Determinasi Faktor Perbedaan Individu da

Determinasi Faktor Perbedaan Individu dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Kedua

DETERMINASI FAKTOR PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PROSES PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA KEDUA DI LINGKUNGAN PONDOK
PESANTREN AMANATUL UMMAH

Eka Lidia Ustanti
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
ekaustanti16070835082@mhs.unesa.ac.id

Bambang Yulianto
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
bambangyulianto@unesa.ac.id

Abstrak
Perbedaan individu menjadi faktor penting penentu keberhasilan pembelajarn bahasa Indonesia sebagai
bahasa kedua. Perbedaan individu ini semakin terlihat dalam lingkungan pondok pesantren salah satunya yaitu
Amanatul Ummah. Berdasarkan perbedaan-perbedaan individu itu pasti ada yang mendominasi oleh karena itu
tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan faktor perbedaan individu yang paling berpengaruh dalam pembelajaran
bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik

pengumpulan data dengan langkah: (a) Melakukan observasi, (b) melakukan wawancara, (c) melakukan
perekaman pembacaan teks eksposisi, dan (e) melakukan pencatatan. Hasil penelitian meliputi. Perbedaan
individu merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa. Urutan perbedaan individu yang
berpengaruh dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu (1) Bakat bahasa, (2) kecerdasan (IQ), (3) Gaya
kognitif, (4) Sikap dan motivasi, (5) Strategi belajar, dan (6) Usia.
Kata kunci: Perbedaan individu, bahasa kedua, bakat bahasa.
Abstract
Individual differences become an important factor determining the success of Indonesian language
learning as a second language. Individual differences are increasingly seen in the boarding school environment
one of which is Amanatul Ummah. Based on the individual differences, there must be dominating, therefore this
paper aims to explain the individual differences factor that most influential in learning Indonesian as a second
language. This research uses descriptive qualitative research type. Technique of collecting data by step: (a)
Conducting observation, (b) conducting interview, (c) doing recording exposition text recording, and (e) doing
record. The results include. Individual differences are a very important aspect of language learning. The order of
individual differences that influence the learning of the Indonesian language are (1) Language talent, (2)
intelligence (IQ), (3) cognitive style, (4) attitude and motivation, (5) learning strategy, and (6) age.
Keywords: Individual differences, second language, language talent
kaidah, tertib, cermat, dan masuk akal (Suyatno,
2004:7)


PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Hal ini karena tiap
daerah di Indonesia memiliki bahasa daerahnya
masing-masing. Masyarakat dearah yang satu
belum tentu memahami bahasa daerah lain
sehingga menggunakan bahasa persatuan untuk
berkomunikasi. Kedudukan bahasa Indonesia
sendiri di masyarakat Indonesia sebagian besar
merupakan bahasa kedua (B2) mereka. Meskipun
begitu bahasa Indonesia harus digunakan sesuai

Bahasa kedua (B2) biasanya tidak diperoleh
secara alami dan berjalan begitu saja namun ada
proses yang dilakukan dengan sadar dan
merupakan
hasil
situasi
belajar
formal.

Mempelajari bahasa kedua sejatinya adalah
pekerjaan panjang dan kompleks. Banyak variabel
terlibat dalam proses pemerolehan bahasa kedua.
Hal ini juga berlaku dalam mempelajari bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua. Oleh karena itu,

1

Yulianto
(2008:1—6)
menjelaskan
bahwa
pembelajaran kebahasaan harus berdasarkan
prinsip-prinsip pembelajaran bahasa secara umum.
Hal ini sesuai dengan pendidikan di
lingkungan pondok pesantren yang siswanya
berasal dari berbagai daerah. Mereka memiliki
budaya, karakter, dan bahasa pertama yang
berbeda-beda. Tentu menarik jika mengaitkan
antara perbedaan individu tiap santri dengan

pemerolehan bahasa kedua. Oleh karena itu,
melalui penelitian ini mengupas tentang faktor
individu mana yang paling berpengaruh dalam
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua.

meskipun bahasa Indonesia merupakan bahasa
nasional tetap perlu dipelajari dalam situasii formal
yaitu sekolah.
Di lingkungan sekolah yang berbasis
pondok pesantren siswanya berasal dari berbagai
daerah di Indonesia. Salah satunya yaitu Pondok
Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto. Hal
ini sangat memengaruhi dalam pembelajaran
bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua karena
faktor kepribadian dalam diri seseorang dengan
suatu cara tertentu menyumbang bagi keberhasilan
pembelajarn bahasa kedua.
Pada dasarnya setiap pemelajar itu unik dan
memiliki karakternya sendiri-sendiri. Ellis (1985)

berpendapat
bahwa
mengidentifikasi
dan
mengklasifikasi faktor perbedaan individu ini telah
menjadi sesuatu yang problematik karena sangat
sulit untuk mengobservasi kualitas secara langsung
seperti aptitude, motivasi dan keinginan. Dalam
proses pembelajaran, seorang pengajar harus
memperhatikan perbedaan individu dengan baik
sebab hal ini dapat mempengaruhi metode dan
teknik yang akan digunakan. Idealnya, pengajar
harus dapat merancang kegiatan pembelajaran
sedemikian rupa agar dapat mengakomodasi
seluruh perbedaan pelajarnya. Yulianto (2011:7)
mengemukakan bahwa guru tidak hanya
menentukan isi dan struktur pengajaran, namun
juga bahasa itu diajarkan sehingga diperlukan
metode-metode untuk mengatur strategi dalam
kegiatan

belajar-mengajar
yang
mampu
mempermudah
peserta
didik
memperoleh
pembelajaran. Hal ini tidaklah mudah untuk
dilakukan karena diperlukan kepekaan dan
pengalaman yang memadai. Oleh sebab itu,
pengetahuan mengenai perbedaan individu wajib
diketahui oleh pengajar. Menurut Suyatno (2005:2)
guru harus memiliki cara tersendiri untuk mengolah
pembelajaran agar menarik, menyenangkan, dan
memberi manfaat bagi siswa.
Perkembangan bahasa seorang pemelajar
bahasa itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut meliputi faktor internal dan eksternal.
Menurut Ardiana dan Samsul Sodiq (2001:4.21) (1)
faktor eksternal yang mencakup (perkembangan

kognisi, hipotesis bawaan, dan IQ dan pemerolehan
bahasa (2) faktor eksternal yang mencakup;
linfkungan sosial, dan kesempurnaan masukan.
Meskipun
terdapat
banyak
faktor
yang
memengaruhi pembelajaran bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua pembelajaran harus
diusahakan mencapai keberhasilan. Menurut

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Dalam hal ini peneliti
melakukan pengamatan terhadap fenomena
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua siswa Pondok Pesantren Amanatul Ummah
Pacet Mojokerto. Data diperoleh melalui teknik
observasi, wawancara mendalam, catat, serta

dibantu dengan rekaman video.
Data dalam penelitian ini berupa tuturan
berbahasa Indonesia siswa Pondok Pesantren
Amanatul Ummah Pacet Mojokerto. Pondok
pesantren tersebut di dalamnya terdapat sekolah
yaitu X MA Amantul Ummah layanan Cerdas
Istimewa. Sumber data dalam penelitian ini yaitu
siswa kelas X MA Amantul Ummah layanan
Cerdas Istimewa tahun ajaran 2017/2018 yang
masih berstatus siswa baru. Sehubungan dengan
jumlah siswa yang cukup banyak yaitu 225 maka
dibatasi hanya diambil 1 siswa saja dari masingmasing kelas yang sesuai dengan kriteria yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Sampel penelitian
diambil secara nonrandom sampel. Pengambilan
sampel dengan nonrandom sampel ini dipilih cara
proporsive sampling yaitu cara pengambilan
sampel dengan menetapkan ciri yang sesuai dengan
tujuan.
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui
perbedaan individu pemelajar bahasa yang paling

berpengaruh terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua. MA Unggulan
Amanatul Ummah program CI terdiri dari tiga
kelas putra dan enam kelas putri. Kelas dibagi
berdasarkan hasil belajar siswa. Kelas diurut dari
nilai tertinggi hingga rendah sesuai dengan urutan
abjad jadi kelas tertinggi putra adalah kelas A
sedangkan kelas tertinggi putri adalah kelas D.

2

Determinasi Faktor Perbedaan Individu dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Kedua
Maka subejk penelitian dipilih dari sembilan kelas
yang berbeda. Masing-masing kelas hanya diambil
satu orang saja. Subjek penelitian ini hanya diambil
dari siswa yang kelas tertinggi, sedang, dan rendah.
Sampel diperoleh enam siswa yang terdiri dari
siswa putra dari kelas A, B, dan C masing.
Sedangkan kelas putri diambil dari kelas D, F, dan

I.
Pengumpulan data dalam penelitian ini
melalui
(a) teknik observasi, (b) teknik
wawancara, (c) teknik pemancingan, (d) teknik
perekaman, dan (e) teknik catat. Teknik observasi
digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang
kemampuan bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua siswa MA Amanatul layanan Cerdas
Istimewa. Teknik wawancara digunakan untuk data
tentang latar belakang siwa tersebut yang
melingkupi (daerah asal, bahasa pertama (B1), usia,
motivasi mengikuti pelajaran bahasa Indonesia,
strategi belajar bahasa Indonesia). Tekinik
pemancingan digunakan untuk mendapatkan
stimulus pada subjek untuk memunculkan gejala
kebahasaan yang diharapkan peneliti. dalam hal ini
siswa diberi gambar dan diminta untuk
menceritakan dengan lisan gambar tersebut dalam
bentuk teks anekdot. Teknik perekaman digunakan

untuk menyimpan data tuturan subjek yang
diperoleh dari teknik wawancara dan pemancingan.
Teknik catat digunakan untuk memberikan
keterangan pada rekaman tentang subjek.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu daftar cek list, alat perekam, alat
bantu tulis, daftar pertanyaan, dan media gambar.
Berikut contoh instrumen yang menggunakan
gambar sebagai berikut:
Pengumpulan data dilakukan dengan
langkah sebagai berikut: (a) Melakukan observasi,
(b) melakukan wawancara, (c) menlakukan
perekaman pembacaan teks eksposisi, dan (e)
melakukan pencatatan. Sedangkan teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini ialah
teknik deskriptif. isntrumen yang digunakan untuk
analisis data yaitu berupa lembar klasifikasi
perbedaan individu dan hasil belajar untuk
emudahkan analisis. Prosedur penganalisisan data
melingkupi (a) pertranskripsian hasil catat dan
rekaman, (b) pengkodean data dengan format
nomor urut data/kelas/usia/jenis kelamin, (c)
pengklasifikasian data, (d) penganalisisan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ciri Individu pada Siswa MA Amanatul
Layanan Cerdas Istimewa
Berdasarkan
wawancara
yang
sudah
dilakukan kepada enam siswa pada MA Amanatul
Layanan Cerdas Istimewa Terlihat jelas bahwa
keenam siswa tersebut memiliki latar belakang dan
ciri individu yang berbeda satu dengan yang
lainnnya. ciri individu. Hasil wawancara tersebut
dapat terlihat dari tabel berikut ini.
Tabel 1
Identifikasi Perbedaan Individu Siswa
Kode
Asal
Motivasi
Daerah
01/A/16/L Kintama
Hanaya
sebatas
ni, Bali
formalitas
02/B/15/L Mojokert Gemar
bahasa
o
Indonesia
03/C/15/L Bangkala Ingin masuk sastra
n Madura Indonesia
04/D/14/P Pasuruan Formalitas saja
05/F/14/P
Banyuwa Formalitas saja
ngi
06/I/16/P
Surabaya Formalitas saja

B1
Bali
Jawa
Madur
a
Jawa
Oseng
Jawa

Berda merekasarkan tabel tersebut terlihat
bahwa dari enam santri pondok pesanteen Amantul
Ummah memiliki latar belakang dan motivasi yang
berbeda-beda
dalam
pembelajaran
bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua mereka. adanya
berbagai perbedaan individu tersebut tentunya
berpengaruh pada hasil belajar dan penguasaan
bahasa Indonesia mereka.

Kemampuan Berbahasa Indonesia Sebagai
Bahasa Kedua
Setelah dilakukan observasi dan wawancara
tentang latar belakang siswa yang berkenaan
dengan perbedaan-perbedaan individu sebagai
pemelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.
Ketika pembelajaran bahasa Indonesia di masingmasing kelas yang diteliti diberikan perlakuan yang
sama yaitu siswa kelas tersebut diminta untuk
membuat sebuah teks eksposisi berdasarkan
gambar yang sudah disediakan oleh guru.
Selanjutanya siswa harus maju satu persatu untuk
menceritakan secara lisan di depan kelas.
Penampilan siswa dinilai oleh guru. Penilaian yang
diberikan menggunakan skala 60-90. Berdasarkan

3

penelitian yang dilakukan maka didapat hasil
sebagai berikut.
Tabel 2
Hasil Mengarang Teks Anekdot
Kode
Kelancar Diksi Ekspr
an
esi
Berbahas
a
01/A/16/L
88
88
82
02/B/14/L
90
90
87
03/C/15/L
78
80
82
04/D/14/P
85
86
80
05/F/14/P
90
88
87
06/I/16/P
88
89
84

Dia bisa berbahasa Indonesia dengan cukup
lancar karena terbiasa saat di Jakarta menggunakan
bahasa Indonesia ketika di sekolah. kecerdasan
yang cukup juga menjadi faktor yang mendukung
dia mudah untuk mengikuti pelajaran bahasa
Indonesia.
Penguasaan dan nilai
bahasa
Indonesianya juga cukup yaitu 92.
Data 02/B/14/L berasal dari daerah Mojokerto
Jawa Timur dengan B1-nya yaitu bahasa Jawa. Dia
kurang menguasai bahasa Indonesia. Ketika
berkomunikasi dengan teman satu pondok dia lebih
sering menggunakan bahasa Jawa. Dia mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia karena sangat
menyukainya. Data 02/B/14/L salah satu siswa
yang pandai. Dia berhasil masuk di kelas B putra.
Usianya cukup mudayaitu 14 tahun karena dulu
ketika SMP ikut program CI yang hanya ditempuh
dua tahun. Ketika diminta mencerikan kembali teks
anekdot dengan bahasa Indonesia cukup lancar
meski kosakata yang digunakan tidak terlalu
variatif.
Data
02/B/14/L
meskipun
jarang
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia tapi dia
tidak begitu kesulitan dalam pembeljaaran bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua. Hal ini karena IQ
yang cukup tinggi, motivasi belajar yang tinggi
juga usia yang masih terbilang mudah membuat dia
mudah mengikuti pembelajran. Selain itu, dia juga
memiliki pola belajar yang cukup bagus yaitu
dengan belajar yang ampuh. Suasana pondok
pesantren yang ramai tidak menyurutkan semnagat
belajarnya yaitu dengan belajar ketika teman-teman
pondoknya sudah tidur.
Data 03/C/15/L
berasal dari daerah
Bangkalan Madura dengan bahasa pertamanya
yaitu bahasa Madura. Dia tidak menguasai
menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi
dengan teman satu pondoknya. Dia merupakan
siswa yang nantinya ingin masuk jurusan bahasa
Indonesia saat kuliah. Kemampuan dia ketika
menceritakan kembali teks anekdot sangat bagus.
Ketika berbicara sangat lancar dan diksi yang
digunakan cukup variatif. Dia berusia 15 tahun
sesuai dengan normalnya ketika duduk di bangku
kelas X Madrasah Aliyah. Strategi pembelajaran
bahasa Indonesia yang dilakukan oleh siswa ini
yaitu dia sering membaca novel dan latihan soal
untuk meningkatkan diksi. Meskipun dia masuk di
kelas C namun dia cukup pandai di kelasnya.
Data 04/D/14/P berasal dari daerah Pasuruan
dengan B1-nya yaitu bahasa Jawa. dia lebih sering
menggunakan bahasa Jawa saat berkomunikasi

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa perbedaan
individu itu memang sangat memengruhi terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia sebagi bahasa
kedua siswa MA Unggulan Amanatul Ummah
program CI Pondok Pesantren Amanatul Ummah
Pacet Mojokerto. Berdasarkan tabel di atas terlihat
bahwa dari berbagai faktor internal dari siswa ada
yang lebih mendominasi.
Data 01/A/16/L diketahui berasal dari daerah
Kintamani Bali. Dia sejak kecil tinggal di Bali.
Ayahnya asli Bali sedangkan Ibunya asli Jawa.
Meski demikian, B1- nya yaitu bahasa Bali karena
tempat mereka tinggal di Bali. Komunikasi sehariharinya menggunakan bahasa Bali. Namun, ketika
SMP dia bersekolah di Jakarta dan tinggal bersama
neneknya. Hal ini membuat dia harus mulai
menggunakan
bahasa
Indonesia
untuk
berkomunikasi dengan teman-teman sekolahnya.
Dia merupakan salah satu siswa yang pandai
dan berhasil masuk di kelas A. Dia juga menduduki
peringkan 5 paralel. Ketika diminta untuk
menceritakan teks anekdot secara lisan di depan
kelas data 01/A/16/L cukup bagus. Penguasaan
bahasanya cukup bagus dan kosa kata yang
dimiliki juga sangat variatif. Hal ini memengaruhi
kelancaran dia saat menggunakan bahasa Indonesia
meskipun dia sebenarnya tidak begitu menyukai
pelajaran bahasa Indonesia.
Data 01/A/16/L tidak begitu menyukai
pembelajaran bahasa Indonesia. Dia mengikuti
pelajaran tersebjut hanya sebatas formalitas saja
karena kewajiban. Dia juga jarang belajar bahasa
Indonesia. Usia merupakan usia yang sewajarnya
untuk duduk di bangku kelas X Madrasah Aliyah.

4

Determinasi Faktor Perbedaan Individu dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Kedua
dengan teman satu pondoknya. Dia merupakan
siswa yang pandai dan bisa masuk di kelas D.
Kelas D merupakan kumpulan siswa putri yang
pandai-pandai. Dia mengikuti pelajaran bahasa
Indonresia hanya sebatas formalitas saja karena
tidak begitu menyukainya.
Tingkat kecerdasan yang cukup tinggi
membuat dia cukup mudah untuk mempelajari
bahasa Indonesia sebagai B2-nya. Meski tidak
pernah belajar bahasa Indonesia dia anekdot sangat
bagus ketika menceritakan kembali teks. Data
04/D/14/P dapat berbicara dengan cukup lancar dan
diksi yang digunakan cukup variatif. Dia berusia 14
tahun karena ketika SMP mengikuti program CI
yang ditempuh dua tahun. Usia yang masih muda
dibanding teman-teman yang lainnya juga
membantu dia dengan muda menerima pelajaran.
Data 05/F/14/P merupakan anak yang berasal
dari daerah Banyiwangi dengan B1 bahasa Oseng.
Dia kurang menguasai bahasa Indonesia. Ketika
berkomunikasi dengan teman satu pondok dia
berusaha menggunakan bahasa Indonesia karena
tidak banyak yang bisa bahasa Oseng. Dia
mengikuti pelajaran bahasa Indoensia hanya
sebatas formalitas saja. Usianya masih muda yaitu
14 tahun. Ketika diminta mencerikan kembali teks
anekdot dengan bahasa Indonesia kurang lancar,
disksi yang digunakan kurang variatif. Dia tidak
pernah belajar bahasa Indonesia. Meskipun begitu,
karena merasa perlu untuk bisa bahasa Indonesia
untuk berkomunikasi dengan teman dan gurunya
dia mulai mencoba mempelajari bahasa Indonesia.
Data Audre/06/I/15 berasal dari daerah
Surabaya dengan B1-nya yaitu bahasa Jawa. Dia
dia lebih sering menggunakan bahasa Indonesia
saat berkomunikasi dengan teman satu pondoknya
karena ketika dilingkungan rumahnya dulu sering
menggunakan bahasa Indonesia. Dia mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia hanya sebatas ikut saja
tidak ada mlotif lain dia juga tidak begitu tertarik
dengan bahasa Indonesia.
Dia merupakan salah satu siswa yang kurang
begitu pandai. Namun, ketika diminta menceritakan
kembali teks anekdot secara lisan dia bisa berbicara
secara lancar dan diksi yang dipilih cukup variatif.
Hal ini karena bakat bahasa yang dia miliki. Dia
jarang belajar bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat
diketahui urutan perbedaan individu yang paling
berpengaruh dalam pembelajaran bahasa kedua
sebagai berikut.

Tabel 3
Tingkat Perbedaan Individu yang Paling
Berpengaruh Pembelajaran Bahasa Kedua
No.
Faktor Perbedaan
Urutan
Individu
1.
Usia
6
2.
Kecerdasan (IQ)
1
3.
Bakat Bahasa
2
4.
Gaya Kognitif
3
5.
Sikap dan Motivasi
4
6.
Strategi Belajar
5
Berdasarkan tabel di atas jelas bahwa faktor
individu yang paling memengaruhi peserta didik
sebagai pemelajar bahasa adalah bakat bahasa. Jika
seseorang memiliki bakat bahasa yang bagus maka
sebagian besar akan mampu menguasai bahasa
tersebut dengan baik. Bahasa ini akan diimbangi
dengan kecerdasan (IQ) dan gaya kognitif. Hal-hal
tersebut akan mendapatkan hasil yang lebih jika
diimbangi dengan strategi belajar yang bagus.
Tepat dalam memilih startegi belajar juga
memengaruhi keberhasilan pembelajaran bahasa
kedua. Usia juga memengaruhi namun tidak
banyak jika seseorang memelajari bahasa kedua
sesuai usia yang umumnya maka semunya akan
maksimal.
SIMPULAN
Perbedaan individu merupakan aspek yang
sangat penting dalam pembelajaran bahasa. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya siswa dalam satu
kelas yang tentunya akan berbeda antara satu
dengan yang lain. Bagaimanapun juga perbedaanperbedaan ini tidak bisa diubah oleh pengajar.
Maka dari itu, proses pembelajaranlah yang harus
menyesuaikan diri dengan perbedaan tersebut.
Agar proses pembelajaran bahasa berhasil
maka pengajar harus mengetahui perbedaan
individu dari setiap pelajarnya yang ada di dalam
kelas. Bukan hanya mengetahui tetapi juga
memahami. Pemahaman pengajar terhadap
perbedaan ini akan memudahkannya dalam
merancang kegiatan pembelajaran. Sehingga
proses pembelajaran akan lebih efektif dan
hasilnya akan lebih optimal. Namun, pada
kenyataannya,
memang
sulit
untuk
mengakomodasi semua perbedaan yang ada di
dalam kelas. Ketika itulah tekad seorang pengajar
akan diuji, karena pengajar yang baik adalah

5

pengajar yang berusaha melakukan yang terbaik
untuk keberhasilan pelajarnya.
Urutan faktor perbedaan individu yang
berpengaruh dalam pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua siswa MA
Unggulan Amanatul Ummah program CI Pondok
Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto
sebagai berikut:
1. Kecerdasan (IQ)
2. Bakat bahasa
3. Gaya kognitif
4. Sikap dan motivasi
5. Strategi belajar
6. Usia

DAFTAR PUSTAKA
Ardiana, Leo Idra dan Syamsul Sodiq. 2000.
Psikolinguistik.
Universitas
Terbuka:
Jakarta.
Brown, H. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran
dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Kedutaan
Amerika Serikat di Jakarta.
Ellis, Rod. 1997. Second Language Acquisition.
New York: Oxford University press.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajarn Bahasa dan
Sastra. Surabaya: SIC.
Suyatno. 2005. Pendukung Pembelajaran Bahasa
dan Sastra. Jakarta: Grasindo.
Trawinski, Mariusz. 2005. An Outline of Second
Language Acquisition Theoties. Krakow:
Wydawnictwo
Naukowe
Akademii
Pedagogicznej.
Yulianto, Bambang. 2008. Aspek Kebahasaan dan
Perkembangannya.
Surabaya:
Unesa
University Press
Yulianto, Bambang. 2011. Pengantar Teori Belajar
Bahasa. Surabaya: Unesa University Press

6