Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning Berbantuan Media Benda Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung Semester II Tahun Pelajaran 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pendidikan yang dimulai dari tingkat sekolah dasar (SD) adalah belajar tentang pengetahuan yang dekat dengan lingkungan alam sekitar. Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar, dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (kebenarannya dapat dibuktikan) sehingga dihasilkan kesimpulan yang benar. IPA mengandung tiga hal yaitu proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk atau hasil kesimpulan yang benar (Sutrisno dkk :19). Jadi, IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok di SD yang berhubungan dekat dengan lingkungan alam sekitar.

  IPA di SD sesuai kurikulum KTSP bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA sebagai cara untuk mencari tahu bukti yang berdasarkan pada observasi atau pengamatan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan kehidupan sehari- hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. (Sapriati,dkk :8.22).

  Proses pembelajaran IPA tidak selalu berjalan dengan lancar, dan terdapat permasalahan-permasalahan yang dihadapi di sekolah dasar. Kenyataan yang terjadi pada saat dilakukan hasil wawancara dengan guru kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung pada tanggal 19 Januari 2015 diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran IPA belum sesuai dengan harapan dan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) karena beberapa faktor yaitu pembelajaran masih bersifat teoretis karena kurang adanya keterkaitan antara materi dengan keadaan sehari-hari menjadikan siswa kurang paham dalam menerima materi, karena siswa hanya menerima teori saja, sedangkan tidak mengetahui manfaat dari pembelajaran itu.

  Pembelajaran yang masih konvensional seperti cara mengajar guru yang membosankan seperti ceramah dan tanya jawab akan menjadikan siswa tidak semangat dalam belajar. Kurangnya guru dalam melibatkan siswa menjadikan pembelajaran hanya berpusat pada guru dan pembelajaran menjadi jenuh. Tidak adanya kegiatan yang mampu menumbuhkan kreativitas jadi siswa kurang di dorong untuk aktif dan cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga siswa belum mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Jadi, Pada faktor-faktor tersebut maka mempengaruhi tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa yang rendah dalam pembelajaran IPA.

  Pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan yang berjumlah 22 siswa, terdiri dari 12 perempuan dan 10 laki-laki, dalam mata pelajaran IPA diperoleh bahwa hasil belajar siswa di sekolah tersebut masih tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari dokumen guru kelas hasil belajar siswa semester I diperoleh data dari 22 siswa terdapat 10 siswa (45%) yang mampu mencapai KKM dan 12 siswa (55%) masih belum mencapai KKM atau di bawah KKM dimana Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran IPA di sekolah tersebut adalah 65. Hal tersebut dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan belajar siswa masih rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan atau masih di bawah KKM yang telah ditentukan.

  Berdasarkan kondisi ini, maka perlu adanya suatu peningkatan kualitas pembelajaran IPA di sekolah dasar yang ditempuh, salah satu unsur yang paling dikaji dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa adalah pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai disertai media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran untuk menumbuhkan potensi yang dimiliki masing-masing anak. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola atau pembelajaran tutorial (Trianto:2010;51). Berbagai macam model yang ada, maka peneliti peneliti mengambil salah satu model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA yaitu model Discovery Learning.

  Model ini membahas tentang sebuah penemuan dan menghasilkan kesimpulan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran. IPA sendiri sebagai cara untuk mencari tahu yang berdasarkan pada observasi dan penemuan. Jadi, belajar dengan menemukan (discovery) sebenarnya adalah bagian dari proses pembelajaran IPA. adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau

  Discovery

  informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Discovery

  

Learning merupakan model pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih

  kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Kegiatan discovery melalui eksperimen dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peserta didik secara stimultan (Sani:2014:98). Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.

  Pada usia SD yaitu 6-12 tahun masih berada pada tahap operasional konkret karena berfikir logikanya siswa SD bedasarkan manipulasi obyek konkret atau pengalaman yang langsung dialaminya. Sesuai dengan teori Piaget tersebut, maka siswa perlu belajar apa yang dilihat, didengar dan dirasakan sehari-hari melalui bantuan media pembelajaran berupa benda konkret sebagai sumber belajar siswa.

  Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. (Sanaky, 2009: 4). Perlunya adanya media pembelajaran secara optimal ini agar pemahaman antara konsep materi yang dipelajari dari yang masih belum jelas atau hanya dalam bayangan saja

  Model Discovery Learning dengan berbantuan media benda konkret ini maka berfungsi sebagai pendukung terlaksananya proses pembelajaran sehingga pengalaman siswa semakin bertambah dan nyata tanpa hanya membayangkan saja. Siswa dapat memanfaatkannya media-media yang telah disediakan sesuai materi secara langsung pada saat proses pembelajaran sehingga pemahamannya meningkat.

  Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti menerapkan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan media benda konkret untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi “Cahaya dan Sifat- sifatnya” siswa kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka masalah-masalah yang dapat diidentifikasi yaitu: a.

  Berhubungan dengan proses pembelajaran yaitu pembelajaran yang masih bersifat teoretis, konvensional seperti tanya jawab dan ceramah, siswa cenderung pasif dalam pembelajaran.

  b.

  Berhubungan dengan metodologi pembelajaran yaitu guru dalam menyampaikan materi masih bersifat teoretis sehingga kurang mengaitkan materi dalam teori kedalam pengenalan lingkungan sekitar yang lebih nyata.

  c.

  Berhubungan dengan hasil belajar yaitu hasil belajar siswa kelas 5 di SD Negeri 1 Kebonagung pada mata pelajaran IPA masih rendah yaitu dibawah KKM 65.

  d.

  Berhubungan dengan fasilitas pembelajaran yaitu guru masih enggan menggunakan fasilitas atau media pembelajaran dalam menyampaikan materi dalam proses belajar mengajar di kelas.

  1.3 Pembatasan Masalah

  Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka penulis membatasi permasalahan secara jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi objek penulis dibatasi hanya pada: a.

  Menerapkan sebuah model dan media yang dapat mengaktifkan siswa, yaitu

  Discovery Learning berbantuan media benda konkret untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA.

  b.

  Hasil belajar IPA yang berfokus pada mata pelajaran IPA materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas 5 semester II : Standar Kompetensi:

  6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model Kompetensi Dasar:

  6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

  6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

  c.

  Siswa kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan yang menjadi subyek penelitian.

  1.4 Rumusan Masalah

  Berkaitan dengan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah dalam penelitian sebagai berikut: a.

  Bagaimana penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan media benda konkret dalam meningkatkan proses pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015? b. Apakah peningkatan proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan media benda konkret dapat meningkatkan hasil pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 1

  1.5 Tujuan Penelitian

  Dalam perumusan masalah yang dibahas, maka dapat dikemukakan tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk: a. Menerapkan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan media benda konkret untuk meningkatkan proses pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

  b. Meningkatkan hasil belajar IPA melalui peningkatan proses pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning berbantuan media konkret pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

  1.6 Manfaat Penelitian

  Dari hasil penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Adapaun manfaat ini yaitu :

  1.6.1 Manfaat Teoretis

  Secara teoretis penelitian tindakan kelas ini bermanfaat menambah kajian teori tentang konsep IPA untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran mata pelajaran IPA melalui model Discovery Learning berbantuan media benda konkret serta mengimplementasi pembelajaran Discovery Learning khususnya dalam pembelajaran IPA.

  1.6.2 Manfaat Praktis

  Pada mamfaat praktis ini, ditujukan menjadi empat yaitu bagi siswa, bagi guru, bagi kepala sekolah, dan bagi sekolahan. 1)

  Bagi Siswa Siswa dapat memahami konsep IPA dan keaktifan lebih meningkat pada pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Discovery Learning berbantuan media benda konkret.

  2) Bagi Guru Memberikan tambahan wawasan, pengalaman, dan ketrampilan dalam mendesain sebuah model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan yaitu khususnya mata pelajaran IPA tentang Cahaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di kelas.

  3) Bagi Kepala Sekolah Memberikan masukan dan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam rangka menerapkan model Discovery Learning dalam pembelajaran.

  4) Bagi Sekolah

  Dapat dijadikan khasanah perpustakaan sebagai bahan bacaan untuk meningkatkan wawasan pengetahuan dalam belajar.

Dokumen yang terkait

42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum SD Negeri Dukuh 01 Salatiga

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia dengan Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 2 SDN Dukuh 01 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajar

0 1 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia dengan Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 2 SDN Dukuh 01 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajar

0 1 55

MEKANISME PEMBERHENTIAN PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL DI INDONESIA (Tinjauan Perbandingan Hukum di Negara Amerika Serikat, Filipina dan Sudan)

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatig

0 0 8

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) pada Siswa Kelas 5 SD Neg

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatig

0 0 25

Hasil Tes Formatif IPA Pra Tindakan Siswa Kelas 5 Semester II SD Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Ketuntasan Frekuensi (f) Persentase ()

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatig

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatig

0 0 82