ANALISIS TERHADAP PERUNDANG UNDANGAN NEG

1

ANALISIS TERHADAP PERUNDANG-UNDANGAN NEGARA
TENTANG ZAKAT BERDASARKAN HUKUM ISLAM
Nilfatri
Tenaga Kependidikan MTs Muhammadiyah Lima Kaum.
nilfatri@yahoo.co.id, nilfatri@gmail.com.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan hukum
Islam terhadap ketentuan pidana tindakan kejahatan dalam pengelolaan zakat
berdasarkan Pasal 39, 40, dan 41 UU No. 23 Tahun 2011 dan sanksi muzakki
dalam Pasal 691 Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah (KHES). Jenis penelitian
yang penulis gunakan adalah penelitian hukum normatif (normative legal
research), sumber data dalam penelitian ini adalah UU No. 23 Tahun 2011 Pasal
39, 40 dan 41 dan KHES Pasal 691. Data dianalisis dengan pendekatan kaidahkaidah hukum Islam dan maqasid syari’ah.
Hasil penelitian Pasal 39, 40 dan 41 merupakan ketentuan hukum pidana
yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist. Pemerintah boleh menetapkan
ketentuan hukum ta’zir. Sebagai bentuk preventif, represif, kuratif (islah), dan
edukatif. Untuk mencapai kemaslahatan dengan kaidah hukum “sanksi ta’zir
(berat ringannya) bergantung kepada kemaslahatan.” mengenai PERMA No. 2
Tahun 2008 Tentang KHES Pasal 691 memuat sanksi bagi muzakki yang tidak
berzakat tidak bisa dijalankan, sepanjang belum ada undang-undang yang lebih

tinggi mengatur tentang sanksi bagi muzakki. Akan Tetapi dapat dijalankan jika
Negara Indonesia sepenuhnya menerapkan syariat Islam.
Kata kunci: Undang-undang zakat, hukum Islam.
ANALYSIS OF THE LAWS AND THE STATE OF THE CHARITY IS
BASED ON ISLAMIC LAW
NILFATRI
Tenaga Kependidikan MTs Muhammadiyah Lima Kaum.
nilfatri@yahoo.co.id, nilfatri@gmail.com.
Abstract: The study was to the views of Islam against the criminal
provisions of the crime in the management of zakat under article 39, 40 and 41 of
Law Number 23 of 2011, sanctions Muzaki as set in article 691 compilation
economic law of Islam. (KHES). The kind of research that I use is normative law
research that is legal research, the data source in the study was , to Law number
23 of 2011 pasal 40, 41 and KHES Article 691. The data that has been analyzed
using the approach of Islamic law and the rules of maqasid Shari'ah.
The results of the study that the law number 23 of 2011 article 39, 40, and
41 is a provision that there are no provisions in the Quran and hadith. Islam
government should establish laws crime that no provisions in the Quran and

2


hadith, with its threat ta'zir law as a form of preventive, repressive, curative, and
educative, is to achieve the benefit, of PERMA in the system of the laws in
Indonesia, then PERMA No. 2 of 2008 KHES of article 691 can not be on the run,
as long as there is no legislation providing for sanctions for Muzaki in her
charity, may be on the run Indonesia if the country fully implement Islamic
Shari'ah.
Keywords: The Laws Charity, Islamic Law
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Zakat adalah sebutan atas segala sesuatu yang dikeluarkan oleh
seseorang sebagai kewajiban kepada Allah SWT, kemudian diserahkan
kepada orang-orang miskin atau yang berhak menerimanya. Disebut zakat
karena mengandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan
jiwa, dan mengembangkan harta dalam segala kebaikan.(Sabiq, 2012: 56).
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

َ
‫م بِهَا‬
ُ

ً َ‫صدَق‬
ِ ْ ‫خذ‬
ْ ِ‫م وَت ُ َزكّيه‬
ْ ُ‫ة تُطَهّ ُره‬
ْ ِ‫موَالِه‬
ْ ‫من أ‬
َ ‫م‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.” (At- Taubah (9): 103).
Dalam zakat terdapat sikap empati kepada orang-orang fakir miskin
serta aksi proaktif untuk kemaslahatan umum. Hal ini tercermin jelas pada
pengalokasiannya, dalam firman Allah swt :

‫ين ع َلَيْهَا‬
ِ ‫ين وَالْعَا‬
َ ‫م‬
َ ْ ‫ات لِلْفُق ََراءِ وَال‬
ُ َ‫صدَق‬
َ ّ ‫إِن‬

ّ ‫ما ال‬
َ ِ ‫مل‬
ِ ِ ‫ساك‬
ِ‫يل اللّه‬
ِ ِ‫اب وَالْغَار‬
َ ‫ين وَفِي‬
ْ ُ‫مؤ َلّفَةِ قُلُوبُه‬
ُ ْ ‫وَال‬
ِ َ‫الرق‬
ِ ِ ‫سب‬
َ ‫م‬
ّ ‫م وَفِي‬
‫م‬
ً ‫ض‬
ِ ‫ة‬
َ ‫م‬
َ ‫يل فَرِي‬
ّ ‫ن ال‬
ٌ ‫حكِي‬
ٌ ‫ه عَلِي‬

ُ ّ ‫ن اللّهِ وَالل‬
َ ‫م‬
ِ ِ ‫سب‬
ِ ْ ‫وَاِب‬
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang.
Untuk jalan allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah mengetahui
lagi maha Bijaksana.”(Q. S. At-Taubah,(9): 60).
Kemudian jika dilihat dari sejarah, sanksi bagi pembangkang zakat
juga pernah diberikan oleh khalifah Abu Bakar. Diantara kebijakannya

3

adalah memerangi para pembangkang zakat yang sebelumnya telah
mereka keluarkan pada masa Nabi Muhammad SAW ketika masih hidup.
(Fakhruddin, 2008: 225).
Di Indonesia, zakat berperan penting dalam membangun umat
Islam. Hal ini terlihat dengan lahirnya undang-undang, Nomor 38 Tahun
1999 Tentang Pengelolaan Zakat yang kemudian direvisi dengan Undangundang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

Kemudian dalam beberapa pasal dalam Undang-undang Nomor 23
Tahun 2011 Bab IX terdapat ketentuan pidana bagi pengelola zakat yaitu
pasal 39, 40 dan 41. sedangkan Kompilasi Hukum Ekonomi (KHES) Pasal
691 menyatakan sanksi terhadap Muzakki

dan tidak dimuat dalam

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011.
Terkait persoalan sanksi terhadap amil selaku pengelola zakat,
yang terdapat dalam pasal 39,40, dan 41 UU No. 23 Tahun 2011 Tentang
pengelolaan Zakat, secara eksplisit tidak dijelaskan di dalam Al-Qur’an
dan Hadist dengan tegas. Demikian juga persoalan sanksi yang seharusnya
diberikan kepada muzakki, Sesuai ketentuan Pasal 691 dalam KHES
menyatakan bahwa dikenakan denda.
2. Perumusan dan latar belakang masalah
1.

Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap ketentuan pidana dalam
pengelolaan zakat berdasarkan pasal 39, 40, dan 41 UU No. 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat?


2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap sanksi muzakki dalam
pasal 691 KHES ?
3. Tujuan penelitian adalah sebagai berkut:
1.

Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap ketentuan pidana
dalam Pasal 39, 40, 41 UU No. 23 Tahun 2011 dan

2.

Untuk mengetahui Pandangan Hukum Islam Terhadap sanksi muzakki
dalam pasal 691 KHES.

4

4. Defenisi Operasional
Definisi operasional variable-variael dapat dilihat pada penjelasan dibawah
ini:
1


Undang-undang Negara yang dimaksud adalah UU No. 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat khususnya Pasal 39, 40, dan 41 dan
PERMA No. 2 Tahun 2008 Tentang KHES Pasal 691

2

Hukum Islam yang dimaksud adalah kaidah-kaidah hukum

dan

maqasid syariah. sedangkan kaidah-kaidah hukum yaitu aturan hukum
yang bersifat menyeluruh dan mencakup bagian-bagiannya, yang
menjadi pedoman dalam menentukan hukum berbagai peristiwa ,dan
masalah yang berhubungan dengan perbuatan manusia (Nasution,
2014:119). Sedangkan maqasid syariah yang dimaksudkan adalah
penetapan hukum zakat kepada umat Islam dengan tujuan untuk
kemaslahatan manusia.
5. Kajian Riset sebelumnya
Penelitian mengenai Sanksi Pidana Muzakki oleh Fitri Faa’izah,

(2016).dengan hasil penelitian dalam hokum Islam diberlakukan sanksi
ta’zir berupa denda atau kalau perlu kurungan penjara bagi muzakki yang
bakhil terhadap hartanya dan sanksi had bagi muzakki yang mengingkari
kewajiban zakat. Qanun Aceh dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
memberlakukan sanksi ta’zir berupa denda bagi muzakki tidak
menunaikan zakat.
Kajian teori
1. Kedudukan zakat dalam Islam
Zakat secara bahasa adalah tumbuh, suci dan berkah. (sabiq,
2012: 56). Sedangkan zakat secara istilah adalah bagian tertentu dari
harta yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diserahkan kepada
orang yang berhak menerimanya. (Qardhawi, 2007: 34).
Sementara hukum zakat adalah fardhu‘ain yaitu kewajiban
yang ditetapkan untuk diri pribadi.(Syarifuddin, 2003: 38). Firman
Allah SWT berbunyi:

5

َ
‫ين‬

َ ‫اركَعُوا‬
ُ ‫وَأقِي‬
ّ ‫موا ال‬
َ ِ‫الراكِع‬
ّ َ‫مع‬
ْ َ‫ص َلة َ وَآتُوا ال ّزكَاة َ و‬
” Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta
orang-orang yang rukuk” (Al-Baqarah(2):43).
Dalam ayat di atas Allah SWT mengatakan dalam bentuk
“perintah” (amar). Hukumnya dalah fardhu‘ain dan apabila tidak
dikerjakan maka berdosa.
Zakat suatu ibadah pokok, termasuk salah satu rukun Islam,
sebagaimana diungkapkan dalam berbagai Hadits Nabi SAW di
antaranya:

ُ ‫سو‬
َ ‫ قَا‬: ‫ما قَال‬
ِ‫ل اللّه‬
ِ ‫م َر َر‬
ُ ‫ل َر‬

َ ُ‫ه ع َنْه‬
ُ ّ ‫ي الل‬
َ ُ‫ن ع‬
َ ‫ض‬
ِ ْ ‫عن اب‬
ْ ‫ي‬
‫س‬
َ ‫م ع َلَى‬
ُ ‫س َل‬
ْ ِ ‫ال‬
َ َ‫ه ع َلَيْهِ و‬
ْ ‫خ‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ّ ‫صلّى الل‬
َ
َ ِ ‫م بُن‬
ٍ ‫م‬
َ
َ
ّ ُ ‫سو‬
َ ‫م‬
ّ ‫ه وَأ‬
ْ ‫شَ هَادَةِأ‬
ُ ‫مدًا َر‬
ّ ‫ح‬
ُ ‫ن‬
ُ ّ ‫ه إ ِ ّل الل‬
َ َ ‫ن َل إِل‬
ِ ‫ل اللهِ وَإِقَام‬
‫ضان‬
َ ‫م‬
ّ ‫ح‬
َ ْ ‫ص َلةِ وَإِيتَاءِ ال ّزكَاةِ وَال‬
َ ‫صوْم ِ َر‬
َ َ‫ج و‬
ّ ‫ال‬
“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima
(tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan (syahadat) Muhammad
Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa
Ramadhan”. (HR Bukhari).
Di Indonesia zakat dalam Tinjauan Undang-undang UndangUndang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat adalah untuk
mengdongkrak dayaguna dan hasil guna pengelolaan zakat, infaq dan
sedekah di Indonesia. (Wibisono,2015: 79). Selanjutnya pemerintah
menerbitkan PP Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. (www.
Peraturan.go.id)
Undang-undang, No. 23 Tahun 2011 ini disusun berdasarkan
tiga landasan utama, yaitu: filosofis, sosiologis, dan yuridis. Landasan
filosofis UU tersebut berupaya mengajarkan adanya prinsip-prinsip
ketuhanan dan keadilan sosial yang terdapat di dalam Pancasila.

6

Melalui zakat prinsip ketuhanan dapat dilihat mengingat zakat
merupakan salah satu ajaran agama Islam. Penempatan pemerataan
dan solidaritas sosial sebagai prinsip penting untuk mewujudkan
kemaslahatan. (Departemen Agama RI, 2013: 34)
Landasan sosiologis mendasarkan pada kebutuhan mendesak
akan peraturan perundang-undangan yang dapat menciptakan tata
kelola yang baik (good governance) dalam pengelolaan zakat, infaq,
dan shadaqah. Landasan yuridisnya merujuk pada ketentuan konstitusi
yang menyebutkan bahwa fikir miskin dan anak terlantar dipelihara
oleh negara sebagaimana terdapat dalam UUD 1945 Pasal 34 ayat (1).
(Departemen Agama RI, 2013: 34).
Menurut UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
Pasal 2 (dua) bahwa zakat berasaskan: syariat Islam, amanah,
kemanfaatan,

keadilan,

kepastian

hukum

terintegrasi

dan

akuntabilitas. Sedangkan organisasi pengelolaan zakat berupa
BAZNAS, LAZ, dan UPZ. Setiap lembaga pengelola menerapkan
prinsip kerja lembaga yang intinya tercermin dalam tiga kata kunci,
amanah, profesional dan transparan.
Sedangkan konsep sanksi muzakki dalam kompilasi hukum
ekonomi syariah (khes) tentang zakat menurut Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah bahwa “ Ekonomi syariah adalah usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh orang perorangan, kelompok orang, badan usaha yang
berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam

memenuhi

kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip
syariah.
2. Zakat dalam hukum Islam
Dalam hukum Islam, tindak pidana atau delik disebut dengan
“jarimah” atau “jinayah”. Jarimah menurut bahasa adalah berusaha
dan bekerja. Jarimah menurut istilah adalah melakukan setiap
perbuatan yang menyimpang dari kebenaran, keadilan dan jalan yang

7

lurus. (Yunarti, 2012: 3). Sedangkan jinayah artinya perbuatan dosa,
perbuatan salah atau jahat. Pembagian atau klasifikasi kejahatan dalam
hukum Islam berupa kejahatan hudud adalah kejahatan terhadap
kepentingan public dan mempengaruhi kepentingan pribadi terutama
berkaitan dengan hak Allah SWT. Ketentuan ini dapat diancam dengan
hukuman hadd.
Menurut Jubair (Santoso, 2003: 22) kejahatan hudud ada tujuh
kejahatan diantaranya: riddah (murtad), al-aghy (pemberontak), zina,
Qadzaf

(tuduhan

palsu

zina),

sariqah

(pencurian),

hirabah

(perampokan), dan shurb al-khamr (meminum khamar). Kejahatan
berikutnya adalah qishash sasaran dari kejahatan ini adalah integritas
tubuh manusia, sengaja atau tidak sengaja. Kejahatan berikutnya ta’zir,
landasan penentuan hukuman ta’zir didasarkan pada ijma’ atau
konsensus berkaitan dengan hak

negara muslim untuk melakukan

kriminalisasi dan menghukum semua perbuatan yang tidak pantas.
(Santoso, 2003, 23)
Dalam hukum pidana Islam, ancaman pidana itu adakalanya
had dan adakalanya ta’zir. Had artinya hukuman yang disebutkan
secara tegas dalam Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan ta’zir adalah
hukuman

yang belum disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Penetapan hukuman untuk ta’zir sepenuhnya diserahkan kepada
penguasa negara atau ulil amri. ( Muslich, 2007: 29).
3. Kaidah-kaidah Hukum Islam dan Maqasyid Syari’ah
a.

Kaidah-kaidah hukum Islam
Kaidah-kaidah hukum Islam (al-qawaid al-fikihiyah), adalah
kaidah-kaidah umum yang disusun oleh para ulama berdasarkan
norma yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist melalui metode
induktif. Kaidah-kaidah itu kemudian dijadikan pedoman dalam

8

menentukan hukum berbagai peristiwa dan masalah yang
berhubungan dengan perbuatan manusia. (Usman, 2001: 69).
Adapun prinsip-prinsip dalam hukum Islam itu antara lain:
a)

Meniadakan kesempitan dan kesukaran ( ‫الحر‬

‫عد م‬

‫)ج‬
b)

Sedikit pembebanan (‫ليف‬

‫)تقليل التكا‬

c)

Bertahap dalam menetapkan hukum (

‫) تد ر يجيا‬

d)

Memperhatikan kemaslahatan manusia(

‫مصلحة ال‬

‫) مة‬
e)
b.

Mewujudkan keadilan (‫الة‬

‫)المد‬

Kaidah Fikihiyah
Ada lima kaidah pokok dalam hukum Islam yang disebut
dengan qawaid al-khamms (panca kaidah) yaitu:

a. ‫ا مور بمقا صد ها‬
“Segala urusan menurut niatnya”

b. ‫الضر ر بمقا صد ها‬
“ Kemudharatan atau kesulitan itu, harus dihilangkan”

c. ‫العا دة محكمة‬
“ Adat kebiasaan itu bisa menjadi landasan hukum”

d. ‫اليقين ل يزا ل با لشك‬
“ Keyakinan tidak dapat dihilangkan dengan keraguan”

e. ‫المشقة تجلب التيسير‬
“Kesukaran,

kesulitan
”(Usman, 2002: 69).
c.

Maqashid Syari’ah

mendatangkan

kemudharatan.

9

Kata maqasid adalah jamak dari kata maqshad yang artinya
adalah maksud dan tujuan. (Syarifuddin, 2008: 232). Adapun
tujuan maqasid syari’ah adalah untuk kemaslahatan manusia.
(Nasution, 2014: 105). Menurut Syatibi tujuan utama dari syariah
adalah untuk menjaga dan memperjuangan tiga kategori hukum,
dengan cara Maqashid syari’ah dharuriyat, maqasid syari’ah
hajiyat, maqashid-tahsiniyyat.
Metode Penelitian
Penyusunan Tesis ini menggunakan pendekatan yuridis normative
(normative legal research) dengan menganalisis dalam perspektif hukum
Islam pada Undang-Undang No. 23 Tahun 2011, Pasal 39, Pasal 40 dan
Pasal 41 Tentang Pengelolaan Zakat serta Peraturan Mahkamanah Agung
No. 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal
691.
Data yang sudah terkumpul baik berupa materi UU, draf UU,
tulisan-tulisan lain yang berbicara tentang ketentuan UU zakat terutama
UU No. 23 Tahun 2011 Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41 Tentang Pengelolaan
Zakat dan KHES Pasal 691 tentang sanksi bagi Muzaki, dianalisis dengan
menggunakan pendekatan kaidah-kaidah hukum Islam dan maqashid
syariah.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pertama, Pasal 39 berbunyi “Setiap orang yang dengan sengaja
melawan hukum tidak melakukan pendistribusian zakat sesuai dengan
ketentuan Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah). Ketentuan dalam pasal 25 yang berbunyi: “zakat wajib
didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam”.
Sanksi dalam Pasal 39 ditujukan

kepada “setiap orang”, kata

setiap orang dalam UU No. 23 Tahun 2011 Pasal 10 adalah perseorangan

10

atau badan hukum” jadi tujuan penerapan sanksi pidana yang terdapat
dalam pasal 39 jelas kepada amil zakat.
Kemudian

Hadist

Nabi

yang

membicarakan

tentang

pendistribusian zakat adalah: “Dari Ibnnu Abbas ra. bahwasanya Nabi
SAW, pernah mengutus Muadz ke Yaman, Ibnu Abbas menyebutkan
hadist itu, dan dalam hadist itu beliau bersabda: Sesungguhnya Allah
telah memfardhukan atas mereka sedekah (zakat) harta mereka yang
diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dikembalikan
kepada orang-orang fakir di antara mereka (HR. Bukhari dan Muslim.)
Tindakan melawan hukum dalam pasal 39 tidak termasuk kedalam
kategori jarimah hudud dan qishas. Oleh karena itu ketentuan sanksi dalam
pasal 39 merupakan ketentuan pidana yang ditetapkan oleh pemerintah
atau penguasa berupa hukuman ta’zir. Jika dilihat dari sisi maqashid
syari’ah atau tujuan dari penetapan hukum adalah al- maslahah yaitu
kemaslahatan adalah melindungi hak-hak mustahik yaitu

memelihara

tujuan syara’ berupa agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta
Dengan kaidah fikih sebagai berikut:

ِ ‫سد‬
ِ ‫مفَا‬
ُ ْ ‫جل‬
َ
َ ‫ح ودفع ال‬
َ َ ‫ب ال‬
َ ‫م‬
ِ ِ ‫صا ل‬
”Meraih kemaslahatan dan menolak kemafsadatan”
Mengenai penerapan sanksi pidana menurut pasal 39 berdasarkan
kaidah hukum Islam, dan maqashid syar’iah tidak bertentangan dengan
Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan ketentuan pidana dalam Pasal 39
merupakan bentuk dari tindakan prefentif. Serta ketentuan pidana pasal 39
sesuai dengan asas-asas hukum pidana yaitu asas keadilan, kepastian
hukum, dan kemanfaatan.
Kedua, Pasal 40 menjelaskan bahwa ”Setiap orang yang dengan
sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah)”.
Tindakan melawan hukum yang dimaksud dalam Pasal 37 adalah

11

setiap orang dilarang melakukan tindakan memiliki, menjaminkan,
menghibahkan, menjual, dan/atau mengalihkan zakat,infak, sedekah,
dan/atau dana sosial keagamaan lainnya yang ada dalam pengelolaanya.
Ketentuan pidana kurungan yang terdapat dalam Pasal 40 tersebut
sudah tepat dan sesuai dengan asas-asas pengelolaan zakat yang terdapat
dalam pasal 2 yaitu, syari’at Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan,
kepastian hukum, terintegritas dan akuntabilitas. Serta prinsip-prinsip
pengelolaan zakat, yaitu amanah, profesional, dan transparan. Dan tidak
bertentangan dengan asas-asas hukum pidana Islam yaitu asas keadilan,
kepastian hukum, dan asas kemanfaatan.
Penetapan hukuman dari segi maqasid syariah

adalah untuk

memelihara kebutuhan dasar (daruriyat) seorang mustahik, Kaidah hukum
yang tepat dalam hal ini adalah:

‫ح‬
ِ ‫دَفْعُ المفَا‬
َ ‫م ع َلَى‬
ٌ ّ ‫مقَد‬
َ ‫ب ال‬
ُ ِ ‫سد‬
َ ‫م‬
ِ ْ ‫جل‬
ِ ِ ‫صال‬
Menolak mafsadah didahulukan daripada meraih maslahat. (Djazuli,
2006: 29).
Tujuan penetapan ketentuan pidana ta’zir dalam pasal 40 UU No.
23 Tahun 2011 oleh pemerintah sebagai:
1.

Tindakan refresif, dengan harapan amil zakat yang melakukan
penyelewengan dana zakat tidak mengulangi dikemudian hari, hal ini
merupakan efek jera dari penerapan sanksi berupa pidana kurungan dan
denda.

2.

Tindakan kuratif (islah) dengan adannya ketentuan sanksi terhadap amil
zakat, mampu membawa perbaikan perilaku terpidana dikemudian hari.

3.

Tindakan edukatif, tujuan dari penerapan sanksi tersebut dapat merubah
pola hidupnya dengan cara mendidik .
Ketiga, pasal 41 bahwa “Setiap orang yang dengan sengaja

melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau
pidana denda paling banyak Rp. 50.000,000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pelanggaran dalam Pasal 38 menyatakan” setiap orang dilarang dengan

12

sengaja

bertindak

selaku

amil

zakat

melakukan

pengumpulan,

pendistribusian, atau pendayagunaaan zakat tanpa izin pejabat yang
berwenang.”
Penerapan ketentuan pidana dalam pasal 41 adalah tepat dan tidak
bertentangan

dengan

asas-asas

dari

pengelolaan

zakat,

amanah,

kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum terintegritas dan akuntabilitas,
serta telah sesuai dengan prinsip-prinsip pengelola zakat yaitu amanah,
yaitu

jujur.

Sedangkan

kebiasaan

masyarakat

atau

muzakki

mendistribusikan zakat kepada orang yang dipercayanya tanpa izin
pemerintah,

tidaklah

termasuk

kepada

suatu

kejahatan,

selama

berpedoman kepada syariat Islam dan tidak merugikan.
Kaidah yang digunakan dalam hal ini adalah

‫حكَمة‬
َ ‫م‬
ُ ُ ‫العَادَة‬
“adat (dipertimbangkan di dalam) menetapkan hukum”
Ditinjau dari segi maqashid syar’iah, dalam penerapan sanksi
pidana

menurut

Pasal

41

berkaitan

dengan

pengoptimalkan

pengumpulkan dana zakat. Dengan tujuan menjaga dan melindungi
kehidupan masyarakat dari kemungkinan adanya tindakan merugikan
terhadap pengelolaan zakat. Serta tidak bertentangan dengan Al-Qur’an
dan Hadist sepanjang sesuai dengan yang diperintahkan syari’at. dalam
surat At-Taubah ayat 103 “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Dan
berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi
ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui”.
Keempat, peraturan Mahkamah Agung RI. No. 02 Tahun 2008 tentang khes
pasal 691 bahwa : Barang siapa yang melanggar ketentuan zakat maka akan
dikenai sanksi sebagaimana diatur sebagai berikut :
(1) Barangsiapa yang tidak menunaikan zakat maka akan dikenai denda
dengan jumlah tidak melebihi dari besarnya zakat yang wajib
dikeluarkan

13

(2) Denda sebagaimana dimaksud dalam angka (1) didasarkan pada
putusan pengadilan
(3) Barang siapa yang menghindar dari menunaikan zakat, maka dikenakan
denda dengan jumlahtidak melebihi (20%) dari besarnya zakat yang
harus dibayarkan.
(4) Zakat yang harus dibayarkan ditambah dengan denda dapat diambil
secara paksa oleh juru sita untuk diserahkan kepada badan amil zakat
daerah Kabupaten/kota.” (KHES, 2008:164).
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) yang dterbitkan
dalam bentuk Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) kalau dilihat
keberadaannya dalam perundang-undangan Indonesia terdapat dalam UU
No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Perundang-undangan pasal 8
ayat (1) menyebutkan bahwa:
(1) Jenis Peraturan Perundangan-undangan selainsebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri,
badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan
Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan
Perwakilan Rakyat, Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala
Desa atau yang setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang
lebih

tinggi

atau

dibentuk

berdasarkan

kewenangan.

(www.peraturan.go.id)
Dapat disimpulkan bahwa: Pertama, KHES yang diterbitkan dalam
bentuk PERMA diakui keberadaannya sebagai jenis peraturan perundangundangan di Indonesia untuk mengadili tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah kewenangan lainnya Kedua, sebagai
produk Mahkamah Agung, maka KHES mempunyai kekuatan hukum

14

yang mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundangundangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
Sedangkan kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan menurut
peraturan mahkamah agung sepanjang tidak bertentangan dengan undangundang yang lebih tinggi.
Keberadaan UU No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat hanya
khusus undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan zakat saja.
Tidak memuat sanksi bagi muzakki yang enggan berzakat. Tidak

dapat

dijadikan payung hukum dalam pemberian sanksi terhadap muzakki yang
enggan berzakat. Akan tetapi penetapan sanksi tersebut sebagai pelengkap
dan mengisi kekosongan hukum tersebut dengan tujuan kemaslahatan
Adapun kaidah yang berkaitan dengan ta’zir kemaslahatan umum adalah :

ِ ‫ىالرا‬
ِ ‫حة‬
َ َ ‫صل‬
َ ْ ‫منُوْطٌبِال‬
َ ِ‫عيّة‬
َ ِ ْ ‫ص ُرفُا‬
ْ ‫م‬
َ َ‫ت‬
ّ َ ‫ماِمعَل‬
“Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bergantung kepada
kemaslahatan”(Thamrin, 2010:15).
Penetapan hukum harus mengandung aspek prefentif, refresif dan
rehabilitatif, karena dalam hukum Islam aspek tersebut jauh lebih efektif
dari hukum manapun, karena semuanya dilaksanakan atas dasar iman,
keadilan dalam mewujudkan kemaslahatan manusia.
Simpulan dan Saran
Penetapan ketentuan pidana

menurut UU No. 23 Tahun 2011

tentang pengelolaan zakat pasal 39 , 40, 41 telah sesuai dengan asas-asas
pengelolaan zakat yaitu syari’at Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan,
kepastian hukum, terintegritas, dan akuntabilitas serta prinsip-prinsip dari
pengelolaan zakat yaitu amanah, profesional, dan transparan dan asas-asas
hukum Pidana Islam yaitu keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.
Dan tidak bertentangan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Ancamannya
hukuman ta’zir sebagai bentuk preventif, represif, kuratif (islah), dan
edukatif dengan kaidah yang utama adalah untuk kemaslahatan dan
menolak kemudharatan serta

tujuan dari maqashid syari’ah adalah

15

maslahah untuk mewujudkan tujuan syara’ yang pokok yaitu agama, jiwa,
akal, keturunan, harta, melalui lima tingkatan yaitu dharuriyat, hajiyat,
dan tahsiniyat.
PERMA No. 2 Tahun 2008 KHES Pasal 691 belum bisa
dijalankan, sepanjang belum ada undang-undang

yang lebih tinggi

mengatur tentang sanksi bagi muzakki yang tidak berzakat. Akan tetapi
kewajiban muzakki dalam berzakat,

dapat

dijalankan jika Negara

Indonesia sepenuhnya menjalankan syari’at Islam Adapun pun pemberian
sanksi berdasarkan kaidah hukum Islam dan maqashid syari’ah adalah
bergantung kepada kemaslahatan bersama. Karena tujuan zakat untuk
memenuhi tiga aspek kebutuhan yaitu dharuriyah, hajiyyah, tahsiniyah.
Berdasarkan hasil dari analisis terhadap perundang-undangan
negara tentang zakat berdasarkan hukum Islam yang dirumuskan dapat
disarankan adanya peraturan perundang-undangan khusus yang mengatur
muzakki dalam berzakat sehingga muzakki merasa percaya diri dan
termotivasi dalam berzakat. Kemudian PERMA N0. 2 Tahun 2008
Tentang KHES Pasal 691 hendaknya menentukan kategori muzakki yang
harus didenda.

DAFTAR PUSTAKA
Fakhruddin, 2008. Fiqh dan Manajemen Zakat Indoneisa, Yogyakarta: UIN
Malang Press.

16

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, 200. Bandung: Fokusmedia.
Muclich, W. A. 2007. Hukum Pidana Menurut Al-Qur’an, Jakarta: Diadit Media.
Mustafa, A. A. 1974. Tafsir al-Maraghi, Cet I, Juz x, Kairo: Mustafa al-Babi alHalabi.
Nasution, A.S.M. 2014. Filsafat Hukum Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Qardhawi.Y. 2007. Hukum Zakat, Bogor: Litera Antar Nusa
Sabiq, S. 2012. Fikih Sunnah, Jilid 2, Jakarta: Cakrawala Publishing.
Santoso, T. 2003. Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta: Gema Insani Press.
Syarifuddin, A. 2003. Garis-Garis Besar Fiqi, Cet. Ke-1. Bogor: Kencana.
Syarifudin, A. 2008. Ushul Fiqh, Cet. Ke. 4, Jakarta: Prenadamedia Group.
Tamrin, D. 2010. Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Malang: UIN Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, www.peraturan.go.id, 11
Januari 2017.
Usman, S. 2001. Hukum Islam Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam
dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama
UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, www.peraturan.go.id, 11
Januari 2017.
Wibisono, Y. 2015. Mengelola Zakat Indonesia, Diskursus Pengelolaan Zakat
Nasional dari rezim Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 ke Rezim
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011, Jakarta: Prenamedia Group.
Yunarti, 2012, Fiqih Jinayah, STAIN Batusangkar: Batusangkar

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26