan :
a) Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana,
dan peralatan kesehatan.
b) Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja
terhadap pekerja.
c) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
d) Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi air.
e) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja. f)
Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja.
g) Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan tempat
kerja
dan
pemilihan
alat
serta
pengadaannya
terkait
keselamatan/keamanan.
h) Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
i) Pembinaan dan pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan
Kebakaran (MSPK).
j) Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan
keselamatan kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan
Unit teknis terkait di wilayah kerja kerja rumah sakit.
3) Standar K3 Sarana, Prasarana, dan Peralatan di Rumah Sakit
Sarana didefinisikan sebagai segala sesuatu benda fisik yang dapat
tervisualisasi oleh mata maupun teraba panca indera dan dengan mudah dapat
dikenali oleh pasien dan umumnya merupakan bagian dari suatu bangunan
gedung (pintu, lantai, dinding, tiang, kolong gedung, jendela) ataupun
bangunan itu sendiri. Sedangkan prasarana adalah seluruh jaringan/instansi
yang membuat suatu sarana bisa berfungsi sesuai dengan tujuan
yang
diharapkan, antara lain : instalasi air bersih dan air kotor, instalasi listrik,
gas medis, komunikasi, dan pengkondisian udara, dan lain- lain.
4) Pengelolaan Jasa dan Barang Berbahaya
Barang Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.
a) Kategori B3
Memancarkan radiasi, Mudah meledak, Mudah menyala atau terbakar,
Oksidator, Racun, Korosif, Karsinogenik, Iritasi, Teratogenik, Mutagenic,
Arus listrik.
b) Prinsip dasar pencegahan dan pengendalian B3
(1) Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk
mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya.
(2) Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang
diperlukan sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang
ditangani sekaligus memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila
kecelakaan terjadi.
(3) Pengendalian
evaluasi
yang
sebagai
alternatif
dilakukan
berdasarkan
meliputi
identifikasi
pengendalian
dan
operasional,
pengendalian organisasi administrasi, inspeksi dan pemeliharaan
sarana prosedur dan proses kerja yang aman, pembatasan keberadaan
B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang.
(4) Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya.
c) Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya
Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang
diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan proposal
berikut company profile. Informasi yang diperlukan menyangkut
spesifikasi lengkap dari material atau produk, kapabilitas rekanan,
harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi lain yang
dibutuhkan oleh rumah sakit.
5) Standar SDM K3 di Rumah Sakit
Kriteria tenaga K3
a) Rumah Sakit Kelas A
(1) S3/S2 K3 minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS.
(2) S2 kesehatan minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3 RS.
(3) Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan S2 Kedokteran
Okupasi minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS.
(4) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 2 orang
yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
RS.
(5) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1
orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS.
(6) Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal)
yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
RS.
(7) Tenaga
paramedis
yang
mendapat
pelatihan
khusus
yang
terakreditasi mengenai K3 RS minimal 2 orang.
(8) Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (informal) mendapat
pelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.
(9) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi
mengenai K3 RS minimal 2 orang.
b) Rumah Sakit Kelas B
(1) S2 kesehatan minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus
terakreditasi mengenai K3 RS.
(2) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 1 orang
yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
RS.
(3) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1
orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS.
(4) Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal)
yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
RS minimal 1 orang.
(5) Tenaga
paramedis
yang
mendapat
pelatihan
khusus
yang
terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.
(6) Tanaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (informal) mendapat
pelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang
(7) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi
mengenai K3 RS minimal 1 orang.
c) Rumah Sakit kelas C
(1) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 1 orang
yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
RS.
(2) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1
orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS.
(3) Tenaga
paramedis
yang
mendapat
pelatihan
khusus
yang
terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.
(4) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi
mengenai K3 RS minimal 1 orang.
6) Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan, dan Pelaporan
a) Pembinaan dan pengawasan
Pembinaan
dan
pengawasan
dilakukan
melalui
sistem
berjenjang.Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh
Departemen Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain
dengan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis, dan temu
konsultasi.
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
rumah sakit dibedakan dalam dua macam, yakni pengawasan internal,
yang dilakukan oleh pimpinan langsung rumah sakit yang bersangkutan,
dan pengawasan eksternal, yang dilakukan oleh Menteri kesehatan dan
Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masingmasing.
b) Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3
secara tertulis dari masing-masing unit kerja rumah sakit dan kegiatan
K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3RS, yang
dikumpulkan dan dilaporkan / diinformasikan oleh organisasi K3RS, ke
Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah Rumah
Sakit.Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan k3 adalah
menghimpun dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3,
mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan K3; mencatat dan
melaporkan setiap kejadian / kasus K3, dan menyusun dan
melaksanakan pelaporan kegiatan K3.
Pelaporan terdiri dari : pelaporan berkala (bulanan, semester, dan
tahunan) dilakukan sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan dan
pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktuwaktu pada saat kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan k3 adalah
mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yang
tercakup di dalam :
(1) Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan
kesehatan lingkungan rumah sakit.
(2) Kejadian/kasus
yang
berkaitan
dengan
upaya penanggulangan dan tindak lanjutnya.
3. Kesimpulan
K3
serta
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat
kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Agar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit tercapai akan dibuat
perencanaan,organisasi, pelaksanaan dan pengawasan yang kemudian dilanjutkan
dengan sosialisasi penerapan budaya K3 di rumah sakit.
4. Referensi
Jeynes, J. (2007) Managing Health and Safety. UK : Elsevier
Stranks, J. (2002) Management Systems for Safety. Britain : Pearson Education
Suardi, R. (2005) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
PPM Tracey, J. (2010) Occupational Health and Safety Standards. London : NHS
Council.
Source :
http://www.fkunissula.ac.id/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gi
d=569&Itemid=67&lang=id
http://www.pdpersi.co.id/kegiatan/training_k3rs.pdf
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---protrav/--safework/documents/normativeinstrument/wcms_218602.pdf
DI RUMAH SAKIT
Nama : Juwari Sutono
NIM
: 121.03.1002
Kelas : C
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2014
1. Pendahuluan
Pelayanan kesehatan merupakan sektor yang sangat cepat berkembangnya. Di US
terdapat 18 juta pekerja terlibat didalamnya, dan wanita merupakan 80% darinya. Hazard
yang terlibat dalam aktifitas ini sangat beragam, seperti needlestick injuries, back
injuries, latex allergy, violence, dan stress. Walaupun hal ini sangat mungkin dicegah,
namun kejadian injury maupun infeksi tetap saja terjadi. Upaya pelayanan kesehatan
seperti pemeriksaan kesehatan selama bekerja belum banyak dilakukan.
Menurut WHO, dari 35 juta petugas kesehatan, ternyata 3 juta diantaranya
terpajan oleh bloodborne pathogen, dengan 2 juta dianatanya tertular virus hepatitis B, dan
170.000 diantaranya tertular virus HIV/AIDS. Menurut NIOSH, untuk kasus-kasus yang
non-fatal baik injury maupun penyakit akibat kerja, sarana kesehatan sekarang semakin
meningkat, berbanding terbalik dengan sektor konstruksi dan agriculture yang dulu paling
tinggi, sekarang sudah sangat menurun. Selain itu Infeksi nosokomial masih menjadi isu
cukup signifikan dikalangan pelayanan kesehatan, sehingga pengembangan program
patient safety sangat relevan dikembangkan. Karena itu pengembangan program
keselamatan dan kesehatan kerja di sarana kesehatan seperti rumah sakit dan sarana
kesehatan lainnya perlu dikembangkan dalam upaya melindungi baik tenaga kesehatan
sendiri maupun pasien.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat
sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Upaya penanganan
faktor potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program
kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik
terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat
pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik
maupun rumah sakit, kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit juga “concern”
keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk kedalam program patient safety.
2. Tinjauan Pustaka
2.1.
Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Ada beberapa pengertian tentang kesehatan dan keselamatan kerja
diantaranya ;
a. Kesehatan Kerja Menurut WHO / ILO (1995)
Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya bagi
pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja
yang disesuaikan dengan
kondisi fisiologi dan
psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada
manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
b. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh
dengan
cara
pencegahan
kecelakaan
dan
penyakit
akibat
kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan
rehabilitasi.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan,
Pasal
23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka
jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja
dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak
pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
2.2.
Prinsip Kebijakan Pelaksanaan dan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) Di Rumah Sakit
Pembahasan difokuskan pada prinsip K3RS, program K3RS,
dan kebijakan pelaksanaan K3RS, yang di bagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu;
a. Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja di ruma sakit (K3RS) agar
kesehat
an dan keselamatan kerja di ruma sakit (K3RS), dapat di
pahami
secarah utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang saling
ber interaksi, yaitu:
1) Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik
serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Contoh: Bila seorang pekerja kekurangan zat
besi yang menyebabkan anemia, maka kapasitas kerja Akan menurun
karna pengaruh kondisi fisik lemah dan lemas.
2) Beban kerja adalah beban fisik dan beban mental yang harus di
tanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Contoh: pekerja
yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum.
3) Lingkungan kerja adalah lingkungan yang terdekat dari seorang pekerja.
Contoh: Seorang yang bekerja di bagian instalasi radiologi (kamar X Ray,
kamar gelab, kedokteran, nuklir dan lain-lain).
b.
Program kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS)
program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi
kesehatan dan keselamatan kerja serta meningkatkan produktifitas
tenaga kerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung dan
masyarakat serta lingkungan rumah sakit. Kinerja setiap pengunjung
kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari 3 (tiga)
komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan kapasitas kerja.
Program K3RS yang harus diterapkan adalah:
1) Pengembangan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah
sakit (K3RS).
a) Pembuatan atau revitalisasi organisasi K3RS.
b) Merencanakan program K3RS selama 3 (tiga) tahun kedepan. Setiap 3
tahun dapat di revisi kembali sesuai dengan kebutuhan.
2) Pembudayaan perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit
(K3RS).
a) Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran rumah sakit, baik bagi
pekerja,pasien serta pengunjung rumah sakit.
b) Penyebaran media informasi dan komunikasi baik melalui film ,
leaflet, poster, pamflet dll.
c) Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit di Rumah
Sakit.
3) Pengembangan sumber daya manusia (SDM) K3RS. a) Pelatihan umum
K3RS,
b) Pelatihan itern Rumah Sakit, seperti pekerja perunit rumah sakit
c) Pengiriman SDM untuk pendidikan formal, pelatihan lanjutan,
seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3.
4) Pengembangan pedoman dan Standar Operational Procedure (SOP)
K3RS.
a) Penyusunan pedoman praktek Ergonomi di rumah sakit.
b) Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja.
c) Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.
d) Penyusunaan pedoman pelaksanaan penanggulangan kebakaran.
e) Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan rumah
sakit.
f) Penyusunan pengelolaan faktor resiko dan pengelolaan limbah
rumah sakit.
g) Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi.
h) Penyusunan konrol terhadap bahan berbahaya dan beracun (B3).
i) Penyusunan SOP kerja dan pelatihan di masing-masing unit kerja
rumah sakit.
5) Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja. a)
Mampping lingkungan tempat kerja.
b) Evaluasi lingkungan tempat kerja (wawancara pekerja, survei dan
kuesioner).
6) Pelayanan kesehatan kerja
a)
Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ,pemeriksaan
secara khusus, dan secara berkala bagi pekerja sesuai pajananya di
rumah sakit.
b) Melakukan pemeriksaan kesehatan khususnya pada pekerja di
Rumah sakit yang akan pensiun atau pindah kerja.
c) Pemeriksaan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja
yang menderita sakit.
d) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi, mental (rohani) dan
kemampuan fisik pekerja
7) Pelayanan keselamatan kerja
a) Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana prasarana
dan peralatan kesehatan di rumah sakit.
b) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di
rumah sakit.
c)
Pengelolaan dan pemeliharaan serta sertifikasi sarana prasarana dan
pemeliharaan peralatan rumah sakit
d) Pengadaan peralatan rumah sakit.
8) Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat,cair
dan gas.
a) Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah
padat, cair dan gas.
b) Pengelolaan limbah medis dan non medis
9) Pengelolaan jasa bahan berbahaya, beracun dan barang berbahaya
a) Inventarisasi bahan beracun, berbahaya dan barang berbahaya
(Permennaker No 427 tahun 1996).
b) Membuat
kebijakan
prosedur
pengadaan,
penyimpanan
dan
penaggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Material
Safety Data Sheet (MSDS).
10) Pengembangan manajemen tanggap darurat
a) Menyusun rencana tanggap darurat (survei bahaya, membentuk tim
tanggap darurat, menetapkan prosedur penanganan tanggap darurat,
pelatihan dll).
b) Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana.
c) Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat
2.3.
Standar Pelayanan K3 di Rumah Sakit
Pelayanan K3 RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan
berbagai komponen yang ada di rumah sakit. Pelayanan K3 di rumah sakit
sampai saat ini dirasakan belum maksimal.Hal ini dikarenakan masih banyak rumah
sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja
(SMK3).
1) Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja seperti
tercantum pada pasal 23 UU kesehatan no.36 tahun 2009 dan peraturan Menteri
tenaga kerja dan Transmigrasi RI No.03/men/1982 tentang pelayanan
kesehatan kerja. Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu
dilakukan, sebagai berikut :
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan sebekum kerja bagi pekerja.
b) Melakukan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja
dan memberikan bantuan kepada pekerja di rumah sakit dalam penyesuaian
diri baik fisik maupun mental terhadap pekerjanya.
c) Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai
dengan pajanan di rumah sakit
d) Meningkatkan
kesehatan
badan,
kondisi
mental
(rohani)
dan
kemampuan fisik pekerja
e) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang
menderita sakit
f) Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja rumah sakit
yang akan pension atau pindah kerja
g) Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap pekerja dan pasien
h) Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja
i) Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang
berkaitan dengan kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran terhadap
faktor fisik, kimia, biologi, psikososial, dan ergonomi)
j) Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja
yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di
wilayah kerja Rumah Sakit.
2) Standar pelayanan Keselamatan kerja di Rumah Sakit
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan
sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja
yang dilakukan :
a) Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana,
dan peralatan kesehatan.
b) Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja
terhadap pekerja.
c) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
d) Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi air.
e) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja. f)
Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja.
g) Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan tempat
kerja
dan
pemilihan
alat
serta
pengadaannya
terkait
keselamatan/keamanan.
h) Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
i) Pembinaan dan pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan
Kebakaran (MSPK).
j) Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan
keselamatan kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan
Unit teknis terkait di wilayah kerja kerja rumah sakit.
3) Standar K3 Sarana, Prasarana, dan Peralatan di Rumah Sakit
Sarana didefinisikan sebagai segala sesuatu benda fisik yang dapat
tervisualisasi oleh mata maupun teraba panca indera dan dengan mudah dapat
dikenali oleh pasien dan umumnya merupakan bagian dari suatu bangunan
gedung (pintu, lantai, dinding, tiang, kolong gedung, jendela) ataupun
bangunan itu sendiri. Sedangkan prasarana adalah seluruh jaringan/instansi
yang membuat suatu sarana bisa berfungsi sesuai dengan tujuan
yang
diharapkan, antara lain : instalasi air bersih dan air kotor, instalasi listrik,
gas medis, komunikasi, dan pengkondisian udara, dan lain- lain.
4) Pengelolaan Jasa dan Barang Berbahaya
Barang Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.
a) Kategori B3
Memancarkan radiasi, Mudah meledak, Mudah menyala atau terbakar,
Oksidator, Racun, Korosif, Karsinogenik, Iritasi, Teratogenik, Mutagenic,
Arus listrik.
b) Prinsip dasar pencegahan dan pengendalian B3
(1) Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk
mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya.
(2) Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang
diperlukan sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang
ditangani sekaligus memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila
kecelakaan terjadi.
(3) Pengendalian
evaluasi
yang
sebagai
alternatif
dilakukan
berdasarkan
meliputi
identifikasi
pengendalian
dan
operasional,
pengendalian organisasi administrasi, inspeksi dan pemeliharaan
sarana prosedur dan proses kerja yang aman, pembatasan keberadaan
B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang.
(4) Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya.
c) Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya
Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang
diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan proposal
berikut company profile. Informasi yang diperlukan menyangkut
spesifikasi lengkap dari material atau produk, kapabilitas rekanan,
harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi lain yang
dibutuhkan oleh rumah sakit.
5) Standar SDM K3 di Rumah Sakit
Kriteria tenaga K3
a) Rumah Sakit Kelas A
(1) S3/S2 K3 minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS.
(2) S2 kesehatan minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3 RS.
(3) Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan S2 Kedokteran
Okupasi minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS.
(4) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 2 orang
yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
RS.
(5) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1
orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS.
(6) Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal)
yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
RS.
(7) Tenaga
paramedis
yang
mendapat
pelatihan
khusus
yang
terakreditasi mengenai K3 RS minimal 2 orang.
(8) Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (informal) mendapat
pelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.
(9) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi
mengenai K3 RS minimal 2 orang.
b) Rumah Sakit Kelas B
(1) S2 kesehatan minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus
terakreditasi mengenai K3 RS.
(2) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 1 orang
yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
RS.
(3) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1
orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS.
(4) Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal)
yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
RS minimal 1 orang.
(5) Tenaga
paramedis
yang
mendapat
pelatihan
khusus
yang
terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.
(6) Tanaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (informal) mendapat
pelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang
(7) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi
mengenai K3 RS minimal 1 orang.
c) Rumah Sakit kelas C
(1) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 1 orang
yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
RS.
(2) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1
orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS.
(3) Tenaga
paramedis
yang
mendapat
pelatihan
khusus
yang
terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.
(4) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi
mengenai K3 RS minimal 1 orang.
6) Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan, dan Pelaporan
a) Pembinaan dan pengawasan
Pembinaan
dan
pengawasan
dilakukan
melalui
sistem
berjenjang.Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh
Departemen Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain
dengan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis, dan temu
konsultasi.
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
rumah sakit dibedakan dalam dua macam, yakni pengawasan internal,
yang dilakukan oleh pimpinan langsung rumah sakit yang bersangkutan,
dan pengawasan eksternal, yang dilakukan oleh Menteri kesehatan dan
Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masingmasing.
b) Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3
secara tertulis dari masing-masing unit kerja rumah sakit dan kegiatan
K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3RS, yang
dikumpulkan dan dilaporkan / diinformasikan oleh organisasi K3RS, ke
Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah Rumah
Sakit.Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan k3 adalah
menghimpun dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3,
mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan K3; mencatat dan
melaporkan setiap kejadian / kasus K3, dan menyusun dan
melaksanakan pelaporan kegiatan K3.
Pelaporan terdiri dari : pelaporan berkala (bulanan, semester, dan
tahunan) dilakukan sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan dan
pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktuwaktu pada saat kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan k3 adalah
mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yang
tercakup di dalam :
(1) Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan
kesehatan lingkungan rumah sakit.
(2) Kejadian/kasus
yang
berkaitan
dengan
upaya penanggulangan dan tindak lanjutnya.
3. Kesimpulan
K3
serta
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat
kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Agar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit tercapai akan dibuat
perencanaan,organisasi, pelaksanaan dan pengawasan yang kemudian dilanjutkan
dengan sosialisasi penerapan budaya K3 di rumah sakit.
4. Referensi
Jeynes, J. (2007) Managing Health and Safety. UK : Elsevier
Stranks, J. (2002) Management Systems for Safety. Britain : Pearson Education
Suardi, R. (2005) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
PPM Tracey, J. (2010) Occupational Health and Safety Standards. London : NHS
Council.
Source :
http://www.fkunissula.ac.id/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gi
d=569&Itemid=67&lang=id
http://www.pdpersi.co.id/kegiatan/training_k3rs.pdf
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---protrav/--safework/documents/normativeinstrument/wcms_218602.pdf