TUGAS HUKUM PAJAK PENDAPAT HUKUM PAJAK V

TUGAS HUKUM PAJAK
PENDAPAT HUKUM PAJAK

KHARISMA BERLIANA BENING
1311501673

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA

P a g e 1 | 18

Vincentius dan Kasus Pajak Asian Agri
Kasus kejahatan pajak ini terungkap setelah sebelumnya, pada akhir tahun
2006, Vincent lari ke Singapura karena membobol dana PT Asian Agri Oil and Fats
di Singapura US$ 3,1 juta (sekitar Rp 28 miliar). Bersama dua rekannya, Hendry
Susilo dan Agustinus Ferry Sutanto, Vincent membuat dua perusahaan untuk
menampung dana US$ 3,1 juta dari Asian Agri. Vincent sendiri belum sempat
menikmati duit itu. Sedangkan kawan Vincent, Hendry, sempat menarik Rp 200
juta sebelum aksi mereka terbongkar. Vincent kemudian memilih lari ke
Singapura. Dia sempat meminta maaf kepada Sukanto Tanoto, walau tak
dikabulkan. Sukanto, menurut majalah Forbes Asia, orang terkaya Indonesia pada

2006 dan 2008.
Dari

Singapura

itulah

Vincent

membeberkan

kejahatan

pajak

yang

dilakukan Asian Agri Grup ke media massa. Beberapa waktu kemudian, ia memilih
pulang


ke

Indonesia.

Menyerahkan

sejumlah

dokumen

dan

bukti-bukti

pelanggaran hukum yang dilakukan Asian Agri ke Komisi Pemberantasan Korupsi
sebelum kemudian menyerahkan diri ke polisi dan ditahan di Rumah Tahanan
Salemba. Vincent mengaku selama menjadi buron selain khawatir terhadap
keselamatan dirinya, dia juga khawatir dengan keadaan anak dan istrinya di
Indonesia. Dia tahu hal-hal buruk bisa menimpa keluarganya. Apalagi sejumlah
teror juga sudah dialami lelaki kelahiran Singkawang 21 Januari 1963 tersebut.

Penggelapan pajak yang dilakukan Asian Agri diduga membuat negara rugi sekitar
Rp 1, 3 trilun. Setelah kembali dari Singapura, pada akhir 2006, Vincent
menyerahkan dokumen internal Asian Agri Group kepada Komisi Pemberantasan
Korupsi. Dokumen itu berisi dugaan penggelapan pajak oleh Asian Agri selama
2002-2005. Komisi Pemberantasan kemudian melimpahkan dokumen tersebut ke
Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan.
Berdasarkan laporan Vincent itu Direktorat Pajak melakukan penyelidikan
terhadap Asian Agri. Setelah melakukan pemeriksaan dan menelisik dokumen
yang diberikan Vincent serta melakukan penyitaan terhadap lebih dari seribu
kardus dokumen Asian Agri dari sebuah ruko. Direktorat Pajak kemudian
menetapkan dua belas tersangka dalam kasus ini. Kepada Komisi Pemberantasan
Korupsi dan Direktorat Pajak Vincent membeberkan modus Asian Agri dalam
melakukan kejahatan pajak. Secara garis besar manipulasi pajak dilakukan lewat
transfer proft ke perusahaan afliasi Asian Agri di luar negeri, seperti Hong Kong,
British Virgin Islands, Macau, dan Mauritius. Ada tiga pola yang digunakan, yaitu
pembuatan biaya fktif, transaksi hedging fktif, dan transfer pricing. Tujuannya
untuk mengurangi keuntungan sehingga pajak yang dibayarkan berkurang.

P a g e 2 | 18


Vincent juga sempat akan dipindahkan ke tahanan di Pontianak. Dengan
alasan diduga melakukan pemalsuan paspor, ia akan diperiksa di Pontianak. Kala
itu dia sudah diterbangkan ke Pontianak. Menteri Keuangan Sri Mulyani dan
Sekretaris Satuan Tugas Pemberantasan Mafa, Denny Indrayana meminta Kapolri
Bambang Hendarso Danuri untuk memerintahkan anak buahnya memulangkan
Vincent ke Jakarta karena keterangannya masih dibutuhkan. Akhirnya, pada hari
yang sama Vincent dibawa lagi ke Jakarta dan kali ini ditempatkan di dalam
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Cipinang
Sebagai salah satu bekas orang penting di Asian Agri, kesaksian Vincent
sangat penting untuk membongkar kejahatan pajak dibekas perusahaannya itu.
Direktorat Pajak sendiri memang membutuhkan informasi, keterangan, dan bukti
dari Vincent yang bisa menunjukkan dengan jelas dan detail dugaan penggelapan
pajak yang dilakukan Asian Agri. Dan Vincent menunjukkan semua yang ia
ketahui bagaimana penyelewengan pajak tersebut dilakukan. Bukan tanpa resiko
Vincent membongkar kejahatan pajak yang dilakukan Asian Agri. Setelah dia
kembali

ke

Indonesia,


melapor

ke

Komisi

Pemberantasan

Korupsi

dan

menyerahkan diri ke polisi, berbagai teror dan ancaman kerap dia terima. Karena
itulah, saat dia berada di tahanan secara khusus Direktorat Pajak mengirim surat
ke

Direktorat

Lembaga


Pemasyarakat,

meminta

agar

Vincent

mendapat

pengawasan dan ruang tahanannya dijaga sedemikian rupa agar keselamatannya
terjamin. Untuk menjaga agar keluarganya tidak mendapat hal-hal yang tak
diinginkan dan anak-anaknya tidak shok, Vincent melarang keluarga dan tiga
anaknya menjenguknya di tahanan. Vincent mengaku sepulang dari pelariannya di
Singapura dia mendapat sejumlah ancaman dan teror. Ancaman tersebut antara
lain disampaikan lewat telepon. Dia, misalnya, diminta untuk tidak banyak bicara
soal Asian Agri. Soal kemungkinan pembalasan yang dilakukan Sukanto Tanoto
itu menurut Vincent sudah terpikirkan olehnya saat Asian Agri tahu dia
melakukan


pembobolan

rekening

perusahaan.

“Makanya

saya

minta

pengampunan (kepada Sukanto Tanoto, pemilik Asian Agri),” katanya tentang
permintaannya yang tak terkabulkan tersebut. Keluarga dan anaknya juga
mendapat teror dan mengadu dan meminta perlindungan ke Komisi Nasional
Perlindungan Anak. Karena kesaksiannya penting dan dia dinilai bisa bekerja
sama dengan aparat hukum untuk membongkar kejahatan pajak yang merugikan
negara, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban menetapkan Vincent sebagai
saksi yang dilindungi.

Vincent mendapat perlindungan sebagai saksi sejak Mei 2011. Kepada
wartawan

pengacara

Vincent,

Asmar

Oemar

Saleh

mengatakan,

kliennya

mendapat perlindungan dengan kategori sedang. Dengan kategori ini, maka
Vincent tak dipindahkan ke rumah aman. “Vincent tetap di LP Cipinang, namun
ada monitoring dan koordinasi berkala antara lembaga perlindungan dengan LP,”


P a g e 3 | 18

kata Asmar. Pada Mei 2007 Vincent mulai diadili di Pengadilan Negeri Jakarta
Barat. Polisi menyatakan Vincent telah melakukan kejahatan pencucian uang. Dia
dijerat

dengan

Undang-Undang

tentang

Pencucian

uang

yang

hukuman


maksimalnya adalah 20 tahun penjara. Jaksa sendiri menuntut Vincent sebelas
tahun penjara.
Pada 9 Agustus 2007 majelis hakim yang diketuai Sutarti K.S. memvonis
Vincent hukuman 11 tahun penjara dan membayar denda Rp 150 juta. Dia
dinyatakan terbukti melakukan kejahatan pencucian uang dan pemalsuan tanda
tangan. Dia kemudian dimasukkan ke penjara Salemba. Vincent menyatakan
vonis itu tak adil, demikian pula tuduhan dia melakukan pencucian uang.
Menurut Vincent berdasarkan pendapat pengacaranya juga Komisi Pemberantasan
Korupsi, yang dilakukannya bukanlah masuk katergori kejahatan pencucian uang.
Karena itulah dia menduga ada sesuatu di balik putusan tersebut. “Pasti ada
tangan-tangan kepentingan yang mau menjatuhkan saya. Motifnya balas dendam
atau apa. Saya kan mengungkap kasus Asian Agri. Bisa jadi ada yang tak senang,”
katanya
Menurut Vincent, bahwa dia pulang dan kemudian diadili merupakan resiko
yang memang harus dihadapinya.”Saya memang harus mempertanggungjawabkan
tindakan saya,” katanya. Namun, dia ingin diadili secara adil dan dia merasa tidak
diperlakukan dengan adil. Dakwaan pencucian uang, menurut dia, sangat tidak
adil dan mengada-ada. Kasusnya menurut dia adalah pemalsuan yang ancaman
hukumannya maksimal enam tahun penjara yang dalam prakteknya vonis hakim

biasanya berkisar delapan bulan hingga satu tahun penjara.
Pada 17 Februari 2010, Vincent mendapat kunjungan Satuan Tugas
Pemberantasan Mafa Hukum dan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban, Abdul Haris Semendawai. Kepada Abdul Haris Semendawai, Vincent
mengaku mendapat ancaman akan dihabisi nyawanya. Dia meminta perlindungan
LPSK. “Saya akan merasa nyaman kalau dalam perlindungan LPSK," kata Vincent.
Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai menyimpulkan Vincent adalah saksi kunci.
"Karena,

dia

yang

melaporkan

ke

pihak

yang

berwenang.

Dia

adalah

whistleblower," kata Abdul Haris. Terhadap vonis hakim yang dijatuhkan
Pengadilan

Negeri

Jakarta

Barat

Vincent,

menyatakan

banding.

Menurut

pengacara Vincent, Petrus Balla Patyona, jaksa dan hakim tidak memahami pasal
pencucian uang. Menurut dia, jika Vincent terbukti melakukan pencucian uang,
kenapa uang Rp 28 miliar dikembalikan ke Asian Agri. "Bukankah seharusnya
disita negara?" katanya. Menurut Petrus, sesuai pendapar pakar hukum
perbankan Sutan Remy Sjahdeini, ciri-ciri perbuatan pencucian uang adalah
memindahkan uang hasil kejahatan dari satu jasa keuangan ke jasa keuangan
lainnya. Menurut Petrus dalam kasus kliennya, transfer yang dimaksud belum
terjadi. Ditingkat banding dan kasasi upaya hukum Vincent ditolak. Kasasi

P a g e 4 | 18

Vincent

ditolak

Mahkamah

Agung

pada

Maret

2008.

Vincent

kemudian

mengajukan upaya hukum PK (Peninjauan kembali). Salah satu pengacaranya,
Teguh S. Raharjo menyatakan pihaknya melihat ada kekhilafan hakim dalam
mempertimbangkan tindak pidana yang didakwakan kepada Vincent. Itulah yang
menjadi salah satu dasar Vincent mengajukan PK. Tapi, pada September 2010
upaya hukum PK yang diajukan Vincent ditolak majelis hakim yang terdiri dari
Mugiharjo, Andi Abu Ayyub Saleh, dan Komariah Emong Sapardjaja.
Pada 25 November 2011 Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana
mengunjungi Vincent di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Denny datang
bersama anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafa Hukum (Satgas PMH) Mas
Achmad Santosa, serta penasehat hukum Vincentius, Adnan Buyung Nasution.
Menurut Denny, Kementerian Hukum dan HAM akan memberi remisi dan
asimilasi untuk Vincentius Amin Sutanto. Pemberian remisi dan asimilasi tersebut
sebagai

bentuk

penghargaan

kepada

Vincentius

karena

telah

menjadi

whistleblower dalam kasus penggelapan pajak Asian Agri. "Vincentius ini akan
dipertimbangkan mendapatkan remisi dan asimilasi. Kalau syarat asimilasi akan
diberikan dalam bentuk perlindungan LPSK. Dia juga akan mendapatkan bebas
bersyarat 2/3 masa tahanannya," kata Denny. Denny mengatakan, sebagai
whistleblower , Vincent akan diberikan haknya secara penuh. Kuasa hukum
Vincent menurut Denny juga sudah memohon grasi kepada presiden SBY.

Menurut Adnan Buyung Nasution, Vincent adalah korban dari sistem hukum di
Tanah Air. Sebagai whistleblower setelah membongkar dugaan penggelapan pajak
PT Asian Agri pada 2007 lalu Vincentius justru dimasukan ke dalam penjara.
Buyung menegaskan, Vincent bukan diistimewakan, tapi sebagai whistleblower
harus dilindungi. Dimasukkannya Vincent di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika
Cipinang adalah sebagai bentuk perlindungan, karena dia dan keluarganya sering
mendapatkan ancaman. “Whistleblower jangan dijadikan korban, tapi harus
dilindungi," kata pria berambut putih ini. Vincent mengucapkan terimakasih
kepada Satgas Pemberantasan Mafa Hukum atas upaya yang dilakukan kepada
dirinya selama ini. Dia berharap para whistleblower tidak takut mengungkap
kebenaran. “Saya mengimbau kepada calon whistleblower jangan segan maju
kedepan, sampaikan kebenaran yang diketahui," katanya Vincent sendiri sudah
mengajukan permintaan grasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
24 November 2011.
Laporan Rugi Laba dan Neraca yang diserahkan untuk pelaporan SPT
Tahunan bukan laporan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Hal ini
menimbulkan kerugian yang dijelaskan dalam tabel berisi daftar perhitungan

P a g e 5 | 18

kerugian negara. Perbuatan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam
pidana berdasarkan Pasal 39 ayat (1) huruf c jo.
DASAR HUKUM
1. Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang KUP
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 16 Tahun 2000 jo. Pasal 64
ayat (1) KUHP.
2. Pasal 39 ayat (1) UU KUP memberikan sanksi atas kerugian pada
pendapatan negara berupa sanksi pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar

3. Pasal 43 UU KUP menjelaskan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 dan Pasal 39A, berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai
dari Wajib Pajak, atau pihak lain yang menyuruh melakukan, yang turut
serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.

Bermula dari Kesaksian Vincentius Amin Sutanto
Vincentius Amin Sutanto adalah mantan Financial Controller Asian Agri
Group (AAG), salah satu anak perusahaan Grup Raja Garuda Mas. PT. AAG sendiri
adalah salah satu induk usaha terbesar kedua di Grup Raja Garuda Mas,
perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah Forbes, pada tahun 2006
Tanoto adalah keluarga paling kaya di Indonesia, dengan kekayaan mencapai US$
2,8 miliar (sekitar Rp 25,5 triliun). Di Asia, PT AAG merupakan salah satu
penghasil minyak sawit mentah terbesar, memiliki 19 pabrik yang menghasilkan 1
juta ton minyak sawit mentah –selain tiga pabrik minyak goreng. Terungkapnya
kasus pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari pemberitaan investigatif Tempo –baik
koran maupun majalah– dan pengungkapan saksi Vincentius Amin Sutanto
(Vincent)7. Vincent yang 7 Dua pihak yang membongkar kasus ini, dipojokkan

P a g e 6 | 18

dengan berbagai cara.Vincent dipidana 11 tahun penjara atas dakwaan tindak
pidana pencucian uang. Sementara Metta Dharmasaputra, jurnalis Tempo yang
membangun komunikasi dan melakukan investigasi terhadap kasus ini, pesan
pendek (SMS) nya disadap aparat penegak hukum, dan print-out-nya beredar di
kalangan pers, dan menjadi urusan Dewan Pers. Selain itu, pemberitaan Tempo
juga disalahkan melalui riset di bidang komunikasi publik oleh penelitianpenelitian akademisi. Lengkapnya baca : Metta Dharmasaputra, Saksi Kunci,
Kisah Nyata Perburuan Vincent, Pembocor Rahasia Pajak Asian Agri Group,
Jakarta, Tempo, 2013
Menghukum Pengemplang Pajak
Saat itu menjabat sebagai Financial Controller memiliki kewenangan luas,
mencakup kontrol dan pengelolaan keuangan, akunting, perpajakan, bahkan
hukum. Ia membobol uang PT Asian Agri Oil and Fats di Singapura sebesar US$
3,1 juta (sekitar Rp 28 miliar) dengan cara memalsukan tanda tangan petinggi
perusahaan. Perbuatan Vincent tercium oleh perusahaan dan kemudian
perusahaan melaporkannya ke Polda Metro Jaya. Setelah laporan itu, Vincent
diburu bahkan diancam akan dibunuh. Untuk menyelamatkan diri, Vincent
melarikan diri ke Singapura sambil membawa sejumlah dokumen penting
perusahaan.Dalam pelariannya, terjalin komunikasi antara Vincent dan Metta
Dharmasaputra (Wartawan Tempo), yang melalui pemberitaannya baik di Majalah
maupun Koran, membongkar praktik tindak pidana perpajakan PT AAG. Pelarian
Vincent berakhir pada tanggal 11 Desember 2006, setelah ia menyerahkan diri ke
Polda Metro Jaya8. Sebelum menyerahkan diri, Vincent mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk membeberkan permasalahan ke-uangan PT AAG
yang dilengkapi dengan sejumlah dokumen keuangan dan data digital. Salah satu
dokumen tersebut adalah dokumen berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning
(Under Pricing of Export Sales)”, yang disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini
memuat semua persiapan transfer pricing PT AAG secara terperinci. Modusnya
dilakukan dengan cara menjual produk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil)
keluaran PT AAG ke perusahaan afliasi di luar negeri dengan harga di bawah
harga pasar, untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi.
Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Rupanya perusahaanperusahaan luar negeri yang menjadi rekanan PT AAG sebagian adalah
perusahaan fktif

DINAMIKA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ASIAN AGRI GROUP DAL AM
PERKARA PAJAK

P a g e 7 | 18

Berdasarkan hasil penyelidikan ditemukan adanya dugaan peng-gelapan
pajak berupa penggelapan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Selain itu, dalam tahun pajak 2002-2005 ditemukan Rp. 2,62 triliun
penyimpangan pencatatan transaksi, yaitu dengan cara menggelembungkan biaya
perusahaan hingga Rp 1,5 triliun, mendongkrak kerugian transaksi ekspor sebesar
Rp. 232 miliar, dan mengecilkan hasil penjualan sebesar Rp. 889 miliar. Lewat
modus ini, AAG diduga telah menggelapkan pajak PPh untuk badan usaha senilai
Rp. 2,6 triliun. Penghitungan terakhir atas SPT AAG yang digelapkan dari SPT
periode 2002-2005, diduga berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp. 1,3
triliun.
B.

Tarik Ulur Proses Pemeriksaan Kasus Pajak Asian Agri Group

Tarik ulur terjadi begitu kuat dalam proses pemeriksaan kasus pajak yang
melibatkan AAG. Buktinya, berkas-berkas yang diajukan oleh Tim dari Dirjen
Pajak kepada Kejaksaan harus direvisi berkali-kali, walaupun sudah dilakukan
gelar perkara gabungan antara Kejaksaan dan Dirjen Pajak. Dari rangkaian
penyelidikan, pada Desember 2007 telah ditetap-kan 8 (delapan) orang tersangka,
yaitu: Eddy Lukas (EL), Linda Raharja (LR), Tio Bio Kok alias Kevin Tio (TBK),
Willihar Tamba (WT), Laksamana Adiyaksa (LA), Semion Tarigan (ST), Andrian (AN),
dan Suwir Laut (SL).Kedelapan orang tersangka tersebut merupakan Pengurus,
Direktur dan penanggung jawab perusahaan. Selain itu, Menghukum
Pengemplang Pajak Departemen Hukum dan HAM juga mencegah 8 (delapan)
orang tersebut. Awalnya, setelah melakukan rangkaian penyelidikan Tim dari
Dirjen Pajak menyerahkan 3 berkas perkara ke Kejaksaan Agung dengan
menetapkan 12 Tersangka.Tim juga menyerahkan berkas pemeriksaan adanya
potensi kerugian negara sebesar Rp. 1,3 triliun, tetapi oleh Kejaksaan berkasberkas tersebut dikembalikan kepada Dirjen Pajak dengan alasan masih harus
diperjelas pembuktian kerugian negaranya.
Pada bulan Oktober 2008 Tim dari Dirjen Pajak kembali me-nyerahkan 14
berkas pemeriksaan, termasuk tujuh hasil revisi ke Kejaksaan, namun sebulan
berselang untuk kedua kalinya Kejaksaan mengembalikan tujuh berkas tersebut
untuk direvisi kembali. Diawal tahun 2009 Tim menyerahkan kembali 3 berkas ke
Kejaksaan sehingga total dokumen yang diserahkan sebanyak 21 berkas
pemeriksaan yang sudah di susun, tetapi lagi-lagi untuk ketiga kalinya dalam 1
tahun Kejaksaan mengembalikan seluruh dokumen yang dibuat oleh Tim Pajak.
Akhirnya, pada tanggal 3 April 2009 diadakan gelar perkara ga-bungan
antara Dirjen Pajak dan Kejaksaan Agung dan dalam gelar perkara tersebut
menyepakati 2 perkara sebagai Pilot Project dan me-netapkan 10 tersangka
dengan kerugian negara membengkak menjadi Rp 1,4 triliun. Menindaklanjuti
hasil gelar perkara gabungan, Tim Dirjen Pajak pada 25 Mei 2009 menyerahkan
dua berkas penyelidikan ke Kejaksaan. Meskipun sudah melalui proses gelar
perkara gabungan, Kejak-saan kembali untuk keempat kalinya mengembalikan

P a g e 8 | 18

dua berkas penyidi-kan dan baru pada tanggal 12 Agustus Kejaksaan Agung menyatakan berkas perkara penyidikan tersangka Suwir Laut siap di-si-dangkan,
namun berkas perkara atas nama EL dan LR dinyatakan belum lengkap.

DINAMIKA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ASIAN AGRI GROUP DAL AM
PERKARA PAJAK
Proses penegakan hukum kasus penggelapan pajak oleh Asian Agri Group.
Hal ini juga menunjukkan kurang efektifnya proses dan upaya penegakan hukum
oleh Dirjen Pajak atas pelanggaran perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
C. Upaya Perlawanan Asian Agri Group dalam Perkara Pajak
Menghadapi tuntutan atas pelanggaran tindak pidanan Pajak AAG tidak
tinggal diam. Mereka menggunakan berbagai instrumen, baik melalui prosedur
hukum maupun cara-cara lain agar tidak ter-jerat tindak pidana pajak. Upaya
perlawanan tersebut salah satunya dilakukan dengan mengajukan permohonan
praperadilan terhadap upaya penyitaan beberapa dokumen miliki AAG oleh Dirjen
Pajak. Praperadilan diajukan adalah Ir. Semion Tarigan selaku Direktur Utama PT
Inti Indosawit Subur (IIS) yang bertindak untuk dan atas nama IIS.Dalam
permohonannya, Pemohon mendalilkan bahwa penyitaan tidak sah karena telah
dilakukan pada saat ditandatangani nota kesepakatan. Atas permohonan tersebut,
Pengadilan
Negeri
Jakarta
Selatan
melalui
Putusan
Nomor
10/Pid.Pra/2008/PN.Jkt. Sel. tanggal 1 Juli 2008 mengabulkan permohonan
praperadilan yang diajukan oleh terhadap penggeledahan dan/atau penyitaan
dokumen (barang bukti) yang dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
DJP9.
Selain mengajukan permohonan praperadilan, melalui Riau Andalan Pulp &
Paper sebagai salah satu anak perusahan Asian Agri Group mengajukan gugatan
perdata kepada Tempo melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. PN Jaksel
memenangkan Riau Andalan Pulp & Paper dan Tempo harus membayar denda Rp
220.300.000 (Dua Ratus Dua Puluh Juta Tiga Ribu Rupiah). Selain itu, AAG juga
mengajukan gugatan atas dugaan pencemaran nama baik kepada Tempo melalui
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
D. Proses Persidangan Suwir Laut
Suwir Laut, mantan Menejer Pajak PT AAG didakwa secara sengaja
menggelapkan pajak perusahaannya sebesar Rp. 1,25 Triliun pada periode 20022005. Suwir dianggap dengan sengaja melakukan manipulasi dalam pengisian SPT
pajak AAG. Di tingkat Pengadilan Negeri (No. 234/PID.B/2011/PN.JKT.PST.
tanggal 15 Maret 2012) dan tingkat Pengadilan Tinggi (No. 241/PID/2012/-PT.DKI.
tanggal 23 Juli 2012), Suwir dinyatakan bebas. Namun, pada tingkat kasasi,

P a g e 9 | 18

Mahkamah Agung (MA) mengabulkan permohonan kasasi dari Pemo-hon Kasasi
Jaksa Penuntut Umum (JPU), dan membatalkan putusan pengadilan dibawahnya.
Dalam Putusan No. 2239 K/PID.SUS/2012, Majelis Hakim Kasasi dalam
pertimbangannya menyatakan, bahwa dakwaan sub-sidaritas dengan dakwaan
Primair melanggar Pasal 39 ayat (1) huruf c jo. Pasal 43 ayat(1) UU No. 6 Tahun
1983 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 16 Tahun 2000 jo.
Pasal 64 ayat (1) KUHP terbukti secara hukum. Majelis menilai, bahwa unsurunsur tindak pidana pasal yang didakwakan terbukti, dengan pertimbangan
sebagai berikut10:

a.
Berdasarkan fakta terdakwa telah melakukan perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja dan sadar mengisi dan menyam-paikan SPT Tahunan
Wajib Pajak Badan dan Penghasilan yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya,
hal mana terlihat dari hasil audit independen dari kelompok perusahaan itu
sendiri yang memperlihatkan perbedaan hasil akhir dari penghasilan perusahaan
b.
Perbuatan Terdakwa itu dilakukan guna mengurangi pem-bayaran
pajak yang semestinya dibayar oleh AAG (14 perusa-haan yang tergabung di
dalamnya), dan juga perbuatan itu dilakukan dengan menyatakan perusahaan
yang pengisian dan Putusan MARI No. 2239 K/PID.SUS/2012`

DINAMIKA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ASIAN AGRI GROUP DAL
AM PERKARA PAJAK
Penyampaian SPT-nya diwakili oleh Terdakwa, dengan demi-kian unsur
dengan sengaja telah terbukti dan terpenuhi;
c.
Selaku Menejer Pajak pada 14 perusahaan yang tergabung dalam
AAG yang diwakilinya, Terdakwa mempunyai kewajiban mengisi dan
menyampaikan laporan SPT tahunan pajak Badan dan penghasilan mendasarkan
pada pembukuan akhir tahun perusahaan-perusahaan tersebut, namun
berdasarkan fakta di dalam perusahaan-perusahaan itu telah melakukan
rekayasa-rekayasa harga pasar, membebankan biaya-biaya dan fee yang
semestinya tidak ada, sehingga dari perbuatan itu dapat mem-perkecil penghasilan
perusahaan dan dapat memperkecil pula pembayaran SPT Badan dan
Penghasilan, padahal senyatanya tidaklah demikian hasil yang diperoleh jauh di
atas dari yang dilaporkan ke Direktorat Jenderal Pajak;
d.
Penyampaian SPT yang tidak benar ini juga terbukti adanya suratsurat ataupun pendekatan yang dilakukan oleh AAG untuk memperbaiki SPT-SPT
dimaksud, akan tetapi tidak dapat dilakukan karena atas hal tersebut telah
dimulai penyidi-kan oleh BPK ;

P a g e 10 | 18

e.
Penyampaian SPT itu telah berlangsung sejak tahun 2002 s.d tahun
2005 dan telah merugikan pendapatan negara sebesar Rp. 1.259.977.695.652,(Satu Trilyun Dua Ratus Lima Puluh Sembilan Milyar Sembilan Ratus Tujuh Puluh
Tujuh Juta Enam Ratus Sembilan Puluh Lima Ribu Enam Ratus Lima Puluh Dua
Rupiah);
f.
Pengisian SPT Tahunan Badan dan Penghasilan di dalam 14
perusahaan yang tergabung dalam AAGtelah mengakibatkan kerugian pendapatan
negara sebagaimana rincian dalam dak-waan Jaksa/Penuntut Umum yang
keseluruhannya berjumlah Rp. 1.259.977.695.652,- (Satu Trilyun Dua Ratus Lima
Puluh Sembilan Milyar Sembilan Ratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Enam Ratus
Sembilan Puluh Lima Ribu Enam Ratus Lima Puluh Dua Rupiah);

13

Menghukum Pengemplang Pajak

g.
Pengisian SPT yang dilakukan Terdakwa untuk 14 perusahaan yang
tergabung dalam AAG sejak tahun 2002 s/d tahun 2005 dapatlah dipandang
sebagai perbuatan berlanjut ;
Selain telah terpenuhinya unsur-unsur tindak pidana, dalam putusannya
Majelis Hakim memberikan pertimbangan lain, yaitu11:
“Terdakwa selaku Tax Manager Asian Agri Group (AAG) sekaligus sebagai
Kuasa Pegawai wakil dari Wajib Pajak telah secara sengaja menganjurkan,
membantu melakukan tindak pidana dibidang perpajakan untuk dan atas nama
14 (empat belas) perusahaan (korporasi) yang tergabung di dalam Asian Agri
Group (AAG) yaitu : 1. PT. Dasa Anugerah Sejati, 2. PT. Raya Garuda Mas Sejati, 3.
PT. Saudara Sejati Luhur, 4. PT. Indo Sepadan Jaya, 5. PT. Nusa Pusaka Kecana,
6. PT. Andalas Inti Agro Lestari, 7. PT. Tunggal Junus Estate, 8. PT. Riguna Agre
Utama, 9. PT. Rantau Sinar Karsa, 10. PT. Supra Matra Abadi, 11. PT. Mitra
Unggul Pusaka, 12. PT. Hari Sawit Jaya, 13. PT. Inti Indo Sawit Subur, 14. PT.
Gunung Melayu. Perbuatan dari Terdakwa a quo berbasis pada kepentingan bisnis
yang menguntungkan bagi 14(empat belas) korporasi namun disisi lain telah
mengakibatkan berkurangnya pendapatan negara dari sektor pajak dari Pajak
Penghasilan dan Pajak Badan…”
3.
Menetapkan bahwa pidana tersebut tidak akan dijalani, ke-cuali jika
di kemudian hari ada perintah lain dalam putusan Hakim karena Terdakwa
dipersalahkan melakukan sesuatu kejahatan atau tidak mencukupi suatu syarat

P a g e 11 | 18

yang ditentukan sebelum berakhirnya masa percobaan selama 3 (tiga) tahun,
dengan syarat khusus dalam waktu 1 (satu) tahun, 14 (empat belas) perusahaan
yang tergabung dalam AAG/Asian Agri Group yang pengisian SPT tahunan diwakili
oleh Terdakwa untuk membayar denda 2 (dua) kali pajak terhutang yang kurang
dibayar …..Yang keseluruhannya berjumlah 2 x Rp. 1.259.977.695.652,- = Rp.
2.519.955.391.304,- (Dua Triliun Lima Ratus Sembilan Belas Miliar Sembilan
Ratus Lima Puluh Lima Juta Tiga Ratus Sembilan Puluh Satu Ribu Tiga Ratus
Empat Rupiah) secara tunai;

ANALISIS KASUS DAN PENERAPAN PASAL
a. Modus Terdakwa
Modus yang dilakukan PT AAG adalah Cara dengan menghindari
pembayaran pajak melalui pembukuan penjualan yang dibuat tidak
sebagaimana mestinya. dengan cara menjual produk minyak sawit
mentah (Crude Palm Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afliasi di
luar negeri dengan harga di bawah harga pasar – untuk kemudian
dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan begitu,
beban pajak di dalam negeri bisa ditekan.
b. Unsur-Unsur Tindak Pidana Penggelapan Pajak Oleh PT. Asian Agri
Group
Dihubungkan dengan TPPU, dapat diuraikan dugaan TPPU sbb:

1.

Pemilik Asian Agri (ST)

Alternatif yang dapat didakwakan:
 hanya diproses dakwaan penggelapan pajak dan pemalsuan
surat jo penyertaan KUHP;
 -diproses secara kumulatif pemalsuan surat serta TPPU,
tapi mengingat penggelapan pajak sedang di sidik oleh
PPNS, maka tidak mungkin digabung. Karena TPPU disidik
penyidik polri.
Unsur-unsur Pasal 3 ayat (1) UU TPPU sebagai berikut :
1. Setiap orang, dapat dijelaskan sebagai berikut:

P a g e 12 | 18

Karena dinyatakan dengan kata setiap orang, maka
diperuntukkan tanpa melihat kewarganegaraan seseorang,
artinya semua orang dapat dikenakan pasal ini, lebih-lebih
masalah Money Laundring ini sudah merupakan masalah
global.
2. Dengan sengaja, ini berarti orang yang disangkakan
melakukan Tindak Pidana Pencucian uang tersebut harus
dibuktikan

sifat

sengajanya,

apakah

sebagai bentuk

kesengajaan sebagai kehendak, atau perbuatannya itu
memang dikehendaki, ataukah hanya karena bentuk
pengeahuan,

artinya

adanya

pengetahuannya

akan

membayarkan

atau

dampak dari perbuatannya.
3. Menempatkan;
membelanjakan;

mentransfer;

menghibahkan atau menyumbangkan;

menitipkan; membawa keluar negeri; menukarkan atau
perbuatan

lainnya,

yang

adalah

masing-masing

perbuatan merupakan suatu alternative yang cukup
dibuktikan
melakukan

salah

satunya

beberapa

saja,

perbuatan

kecuali

seseorang

sekaligus,

maka

kesemuanya harus dituangkan dalam berkas perkara,
seperti Menempatkan kedalam jasa keuangan, artinya
perbuatan memasukkan uang tunai kedalam penyedia
jasa keuangan, seperti menabung, membuka giro atau
deposito (sipelaku /predicat crime menyimpan sendiri
hartanya).


Mentransfer, artinya perbuatan pemindahan uang dari
penyedia

jasa

keuangan

satu

ke

penyedia

jasa

keuangan lain (pelaku/ predicat crime memindahkan
harta kekayaan yang diperolehnya dari tindak pidana
itu kepada pihak lain dengan menggunakan sarana
perbankan).


Membayarkan

atau

membelanjakan,

artinya

penyerahan sejumlah uang atas pembelian sesuatu
benda kepada seseorang atau pihak lain. (pelaku
menggunakan uang hasil tindak pidananya itu untuk
membayar atau berbelanja, seperti membeli tanah,
perusahaan dsb).


Menghibahkan

atau

perbuatan hukum

menyumbangkan,

artinya

mengalihkan kebendaan secara

P a g e 13 | 18

cuma-cuma, termasuk pengertian hibah dalam hukum
perdata kepada pihak lain maupun keluarganya.


Menitipkan, artinya uang hasil kejahatannya disimpan
kepada

seseorang,

baik

secara

phisik,

maupun

menggunakan sarana perbankan milik temannya itu
sebagaimana ketentuan hukum perdata.


Membawa ke luar negeri, artinya kegiatan membawa
secara phisik atas kekayaannya, baik dalam bentuk
uang maupun benda lainnya tersebut dengan melewati
batas wilayah Negara Republik Indonesia.



Menukarkan, artinya perbuatan penukaran mata uang
ke mata uang asing (Valas) ataupun dari surat
berharga yang satu kepada surat berharga lainnya,
termasuk penukaran benda lainnya.



Perbuatan lainnya adalah perbuatan-perbuatan diluar
yang telah disebutkan diatas, seperti Over booking,
yaitu pemindah bukuan dari rekening satu kepada
rekening lainnya dalam satu bank, sehingga tidak
termasuk transfer) dll.
4. Harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan

hasil

tindak

pidana,

maksudnya

orang

tersebut dengan penilaiannya dia dapat mengetahui atau
setidak-tidaknya secara kepatutan dapat memperkirakan
(proparte

dulus

proparte

culpa)

bahwa

harta

itu

diperolehnya dari hasil kejahatan, sebagaimana yang
tertuang dalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang no. 25
tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sedang yang dimaksud harta kekayaan disini adalah sebagaimana
ketentuan pasal 1 angka 4 UU TPPU yang menyebutkan adalah semua benda
bergerak atau benda tidak bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud. Ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, artinya bukan saja lembaga
perbankan dan asuransi, tetapi juga penyedia jasa keuangan lainnya sebagaimana
yang ditentukan oleh pasal 1 ke 5 UU TPPU yang menyebutkan penyedia jasa
keuangan adalah setiap orang yang menyediakan jasa di bidang keuangan atau
jasa lainnya yang terkait dengan keuangan termasuk tetapi tidak terbatas pada
bank, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, pengelola reksa dana, kostodian,
wali amanat, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, pedagang valuta asing,
dana pensiun, perusahaan asuransi dan kantor pos.

P a g e 14 | 18

Baik atas nama sendiri atau orang lain, artinya sekalipun diatas namakan
rang lain sipelaku tetap saja tidak dapat dibebaskan dari perbuatan pencucian
uang. Dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana.
Pasal 6 UU TPPU dikenakan terhadap keluarga ST dan/atau rekannya:
Pasal 6 ayat (1) TPPU menyatakan : “Setiap orang yang menerima atau
menguasai, penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,
penitipan atau penukaran harta kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
sedikit Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
15.000.000.000,-(lima belas milyar rupiah)”.
Dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Digunakannya kata setiap orang, maka diperuntukkan tanpa melihat
kewarganegaraan seseorang, artinya semua orang dapat dikenakan pasal
ini, lebih-lebih masalah Money Laundring ini sudah merupakan masalah
global

.

Menerima

pembayaran,

hibah,

atau

menguasai,

sumbangan,

penempatan,

penitipan

atau

pentransferan,

penukaran

harta

kekayaan, dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Menerima atau menguasai penempatan harta kekayaan, berarti sifat
perbuatannya sebagai penampung uang tunai bahkan hanya menguasai
atau berada dalam kekuasaannya harta kekayaan ke dalam system
perbankannya, tanpa diperlukan suatu pembuktian siapa pemilik dari harta
kekayaan tersebut.
 Menerima atau menguasai pentransferan harta kekayaan, artinya seperti
point 2 diatas, tetapi melalui transaksi perbankan, bukan uang tunai.
 Menerima

atau

menguasai

pembayaran

harta

kekayaan,merupakan

perluasan ancaman kepada pihak-pihak, dalam hal ini termasuk dalam
konteks tindakan yang legal atau syah, sehingga dibutuhkan suatu itikad
baik dari penjual untuk membantu pemberantasan kejahatan money
laundering di Indonesia.
 Menerima atau menguasai hibah harta kekayaan, identik dengan point b
diatas, tetapi dikhususkan untuk tindakan pemberian.
 Menerima atau menguasai sumbangan harta kekayaan, sama dengan poin c
untuk yang bersifat sukarela sekalipun
 Menerima atau menguasai penitipan atau penukaran harta kekayaan,
dalam hal ini menunjukkan betapa sangat luas jangkauan larangan
termasuk juga hanya untuk tindakan penitipan yang berarti tanpa sifat
kepemilikan sama sekali.

P a g e 15 | 18

2) Yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana,
maksudnya,orang tersebut dengan penilaiannya dapat mengetahui atau
setidak-tidaknya secara kepatutan dapat memperkirakan (proparte dulus
proparte culpa) bahwa harta itu diperolehnya dari hasil kejahatan,
sebagaimana yang tertuang dalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang no. 25
tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
PT asian agri group dikenai sanksi pidana oleh MA berupa denda
pajak sebesar 2,5 triliun dalam kasus penggelapan pajak dengan terdakwa
Manager pajak Asian agri berdasarkan keputusan Mahkamah Agung (MA)
No 2239.K/PID.SUS/2012 tanggal 18 Desember 2012 yaitu suwir laut yang
divonis 2 tahun dengan masa percobaan 3 tahun karena memasukkan data
pajak yang tidak sebenarnya (self assesment) melanggar prinsip hukum
pajak yaitu memenuhi kewajiban membayar pajak dengan melaporkan
secara jujur sendiri kewajiban hutang pajaknya (terdakwa mengisi data
palsu kewajiban perusahaan). Sehingga berturut-turut selama 4 tahun
sejumlah 16 perusahaan tidak/kurang membayar kewajiban pajak yg
sebenarnya. Sebelumnya, kasus penggelapan pajak perkebunan kelapa
sawit milik Tanoto Sukanto ini dibongkar oleh Mantan Group Financial
Controller Asian Agri, Vincentius Amin Sutanto
Akibat kasus penggelapn pajak ini, Negara dirugikan senilai Rp.
1.259.977.695.652,- (satu trilyun dua ratus lima puluh Sembilan milyar
sembilan ratus tujuh puluh tujuh juta enam ratus sembilan puluh lima ribu
enam ratus lima puluh dua rupiah). Dan perusahaan yang bergabung
dengan AAG group harus membayar senilai 2 x Rp 1.259.977.695.652 =
2.519.955.391.304.
Sedangkan Direktorat jenderal Pajak akan menagih kekurangan pajak
sebesar RP. 1,25 triliun selama 2002 - 2005 dengan dendanya sebesar 1,9
triliun. Adapun rincian tagihan pajak terhadap tunggakan pajak asain agri
adalah :
Pokok pajak RP. 1,295 triliun
Sanksi pajak Rp. 653,4 miliar
Total 1,913 triliun.
PT Asian agri Group sempat mengajukan banding ke Pengadilan
Pajak namun, menurut Dirjen Pajak Fuad Rahmany setelah dalam proses
hukum selama 6 tahun, MA memutuskan Asian Agri kalah, dan harus
membayar dendanya sebesar Rp 2,5 triliun atau 200% dari pokok
tunggakan pajaknya.
PEMBAYARAN DENDA PAJAK PT. ASIAN AGRI GROUP

P a g e 16 | 18

Pada akhir Januari 2014, kejaksaan dan AAG sepakat membayar terlebih
dahulu sebesar Rp719,9 miliar dan pembayaran tersebut terlaksana pada
28 Januari 2014. Sisanya, sebesar Rp 1,8 triliun dicicil hingga Oktober
2014 sebesar Rp 200 miliar per bulan. Sebagai jaminan itikad baik, AAG
berkomitmen melunasi seluruh denda dengan mengeluarkan bilyet giro
lebih dari 100 lembar yang sudah dititipkan kepada Mandiri dan tiap bulan
dapat di cairkan. Datas Ginting juga menjelaskan, pihak Kejaksaan sebagai
eksekutor ketika itu sepakat memberikan kesempatan pada AAG untuk
melakukan pembayaran dengan sistem mencicil karena lembaga kejaksaan
juga harus mempertimbangkan aspek mendasar dari hukum itu sendiri
yakni keadilan.
Pembayaran sisa denda sebesar dua kali pajak terhutang ini dilakukan
lebih cepat dari kebijakan waktu yang diberikan oleh Jaksa Eksekutor. PT
Asian Agri Group perusahaan milik Sukanto Tanoto ini melunasi secara
total cicilan pada 17 september 2004.
Sedangkan untuk kekurangan pajak dan sanksinya PT. Asian agri Group
masih mengajukan banding.Dan dua anak usaha Asian Agri Group yaitu PT
Rigunas Agri Utama dan PT Raja Garuda Mas Sejati telah diberikan
penolakan banding oleh Pengadilan Pajak. Dua hakim telah menolak
banding yang diajukan oleh kedua anak usaha Asian Agri, namun, salah
seorang dari tiga hakim yang mengadili banding tersebut menyatakan
disssenting opinion. Alasan penolakan dari kedua hakim adalah mereka
tidak memiliki kewenangan memproses banding tersebut.
Satu Hakim Anggota itu adalah Djangkung Sudjarwadi. Djangkung
menjelaskan, permohonan banding telah memenuhi ketentuan pasal 27 UU
No 6 tahun 1983 tentang KUP, sebagaimana telah diperbaharui dengan UU
No 28 2007. “Surat banding memenuhi peryaratan umum formal sehingga
dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan materi,” kata Djangkung.
Sementara itu, Guru Besar Perpajakan Universitas Indonesia (UI), Prof
Gunadi, mengatakan, tujuan hukum pajak adalah bukan untuk mempidana
orang, tetapi lebih pada upaya untuk mengumpulkan uang untuk mengisi
pundi-pundi APBN dari sektor pajak yang akan digunakan untuk
pembangunan. “Tujuan hukum pajak juga bukan semata-mata untuk
kepastian hukum saja, tapi juga untuk memenuhi rasa keadilan,” kata
Gunadi.

Sehingga dari penolakan banding yang diajukan 2 perusahaan
tersebut Direktrorat Jenderal Pajak masih akan menghadapi 12 anak usaha
dari Asian Agri Group.

P a g e 17 | 18

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Uraian di atas, maka dapat kami ambil kesimpulan bahwa Hukum pajak
merupakan hukum yang telah disusun dalam undang-undang yang memiliki
tujuan dan fungsi sebagaimana telah dirancang dalam undang-undang itu sendiri.
Hukum Pajak dibagi menjadi 2, yaitu hukum pajak materiil dan hukum pajak
formil.
B. Saran
Demikian Makalah ini kami susun, kami menyadari banyaknya kekurangan dalam
Makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah kami
perlukan. Semoga dengan makalah ini, kami dapat memberikan gambaran tentang
Fungsi

Dan

Tujuan

Hukum

Pajak.

Akhirnya

dengan

mengucap

syukur

Alhamdulillah, semoga apa yang kami kerjakan bermanfaat dan diridhoi oleh Allah
S.W.T. Amin.

P a g e 18 | 18