Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Konstruksi Realitas Simbolik Pemberitaan Aborsi Di Republika Online

KONSTRUKSI REALITAS SIMBOLIK PEMBERITAAN ABORSI DI

  REPUBLIKA ONLINE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) i Oleh:

IRADATUL AINI NIM 106051101926 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

  

ABSTRAK

Iradatul Aini Konstruksi Realitas Simbolik Pemberitaan Aborsi di Republika Online

  Media merupakan subjek yang mengkonstruksi realitas. Ada objek yang ditonjolkan dan ditutupi. Peristiwa-peristiwa yang rumit dan kompleks disederhanakan supaya mampu membentuk pengertian dan gagasan tertentu. Hal tersebut juga berlaku bagi media online seperti Republika Online. Berita yang disampaikan terkait dengan kontruksi atas suatu realitas yang dipahamnya. Ia berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik dan juga menghadirkan citra atas representasi dari pemberitaan yang diterbitkan.

  Muncul pertanyaan: Bagaimana kontruksi makna pemberitaan “Aborsi” di

  

Republika Online? Apa motif pemberitaan “Aborsi” yang diberitakan oleh Republika

Online?

  Konstruksi makna seluruh isi media tidak lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna. Pekerja media adalah mengkontruksikan realitas. Berbagai peristiwa tersebut diinternalisasi dengan cara dilihat dan diobservasi wartawan. Terjadilah proses dialektika antara apa yang ada dalam pikiran wartawan dengan apa yang dilihatnya. Akhirnya, terjadilah teks berita.

  Teori yang barangkali tepat untuk dijadikan sebagai ”pisau analisis” adalah Metode Analisis Wacana (Discourse Analysis) model Teun A Van Dijk. Data-data dalam penelitian ini disesuaikan dengan model yang digunakan Van Dijk, yaitu meneliti dari analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

  Peneliti menggunakan pendekatan media kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut

  Secara struktur makro, tema berita Republika Online dikemas dengan tema penolakan terhadap praktek aborsi. Secara superstruktur Republika Online menulis berita dengan skema menampilkan pendapat dan pandangan orang yang menolak aborsi dan yang memperbolehkan aborsi dengan alasan-alasannya yang disampaikan oleh tokoh-tokoh penting yang sudah teruji keilmuannya. Secara struktur mikro, Republika menampilkan gaya bahasa dalam setiap berita.

  Kognisi sosial wartawan yang menulis ini sebagai muslim tidak terlepas dari bias keberpihakan terhadap Islam. Konteks sosial berita ini Republika Online ingin memberitahukan masalah ini kepada masyarakat muslim bahwa ada berbagai macam pandangan yang berbeda tentang hukum aborsi dalam Islam yassng dikemas oleh

  Republika Online .

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahi robbila’lamin, puji syukur yang tiada terkira kepada pemilik jiwa raga ini, penguasa jagat raya Allah SWT yang Mahapengasih. Berkat limpahan kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul “Konstruksi Realitas Simbolik Pemberitaan Aborsi di Republika

  

Online” salawat serta salam semoga selalu disampaikan untuk teladan kita Nabi

Muhamad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya di bumi.

  Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa membuka hati untuk membimbing, mengarahkan, membantu, memotivasi, menghibur, dan memberikan semangat yang tak pernah putus. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibuku tercinta, Sittiya. Hembus nafas, aliran darah, dan detak jantungku, 2.

  Qamaruddin SF, terima kasih mendalamku untukmu.

  3. Bapak Dr. Jamhari, MA. pembimbing yang sangat brilian. Pertemuan yang singkat dengan beliau tak pernah menjadi hambatan dalam mengerjakan skripsi, karena arahan beliau sangat jelas dan cerdas.

  4. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat.

  5. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, MA.

  6. Ketua Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Dra. Rubiyanah, MA.

  7. Sekretaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Rulli Nasrullah, M.Si 8.

  Penasehat Akademik, Gun Gun Heriyanto, M.Si. yang langsung menandatangani Proposal Penelitian.

  9. Bunda tersayangku, Bunda Musdah Mulia, guru, pembimbing, orang tua yang sangat saya banggakan dan hormati. Terima kasih bunda Mulia, semangatmu selalu mengalir dalam sanubariku. Apa yang Bunda tanamkan padaku semoga terus terkembangkan.

  10. Dosen yang sangat saya hormati dan kesayangan; Tantan Hermansyah.

  Terima kasih tak terhingga untuk Bapak yang telah memberikan support dan arahan tentang skripsi dan mengajari bagaimana memaknai hidup.

  Saya selalu semangat untuk bangun pagi dan siap menjalani hidup yang lebih baik.

  11. Mas Irfan, Pemred Republika Online yang sangat saya hormati, terima kasih mas atas bantuannya selama ini. Semoga kebaikan Mas Irfan selalu berkah.

  12. Teman-teman terkasih dan tercinta; Mujahidah dan Mujahid Club: Milastri sejiwa dalam melakukan sesuatu. Kita bertekad untuk selalu menjadi perempuan-perempuan mandiri dalam hidup ini dan dalam kondisi apa pun. Lini Zurlia: adik lucu yang selalu semangat untuk terus melangkah bersama. Kehadirannya menyenangkan dan keabsenannya mengangenkan. Ulum Zulvaton: sosok baik dan pribadi yang bersahaja. Terima kasih banyak Mas atas kebaikannya dan semoga selalu berkah buat kita semua.

  Ismail Fahmi; meski baru kenal dan ketemu sekali tapi kesannya mengagumkan. Baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. .

  13. Temen-temen jurnalistik 06 Ahmad Zakaria, Achmad Yani, Agung Satya Purnama, Amin Chanafi (Danang), Dwi Hardiyanto, Dyambi Yuni, Dede

  Rosadi, Dede Nugraha, Ekawati (Budor), Mimi Fahmiyah, Novita Zuhriyah, Yiqi Arstania, Lisa Mayaselli, Tia Agnes Astuti, Topan Effendi, Bagus Santosa ‘Wage’, Muhamad Iqbal Ichsan ‘Jose’, Zainudin, Dirga Maulana, Rahmadita Aryani, Maysyarah, Rizki Akmalsyah ‘Abi’, putri, M.

  Lutfi Rahman ‘Meler’, Dzkri Nurlaili (Eki), Edi Mahmud (Bang Ed), Nurharisni Hayati, Ratri Devi Arimbi, Saugi Riyandi, Rahmat Subekti, Sri Dewi Rahmadiyanti, De Sayang Ina Salmah Febriyani (yang memanngilku mbakyu), nyai chaca, aida, rere, nina.

14. Uus si mungil kecil yang belakangan ini menemani tidurku. Terima kasih yang uzy kecil.

  

DAFTAR ISI

  ABSTRAK ............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI.......................................................................................................... v

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Pembatasan dan perumusan masalah ............................................ 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 5 D. Metodologi Penelitian .................................................................... 6 E. Sistematika Penulisan ................................................................... 11 BAB II KAJIAN KONSEPTUAL A. Konstruksi Realitas ........................................................................ 13 B. Konstruksi Media Terhadap Realitas............................................. 15 C. Konstruksi Realitas Simbolik......................................................... 23 BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Republika Online ................................................. 26 B. Visi dan Misi Republika Online..................................................... 27 C. Karakteristik Republika Online...................................................... 27 D. Mengenal Aborsi ………………………………………………… 28 E. Permasalah Aborsi ......................................................................... 29 F. Aborsi dalam Hukum Islam .......................................................... 30 G. Aborsi dalam Undang-undang Indonesia ...................................... 32 H. Kondisi Aborsi di Indonesia …………………………………….. 36

  BAB IV (TEMUAN ANALISA DATA LAPANGAN) A. Analisis Teks Pemberitaan Republika Online Tentang Aborsi dari

  bulan Mei sampai Oktober ............................................................ 38 B. Analisis Pemberitaan Aborsi Di Republika Online Dilihat Dari Kogni Sosial ..............................................................................................

  44 C. Analisis Pemberitaan Tentang Aborsi di Republika Online

  Dilihat Dari Konteks Sosial ........................................................... 58

  BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN............................................................................. 60 B. SARAN.......................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media adalah subjek yang mengkonstruksi realitas. Ada objek yang

  ditonjolkan dan ditutupi. Peristiwa-peristiwa yang rumit dan kompleks disederhanakan supaya mampu membentuk pengertian dan gagasan tertentu. Selain itu, media tidak hanya menyampaikan suatu berita, tetapi juga penilaian dan gambaran umum tentang banyak hal. Ia berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik dan juga menghadirkan citra atas representasi dari pemberitaan yang diterbitkan.

  Berita pada hakikatnya adalah rekontruksi tertulis atas suatu realitas yang ada dalam masyarakat. Ia tidak mungkin sama dan sebangun dengan apa yang direkontruksi tentang realitas. Meski tugas media adalah menyampaikan kebenaran, namun ternyata hal itu tidaklah mudah. Karena ada berbagai kepentingan yang “berbicara” antara yang memiliki kepentingan dengan masyarakat umum sebagai

   konsumen berita.

  Oleh karena itu, menurut Althusser dan Gramsci, media massa tidaklah bebas dan independen, tetapi memiliki keterikatan dengan realitas sosial. Jelasnya ada

  

  beberapa kepentingan yang bermain dalam media massa. Namun yang terpenting

1 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

  Semiotik, dan Analisis Framing , Penerbit Remaja Rosdakarya Bandung, 2006, cet. Ke-4, hlm. 30 2 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotic, dan Analisis Framing, Penerbit Remaja Rosdakarya Bandung, 2006, cet. Ke-4, hlm 30 adalah kita harus mampu membedakan antara kuasa atas teks dengan kuasa atas

   struktur, di mana teks dikontruksi, dipresentasikan, dan dimaknai.

  Lebih lanjut, Smith dan Muis, mengungkapkan salah satu fungsi media massa yang amat penting adalah memelihara identifikasi anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan. Para reporter dan editor berkuasa penuh atas pemilihan kata yang hendak dipakainya. Ia dapat dan juga harus memilih kata di

   antara kata-kata yang hampir mirip namun berbeda rasanya.

  Oleh karena itu, wartawan dan media adalah entitas yang otonom. Dan berita yang dihasilkan haruslah menggambarkan realitas yang terjadi di lapangan.

  Sementara posisi wartawan dan media harus menghormati struktur sosial dan kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.

  Dengan demikian, seluruh isi media tidak lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna. Pekerja media dalam mengkontrusikan berbagai realitas yang dipilihnya, di antaranya adalah realitas sosial. Misalnya, pemberitaan media, khususnya Republika Online yang memberitakan tentang aborsi (menggugurkan janin). Dalam salah satu beritanya yang berjudul “Aborsi Jangan Dilihat Dari Segi Moral” satu sisi terkesan moderat terhadap pelaku aborsi. Namun di sisi lain, Republika Online juga memberitakan tentangSemua Agama Tolak Aborsi”.

  3 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Penerbit LKiS, Yogyakarta, 2001, cet. Ke-1, hlm ix. 4 Alex Sobur, Analisis teks media , suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis Bandung, Penerbit Remaja Rosdakarya, 2006, cet. Ke-4, hlm 34. semiotic, dan analisis framing,

  Republika Online yang dilahirkan oleh kalangan kom bagi

   yang juga bagian dari Koran Republika bertujuan sebagai upaya untuk mewakili aspirasi umat Islam di Indonesia dan bersifat idealis, yaitu mengedepankan politis-ideologis. Seperti yang dikemukanan oleh David T. Hill, Republika dibangun oleh ICMI, yang mengendentifikasikan “musuh bersama” yaitu kelompok minoritas yang menguasai konglomerasi media yang dengan sengaja

  

  menutupi kegiatan-kegiatan Islam secara profesional. Selain itu, salah satu program

  ICMI yang disebarkan ke seluruh Indonesia, antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program peningkatan 5K, yaitu: kualias iman, kualitas kerja, kualitas berkarya, dan kualitas berpikir.

  Oleh karena itu, ketika Republika Online mulai memberitakan tentang

  

“Aborsi” perlu dipertanyakan sejauh mana kontruksi media tersebut dalam

  memaknai dan mendefinisikan aborsi. Disadari atau tidak, langsung atau tidak keagamaan. Ideologi keagamaannya tersebut memengaruhi setiap berita yang disajikan. Dari sudut pandang Islam, aborsi hukumnya haram, bahwa tindakan

  

imlash (aborsi) tersebut jelas termasuk kategori dosa besar karena dipandang sebagai

tindak kriminal.

  Persoalannya adalah media tidak bisa bersikap netral. Misalnya atribut- atribut tertentu dari media dapat mengondisikan pesan-pesan yang dikomunikasikan.

  Sebagaimana dikatakan oleh Marshall McLuhan, “the medium is the massage,” medium itu sendiri merupakan pesan. “Apa-apa yang dikatakan” ditentukan secara mendalam oleh medianya. 5 David T. Hill, The Press in Order Indonesia, Jakarta, PT Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal

  126, ed-2

  Di dalam suatu pemberitaan, pembaca kerap berharap agar media bertindak netral dan seimbang ketika memberitakan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu konflik. Keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran yang akan muncul di benak khalayak. Bahasa yang dipakai media ternyata mampu mememgaruhi cara melakukan, tata bahasa, susunan kalimat, perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan akhirnya mengubah atau mengembangkan percakapan bahasa, serta makna.

  Oleh karena itu, skripsi ini berjudul “Konstruksi Realitas Simbolik Pemberitaan “Aborsi” di Republika Online.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

  Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah Agar tidak terlalu luas pengolahan datanya, maka penelitian ini dibatasi hanya pada pemberitaan tentang “Aborsi” di Republika Online sejak Mei sampai Oktober 2009. Alasan peneliti memilih mulai Mei sampai Oktober, karena sejak Mei sampai Oktober pemberitaan Republika Online tentang aborsi beragam. Sehingga peneliti berpandangan hal itu bisa mewakili bagaimana kontruksi Republika

  Online dalam memberitakan aborsi.

Tabel 1.1 Pemberitaan Aborsi

  Edisi Judul

  Selasa, 12 Mei 2009

  • Al-Azhar: “Korban Pemerkosaan boleh

  Aborsi” Selasa, 30 Juni 2009 -

  MUI Prihatin Banyaknya Kasus Aborsi

  • Ormas Islam Wanita Prihatinkan Angka Aborsi Rabu, 14 Oktober 2009
  • Semua Agama Tolak Aborsi Rabu, 21 Oktober 2009 - Aborsi Jangan Hanya Dilihat dari Segi Moral Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

  a) Bagaimana kontruksi makna pemberitaan “Aborsi” di Republika Online?

  b) Apa motif pemberitaan “Aborsi” yang diberitakan oleh Republika Online? C.

   Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

  Tujuan Penelitian

  a) Untuk mengetahui kontruksi makna pemberitaan “Aborsi” di Republika Online.

b) Untuk mengetahui motif pemberitaan “Aborsi”di Republika Online.

2. Manfaat Penelitian 2.1.

  Manfaat Teoretis 2.2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada kajian Ilmu Komunikasi terlebih pada disiplin Ilmu Jurnalistik tentang mengkontruksi makna berita.

2.3. Manfaat Praktis

  Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:

  a) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi komunikasi, terlebih mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN)

  Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik agar lebih mengetahui bagaimana kontruksi makna “Aborsi” di Republika

  Online .

  b) Agar para mahasiswa memahami kontruksi makna “Aborsi” di Republika Online .

D. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan Penelitian Dalam memaparkan hasil penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan media kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

   Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman bersifat

  umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.

7 Deskriptif merupakan suatu teknik penelitian yang objektif sistematik dengan

  menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan instrument wawancara 6 Lexi J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung, PT. Remaja Rosda Karya,

  2000, h.3 cet ke-13 7 Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Public Realation dan Komunikasi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 215.

  

  mendalam (in depth interview) dan pengamatan (observasi). Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis wacana.

  Penelitian mengenai pemberitaan analisis wacana menekankan pada how the

  

ideological significance of news is part dan parcel of the methods used to process

news (bagaimana signifikansi ideologis berita merupakan bagian dan menjadi paket

metode yang digunakan untuk memproses media).

  Dalam analisis wacana ini terdapat beberapa model. Yakni model kelompok pengajar di Univesitas East Anglia (Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress dan Tony Trew), Model The Van Leeuwen, Model Sara Mills, Model Ten Van Dijk, dan Model Norman Fairlough.

  Sedangkan model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Teun Van Dijk yang menekankan bahwa wacana dapat berfungsi sebagai suatu pernyataan (assertion), pertanyaan (question) tuduhan (accusation), dan ancaman (threat).

  

  mempersuasi orang lain untuk melakukan diskriminasi. Sebab model ini tidak terbatas pada analisis teks semata, melainkan juga meliputi struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau

   pikiran serta kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.

  Misalnya, analisis wacana aborsi yang disampaikan dalam berita, baik dari metode 8 Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004), h. 2. 9 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis , Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 48, cet. Ke-4

  Semiotik, dan Analisis Framing 10 Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Realation dan Komunikasi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 71. 11 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Penerbit LKiS, Yogyakarta, 2001, hal 224, cet. Ke-1

  penulisannya, kesesuaian isi yang disajikan dengan informasi yang ingin disampaikan, dengan menggunakan metode analisis wacana model Teun A. Van Dijk.

  Dalam model Teun A Van Dijk, elemen analisis wacana dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Pada tingkatan ini makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks dengan menganalisis tema atau topik yang dikedepankan dalam suatu berita (tematik).

  Kedua, superstruktur. Yaitu, kerangka suatu teks yang terdiri dari bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan dengan menganalisis bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh.

  Ketiga, struktur mikro. Yaitu makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipahami oleh suatu teks dengan menganalisis makna yang ingin ditekankan dalam teks berita dengan memberi detail (semantic), menganalisis kalimat yang dipilih (sintaksis), menganalisis pilihan kata yang dipakai dalam teks berita (stilistik), menganalisis cara penekanan yang

  

diguanakan dalam struktur bahasa (retoris) .

  2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini ialah Republika Online, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini ialah berita tentang “Aborsi” sejak Mei sampai Oktober

  2009.

  3. Tahapan Penelitian Data a. 12 Teknik Pengumpulan Data

  Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Penerbit LKiS, Yogyakarta, 2001, hal 229, cet. Ke-1 Untuk memperoleh data-data yang diperlukan maka peneliti menggunakan jenis penelitian discourses analysis (analisis wacana) yang merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis media.

  Melalui analisis wacana ini penulis tidak hanya ingin mengetahui isi teks tetapi juga bagaimana sebuah pesan disampaikan melalui kata, frase, kalimat, atau metafora macam apa yang disampaikan. Unsur penting dalam analisis wacana adalah kepaduan (coherence) dan kesatuan (unity) serta penafsiran peneliti.

  Dalam hal ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan di antaranya sebagai berikut: a.

  Dokumentasi Adapun pengumpulan data melalui dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-data atau teori-teori dari buku, majalah, internet, profil lembaga, informasi b.

  Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, dengan mengajukan pertanyaan-

  

  pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu . Dengan begitu, penulis bertujuan mewawancarai kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini, yaitu kepada Irfan Junaidi Pimpinan Redaksi Republika Online dan penulis berita tersebut.

  c.

  Sumber Data 13 Adapun sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori yaitu

  Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis dan Riset Komunikasi, disertai contoh praktis riset

media, public relation, advertising komunikasi organisasi, komunikasi pemasaran , Jakarta, kencana, 2007, hal. 95. data primer dan data sekunder.

  Data primer merupakan sasaran utama dalam penelitian ini, sedangkan data sekunder digunakan untuk diaplikasikan guna mempertajam analisis data primer, yaitu sebagai pendukung dan penguat data dalam penelitian.

  Data primer (Primary Source) dalam penelitian ini diperoleh melalui kata- kata dan gambar. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buku-buku teori mengenai pokok bahasa penelitian, artikel-artikel berita di Republika Online.

  Data sekunder adalah data tambahan yang berasal dari dokumen tertulis.

  d.

  Teknik Pengolahan Data Langkah selanjutnya ialah mengolah hasil temuan atau data, melalui meninjau kembali berkas-berkas yang telah terkumpul. Data tersebut diperoleh yaitu dari observasi, wawancara, serta dokumentasi; seperti arsip-arsip dari Republikan temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis.

  e.

  Teknik Analisis Data Jenis penelitian ini ialah analisis wacana kualitatif , di mana hasil temuan akan dipetakan dan kemudian ditinjau kembali untuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan penelusuran pustaka.

E. Sistematika Penulisan

  Secara sistematis, penulisan skripsi ini dibagi menjadi menjadi lima bab, Setiap bab terdiri atas sub-sub bab yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya.

  Untuk lebih jelasnya, penulis uraikan sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN: Bab ini mengulas latar belakang masalah,

  batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta metodologi penelitian yang akan diuraikan poin per poin.

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Bab ini menjelaskan Konstruksi Realitas, Konstruksi Media terhadap Realitas. BAB III GAMBARAN UMUM: Dalam bab tiga penelitian ini akan

  mengurai Sejarah dan perkembangan Republika Online, visi dan misi, serta konsep- konsep umum pada Republika Online yang ditemukan peneliti dalam sumber- sumber pendukung dan Mengenal Aborsi, Permasalahan Aborsi, Aborsi dalam Hukum Islam, Aborsi dalam UU Indonesia, Kondisi Aborsi di Indonesia.

  BAB IV HASIL PENELITIAN: Bab empat dalam laporan penelitian ini berisi penjelasan hasil penelitian yang diperoleh peneliti dalam penelitiannya. BAB V PENUTUP: Bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis mengenai hal-hal yang telah dibahas dalam skripsi ini.

BAB II KERANGKA TEORETIS A. Teori Konstruksi Realitas a. Konstruksi Realitas Menurut pengertian istilah, konstruksi adalah upaya penyusunan beberapa peristiwa, keadaan, atau benda secara sistematis menjadi sesuatu yang bermakna. Realitas adalah peristiwa, keadaan, benda. Jadi, konstruksi realitas adalah

  pengaturan kata-kata membentuk frase, klausa, atau kalimat yang bermakna untuk menjelaskan atau menggambarkan suatu kualitas atau keadaan aktual, benar, atau

   nyata.

  Selama ini, banyak orang menganggap realitas itu sebagai kebenaran objektif, apa adanya, dan fakta riil yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang bersifat universal. Itulah pandangan yang dominan yang disebut paradigma positivis. satu sama lain. Ketika masyarakat melakukan dialog, tatap muka, dan bersentuhan secara berkesinambungan, tanpa disadari mereka telah menciptakan konstruksi realitas. Dalam kata-kata terkenal James W Carey, realitas bukanlah sesuatu yang

  

  terberi, seakan-akan ada, realitas sebaliknya diproduksi. Dengan kata lain, fakta berupa realitas itu bukanlah sesuatu yang terberi, melainkan ada dalam benak kita yang melihat fakta tersebut. Fakta merupakan hasil konstruksi atas realitas.

  Oleh karena itu, realitas bersifat ganda. Setiap orang bisa memiliki konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Tergantung pengalaman, 14 15 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Media: 2004

  13 James W Carey, Communication as Culture , dalam Eriyanto, Analisis Framing, Yogyakarta, LKIs: 2008, hal. 20 preferensi, pendidikan, dan lingkungan. Selain bersifat ganda, kebenaran suatu

   realitas juga relatif dan dinamis, berlaku sesuai konteks tertentu.

  Dalam pandangan Teun A. Van Dijk, setiap orang mempunyai kognisi sosial atau cara memandang atau melihat suatu realitas sosial tertentu. Kontruksi realitas sangat ditentukan oleh kognisi sosial tersebut. Kognisi sosial ini didasarkan pada anggapan umum yang tertanam dan yang akan digunakan untuk memandang peristiwa. Karena itu, menurutnya, diperlukan analisis kognisi dalam menelaah suatu konstruksi realitas. Analisis kognisi menyediakan gambaran yang kompleks tidak hanya pada teks tetapi juga pada representasi dan strategi yang digunakan dalam memproduksi suatu teks.

  Pendekatan Van Dijk disebut sebagai kognisi sosial karena meskipun keyakinan, prasangka itu bersifat personal dalam diri seseorang tetapi ia diterima sebagai bagian dari anggota kelompok (socially shared). Semua persepsi dan representasi mental diri setiap manusia. Hal inilah yang disebut oleh Van Dijk sebagai model. Model menunjukkan pengetahuan, pandangan individu ketika melihat dan menilai suatu persoalan. Sebuah model adalah sesuatu yang subjektif dan unik, yang menampilkan pengetahuan dan pendapat ketika memandang

   persoalan.

b. Konstruksi Media terhadap Realitas

16 Pandangan tersebut kemudian dijadikan sebagai paradigma konstruktivis yang

  diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dengan istilah konstruksi realitas pada tahun 1966 melalui bukunya The Social Construction of Reality. 17 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Penerbit LKiS, Yogyakarta, 2001, hal 260-270, cet. Ke-1

  Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkandari komunikator ke penerima (khalayak). Namun, tanpa disadari, realitas yang disajikan media massa berbeda dari realitas yang sesungguhnya terjadi. Dengan teks berita yang dibaca, seseorang digiring untuk memahami realitas yang telah dibingkai oleh media massa.

  Pemahamannya terhadap realitas tergantung pada realitas pola media massa. Ia telah terperangkap oleh pola konstruksi media massa. Media massa ternyata tidak hanya menginformasikan sesuatu tetapi juga memaknakan sesuatu lewat berita-berita yang disuguhkan kepada khalayak (pembaca atau pendengar). Jadi, media bukan saja

   penyalur informasi tapi juga agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.

  Misalnya, Aborsi. Praktik aborsi yang dilakukan oleh perempuan hamil dimaknai berbeda-beda oleh beberapa kelompok atau kalangan. Kelompok tertentu mengonstruksi aborsi sebagai tindakan kejahatan, pembunuhan, atau sebagai tindak pidana. Tetapi, pada saat yang bersamaan, kelompok lain mengkonstruksi aborsi

  Kedua konstruksi yang berbeda tersebut dilengkapi dengan legitimasi tertentu, sumber kebenaran tertentu, bahwa yang mereka katakan dan mereka percayai itu adalah benar adanya, dan mempunyai dasar atau bukti yang kuat. Selain plural, realitas (sebagai produk konstruksi) juga bersifat dinamis. Aborsi (sebagai produk dari konstruksi sosial) selalu terjadi dalam dialektika sosial. Dalam level atau tingkat individu, dialektika berlangsung antara faktisitas objektif dan makna subjektif aborsi bagi perempuan. Dalam level atau tingkat sosial, pluralitas konstruksi terhadap aborsi mengalami proses dialektika juga. Sebagai produk dari

18 Dedy N. Hidayat, “Memantau Media, Memantau Arena Publik”, Pantau no. 6, 1999, hal.

  20 konstruksi sosial, realitas tersebut merupakan realitas subjektif dan realitas objektif sekaligus.

  Media massa adalah sarana penyampaian pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas, misalnya media elektronik (radio, televisi, dan film)

  

  ataupun media cetak (surat kabar, majalah, dsb.). Fungsi media massa dalam komunikasi politik dapat dikatakan sebagai transmitter (penyampai) pesan-pesan dari pihak di luar dirinya, sekaligus sebagai sender (pengirim) pesan politik yang

   dibuat (constructed) oleh para wartawannya ke audiens .

  Media massa dapat berperan dalam mengkonstruksi suatu peristiwa untuk membentuk realitas sosial. Pendekatan konstruksi sosial realitas telah menjadi gagasan penting dan popular dalam ilmu sosial. Menurut Keneth Gergen, konstruksi sosial memusatkan perhatiannya pada proses di mana individu menanggapi kejadian

   di sekitarnya berdasarkan pengalaman mereka.

  fotokopi dari realitas, ia harus dipandang sebagai hasil konstruksi dari realitas. Karena itu, peristiwa yang sama berpotensi dikonstruksi secara berbeda oleh beberapa media massa. Wartawan atau jurnalis bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa atau kejadian, yang terwujud dalam teks berita. Realitas bukan dioper begitu saja menjadi berita. Realitas adalah produk interaksi antara wartawan dan fakta.

  19 20 Harimurti kridalasana, Leksikon Komunikasi, Jakarta, Pradnya Paramita, 1984, hal. 60 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Jakarta, Granit, 2004, hal.

  1 21 Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka, 2005, cet-9, hal.

  83

  Dalam proses internalisasi, realitas diamati oleh wartawan, diserap dalam kesadarannya. Dalam proses eksternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memahami realitas. Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Dengan demikian, teks berita yang kita baca di surat kabar atau kita dengar di televisi atau radio adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut.

  Berbagai peristiwa tersebut diinternalisasi dengan cara dilihat dan diobservasi wartawan. Terjadilah proses dialektika antara apa yang ada dalam pikiran wartawan dengan apa yang dilihatnya. Akhirnya, terjadilah teks berita. Oleh karena itu, berita merupakan hasil dari interaksi antara kedua proses tersebut.

  Proses konstruksi realitas, pada prinsipnya adalah setiap upaya menceritakan (konseptualitas) sebuah peristiwa, keadaan atau benda tak terkecuali mengenai hal- hal yang berkaitan dengan aborsi adalah usaha mengkontruksi realitas. Dalam

  

  proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Bahasa merupakan persepsi terhadap suatu objek, yang kemudian hasil dari pemaknaannya melalui proses persepsi diinternalisasikan ke dalam suatu wacana. Objek kajian media massa dalam mengkontruksi realitas terdiri atas konstruksi realitas sosial.

  Berdasarkan gambaran itu, berita adalah jendela dunia. Melalui berita, kita mengetahui apa yang terjadi di Indonesia, di Malaysia, di Thailand, bahkan di Irak dan di Lebanon. Melalui berita, kita mengetahui apa saja yang dilakukan elit politik di Jakarta, di Kuala Lumpur, di Bangkok, bahkan di New York dan di Tokyo. Akan tetapi, apa yang kita lihat, apa yang kita ketahui, dan apa yang kita rasakan 22 Peter Berger L dan Thomas Luckman, The Sosial Construktion of Reality, A Treatise in

  

The Sosiology of Knowledge, New York, Anchor Books, 1967, hal. 34-46; dalam Ibnu Hamad,

Jakarta, Garnit, 2004, hal.12

  Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, mengenai dunia itu tergantung pada jendela yang kita pakai. Jendela itu berukuran besar atau kecil. Jendela yang besar akan membantu kita memandang dunia lebih

   luas; sebaliknya jendela yang kecil akan membatasi pandangan kita.

  Selain itu, apakah jendela itu berjeruji atau tidak. Apakah jendela itu bisa dibuka lebar atau hanya bisa dibuka setengah. Apakah lewat jendela itu kita bisa melihat secara bebas ke luar, ataukah hanya bisa mengintip di balik jeruji. Atau, apakah di depan jendela itu ada pohon yang menghalangi penglihatan kita atau tidak.

  Ternyata, posisi kita sangat tergantung pada jendela. Sedangkan Opini public yang dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh orang-orang yang berwenang dan

  

  mempunyai tujuan tertentu. Pembentukan opini public yang dalam media massa tidak pernah lepas dari pewacanaan yang digunakan oleh suatu media massa. Sistem media massa yang menjalankan operasi jurnalistik sehingga opini tersebut terbentuk secara tersirat dalam pewacanaan media sangat dipengaruhi oleh proses pembuatan

  Seringkali, media banyak mewawancarai satu orang, pakar yang itu-itu saja, dan dengan pandangan yang negatif terus-menerus. Padahal tugas media massa adalah mengumpulkan fakta, menulis berita, menyunting serta menyiarkan berita kepada khalayak pembaca. Media massa dikatakan unggul jika media massa tersebut

  

  telah mencakup pada bagian dari fungsi berikut :

  23 Tuchman, Gaye, Making News: A Study in the Construction of Reality, New York, The Free Press, 1978, hal 1. 24 Betty RFS. Soemirat dan Eddy Yehudo, Opini Publik, Universitas Terbuka, 2007, cet-5, hal. 3-31 25 Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, Jakarta, Andi , 2005, hal. 68

  1. Media berfungsi sebagai issue intensifier. Media memunculkan isu atau konflik dan mempertajam dengan possisi sebagai intensifier (media dalam memblow up realitas menjadi isu sehingga dimensi isu menjadi transparan) 2. Media sebagai conflict diminisher. Maksudnya media dapat menenggelamkan atau meniadakan suatu isu atau konflik, terutama bila menyangkut kepentingan media yang bersangkutan.

  3. Media berfungsi sebagai penmgarah conflict resolution. Yang mana media menjadi mediator dengan menampilkan isu dari berbagai persfektif dengan mengarahkan pihak yang bertikai pada penyelesaian konflik.

  4. Media massa berfungsi sebagai pembentuk opini public. Media merupakan bagian dari public oleh karena itu media massa berhak mengetahui kinerja pelayanan publik. Terkait dengan media massa, paradigma Van Dijk, cukup menarik untuk eksplisit, tetapi implicit. Kata, klausa, dan ekspresi tekstual lainnya boleh jadi mengisyaratkan konsep atau proposisi yang dapat diduga berdasarkan pengetahuan yang menjadi latar belakangnya. Ciri wacana dan komunikasi ini memiliki dimensi ideologis yang penting. Analisis atas apa yang tidak dikatakan terkadang lebih jelas daripada studi atas apa yang sebenarnya dikatakan dalam teks.

   Oleh karena itu, berita surat kabar merupakan suatu cara untuk menciptakan realitas yang diinginkan mengenai peristiwa atau kelompok orang yang dilaporkan.

  Setelah melewati seleksi dan reproduksi, berita surat kabar sebenarnya merupakan laporan yang artifiasial. 26 Deddy Mulyana, pengantar dalam buku Eriyanto, Analisis Framing, Penerbit LKiS,

  Yogyakarta, hal xii, 2001

  Sedangkan sarana komunikasi massanya, selama ini ada dua pandangan, yaitu pandangan positivisme dan pandangan konstruktivisme Bagaimana fungsi media massa, bagaimana isi dan sifat berita, bagaimana peristiwa disajikan, dan bagaimana tugas wartawan, dipahami secara berbeda oleh kedua pandangan tersebut.

  Pandangan konstruksivisme memahami tugas dan fungsi media massa berbeda dengan pandangan positivisme. Dalam pandangan positivisme, media massa dipahami sebagai alat penyaluran pesan. Ia sebagai sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator (wartawan, jurnalis) ke khalayak (pendengar, pembaca). Media massa benar-benar sebagai alat yang netral, mempunyai tugas utama penyalur pesan. Tidak ada maksud lain. Kalau media tersebut menyampaikan suatu peristiwa atau kejadian, memang itulah yang terjadi. Itulah realitas yang sebenarnya. Tidak ditambah dan tidak dikurangi.

  Media massa bukan hanya saluran pesan, tetapi ia juga subjek yang mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini, media massa

   dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.

  Sebagai aktor sosial, wartawan bukan pemulung yang mengambil fakta begitu saja. Karena dalam kenyataannya, tidak ada realitas yang bersifat eksternal dan objektif yang berada di luar diri wartawan. Sebaliknya, realitas itu dibentuk dan diproduksi melewati proses konstruksi yang dilakukan wartawan. Lewat pemahaman dan pemaknaan subjektif wartawanlah, realitas itu muncul. Seperti dikatakan Lichtenberg, realitas hasil konstruksi itu selalu terbentuk melalui konsep dan 27 Bennett, Tonny, Media, Reality, Signification. Dalam Michael Gurevitch, Tonny Bennett, dan James Wollacott, Culture, Society and the Media, London, Methuen, 1982, hal 287-288. kategori yang kita buat (dalam hal ini wartawan). Artinya, kalau seorang wartawan menulis berita, ia sebetulnya membuat dan membentuk dunia, membentuk realitas.

   Ia tidak mungkin mengambil jarak dengan objek yang akan diliput. Karena ketika

  ia meliput suatu peristiwa dan menuliskannya, ia secara sengaja atau tidak menggunakan dimensi persepsualnya. Ketika ia membuat berita, ia sebetulnya telah menjalin transaksi dan hubungan dengan objek yang diliputnya. Dengan demikian, berita pada dasarnya adalah produk dari transaksi antara wartawan dan fakta yang ia

  

  liput, antara wartawan dan sumber berita. Secara jelas Ericsson mengatakan : “News is product of transaction between journalists and their sources. The primary

source of reality for news is not what is displayed or what happens in the real world.

  

The reality of news is embedded in the nature and type of social and their sources,

and in the politics of knowledge that emerges on each specific newsbeat.”

  Konsekuensi logis dari agen konstruksi realitas adalah etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan merupakan bagian yang integral dan inheren dalam produksi berita. Walaupun pandangan positivisme menghendaki agar hal itu dihindari oleh wartawan, dalam kenyataannya tidaklah mungkin dihilangkan.

  Wartawan bukanlah robot yang bekerja seperti mesin elektronik. Wartawan mempunyai pengetahuan, pengalaman, motivasi, keinginan, dan hal-hal lain yang berbau subjektif, yang tidak mungkin bisa dilepaskan ketika berhadapan dengan fakta sosial. Bahkan, lebih radikal lagi, ia mempunyai preferensi dalam proses kerjanya.

  28 29 Hartley, John, Understanding News, London and New York, Routledge, 1990, hal 13 Tuchman, Gaye, Making News: A Study in the Construction of Reality, New York, The Free Press, 1978, hal 87.

  Ia bukan dengan cara: melihat, menyimpulkan, dan menulis; tetapi lebih sering terjadi: menyimpulkan, lalu melihat fakta apa yang ingin ikumpulkan di

  

  lapangan.Terkait dengan ini, mengatakan :

“For the most part we do not first see, and then define; we define first and then see.

  

In the great blooming, buzzing onfusion of the outer world we pick out what our

culture has already defined for us, and we tend to perceive that which we have

picked out in the form stereotyped for us by our culture”.

  Di situ jelaslah bahwa wartawan tidak bisa menghindarkan diri dari kemungkinan subjektivitas. Ia memilih fakta yang ingin ia pilih dan membuang fakta yang ingin ia buang. Melalui peranan dan isi media dapat melahirkan perspektif teoritik bahwa isi media dapat dianggap sebagai penggambaran suatu

  

  realitas sosial yang ada dan hgidup di masyarakat. Media mewakili realitas sosial yang terkait dengan berbagai macam kepentingan. Keterkaitan media ini berhubungan dengan kepentingan yang berada di dalam maupun di luar media massa itu sendiri. Kepentingan eksternal meliputi pemilik atau pengelola media yang berhubungan dengan pencarian keuntungan. Sedangkan kepentingan internal meliputin kepentingan masyarakat. Sehingga hal ini membuat media harus bergerak dinamis di antara kepentingan-kepentingan tersebut sebagai saluran dalam mengkonstruksi realitas.

  30 Lippman, Walter, Stereotype, Public Opinion, and the Press, 1992. Dalam Elliot D. Cohen Philosophical Issues in Journalism, New York, Oxford University Press, hal 162. 31 Harsono Suwardi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, suatu studi komunikasi , Jakarta, pustaka sinar harapan, 1993, hal. 65

  Politik terhadap liputan berita kampanye pemilu 1987

c. Konstruksi Realitas Simbolik

  Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti yang dikatakan oleh Susanne

   K. Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia

  adalah satu-satunya hewan yang menggunakan lambang. Dan itulah yang membedakan manusia dengan yang lainnya.

  Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat pula direpresentasikan oleh ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu tanda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai dengan kemiripan.

  Sebagai satu-satu makhluk yang menggunakan lambang, manusia sering lebih mementingkan lambang daripada hakikat yang dilambangkannya. Menurut S.I.

33 Hayakawa , hewan memperebutkan makanan dan kepemimpinan, namun mereka—

  tidak seperti manusia—tidak memperebutkan lambang-lambang uang, saham, gelar, menggadaikan “harga diri” mereka pada lambang-lambang tertentu seperti model rambut, model pakaian dan merk-merk tertentu.

  Akan tetapi, makna yang diberikan kepada suatu lambang boleh jadi berubah dalam perjalanan waktu, meskipun perubahan makna itu berjalan lambat. Panggilan bung yang pada zaman revolusi lazim digunakan dan berkonotasi positif karena menunjukkan kesederajatan kini tidak popular lagi, dan membuat orang yang dipanggil adalah orang yang merasa statusnya lebih tinggi daripada yang memanggil. Kata heboh belakangan ini digunakan kawula muda tampaknya 32 S.I Hayakawa . “Symbols.” Dalam Wayne Austin Shrope. Experiences in communication.

  New York: Harcourt Brace Jovanovich, 1974, hlm 144. 33 Kompas 25 Maret, 1999 diunduh pada tanggal 12 April 2010

  mengalami pergeseran makna, bukan saja berarti gaduh, ribut atau gempar, namun juga hebat atau keren.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: ANALISIS PERUBAHAN PARAMETER IKLIM DAN MOSQUITO-BORNE DISEASE DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2009-2016

0 1 193

IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS DALAM KASUS KEPUASAN KONSUMEN USAHA LAUNDRY Restu Khaliq UIN Antasari Banjarmasin Abstract - IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS DALAM KASUS KEPUASAN KONSUMEN USAHA LAUNDRY

0 0 18

SIARAN DENGAN CONTENT POSITIF DAN EDUKATIF Surianor UIN Antasari Banjarmasin Abstract - SIARAN DENGAN CONTENT POSITIF DAN EDUKATIF

0 0 19

FILOSOFIS KOMUNIKASI QAULAN SYAKILA Fahriansyah UIN Antasari Banjarmasin Abstract - FILOSOFIS KOMUNIKASI QAULAN SYAKILA | Fahriansyah | Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah

0 2 12

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Terapi megatasi ketakutan dalam menghadapi kematian menurut Ibnu Maskawaih

0 0 79

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Pelayanan konseling pada rehabilitasi pasien napza di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur Jakarta Timur

0 2 100

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Evaluasi daya mengembang dan profil disolusi famotidin dari matriks kompleks polielektrolit Kitosan dan Gom Xanthan

0 0 12

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra Dalam Menciptakan Keluarga Sakinah

0 0 83

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Iklan Sebagai Media Dakwah Islam (Analisis Semiotik pada Iklan Kosmetika Wardah dalam Majalah Noor)

0 0 73

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Dakwah Melalui Media Radio (Analisis Program Cahaya Pagi Di Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta (Rasfm)

0 0 86