Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Aplikasi Penyuluhan Pertanian Berbasis WebGIS Menggunakan Google Fusion dan Leaflet: Studi Kasus Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga

  Perancangan Aplikasi Penyuluhan Pertanian Berbasis WebGIS Menggunakan Google Fusion dan Leaflet (Studi Kasus Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga)

  Artikel Ilmiah Oleh: Lamberg Nicolas Bani (682013102) Frederik Samuel Papilaya, S.Kom., M.Cs Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2017

  

Perancangan Aplikasi Penyuluhan Pertanian Berbasis WebGIS

Menggunakan Google Fusion dan Leaflet

(Studi Kasus Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga)

  

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi

  

Oleh:

Lamberg Nicolas Bani (682013102)

Frederik Samuel Papilaya, S.Kom., M.Cs

  

Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

  

2017

1. Pendahuluan

  Sistem Informasi merupakan salah satu komponen yang juga turut berkembang pesat seiring dengan berkembangnya Teknologi Informasi pada era globalisasi saat ini. Dikarenakan adanya kebutuhan informasi secara cepat, mudah dan akurat menyebabkan perkembangan sistem informasi diharuskan juga untuk dapat memenuhi kebutuhan ataupun tuntutan dari pihak

  • – pihak yang berkepentingan, dalam memaksimalkan suatu pekerjaan. Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah salahsatu diantaranya, dimana SIG atau GIS (Geographic Information System) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang bertujuan untuk menangkap, menyimpan, memeriksa, dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi di permukaan bumi. GIS dapat menunjukkan berbagai macam data pada satu peta. Hal ini memudahkan dalam melihat, menganalisis, dan memahami pola serta relasi[1]. GIS sendiri terdiri dari pengguna, aplikasi, data, software, dan

  

hardware . Pengguna merupakan salah satu komponen penting dari GIS, karena dalam sebuah sistem

  informasi akan ada kebutuhan untuk melakukan pekerjaan ataupun menjawab pertanyaan yang umumnya akan berinteraksi dengan orang diluar organisasi[2]. Karena itulah GIS juga dapat digunakan oleh penyuluh pertanian untuk memaksimalkan potensinya dalam melaksanakan penyuluhan.

  Pada awalnya proses penyuluhan merupakan suatu metode yang digunakan untuk menyebarluaskan pengetahuan dari Universitas Chambridge ke masyarakat yang tidak mampu secara finansial dan juga tidak memiliki cukup waktu untuk mengikuti perkuliahan. Seiring berkembangnya proses penyuluhan ini, dikenallah istilah Penyuluh Pertanian, dimana memiliki arti sebagai suatu pendidikan non-formal bagi masyarakat pertanian[3]. Bidang pertanian sendiri proses penyuluhan dapat dikatakan menjadi salah satu kegiatan yang penting untuk dilakukan agar adanya peningkatan produksi serta untuk meningkatkan pengetahuan akan bidang pertanian para petani. Daerah Jawa Tengah dari pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 menghasilkan terdapatnya penurunan jumlah usaha pertanian dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir[4]. Salatiga yang merupakan bagian dari Jawa tengah juga turut mengalami dampak penurunan ini, dimana pada tahun 2013 jumlah usaha pertanian di Kota Salatiga tersisa 5.977 dari yang sebelumnya 13.558 rumah tangga ditahun 2003. Penurunannya sebanyak 7.581 rumah tangga atau kisaran 5.59% per tahunnya. Sidorejo merupakan kecamatan yang mengalami penurunan terbesar yaitu 63,21% sedangkan penurunan terkecil terjadi di kecamatan Sidomukti yaitu 46,89 %[5]. Perkembangan dari para petani dan hasil pertanian pastinya tidak terlepas dari campur tangan penyuluh. Namun dalam melakukan penyuluhan, penyuluh pertanian kota Salatiga masih belum maksimal karena menggunakan database manual. Selain itu dalam pengumpulan dan juga pencatatan data atau hasil dari proses penyuluhan semuanya masih dilakukan secara manual, dimana data yang diterima dari penyuluh lapangan masih sering terjadi kesalahan pada saat dimasukan lagi oleh staff kantor pada database. Selain itu, data yang dikumpulkan oleh penyuluh lapangan juga butuh waktu lama untuk dapat dikelolah, dimana penyuluh lapangan masih harus membawa data tersebut ke kantor penyuluh dikarenakan belum adanya sistem yang mendukung aktivitas tersebut. Karena itu penyuluh membutuhkan sistem yang dapat digunakan dalam melaksanakan penyuluhannya, agar tidak adanya fungsi penyuluh yang kabur, karena penyuluh terlalu banyak melakukan kegiatan administrasi dan tugas lainnya dibandingkan fokus pada proses penyuluhan itu sendiri[6].

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat menghasilkan sistem informasi geografi yang dapat digunakan oleh penyuluh pertanian kota Salatiga dalam memaksimalkan penyuluhannya. Diharapkan dengan adanya WebGIS ini, lebih memudahkan penyuluh dalam hal memasukan data, maupun pengolahannya dapat lebih efisien karena dapat dilakukan dengan memasukan data melalui

  Smartphone Android dan langsung diterima oleh staff kantor penyuluh secara real time.

2. Kajian Pustaka

  Penelitian tentang Aplikasi Pelaporan Perkebunan yang mengunakan Google Maps API, Google

  

Fushion API dan juga Open Data Kit[7]. Google maps API sendiri digunakan sebagai Platfrom GIS

  dimana dimanfaatkan sebagai media dalam menyampaikan informasi, sedangkan Google Fusion sebagai media untuk menyimpan data dan Open Data Kit (ODK) sebagai pengumpul data yang kemudian akan diimplemetasikan menggunakan Smartphone berbasis Android. Smartphone berbais

  

Android digunakan sebagai media agar mandor dapat memasukan data pekerjaan harian dimanapun

  karena menggunakan ODK dan dapat dilihat langsung oleh sinder karena terintergrasi atau data yang dimasukan langsung tersimpan pada Google Fusion Table. Dengan menggunakan ketiga tools tadi mempermudah pengelolaan laporan harian perkebunan dan mempermudah serta mempercepat staff untuk menerima hasil laproran dari mandor.

  Penelitian yang bertujuan untuk membangun sebuah sistem informasi geografi dengan menggunakan ArcMap 10.2 sebagai aplikasi dalam pembuatan peta kabupaten Ohan Komering Ilir,

  

Adobe Dreamweaver CS3 sebagai aplikasi dalam bahasa pemrograman PHP, dan Alov Map sebagai

  aplikasi pendukung dalam menampilkan peta ke Web[8]. Sistem informasi yang dibangun dapat membantu dalam menyimpan data dan menyiapkan laporan ke dinas propinsi serta sebagai media dalam menginformasikan ke publik tentang penghasilan produksi dan luas area pertanian di kabupaten Ogan Komering Ilir dengan menggunakan Web GIS sebagai media pembuatan peta. Penelitian ini menghasilkan sistem informasi georafis pemetaan pertanian kabupaten Ogan Komering Ilir yang membantu dalam melihat potensi pertanian di setiap kecamatan.

  Penelitian tentang pemanfaatan PostGIS dalam mengembangkan Sistem Informasi Geografis Pertanian dimaksudkan yang digunakan untuk mengelolah data

  • – data yang ada agar selalu update dan agar penyuluh juga selain bisa mendapatkan infromasi secara cepat tapi juga mempermudah dalam pelaporan ke kantor penuyuluh[9]. PostGIS sendiri adalah database extender spasial untuk basis data relasional PostgreSQL. PostGIS menambahkan dukungan untuk objek geografis yang memungkinkan query location dijalankan di SQL. Perancangan sistem ini sendiri dikembangkan dengan beberapa tahap khususnya dalam proses coding, program aplikasi disesuaikan dengan

  

development environment di Android yang memudahkan pengaksesan dengan Smartphone berbais

Android . Aplikasi yang dihasilkan mampu mengelolah dan memanajemen data lahan pertanian juga

  hasil panen / komoditas tiap petani atau sesuai jenis komoditas yang dapat diintegrasikan secara

  

online serta adanya proses input data pada Sistem Informasi Geografis pertanian agar penyuluh atau

  petani tersebut mudah untuk melakukan pengolahan data serta adanya fasilitas searching mempermudah dalam pencarian data yang dibutuhkan pada hasil pelaporan.

  Google Maps API (Application Programming Interface) adalah sekumpulan API yang

  menyediakan berbagai cara kepada developer untuk menyematkan Google Maps ke laman Web atau mengambil data dari Google Maps, serta mengizinkan penggunaan sederhana atau penyesuaian ekstensif dari para developer[10]. Dengan penggunaan Google Maps API, maka pengguna atau

  

developer tidak perlu memikirkan atau membuat peta baru, tapi dapat menggunakan peta yang sudah

tersedia di Google Maps.

  Leaflet merupakan open-source Javascript library dimana dengan ukuran hanya sekitar 37 KB,

leaflet memiliki semua fitur pemetaan yang dibutuhkan oleh developers. Leaflet dirancang lengkap

  dengan kemudahan, performa yang baik, serta kegunaannya. Leaflet secara efisien dapat digunakan di semua baik desktop maupun mobile platform, ditambah dengan banyaknya plugin API yang mudah digunakan dan terdokumentasi dengan baik serta source code yang readable dan mudah untuk disesuaikan[11].

  Geographic Information System (GIS) merupakan sistem yang dirancang untuk bekerja dengan

  data spasial atau koordinat-koordinat geografi. GIS memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan melakukan operasi-operasi tertentu dengan menampilkan dan menganalisa data.

  Pemanfaatan GIS sendiri yaitu untuk memudahkan dalam mendapatkan dan mengelolah data yang berkaitan dengan penyuluhan. Data yang diolah pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, karena itu analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial adalah data yang memiliki komponen spasial, dengan kata lain data terhubung ke suatu tempat di bumi dan merupakan model data berupa image serta terbagi dalam dua representasi entity spasial dimana dalam penyimpanannya terbagi dalam empat tipe layer penyimpanan. Sedangkan data atribut adalah informasi yang ditambahkan dalam format tabel ke fitur spasial. Data atribut memberikan karakteristik tentang data spasial. Data atribut dapat disimpan sebagai satu dari lima jenis bidang yang berbeda dalam tabel atau database yaitu character, integer,

  

float , date, dan blob[12]. Sistem informasi geografi sendiri diperuntukan agar dapat menjawab

  beberapa kebutuhan seperti; menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan geografis, sebagai bank data geografis, sarana pembantu dalam pengambilan keputusan, sarana koordinasi yang terintegrasi, dan sebagai sarana pengendalian operasional dan pemantauan. Selain itu ada beberapa kesatuan kerja atau komponen yang dibutuhkan dalam merepresentasikan GIS agar sesuai dengan dunia nyata diantaranya input, manipulation, process, query, analysis, dan visualization[13].

  Objek dalam geografi dapat direpsresentasikan dalam banyak bentuk, sederhananya dapat direpresentasikan dalam tiga bentuk geometris diantaranya polygon, line, dan point. Polygon sendiri mereprensetasikan objek yang lebih besar dimana memiliki batas yang jelas contohnya negara, danau, serta batas daerah tertentu. Line/garis sendiri dapat digunakan untuk merepresentasikan sungai, jalan, ataupun jaringan pipa. Sedangkan point/titik digunakan untuk merepresentasikan objek yang terlalu kecil untuk direpresentasikan menggunakan polygon, contohnya kota, sekolah, rumah dan lainnya. Objek yang sama dapat direpresentasikan menggunakan point ataupun polygon tergantung dari besarnya objek tersebut direpresentasikan. Baik polygon, line ataupun point disebut data vector. Sedangkan data raster sendiri digunakan untuk membantu menampilkan permukaan bumi dalam bentuk pixel yang membentuk gird/petak dimana merupakan hasil dari penginderaan jarak jauh. Semakin kecil ukuran bumi yang direpresentasikan maka semakin besar juga resolusinnya. Data

  

raster di gunakan untuk berbagai hal diantaranya untuk menggambarkan keadaan jenis tanah,

  vegetasi, dan kelembapan tanah[14]. Disamping itu fungsi

  • – fungsi dasar dari GIS sendiri diantaranya; capture, transfer, validation and edit, structure and storage, restructuring, generalize, transform , query, analysis, dan present[15].

3. Metodologi Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif sendiri merupakan suatu proses penelitian yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Metode kualitatif menunjukkan pendekatan yang berbeda terhadap penyelidikan ilmiah daripada metode penelitian kuantitatif. Meski prosesnya serupa, metode kualitatif mengandalkan data teks dan gambar, memiliki langkah unik dalam analisis data, dan memanfaatkan beragam desain[16]. Pada pendekatan ini sendiri, dibuatlah suatu gambaran dari laporan ataupun kata-kata yang didapat dari responden dan melakukan studi pada situasi yang dialami. Terdapat dua data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dimiliki berupa hasil wawancara, sedangkan data sekunder berupa arsip-arsip laporan maupun hasil rekapan data penyuluhan dalam kurun waktu setahun. Software Development Life Cycle (SDLC) digunakan peneliti dalam merancang sistem ini dimana SDLC sendiri merupakan model perancangan sistem yang bertujuan menghasilkan perangkat lunak berkualitas tinggi dengan empat tahap yaitu

  planning , analysis, design, dan implementation.

  Studi Pustaka Mengkaji penelitian sebelumnya lewat jurnal

  • – jurnal yang sesuai dengan pembahasan pada jurnal ini.

  Pengumpulan Data Melakukan wawancara dan mengumpulkan laporan dari penyuluh pertanian.

  Analisis Masalah Meneliti hasil wawancara.

  Menyimpulkan solusi dari permasalahan yang ada.

  Pembuatan Aplikasi Membuat rancangan sistem untuk aplikasi.

  Membuat aplikasi.

  Pengujian Sistem Aplikasi Menguji sistem yang telah dibuat.

  Memastikan sistem dapat digunakan.

  Gambar 1 Tahapan Penelitian

  Penelitian ini memiliki beberapa tahap diantaranya; Studi pustaka, pengumpulan data, analisis masalah, pembuatan aplikasi, dan pengujian sistem aplikasi. Tahapan pertama adalah studi pustaka, yaitu dengan mempelajari berbagai literatur serta penelitian terdahulu guna mendukung landasan teori dalam penelitian ini, ada tiga penelitian yang akhirnya dijadikan kajian pustaka dalam penelitian ini, dimana ketiga penelitian tersebut menggunakan metode serta tools yang berbeda dan juga mengeluarkan hasil yang berbeda-beda pula.

  Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data dimana data primer yaitu dengan melakukan wawancara terhadap penyuluh pertanian kota Salatiga dan didapati beberapa permasalahan berupa kendala yang dialami selama proses penyuluhan, serta data sekunder yaitu data-data hasil penyuluhan berupa rekapan data dalam kurun waktu satu tahun. Selama proses wawancara peneliti menumukan bahwa dalam proses pelaporan dan rekap data masih secara manual yaitu penyuluh melakukan penyuluhan dan kemudian hasil penyuluhan dibawa ke dinas pertanian dimana data tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam tabel menggunakan aplikasi Microsoft Excel, dan jika penyuluh tidak sempat membawa hasil penyuluhan ke kantor, maka penyuluh yang berada dilapangan akan mengirimkan hasil penyuluhan dalam bentuk short message service (SMS) menggunakan telefon genggam.

  Setelah data terkumpul selanjutnya yaitu menentukan sistem seperti apa yang dibutuhkan oleh penyuluh pertanian kota Salatiga. Sistem yang ditawarkan dalam proses perumusan solusi adalah aplikasi berbais WebGIS dalam proses penyampaian serta pengolahan data hasil penyuluhan menggunakan leaflet serta google fusion sebagai media penyimpanan data.

  Selanjutnya yaitu proses prancangan sistem dimana tahapan ini menggunakan model prototype. Model prototype mempermudah dalam memahami kebutuhan serta memudahkan dalam mendapatkan umpan balik dari customer, dan juga membantu perancang sistem memahami apa yang dibutuhkan dari sistem yang sedang dikembangan. Dalam beberapa proyek, user terkadang sulit untuk merumuskan kebutuhan terhadap sistem itulah sebabnya memerlukan prototype yang dinamakan

  

requirements prototype ini agar memudahkan perancang sistem untuk menyelesaikan masalah yang

timbul dalam perancangan saat pengguna tidak dapat merumuskan kebutuhannya dengan baik[17].

4. Pembahasan

  Alur dari prototype model dimulai dari listen to customer lalu build/revise mock-up dan selanjutnya customer test-drives mock-up. Wawancara terhadap kepala penyuluh pertanian dilakukan guna untuk menganalisa permasalahan dan juga kebutuhan sistem pada tahap listen to customer. Hasil yang diperoleh yaitu informasi tentang metode penyuluhan, sistem pelaporan penyuluh, teknis penyuluhan serta permasalahan yang sering dihadapi. Selanjutnya unified modelling language (UML) digunakan dalam proses perancanagan desain sistem dengan use case diagram, activity diagram, dan

  deployment diagram pada tahap build atau revise mock-up.

  Setelah perancangan sistem selesai, tahap selanjutnya yaitu user interface (UI). UI yang dirancang adalah UI untuk peginputan pelaporan oleh penyuluh yaitu menggunakan leaflet serta untuk menampilkan data hasil penyuluhan pada WebGIS.

  Pengujian sistem dilakukan dengan cara mengakses leaflet, megakses lokasi lalu memasukan data penyuluhan menggunakan smartphone dimana data tersebut akan masuk ke spreadsheet yang sudah terkoneksi dengan fusion table, serta menjalakan sistem WebGIS menggunakan Web browser dimana sudah terkoneksi dengan internet untuk melihat bagaimana WebGIS tersebut mempermudah dalam pengambilan dan juga pengolahan data yang tersimpan pada fusion table sebagai cloud database. Perancangan sistem dimulai dengan membuat use case diagram dari aplikasi yang akan dikembangkan, selanjutnya activity diagram lalu deployment diagram.

  Gambar 2 Use Case Diagram Berdasarkan use case diagram, aktor yang terlibat dalam aplikasi ini ada staff kantor penyuluhan,

  

admin serta penyuluh pertanian itu sendiri. Setelah login selanjutnya penyuluh akan mengakses leaflet

  dan memasukan hasil penyuluhan, data hasil laporan tersebut selanjutnya dapat melihat di Web baik dalam bentuk laporan, maupun penyebarannya dalam bentuk peta wilayah. Sedangkan admin dapat menambahkan user baru serta dapat mengelolah data (edit dan delete) yang sudah dimasukan penyuluh, dan staff kantor penyuluhan dapat mengakses hasil penyuluhan. Penyuluh pertanian kota Salatiga selama ini melakukan pelaporan masih secara manual yaitu dengan membawa hasil penyuluhan ke kantor penyuluh, atau hanya dengan mengirimkan SMS dan staff dikantor pertanian yang memasukan data tersebut kedalam Microsoft Excel . Pada WebGIS ini setelah login, akan ada verifikasi data (username dan password) yang sudah dibuat saat pengembangan sistem dimana jika

  

user yang mengakses adalah staff kantor penyuluh maka akses ke leaflet tidak dapat dilakukan

  karena diproteksi dan hanya bisa melihat data yang sudah menjadi informasi, sedangkan jika user yang mengakses adalah penyuluh lapangan maka dapat mengakses leaflet kemudian dapat memasukan data hasil penyuluhan.

  Setelah penyuluh menekan tombol “Input data” pada WebGIS, maka secara otomatis akan masuk ke leaflet dan tahap selanjutnya pada leaflet penyuluh harus menekan tombol

  “Show me where I’m” untuk menunjukan lokasi, dan leaflet akan mengakses latitude dan longitude sekaligus akan menampilkan lokasi smartphone atau penyuluh tersebut seperti yang terlihat pada activity diagram pada gambar 3. Selanjutnya penyuluh dapat memasukan data berupa nama daerah atau lokasi penyuluhan, serta jumlah luas panen dalam satuan hektar (ha). Data yang sudah dimasukan tersebut akan dikirimkan ke google spreadsheet dimana sudah terkoneksi dengan fusion table sehingga data secara real time dapat dilihat dalam bentuk informasi di WebGIS.

  Gambar 3 Activity Diagram penyuluh dalam mengakses Leaflet Berdasarkan hasil wawancara, perlengkapan yang dibutuhkan untuk membuat sistem yaitu,

  

smartphone sebagai hardware yang digunakan untuk mengambil data, leaflet dan Google Form

  sebagai software untuk memasukan data, fusion tables sebagai cloud database untuk menyimpan data, GIS Application digunakan sebagai aplikasi berbasis web guna menampilkan data-data yang tersimpan di google fusion, serta komputer sebagai hardware untuk menjalankan web browser.

  Gambar 4 Deployment Diagram

  Berdasarkan hasil analisis masalah yang dimiliki oleh dinas penyuluh kota Salatiga, maka dibangunlah satu aplikasi Sistem Informasi Geografi yang diharapkan dapat menjawab masalah tersebut. Aplikasi WebGIS penyuluhan ini dibangun guna melihat bagaimana leaflet serta fusion table dapat mempercepat proses memasukan data hasil penyuluhan, serta pengelolahan data tersebut menjadi dan menghasilkan informasi dalam bentuk peta. Aplikasi WebGIS ini dapat diakses dimanapun dan kapanpun menggunakan Smartphone berbasis Android yang terkoneksi dengan internet.

  Gambar 5 Tampilan awal untuk penyuluh mengakses leaflet Gambar 5 merupakan tampilan Web saat penyuluh akan memasukan data penyuluhan, dimana tampilan ini tidak dapat diakses jika user yang login adalah staff kantor. Penyuluh akan dibawa ke

  leaflet untuk memasukan data setelah menekan tombol “input data”.

  Gambar 6 Alur proses memasukan data oleh penyuluh lapangan

  Pada leaflet, terlebih dahulu penyuluh mengakses

  “show me where I’m” yang berada dibawah

  tombol zoom out dan perlu dipastikan bahawa smartphone yang digunakan sudah mengijinkan untuk mengakses informasi lokasi. Setelah itu secara ototmatis GPS Collection Form akan berada pada lokasi dimana smartphone tersebut berada, dan selanjutnya penyuluh akan memasukan nama daerah penyuluhan atau lokasi, serta jumlah hektar dari hasil panen padi sawah didaerah yang yang sedang dilakukan penyuluhan. Setelah memasukan data dan menekan tombol “submit”, akan ada plihan apakah penyuluh ingin memasukan data atau hasil penyuluhan lain.

  Gambar 7 Data masuk ke spreadsheet Gambar 8 Data dari Spreadsheet secara real time masuk fusion table

  Pada gambar 7 terlihat bahwa data yang dimasukan di leaflet secara real time masuk ke google

  

spreadsheet dimana data lain yaitu time, latitude, serta longitude secara ototmatis dimasukan

  berdasarkan lokasi dan waktu penyuluh saat menekan tombol “submit”. Data yang berada di

  spreadsheet juga secara real time masuk ke fusion table seperti yang terlihat di gambar 8. Data

  • – data tersebut kemudian di olah menggunakan Google Maps API menjadi Informasi yang ditampilkan dalam bentuk peta lokasi yang terintegrasi dengan Google Maps.

  Gambar 9 Hasil penyuluhan yang sudah dapat diakses pada WebGIS Data yang sudah tersimpan di fusion table dapat langsung dilihat pada WebGIS dengan mengakses titik-titik penyuluhan tersebut dan akan terlihat latitude, longitude, nama lokasi, jumlah hektar serta waktu penyuluhan dapat ditampilkan seperti yang terlihat pada gambar 9.

  Gambar 10 Hasil penyuluhan dalam bentuk Heatmap, Bar chart, Pie Chart dan Simple Card.

  Selain titik-titik lokasi hasil penyuluhan, pada WebGIS ini hasil penyuluhan juga ditampilkan dalam empat bentuk informasi lain yaitu; Heatmap dimana semakin besar titik heatmap nya maka jumlah panen pada lokasi tersebut juga semakin besar, selain itu ada bar chart dimana data pada bar

  

chart akan menampilkan hasil penyuluhan dalam hitungan hektar, dan juga pie chart dimana pie chart

  sendiri akan menampilkan hasil penyuluhan dalam bentuk persen, dan yang ke empat yaitu simple

  

card dimana data yang ditampilkan dalam simple card hanya berupa waktu, nama lokasi dan juga

jumlah hektar.

  Pengujian Sistem Informasi GIS penyuluh pertanian kota Salatiga dilakukan dengan metode

  

blackbox testing. Pada pengujian blackbox dilakukan pengujian fungsional terhadap proses

  memasukan data dari leaflet sampai menampilkan hasil penyuluhan dalam bentuk Informasi pada

  

WebGIS . Pengujian ini dilakukan terhadap beberapa proses diantaranya; akses leaflet, akses lokasi

  dengan menekan tombol “show me where I’m”, zoom in dan zoom out pada leaflet, memasukan data hasil penyuluhan yaitu lokasi dan jumlah hektar, mengakses data serta menampilkan hasil penyuluhan dalam bentuk peta titik-titik penyuluhan, heatmap, bar chart, pie chart dan simple card. Berikut adalah hasil dari pengujian sistem yang dirinci dalam tabel 1.

  Status Uji No. Poin Pengujian Skenario Pengujian Hasil Uji Akses leaflet melalui Web Valid

  1 Akses Leaflet dengan menekan tombol Berhasil masuk ke Leaflet

Input data” di tab Leaflet

Menampilkan lokasi Berhasil menampikan dengan cara smartphone

  Valid lokasi menekan tombol Tampilkan lokasi “Show smartphone /penyuluh

  2 penyuluh/smartphone

me where I’m”

  Melakukan zoom in serta Berhasil menampilkan Valid zoom out seperti yang di inginkan

  Memasukan data Berhasil memasukan data penyuluhan dengan cara ke spreadsheet serta

  Valid

  3 Input data penyuluhan memasukan nama lokasi menampilkan pilihan serta jumlah panen dalam submit another response

hitungan hektar

Mengakses tab Map untuk

melihat hasil penyuluhan

dalam bentuk titik-titik

  Akses Informasi hasil peta, serta titik-titik Berhasil menampilkan Valid 4 penyuluhan dalam bentuk tersebut dapat data yang diinginkan peta interaktif menampilkan data berupa latitude , longitude, waktu, nama lokasi serta jumlah

hektar.

  

Mengakses informasi lain

dengan cara mengakses tab Akses Informasi hasil

yang tersedia, dimana

penyuluhan dalam bentuk Berhasil menampilkan Valid

  5 informasi ditampilkan lain (heatmap, bar chart, data yang diinginkan

dalam bentuk heatmap, bar

pie chart dan simple card)

chart , pie chart serta

simple card .

  Tabel 1 Pengujian Blackbox 5.

   Kesimpulan dan Saran

  Setelah dilakukan pengujian maka dapat disimpulkan bahwa, dibutuhkan Google Maps API,

  

Google Fusion API dan juga Leaflet untuk membuat WebGIS penyuluh pertanian, dimana aplikasi

  tersebut mempermudah dalam proses memasukan data hasil penyuluhan, karena cukup menggunakan

  

Smartphone berbasis Android yang terkoneksi dengan internet, data tersebut dapat dimasukan

  dimanapun dan real time data hasil penyuluhan akan berbentuk informasi dapat diakses pada Web dalam bentuk peta interaktif. Dengan WebGIS ini waktu yang diperlukan untuk memasukan serta mengelolah data hasil penuyuluhan akan lebih efisien, karena data dapat langsung dimasukan oleh penyuluh dari lokasi penyuluhan, serta meminimalisir kesalahan data yang terjadi jika dimasukan lagi secara manual oleh staff kantor.

  WebGIS ini sendiri masih dapat dikembangkan dengan menambahkan atribut pembeda antara

  hasil panen dengan hasil tanam dari padi sawah yang dilakukan penyuluhan serta dapat juga ditambahkan fitur untuk pengimputan hasil produksi padi sawah dalam hitungan ton, dan adanya perhitungan per tiga bulan untuk membandingkan target dari penyuluhan dengan hasil penyuluhan yang sedang berjalan. Selain penambahan fitur, pemaksimalan user interface dan database user yang memiliki hak akses pada WebGIS ini juga perlu diperhatikan.

  Datar Pustaka [1].

  National Geographic. Geographic Information System. (Diakses tanggal 27 Maret 2017).

  [2].

  Harmon, John E., dan Steven J. Anderson. 2003. The Design and Implementation of Geographic Information Systems. New Jersey : John wiley & sons, Inc [3]. Suhardiyono, L. 1990. Penyuluhan : Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Jakarta : Penerbit Erlangga.

  [4].

  Badan Pusat Statistik. Sensus Pertanian Jawa Tengah. (Diakses tanggal 02 April 2017).

  [5].

  Badan Pusat Statistik. Sensus Pertanian Kota Salatiga. (Diakses tanggal 06 April 2017).

  [6].

  Mardikanto, Totok. 1990. Organisasi dan Strategi Penyuluh Pertanian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. [7].

  Agrapatria, Adhikrist Soetrysno. Perancangan dan implementasi aplikasi pelaporan perkebunan berbasis web gis menggunakan Google fusion dan open data kit (studi kasus kebun kopi banaran). Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana. [8].

  Pebrianto. 2015. Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pertanian Kabupaten Ogan Komering Ilir. Palembang : Universitas Bina Darma. [9].

  Poerbaningtyas, Evy, L. N. Andoyo. 2015. Sistem Geoserver Pertanian Dengan POSTGIS Guna Mempermudah Pengolahan Data Penyuluhan Petani Di Kabupaten Malang. Malang : Sekolah Tinggi Informatika & Komputer Indonesia.

  [10]. Google Inc. Google Maps API

  (Diakses tanggal 11 Mei 2017) [11]. GitHub Inc. Leaflet

  (Diakses tanggal 30 Oktober 2017) [12]. Bueno, Maria. Spatial Data

  • Use and Dissemination https://unstats.un.org/Unsd/demographic/meetings/wshops/Chile_31May11/docs/country/braz il02-s10.pdf. (Diakses tanggal 23 Mei 2017)

  [13] Aziz, Muhammad., dan Pujiono, Slamet. 2006. Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta : Gava Media. [14] Law, Michael., dan Collins, Amy. 2013. Getting to know ArcGIS for Dextop. Redlands: Esri Press. [15] Sárközy, Ferenc. GIS Functions http://www.agt.bme.hu/public_e/gis_func/funct26.htm.

  (Diakses tanggal 23 Mei 2017) [16]. Creswell, Jihn W. 2002. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. London: Sage Publications.

  [17]. Everett, Gerald D., dan McLeod Jr, Raymond. 2007. Software testing. Piscataway, NJ : IEEE Press.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemasaran Tour di Rodex Salatiga Tours and Travel Melalui Media Promosi Tourism’s Magazine Book dan Brosur

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interpretasi sebagai Strategi Perencanaan Pengelolaan Pengunjung di Sebuah Destinasi Wisata: Studi Kasus Desa Wisata Bejalen

0 0 16

INFORMATION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Jepara)

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Soteriologi terhadap Ritual Cheng Beng (清明节) yang Dilakukan oleh Anggota Jemaat GMIT Pola Tribuana Kalabahi

1 2 37

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011- 2015)

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 0 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Teng

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 1 61

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 3 16