sistem Irigasi pada lahan pertanian di N

Irigasi pada lahan pertanian di New Jersey

Padi muda dan padi yang mendekati usia panen di Bogor. Irigasi memungkinkan tanaman pertanian untuk
ditanam tanpa mengikuti musim

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia
modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman
dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber
mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun,
irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian
menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia
biasa disebut menyiram.
Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat
dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno.
Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari
permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air[1]. Irigasi dan drainase merupakan
bagian penting dalam penataan sistem penyediaan air di bidang pertanian maupun tata ruang.
Saluran drainase sering kali dirujuk sebagai drainase saja karena secara teknis hampir semua
drainase terkait dengan pembuatan saluran. Saluran drainase permukaan biasanya
berupa parit , sementara untuk bawah tanah disebut gorong-gorong di bawah tanah.

Dalam lingkup rekayasa sipil, drainase dibatasi sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal sesuai dengan kepentingan. Dalam tata ruang,
drainase berperan penting untuk mengatur pasokan air demi pencegahan banjir[2]. Drainase juga
bagian dari usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.

Denifisi
Menurut SNI 03-6966-2003 diterangkan tentang saluran air hujan pracetak berlubang.
Saluran air hujan pracetak berlubang didefinisikan sebagai saluran air hujan yang dibuat
dari bahan beton bertulang dengan pelubangan sesuai design dan kriteria yang telah
ditetapkan, dibuat dengan sistem pracetak. Saluran berfungsi untuk mengalirkan dan
atau meresapkan air hujan dari suatu tempat ke tempat lain. Yang dimaksud beton
pracetak adalah proses pembuatan struktur beton yang dilakukan dengan cara dicetak
terlebih dahulu sebelum dipasang. Persyaratan umum saluran air hujan beton pracetak
berlubang menurut SNI adalah sebagai berikut :


Saluran beton pracetak tersebut harus mampu mengalirkan serta meresapkan
sebagian air hujan ke dalam tanah dengan kecepatan tertentu.




Dipasang di atas tanah yang stabil.



Permukaan beton pracetak halus dan tidak cacat serta kedap air

Bahan yang digunakan untuk membuat saluran beton pracetak adalah sement Portland,
agregat halus (pasir, fly ash), agregat kasar (stenslah/batu pecah), besi tulangan mutu fy
240 dan fy 400, air. Pada type tertentu perlu ditambahkan aditif untuk meningkatkan
mutu beton atau untuk mempermudah pengerjaannya (workability). Cetakan (bekisting)
dibuat dari plat besi dengan pengaku dari siku, bisa juga menggunakan tripleks yang
diperkuat dengan rangka kayu. Cetakan dari kayu umumnya bisa dipakai hingga 5 x,
setelah itu bentuknya sudah tidak presisi. Cetakan saluran beton pracetak yang dibuat
dari plat besi bisa dipakai berkali-kali tanpa batas. Hal inilah yang menyebabkan harga
beton pracetak bisa lebih murah dibandingkan dengan beton konvensional (di cor di
tempatnya).
Type saluran beton pracetak
Type saluran beton pracetak saat ini di pasaran banyak sekali, mengikuti kebutuhan yang

diminta oleh pengguna pekerjaan saluran. Type ini dibuat sesuai dengan dimensi saluran
yang akan dikerjakan serta mempertimbangkan beban-beban yang akan ditahan
oleh saluran beton pracetak. Type saluran beton pracetak antara lain :


U-ditch



U-gutter



L-gutter



L-shape




Box Culvert

Berikut ini adalah penjelasan mengenai type-type saluran beton pracetak tersebut:
U-ditch
U-ditch adalah saluran beton pracetak yang berbentuk U dan berukuran kecil. Kadangkadang U-ditch diberi tutup plat beton pracetak. Tidak ada standar ukuran yang
membedakan saluran disebut u-ditch atau u-gutter. Pada umumnya u-ditch berukuran

lubang dalam 30 x 30 cm hingga 100 x 120 cm. Panjang u-ditch umumnya 1 m dan 1,2
m.

u-dtich
Saluran beton pracetak type u-ditch ini biasa digunakan pada halaman bangunan
perkantoran, pergudangan, pabrik dan hotel. Besar kecilnya dimensinya u-ditch
tergantung pada volume air yang akan dialirkan. Type saluran beton pracetak ini banyak
dipakai sehingga jika pesan ke pabrik beton pracetak, kemungkinan ready stok.

saluran u-ditch
U-gutter


pemasangan saluran beton pracetak u-gutter
Bentuk U-gutter sama dengan U-dtich. Saluran beton pracetak ini adalah u-ditch yang
berukuran besar, dimensinya mulai 100 x 150 cm hingga 300 x 150 cm. Tidak ada
ketentuan mengenai dimensi tertentu disebut u-gutter, akan tetapi semakin besar
dimensi u-gutter maka semakin sulit pengangkutannya maupun handling (penurunan
dari stok yard ke lokasi pekerjaan).
Pertimbangan pada saat perencanaan saluran beton pracetak u-gutter adalah :
– volume air yang akan dialirkan,
– kemampuan alat angkut untuk mendistribusikan material tersebut dari pabrik ke
proyek,
– kemampuan alat berat untuk menurunkan material dari stok yard ke lokasi pekerjaan
(handling),
– access masuk ke lokasi pekerjaan.
Saluran beton pracetak ini digunakan pada saluran tepi jalan (drainase perkotaan),
saluran irigasi dan drainase pabrik.
L-gutter
Kreasi saluran beton pracetak selanjutnya setelah U-gutter adalah L-gutter. Type saluran
beton pracetak ini adalah pengembangan dari u-gutter. Jika saluran sudah tidak bisa
didesign lagi menggunakan u-gutter maka design saluran bisa dipecah menjadi L-gutter
dan plat. Tujuan dari pemecahan ini adalah untuk memudahkan pengangkutan material

dan handling.

pemasangan saluran beton pracetak l-gutter
Kerapian pemasangan saluran beton pracetak type ini sangat tergantung pada rapi
tidaknya (kerataan) lantai kerja. L-gutter dan plat disambung dengan cor beton cast in
site sehingga pada ujung kaki l-gutter dan plat harus dipasang stek besi tulangan. Pada
ujung atas badan l-gutter juga perlu dipasang stek besi tulangan jika direncanakan
pemasangan caping (sloof).
Caping di atas l-gutter berfungsi untuk merangkai l-gutter satu dengan lainnya untuk
menghindari pergeseran arah melintang akibat desakan tanah samping. Caping juga
berguna untuk menghindari penurunan yang tidak merata. Kerapian pemandangan
saluran arah memanjang juga dipengaruhi oleh kerapian caping ini.
L-shape
Perbedaan yang mencolok antara u-gutter, l-gutter dengan l-shape adalah dari
bentuknya setelah dipasang. Bentuk saluran dengan l-shape miring sebagaimana bentuk
plengsengan batu kali akan tetapi materialnya dari beton pracetak.

bentuk saluran beton pracetak l-shape sama dengan plengsengan batu kali
Pada saat ini l-shape masih jarang digunakan. Mengapa jarang digunakan ? Karena
material saluran beton pracetak banyak dipakai di wilayah perkotaan yang padat dengan

bangunan sehingga bentuk dindingnya harus tegak untuk mengefisienkan penampang
basah. Dengan bentuk yang miring seperti plengsengan, l-shape banyak memakan
tempat.
Ditinjau dari segi biaya sebenarnya l-shape relatif lebih murah daripada l-gutter dan ugutter. Mengapa lebih murah ? Bentuk miring menyebabkan sebagian beban konstruksi
ditahan oleh tanah tanggul sehingga dimensi yang diperlukan relatif tipis dan
membutuhkan besi tulangan sedikit. Jika masih ada tanggul yang lebar sebaiknya
saluran didesign menggunakan beton pracetak l-shape.
Box Culvert

saluran beton pracetak box culvert (jembatan)
Type saluran beton pracetak lain yang banyak dipakai di bangunan saluran drainase
adalah box culvert. Box culvert adalah beton pracetak yang digunakan pada saluran
yang melintasi jalan. Dahulu saluran yang milintasi jalan disebut gorong-gorong
menggunakan buis beton. Saat ini box culvert banyak digunakan di perkotaan pada
pekerjaan saluran yang melintasi jalan raya (crossing).
Dimensi box culvert bervariasi mulai 100 x 100 cm hingga 350 x 350 cm. Kemampuan
pabrik dalam membuat dimensi box culvert yang besar sangat mempertimbangkan
kemampuan alat angkut dan kemampuan alat untuk handling. Box culvert merupakan
konstruksi jembatan cepat pasang. Saat ini pekerjaan jembatan menggunakan box
culvert bisa dikerjakan dalam waktu satu malam, sehingga total waktu pekerjaan mulai

mendatangkan material ke proyek hingga perbaikan kembali aspal jalan raya hanya
membutuhkan waktu 3 hari. Itulah kelebihan box culvert dibandingkan dengan konstruksi
jembatan dan saluran yang lain.

Bila dulu orang-orang lebih sering menggunakan beton cor, maka saat ini beton precast mulai
banyak dipakai untuk menggantikan beton cor, terutama untuk pembangunan atau konstruksi
skala besar. Ini tidak mengherankan mengingat beton precast memang memiliki keunggulan
lebih bila dibandingakn dengan beton cor, misalnya:

beton precast











Dapat memangkas waktu pekerjaan konstruksi. Karena pengerjaan cetak beton bisa dilakukan di
tempat lain, sehingga saat tiba lokasi konstruksi bisa langsung dipasang atau dirangkai tanpa harus
menunggu lama.
Kualitas beton yang lebih terjamin, seperti permukaan beton yang lebih halus dibandingkan
dengan beton cor.
Tidak terpengaruh dengan kondisi cuaca pada lokasi konstruksi, karena dibuat di lokasi terpisah.
Sehingga bila pun terjadi hujan, maka tidak akan mempengaruhi proses pencetakan beton yang dilakukan
di tempat tertutup. Sehingga tidak akan menganggu proses dan jadwal pemasangannya.
Lebih ekonomis dari sisi tenaga kerja. Ini karena untuk pemasangannya bisa digunakan tenaga
kasar dengan upah yang lebih rendah dibandingkan dengan tenaga ahli yang dibutuhkan pada pada
pembuatan beton cor.
Menekan biaya pengguanan bekisting yang bisa digunakan pada saat pengecoran beton di lokasi
konstruksi.

Keunggulan di atas menjadi alasan memilih beton precast sebagai bahan bagunan
dibandingkan beton konvensional. walaupun begitu, selain memiliki banyak keunggulan tadi,
penggunaan beton precast tidak lepas kekurangan yang ada bila dibandingkan dengan
penggunaan pagar beton, misalnya saja:





Adanya biaya tambahan untuk transportasi saat memindahkan beton dari pabrik ke lokasi
konstruksi. Biaya untuk pemindahan beton ini tentunya tidak sedikit, apalagi bila beton yang diangkut
dalam jumlah banyak.
Selain itu ada lagi biaya sewa gudang untuk menyimpan beton-beton yang sudah tercetak sebelum
dibawa ke lokasi konstruksi. Semakin banyak beton yang dicetak, tentu semakin luas gudang yang
diperlukan, artinya semakin besar juga biaya sewa yang harus dikeluarkan tersebut. (raw)

Bagaimana proses pembuatan beton pracetak dillaksanakan? Beton pracetak adalah salah satu jenis beton yang
dibuat   di   dalam   pabrik   sesuai   dengan   spesifikasi   yang   telah   ditentukan.   Setelah   pembuatan   beton   tersebut
selesai, beton selanjutnya akan di angkut ke lokasi proyek pembangunan untuk dilakukan pemasangan.
Berdasarkan surat keputusan SNI T­15­1991­03, pengertian beton pracetak ialah komponen beton yang dicor di
tempat yang bukan merupakan posisi akhir dalam suatu struktur. Pada umumnya, beton pracetak mempunyai
kekuatan yang berkisar antara 4.000­6.000 psi atau bahkan lebih. Keunggulan utama beton ini antara lain dapat
menghemat   anggaran   biaya,   menghemat   penggunaan   bekisting,   kualitasnya   terkontrol   dengan   baik,   serta
tercapainya efisiensi waktu.

Proses Pembuatan Beton Pracetak
Di bawah ini langkah­langkah dalam pembuatan beton pracetak!

Langkah 1 : Pembuatan Cetakan
Cetakan berfungsi untuk membentuk beton dengan spesifikasi yang sesuai perencanaan. Bahan baku untuk
membuat   cetakan   beton   yaitu   papan   kayu.   Papan­papan   kayu   tersebut   lantas   dibentuk   kotak   dan   ditahan
menggunakan paku secukupnya. Penentuan ukuran dari cetakan harus benar­benar diperhatikan karena akan
memengaruhi hasil jadi beton pracetak. Beton yangg baik seyogyanya bisa dipakai lagi hingga sebanyak 50 kali.
Langkah 2 : Pembuatan Adukan Beton
Secara prinsip, pembuatan adukan beton dilakukan dengan mencampurkan bahan pengisi dan bahan pengikat
menjadi   satu.   Bahan­bahan   yang   dimaksud   antara   lain   pasir,   kerikil,   semen,   dan   air   dengan   perbandingan
komposisi sesuai kualitas yang diharapkan. Untuk mengubah sifat alami dari beton, Anda bisa menambahkan zat
aditif tertentu ke dalam adukan tersebut.
Langkah 3 : Penuangan Adukan Beton
Adukan beton yang sudah terbentuk kemudian dituangkan ke dalam cetakan. Pastikan dalam penuangannya,
adukan ini disebarkan secara merata dan memenuhi setiap bagian cetakan. Penuangan adukan yang salah akan
menyebabkan   mutu   beton   menurun.   Bahkan   kekuatan   beton   pun   dapat   berkurang   drastis   apabila
penampangnya tidak tercetak sempurna. Adukan beton sebaiknya dituangkan setengahnya dahulu, kemudian
dilakukan pemasangan tulangan baja di tengah cetakan, dan diteruskan lagi dengan penuangan adukan sampai
penuh.
Langkah 4 : Pemasangan Tulangan Baja
Kebanyakan beton pracetak dipakai untuk menahan beban dari bangunan. Tidak hanya pelat lantai, beton ini
juga kerap digunakan sebagai pembentuk struktur balok dan kolom bangunan. Oleh karena itu, beton harus
mampu menahan gaya beban dan gaya tarik dengan baik. Solusinya Anda bisa memasang beberapa tulangan
baja   ke   dalam   adukan   beton   di   dalam   cetakan   tadi   sehingga   nantinya   akan   terbentuk   beton   bertulang.
Pemasangan tulangan dilakukan ketika kondisi adukan masih basah.
Langkah 5 : Pengeringan Beton
Adukan beton sebaiknya dikeringkan secara alami dengan cara mengangin­anginkannya. Penjemuran adukan
beton di bawah terik sinar matahari langsung justru dapat mengakibatkan beton mengalami keretakan sehingga
tak layak pakai. Selama proses pengeringan berlangsung, beton juga perlu disiram dengan air secara berkala

untuk menghindari beton mengering secara mendadak. Perawatan terhadap beton dilakukan sampai berumur 7
hari, sedangkan beton akan mengering sempurna dan boleh digunakan setelah usianya mencapai 30 hari.

PEKERJAAN PERSIAPAN
Sebelum melakukan pemasangan u-ditch perlu dilaksanakan pekerjaan persiapan terdiri
dari :
1.

Survey lokasi dan pengukuran awal.

2.

Koordinasi dengan pihak terkait.

3.

Pembuatan direksi keet, barak pekerja dan gudang.

4.

Pembuatan rambu lalu-lintas.

5.

Pengaturan access masuk lokasi pekerjaan.

6.

Pengaturan tata letak material dan peralatan.

7.

Mobilisasi peralatan.

8.

Pembuatan shop drawing

FABRIKASI BETON PRACETAK U-DITCH
Segera setelah mendapatkan kontrak kerja, kontraktor berkoordinasi dengan direksi
kemudian melakukan pengukuran awal di lapangan, dan selanjutnya kontraktor
mengajukan shop drawing kepada direksi. Dengan disetujuinya shop drawing tersebut
menjadi acuan untuk fabrikasi beton pracetak u-dtich. Pada umur minimal 7 hari,
beton pracetak bisa dimobilisasi ke lapangan. Pekerjaan saluran beton pracetak u-ditch
segera dimulai.

moulding beton pracetak

fabrikasi beton pracetak u-dtich

Berikut ini bagan alur fabrikasi beton pracetak u-ditch :
beton-pracetak-u-dtich1
PEMASANGAN BETON PRACETAK U-DITCH
Beton pracetak yang paling banyak volumenya dipasang paling awal. Tahapan
pelaksanaan pemasangan BETON PRACETAK U-DITCH adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran
Pengukuran meliputi pengukuran panjang pekerjaan dan elevasi. Elevasi yang tertera
pada shop drawing diterapkan di lapangan dengan memasang patok-patok dan
bouwplank untuk menyimpan elevasi.

pengukuran

2.

Galian tanah

Setelah patok dipasang, pekerjaan galian bisa dimulai. Elevasi galian dikontrol
berdasarkan elevasi yang sudah disimpan pada patok.

galian tanah
Penggalian tanah menggunakan excavator. Dalam waktu 1 hari target panjang galian
minimal adalah 7,2 m untuk memenuhi kemampuan alat berat dalam memasang beton
pracetak yaitu 6 unit.
3. Pembuangan tanah bekas galian
Selama excavator mengerjakan galian, 1 unit dump truck siap di sisi galian untuk
menampung tanah bekas galian. Tanah bekas galian tersebut langsung dibuang ke luar
proyek dan di sisi rencana saluran disiapkan sebagian material bekas galian untuk
digunakan pengurugan kembali. Dengan demikian area di sisi galian relatif bersih dan
setiap saat siap ditempati stock beton pracetak u-dtich.
4.

Urug sirtu

pembuangan bekas galian
Tahapan setelah galian mencapai panjang 7,2 m adalah pengurugan sirtu. 1 hari sebelum
pengurugan, sirtu harus siap di sisi galian. Untuk segmen selanjutnya sirtu didatangkan
bertahap berdasarkan kebutuhan setiap segmen galian. Ketebalan urugan sirtu adalah
250 mm. Pengurugan menggunakan excavator dengan bantuan tenaga manusia untuk
meratakannya.

urug sirtu
5.

Lantai kerja

lantai keja dudukan beton pracetak u-ditch
Pada umumnya ketebalan lantai kerja adalah 50 mm dengan mutu beton K125 atau B0.
Permukaan lantai kerja dibuat serata mungkin dan dikontrol elevasinya berdasarkan
elevasi yang sudah disimpan pada patok-paton bantuan. Kerataan lantai kerja sangat
menentukan kerapian elevasi beton pracetak u-ditch yang dipasang di atasnya.
6.

Pemasangan BETON PRACETAK U-DITCH


Beton pracetak U-ditch yang sudah berumur lebih dari 7 hari dari fabrikasi
dikirim ke lokasi dan di stok di lokasi dekat pemasangan.



Pemindahan BETON PRACETAK U-DITCH dari stock yard ke tempat
pemasangan menggunakan forklift dengan kapasitas sesuai berat material.
Biasanya kapasitan forklift yang harus disediakan adalah 2 x berat material.

stock yard beton pracetak u-ditch


Pemasangan BETON PRACETAK U-DITCH menggunakan excavator atau
crane tergantung pada berat material yang diangkat. Biasanya kapasitas crane
atau excavator = 5 x berat material yang diangkat. Pemasangan dilakukan
setelah cor lantai kerja berumur minimal 1 hari. Target pemasangan setiap hari
rata-rata 6 unit.

pemasangan beton pracetak u-ditch

pemasangan beton pracetak u-ditch dengan crane

beton pracetak u-ditch terpasang


Di atas BETON PRACETAK U-DITCH sebaiknya dipasang caping beam dari beton
cor di tempat, berfungsi untuk menjaga posisi beton pracetak u-dtich agar tidak
bergeser ke kiri atau ke kanan oleh desakan tanah setelah pengurugan kembali.




Pengelasan plat penyambung antar beton pracetak u-dtich
Pekerjaan nat

Spasi antar BETON PRACETAK U-DITCH ditutup dengan spesi.

pengelasang joint sebelum pekerjaan nat
Baca juga artikel box culvert beton pracetak.
Iklan

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

: Peningkatan Jaringan Irigasi
TAHUN ANGGARAN

I.
A.
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

: 2016

PEKERJAAN PERSIAPAN
Mobilisasi dan Demobilisasi
Mendatangkan personil-personil dan alat-alat kerja beserta bahan yang akan digunakan dalam
pekerjaan.
Mobilisasi personil
Tenaga kerja harus dipersiapkan lebih awal sebelum pekerjaan dimulai. Personil yang akan
digunakan dalam proyek ini antara lain:
Site Manager
: 1 orang
Pelaksana
: 1 orang
Mandor
: 1 orang
Labtek
: 1 orang
Juru Ukur
: 1 orang
Administrasi
: 1 orang

2. Mobilisasi alat
Peralatan yang akan digunakan di lapangan harus dipersispkan paling lambat 3 hari sebelum
pekerjaan dimulai. Peralatan yang akan digunakan dalam proyek ini antara lain:
1. Concrete Mixer
: 2 unit
2. Bak Adukan
: 4 unit
3. Pompa Air
: 2 unit
4. Stemper
: 1 unit
5. Dump Truck
: 1 unit
6. Pick Up
: 1 unit
Semua peralatan utama merupakan milik sendiri. Mobilisasi peralatan dapat dilakukan pada
awal pekerjaan dan demobilisasi dilakukan pada mingggu akhir pekerjan setelah pekerjaan
selesai.
3. Mobilisasi bahan
Bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini seperti semen, pasir, krikil, batu kali, baja
tulangan, kawat beton, paku dan yang lainnya diangkut ke tempat penyimpanan sesuai jadwal
yang akan dipersiapkan.
B.

Shop Drawing
Sebelum mengerjakan pekerjaan, terlebih dahulu membuat Gambar-gambar kerja (shop
drawing) yang acuannya dari Gambar Rencana yang terakhir. Jika terdapat perbedaan antara
gambar kerja dengan keadaan sebenarnya di lapangan, maka yang dilaksanakan adalah
keputusan yang diberikan oleh Direksi. Selanjutnya melakukan penggambaran kembali tapak
proyek sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Pada keadaan dimana ada
penyimpangan dari gambar rencana, akan mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang
dari daerah yang dipatok. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau
pendapat / revisi pada satu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada
kontraktor. Setelah diperbaiki, diajukan kembali gambar yang Direksi diminta untuk direvisi.
Gambar tersebut akan digambar kembali diatas kertas A3 dan setelah disetujui oleh Direksi,
mka diserahkan kepada Direksi gambar asli dan 3 (tiga) lembar hasil rekamannya.

C.

Penyediaan Lokasi Hasil Galian
Lokasi Hasil Galian akan dipersiapkan sebelum melaksanakan pekerjaan galian dengan
persetujuan Direksi/Pengawas.

D.

Penyediaan Air Bersih
Untuk pengadaan air bersih diperlukan satu buah mesin pompa untuk distribusi air bersih.
Pemasangan pompa air dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pemantekan untuk
mendapatkan sumber air, kemudian dilakukan pemasangan pipa dan kran air. Air bersih
ditampung dalam toren air . Air bersihdapat juga diperoleh dari sumber existing yang ada
dengan penyambungan dan membayar sejumlah biaya yang telah ditentukan.

E.
Pemasangna Bowplank
1. Pada setiap pembuatan bangunan dan bangunan, dipasang bouwplank/profil dan
mencantumkan elevasi serta nama bangunannya. Pemasangan bouwplank/ profil berdasarkan
peil elevasi ketinggian dari patok hasil pengukuran Uitzet dan pemasangannya dapat
dilaksanakan apabila pengukuran dinyatakan selesai dan benar serta mendapat persetujuan
dari Direksi.
T
F.

Pembersihan Lahan dan Pembuangannya
Membersihkan lokasi / lapangan kerja bangunan dan bangunan yang akan dikerjakan dari
kotoran-kotoran, rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggak-tonggak (sampai dengan
kedalaman 1 m dari permukaan tanah), dan semua rintangan permukaan kecuali bangunanbangunan sampai permukaan tanahnya kelihatan.
Hasil-hasil dari pembersihan (rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggak-tonggak dan
sampah lainnya) akan dibakar sampai habis pada lokasi yang aman, dijaga dan tidak
membahayakan/merugikan lingkungan sekitarnya. Sisa pembakaran yang dipastikan tidak
ada lagi api yang menyala/membara ditanam dan diurug kembali secara rapi.

G.
Pemasangan Papan Nama Proyek
1. Menyiapkan papan nama dari papan playwood 5 mm dicat warna dasar putih dengan redaksi
dan ukuran 1,50 m x 1,00 m
2. Menulis pada papan dengan tulisan warna hitam, teks sesuai petunjuk Direksi.
3. Pemasangan papan-papan nama dilengkapi tiang-tiang penyangga dan pondasi yang cukup
stabil dan dipasang di lokasi yang disetujui direksi.
H.

-

Penyediaan Kantor Direksi
Merundingkan terlebih dahulu dengan Direksi mengenai pembagian halaman untuk bangunan
sementara. Selanjutnya membuat bangunan sementara yang terdiri dari tempat penimbunan
barang- barang, gudang, ruang Direksi, ruang Kontraktor, kamar mandi/WC dan ruang- ruang
lain yang dianggap perlu.
Menyediakan sebuah bangunan untuk direksikeet minimal 20 m2 dan dilengkapi panil-panil
untuk menempel gambar-gambar.
Ruang Direksi dilengkapi minimal dengan:
set meja kerja dan kursi
1 set meja rapat dan kursi, kapasitas minimal untuk 12 orang
1 set meja dan kursi tamu
1 white board

Menyediakan kantor lapangan, akomodasi kantor yang cocok dan fasilitas yang memenuhi
kebutuhan proyek di tempat-tempat pekerjaan penting. Memelihara bangunan sementara yang
telah ada di lapangan dan memperbaiki/mengganti kerusakan yang terjadi selama masa
pelaksanaan. Bangunan-bangunan seperti ruang Direksi, los kerja dan bangunan sementara
akan dibongkar setelah mendapat persetujuan Direksi.
I.

Pembersihan Sisa Material dan Fasilitas Sementara
Selama periode pelaksanaan pekerjaan, memelihara pekerjaan bebas dari akumulasi sisa
bahan bangunan, kotoran dan sampah, yang diakibatkan oleh operasi pelaksanaan. Pada saat
selesainya pekerjaan, semua sisa bahan bangunan dan bahan-bahan tak terpakai, sampah,
perlengkapan, peralatan dan mesin-mesin disingkirkan, seluruh permukaan terekspos yang
nampak dibersihkan, termasuk juga semua fasilitas sementara seperti gudang, kantor
lapangan dan jembatan sementara, sehingga proyek ditinggal dalam kondisi siap pakai dan
diterima oleh direksi pekerjaan.
Sebelum pekerjaan pengukuran dimulai, tapak proyek dibersihkan dari rumput, semaksemak, lumpur, akan pohon, tanah humus, puing-puing dan segala sesuatu yang tidak
diperlukan atau dapat menggangu jalannya pekerjaan. Penebangan pohon-pohon sesuai
dengan petunjuk Direksi.
Semua barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari lokasi, selambat-lambatnya sebelum
pekerjaan galian tanah dimulai.
1.

2.
2.
3.

Pembersihan Selama Pelaksanaan
Melakukan pembersihan secara teratur untuk menjamin bahwa tempat kerja, struktur, kantor
sementara, tempat hunian dipelihara bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, sampah dan
kotoran lainnya yang diakibatkan oleh operasi-operasi di tempat kerja dan memelihara tempat
kerja dalam kondisi rapi dan bersih setiap saat.
Bilamana dianggap perlu, menyemprot bahan dan sampah yang kering dengan air untuk
mencegah debu atau pasir yang beterbangan.
Menyediakan drum di lapangan untuk menampung sisa bahan bangunan, kotoran dan
sampah sebelum dibuang.
Membuang sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah ditempat yang telah ditentukan sesuai
dengan Peraturan Pusat dan Daerah dan Undang-undang Pencemaran Lingkungan yang
berlaku.
Pembersihan Akhir
Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja ditinggal dalam keadaan bersih dan siap untuk
dipakai dan mengembalikan bagian-bagian dari tempat kerja yang tidak diperuntukkan dalam
dokumen kontrak ke kondisi semula, membongkar bangunan-bangunan atau fasilitas
penunjang sementara yang dibangun.

J.

Penerangan dan Keselamatan Kerja
1. Mengutamakan keselamatan kerja dengan menyediakan sarana pengamanan kerja baik itu
berupa helm, sepatu, pakaian pelindung dan pengaman lain yang diperlukan.
2. Menyelenggarakan, membangun tanda-tanda bahaya dan isyarat-isyarat yang sesuai dan
cukup serta mengambil tindakan pencegahan yang perlu untuk perlindungan pekerjaan dan
keselamatan umum. Jalan-jalan yang tertutup bagi lalulintas harus dilindungi dengan
perintang yang cukup, perintang tersebut diberi penerangan atau lampu dan dinyalakan mulai
sejak matahari terbenam hingga matahari terbit.

3. Berkoordinasi dengan pihak keamanan setempat untuk menghindari hal – hal yang tidak
diinginkan.
4. Menjaga kebersihan agar menjamin kesehatan lingkungan.
5. Menyediakan kotak obat lengkap dengan obat-obatan untuk memberi pertolongan darurat
bila ada petugas/pekerja yang sakit.
6. Mengasuransikan tenaga kerja.
7. Penginapan untuk petugas/pekerja layak dan memenuhi syarat kesehatan.
8. Menyediakan fasilitas sebagai berikut;
- Listrik dan penerangan untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan keamanan.
- Air minum atau air bersih yang dapat diminum untuk semua keperluan selama pelaksanaan
pekerjaan dan semua petugas yang ada diproyek.
- Alat-alat pemadam kebakaran.
- Alat-alat P3K.
- Kamar mandi dan WC untuk pekerjaan lapangan termasuk septictank sementara.
- Alat Komunikasi.
- Alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
- Alat pengendalian dan pengamanan lalu lintas.
II.

UTILIZAT/PENGUKURAN

A.
Pengecekan Patok BM dan pemasangan patok CP
1. Memastikan bahwa patok batas lahan, pada tiap sudut perimeter lahan sesuai dengan data
Badan Pertanahan Nasional
2. Jika patok yang ada belum permanen (tidak dicor) atau tidak terlindungi dengan
baik, dibuat patok beton dengan cor dan memasang titik batas dengan tanda paku tertanam di
tiap patok dan melindungi patok-patok tersebut dengan perimeter yang baik dan mudah
dipantau (dari bambu atau kaso dan diberi tanda warna atau bendera atau tanda lain yang
mudah dilihat)
3. Setelah dipastikan seluruh patok perimeter sesuai, Berita Acara Joint Survey yang sudah
disahkan bersama instansi terkait dan Konsultan Pengawas disimpan dan menjadi dasar acuan
seluruh pengukuran berikutnya
4. Titik batas lahan dan garis perimeternya diplot ke gambar dan dilakukan cross check apakah
sesuai dengan batas yang diberikan dalam gambar desain atau gambar konstruksi —jika
terjadi perbedaan maka akan dilaporkan kepada Konsultan untuk dilakukan penyesuaian
gambar desain.
5. memastikan patok-patok benchmark utama (BM) yang terhubung dengan seluruh titik sudut
perimeter lahan di lokasi yang tidak terganggu selama pelaksanaan proyek dan diplotkan
pada gambar pelaksanaan, serta menjadi acuan awal pelaksanaan pematokan (stacking out)
pada bangunan-bangunan yang akan dilaksanakan
6. Membuat patok-patok Control Point (CP) untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran dan
pematokan berikutnya
B.
1.
2.
3.
4.

Pengukuran Poligon
Langkah Kerja
Menyiapkan catatan, daftar pengukuran dan membuat sket lokasi areal yang akan diukur.
Menententukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.
Mendirikan pesawat di atas titik P1 dan melakukan penyetelan alat sampai didapat
kedataran.
Mengarahkan pesawat ke arah utara dan menolkan piringan sudut horizontal dan kunci
kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.

5. Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan catat sudut horizontalnya
yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan
muka.
6. Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180º searah jarum jam, kemudian
putar teropong 180º arah vertikal dan arahkan teropong ke titik P2.
7. Melakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan luar biasa untuk
bacaan muka.
8. Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan pembacaan sudut horizontal
pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan ini merupakan bacaan belakang.
9. Dengan cara yang sama, dilakukan pada titik-titik poligon berikutnya hingga kembali lagi ke
titik P1.
10. Melakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.
11. Melakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat masing-masing
titik.
12. Menggambar hasil pengukuran dan perhitungan.
C.

Pengukuran Water Pass
Langkah Kerja;
1. Menyiapkan alat ukur waterpass di atas kaki tiga, dan siapkan pula alat tulis untuk mencatat
hasil pengukuran
2. Buka kaki tiga dari pengunci
3. Berdirikan dan dalam keadaan tidak terkunci tinggikan sampai kira-kira sebatas dada,
kemudian kuncikan kembali
4. Renggangkan ketiga kakinya membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar kaki sekitar
60 cm dan kepala kaki tiga dalam keadaan mendatar
5. Keluarkan alat ukur dari tempatnya, kemudian pasang di atas kepala kaki tiga yang sudah
disiapkan tadi, pasang skrup yang ada di kepada kaki tifa pada lubang yang ada di bagian
bawah alat ukur cukup kuat agar antara kaki tiga dan alat betul-betul menjadi satu kesatuan.
Lalu injak alat injakan yang ada di kaki tiga
6. Mengatur teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar
7. Putar kedua skup pendatar ke atas atau kebawah secara bersamaan dan skrup ketiga sebagai
pengatur sampingan, sampai gelembung nivo tepat ditengah kotak
8. Untuk memenuhi syarat garis bidik sejajar garis nivo, atur gelembung nivo tabungnya agar
tepat ada ditengah dengan menggunakan skrup pengatur nivo tabung
9. Arahkan tropong ke sasaran, berupa rambu ukur yang didirikan tegak diatas titik pengukuran
10. Cek benang diafragma terlihat atau tidak. Bila tidak terlihat putar-putar skrup pemokus
difragma sampai benang diafragma tersebut terlihat jelas
11. Menentukan dua titik A dan B
12. Membagi panjang PQ dalam beberapa slag
13. Membaca benang tengah di tiap slag, dengan menganggap bacaan bt yang berlawanan
dengan arah pengukuran menjadi arah belakang (b), yang searah menjadi arah muka (m) dan
catat pada lembar kerja. Hitung beda tinggi tiap-tiap slag.

D.

Pengukuran Situasi, Potongan Memanjang dan Melintang

- Pengukuran situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan electronic total station (ets) atau dengan
alat ukur teodolit dengan ketelitian bacaan ≤ 20”. Data yang diukur mencakup semua obyek
bentukan alam dan buatan manusia yang ada disekitar bangunan rencana .

Pada pengukuran situasi tersebut, pengambilan titik ukur detail / rapat. Hal ini karena pada
lokasi disekitar rencana jembatan akan dilapangkan.
- Profil Memanjang
Pengukuran penampang memanjang dalam pelaksanaanya di lakukan bersamaan dengan
pengukuran sifat datar atau pengukuran penampang melintang .
Pengambilan data penampang memanjang dilakukan dengan setiap perubahan muka tanah
dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada sepanjang trase. Pembacaan rambu harus di
lakukan pada pada tiga benang yaitu : benanf atas, benang bawah, benang tengah
- Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang saluran di lakukan alat sipat datar pada daerah datar dan
terbuka, tetapi pada daerah dengan topografi bergelombang dilakukan dengan menggunakan
teodolit kompas dengan ketelitian bacaan 20”.
Pengukuran penampang melintang saluran dilakukan tegak lurus dengan ruas jalan.
Pengambilan data dilakukan pada tiap perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan
detail yang ada dengan mempertimbangkan factor skala peta yang dihasilkan dan tingkat
kepentingan data yang akan ditonjolkan,
Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kanan dengan sisi kiri. Untuk
mempermudah pengecekan, pada masing masing sisi koridor di beri notasi yang berbeda,
misalnya koridor sebelah kiri dari center line jalan diberi notasi alphabetic dan untuk koridor
sebelah kanan di beri notasi numbers.
Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan persyaratan : Kondisi datar, landai dan
lurus dilakukan pada interval tiap 50 m dengan lebar koridor 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan
AS trase jalan.
III.

SOSIALISASI
- Persiapan.
1. Koordinasi,
Melakukan koordinasi dengan Camat, Lurah/Kepala Desa, Kadus, Kaling, Bendesa adat dan
Pekaseh di lingkungan setempat.
2. Penyiapan Tempat.
Lokasi tempat rapat disiapkan sesuai kesepakatan dengan pihak-pihak terkait pada saat
koordinasi.
3. Penyiapan Tenaga Ahli.
Menyiapkan tenaga ahli yang fasih dan memahami bahasa bali (sor-singgih),
memahami adat istiadat Bali, memahami tata titi upacara agama Hindu Bali dan upacara adat
di Bali, memahami keberadaan subak, pecalang, dan tata cara memulai dan mengakhiri
pekerjaan di daerah masing-masing.
-Materi Sosialisasi.

Materi sosialisasi mencakup: Tata cara memulai pekerjaan, Tatacara Pelaksanaan Pekerjaan,
Tatacara penanganan Bangunan-bangunan Suci, dan Tatacara mengakhiri pelaksanaan
pekerjaan di lapangan. Materi sosialisasi dibuat sehingga masyarakat setempat dapat
memahami pentingnya kegiatan ini bagi dirinya dan orang lain. Masyarakat harus diberi
pemahaman tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan, gangguan yang akan timbul dan cara
mengatasi permasalahan darurat. Untuk itu materi sosialisasi adalah berupa makalah, leaflet,
animasi, atau hal-hal lain sesuai dengan permintaan tokoh masyarakat setempat.
Materi sosialisasi sekuraung-kurangnya memuat:
1. Rencana dan Kegiatan Secara umum.
2. Waktu Pelaksanaan.
3. Metode Pelaksanaan Pekerjaan.
4. Gangguan dan hambatan yang akan timbul.
IV.

PEKERJAAN TANAH

A.
Pekerjaan Galian Tanah Biasa
1. Tahapan Pekerjaan:
a. Melakukan penandaan pada lokasi yang diperlukan, panjang, arah aliran dan kelandaian ,
sesuai gambar atau sesuai perintah Direksi Pekerjaan.
b. Penggalian secara manual dengan ukuran dan kelandaian galian sesuai gambar, hasil galian
dipindahkan dengan dump truck ke lokasi yang tepat dan diratakan sehingga dapat
mencegah dampak lingkungan yang mungkin terjadi.
c. Sekelompok pekerja akan merapikan hasil galian.
d. Selama proses pengerjaan, petugas lalu lintas memasang rambu peringatan adanya pekerjaan
jalan sekaligus mengatur arus lalu lintas.
e. Bersama direksi melakukan pemeriksaan akhir terhadap pelaksanaan pekerjaan.
f. Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan.
B.
1.
a.
b.

Pekerjan Timbunan dan Pemadatan
Tahapan Pekerjaan:
Bersama direksi melakukan pemeriksaan terhadap titk-titik timbunan.
Sebelum mulai menimbun permukaan tanah digaruk sampai kedalaman yang lebih besar
dari retak-retak tanah yang ada dan paling tidak sampai kedalaman 0,15 m, dan kadar air dari
tanah yang digaruk selalu dijaga secara baik.
c. Penimbunan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum hamparan material sebelum
dipadatkan 30 cm. Penghamparan dan pemadatan material pada sisi kemiringan luar atau
dalam dilebihkan minimal 30 cm dari garis rencana agar pada saat setelah perapian didapat
kepadatan yang sama diseluruh bidang rencana dan pemadatan menggunankan alat
pemadat/stamper.
d. Sekelompok pekerja akan merapikan hasil timbunan.
e. Selama proses pengerjaan, petugas lalu lintas memasang rambu peringatan adanya pekerjaan
jalan sekaligus mengatur arus lalu lintas.
f. Bersama direksi melakukan pemeriksaan akhir terhadap pelaksanaan pekerjaan.
g. Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan.

V.
PEKERJAAN DEWATERING
A.
Pekerjaan Kistdam
1. Kisdam dibuat dari tanggul (timbunan tanah yang dipadatkan) atau dari turap dari baja (sheet
pile) yang diisi tanah timbunan untuk mencegah agar air tidak masuk atau untuk mengalihkan

aliran air dari daerah yang ada di dalam kisdam yang akan merupakan daerah
kerja. Biasanya di dalam kisdam kemungkinan masih ada / banyak air. Sehingga air tersebut
perlu dikeluarkan agar daerah kerja tersebut tetap kering, dengan menggunakan
pompa. Pekerjaan kisdam diikuti oleh pekerjaan pengeringan.
VI.
A.
a.
b.
c.
d.

e.
f.
g.
B.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
C.
g.
h.
i.
j.
k.

PEKERJAAN PASANGAN
Pasangan Batu Kali
Tahapan Pekerjaan:
Semen, pasir dan air dicampur dengan perbandingan 1 PC : 4 Ps (5,2 Mpa) dan diaduk
menjadimortar dengan menggunakan Concrete Mixer.
Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang.
Pembuatan profil tiap jarak 10 m kecuali pada tempat-tempat tertentu sesuai petunjuk
Direksi.
Pemasangan lubang-lubang pembuang (drain/ Weep Hole) untuk mengurangi tekanan air
setiap luas 2 M2 yang terbuat dari pipa PVC Ø 2" (dua inchi) dan pada ujung pipa PVC yang
tertanam di tanah dibungkus dengan ijuk dan di luar sisi ijuk dipasang kerikil yang berfungsi
sebagai saringan air sehingga tidak terjadi penggerusan tanah pada bagian dalam tanggul atau
pasangan batu.
Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.
Selama proses pengerjaan, bahan di tempatkan pada tempat yang tidak mengganggu
lalulintas kendaraan. Petugas lalu lintas memasang rambu peringatan adanya pekerjaan jalan
sekaligus mengatur arus lalu lintas.
Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan
Pekerjaan Plesteran
Tahapan Pekerjaan:
Semen, pasir dan air dicampur dengan perbandingan 1 PC : 3 PP (12,5 Mpa) dan diaduk
menjadimortar dengan menggunakan Concrete Mixer.
Sebelum plesteran dimulai, permukaan pasangan dibersihkan dan dibasahi dulu dengan air.
Pemelesteran dengan ketebalan rata-rata 1,5 cm
Penyelesaian dan perapihan setelah pelesteran.
Selama proses pengerjaan, bahan di tempatkan pada tempat yang tidak mengganggu
lalulintas kendaraan. Petugas lalu lintas memasang rambu peringatan adanya pekerjaan jalan
sekaligus mengatur arus lalu lintas.
Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan
Pekerjaan Siaran
Tahapan Pekerjaan:
Semen, pasir dan air dicampur dengan perbandingan 1 PC : 2 PP (17,2 Mpa) dan diaduk
menjadimortar dengan menggunakan Concrete Mixer.
Sebelum disiar bidang muka pasangan dibasahi dulu dan dibersihkan dari kotoran yang
melekat pada pasangan.
Pekerjaan siaran dengan ketentuan siar tenggelam (masuk ke dalam 1 cm), siar rata (rata
dengan muka batu), dan siar timbul (timbul dengan tebal 1 cm, lebar 2 cm)
Penyelesaian dan perapihan setelah siaran selesai.
Selama proses pengerjaan, bahan di tempatkan pada tempat yang tidak mengganggu
lalulintas kendaraan. Petugas lalu lintas memasang rambu peringatan adanya pekerjaan jalan
sekaligus mengatur arus lalu lintas.

l.
D.

Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan

Pekerjaan Pipa Drainase
Tahapan Pekerjaan:
1. Pipa paralon (PVC 2“) dipotong-potong sesuai dengan panjang yang dibutuhkan,
menggunakan alat pemotong berupa gergaji besi bertangkai. Selanjutnya pada salah satu
ujungnya disumbat dengan ijuk dan diikat dengan baik sehingga mudah untuk dipindahkan.
2. Pipa drainase dipasang setiap 1,50 meter jarak datar dan 1,00 meter jarak vertikal.
3. Kualitas pipa dikontrol berdasarkan ketebalan pipa yang digunakan yang dipasang. Untuk
mencegah terjadinya erosi di belakang pasangan, maka pada ujung pemasukan pipa diberikan
filter berupa ijuk dan koral.

VII.

PEKERJAAN PONDASI
Metoda konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu:
1. Penggalian tanah pondasi
2. Penulangan pondasi
3. Pekerjaan bekisting
4. Pengecoran

-

1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi
Tahap-tahap pekerjaan galian tanah pondasi setempat yaitu:
Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta mengetahui ukuran
panjang, lebar dan kedalaman pondasi.
Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk jenis tanah yang
kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dibuat dengan perbandingan 1:10 atau dapat
juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat meletakkan pondasi.
Dalamnya galian tanah sesuai gambar atau sampai kedalam tanah padat/tanah keras.
Lebar dasar galian tanah pondasi dibuat lebih lebar dari ukuran pondasi agar tukang lebih
leluasa dalam bekerja.
Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan penggalian agar
tidak mengganggu pekerjaan.
2. Pekerjaan Penulangan
a) Perakitan tulangan
Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi
proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi dapat
berjalan lebih cepat.
Cara perakitan tulangan :

- Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui dari ukuran
pondasi setempat.
- Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan memperhitungkan
bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi setempat tersebut.
- Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat pengikat agar kokoh dan
tulangan tidak terlepas
b) Pemasangan Tulangan

Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka untuk pemasangan tulangan dilakukan
dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan
kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
- Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak turus permukaan
tanah dengan bantuan waterpass.
- Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah, jarak antara
tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang di buat
dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan
permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan
tulangan tidak menjadi karat.
- Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung melakukan
pengecoran.
3. Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan
untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya.
Tahap-tahap pekerjaan bekisting:
- Yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk penyambungan kolom sedangkan
untuk pondasinya hanya diratakan dengan cetok (sendok spesi).
- Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat bekisting, jarak
sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu.
- Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor.
- Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak miring
dengan bantuan alat waterpass.
- Papan cetakan tidak boleh bocor
- Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
- Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak.
4. Pekerjaan Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir, kerikil/split serta air.
Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan
perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan
maksud menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan pokok
terpenting dalam pembuatan beton karena mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil/split
menjadi satu kesatuan berarti semen merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan
mengeras. Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian pokok ditinjau
dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir dan agregat kasar yang disebut
kerikil/split dan batu pecah.
Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi setempat yaitu:
- Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat
mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
- Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen, pasir, split,
serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.

- Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan volume 1:2:3
yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta air
secukupnya.
- Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama masukan pasir, kedua
semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian
ditambahkan air secukupnya Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih
selama 4-10 menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi.
- Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan kedalam lubang galian tanah yang sudah
diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi centong/ dan dilakukan/dikerjakan
bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil/split yang
berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk kecelahcelah tulangan.
- Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat tersebut dibiarkan mengering dan
setelah mengering pondasi diurug dengan tanah urugan serta disisakan beberapa cm untuk
sambungan kolom.
6. Memasang tulangan L - Shape(yang telah di cek dengan baik oleh QC dimana diameter
tulangan letak dan ukuran dari luar ke luar sesuai dengan perencanaan) pada cetakan baja
yang telah di set dan cek semua ikatan serta kunci kunci catakan serta pemasangan tahu pada
rulangan.
7. Melakukan pengontrolan terakhir sebelum dicor oleh orang yang diberi tugas QC dan beri
tanda pengontrolan.
8. Mendatangkan beton dengan kualitas beton sesuai rencana dari Industri beton mix yang telah
di lakukan tes awal di laboratorium konstruksi dengan di saksikan oleh kedua belah pihak.
9. Menyiapkan peralatan pengecoran termasuk alat penggetar, kalau sudah lengkap dan bekerja
sempurna semua peralatan maka beton dituangkan sampai penuh rapih (catat jam dan tgl
pengecoran). Pelihara beton yang sudah dicor sesuai dengan aturan seperti penyiraman air
berkala dan atau penggunaan selimuti basah.
10. Setelah pengecoran L - Shapemencapai 3 jam, cetakan dibuka bagian pinggirnya yang ada
‘conus’ dengan hati-hati agar beton tidak rusak dan mengelupas dan bagian atas dan bawah
conus, beton dibiarkan sampai 14 jam dengan dipelihara dengan disiram air.
11. Menyiapkan cetakan L - Shapeyang baru dibongkar dari beton dengan tatakan (bagian
bawah cetakan) yang lain
12. Setelah 14 jam L - Shapedipindahkan dan simpan pada tempat penyimpanan L - Shape. L Shapeyang rusak tidak sesuai dengan KAK (Kerangka Acuan Kerja), segera diberi tanda X
merah dengan cat.
13. L - Shapesetelah minimal berumur 7-14 hari atau telah memiliki kuat tekan 85% dari
rencana siap untuk di pasang, kecuali L - Shapeyang rusak atau gagal yang telah di beri tanda
X dan lakukan pemindahan L - Shaperusak pada tempat yang jauh terpisah. Dengan tenggat
waktu tersebut, pihak produksi L - Shapebeton harus menyesuaikan jadwal pemasangan L Shapedi lokasi agar hanya L - Shapebeton yang cukup umur (14 hari) dapat di serahkan ke
lokasi kerja.
14. Memberikan kode produksi, tanggal produksi, mutu beton, dimensi L - Shape, serta nama
rekanan dan nama proyek pada sisi dalam L - Shape(yang tertimbun tanah)
2. Mobilisasi L - Shape
1. Packing Dalam proses pemuatan, penumpukan, dan pemasangannya dilakukan sesuai
dengan petunjuk untuk menghindari kerusakan akibat penanganan yang tidak benar.
2. Pengangkatan (Loading/Unloading) Pengangkatan Produk L - Shapedengan menggunakan
Truck Crane, maka diperlukan tali sling, yang diikatkan pada lifting hole yang terdapat pada
sisi L - Shape.

3. Penumpukan Posisi L - Shapeantara lapis di atas dan dibawah hendaknya dibuat sejajar agar
posisinya rata.
4. L - Shape diangkut ke lokasi pekerjaan menggunakan Truck
3. Pekerjaan Pemasangan L - Shape
1. L Shape diangkat dan diletakkan sesuai dengan yang ditunjukkan gambar rencana.
2. L Shape diletakkan secara perlahan di dasar galian yang telah diberi urugan pasir setebal 10
cm dan lantai kerja setebal 5 cm.
3. Semua L Shape harus diperiksa dengan teliti terhadap retak-retak dan kerusakan-kerusakan
lainnya ketika L Shape berada diatas galian, jika terjadi kerusakan L Shape segera diganti.
4. Untuk L Shape dengan kemiringan antara1/5 sampai dengan1/10, agar tidak terjadi
pergeseran L Shape , maka pada sambungan harus diberi angkur dari beton yang ditanam
pada kedalaman minimal 50cm dibawah sambungan.
5. Apabila diperlukan pemotongan maka harus dikerjakan dengan rapi dan teliti tanpa
menyebabkan kerusakan pada L Shape dan lapisan ujungnya harus dibuat halus.
IX.
MANAJEMEN PROYEK
1. Struktur Organisasi
Proyek
ini
akan
dikerjaka