Communio sebagai Dasar Ekumenisme Indonesia

Surya Awangga B., Thomas.
Program Magister Teologi
Universitas Sanata Dharma

Communio sebagai Dasar Ekumenisme
Menurut Walter Kasper

The Church as communio is a message
and a promise for the man and the world of today.
Through the last council we have been charged
to hear this message and to respond to this promise.
(Walter Kasper)

1. Riwayat Hidup
Kardinal Walter Kasper dilahirkan di Heidenheim-Brenz, Jerman pada 5 Maret 1933. Ia ditahbiskan
sebagai imam Keuskupan Rottenburg-Stuttgart pada 6 April 1957. Selama dua tahun ia menjadi pastor
di Paroki Stuttgart. Kasper melanjutkan studi dan memperoleh gelar Doktor Teologi dari Universitas
Tübingen. Ia mengajar teologi dogmatik (1964–1970) dan kemudian menjadi dekan fakultas teologi di
Münster (1969) dan Tübingen (1970). Dari tahun 1958 hingga 1961 ia menjadi asisten Leo Scheffczyk
dan Hans Küng. Pada 17 April 1989 Kasper diangkat menjadi Uskup Rottenburg-Stuttgart.
Keuskupannya merupakan keuskupan terbesar keempat di Jerman.

Kiprah Kasper di bidang ekumenisme dimulai dari perutusannya sebagai teolog atau akademisi di
sejumlah perguruan tinggi di Jerman dan Amerika Serikat. Sepanjang hidupnya, ia menulis beberapa
buku, di antaranya Jesus the Christ, Sacrament of Unity: The Eucharist and the Church, That They
Ecumenical Dialogue, A Handbook of Spiritual Ecumenism, Sacrament of Unity: The Eucharist and
the Church, Mercy: The Essence of the Gospel and the Key to Christian Life dan The Gospel of the
Family, dan sebagainya. Karyanya tersebut meliputi bidang dogmatik, pastoral, moral, dan
ekumenisme. Beberapa tulisannya tersebar di jurnal-jurnal teologi seperti Theology Digest, Communio,
dan Concilium. Communio didirikan oleh 1972 Walter Kasper bersama dengan teolog terkemuka

Hlm 1

May All Be One: The Call to Unity Today, Harvesting the Fruits: Basic Aspects of Christian Faith in

seperti Joseph Ratzinger (kemudian Paus Benediktus XVI), Hans Urs von Balthasar, Henri de Lubac,
Marc Ouellet, Louis Bouyer dan lain-lain. Kasper menguasai bahasa Jerman, Inggris, dan Italia.
Kasper merupakan anggota Komisi Teologi Internasional, suatu lembaga penasihat Kongregasi bagi
Ajaran Iman (Congregatio pro Doctrina Fidei). Ia berkali-kali menjadi utusan resmi Vatikan bagi
visitasi tahunan kepada Patriakh Ekumenis di Konstantinopel. Ia pernah memberi kuliah dan konferensi
ekumenisme di berbagai negara.
Atas pandangannya yang terbuka dan bersifat merangkul daripada merintangi, Kasper dianggap sangat

sesuai dengan corak kepemimpinan Paus Fransiskus. Mingguan Amerika National Catholic Reporter
pada Juni 2014 menyebut Kasper sebagai teolognya Paus Fransiskus. Mereka berdua sama-sama
dikukuhkan menjadi kardinal pada tahun 2001 oleh Paus Yohanes Paulus II.

2. Karya Ekumenis
Karena keunggulannya untuk memajukan hubungan ekumenis dengan umat Kristen, pada tahun 1979
Kasper terpilih sebagai salah satu teolog Katolik di World Council of Churches' Faith and Order
Commission. Komisi ini merupakan forum teologi paling komprehensif yang memuat aneka
denominasi sedunia. Pada 1994 ia dipilih menjadi wakil ketua Komisi Internasional untuk Dialog
Lutheran dan Katolik. Empat tahun berikutnya, ia ditunjuk sebagai sekretaris Dewan Kepausan untuk
Memajukan Persatuan Kristiani (Pontificium Consilium ad Unitatem Christianorum Fovendam). Paus
Yohanes Paulus II mengangkat Monseigneur Kasper menjadi Kardinal pada 21 Februari 2001. Sejak 3
Maret 2001, Kasper ditunjuk Paus Yohanes Paulus II menjadi kepala/presiden Dewan Kepausan untuk
Memajukan Persatuan Kristiani menggantikan Kardinal Edward Idris Cassidy. Menginjak usia lanjut,
mulai 1 Juli 2010 Kasper pensiun dari jabatannya tersebut dan hanya bertindak sebagai presiden
emeritus. Sebelas tahun ia berkarya di Dewan Kepausan untuk Memajukan Persatuan Kristiani.
Dewan Kepausan untuk Memajukan Persatuan Kristiani memiliki fungsi utama membimbing dan
melayani kegiatan ekumenis Gereja Katolik dan juga bertanggung jawab untuk menegakkan hubungan
Federation, Anglican Communion, World Methodist Council, World Alliance of Reformed Churches,
Disciples of Christ, Evangelis, Gereja Ortodoks, Baptist World Alliance, Pentekostal, serta aneka

organisasi Yahudi, termasuk International Jewish Committee for Interreligious Consultation (IJCIC).

Hlm 1

Katolik - Yahudi. Ekumenisme dibangun kuat dengan beberapa gereja lain seperti Lutheran World

Dalam gerakan ekumenisme saat ini, Kasper merupakan tokoh kunci dan referensi pokok dari pihak
Katolik di ranah praksis maupun teologis.

3. Communio sebagai Dasar Ekumenisme
Bagi Kasper, tujuan utama gerakan ekumenis adalah membentuk kesatuan Gereja yang kelihatan.
Paham kesatuan berarti iman akan Tuhan yang sama dan di dalam Tuhan dan Penebus Yesus Kristus
yang sama berhubungan dengan pengakuan akan satu Gereja. Gereja di sini dipahami bukan sebagai
realitas sosial manusiawi, melainkan Tubuh Kristus.
Dalam Harvesting the Fruit, diperlihatkan bahwa communio/ koinonia semakin mengemuka sebagai
konsep dasar untuk menggambarkan Gereja. Gereja dihubungkan dengan sumber dari communio
sendiri yakni Trinitas Bapa, Putra, dan Roh Kudus (LG 4 dan UR 2). 1 Umat beriman membutuhkan
kesatuan di antara murid Kristus, sehingga dunia percaya (Yoh 17:21). Kasper mengacu Kej 2:18
bahwa sejak awal manusia membutuhkan persekutuan dengan yang lain. Demikian juga tema penting
Konsili Vatikan II adalah communio. Dengan pemahaman komunio-eklesiologis yang lebih luas ini,

Gereja Katolik menjadi semakin lebih terbuka terhadap persekutan dengan gereja lain.2

a. Communio: Kata Kunci Teologi Ekumenis Katolik
Communio adalah terjemahan Latin dari kata Yunani “koinōnía (κοινωνία)” yang tidak berarti
komunitas melainkan partisipasi (participatio). Kata kerja koinoneo berarti berbagi, berpartisipasi,
memiliki secara bersama. Dengan pendekatan bahasa Latin. Communio berasal dari kata kerja Latin
com-munire yang berarti arti awalnya menunjuk kepada kepentingan bersama atau milik bersama.
Gereja abad pertama memakai kata itu untuk menunjuk persekutuan gereja. Di sana seorang dapat
diekskomunikasi (dikeluarkan) dari komunitas Gereja bila melakukan pelanggaran berat. Namun,
dengan cepat pula kata communion dihubungkan dengan kesatuan atau persatuan dengan Kristus
melalui perjamuan Ekaristi mengikuti Sabda Tuhan Yesus sendiri. Dalam arti ini kisah para Rasul,
2:42). Makna teologis koinonia terdapat pada surat-surat Paulus dan Yohanes. Ada rupa-rupa koinonia,
yakni dengan Yesus Kristus, dengan Injil, dalam Roh Kudus, dalam iman, penderitaan, dan kemuliaan
1
2

Kasper, 2009, hlm. 72.
Kasper, Church as “Communio”, 1986, hlm. 102.

Hlm 1


gereja perdana di Yerusalem menunjukkan koinonia yakni memecah roti dan berdoa bersama (Kis

hari akhir. Doa Yesus dalam Yoh 17:21-23 merumuskan dasar dan ukuran kesatuan ini yakni
communio-persekutuan Bapa dan Putra.3
Secara teologis, basis sakramental communio adalah persekutuan dalam satu baptisan. Karena melalui
satu baptisan kita semua dibaptis ke dalam Tubuh Kristus (1 Kor 12:13; cf. Rm 12:4; Gal 3:26-28; Ef
4:3). Baptis adalah sakramen iman. Maka, communio melalui baptisan mensyaratkan dan menyatakan
communio dengan iman Gereja yang satu. Menurut Uskup-Martir Siprianus, communio gereja-gereja
mengambil inspirasi dari communio Trinitas Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Maka, communio berarti
ambil bagian dalam misteri Tritunggal Maha Kudus.4
Namun, harus ditanyakan lebih lanjut: partisipasi dalam hal apa? Kasper menegaskan bahwa partisipasi
dalam Roh Kudus, dalam hidup baru, dalam kasih, dalam kitab suci, dan paling utama dalam Ekaristi. 5
Puncak communio adalah partisipasi dalam ekaristi, εὐχαριστία, (= perjamuan kudus).6 Teks paling
penting mengenai hal ini adalah 1 Kor 10:16f “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita
ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan
adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah
satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” Koinonia dalam perjamuan
adalah sumber dan tanda koinonia dalam satu tubuh Gereja; satu tubuh ekaristik Kristus adalah sumber
dan tanda satu tubuh eklesial Kristus. Selain communio dalam satu baptisan dan ekaristi, communio

antara para rasul dan jemaat, segala kepunyaan jemaat perdana, dan usaha Paulus bagi jemaat
Yerusalem diletakkan dalam rangka koinonia. Maka communio dengan Tuhan melalui Yesus Kristus
dalam Roh Kudus berdampak bagi communio di antara saudara dan khususnya dengan yang menderita.
Communio memiliki dimensi teologis – komunal – sosial.
Setelah lama sirna dalam sejarah, kata communio diangkat kembali oleh sekolah Tübingen, khususnya
oleh Johann Adam Möhler. Di pihak Protestan, muncul nama seperti Althaus, Bonhoeffer dan Elert
yang berupaya mengangkatnya pula. Di kalangan Ortodoks, muncul nama seperti Florovsky dan
Chamjakow. Telaah baru mengenai communio diangkat dalam diskusi teologis. Misalnya, dikenal
communio vertikal dengan Tuhan dan communio horisontal dengan sesama anggota Gereja dan jemaat.
3

Kasper, 2004, hlm. 54-55.
Kasper, 1986, hlm. 105.
5
Ibid, hlm. 106.
6
Istilah ekaristi atau misa identik dengan sebutan Gereja Katolik Roma. Istilah lain untuk
menerangkan itu adalah sinaksis (Yun. synaxis) yang digunakan zaman Patristik hingga abad VI.
Sebutan lain adalah “liturgi ilahi” (Gereja Ortodoks Yunani), “komuni suci” (Gereja Anglikan),
“misteri-misteri” (Gereja Siria Barat), “Pengudusan atau Oblatio” (Gereja Koptik). Κυριακὸν

δεῖπνον (Kyriakon deipnon) atau perjamuan Tuhan dipakai padaabad-abad pertama (awal 50-an
hingga abad 1 M). Paulus menggunakan istilah perjamuan Tuhan untuk menyebut perayaan
ekaristi secara keseluruhan.

Hlm 1

4

Di dalamnya, terdapat pribadi-pribadi kristiani yang diinkorporasikan ke dalam communio. Sinode luar
biasa para Uskup tahun 1985 mendeklarasikan communio sebagai konsep kunci Konsili.7
b. Communio menurut Dokumen Gereja Katolik
Dalam teologi Katolik dikenal eklesiologi communio. Istilah ini dikembangkan dari Dokumen Konsili
Vatikan II Lumen Gentium (disingkat LG). Tujuh nomor pertama LG memberi arti kepada eklesiologi
communio. Pada nomor 8 kita menemukan di manakah posisi gereja Katolik secara nyata, dan
dengannya pertanyaan ekumenis kian melonjak dengan tajam, yaitu dengan rumusan “Gereja itu, yang
didunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam (Lat. subsistit in) Gereja katolik, yang
dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya, walaupun di luar
persekutuan itu pun terdapat banyak unsur pengudusan dan kebenaran, yang merupakan karuniakarunia khas bagi Gereja Kristus dan mendorong ke arah kesatuan katolik.” Penulis draf awal LG,
teolog Belgia, G. Phillips, memastikan akan adanya debat panjang seputar kata subsistit in ini. Apakah
dengan demikian posisi gereja Katolik Roma semakin lemah?8

Formula subsistit in menggantikan formula sebelumnya, yakni est. Dengan kata est, terdapat identitas
ketat antara gereja Katolik dengan gereja Kristus. Bagi dialog ekumenis, hal ini tidak menguntungkan.
Dengan kata “gereja Kristus ‘subsistit in / ada di dalam’ gereja Katolik, maka terbuka kesempatan
ekumenis yang semakin luas. Secuil kata ini adalah pintu ekumenis dan pada waktu yang sama menjadi
hal terpenting dari dialog ekumenis.9
Tafsiran kata subsistit in dan dialog ekumenis membawa kita kepada pengertian Katolik mengenai
tujuan ekumenisme dalam communio yang penuh. Bagi Katolik, kesatuan lebih penting daripada
jaringan gereja-gereja setempat yang saling menghormati dan yang sama-sama memberitakan ekaristi
dan firman. Dengan kata ini, Katolik mau menyatakan bahwa ada kesatuan sejak awal Gereja Katolik
degan gereja-gereja lain demi mencapai satu communio penuh dengannya. Namun, kesatuan ini tidak
sama dengan keseragaman. Ada kesatuan dalam perbedaan dan perbedaan dalam kesatuan.
Salah satu catatan Kasper mengenai paham LG mengenai Gereja bagi communio ekumenis ialah bahwa
kata “subsistit” tidak menyelesaikan semua persoalan, tetapi menyediakan dasar bagi dialog ekumenis.
dalam pangkuan gereja Katolik. Elemen institusional gereja Katolik seperti keuskupan dan takhta Santo
Petrus dipahami bukan sebagai hambatan melainkan karunia Roh. Maka, communio gereja lain dengan
7
8
9

Kasper, 2009, hlm. 72.

Kasper, 2004, hlm 65.
Ibid.

Hlm 1

Selain itu, communio tidak berarti kembalinya saudara-saudari Kristen yang terpisah dari Katolik ke

gereja Katolik tidak serta merta memasukkan mereka ke dalam “sistem” melainkan saling berbagi
kekayaan untuk mewujudkan kebersatuan Gereja Yesus Kristus di dalam seluruh Gereja dan komunitas
gerejawi.10
c. Communio menurut Gereja-Gereja non-Katolik
Menurut Kasper, salah satu cara memahami gereja lain ialah dengan mempelajari dokumen. Pernyataan
resmi ekumenisme gereja lain berguna untuk jalan dialog. Melalui Harvesting the Fruit, kita dibantu
mengenal kesejajaran dan ketidaksejajaran paham Katolik dengan gereja lain. Paham dasar mengenai
Gereja berdampak besar untuk menjalin communio antar gereja. Teologi Lutheran dan Reformed
umumnya menilai gereja didasarkan atas Sabda daripada sakramen dan disebut creatura verbi. Hal ini
berbeda dengan paham eklesiologi yang menganggap Gereja “dari bawah, yakni persekutuan
anggotanya. Menurut paham Reformasi, Gereja adalah dimana Sabda Allah diwartakan dengan murni
dan sakramen dilayani sesuai dengan Injil.11 Bagian ini hanya membatasi diri pada perkara communio
gereja-gereja sebagaimana dinyatakan dalam karya Kasper.

Menurut Gereja Anglikan, communio adalah istilah paling tepat mengekspresikan misteri yang meliputi
aneka gambaran gereja menurut Perjanjian Baru. Communio adalah bentuk persekutuan dengan Tuhan
dalam Yesus Kristus, melalui kuasa Roh Kudus, dan perwujudan communio dalam Gereja adalah tanda
tujuan Allah terpenuhi (ARCIC, 4, 5).12
Dalam tradisi Reformed, melalui berbagi sabda dan sakramen di hadapan Trinitas, gereja menemukan
hakikat communio-Nya dan menjadi umat Allah, tubuh Kristus, dan bait Allah. Dengan menemukan
communio yang makin tampak, melawan sekat perbedaan, umat Kristiani menanggapi kehendak Tuhan
untuk mewujudkan Kerajaan Allah lebih penuh.13
Gereja Methodis mengeluarkan dokumen Towards a Statement on the Church pada tahun 1986 dengan
tema dasar koinonia. Dokumen ini menegaskan kesejajaran koinonia mereka dengan communio
Katolik, dalam ungkapan “Karena Allah mencintai dunia, ia mengutus Putra dan Roh Kudus untuk
membawa kita kepada koinonia dengan-Nya. Ambil bagian dalam hidup Allah, yang tampak dalam
perutusan Putra dan Roh Kudus, muncul dalam koinonia yang kelihatan dari para murid Kristus, yaitu
Hlm 1

Gereja.” Lebih lanjut, dokumen The Grace Given You in Christ (2006) mengupas “saling berbagi

10
11
12

13

Ibid, hlm. 68.
Ibid., hlm. 62.
Kasper, 2009, hlm. 72.
Ibid, hlm. 77

rahmat” untuk memperdalam pemahaman. Gereja Methodis sepakat melihat gereja Katolik dengan
mata, cinta, dan semangat untuk melihat Kristus, Injil, dan Gereja di dalamnya.14
Dalam wawancara dengan US Catholic Magazine,15 Kasper ditanyai, “Kesatuan gereja macam apa
yang akan ditempuh melalui dialog ekumenis?” Kasper menyatakan bahwa tujuannya bukanlah gereja
yang sama (a uniform church). Gereja yang sama bukanlah yang diinginkan gereja-gereja melainkan
kesatuan gereja dalam perbedaan yang dapat diperdamaikan (the unity of the one church in reconciled
diversity). Jika kita memandang contoh Gereja Timur yang dapat bersekutu dengan Roma, kita dapat
melihat model kerjasama yang terus berjalan dalam perbedaan. Kesatuan Gereja lebih dipandang
sebagai communio. Tetapi, communio itu muncul dalam bentuk konkret apa? Jika Ekaristi adalah
puncak communio, bagaimana umat kristiani ambil bagian dalam iman yang satu, sakramen yang sama,
dan pelayanan bersama? Faktanya, iman jelas dapat diungkapkan dengan cara yang berbeda. Jika masih
ada yang bersikukuh bagaimana communio dipersempit menjadi penerimaan komuni bersama antar

Komuni – makna

Kehadiran Kristus
dalam komuni

Gereja Ortodoks
Disebut sebagai
kurban kudus atau
liturgi suci.
Kehadiran kurban
Kristus dan
pengampunan dosa
diperoleh melalui
komuni. Komuni juga
merupakan
perjumpaan dengan
Kristus yang bangkit.

Gereja Protestan
Ekaristi, seperti
halnya baptis, adalah
simbol rahmat.
Hakikat kurban
Ekaristi ditolak.

Gereja Katolik
Sama dengan Gereja
Ortodoks. Ekaristi
dikenal sebagai
“kurban kudus
Ekaristi” (Holy
sacrifice of thee aass)

Selama Ekaristi,
imam mengundang
Roh Kudus dalam
epiklesis roti dan
anggur.
Roti dan anggur
dirubah menjadi
tubuh dan darah
Kristus.

Roti dan anggur,
sebagai simbol,
substansinya tidak
berubah.
Sebagian besar
gereja Kristen
menerima paham ini,
Anglikan setuju
dengan pandangan
Katolik, Baptis
menolak paham ini.
Bahan

Melalui konsekrasi
oleh imam, yakni
atas nama Kristus,
roti dan anggur
menjadi tubuh dan
darah Kristus
(transubstantiation).
Bentuk luarnya tetap
sama, tetapi
substansinya
berubah.
Sesuai dengan

Pembagian Komuni Bahan yang
14

Ibid, hlm. 77.
Wawancara Walter Kasper dengan U.S. Catholic Magazine, Oktober 2002, Vol. 67, No. 10, hlm.
18-22. (bdk. http://www.uscatholic.org/ diakses 28 Februari 2015, pukul 8:42).
15

16

http://christianityinview.com/comparison.html (diakses 26 Mei 2015)

Hlm 1

denominasi, kita harus melihat secara teliti dari tiap tradisi.16

dikonsekrasi hanya
dapat diterimakan
kepada anggota
gereja. Komuni
diterimakan dalam
dua rupa.

dipersembahkan
kepada seluruh umat
yang merasa dapat
ambil bagian. Sangat
banyak umat
Protestan menerima
komuni dalam dua
rupa.

ortodoksi, hanya
anggota gereja
Katolik yang boleh
menerima komuni.
Umumnya, di gereja
Katolik, umat
menerima roti dan
imam menerima
keduanya.
Komuni dua rupa
diizinkan pada
kesempatan tertentu.

Mengacu Dokumen Lima atau Baptism, Eucharist and Ministry yang dikeluarkan oleh World Council
of Churches (1982), terdapat titik temu pemahaman mengenai Communio Katolik dengan Gereja
Kristen.17 WCC merupakan forum bersama bagi dialog dan kerjasama ekuenis dalam rangka kesatuan
(communio) Gereja. Dari keanggotaan, Gereja Katolik bukanlah anggota WCC. Tetapi, Katolik hadir
sebagai pengamat dan partner dialog. Kasper pada 1979 terpilih sebagai salah satu teolog Katolik di
World Council of Churches' Faith and Order Commission. Ia mengikuti secara saksama perkembangan
sidang WCC di Lima, Peru mengenai perumusan BEM. Memang communio-ekaristi adalah titik
perbedaan tajam dari gereja-gereja Kristus. Namun hal positif yang muncul dari BEM adalah bahwa
ada pernyataan mengenai titik temu bersama mengenai Ekaristi menurut kitab suci. BEM artikel 5
memahami Ekaristi sebagai pengenangan akan wafat dan kebangkitan Kristus. BEM artikel 19
menegaskan Ekaristi sebagai persekutuan hidup Gereja, sekaligus persekutuan di dalam Gereja yang
adalah tubuh Kristus. Dalam ekaristilah persekutuan umat Allah dinyatakan secara sepenuhnya.
Lantas, apakah pembicaraan mengenai communio harus selalu terwujud dalam komuni roti dan anggur
bersama? Lepas dari hukum kanonik yang menyatakan pembatasan bagi communicatio in sacris (KHK
844), Kasper memberi pemahaman bahwa Ekaristi sebagai puncak tidak boleh menjadi satu-satunya
communio Gereja. Memang semua sakramen membangun umat menjadi Tubuh Kristus, baik melalui
sabda dan sakramen. Akan tetapi, communio tidak berangkat dari bawah, melainkan sebuah rahmat dan
karunia, ambil bagian dalam kebenaran, kehidupan, dan kasih dari Allah melalui Yesus Kristus dalam
Roh Kudus melalui sabda dan sakramen. Keinginan menggebu “dari bawah” untuk menerima
Thee euchearistic communion withe Cherist wheo nourishees thee life of thee Cheurche is at thee same time
communion withein thee body of Cherist wheiche is thee Cheurche. Thee shearing in one bread and thee
common cup in a given place demonstrates and efects thee oneness of thee shearers withe Cherist and
withe theeir fellow shearers in all times and places. It is in thee euchearist theat thee community of God’s
people is fully manifested. Euchearistic celebrations always heave to do withe thee wheole Cheurche, and
thee wheole Cheurche is involved in eache local Euchearistic celebration. In so far as a cheurche claims to
be a manifestation of thee wheole Cheurche, it will take care to order its own life in ways wheiche take
seriously thee interests and concerns of otheer cheurchees. (BEM 19)

Hlm 1

17

sakramen tidak mendatangkan maksud communio itu sendiri. Pemahaman teologis sakramen-lah yang
dapat didialogkan. Akan tetapi, kehendak menerima sakramen dengan maksud indiferentisme patut
dicegah. BEM 33 menegaskan perlunya dasar teologis yang memadai untuk memaknai makna
communio Ekaristi.18 Gereja Katolik Roma melalui Dewan Kepausan untuk Persatuan Kristiani dan
Kongregasi untuk Ajaran Iman menanggapi dokumen BEM secara positif. Namun, Salah satu catatan
keberatan atas dokumen BEM dari pihak Katolik ialah ketika berbicara mengenai pelayan (ministry).
Churches Respond to BEM yang diterbitkan oleh WCC Publication memuat tanggapan pihak Katolik
mengenai BEM, yakni “hasil paling berarti dari gerakan ekumenis.” 19 Communio memang menjadi
motivasi dan tujuan ekumenisme, namun tidak sama identik dengan communio dalam wujud berbagi
roti yang sama dari meja yang sama.

4. Makna dan Implikasi Communio: Esensi, bukan Struktur
Mengacu paham communio bagi dasar dan kata kunci ekumenisme, Gereja-gereja Kristiani tidak akan
menjadi gereja baru atau gereja yang lain, melainkan “Gereja satu”, yang diteruskan sendiri dari Yesus
Kristus dalam Roh Kudus. Menurut Kasper, ekumenisme adalah proses multilapis yang
mengikutsertakan seluruh Gereja. Di era ini, Kasper memberikan dorongan untuk mencari apa yang
sama di berbagai wilayah kehidupan, daripada apa yang berbeda dan patut diperdebatkan (what unites
us is much greater than what divides us) dalam semangat communio.20
Memang harus diingat bahwa gerakan Ekumene yang dirintis oleh Gereja Katolik Roma selalu
memiliki tujuan kesatuan Gereja yang terlihat (visible unity). Hal ini sedikit banyak sudah terjadi
dengan Gereja Ortodoks Timur. Akan tetapi, gerakan ekumene yang sejati tidak bisa disamakan dengan
perkumpulan berbagai "denominasi" mengadakan pelayanan ibadat bersama-sama. Jika terjadi,
malahan dapat mencederai iman Katolik mengenai Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan
Apostolik. Communio sejati tidak mengarah kepada suatu relativisme atau indiferentisme agama,
melainkan wujud kesatuan dalam Yesus Kristus.
Jika ekumene bermakna communio dengan Kristus dan communio lahiriah berpuncak dalam Ekaristi

18

Thee increased mutual understanding expressed [in thee present statement] may allow some
cheurchees to attain a greater measure of euchearistic communion among theemselves and so bring
closer thee day wheen Cherist’s divided people will be visibly reunited around thee Lord’s Table (BEM
33).
19
Martasudjita, E. hlm. 370-371.
20
Kasper, 2009, hlm. 197.

Hlm 1

namun faktanya tidak secara signifikan mengubah penerimaan komuni kudus (intercommunion),

apakah lantas communio kehilangan artinya? Rupanya, dengan bicara mengenai communio Kasper
mengajak pembaca masuk ke gagasan embrional yang lebih mendalam, yakni ekumenisme rohani.21
Ekumenisme adalah suatu proses spiritual, itulah jantung ekumenisme. Apabila kita membicarakan
perbedaan yang dapat dipertemukan, tentu masih tetap ada perbedaan prinsip. Yang tidak dapat
diterima dalam kesatuan ini adalah jika ada suatu gereja yang mengajarkan bahwa ajaran resmi gereja
lain bertentangan dengan Injil. Inilah dimensi dinamis dialog ekumenis. Bagi orang Katolik, hal ini
membantu menemukan diri menjadi Katolik yang penuh. Bagi jemaat Protestan, menghargai paham
komuni Katolik akan membantu menemukan menjaga identitas mereka pula.
Kasper dididik dalam suasana ekumenis di Fakultas Teologi Tübingen, Jerman. Ia merasakan benar
kesatuan maupun ketidakbersatuan gereja-gereja di fakultasnya dan mengalami kekayaan teologi dari
para dosen Protestan dan Katolik. Di kemudian hari, ia menjadi penatua yang harus memberi kesaksian
kekatolikan di tengah iklim relasi dengan denominasi lain. Kasper lantas merefleksikan bahwa
perpecahan gereja-gereja memang luka yang menganga dan hal ini tidak sesuai dengan kehendak
Kristus. Communio bukan merupakan suatu kolektivisme dan solusi terhadap individualisme. Melalui
communio, ekumenisme memperoleh gairah untuk melihat Kristus yang hadir pada gereja-gereja. Yang
ditunjuk dalam communio gereja-gereja bukanlah strukturnya, melainkan esensinya. Dengan kata lain,
communio bermakna rohani sebagai landasan mewujudkan Gereja yang satu.
Kasper menilai bahwa zaman sekarang ini kita sudah kurang memeluk ide besar Konsili Vatikan II,
yakni communio fidelium. Inilah tugas para gembala gereja dan para pelayan untuk menegakkan
komunikasi dan dialog.22 Communio zaman ini menjadi nyata dalam dialog antargereja. Jika berdebat
mengenai struktur atau tanda yang kelihatan dari karisma Yesus Kristus, orang kristiani tidak akan
pernah sampai pada satu persetujuan bersama. Namun, dialog yang melampaui duduk perkara polemik
perbedaan menciptakan suatu atmosfer yang membawa kita kepada pertukaran karunia yang
memperkaya kedua belah pihak.23 Ketika saling berbagi karunia ini, Gereja menjadi semakin konkret
dan secara penuh menjadi dirinya: mencakup semua una sancta catholica et apostolica ecclesia.24

Kata-kata “ekumenisme rohani” tidak berasal dari Kasper melainkan Unitatis Redintegratio, no.
8: “Pertobatan hati dan kesucian hidup itu, disertai doa-doa permohonan perorangan maupun
bersama untuk kesatuan umat kristen, harus dipandang sebagai jiwa seluruh gerakan
ekumenis, dan memang tepat juga disebut ekumenisme rohani.” Dokumen Konsili Vatikan II, UR
8.
22
23
24

Kasper, 1986, hlm. 116.
Kasper, 2009, 197.
Syahadat Nikea-Konstantinopel: “Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik”

Hlm 1

21

REFERENSI
Daftar Bacaan:
Kasper, Walter. 1986. “Church as Communio”, dalam Communio: International Catholic Review, No.
13, Summer 1986.
Kasper, Walter. 2004. That They May All Be One: The Call to Unity Today. London: Burns & Oates.
Kasper, Walter. 2007. A Handbook of Spiritual Ecumenism. NY: New City Press.
Kasper, Walter. 2009. Harvesting the Fruits: Basic Aspects of Christian Faith in Ecumenical
Dialogue. London: Continuum.
Luther, Martin. 2009. Katekismus Besar Martin Luther. (terj. Anwar Tjen). Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Martasudjita, Emanuel. 2005. Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral. Yogyakarta:
Kanisius.
Dokumen:
Dokumen Konsili Vatikan II, Jakarta: Obor, 2009.
Baptism, Eucharist and Ministry, Geneva: World Council of Churches, 1982.
Website:
http://www.uscatholic.org/

Hlm 1

http://christianityinview.com/comparison.html

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92