negara hukum menurut perspektif fiqh siy

Kelompok IV
HALAMAN JUDUL

NEGARA HUKUM DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Fikih Siyasah dan Jinayah
Dosen : Drs. Surya Sukti, M.A.

Oleh
EVA SANTIKA SURI
NIM : 14021104
NOORHIDAYAH
NIM : 14021104

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI AHWAL ASY SYAKHSHIYYAH
TAHUN 2015 M / 1436 H

i


MOTTO
Verba Volant Scripta Manent
Apa yang di ucapkan akan berlalu, namun ihwal yang tertulis akan terus abadi

Cogito Ergo Sum
Aku berpikir karena itu aku ada

dan
“Jika kamu berbaik hati untuk membagikan uang 1 miliyar kepada masyarkat masing-masing
mendapatkan 500 ribu rupiah , uang itu hanya cukup untuk 2000 orang, tetapi jika kamu
terjun ke politik dan menjadi pemimpin, coba hitung berapa APBD yang bisa kamu
selamatkan untuk kepentingan rakyat”

ii

ABSTRAK
Negara hukum dewasa ini semakin memberikan petak yang berbeda antara negara hukum
dan agama walaupun Indonesia sendiri adalah negar hukum yang mengakui keberadaan
agama sebagai bentuk menegahi perbedaan konsep negara hukum formil dan materiil.
Untuk itu penulis akan menguraikan hal ihwal negara hukum dalam bentuk bagaimana

definisi negara hukum dari beberapa sudut pandang sarjana, jenis-jenis negara hukum
yang ada dan masih di gunakan dalam dunia hukum di beberapa Negara. Penlis juga
meguraikan bagaiman hubungan agama dan Negara serta bagaimana Negara hukum itu
menurut perspektif fiqh siaysah.
Kata kunci : definisi Negara hukum, jenis-jenis Negara hukum, hunungan Negara dan
agama, serta Negara hukum mennurut perspektif fiqh siayasah.

iii

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Tiada untaian kata yang patut diucapkan kecuali rasa syukur Alhamdulillah
kehadirat Allah SWT, atas limpahan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Negara Hukum dalam Perspektif Fikih Siyasah”
ini tepat pada waktunya, sebagai pemenuhan salah satu tugas mata kuliah Fikih Siyasah
dan Jinayah.
Segala kesempurnaan hanyalah milik Allah semata, sehingga penulis sangat
menyadari apabila di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan sangat jauh dari
kata sempurna. Dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah sederhana ini dapat

memberikan manfaat yang luar biasa bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian
pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Palangka Raya, Maret 2016
Tim Penulis

iv

DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................1
MOTTO............................................................................................................................................2
ABSTRAK.......................................................................................................................................3
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................................5
BAB I...............................................................................................................................................6
PENDAHULUAN...........................................................................................................................6
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................................6
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................6

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................6
D. Kegunaan Penulisan...............................................................................................................6
E. Metode Penulisan...................................................................................................................7
BAB II..............................................................................................................................................8
PEMBAHASAN..............................................................................................................................8
A. Definisi negara hukum...........................................................................................................8
B. Jenis-Jenis Negara Hukum.....................................................................................................9
C. Hubungan Islam dan negara.................................................................................................10
D. Negara hukum menurut perspektif fiqh siyasah...................................................................11
PENUTUP......................................................................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................................13
KESIMPULAN..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

v

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara sebagai organisasi tertinggi memiliki wilayah, pemerintahan dan rakyat

dengan tujuan mencapai kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuannya, negara
berkaitan erat dengan catur wangsa penegakkan keadilan yang memerlukan norma
dasar (grundnorm) yang harus ditaati. Negara hukum adalah negara yang menegakkan
supremasi hukum dalam pelaksanaannya. Hans Kelsen menyatakan orang taat pada
hukum bukan karena Negara mengehendakinya melainkan orang taat kepada hukum
karena ia merasa wajib menaatinya karena perintah Negara.
Negara dibutuhkan dalam Islam untuk merealisasikan wahyu-wahyu Allah,
karena Negara berkaitan erat dengan hukum maka dalam makalah yang sederhana ini
penulis berusaha menguraikan hal ihwal negara hukum menurut perspektif fiqh
siyasah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi Negara hukum?
2. Bagaimana jenis-jenis negara hukum?
3. Bagaimana hubungan Islam dan negara?
4. Bagaimana negara hukum menurut perspektif fiqh siyasah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisis definisi negara hukum.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisis berbagai jenis negara hukum.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisis hubungan antara agama dan
negara.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisis perspektif fiqh siyasah tentang
negara hukum.
D. Kegunaan Penulisan
Pembuatan makalah ini mempunyai beberapa kegunaan, di antaranya:
1. Kegunaan teoritis, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Kegunaan praktis, yaitu membantu mengatasi, memecahkan dan mencegah

masalah yang ada pada objek yang dijadikan topik dalam pembahasan makalah.
1

2
E. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu dengan
metode pustaka dan telusur internet sebagai referensi yang ada kaitannya atau
hubungannya dengan pembuatan makalah ini dan disimpulkan dalam bentuk makalah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi negara hukum
Negara dala bahasa inggris berarti state , Belanda berarti staat, atau Prancis

berarti etat. Secara terminologi , negara adalah organisasi tertinggi diantara satu
kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, untuk hidup bersama
dalam suatu kawasan , da mempunyai pemerintahan yang berdaulat.
adalah

negara yang menegakkan

1

Negara hukum

supremasi hukum yang dalam pelaksanaan

pemerintahannya, bukan supremasi kekuasaan. Dalam negara hukum penguasa tidak
bisa berbuat menurut kehendak dan kemauanya saja, karena segala tindak-tanduk
dan kebijaksanaan politiknya dibatasi oleh peraturan-peraturan perundang-undangan.2
Negara hukum bersandar kepada keyakinan kekuasaan negara harus dijalankan atas
dasar hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur negara hukum pertama: hubungan
antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan melainkan
berdasarkan suatu norma objektif, yang juga mengikat pihak yang memerintah. Kedua

adalah norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal ,
melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan ideologi hukum. Hukum menjadi
setiap landasan semua tindakan negara. 3
Ada empat alasan mengapa negara menyelenggarakan dan menjalankan tugasnya
berdasarkan hukum yaitu:
1. Demi kepastian hukum
2. Tuntutan perlakuan yang sama
3. Legitimasi demokrasi
4. Tuntutan akal budi
Negara hukum

berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya

sejauh berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam
hukum itu. Adapun tipe negara hukum itu terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Negara hukum liberal

1

2


3

Kamaruddin Hidayat dkk,. Pendidikan Kewarganegraan ( Civic Education) Edisi Ke Tiga
Demokrasi Hak Asasi Manusia Dan Masyarakat Madani, Jakarta: Kencana, 2008, h. 91.
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Prenada Media
Grup, 2014, h. 231.
Rapung samuddin, Fiqh Demokrasi, Jakarta timur: Pustaka Al-Kautsar, 2013, 74.

4
Yaitu negara hukum yang menghendaki supaya negara berstatus pasif atau warga
negara harus tunduk pada peraturan negara .
2. Negara hukum formil atau division of power
Negara hukum formil ini merupakan negara yang mendapatkan pengesahan dari
rakyat segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu yang harus
berdasarkan kepada undang-undang.

Negara hukum formil disebut juga negara

demokratis yang berlandaskan undang-undang.

3. Negara hukum materiil atau seperation of power
Negara hukum materiil merupakan perkembangan dari negara hukum formil yakni
tindakan penguasa harus harus berdsarkan undang-undang atau berlaku asas legalitas
yaitu dalam negara hukum materiil tindakan penguasa dalam keadaan mendesak demi
kepenringan wearga negara dibenarkan bertindak menyimpang atau berlaku asas
opportunitas.4
B. Jenis-Jenis Negara Hukum
Pelaksanaan negara hukum berbeda pada setiap negara sesuai dengan kondisi
sosial, geografis wilayah, budaya dan kesepakatan di antara rakyat dengan pemimpin
mereka. Menurut Thahir Azhari sebagaimana yang penulis kutip dari salah literatur
yang penulis ambil menyatakan ada lima jenis atau konsep negara hukum yang
berkembang yaitu:
1. Konsep Barat
Ide negara hukum mulai populer sejak abad ke-17 M yang pada saat itu dunia
Barat dikusai raja dan kaum bangsawan yang bersifat absolut. Mereka dapat
melakukan apa saja yang mereka inginkan, ironisnya sikap arogan dan
absolutisme raja didukung oleh gereja yang juga mendapatkan berbagai fasilitas
dan kemudahan dari raja. Kejadian ini menimbulkan perlawanan dari kalangan
pemikir barat dan rakyat jelata.
Pemberontakan pertama dikenal dengan Revolusi Perancis 1789 dan

menimbulkan kebencian terhadap gereja sehingga membuahkan sikap pemisahan
antara politik dan agama bersamaan hal ini banyak pemikir Barat

yang

mengemukakan hal ihwal negara hukum. Stahl merumuskan empat unsur negara
hukum yakni pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, negara
berdasarkan trias politica, pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang4

Risnawati, Makalah Negara Hukum, Pamulang: Universitas Pamulang, 2012, h. 1-2.

5
undang dan adanya peradilan administrasi negara yang bertugas megatur dan
menangani kasus melanggar hukum oleh pemerintah.
Konsep rechtstaat di dunia barat khusunya di Eropa Kontinental berlandaskan
pada filsafat liberal sekuler yang individualistik yang mencapakkan agama sama
sekali dari kehidupan politik. Adapun pada negara-negara Anglo Saxon
berkembang suatu konsep negara hukum yang rule of law menekankan tiga unsur
utama pemerintahan yaitu: 1.supremasi hukum 2. Persamaan di hadapan hukum
3. Konstitusi yang didasarkan atas hak perseorangan.
2. Konsep sosialist legality
Sosialist legality adalah konsep negra yang dianut oleh negara-negara sosialistkomunis dalam rangka mengimbangi konsep rule of law dan dari Anglo Saxon.
Hukum ditempatkan dibawah sosialisme. Konsep socialist legality, rule of law
dan rechstaat sama-sama memberikan kebebasan dalam hal tertentu. Jika konsep
pertama memberikan kebebasan yang sebebas-bebasan kepada indivudu
sementara socialist legality individu diletakkan pada posisi terbwah dan
memberikan kekuasaan sebebas-bebasnya kepada penguasa untuk melakukan
eksploitasi dan menegakkan konsep ini dengan kekerasan dan kekuatan senjata.
3. Konsep negara hukum pancasila
Konsep negara hukum pancasila agaknya berdiri di antara konsep negara Barat
yang terlelu memberikan kebebasan individu dan memisahkan agama dari negara
denga sosialis-komunis yang menempatkan kekuasaan memiliki andil yang besar
dan posisi rakyat di bawah negara dan menolak agama sama sekali. Konsep
Pancasila mengakui kebebasan individu berdasarkan UUD- 1945 Pasal 28
meskipun pemerintah berhak menguasai sumber-sumber daya alam yang ada
untuk kepentingan kemakmuran rakyat dan tidak memisahkan agama dengan
negara walaupun tidak menjadikan salah satu agama sebagai agama resmi namun
negara mengatur masalah agama di bawah koordinasi Departemen Agama
( Kementrian Agama )5
C. Hubungan Islam dan negara
Islam dan negara sejatinya memiliki hubungan yang begitu erat, hal ini terlihat
pada beberapa sarjana orientalis yang meyakini bahwa ajaran Islam tidak hanya
mengenai ajaran semata tetapi juga mengatur permasalahan negara sebagaimana apa
yang penulis kutip dari salah satu literatur bahwa C.A Nollino menyatakan
5

H.A Dzajuli, Fiqh Siyasah, Jakarta: Kencana, 2008, h. 80.

6
“Muhammad telah meletakkan dasar agama bersamaan dengan meletakkan dasar
negara pada waktu yang sama”. Dikalangan jumhur ulama dikatakan bahwa Islam
mengharuskan adanya agama dan pemerintah, meskipun jumlahnya kecil namun ada
juga yang hanya mmbolehkan saja. Syekih Muhammad Syaltout menyatakan
hubungan negara dan agama saling berkaitan melalui ungkapan:

.‫و هكذا ير تبطا الدين باالدولة ارتباطا كبيرا في السالما ارتباط القلعدةباابناء‬
‫فالدين اسااا الدو لة ووووهههها وليمكن تصور دو لة السااما بل دين كما ليمكن‬
‫تصور الدين السالما فرفا ون توويي الجتوا وساياساة الو لة لاه حينئذ ل يكو ن‬
‫اسالاما‬.
“tidak mungkin tergambarkan agama Islam tanpa adanya pengarahan dari
masyarakat dan politik negara, karena apabila demikian negara itu tidak
bersifat Islami”
Muhammad Yusuf Musa menjelaskan bahwa Nabi telah memikirkan perkara
negara ini semenjak beliau masih di Mekkah, beliau menunjuk kepada Bia’at Aqabah
II sebagai bukti, sehingga menghasilkan interpretasi bahwa Negara pertama bagi
orang Arab dan kaum Muslim pertama adalah di Madinah namun, ada sarjana yang
menolak bahwa Negara dan agama (Islam) terpisah satu sama lain yakni Ali Abd
Al.Raziq di dalam kitabnya Al-Islam wa Ushul Al-Hukm yang menyatakan :
a. Tidak ada nash di dalam Al-Qur’an dan Hadist
b. Adalah kenyataan bahwa yang dirasakan yang dikuatkan dengan akal dan
disaksikan oleh sejarah masa dahulu dan masa kini bahwa syia’ar Islam,
merupakan manifestasi agama-Nya sejak semula tidaklah tergantung
kepada macamnya pemerintahan.6
D. Negara hukum menurut perspektif fiqh siyasah
Negara dalam Islam tidak dapat disamakan dengan teokrasi seperti yang dipahami
di Barat. Dalam teokrasi, penguasa memegang mandate dari Tuhan sementar dalam
nomokrasi Islam kepala Negara (penguasa) menjalankan Negara dengan berdasar
kepada hukum syari’at yang di turunkan Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya
Muhammad Saw,. Maka penguasa melaksanakan apa saja yang disebutkan di dalam Alqur’an dan Sunnah. Dalam nomokrasi Islam, kepala Negara bukanlah sosok
6

H.A Dzajuli, Fiqh Siyasah, Jakarta: Kencana, 2008, h. 83.

7
untouchable man , dia sama dengan warga Negara lainnya yang tidak kebal di mata
hukum, kepala Negara hanyalah orang yang didahulukan selangkah dan ditinggikan
seranting sehingga semua tindakannya dapat di kontrol oleh masyarakat.
Sumber ajaran Islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah tidak mengatur secara eksplisit
bagaimana nomokrasi Islam harus dijalankan oleh negara, Islam hanya mengatur yang
umum saja namun, Islam mengatur prinsip-prinsip nomokrasi Islam diantaranya:
a. Prinsip kedudukan manusia di bumi
Allah Swt,. Menegaskan bahwa manusia diciptakan sebagia khalifah yang
akan memakmurkan bumi ini. Sebagaimana hadis nabi berikut:
‫كلكم راع و كلكم وساول عن رعيته‬......
Setiap kalian adalah pemimpin dan tiap kalian akan ditanya atas yang kalian
pimpin.
b. Prinsip kekuasaan sebagai amanah
Allah memerintahkan agara manusia amanah dalam melaksanakan

tugas

dipundaknya. ( QS. An. Nisa, 4: 58) oleh karena itu Islam tidak menoleransi
berbagai bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan kekuasaan.
c. Prinsip penegakkan keadilan
Sangat banyak ayat Al-Qur’an yang menegaskan pentingnya menegakkan
keadilan. Bahkan untukmenjelaskan hal ini, Allah tidak hanya menggunakan kata
al-‘adl saja, tetapi juga kata al-wazn/al-mizan, al-qisth, dan as-wasath.

Ini

menunjukkan bahwa keadilan merupakan sesuatu yang harus senatiasa
diperjuangkan dan ditegakkan dalam masyarakat.
d. Prinsip musyawarah
Musyawarah disebutksn secara tyegas di dalam Al-Qur’an di tiga ayat yaitu
(al-baqarah 2: 33, al-imran 3:159 dan asy-syura 42: 38). Musyawarah ini diapit di
dalam Al-Qur’an dengan penjelasan tentang orang yang yang mmendirikan shalat
dan menafkahkan sebagian hartanya sama dengan orang mematuhi seruan Allah.
e. Prinsip kepatuhan kepada pemimpin
Allah Swt,. Meletakkan kewajiban mematuhi pemimpin diposisikan pada
peringkat ketiga setelah kewajiban mematuhi Allah dan Rasulnya asal tidak
bertentangan dengat perintah Allah Swt,. 7

7

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah… h. 235.

PENUTUP
BAB III
KESIMPULAN
Setelah mempelajari pembahasan makalah, maka dapat disimpulkan beberapa
hal berikut ini:
1. Negara hukum adalah negara yang menegakkan supremasi hukum yang dalam
pelaksanaan pemerintahannya, bukan supremasi kekuasaan. Dalam negara hukum
penguasa tidak bisa berbuat menurut kehendak dan kemauanya saja, karena segala
tindak-tanduk dan kebijaksanaan politiknya dibatasi oleh peraturan-peraturan
perundang-undangan.
2. Konsep atau jenis-jenis negara hukum diantaranya:
a. Konsep Barat
b. Konsep sosialist legality
c. Konsep negara hukum pancasila
3. Hubungan Negara dan agama sangatlah berkaitan erat hal itu di buktikan dengan
adanya bebarapa keterangan sarjana orientalis dan pemuka Islam dengan hadirnya
baiat aqabah II.
4. Negara hukum menurut Islam haruslsh mengandung beberpa prinsip yaitu:
a. Prinsip kedudukan manusia di bumi\
b. Prinsip kekuasaan sebagai amanah
c. Prinsip penegakkan keadilan
d. Prinsip musyawarah
e. Prinsip kepatuhan kepada pemimpin

DAFTAR PUSTAKA
Risnawati, Makalah Negara Hukum, Pamulang: Universitas Pamulang, 2012.
Hidayat, Kamaruddin, dkk,. Pendidikan Kewarganegraan ( Civic Education) Edisi Ke
Tiga Demokrasi Hak Asasi Manusia Dan Masyarakat Madani, Jakarta: Kencana,
2008.
Iqbal, Muhammad ,Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Prenada
Media Grup, 2014.
A. H. Dzajuli, Fiqh Siyasah, Jakarta: Kencana, 2008.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Palangka Raya: Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri, 2013.
Samuddin, Rapung, Fiqh Demokrasi, Jakarta timur: Pustaka Al-Kautsar, 2013.