B AB I PENDAHULUAN - Makalah Penelitian Kimya Sang Putri Rumi Dalam Perpspektif Rabi’ah Al Adawiyyah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cinta merupakan sumber dari hubungan antara Tuhan dengan ciptaan- Nya, yakni manusia dan alam semesta. Oleh karenanya cinta menjadi tema

  yang sangat penting. Mencintai Tuhan tidak dilarang dalam islam, bahkan dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menggambarkan cinta Tuhan kepada hamba dan cinta hamba kepada Tuhan. Ayat 54 dari surat Al-Maidah “Allah akan mendatangkan suatu umat yang dicintai-Nya dan orang yang mencintai- Nya”. Selanjutnya ayat 30 dari surat Ali Imron menyebutkan “katakanlah jika kami cinta kepada Tuhan, maka turutlah Aku, dan Allah akan mencintai kamu”.

  Kisah-kisah sufistik berkaitan dengan kedekatan seorang hamba kepada zat Allah. Menurut Sayyed Husein Nasr, bahwa tingkatan islam yang tertinggi adalah islamnya kaum sufi (gnostik atau Irfan) yakni orang-orang yang telah mencapai dekat dan berada dekat dengan Allah. Bagi kaum sufistik, tujuan hidup adalah sang pencipta yaitu Allah, karena itu mereka memandang dunia dan segala kenikmatannya adalah tiada nilainya, ini memang dunia setiap orang. Mereka yang telah mencapai derajat ini adalah mereka yang telah mencapai tingkat tertentu dalam dunia tasawuf yang dikenal dengan waliyullah (Amin, 2008:233).

  Bagi orang sufi, ilmu yang berfaedah itu ialah ilmu pengamalan, ilmu mu’amalah, dibagi menjadi dua yaitu segala ilmu yang diamalkan dengan dengan keadaan jiwa dan hati manusia.

  Aboebakar Aceh (1991:97) cinta Allah itu adalah taubat zuhud, yang pernah dibicarakan dan diamalkan oleh seorang sufi besar, Rabi’ah Al- Adawiyah dalam abad kedua Hijriyah. A-Hubb All-ilahi (kecintaan dan kerinduan kepada Allah) adalah salah satu ajaran yang dikembangkan Rabiah.

  1 Menurut Rabi’ah, Alhubb Al-Ilahi merupakan cetusan dari perasaan jiwa yang yang rindu dan pasrah terhadap Allah. Seluruh ingatan dan perasaan tertuju pada-Nya. Cinta Rabi’ah Al-Adawiyah kepada Allah telah terpatri dengan kuat, semuanya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

  Rabi’ah sering dijadikan sebagai rujukan melalui konsepsi mahabbahnya, sebagai masa transisi dari konsep sebelumnya. Terlalu tingginya kecintaan Rabi’ah kepada Allah mengesankan ada pengabdian atas janji, surga, dan ancaman neraka sebagai motivasi pengabdi.

  Rabi’ah juga dikenal sebagai seorang zahidah sejati. Memeluk erat kemiskinan demi cintanya kepada Allah, lebih memilih hidup dalam kesederhanaan. Definisi cinta menurut Rabiah cinta seorang hamba kepada Allah Tuhannya. Ia mengajarkan bahwa yang pertama, cinta itu harus menutup yang lain. Selain sang kekasih atau yang dicinta, yaitu bahwa seorang sufi harus memalingkan punggungnya dari masalah dunia serta segala daya tariknya, sedangkan yang kedua, ia mengajarkan bahwa cinta tersebut yang langsung ditujukan kepada Allah dimana mengesampingkan balasan apa- apa. Dengan cinta yang demikian itu, setelah melewati tahap-tahap sebelumnya, seorang sufi mampu meraih ma’rifat sufistik dari hati yang telah dippenuhi oleh rahmatNya.

  Berdasarkan uraian di atas peneliti terindikasi mengambil kajian Kimya Sang Putri Rumi dalam perspektif Rabi’ah Al-Adawiyah. Ada beberapa alasan mengapa peneliti mengkaji novel Kimya Sang Putri Rumi.

  Alasan tersebut yaitu kesatu, terdapat konsepsi cinta yang dikemabngkan oleh Rabi’ah dalam perceritaan novel Kimya Sang Putri Rumi. Kedua keberadaan memarginalkan perempuan sebagai tokoh sufi. Ketiga novel Kimya Sang

  

Putri Rumi belum pernah dikaji dari aspek konsep cinta yang dikembangkan

  oleh Rabi’ah Al-Adawiyah, khususnya di lingkungan program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia STKIP PGRI Jombang.

  B. Permasalahan B.1. Batasan Masalah

  Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah aspek cinta yang dikembangkan Rabi’ah Al-Adawiyah dalam novel Kimya Sang

  Putri Rumi. Agar pembahas tidak meluas maka peneliti membatasi

  masalah pada tema-tema yang berkaitan dengan konsepsi cinta Rabi’ah Al-Adawiyah dalam novel Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy. Disamping itu juga tentang bentuk konsepsi cinta Rabi’ah Al- Adawiyah yang terdeskripsikan dalam novel tersebut.

  B.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Adakah konsepsi cinta Rabi’ah Al-Adawiyah dalam novel Kimya

  Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy ?

  2. Bagaimanakah ajaran cinta Rabi’ah Al-Adawiyah terdeskripsikan dalam novel Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy ?

  C. Tujuan

  Adapun tujuan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

  C.1. Tujuan Umum

  Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang konsepsi cinta yang dikembangkan Rabi’ah Al-Adawiyah dalam novel Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy.

  Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Mendeskripsikan ada atau tidaknya konsepsi cinta Rabi’ah Al- Adawiyah dalam novel Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy.

  2. Mendeskripsikan ajaran cinta Rabi’ah Al-Adawiyah dalam novel

  Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy

  D. Manfaat Penelitian D.1. Manfaat Teoritis

  Secara teoritis, peneliti ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangtumbuhkan ilmu sastra, khususnya pada unsur mimetik. Disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi pengembangan ilmu kebudayaan dan teologis.

  D.2. Manfaat Praktis

  Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai:

  1. Refleksi diri dalam menyikap perkembangan zaman pada saat ini;

  2. Referensi guru dan siswa dalam pembelajaran apresiasi sastra

  3. Referensi bagi peneliti lain yang hendak meneliti novel Kimya Sang Putri Rumi dari aspek yang lain.

  E. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kesalahan pengertian dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan judul penelitian ini, istilah-istilah yang perlu dijelaskan yaitu: Kimya Sang Putri Rumi : Sebuah novel yang berjudul Kimya Sang

  Putri Rumi karya Muriel Maufroy, yang diterbitkan oleh Mizan, Bandung, 2005.

  Perspektif Rabi’ah Al-Adawiyah : Kajian terhadap sudut pandang Rabi’ah Al-Adawiyah tentang konsepsi cinta

  Jadi yang dimaksud KIMYA SANG PUTRI RUMI DALAM mengkaji novel Kimya Sang Putri Rumi sang putri rumi karya Muriel Maufroy dari aspek konsepsi cinta Rabi’ah Al-Adawiyah.

BAB II LANDASAN TEORI A. Religius dan Sastra Kehadiran sastra di tengah masyarakat pembaca bukan sekedar

  penyajian keindahannya, tetapi juga memberikan pandangan yang berhubungan dengan agama atau religius. Hubungan seni khususnya sastra dengan agama baik agama sebagai sistem kepercayaan atau peribadatan, maupun agama sebagai doktrin ketuhanan dan agama sebagai peradaban dan pembentukan kebudayaan yang dominan pada zaman tertentu dengan karya pengarang pada zaman itu di lingkungan masyarakat tertentu. Dari keterangan tersebut disampaikan bahwa kita dapat melihat pertalian hubungan pemikiran keagamaan seorang pengarang yang dapat mempengaruhi karya sastra yang dihasilkan pengarang.

  J. B. Mangunwijaya (1988:28) menyatakan agama adalah sarana pandang yang berisi rambu-rambu ke arah tujuan, yaitu pengabdian dan kebaktian terhadap Tuhan, sedangkan religius lebih menyentuh pada esensi.

  Keterkaitan antara religius dengan sastra dikatakan oleh Mursal Esten (1989:40) bahwa keterkaitan antara religius dan sastra dapat dilihat dari tiga segi : 1) Karya sastra yang mempersoalkan ajaran agama (religius) 2) Karya sastra yang mempersoalkan masalah-masalah agama 3) Karya sastra yang menjadikan ajaran-ajaran agama sebagai latar belakang

  Religius sebagai sikap atau tindakan yang dilakukan manusia terus dengan aspek ekstensinya. Jawaban pertanyaan eksistensi manusia dalam kehidupannya dapat diperoleh dari pengalaman religius. Emha Ainun Najib (dalam Risti, 2002:2) religiusitas lebih menunjuk kesuatu pengalaman yaitu pengalaman religius untuk menjawab rasa rindu, rasa ingin bersatu, rasa ingin bersama dengan sesuatu yang abstrak.

  5 Menurut Mangunwijaya (1986:39) Religiusitas menumbuhkan kepekaan-kepekaan sebagai suatu cara untuk meraih pengalaman religius manusia untuk menangkap pesan atau tanda terselubung yang ada di sekitarnya. Karya sastra pada dasarnya adalah representasi dunia dalam bentuk lambang sehingga dapat menjadi salah satu media untuk mencapai pengalaman religius dan seseorang.

  B. Suatu teks disebut sebagai karya sastra apabila mampu memberikan kepada pembacanya suatu pemahaman baru dan mendalam tentang kompleksitas kehidupan manusia. Teks tersebut harus sanggup menjalin interkomunikasi antara hakikat realitas dan hati sanubari. Harus dapat menampilkan suatu segi dari realitas yang belum seutuhnya diketahui, realitas paling abstrak, yang sanggup membangun kesadaran kontemplatif tentang apa hakikat hidup, kehidupan, manusia, dan kemanusiaan.

  Oleh karena itu, objek karya sastra selalu manusia sehingga sastra merupakan sebuah fakta kultural atau fakta kemanusiaan. Jadilah teks sastra sebagai fakta kemanusiaan, fakta kejiwaan, dan fakta kesadaran kolektif sosiokultural.

  Demikian juga dengan sastra Indonesia. Sepanjang perkembangannya selalu mencoba merefleksikan segala persoalan kejiwaan manusia Indonesia yang barangkali amat universal sehingga tidak mustahil juga digelisahkan manusia lainnya, seperti persoalan cinta, keterasingan, kematian, penindasan, bahkan kesangsian terhadap jati dirinya sendiri. sisi. Sisi pertama, mengacu pada bentuk-bentuk pembaharuan yang bersumber dari Barat, yang tergambar pada isi dan pandangan hidup yang merupakan hasil penjelajahan sastrawannya terhadap pemikiran-pemikiran modern yang bernafaskan filsafat Barat. Sisi kedua, merupakan bentuk kecenderungan sastrawannya yang lebih mengacu pada penggalian jejak-jejak akar etnisnya sendiri atau cenderung menggali khazanah spiritualisme Timur.

  Salah satu bentuk penggalian etnis dan spiritualisme Timur itu adalah bentuk-bentuk kesusastraan Indonesia yang bernapaskan sufistik. Pandangan- pandangan sufistik yang muncul pada karya-karya sastra Indonesia bersumber dari berbagai ajaran. Ada yang menggali pada sumber ajaran sufi Islam (tasawuf), ada yang menggali pada ajaran Kebatinan Jawa, dan ada pula yang melacak jejak-jejak ajaran mistik Hindu-Buddha.

  Karya-karya sastra Indonesia yang bersumber pada pandangan sufistik Islam (tasawuf) menggali pandangan-pandangan Islam yang sangat universal. Pandangan-pandangan itu antara lain tentang eksistensi Tuhan yang monoteisme, kecintaan dan kerinduan (mahabah) yang hebat pada Tuhannya, kesempurnaan hidup di jalan Tuhan, eksistensi manusia sebagai makhluk dan hubungannya dengan Khaliknya, sikap hidup zuhud, serta konsep widhatul wujud (widhatul syuhud).

  Tak jauh dari karya-karya sufi yang berakar pada pandangan tasawuf, karya-karya sastra sufi yang bersumber pada ajaran sufistik (kebatinan/ kejawen) juga memproyeksikan kegelisahan manusia mencari jawab terhadap persoalan-persoalan ketuhanan. Persoalan-persoalan ketuhanan ini juga bertitik tolak pada persoalan eksistensi Tuhan dan eksistensi manusia berikut sikap hidup dan hubungan manusia dengan Tuhannya.

  Dalam filosofi Jawa, persoalan-persoalan tersebut diistilahkan dengan sangkan paraning dumadi, manunggaling (jumbuhing) kawula gusti, narima, mamayu-mayu hayuning bawana, dan sebagainya. Sedangkan dalam mistik Hindu-Buddha disebut sebagai atman-brahman, sangkhya, bhakti yoga, dan sebagainya.

  (tasawuf), kebanyakan berbentuk puisi. Kecenderungan ini karena terilhami Alquran yang ditulis dalam bentuk puisi yang amat indah, penuh simbol, dan penuh pandangan hidup yang menakjubkan. Sebagai bentuk ekspresi pun, terutama untuk ekspresi pengalaman rohani dan religius, genre puisi amat cocok karena personal, unik, universal, sarat simbol, dan mistik.

  Sebenarnya, genre sastra sufi dalam konstelasi sastra Indonesia sudah dikenal sejak periode kesusastraan Melayu. Pada periode itu, sastra sufi dikenal dengan istilah sastra kitab. Dalam perjalanan sejarah sastra Indonesia selanjutnya, sejak era Amir Hamzah, sastra sufi telah menjadi bagian kekayaan sastra Indonesia dan terus berkembang dengan berbagai ragam ekspresi. Tradisi sastra sufi dalam sejarah sastra Indonesia terkini pun masih ditulis sastrawan-sastrawan mudanya seperti Acep Zam-Zam Noor, Jamal D. Rahman, Abdul Wachid B.S., Hamdy Salad, Ulfatin CH, Ahmad Syubbanuddin Alwy, dan masih banyak lagi.

  Sastra sufi memiliki karakteristik kecenderungan estetika yang sama. Kecenderungan estetika sastra sufi itu di antaranya adalah ekspresi kerinduan kepada Allah. Para penyair selalu tertarik pada wilayah sunyi. Sunyi akibat merasa jauh dari kekasih hatinya, yaitu Allah. Ketertarikan pada dunia sunyi yang penuh jeritan rindu kepada Tuhannya.

  Kepasrahan ini menyiratkan betapa para penyair sufi ini mengakui kehinaan dan keterbatasan dirinya sebagai makhluk yang tak berdaya di hadapan Tuhannya.

  Karakteristik estetika sufi yang lain adalah ekspresi khas sufi tentang penyatuan hamba dengan Tuhannya. Dalam konsep tasawuf dikenal dengan istilah widhatul wujud. Merupakan suatu konsep dan persepsi kesatuan dalam kegandaan serta kegandaan dalam kesatuan. Tuhan tidaklah dihayati sebagai Dia yang berada di sana namun juga hadir bersama manusia. Tuhan memang tak terjangkau tapi bisa didekati (taqarub) sebab Dia juga Mahadekat.

  Ajaran sufi mengisyaratkan adanya hubungan yang tak terpisahkan kecil), sedangkan alam merupakan makrokosmos (jagat besar-dunia besar).

  Manusia dan alam merupakan dua kaca yang masing-masing memantulkan permukaan yang lain. Di satu sisi, manusia terwujud karena adanya hubungan dan ketergantungan dengan makrokosmos, sedangkan di sisi lain makrokosmos dikuasai manusia (Burcahdt, 1984).

C. Konsepsi Cinta Rabi’ah Al-Adawiyah

  Rabi’ah dipandang sebagai pelopor tasawuf mahabbah, yaitu penyerahan diri total kepada “kekasih” (Allah). Hakikat tasawufnya adalah Al Hubb Al-Ilahi (kecintaan dan kerinduan kepada Allah) ibadah yang ia lakukan bukan terdorong oleh rasa takut akan siksa neraka atau rasa penuh harap akan pahala atau surga, melainkan semata-mata tedorong oleh rasa rindu kepada Tuhan yang menyelami keindahannya yang azali. Mahabah Rabi’ah merupakan versi baru dalam masalah ubudiyah kedekatan kepada Tuhan.

  Al Hubb Al-Ilahi (kecintaan dan kerinduan kepada Allah) adalah salah satu ajaran yang dikembangkan oleh Rabi’ah Al-Adawiyah. Menurutnya, al Hubb Al-Ilahi merupakan cetusan dari perasaan jiwa yang rindu dan pasrah terhdap Allah seluruh ingatan dan perasaan tertuju kepadanya.

  Samsul Munir Amin (2008:23) menjelaskan bahwa, memang Rabi’ah tidak membutuhkan dunia dan keluluhannya dalam cinta abadi membuat dunia tidak ada, dan bahkan dirinya sendiri tidak diingatkannya lagi. Ajaran tasawuf Rabi’ah bertitik tolak dari cinta semurn-murninya kepada Allah. Cinta membawa takwa dan karena cinta pula yang membuat ia tidak mengharap balasan atau ganjaran dari padaNya. Cinta Rabi’ah adalah cinta abadi kepada Tuhan yang melebihi segala yang ada, cinta abadi yang tidak takut kepada apa saja walau kepada neraka sekalipun.

  Rabi’ah selalu memperbanyak taubat, dzikir dan puasa serta shalat siang dan malam. Sebagai perwujudan dari cintanya kepada Allah. Semakin hari semakin meningkat dan luluh dalam cinta abadi seluruh periwayat tasawuf menyatakan bahwa Rabi’ah selalu mengisi kehidupan siang dan

  Rabi’ah berprinsip bahwa cinta merupakan cinta merupakan landasan ketaatan dan ketakwaan kepada Tuhan. Cinta Rabi’ah kepada Tuhannya adalah cinta yang suci, murni dan sempurna, perasaan cinta itu telah tertanam di hatinya. Hidupnya tenggelam dalam dzikir, beribadah dan membaca Al- Qur’an keadaan ini selalu disenandungkan dalam syair yang dijiwai oleh ketinggian imannya. Salah satu ungkapan Rabi'ah yang populer ialah :

  “Kucinta engkau lantaran aku cinta, Dan lantaran kau patut dicinta, Cintakulah yang membuat rindu pada-Mu, Demi cinta suci ini, bukalah, Tabir penutup tatapan sembahku, Janganlah kau puji aku lantaran itu, Bagimulah segala puja dan puji …” (Amin, 2008:232).

  Cinta model pertama itu berperspektifnya ialah cinta rindu (syuwq) sedangkan cinta model kedua itu perspektifnya ialah cinta peleburan (fana)” …. Demi cinta suci ini, bukalah, tabir penutup tatapan sembahku”. Disini kemudian gagasan Rabi'ah tentang cinta memunculkan pentingnya peranan dzikir untuk meningkatkan pengalaman keagamaan dan memperbaiki perasaan ketuhanan di dalam kalbu.

  Tasawuf di tangan Rabi'ah telah menimbulkan revolusi rohani, islam sebagai agama yang cinta iman dan amal sholeh, oleh Rabi'ah dengan dua macam cintanya diubah menjadi cinta rindu, berdzikir kepada Allah, melupakan semuanya dengan segala konsekuensinya, tujuan hidup mencari akhirat dinilai sebagai tabir menyesatkan yang wajib dilenyapkan. Harapan surga dan takut neraka dihina sebagai pedagang mencari laba dan ganti rugi. Padahal cinta islam adalah agar dzikir, pikir untuk amal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data dan Data Penelitian Sumber data penelitian ini adalah novel Kimia Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy yang diterbitkan oleh PT. Mizan Pustaka pada tahun 2005

  yang merupakan cetakan pertama, isi dan keseluruhan cerita dijadikan data penelitian karena novel tersebut akan dapat dipahami maknanya atau dapat dianalisis jika keseluruhan isinya kita jadikan objek bukan setengahnya saja.

  B. Cara Kerja Penelitian

  Langkah-langkah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara pembacaan secara menyeluruh serta memahami isi novel Kimya Sang Putri Rumi.

  2) Mempelajari buku-buku penunjang atau bahan pustaka yang relevan dengan masalah yang diteliti 3) Pengelompokan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengklasifikasi data berdasarkan konsepsi cinta dalam perpspektif Rabi'ah

  Al-Adawiyah 4) Pengelompokan data dengan mengkorelasikan setiap data dengan aspek konsepsi cinta atau perspektif Rabi'ah. Data yang telah ada korelasinya dengan aspek tersebut selanjutnya dideskripsikan secara detail dengan disertai bukti, alasan dan contoh yang tepat melalui kutipan-kutipan.

  5) Analisis data dalam penelitian ini dilakukan setelah data terkumpul dan

  C. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu metode batat, metode deskripsi dan metode studi pustaka. Adapun metode batat adalah metode yang dipergunakan untuk memperoleh data dengan jalan membaca keseluruhan teks atau literatur yang menjadi objek

  11 penelitian, lalu mencatat data yang dikumpulkan ke dalam kartu data yang telah disediakan, dan metode ini dipergunakan untuk memperoleh kutipan- kutipan atau hal-hal penting yang ada dalam novel Kimya Sang Putri Rumi yang berkaitan dengan konsepsi cinta Rabi'ah Al-Adawiyah.

  Metode deskripsi yaitu metode yang dipergunakan untuk mendeskripsikan data yang berguna dicatat dalam kartu data. Penelitian dengan metode deskripsi ini juga mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang dikaji secara empiris, dan bersifat deskriptif yaitu data terurai dalam bentuk kata-kata yang merupakan sistem tanda yang memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.

  Metode studi pustaka yaitu metode yang digunakan untuk mencari mengumpulkan data dan mengkaji secara mendalam buku-buku yang dijadikan sebagai bahan referensi.

DAFTAR PUSTAKA

  Aceh, Abue Bakar. 1991. Pengantar Ilmu Hakikat dan Marifat. Solo: CV. Ramad Hani

  Amin, Samsul Munir. 2008. Kisah Sejuta Hikmah Kaum Sufi. Jakarta : Sinar Grafika Offset. Endras, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa Mangunwijaya. J. B. 1988. Sastra Dan Religiusitas. Yogyakarta: Kanikus Maufroy, Muriel. 2005. Kimya Sang Putri Rumi. Bandung : PT. Mizan Pustaka Risti, Ratnawati, V. Dkk. 2002. Religiusitas Dalam Sastra Jawa Modern. Jakarta :

  Pusat Pendidikan Nasional

  

PROPOSAL

KIMYA SANG PUTRI RUMI DALAM PERSPEKTIF

RABI’AH AL-ADAWIYAH

  

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

dalam memperoleh derajat Sarjana S-1

Program Studi Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing : Dra. Siti Maisaroh, M.Pd

  

Oleh :

SITI AFIFATUN NADHIROH

NIM : 066.120

  

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

JOMBANG

2009

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul KIMYA

  SANG PUTRI RUMI DALAM PERPSPEKTIF RABI’AH AL-ADAWIYYAH.

  Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagoan persyaratan dalam memperoleh derajad sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan PGRI Jombang.

  Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Siti Maisaroh, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi dan teman-teman yang telah memberikan masukan atau saran sehingga penyusunan proposal ini dapat terselesaikan.

  Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proposal ini, oleh karena itu, sepenuhnya kritik dan saran dari semua pihak sangatlah diharapkan.

  Akhirnya mudah-mudahan proposal ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dalam bidang kesusastraan dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya khususnya bagi peneliti.

  Jombang, November 2009 Penulis Siti Afifatun N.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Permasalahan ............................................................................ 3 B.1. Batasan Masalah ............................................................. 3 B.2. Rumusan Masalah ........................................................... 3 C. Tujuan ...................................................................................... 3 C.1. Tujuan Umum ................................................................. 3 C.2. Tujuan Khusus ................................................................ 3 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 4 D.1. Manfaat Teoritis............................................................... 4 D.2. Manfaat Praktis ............................................................... 4 E. Definisi Operasional ................................................................. 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Religius dan Sastra ................................................................... 5 B. ..................................................... 6 C. Konsepsi Cinta Rabi’ah Al-Adawiyah ..................................... 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data dan Data Penelitian............................................. 11 B. Cara Kerja Penelitian ............................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA