Entrepreneurship (Study Kasus Royyan Bakery dan Roti Kelapa Limo)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Penelitian ini akan mengkaji sebuah usaha antara dua tokoh wirausahawan roti sebagai study kasus. Yang menjadi perhatian utamanya yaitu, seperti apa strategi usaha yang diterapkan oleh kedua tokoh wirausahawan, Pak Roy sebagai pemilik Royyan Grub dan usaha milik P ak Nuriman sebagai pemilik ‗Roti Kelapa Limo‘.

  Mendirikan sebuah perusahaan atau sebuah usaha merupakan pekerjaan sepele, tapi mempertahankan perusahaan hingga berganti generasi, itu pekerjaan yang luar biasa. Chief Executive Officer (CEO) Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo mengatakan ―banyak orang bisa mendirikan perusahaannya tapi tidak mampu mempertahankan dan membesarkannya.

  ―Butuh kecerdasan dan ketekunan yang luar

  1 .

  biasa‖ ungkapnya di Jakarta pada 28 May 2014 Kewirausahaan atau wirausaha merupakan hal yang sangat gencar dilakukan saat ini di seluruh dunia. Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Dalam mengkaji kewirausahaan atau wirausaha dari seseorang, maka kajian tentang budaya perusahaan dan ekonomi juga akan ikut dalam penelitian.

  1 (diakses 29 May 2014, 09.30 WIB)

  Semakin banyak masyarakat yang berwirausaha, maka akan semakin banyak lowongan pekerjaan yang tersedia bagi orang lain.

  Secara epistimologis, sebenarnya kewirausahaan hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Seorang wirausahawan tidak hanya dapat berencana, berkata-kata tetapi juga berbuat, merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya ke dalam suatu tindakan yang berorientasi pada sukses. Maka dibutuhkan kreatifitas, yaitu pola pikir tentang sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan sesuatu yang baru.

  Meskipun demikian kesadaran dari masyarakat sendiri untuk melakukan kegiatan wirausaha juga masih minim. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor budaya dalam diri masyarakat yang berbeda dalam menanggapi kegiatan wirausaha itu sendiri. Seperti sebuah anggapan bahwa berwirausaha itu seperti permaninan judi kartu. Kita tidak dapat memastikan apakah kita akan menang atau kalah hari ini.

  Budaya pengorganisasian sangatlah dibutuhkan dalam menjalankan usaha. Budaya organisasi adalah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana karyawan memahami karakteristik budaya suatu organisasi dan tidak terkait dengan apakah karyawan menyukai karakteristik itu atau tidak. Budaya organisasi adalah suatu sikap deskriptis dan bukan seperti

  2 kepuasan kerja yang lebih bersifat evaluatif .

  Banyak masyarakat yang berfikir selain dianggap membutuhkan modal yang 2 sangat tinggi, berwirausaha itu rawan gagal atau bangkrut. Hal tersebut yang menjadi

  Id.m.wikipedia.org/wiki/budaya_organisasi sebuah ketakutan yang membuat orang berpikir ulang untuk mencobanya. Adanya masyarakat yang takut mengambil resiko untuk menjadi seorang wirausaha dan membiarkan dirinya menjadi pengangguran dan menunggu sampai ada lowongan pekerjaan yang terbuka untuknya.

  Dalam menghindari resiko dalam wirausaha, banyak orangtua yang rela mengeluarkan biaya yang sangat banyak untuk memasukankan anaknya ke lembaga pendidikan yang tinggi, kuliah di Perguruan Tinggi ternama dan mahal dengan harapan setelah lulus anak tersebut dapat mendapatkan sebuah pekerjaan dengan gaji yang tetap seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), Polisi atau TNI. Yang dapat meningkatkan status sosial dan ekonominya sehari-hari. Menurut Dinsi (2004:17), pemikiran seperti ini bisa dimaklumi dalam masyarakat kita yang memintingkat status dan kedudukan sosial yang mapan. Hal ini menunjukan bahwa paradigma tentang mencari pekerjaan sepertinya sudah menjadi budaya dan melekat dalam diri masyarakat.

  Setiap tahunnya jumlah pencari kerja terus meningkat. Misalnya saja Universitas Sumatera Utara yang dalam setahun ada empat periode wisuda. Dalam satu periode wisuda perkiraannya ada sekitar 3.000 sarjana. Jika dikalikan dengan empat periode maka dalam setahun Universitas Sumatera Utara menghasilkan sekitar 12.000 sarjana yang akan mencari pekerjaan. Di Provinsi Sumatera Utara ada banyak PTN/PTS yang mencetak ribuan sarjana setiap tahunnya. Namun, belum tentu jumlah lowongan kerja memadai dengan jumlah para sarjana pencari kerja tersebut. Bekerja menjadi staff tentu saja dibutuhkan pendidikan formal serta pengalaman yang memadai, sedangkan ketika kita berwirausaha itu relative padat karya dan tidak mengharuskan pendidikan formal.

  Berdasarkan observasi peneliti, Kota Binjai dengan latar belakang budaya penduduknya yang beranekaragam memunculkan berbagai kreativitas dalam berwirausaha. Memulai dengan berinovasi dengan hal yang baru dibidang kuliner seperti kue, bakery/roti. Diberbagai wilayah Kota Binjai akan tampak masyarakat yang membuka usaha bakery dengan berbagai macam nama yang menjadi ciri khas si pemilik. Dan tentu saja mereka juga memproduksi kue/roti yang menjadi primadona di masyarakat.

  Dalam wirausaha, persepsi masyarakat tentang budaya ‗‗mencari kerja‘‘ harus dirubah terlebih dahulu menjadi pola pikir ―pencipta lapangan pekerjaan‖. Bisa saja fenomena tersebut yang melatar belakangi Pak Roy dalam membangun Royyan Rambutan House sebagai oleh-oleh khas Binjai. Sumber daya manusia, ide, kreatifitas, dan inovasi yang akan membuat Royyan Bekery berbeda dengan bakery lainnya.

  Adanya perbedaan sumber daya manusia, ide, kreatifitas dan inovasi dari seseorang tentu akan menghasilkan budaya yang berbeda. Walaupun memproduksi barang yang sejenis namun akan ada ciri khas tersendiri seperti di bahan dasar, rasa, corak, harga dan pelayanan kepada konsumen. Jika dilihat dari sudut pandang Antropologi Ekonomi maka wirausaha seperti Royyan Bakery dan ‗Roti Kelapa Limo‘ tersebut tidak hanya sebatas membuat bakery dan melakukan transaksi jual-beli saja, namun lebih pada mengungkapkan kejadian dibalik produksi dan distribusi.

  Mengingat produk yang dihasilkan mempunyai variasi yang banyak dan mudah untuk dibajak atau ditiru oleh orang lain, maka seorang wirausaha tentu saja harus memiliki cara atau strategi sendiri untuk menghadapi persaingan bisnis sejenis. Sebuah pengetahuan atau budaya agar dapat terus bertahan dan mencapai kesuksesan.

  Maka, dengan adanya pemikiran tersebut. Peneliti mencoba mencari tau nilai- nilai usaha yang dapat menjadi contoh atau ditiru jika seorang ingin memulai sebuah usaha dan beralih menjadi wirausaha dan bukan sekedar pekerja.

1.2 Tinjauan Pustaka

  Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih sukses. Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.

  Sedangkan yang dimaksudkan dengan seorang wirausahawan adalah orang- orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, seorang wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa wirausaha dan mengaplikasikan hakekat kewirausahaan dalam hidupnya. Orang-orang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya.

  Beberapa konsep kewirausahaan seolah identik dengan kemampuan para wirausahawan dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya, kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak/ciri wirausahawan semata, karena sifat-sifat wirausahawan pun dimiliki oleh seorang yang bukan wirausahawan. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman Soemahamidjaja, 1980).

  Wirausaha itu sendiri tidak terlepas dari adanya kegiatan industri kreatif, yaitu industri yang berfokus kepada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni rupa, film dan televise, piranti lunak, permainan, desain fashion, kerajianan tangan, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan, penerbitan, dan desain. Kegiatan wirausaha tersebut didukung dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden (Impres) No. 6 Tahun 2009, tentang pengembangan ekonomi

  3

  kreatif . Dimana pada tanggal 22 Desember 2008 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan tahun 2009 sebagai tahun Indonesia Kreatif. Usaha dari pengembangan ekonomi kreatif diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan pendapatan khususnya masyarakat, karena sektor ekonomi kreatif dianggap telah mampu bertahan di tengah krisis ekonomi global. Sektor kegiatan ekonomi kreatif ini sendiri dalam ilmu Antropologi merupakan salah satu bagian dari tujuh unsur kebudayaan yaitu sistem mata pencaharian hidup (Koentjaraningrat, 1990:203, 207).

  Dikawasan Kecamatan Binjai Kota, penulis menemukan sebuah usaha bakery yang cukup unik dengan bangunan yang tampak mewah dan besar. ‗Royyan Rambutan House Oleh-

  Oleh Khas Binjai‘, itulah yang terukir diatap bangunan tersebut. Royyan merupakan usaha rambutan house yang mana usaha tersebut bernuansa rambutan. Seperti beberapa menu andalan di Royyan, yaitu Rambutan Kaleng, Roti Rambutan, Bronis Rambutan, Bika Rambutan, Lapis Legit Rambutan, Pie Rambutan, Sirup Rambutan dan Sirup Jambu Deli Hijau serta Sirup Jambu

3 Kementrian Pariwisata dan Ekonommi Kreatif, ―Inpres No. 6 tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi

  Kreatif, (diakses pada tanggal 23 Januari 2014, 10.15 WIB)

  Kesuma Merah. Dalam pengelolahan sirup dan memproduksi roti, Royyan Bakery menggunakan alat dan teknologi yang terbilang canggih.

  Pak Nuriman adalah seorang wirausaha roti kelapa yang sudah mempertahankan usahanya selama hampir 18 tahun. Berbeda dengan Royyan Bakery yang baru berumur satu tahun, Pak Nuriman sedari dulu hanya terfokus dengan satu produk roti saja yaitu roti kelapa. Pengelolahan roti kelapa tersebut juga terbilang masih sederhana dan tidak menggunakan alat yang canggih seperti di Royyan Rambutan House. Pak Nuriman tidak pernah memberikan nama dalam usaha rotinya, namun masyarakatlah yang memberikan nama terhadap usahanya.

  Industri menempati posisi sentral di masyarakat perkotaan maupun di pedesaan dan merupakan dasar bagi peningkatan kemakmuran serta kemajuan.

  Industri merupakan jawaban dari berbagai masalah tentang perekonomian. Sektor industri mempunyai peranan dan kedudukan yang penting dalam membangun ekonomi. Bahwa industri akan mampu menyediakan lapangan kerja dan salah satu sektor penyumbang devisa Negara (Raharjo dalam Fitra 2013:1). Soetrisno (dalam Ahimsa-Putra, 2003) mengatakan bahwa, sector indusrti termasuk industri kreatif, merupakan suatu bentuk perekonomian rakyat yang mampu membantu mengurangi pengangguran, turut mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional serta berperan dalam perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di daerah pedesaan; dalam menanggulangan kemiskinan, bahkan juga dalam peningkatan ekspor.

  Koentjaraningrat (1990), mengindetifikasikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia yang diperoleh melalui proses belajar. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan aturan yang didapat melalui proses belajar dan juga pengalaman manusia yang ada dalam pikirannya. Sehingga apa yang didapat oleh manusia itu melalui tahapan belajar dan tersusun sedemikian rupa dalam mind manusia itu sendiri. Dalam konsep ini, segala aktivitas manusia yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebudayaan. Oleh karena itu, kreatifitas mengolah rambutan menjadi campuran roti,sirup rambutan dan sirup jambu merupakan inovasi dari kebudayaan.

  Untuk menghasilkan suatu kreatifitas, manusia harus belajar terlebih dahulu bagaimana cara membuat karya tersebut. Kemampuan tersebut diperoleh melalui proses belajar dalam interaksi sosial yang kemudian disesuaikan terhadap berbagai macam lingkungan yang berbeda-beda. Proses belajar ini berlangsung terus menerus dan mengalami perubahan (modifikasi) dari generasi ke generasi berikutnya sesuai kebudayaan yang diperolenya (Mintargo, 2000:81).

  Indonesia entrepreneurial skill mengatakan, untuk bisa menekan sekecil mungkin tingkat kemiskinan yang tinggi maka mengandalkan investor asing untuk membuka lapangan kerja tidaklah cukup, menghimbau kepada perusahaan untuk tidak mem-PHK karyawan atau buruhnya juga sulit diwujudkan. Salah satu cara atau jalan terbaiknya adalah mengandalkan sektor pendidikan untuk mengubah pola pikir lulsannya dari berorientasi mencari kerja menjadi mencetak lapangan kerja sendiri alias menjadi wirausahawan mandiri. Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan

  ‗usahawan‖ atau ―wiraswasta‖. Pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan, pegawai pemerintahan, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya. David Osborne (1992) dalam bukunya ―Reinventing Government‖ bahwa sejalan dengan perkembangan dunia, maka pemerintah dituntut untuk meiliki jiwa kewirausahaan (Entrepreneurial Government). Hessinger mengatakan bahwa, kebutuhan terhadap inovasi itu lebih dulu ada, baru kemudian mencari pengetahuan.

  Ia mengatakan bahwa jarang sekali seseorang membuka diri terhadap pesan-pesan inovasi jika mereka belum membutuhkan inovasi tersebut. Pesan-pesan dari inovasi tersebut akan menjadi kurang maksimal jika seseorang tidak atau belum menganggap inovasi itu sesuai dengan kebutuhannya dan tidak selaras dengan sikap dan kepercayaannya. Hal seperti ini ia sebuat sebagai selective perception (Hanafi, 1981). Ada beberapa tipe keputusan inovasi, yaitu: 1.

  Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan.

  2. Keputusan individual, yaitu keputusan dimana individu yang bersangkutan ambil peranan dalam perbuatannya.

  3. Keputusan kontingen, yaitu pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.

  Inovasi yang dilakukan sedikit banyaknya membuat suatu perubahan- perubahan yang nyata dalam masyarakat baik itu berakibat negative maupun berakibat positif. Oleh karena itu, dibutuhkannya sikap selektif dalam membuat inovasi-inovasi baru dan akibat inovasi tersebut haruslah bisa dikontrol. Berdasakan pengetahuan yang dimiliki, mereka tentu membuat suatu strategi tersendiri yang dianggap dapat memajukan usahanya dan diterima masyarakat disekitarnya. Melalui strategi inilah mereka melakukan persaingan dalam menarik minat para konsumen sehingga dapat memperoleh keuntungan material (seperti uang) dan simbolik (seperti pangkat atau ketenaran).

  Seperti pendapat Simatupang (2000) meyatakan Budaya sebagai Strategi dan Strategi sebagai Budaya, dengan strategi itu, manusia dalam melakukan berbagai kegiatan dan waktu selalu diingatkan kembali akan sebuah nilai yang hendak dibentuk. Pada era ketika waktu dan ruang menjadi barang mewah seperti saat ini, kita harus berani menawar ―bentuk‖ untuk memenangkan pertarungan control atas diri kita sendiri dan kesediaan untuk menerima keragaman bentuk sesuai dengan ruang atau bidang kehidupan yang dimasuki.

  Oleh sebab itu, sebuah strategi haruslah dimiliki oleh seorang wirausahawan yang tidak lepas dari inovasi-inovasi baru yang akan menjadi salah satu aspek yang sangat penting dan perlu pertimbangan penuh ketelitian. Sukses tidaknya suatu usaha itu tergantung pada strategi apa yang digunakan oleh pelaku usaha. Jika strategi yang digunakan tidak tepat sasaran kemungkinan usaha yang dijalankan tidak akan berkembang dengan baik, dan sebaliknya jika strategi yang digunakan tepat sasaran maka pelaku usaha dapat mencapai kesuksesan yang diharapkan.

1.3 Rumusan Masalah

  Melihat dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk perilaku rasional pengusaha bakery sebagai strategi untuk meningkatkan keuntungan dan mengatasi kendala-kendala dalam produksi dan distribusi? bagaimana strategi wirausahawan

  Pak Roy sebagai pemilik ‗Royyan Bakery‘ dan Pak Nuriman pemilik ‗Roti Kelapa Limo‘ agar dapat bertahan dan mencapai kesuksesan ditengah persaingan yang semakin ketat dalam sektor Bakery di Binjai, yang dirumuskan ke dalam beberapa poin sebagai berikut: a) Mendiskripsikan Royyan Bakery dan 'Roti Kelapa Limo‘

b) Analisis tentang budaya organisasi mendukung Entrepreneur yang sukses.

  1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk perilaku rasional pengusaha bakery sebagai strategi untuk meningkatkan keuntungan dan mengatasi kendala-kendala dalam produksi dan distribusi usahanya. Strategi wirausahawan

  Pak Roy sebagai pemilik ‗Royyan Bakery‘ dan Pak Nuriman pemilik ‗Roti Kelapa Limo‘ agar dapat bertahan dan mencapai kesuksesan ditengah persaingan yang semakin ketat dalam sektor Bakery di Binjai. Dan mencari tahu bagaimana menjadi entrepreneur yang sukses.

  Dengan diketahuinya hal tersebut, maka akan memberikan manfaat bagi peneliti, pembaca ataupun masyarakat lain berupa pengetahuan dan masukan yang dapat dipertimbangkan ketika ingin mencoba memulai sebuah wirausaha.

  1.5 Kerangka Penulisan

  Skripsi ini berisi kajian study kasus yang di analisis berdasarkan pada observasi partisipasi dan wawancara penulis, yang membahas tentang

  

Entrepreneurship dari dua orang wirausahawan yang sama-sama bergerak dibidang

Bakery . Secara sistematis menuliskan nilai-nilai usaha yang dimiliki, ide dan inovasi

  dari wirausahawan untuk produk yang mereka jual. Serta bagaimana cara wirausahawan memajukan, mengembangkan serta mempertahankan usahanya. Jatuh bangunnya atas kendala yang dialami oleh para wirausahawan untuk kesuksesan yang akan menjadi pelajaran bagi orang lain. Berikut diuraikan apa saja yang dibahas dalam skripsi ini, yakni :

  Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tinjauan pustaka, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka penulisan, metode penelitian, Bab II Deskripsi Lokasi Penelitian, berisi mengenai letak, sejarah, kependudukan, mata pencaharian, pengetahuan, organisasi sosial dan sistem kekerabatan, bahasa, religi, sistem peralatan hidup dan teknologi beserta kesenian di Kota Binjai,

  Bab III Narasi Ekonomi Wirausaha : Royyan Bakery VS Roti Kelapa Limo yang mencakup Sejarah Usaha, Budaya Organisasi, Managerial Usaha, Sistem Produksi.

  Bab IV mengenai Kendala dan Strategi Perilaku Ekonomi Rasional Wirausaha Bakery yang dilihat dari Apek Budaya, Strategi Wirausaha Bakery Dalam Kegiatan Ekonomi, Strategi Produksi (Permodalan, Ketenaga Kerjaan, Pengkemasan, Pemasaran) serta Perilaku rasional Wirusahawan Bakery dalam mensejahterakan diri sendiri, Prinsip Manajemen Mutu. Bab V Kesimpulan, Intisari Untuk Pribadi dan Saran. Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan juga saran yang ditujukan kepada wirausahaan bakery. Berisi pengajaran dan pemahaman untuk diri penulis.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Satria Kecamatan Binjai Kota Kota Binjai sebagai lokasi ‗Royyan Rambutan House‘dan di Kelurahan Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai sebagai lokasi ‗Roti Kelapa Limo‘. Objek observasi terhadap Royyan Bakery tidak hanya di Kota Binjai saja namun juga di lokasi-lokasi yang menjadi toko cabang seperti di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Hal tersebut berbeda dengan ‗Roti Kelapa Limo‘ yang hanya berada di satu lokasi saja.

  1.6.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

  4 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif .

  Metode ini digunakan untuk menghasilkan data-data etnografis serta deskriptif mengenai pengetahuan wirausahawan dalam mengelolah usahanya. Selain itu penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang tentu saja bersifat etnografis yang bermaksud mendeskripsikan mengenai kehidupan, perilaku dan kegiatan wirausaha Royyan Bakery dan ‗Roti Kelapa Limo‘

  Dengan tahapan penelitian pra lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan diakhiri dengan tahap penulisan laporan penelitian peneliti akan mengumpulkan data kualitatif sebanyak mungkin yang akan dirumuskan menjadi beberapa kasus-kasus yang akan dianalisa dan dikonsultasikan dengan bantuan informan kunci. Prosedur penelitian kualitatif lebih bersifat sirkuler, artinya dalam hal-hal tertentu, langkah atau tahapan penelitian dapat diulang satu atau beberapa kali sampai diperoleh data yang lengkap untuk membangun teori dasar (Berutu, dkk.2001).

  Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu. 4

  1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Moleong (2006) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

apa yang terjadi dan dialami oleh subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-

lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode kualitatif yaitu berupa pengamatan, wawancara dan

studi kepustakaan.

  Untuk mendapatkan data, maka diperlukan beberapa metode pengumpulan data dan teknik analisis data dalam penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kepustakaan, dalam hal ini dapat diperoleh melalui buku-buku, literatur, jurnal, tesis, laporan penelitian, media elektronik serta bahan-bahan bacaan yang relevan dengan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data peneliti rangkum dan bagi ke dalam studi lapangan, studi kepustakaan dan bahan visual.

  1.6.4. Studi Lapangan Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data lapangan ini adalah:

1.6.4.1 Observasi

  Untuk mendukung kelengkapan data yang dapat diperoleh dengan cara pengamatan maka observasi menjadi pilihan yang tepat dalam penelitian ini.

  Observasi digunakan juga untuk melakukan pendekatan awal dengan objek pengamatan, hal ini tentunya penting untuk memberikan kemudahan pada awal penelitian, sebelum kegiatan wawancara dilakukan dan tentu saja untuk menggambarkan kondisi awal penelitian di lapangan. Observasi berguna untuk menjaring informasi-informasi empiris yang detail dan aktual dari unit analisis penelitian (Bungin, 2007).

  Awal mula penulis mengetahui tentang Royyan bermula dari perayaan hari jadi kota Binjai ke-141 pada tanggal 17 Mei 2013. Para tamu kehormatan mendapatkan kantong bingkisan yang berisi makanan dan majalah tentang kota Binjai. Makanan yang ada sangatlah unik, yaitu berupa abon yang terbuat dari ikan lele, jamur tiram krispy yang mana luar kemasannya tertulis ―Royyan Rambutan House Oleh- oleh Khas Binjai‖.

  Awal mula ketertarikan dengan nama tersebut membuat penulis mencari tahu tentang Royyan. Karena sesungguhnya penulis baru mendengar nama tersebut untuk pertama kali. Setelah penulis mengetahui lokasi toko Royyan dan melihat-lihat produk yang dijual membuat ketertarikan penulis untuk lebih tahu banyak tentang Royyan. Ketertarikan inilah yang membuat peneliti ingin menjadikan Royyan Bakery sebagai bahan penelitian skripsi. Ketika konsultasi dengan Dosen Akademik yaitu Bapak Dr. Hamdani R.Harahap dan di setujui, maka langkah selanjutnya mengajukan ke Departeman. Tidak ada kesulitan yang di dapat karena berhasil menjawab semua pertanyaan terkait yang di berikan oleh Ketua Jurusan Bapak Dr. Fikarwin Zuska. Dalam persetujuan Judul Skripsi tersebut, peneliti meminta agar yang menjadi pembimbing skripsi adalah dosen yang sama dengan dosen Penasehat Akademik yaitu Bapak Dr. Hamdani R.Harahap.

  Setelah beberapa kali melakukan bimbingan proposal, peneliti di izinkan untuk menseminarkan judul proposal skripsinya. Ada banyak masukan saran dan kritikan karena dianggap masih berantakan dan belum sepurnanya isi dari proposal. Namun hal tersebut tidak menjadikan patah arang sang peneliti.

  Paska dari seminar proposal, peneliti menghadapi sebuah kendala yang menyebabkan tidak bisa beraktifitas yang jauh dari rumah. Perjalanan ke kampus dari rumah peneliti di Kecamatan Binjai Selatan menuju Kampus USU di Padang Bulan dengan sepeda motor di anggap berbahaya karena kondisi kesehatan yang tidak stabil.

  Peneliti hanya bisa melakukan observasi dan penelitian tanpa surat izin lapangan yang ternyata tidak menjadi kendala. Dan di waktu yang bersamaan peneliti melaksanakan

  PKL II di Polresta Binjai selama 2 bulan. Ada rentan waktu 6 bulan dari desember peneliti tidak bimbingan lanjutan untuk skripsi. Namun pada awal bulan Juni, peneliti memulai konsultasi kembali dan menceritakan hasil data-data yang didapatkan.

  Setelah mendengarkan laporan lisan peneliti, Dosen Pembimbing memberikan saran untuk menjadikan focus sebagai study kasus dan mencari wirausaha yang lain sebagai nilai perbandingan usaha. Akan lebih baik lagi sebuah usaha yang sudah lama berdiri dan bukan seperti ‗Royyan Rambutan House‘ yang baru 1 tahun berdiri. Atas saran tersebut peneliti bertanya kepada orang-orang yang di kenal. Apakah mengetahui toko roti yang rotinya enak, terkenal dan sudah berjualan relative lama.

  Peneliti mendapatkan sebuah rekomendasi toko roti ‗Semarang‘ di jalan Sudirman Binjai Kota dari AIPTU Erni R. pemilik toko roti tersebut adalah Etnis Tionghoa. Dari awal perkenalan dan menyampaikan maksut tujuan peneliti sudah di tolak dan diminta untuk mencari toko roti yang lain. Beberapa toko roti lainnya milik Etnis Tionghoa pun kembali di datangi namun hasilnya tetap sama. Pemilik toko menolak untuk bekerja sama atau memberikan informasi yang di maksutkan.

  Pada akhirnya peneliti mendapatkan sebuah rekomendasi roti kelapa yang enak menurut si konsumen. Roti kelapa tersebut namanya Limo. Ibu Febrina Ginting (30 tahun) seorang pertenun Ulos menceritakan ada sebuah penjual roti kelapa yang sangat enak. Sedari beliau kecil roti tersebut sudah ada. Lokasinya ada di kawasan Kebun Lada Binjai Utara namun beliau tidak tahu pasti lokasinya. Informasi awal inilah yang menjadikan peneliti untuk mencari tahu lebih banyak tentang ―Roti

  Kelapa Limo‘ yang terkenal enak dan legendaries. Peneliti bertanya kepada masyarakat sekitaran Kebun Lada Binjai Utara. Ternyata tidak sulit menemukan lokasi tersebut. Banyak masyarakat yang mengetahui roti kelapa tersebut dan menunjukan arah lokasi yang benar. Mereka juga berkata bahwa memang benar rasa dari roti kelapa tersebut enak dan terkenal sejak lama.

  Sesampainya di lokasi, peneliti langsung mengobservasi tampilan luar dari tempat pembuatan roti. Ternyata hanya sebuah rumah huni biasa yang menjadi tempat produksi roti. Berbeda seperti yang peneliti bayangkan sedari awal bahwa mungkin roti kelapa tersebut merupakan produksi pabrik atau sebuah toko yang lebih mewah dan keren dari Royyan Bakery dan ternyata hanya sebuah tempat yang sederhana. Peneliti pun masuk berkenalan dengan pemilik dan disambut dengan sangat ramah. Ketika peneliti menyampaikan maksut tujuan kedatangan beliau tidak sungkan untuk memberikan informasi apapun yang peneliti inginkan. Beliau adalah Pak Nuriman usia 50 tahun si wirausaha ‗Roti Kelapa Limo‘ yang terkenal.

  Dalam langkah awal berkenalan dengan Pak Roy dan Pak Nuriman, penulis tidak berbasa-basi dan langsung mengutarakan niat untuk menjadikan usaha yang mereka kelola sebagai objek penelitian skripsi yang mana penulis akan menjadikan Pak Roy dan Pak Nuriman sebagai narasumber atau informan utama. Respon mereka pun sangat baik. Yang mana takala jika itu memberikan manfaat untuk orang lain mereka bersedia untuk membantu memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

1.6.4.2 Wawancara

  Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (interview

  guide ), pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

  Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

  5 Peneliti berusaha untuk menjalin rapport dengan informan. Pengembangan rapport dilakukan dengan cara hidup beradaptasi dan mengikuti kegiatan, melakukan

  wawancara, data yang diperoleh benar-benar atau mendekati fakta yang sesungguhnya. Hasil-hasil wawancara akan dicatat dalam catatan lapangan untuk memudahkan pemahaman akan disertakan foto, rekaman suara yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam melakukan wawancara peneliti tidak membedakan mana informan pangkal, informan kunci ataupun informan biasa.

  Dari observasi awal peneliti dilapangan, maka peneliti sudah menemukan informan meskipun untuk tahap awal peneliti masih melakukan wawancara sambil lalu. Observasi dilakukan hamper satu tahun. Awal mula ketertarikan peneliti bertanya kepada seorang ibu berjilbab yang mengaku sebagai istri pemilik ‗Royyan Rambutan House‘. Beliau menjawab rasa penasaran peneliti dengan sangat ramah. 2 bulan paska kedatangan peneliti pertama kali ke Royyan Bakery dan pada saat itu judul skripsi peneliti sudah di setujui oleh Ketua Departemen Antropologi FISIP USU, peneliti mencoba malakukan pendekatanyang lebih intensif lagi. Peneliti datang ke toko dan bertanya apakah bisa bertemu dengan Owner. Pada saat ini karena

  Manager sedang tidak ada di tempat, seorang SPG menyarankan untuk mengubungi

  langsung pemilik atau Owner yaitu Pak Roy. pagi itu peneliti langsung menghubungi Pak Roy, di telephone tidak di angkat. Maka peneliti berinisiatif untuk mengirim pesan singkat (SMS) kepada kepada Pak Roy. Dan setelah menunggu seharian

5 Rapport adalah hubungan antara peneliti dan subjek yang sudah melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah diantara keduanya.

  akhirnya Pak Roy merespon dengan menelephone peneliti dan menyatakan tidak keberatan jika usahanya dijadikan bahan penelitian.

  Janji untuk bertemupun disepakati. Peneliti di rekomndasikan untuk bertanya atau wawancara dahulu dengan Manager yaitu sering di sapa oleh karyawannya dengan Bang Edy. Nama lengkap beliau adalah Edy Caniago. Peneliti menyampaikan maksut dan tujuan kedatangan serta menjelaskan bahwa sudah buat janji dengan Pak Roy. Bang Edy bersikap baik dalam memberikan jawaban yang peneliti tanyakan. Sampai pada akhirnya terbongkarlah sebuah rahasia bahwa, seorang ibu berjilbab yang pertama kali saya jumpai tersebut bukanlah istri dari Pak Roy sebagai Owner melainkan Manager sebelumnya dan sudah di pecat lalu di gantikan oleh Bang Edy.

  1.6.4.3 Studi Kepustakaan

  Dalam penulisan skripsi, peneliti menggunakan literatur untuk melengkapi data yang berhubungan dengan penelitian ini. Dimulai dari mendalami buku Metode Etnografi (Spradley) sebagai panduan penelitian, hingga artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah wirausaha dan bisnis. Perkembangan teknologi yang begitu pesat juga membantu dalam pencarian informasi dan data melalui media online seperti internet, yang biasa peneliti akses melalui bahkan informasi tentang Royyan Bakery bisa di temukan. Namun informasi tentang Roti Kelapa Limo tidak ada di internet.

  1.6.4.4 Bahan Visual

  Tidak luput juga untuk menggunakan dokumentasi visual untuk lebih menguatkan data yang telah didapat baik dari hasil observasi maupun wawancara.

  Bahan atau peralatan yang digunakan untuk mendukung dokumentasi visual ini disajikan dalam bentuk foto dan rekaman. Beberapa foto yang terkait dengan penelitian telah peneliti lampirkan dalam skripsi ini.

1.6.4.5 Analisa Data

  Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa secara kualitatif. Data yang terkumpul akan dianalisa, dikategorisasikan, dibandingkan dan dihubungkan (dicari hubungan-hubungan yang saling terkait satu dengan yang lainnya) untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan masalah penelitian. Melalui cara penganalisaan data tersebut diharapkan dapat ditemukan konsep dan kesimpulan yang menjelaskan laporan atau hasil penelitian yang disusun secara sistematis untuk mendeskripsikan secara objektif. Pendeskripsian yang objektif menunjuk hasil pada hasil yang betul-betul ada dan terjadi di lapangan. Subjektif menunjuk guna terjalinnya hubungan yang baik (rapport) dengan para informan karena informanlah yang menjadi guru bagi sumber data dari skripsi ini.

  Sebagai upaya pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan, penulis juga akan memaparkan secara sederhana kendala-kendala yang didapatkan saat menemui dan mewawancarai informan.