ANALISIS MINAT MAHASISWA BERKARIR MENJAD

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 menuntut berbagai segmen

profesi untuk memiliki kompetensi dan daya saing tinggi, termasuk profesi Akuntan.
Dalam rangka menghadapi MEA tersebut, tentu profesi akuntan dituntut untuk
meningkatkan kualitas serta kuantitasnya. Pasalnya, dengan adanya pasar bebas
ASEAN tersebut eksodus akuntan dari luar negeri bakal lebih banyak lagi dan dengan
cara-cara yang mudah.
Dewasa ini minat masyarakat terhadap profesi akuntan cukup tinggi. Hal ini
terbukti dari semakin banyaknya jumlah lembaga pendidikan akuntansi dari tahun ke
tahun baik pada jenjang Diploma, Strata Satu (S1), maupun Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk). Setelah menyelesaikan studi, mahasiswa akuntansi dapat memilih
berkarir menjadi Akuntan Pemerintahan, Akuntan Perusahaan, Akuntan Pendidik
atau Akuntan Publik. Akuntan Publik atau

auditor independen adalah auditor


profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam
bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya (Arens et al. 1996).
Lebih jauh Arens et al. (1996) memaparkan bahwa profesi Akuntan Publik
merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa audit dan hasil pekerjaannya
digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam
pengambilan keputusan.

Menurut Agus Martowardojo (Republika, 5 April 2011), profesi Akuntan
Publik memiliki peran yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang
sehat dan efesien serta meningkatkan transparasi dan mutu informasi dalam bidang
keuangan. Dalam era globalisasi perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna
jasa Akuntan Publik akan semakin meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas
informasi keuangan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Dengan demikian, Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan
pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik.
Berdasarkan data IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia), jumlah Akuntan
Publik di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 998 yang tergabung di Kantor
Akuntan Publik. Jika dibandingkan dengan negara tetangga di kawasan ASEAN,
maka jumlah tersebut merupakan yang paling sedikit. Data jumlah Akuntan pada

negara-negara dikawasan ASEAN tersebut nampak dalam Tabel 1.
Tabel 1
Jumlah Akuntan Publik di ASEAN
Negara
Jumlah Penduduk
Singapura
5.000.000 jiwa
Filipina
88.000.000 jiwa
Thailand
66.000.000 jiwa
Malaysia
85.000.000 jiwa
Vietnam
25.000.000 jiwa
Indonesia
237.000.000 jiwa
Sumber : IAPI, 2013

Jumlah Akuntan Publik

15.120
15.020
6.070
2.460
1.600
998

Kondisi tersebut semakin buruk karena sejak 1997 hingga kini, pertumbuhan
jumlah Akuntan Publik tidak signifikan dan cenderung stagnan. Hal ini nampak dari
data umur Akuntan Publik pada Tabel 2. Dari tabel tersebut nampak bahwa
regenerasi Akuntan Publik sangat lambat dimana Akuntan Publik didominasi dengan
usia lanjut.
Tabel 2
Umur Akuntan Publik di Indonesia
Umur
26 – 40 tahun
41 – 50 tahun
> 51 tahun
Sumber : IAPI, 2013


Jumlah akuntan publik 998
(% berdasarkan umur)
11 %
25 %
64 %

Setiap tahun dihasilkan tenaga terdidik bidang akuntansi yang mendapat gelar
akuntan sebanyak 1.200.000-an orang dari jumlah penyelenggara Pendidikan Profesi
Akuntan (PPAk) yang ada di Indonesia yaitu 41 Perguruan Tinggi. Sedangkan hanya
300 – 400an dari jumlah tersebut yang berkenan mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan
Publik (USAP) dan yang lulus USAP kurang lebih 150 orang. Ironisnya lagi sekitar
26% dari 150 atau hanya 39 orang yang berkenan untuk berpraktik sebagai Akuntan
Publik, sisanya lebih memilih berkarir pada profesi lainnya.
Sedangkan pasar Akuntan Publik di Indonesia sangat besar. Indonesia
mempunyai 34 Provinsi, 398 Pemerintah Kabupaten, 93 Pemerintah Kota, 34
Kementrian, 28 Lembaga Pemerintahan Non Keuangan (LPNK), 141 Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), 1.007 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), 4.042

Perusahaan Publik, 100.000 Yayasan, 108.000 Koperasi, 4.000 Perguruan Tinggi, 14
Partai Politik dan lebih dari 10.000 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

merupakan ladang bagi Akuntan Publik karena 226.780 organisasi tersebut
memerlukan jasa akuntansi.
Pemerintah pada bulan Mei 2011, mengeluarkan UU No. 5 Tahun 2011
tentang profesi Akuntan Publik. Undang-undang tersebut mengatur berbagai hal
terkait dengan profesi Akuntan Publik, sanksi, pendidikan akuntansi dan lain
sebagainya. UU ini muncul untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 34 Tahun
1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan (Accountant) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1954 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 705). Peraturan yang dahulu yaitu UU No. 34 tahun 1954 sudah tidak sesuai
lagi digunakan seiring dengan perkembangan yang ada pada saat ini dan tidak
mengatur hal-hal yang mendasar dalam profesi Akuntan.
Undang-undang No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik ini berisikan ruang
lingkup jasa Akuntan Publik, perizinan Akuntan Publik dan KAP (Kantor
Akunatn Publik), hak, kewajiban, dan larangan bagi Akuntan Publik dan KAP,
kerja sama antar-Kantor Akuntan Publik (OAI) dan kerja sama antara KAP dan
Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA),
Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Komite Profesi Akuntan Publik, pembinaan dan
pengawasan oleh Menteri, sanksi administratif dan ketentuan pidana.

Disahkannya UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, maka sangat

besar kemungkinan jumlah Akuntan Publik di Indonesia akan meningkat tajam.
Pasalnya dalam UU tersebut tidak membatasi setiap orang yang ingin mengikuti
PPAk dengan memperbolehkan lulusan dari nonakuntansi mengikuti pendidikan
tersebut. Disamping itu, UU tersebut juga memperbolehkan Akuntan Publik Asing
masuk ke Indonesia dengan menggandeng 4 Akuntan Publik Indonesia. Dengan
adanya UU Akuntan Publik maka landasan hukum Akuntan Publik di Indonesia
menjadi jelas. UU Akuntan Publik tersebut juga mempertegas pembagian
kewenangan antara Mentri Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, dan Komite
Profesi Akuntan Publik. Selain itu, disepakati Mentri Keuangan berwenang
melaksanakan fungsi perizinan, pembinaan dan pengawasan terhadap Akuntan Publik
dan Kantor Akuntan Publik. Bahkan Menteri Keuangan menegaskan bahwa
pengesahaan UU tersebut untuk melindungi kepentingan publik dan menghindari
kriminalisasi terhadap profesi Akuntan Publik (Republika, 5 April 2011).
Pemilihan sebuah karir bagi mahasiswa merupakan tahap awal dari
pembentukan karir tersebut. Mahasiswa pada umumnya dikenalkan pada pengetahuan
akan karir melalui perkuliahan dan pengalaman hidup, kemudian mereka akan
mempertimbangkan

kemungkinan


pilihan

karir

tersebut,

mengembangkan

keterampilan yang dibutuhkan dan mempelajari lebih lanjut tentang profesi tersebut.
Menurut Lent et al (1996) ada tiga aspek pengembangan karir yang berperan dalam
pemilihan karir, pertama adalah self efficacy, kedua outcome expectations, dan yang
ketiga adalah personal goals. Lent dan Hackett (1996) menjelaskan bahwa self

efficacy karir merupakan kepercayaan dan penghargaan individu dalam melakukan
tindakan yang berhubungan dengan pemilihan dan penyesuaian kepada suatu pilihan.
Penelitian mengenai minat karir sebagai akuntan publik sudah banyak
dilakukan. Diantaranya dilakukan oleh Merdekawati dan Sulistyawati (2011), Rahayu
dkk (2003), Kunartinah (2003), Wijayanti (2001), dan Astami (2001). Penelitian
tersebut masih sebatas menghubungkan faktor yang berpengaruh terhadap minat
menjadi Akuntan Publik. Sedangkan penelitian serupa yang mengarah pada

diberlakukannya UU Akuntan Publik masih terbatas, yaitu dilakukan oleh Solikhah
(2014), dan Susilowati (2012). Dengan pendekatan kualitatif fenomenologi,
Susilowati menemukan bahwa sikap mahsiswa atas UU Akuntan Publik
memunculkan optimisme mampu bersaing dengan lulusan lain. Selanjutnya,
optimisme mereka menentukan perencanaan pilihan karir yang akan mereka tekuni
kelak.
Berbeda dengan Susilowati, Solikhah (2014) menggunakan metode gabungan/
mixed method yaitu penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif dan sebagai dasar
pengembangan model, berlandaskan Extended Theory of Reasoned Action (TRA).
Penelitian tersebut menemukan bahwa : (1) Sikap, norma subyektif dan kontrol
perilaku yang dirasakan terbukti berpengaruh terhadap minat mahasiswa yang
selanjutnya dapat mempengaruhi perilakunya untuk berkarir menjadi Akuntan Publik;
(2) Keberadaan UU Akuntan Publik menjadikan kedudukan, hak dan kewajiban
Akuntan Publik menjadi semakin jelas dan terhormat sehingga implementasi UU
tersebut telah mendorong minat mahasiswa untuk berkarir menjadi Akuntan Publik.

Namun demikian, koefisien regresi determinasi menunjukkan angka yang kecil. Hal
ini berarti bahwa sikap mahasiswa atas implementasi UU Akuntan Publik
memberikan pengaruh yang kecil terhadap minat menjadi Akuntan Publik. Kondisi
tersebut disebabkan karena responden dalam penelitian tersebut sebagian besar belum

seluruhnya memahami isi UU Akuntan Publik.
Berdasarkan penelitian di atas, diketahui bahwa keterbatasan dalam penelitian
tersebut adalah responden sebagian besar belum seluruhnya memahami isi UU
Akuntan Publik. Atas dasar inilah penelitian serupa dengan judul “ANALISIS
MINAT MAHASISWA AKUNTANSI STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
BERKARIR MENJADI AKUNTAN PUBLIK PASCA IMPLEMENTASI UU NO.5
TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK”. Dengan melakukan sosialisasi
terlebih dahulu kepada responden untuk memastikan bahwa responden telah
memahami isi UU Akuntan Publik.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa atas implementasi
UU Akuntan Publik memberikan pengaruh yang kecil terhadap minat menjadi
Akuntan Publik. Kondisi tersebut disebabkan karena mahasiswa tersebut sebagian
besar belum seluruhnya memahami isi UU Akuntan Publik.


1.3

Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian yang dibahas

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah sikap positif mahasiswa terhadap UU Akuntan Publik akan
berpengaruh positif terhadap minat menjadi Akuntan Publik?
2. Apakah norma subyektif berupa pandangan dan dorongan dari luar akan
mempengaruhi minat mahasiswa menjadi Akuntan Publik?
3. Apakah kontrol perilaku yang dirasakan berupa keyakinan akan kemampuan
dirinya berpengaruh positif terhadap minat menjadi Akuntan Publik?
4. Apakah sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku yang dirasakan akan
berpengaruh

terhadap

minat

mahasiswa


yang

selanjutnya

mempengaruhi perilakunya untuk berkarir menjadi Akuntan Publik?

dapat

1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menguji apakah sikap positif mahasiswa terhadap UU Akuntan Publik
akan berpengaruh positif terhadap minat menjadi Akuntan Publik?
2. Untuk menguji apakah norma subyektif berupa pandangan dan dorongan dari
luar akan mempengaruhi minat mahasiswa menjadi Akuntan Publik?
3. Untuk menguji apakah kontrol perilaku yang dirasakan berupa keyakinan
akan kemampuan dirinya berpengaruh positif terhadap minat menjadi
Akuntan Publik?
4. Untuk mengetahui apakah sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku yang
dirasakan akan berpengaruh terhadap minat mahasiswa yang selanjutnya
dapat mempengaruhi perilakunya untuk berkarir menjadi Akuntan Publik?

1.5

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Peneliti; yakni untuk menambah pengetahuan khususnya untuk lebih
memahami minat mahasiswa berkarir menjadi Akuntan Publik, serta
menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian
ilmiah.
2. Civitas akademika; yakni mahasiswa akuntansi sebagai bahan pertimbangan
bagi mereka dalam mengambil keputusan menjadi seorang akuntan publik,
serta bagi pihak institusi pendidikan akuntansi agar penelitian ini dapat
memberikan nilai tambah dalam meningkatkan kualitas pengajaran, sehingga
menambah mutu lulusan sebagai pekerja intelektual yang siap pakai sesuai
dengan kebutuhan pasar dan membantu memuat kurikulum dalam sistem
pendidikan akuntansi yang relevan dalam dunia kerja saat ini.
3. Peneliti selanjutnya; yakni sebagai bahan referensi dalam melakukan atau
mengembangkan penelitian serupa di masa yang akan datang.