ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR 2

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR
A. DEFINISI
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan
sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .
Luka bakar adalah suatu keadaan dimana integritas kulit atau mukosa terputus akibat trauma api, air
panas, uap metal, zat kimia, dan listrik atau radiasi.
B. ANATOMI FISIOLOGI
ANATOMI KULIT
1. Lapisan kulit
a.

Epidermis

1) Stratum korneum
a) Berlapis lapis sel tanduk (keratin)
b) Sel gepeng kering tak berinti
c) Makin keluar makin tipis dan terlepas untuk digantikan lapisan dibawahnya
d) Hampir tidak mengandung air dan sangat efektif untuk pencegahan penguapan air
e) Protoplasmanya berubah menjadi keratin.
2) Stratum lusidum
a) Langsung dibawah stratum korneum

b) Protoplasma berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
c) Lapisan terdiri dari sel yang gepeng dan bening
d) Sel tak keliahatan karena bening sehingga membentuk satu kesatuan lapisan yang bening
e) Lihat pd telapak tangan dan kaki
3) Stratum granulosum (keratohialin)
a) Terdiri 2 – 3 lapisan sel yang agak gepeng dengan inti ditengah
b) citoplasmanya berisi butiran (granula) KERATOHIALIN.
c) Lapisan ini berfungsi untuk menghalangi benda asing, kuman, dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh.
d) Diniding mucosa tidak mempunyai lapisan ini

4) Stratum spinosum
a) Terdiri dari banyak lapisam sel yang berbentuk kubus dan poligonal yg besarnya berbeda2 krn proses
mitosis, inti ditengah.
b) Diantara sel terdpt intreceluler bridges, brlekatan membentuk nodulus Bizzozero
c) Sitoplasmanya berisi berkas serat yang terpaut pada dermosom (jembatan sel)
d) Masing sel terikat kuat melalui serat-serat
e) Bentuknya tebal dan kuat terdapat pada bagian tubuh yang sering bersentuhan atau menahan tekanan
seperti tumit, telapak kaki.
f)


Berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan

5) Stratum basale
a) Terdiri dr sel berbentuk kubus (kolumner)
b) Tersusun vertikal pd berbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar.
c) Mrpkan lapisan epidermis yg paling bawah yang reproduktif
d) Terdiri 2 lapis :
i.

Sel dg protoplasma basofilik inti lonjong, dan besar.

ii.

Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clearcell, berwarna muda, dg cytoplasma basofilik, berinti
gelap dan mengandung PIGMEN (melanosomes).

b. Dermis
Lapisan dermis ini menyatu dengan lapisan subkutis (hipodermis) dengan ketebalan 0,5 – 3 mm.
lapisan dermis memiliki sifat ulet, elastis, berguna untuk melindungi bagian yang lebih dalam . Terdiri
dari serat-serat kalogen, serabut-serabut elastis , bersama pembuluh darah dan pembuluh getah bening

anyaman yang memberi perdarahan untuk kulit . lapisan dermis terdiri dari :
1) Dermis pars papilaris
a) Pars papilaris mengandung lekuk-lekuk dan membentuk lapisan spongiosum (bunga karang)
b) Berperan dalam peremajaan dan penggandaan unsur kulit.
c) Menonjol kearah epidermis.
d) Berisi serabut syaraf dan pembuluh darah.
2) Dermis pars retikularis

a) Pars retikularis mengandung jaringan ikat rapat.
b) Unsur sel dalam dermis adalah fibroblas, makrofag dan sel lemak berkelompok dan jaringan berpigmen
c) Terdapat juga sel otot musculus erektor fili.
d) Menonjol kearah subcutan, terdiri serabut2 penunjang : kalogen,elastin dan retikulin.
c.

Subkutis

1) Merupakan jaringan ikat longgar dengan komponen serat longgar, elastik dan jaringan lemak .
2) Terdiri dari sel2 lemak yang besar dan bulat dengan inti dipinggir.
3)


Mendukung mobilitas kulit diatasnya dengan adanya bantal lemak penikulus adiposa.

4) Berfungsi sebagai cadangan makanan.
5) Terdapat arteri, vena, dan anyaman syaraf, dan kelenjar getah bening
2. Adneks kulit
a.

Kelenjar

1) Glandula sudorifera (kelenjar keringat
a) Kelenjar ekrin


Terbentuksempurna pd 28 mgg kehamilan ttp baru berfungsi 40 mgg setelah lahir.



Berbentuk spiral dan bermuara langsung dipermukaan kulit.




Terdapat diseluruh permukaan kulit, terbanyak di telapak tangan & kaki, dahi dan aksila.



Sekresi dipengaruhi oleh saraf kolinergik, suhu dan stress emosional.

b) Kelenjar apokrin


Terdpt di aksila, pubis, areola mame, labia minora, dan saluran telinga luar.



Berfungsi mulai pada masa pubertas.



Terletak lebih dalam dan lebih besar dari kelenjar ekrin dan sekretnya lebih kental.




Mengandung air, eletrolit, asam laktatdan glukosa. PH sekitar 4 -6.8

2) Kelenjar sebasea (kelenjar palit)
a) Terdpat diseluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki.
b) Termasuk kelenjar holokrin karena tidak berlumen.

c) Sekret merupakan dekomposisi dari sel2 kelenjar.
d) Terletak disamping akar rambut (folikel rambut)
e) Bermuara di folikel akar rambut.
b. Kuku
Kuku merupakan terminal lapisan tanduk yg menebal. Kuku tumbuh 1mm perminggu. Bagian-bagian
kuku terdiri dari :
1) Nail root :akar kuku, bagian kuku yang tertanam di dlm kulit jari.
2) Nail plate :bagian kuku yang menempel diatas kulit.
3) Nail groove :lengkung alur kuku.
4) Eponikium :kulit tipis yang menutup kuku bagian progsimal.
5) Hiponikium: bg kulit yg tertutup oleh kuku.
c.


Rambut

1) Lanugo adalah rambut halus tak berpigmen terdppt pada bayi.
2)

Rambut terminal pada orang dewasa banyak mengandung pigmen, kasar. Terdapat di kepala, bulu
mata, alis, kumis, pubis, janggut dan pertumbuhanya dipengaruhi oleh hormon androgen ( hormon seks).

3) Velus : rambut halus di dahi dan badan lain.
4) Siklus pertumbuhan rambut
a) Fase anagen (fase pertumbuhan) :berlangsung 2-6 tahun. Tumbuh kira2 0,35 mm perhari.
b) Fase katagen ( fase involusi temporer).
c) Fase telogen fase istirahat ) beberapa bulan
FISIOLOGI KULIT
1. Fungsi proteksi
a.

Proteksi fisis dan mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.àketebalan lapisan kulit dan lemak subcutis.


b. Proteksi kimiawi : zat iritan àstratum korneum impermeabel, dan lepas secara teratur.
c.

Proteksi terhadap panas: ultra violet àmelanosit.

d. Proteksi terhadap infeksi à keratin impermeabel, lepas secara teratur, pH 5-6,5.
2. Fungsi ekskresi
a.

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat2 sisa metabolisme berupa : NaCl, Urea, asam urat, amonia.

b.

Kulit mengeluarkan (kelenjar sebasea) mengeluarkan sebum yang berfungsi unuk melicinkan kulit,
menahan evaporasi, dan menciptakan keasaman kulit.

3. Fungsi pengatur suhu (termoregulasi)
a.

Mengeluarkan keringat, evaporasi, radiasi.


b. Vasokonstriksi vasodwlatasi perifer oleh sistem syaraf simpatis

4. Fungsi pembentuk pigmen
a.

Pada stratum basale ; jumlah dan besarnya melanosomes menentukan warna kulit.

b. Warna kulit juga ditentukan oleh kadar Hb, Oksi Hb, dan karoten.
c.

Warna kulitjugadipengaruhi tebalnya kulit.

5. Fungsi keratinasi
Epidermis terdiri dari keratinosit, sel langerhans dan melanosit. Keratinosit terus bergerak keatas dan
berubah bentuknya menjadi spinosum àgranulosum à keratin ; proses ini berjalan terus seumur hidup.
6. Fungsi pembnetukan vitamin D
Mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
7. Fungsi persepsi sensori/ perabaan
Kulit mempunyai ujung2 serabut saraf pada dermis dan subkutis:

a. panasà BADAN RUFFINI dermis dan subkutis.
b. Dingin à BADAN KRAUSE dermis.
c.

Taktil /rabaan àBADAN MEISNER papila dermis dan BADAN MARKEL RANVIER epidermis.

d. Tekanan à BADAN VATER PACCINI epidermis.
Saraf tersebut diatas lebih banyak pada daerah erotis.
8. Fungsi absorbs
a. Kulit yang sehat tidak menyerap air, larutan atau benda padat, tapi hanya cairan yang mudah diserap,
mudah menguap dan yang larut dalam lemak.
b. Permeabilitas kulit terhadap O2 dan CO2 serta uap air memungkinkan kulit berperan proses respirasi
jaringan.
c.

Absorbsi diserap lebih banyak dari sel2 epidermis daripada saluran2 kelenjar.
C. ETIOLOGI

Ada lima penyebab timbulnya luka bakar:
1. Api: kontak dengan kobaran api.

2. Luka bakar cair: kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.
3. Luka bakar kimia: asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan
organik.
4. Luka bakar listrik:
Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik memiliki karakteristik yang unik,
sebab sekalipun sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh, kebakaran/kerusakan yang parah justru
terjadi di dalam tubuh.
5. Luka bakar kontak :
kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan panas atau knalpot sepeda motor.
6. Luka bakar karena radiasi.
D. KLASIFIKASI
No
1.

Kedalaman Luka Bakar
Derajat 1

Kulit yang terkena
Hanya mengenai

Manifestasi
Warna Merah atau

Epidermis

Pink, dapat sembuh
tanpa blister dan
kurang beresiko
terjadinya infeksi.
Tingkat kesembuhan 3-

2.

Derajat II

Mengenai Epidermis dan

5 hari
Adanya Blister, Edema

superfisial dermis

Ringan, dan sangat
nyeri. Penyembuhan

3.

Derajat III

Mengenai
Dermis

dapat 10-21 hari
Epidermis, Kemungkinan blister
lebih besar dan
warnanya putih, coklat,
dan atau jaringan
berwarna

kenitaman,Edema,
Hilangya panas dan
cairan secara cepat.
Penyembuhan dapat
4.

Derajat IV

14-21 hari.
Mengenai seluruh lapisan Kulit kering, Keras
Kulit, dapat ke otot dan (ischemik total) Warna
tulang

kecoklatan atau
kehitaman (nekrosis)
tanpa nyeri (kecuali
pada pinggiran saraf
yang masih utuh), dan
Edema. Penyembuhan
dapat dari beberapa
minggu bahkan bulan

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.

Sel darah merah (RBC)
Dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell) karena kerusakan sel darah merah pada
saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunnya produksi sel darah merah karena depresi sumsum
tulang.

b. Sel darah putih (WBC)
Dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White Blood Cell) sebagai respon inflamasi
terhadap injuri.
c.

Gas darah arteri (AGD
Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2.

d. Karboksihemoglobin (COHbg)
Kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat meningkat lebih dari 15 % yang mengindikasikan
keracunan karbon monoksida.
e.

Serum elektrolit :

1. Potasium pada permukaan akan meningkat karena injuri jaringan atau kerusakan sel darah merah
dan menurunnya fungsi renal; hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis dimulai; magnesium
mungkin mengalami penurunan.
2. Sodium pada tahap permulaan menurun seiring dengan kehilangan air dari tubuh; selanjutnya dapat
terjadi hipernatremia.
f.

Sodium urine
Jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, sedangkan jika kurang
dari 10 mEq/L menunjukan tidak adekuatnya resusitasi cairan.

g. Alkaline pospatase
Meningkat akibat berpindahnya cairan interstitial/kerusakan pompa sodium.
h. Glukosa serum
Meningkat sebagai refleksi respon terhadap stres.
i.

BUN/Creatinin
Meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/fungsi renal, namun demikian creatinin
mungkin meningkat karena injuri jaringan.

j.

Urin
Adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan kerusakan jaringan yang dalam
dan kehilangan/pengeluaran protein. Warna urine merah kehitaman menunjukan adanya mioglobin

k. Rontgen dada
Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi.
l.

Bronhoskopi
Untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan adanya edema, perdarahan
dan atau ulserasi pada saluran nafas bagian atas

m. ECG
Untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar karena elektrik.
n. Foto Luka
Sebagai dokumentasi untuk membandingkan perkembangan penyembuhan luka bakar.
F. PENATALAKSANAAN
 Perawatan luka

Perawatan luka diarahkan untuk meningkatkan penyembuhan luka. Perawatan luka sehari-hari
meliputi membersihkan luka, debridemen, dan pembalutan luka.
1) Hidroterapi
Membersihkan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri dari
merendam (immersion) dan dengan shower (spray). Tindakan ini dilakukan selama 30 menit atau kurang
untuk klien dengan LB akut. Jika terlalu lama dapat meningkatkan pengeluaran sodium (karena air
adalah hipotonik) melalui luka, pengeluaran panas, nyeri dan stress. Selama hidroterapi, luka
dibersihkan secara perlahan dan atau hati-hati dengan menggunakan berbagai macam larutan seperti
sodium hipochloride, providon iodine dan chlorohexidine.
2) Debridemen
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan
penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di bagian bawah eschar. Debridemen luka
pada LB meliputi debridemen secara mekanik, debridemen enzymatic, dan dengan tindakan
pembedahan.
a) Debridemen mekanik
Debridemen mekanik yaitu dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan gunting dan forcep
untuk memotong dan mengangkat eschar. Penggantian balutan merupakan cara lain yang juga efektif
dari tindakan debridemen mekanik. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan balutan
basah ke kering (wet-to-dry) dan pembalutan kering kepada balutan kering (wet-to-wet). Debridemen
mekanik pada LB dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat, oleh karena itu perlu terlebih dahulu
dilakukan tindakan untuk mengatasi nyeri yang lebih efektif.
b) Debridemen enzymatic
Debridemen enzymatik merupakan debridemen dengan menggunakan preparat enzym topical
proteolitik dan fibrinolitik. Produk-produk ini secara selektif mencerna jaringan yang necrotik, dan
mempermudah pengangkatan eschar. Produk-prduk ini memerlukan lingkungan yang basah agar
menjadi lebih efektif dan digunakan secara langsung terhadap luka.
c) Debridemen pembedahan
Debridemen pembedahan luka meliputi eksisi jaringan devitalis (mati). Terdapat 2 tehnik yang
dapat digunakan : Tangential Excision dan Fascial Excision. Pada tangential exccision adalah dengan

mencukur atau menyayat lapisan eschar yang sangat tipis sampai terlihat jaringan yang masih hidup.
sedangkan fascial excision adlaah mengangkat jaringan luka dan lemak sampai fascia. Tehnik ini
seringkali digunakan untuk LB yang sangat dalam.
3) Balutan
a) Penggunaan penutup luka khusus
Luka bakar yang dalam atau full thickness pada awalnya dilakukan dengan menggunakan
zat/obat antimikroba topikal. Obat ini digunakan 1 - 2 kali setelah pembersihan, debridemen dan
inspeksi luka. Perawat perlu melakukan kajian terhadap adanya eschar, granulasi jaringan atau adanya
reepitelisasi dan adanya tanda-tanda infeksi. Umumnya obat-obat antimikroba yang sering digunakan.
Tidak ada satu obat yang digunakan secara umum, oleh karena itu dibeberapa pusat pelayanan luka
bakar ada yang memilih krim silfer sulfadiazine sebagai pengobatan topikal awal untuk luka bakar.
b) Metode terbuka dan tertutup
Luka pada LB dapat ditreatmen dengan menggunakan metode/tehnik balutan baik terbuka
maupun tertutup. Untuk metode terbuka digunakan/dioleskan cream antimikroba secara merata dan
dibiarkan terbuka terhadap udara tanpa dibalut. Cream tersebut dapat diulang penggunaannya sesuai
kebutuhan, yaitu setiap 12 jam sesuai dengan aktivitas obat tersebut. kelebihan dari metode ini adalah
bahwa luka dapat lebih mudah diobservasi, memudahkan mobilitas dan ROM sendi, dan perawatan luka
menjadi lebih sederhana/mudah. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah meningkatnya
kemungkinan terjadinya hipotermia, dan efeknya psikologis pada klien karena seringnya dilihat.
Pada perawatan luka dengan metode tertutup, memerlukan bermacam-macam tipe balutan yang
digunakan. Balutan disiapkan untuk digunakan sebagai penutup pada cream yang digunakan. Dalam
menggunakan balutan hendaknya hati-hati dimulai dari bagian distal kearah proximal untuk menjamin
agar sirkulasi tidak terganggu. Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi evavorasi cairan dan
kehilangan panas dari permukaan luka , balutan juga membantu dalam debridemen. Sedangkan
kerugiannya adalah membatasi mobilitas menurunkan kemungkinan efektifitas exercise ROM.
Pemeriksaan luka juga menjadi terbatas, karena hanya dapat dilakukan jika sedang mengganti balutan
saja.
4. Penutupan luka
1) Penutupan Luka Sementara

Penutupan luka sementara sering digunakan sebagai pembalut luka. Ada berbagai macam
penutup luka baik yang biologis, biosintetis, dan sintetis yang telah tersedia. Setiap produk penutup luka
tersebut mempunyai indikasi khusus. Karakteristik luka (kedalamannya, banyaknya eksudat, lokasi luka
pada tubuh dan fase penyembuhan/pemulihan) serta tujuan tindakan/pengobatan perlu dipertimbangkan
bila akan memilih penutup luka yang lebih tepat.
2) Pencangkokan kulit
Pencangkokan kulit yang berasal dari bagian kulit yang utuh dari penderita itu sendiri
(autografting) adalah pembedahan dengan mengangkat lapisan kulit tipis yang masih utuh dan kemudian
digunakan pada luka bakar yang telah dieksisi. Prosedur ini dilakukan di ruang operasi dengan
pemberian anaetesi.
5. Nutrisi
Mempertahankan intake nutrisi yang adekuat selama fase akut sangatlah penting untuk
meningkatkan penyembuhan luka dan pencegahan infeksi. BMR (basal metabolik rate) mungkin 40100% lebih tinggi dari keadaan normal, tergantung pada luasnya luka bakar.
Dukungan nutrisi yang agresif diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat
guna meningkatkan penyembuhan dan mencegah efek katabolisme yang tidak diharapkan.

6. Managemen nyeri
Faktor fisiologis yang yang dapat mempengaruhi nyeri meliputi kedalaman injuri, luasnya dan
tahapan penyembuhan luka. Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang
terhadap nyeri adalah kecemasan, ketakutan dan kemampuan klien untuk menggunakan kopingnya.
Sedangkan faktor-faktor sosial meliputi pengalaman masa lalu tentang nyeri, kepribadian, latar belakang
keluarga, dan perpisahan dengan keluarga dan rumah. Dan perlu diingat bahwa persepsi nyeri dan
respon terhadap stimuli nyeri bersifat individual oleh karena itu maka rencana penanganan perawatan
dilakukan secara individual juga.
Tindakan Nonfarmakologik yang digunakan untuk mengatasi rasa nyeri yang berkaitan dengan
luka bakar meliputi hipnotis, guided imagery, terapi bermain, tehnik relaksasi, distraksi, dan terapi
musik. Tindakan ini efektif untuk menurunkan kecemasan dan menurunkan persepsi terhadap rasa nyeri
dan seringali digunakan bersamaan dengan penggunaan obat-obat farmakologik.

7. Terapi fisik
Perawat harus bekerja secara teliti dengan fisioterapist dan occupational terapist untuk
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan rehabilitasi klien LB. Program-program exercise, ambulasi,
aktifitas sehari-hari harus diimplementasikan secara dini pada pemulihan fase acutsampai perbaikan
fungsi secara maksimal dan perbaikan kosmetik.
Kontraktur luka dan pembentukan scar (parut) merupakan dua masalah utama pada klien LB.
Kontraktur akibat luka dapat terjadi pada luka yang luas. Lokasi yang lebih mudah terjadinya kontraktur
adalah tangan, kepala, leher, dan axila.
Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mencegah dan menangani kontraktur meliputi terapi
posisi, ROM exercise, dan pendidikan pada klien dan keluarga.
a) Posisi Terapeutik
Tabael dibawah ini merupakan daftar tehnik-tehnik posisi koreksi dan terapeutik untuk klien
dengan LB yang mengenai bagian tubuh tertentu selama periode tidak ada aktifitas (inactivity periode)
atau immobilisasi. Tehnik-tehnik posisi tersebut mempengaruhi bagian tubuh tertentu dengan tepat
untuk mengantisipasi terjadinya kontraktur atau deformitas.
b) Exercise
Latihan ROM aktif dianjurkan segera dalam pemulihan pada fase akut untuk mengurangi edema
dan mempertahankan kekuatan dan fungsi sendi. Disamping itu melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari
(ADL) sangat efektif dalam mempertahankan fungsi dan ROM. Ambulasi dapat juga mempertahankan
kekuatan dan ROM pada ekstremitas bawah dan harus dimulai bila secara fisiologis klien telah stabil.
ROM pasif termasuk bagian dari rencana tindakan pada klien yang tidak mampu melakukan latihan
ROM aktif.
c) Pembidaian (Splinting)
Splint digunakan untuk mempertahankan posisi sendi dan mencegah atau memperbaiki
kontraktur. Terdapat dua tipe splint yang seringkali digunakan, yaitu statis dan dinamis. Statis splint
merupakan immobilisasi sendi. Dilakukan pada saat immobilisasi, selama tidur, dan pada klien yang
tidak kooperatif yang tidak dapat mempertahankan posisi dengan baik. Berlainan halnya dengan dinamic
splint. Dinamic splint dapat melatih persendian yang terkena.
d) Mengatasi Scar

Hipertropi scar sebagai akibat dari deposit kolagen pada luka bakar yang menyembuh. Beratnya
hipertropi scar tergantung pada beberapa faktor antara lain kedalaman LB, ras, usia, dan tipe autograft.
Metode nonoperasi untuk meminimalkan hipertropi scar adalah dengan terapi tekanan (pressure
therapy),Yaitu dengan menggunakan pembungkus dan perban/pembalut elastik (elastic wraps and
bandages).Sedangkan tindakan pembedahan untuk mengatasi kontraktur dan hipertropi scar meliputi :
1) Split-thickness dan full-thickness skin graft
2) Skin flaps
3) Z-plasties
4) Tissue expansion.
Selain itu tindakankeperawatan yang juga dilakukan adalah:
1. DC
2. Catheter tekanan darah (CVP normal 0-8 mmHg) pada pasien luka bakar berat > 50%.
3. Jika resusitasi inadekwat dg tanda : nadi cepat, TD Sitol < 90 mmHgà tambahan Resusitasi
4. Jika Terdapat Ronchi Berlebihan CVP > 8 mmHgà Pemberian cairan dikurangi + Deuretik.
5. Anak-anak dan Geriatrià monitoring sangat ketat.

 Perawatan luka baker sebelum dibawah ke rumah sakit
1. Jauhkan penderita dari sumber LB.
2. Padamkan pakaian yang terbakar
3. Hilangkan zat kimia penyebab LB .
4. Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia.
5. Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering dan tidak
menghantarkan arus (nonconductive)

G. KOMPLIKASI
 Gagal ginjal
 Infeksi
 Syok hipovolemik
 Sepsis
 Neurovaskuler
 Tromboplebitis
 Ileus paralitik
 Ulkus curling
H. PROGNOSIS
Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya untuk
injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dengan injuri yang
berat.
Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Lakilaki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut
usia ( diatas 70 th).
I. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6
ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah
penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM
Jakarta, pada tahun 1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka
kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data bahwa kematian
umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera
pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan.2
J.

PENCEGAHAN
Hal-hal yang dapat dilakukan unyuk mencegah terjadinya luka bakar bagi anak-anak dirumah :

1. Dapur
 Jauhkan anak-anak dari oven dan pemanggang. Ciptakan zona larangan disekitarnya untuk anak-anak
 Jauhkan makanan dan minuman panas dari jangkauan anak-anak.
 Jangan masukkan botol susu anak ke dalam mikrowave, dapat menimbulkan daerah yang panas
 Cicipi setiap makanan yang akan dihidangkan
 Singkirkan taplak meja menjuntai ketika dirumah ada anak yang sedang belajar merangkak.
 Jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan lika bakar kimia.
 Simpan korek api dan lilin jauh dari jangkauan.jangan pernah biarkan lilin menyala tanpa ada
pengawas.
 Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau menggantung.
2. Kamar mandi
 Jauhkan blow dryer, curling irons dari jangkauan anak
 Patikan termostat pemanas air pada suhu 120oF (48oC) atau lebih rendah.
3. Disetiap ruangan
 Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik
 Jauhkan anak dari pemanas ruangan, radiator, tempat yang berapi.
4. Menggunakan sunblock.
5. Pemasangan penyedot asap diruangan.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data baik data subyektif maupun data obyektif. Data subyektif diperoleh berdasarkan
hasil wawancara baik dengan klien ataupun orang lain, sedangkan data obyektif diperoleh berdasarkan
hasil observasi dan pemeriksaan fisik.
1. Data biografi
Langkah awal adalah melakukan pengkajian terhadap data biografi klien yang meliputi nama,
usia, jenis kelamin, pekerjaan, ras, dan lain-lain. Setelah pengkajian data biografi selanjutnya dilakukan
pengkajian antara lain pada :
2. Luas luka bakar

Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode yang ada, yaitu metode
“rule of nine” atau metode “Lund dan Browder”, seperti telah diuraikan dimuka.
3. Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka bakar derajat I, derajat
II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah diuraikan dimuka.
4. Lokasi/area luka
Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan perhatian khusus, oleh karena
akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah,
leher dan dada dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang diantaranya disebabkan karena
edema pada laring . Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan sirkulasi
ke daerah ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena itu pengkajian terhadap
jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka
bakar yang mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina dan
menurunnya tajam penglihatan.
Lebih lanjut data yang akan diperoleh akan sangat tergantung pada tipe luka bakar, beratnya luka
dan permukaan atau bagian tubuh yang terkena luka bakar. Data tersebut melipuri antara lain pada
aktivitas dan istirahat mungkin terjadi penurunan kekuatan otot, kekakuan, keterbatasan rentang gerak
sendi (range of motion / ROM) yang terkena luka bakar, kerusakan massa otot. Sedangkan pada
sirkulasi kemungkinan akan terjadi shok karena hipotensi (shok hipovolemia) atau shock neurogenik,
denyut nadai perifer pada bagian distal dari ekstremitas yang terkena luka akan menurun dan kulit
disekitarnya akan terasa dingin. Dapat pula ditemukan tachikardia bila klien mengalami kecemasan atau
nyeri yang hebat. Gangguan irama jantung dapat terjadi pada luka bakar akibat arus listrik. Selain itu
terbentuk edema hampir pada semua luka bakar. Oleh karena itu pemantauan terhadap tanda-tanda vital
(suhu, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah) penting dilakukan.
Data yang berkaitan dengan respirasi kemungkinan akan ditemukan tanda dan gejala yang
menunjukan adanya cidera inhalasi, seperti suara serak, batuk, terdapat partikel karbon dalam sputum,
dan kemerahan serta edema pada oropharing, lring dan dapat terjadi sianosis. Jika luka mengenai daerah
dada maka pengembangan torak akan terganggu. Bunyi nafas tambahan lainnya yang dapat didengar
melalui auskultasi adalah cracles (pada edema pulmoner), stridor (pada edema laring) dan ronhi karena
akumulasi sekret di jalan nafas.

Data lain yang perlu dikaji adalah output urin. Output urin dapat menurun atau bahkan tidak ada
urin selama fase emergen. Warna urine mungkin tampak merah kehitaman jika terdapat mioglobin yang
menandakan adanya kerusakan otot yang lebih dalam. sedangkan pada usus akan ditemukan bunyi usus
yang menurun atau bahkan tidak ada bunyi usus, terutama jika luka lebih dari 20 %. Oleh karena itu
maka dapat pula ditemukan keluhan tidak selera makan (anoreksia), mual dan muntah.
5. Masalah kesehatan lain
Adanya masalah kesehatan yang lain yang dialami oleh klien perlu dikaji. Masalah kesehatan
tersebut mungkin masalah yang dialami oleh klien sebelum terjadi luka bakar seperti diabetes melitus,
atau penyakit pembuluh perifer dan lainnya yang akan memperlambat penyembuhan luka. Disamping
itu perlu pula diwaspadai adanya injuri lain yang terjadi pada saat peristiwa luka bakar terjadi seperti
fraktur atau trauma lainnya. Riwayat alergi perlu diketahui baik alergi terhadap makanan, obat-obatan
ataupun yang lainnya, serta riwayat pemberian imunisasi tetanus yang lalu.
6. Data Penunjang
a. Sel darah merah (RBC): dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell) karena kerusakan sel
darah merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunnya produksi sel darah merah karena
depresi sumsum tulang.
b. Sel darah putih (WBC): dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White Blood Cell)
sebagai respon inflamasi terhadap injuri.
c. Gas darah arteri (ABG): hal yang penting pula diketahui adalah nilai gas darah arteri terutama jika
terjadi injuri inhalasi. Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2.
d. Karboksihemoglobin (COHbg) :kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat meningkat lebih dari 15 %
yang mengindikasikan keracunan karbon monoksida.
e. Serum elektrolit :
1) Potasium pada permulaan akan meningkat karena injuri jaringan atau kerusakan sel darah merah dan
menurunnya fungsi renal; hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis dimulai; magnesium mungkin
mengalami penurunan.
2) Sodium pada tahap permulaan menurun seiring dengan kehilangan air dari tubuh; selanjutnya dapat
terjadi hipernatremia.
f. Sodium urine :jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, sedangkan
jika kurang dari 10 mEq/L menunjukan tidak adekuatnya resusitasi cairan.
g. Alkaline pospatase : meningkat akibat berpindahnya cairan interstitial/kerusakan pompa sodium.

h. Glukosa serum : meningkat sebagai refleksi respon terhadap stres.
i.

BUN/Creatinin : meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/fungsi renal, namun demikian
creatinin mungkin meningkat karena injuri jaringan.

j. Urin : adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan kerusakan jaringan yang dalam
dan kehilangan/pengeluaran protein. Warna urine merah kehitaman menunjukan adanya mioglobin
k. Rontgen dada: Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi.
l.

Bronhoskopi: untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan adanya edema,
perdarahan dan atau ulserasi pada saluran nafas bagian atas

m. ECG: untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar karena elektrik.
n. Foto Luka: sebagai dokumentasi untuk membandingkan perkembangan penyembuhan
luka bakar.

DIAGNOSA
No.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi, lesi
2

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan karbon monoksida, inhalasi asap
dan obstruksi saluran nafas atas

3

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar

Diagnosa
Keperawatan

Rencana Keperawatan
Intervensi

Tujuan dan
Rasional
Kriteria Hasil
Resiko bersihan Bersihan jalan nafas Kaji refleks
Dugaan cedera inhalasiTakipnea,
jalan nafas tidak tetap efektif.
gangguan/menelan; perhatikan penggunaan otot bantu, sianosis dan
efektif
Kriteria Hasil :
pengaliran air liur,
perubahan sputum menunjukkan terjadi
berhubungan
Bunyi nafas vesikuler, ketidakmampuan menelan,
distress pernafasan/edema paru dan
dengan obstruksi RR dalam batas
serak, batuk mengi.Awasi
kebutuhan intervensi medik.
trakheobronkhial; normal, bebas
frekuensi, irama, kedalaman
oedema mukosa; dispnoe/cyanosis.
pernafasan ; perhatikan adanya
kompressi jalan
pucat/sianosis dan sputum
Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan
nafas .
mengandung karbon atau
dapat terjadi sangat cepat atau lambat
merah muda.
contoh sampai 48 jam setelah terbakar.
Auskultasi paru, perhatikan
Dugaan adanya hipoksemia atau karbon
stridor, mengi/gemericik,
monoksida.
penurunan bunyi nafas, batuk
rejan.
Meningkatkan ekspansi paru
Perhatikan adanya pucat atau optimal/fungsi pernafasan.
warna buah ceri merah pada Bilakepala/leher terbakar, bantal dapat
kulit yang cidera
menghambat pernafasan, menyebabkan
Tinggikan kepala tempat tidur.nekrosis pada kartilago telinga yang
Hindari penggunaan bantal di terbakar dan meningkatkan konstriktur
bawah kepala, sesuai indikasi leher.

Dorong batuk/latihan nafas
dalam dan perubahan posisi
sering.
Hisapan (bila perlu) pada
perawatan ekstrem,
pertahankan teknik steril.

Meningkatkan ekspansi paru,
memobilisasi dan drainase sekret.
Membantu mempertahankan jalan nafas
bersih, tetapi harus dilakukan
kewaspadaan karena edema mukosa dan
inflamasi. Teknik steril menurunkan
risiko infeksi.

Peningkatan sekret/penurunan
kemampuan untuk menelan
Tingkatkan istirahat suara
menunjukkan peningkatan edema trakeal
tetapi kaji kemampuan untuk dan dapat mengindikasikan kebutuhan
bicara dan/atau menelan sekret untuk intubasi.
oral secara periodik.
Meskipun sering berhubungan dengan
Selidiki perubahan
nyeri, perubahan kesadaran dapat
perilaku/mental contoh gelisah, menunjukkan terjadinya/memburuknya

agitasi, kacau mental.

hipoksia.

Awasi 24 jam keseimbngan
cairan, perhatikan
variasi/perubahan.

Perpindahan cairan atau kelebihan
penggantian cairan meningkatkan risiko
edema paru. Catatan : Cedera inhalasi
meningkatkan kebutuhan cairan
sebanyak 35% atau lebih karena edema.

Lakukan program kolaborasi
meliputi :
Berikan pelembab O2 melalui
cara yang tepat, contoh masker
O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis.
wajah
Pelembaban menurunkan pengeringan
saluran pernafasan dan menurunkan
viskositas sputum.
Awasi/gambaran seri GDA
Data dasar penting untuk pengkajian
lanjut status pernafasan dan pedoman
untuk pengobatan. PaO2kurang dari 50,
PaCO2lebih besar dari 50 dan penurunan
pH menunjukkan inhalasi asap dan
Kaji ulang seri rontgen
terjadinya pneumonia/SDPD.

Berikan/bantu fisioterapi
dada/spirometri intensif.

Siapkan/bantu intubasi atau
trakeostomi sesuai indikasi.

Perubahan menunjukkan
atelektasis/edema paru tak dapat terjadi
selama 2 – 3 hari setelah terbakar

Fisioterapi dada mengalirkan area
dependen paru, sementara spirometri
intensif dilakukan untuk memperbaiki
ekspansi paru, sehingga meningkatkan
fungsi pernafasan dan menurunkan
atelektasis.

Intubasi/dukungan mekanikal
dibutuhkan bila jalan nafas edema atau
luka bakar mempengaruhi fungsi

Resiko
kekurangan
volume cairan
berhubungan
dengan
Kehilangan
cairan melalui
rute abnormal.
Peningkatan
kebutuhan :
status
hypermetabolik,
ketidak cukupan
pemasukan.
Kehilangan
perdarahan.

paru/oksegenasi.
Memberikan pedoman untuk
penggantian cairan dan mengkaji respon
kardiovaskuler.Penggantian cairan
dititrasi untuk meyakinkan rata-2
pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada
orang dewasa. Urine berwarna merah
pada kerusakan otot masif karena
adanyadarah dan keluarnya mioglobin.

Pasien dapat
Awasi tanda vital, CVP.
mendemostrasikan
Perhatikan kapiler dan
status cairan dan
kekuatan nadi perifer.Awasi
biokimia
pengeluaran urine dan berat
membaik.Kriteria
jenisnya. Observasi warna
evaluasi: tak ada
urine dan hemates sesuai
manifestasi dehidrasi, indikasi.
resolusi oedema,
elektrolit serum dalam
batas normal,
haluaran urine di atas
30 ml/jam.
Perkirakan drainase luka dan Peningkatan permeabilitas kapiler,
kehilangan yang tampak
perpindahan protein, proses inflamasi
dan kehilangan cairan melalui evaporasi
mempengaruhi volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.
Timbang berat badan setiap
hari
Ukur lingkar ekstremitas yang Penggantian cairan tergantung pada
berat badan pertama dan perubahan
terbakar tiap hari sesuai
selanjutnya
indikasi
Selidiki perubahan mental

Observasi distensi
abdomen,hematomesis,feces
hitam.

Memperkirakan luasnya
oedema/perpindahan cairan yang
mempengaruhi volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.
Stres (Curling) ulcus terjadi pada
setengah dari semua pasien yang luka
bakar berat(dapat terjadi pada awal
minggu pertama).

Hemates drainase NG dan
feces secara periodik.
Lakukan program kolaborasi
meliputi :
Pasang / pertahankan kateter
urine
Pasang/ pertahankan ukuran

Observasi ketat fungsi ginjal dan
mencegah stasis atau refleks urine.

kateter IV.

 Resusitasi cairan menggantikan
Berikan penggantian cairan IV kehilangan cairan/elektrolit dan
yang dihitung, elektrolit,
membantu mencegah komplikasi.
plasma, albumin.
 Mengidentifikasi kehilangan
Awasi hasil pemeriksaan
darah/kerusakan SDM dan kebutuhan
laboratorium ( Hb, elektrolit, penggantian cairan dan elektrolit.
natrium ).
 Meningkatkan pengeluaran urine dan
membersihkan tubulus dari debris
Berikan obat sesuai idikasi : /mencegah nekrosis.
Penggantian lanjut karena kehilangan
urine dalam jumlah besar
Diuretika contohnya Manitol  Menurunkan keasaman gastrik
(Osmitrol) Kalium Antasida sedangkan inhibitor histamin
menurunkan produksi asam hidroklorida
untuk menurunkan produksi asam
hidroklorida untuk menurunkan iritasi
gaster.
 Mengidentifikasi penyimpangan indikasi
Pantau:
kemajuan atau penyimpangan dari hasil
Tanda-tanda vital setiap jam yang diharapkan. Periode darurat (awal
selama periode darurat, setiap 2 48 jam pasca luka bakar) adalah periode
jam selama periode akut, dan kritis yang ditandai oleh hipovolemia
setiap 4 jam selama periode
yang mencetuskan individu pada perfusi
rehabilitasi.
ginjal dan jarinagn tak adekuat.
Warna urine.
Inspeksi adekuat dari luka bakar.
Masukan dan haluaran setiap Penggantian cairan cepat penting untuk
jam selama periode darurat,
mencegah gagal ginjal. Kehilangan
setiap 4 jam selama periode
cairan bermakna terjadi melalui jarinagn
akut, setiap 8 jam selama
yang terbakar dengan luka bakar luas.
periode rehabilitasi.
Pengukuran tekanan vena sentral
CVP (tekanan vena sentral) memberikan data tentang status volume
setiap jam bial diperlukan.
cairan intravaskular.
Status umum setiap 8 jam.

Temuan-temuan ini mennadakan
hipovolemia dan perlunya peningkatan
cairan. Pada lka bakar luas, perpindahan
cairan dari ruang intravaskular ke ruang
interstitial menimbukan hipovolemi.
Pasien rentan pada kelebihan beban
volume intravaskular selama periode
pemulihan bila perpindahan cairan dari

kompartemen interstitial pada
kompartemen intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak positif
ennandakan adanya perdarahan GI.
Perdarahan GI menandakan adaya stres
ulkus (Curling’s).
Mencegah perdarahan GI. Luka bakar
luas mencetuskan pasien pada ulkus stres
yang disebabkan peningkatan sekresi
hormon-hormon adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
Resiko kerusakan
pertukaran gas
berhubungan
dengan cedera
inhalasi asap atau
sindrom
kompartemen
torakal sekunder
terhadap luka
bakar
sirkumfisial dari
dada atau leher.

Pasien dapat
Pantau laporan GDA dan kadar Mengidentifikasi kemajuan dan
mendemonstrasikan karbon monoksida
penyimpangan dari hasil yang
oksigenasi
serum.Beriakan suplemen
diharapkan. Inhalasi asap dapat merusak
adekuat.Kriteroia
oksigen pada tingkat yang
alveoli, mempengaruhi pertukaran gas
evaluasi: RR 12-24 x/ ditentukan. Pasang atau bantu pada membran kapiler alveoli.Suplemen
mnt, warna kulit
dengan selang endotrakeal dan oksigen meningkatkan jumlah oksigen
normal, GDA dalam temaptkan pasien pada
yang tersedia untuk jaringan. Ventilasi
renatng normal, bunyi ventilator mekanis sesuai
mekanik diperlukan untuk pernafasan
nafas bersih, tak ada pesanan bila terjadi insufisiensi dukungan sampai pasie dapat dilakukan
kesulitan bernafas.
pernafasan (dibuktikan dnegna secara mandiri.
hipoksia, hiperkapnia, rales,
Pernafasan dalam mengembangkan
takipnea dan perubahan
alveoli, menurunkan resiko atelektasis.
sensorium).
Anjurkan pernafasan dalam
dengan penggunaan spirometri
insentif setiap 2 jam selama
tirah baring.
Pertahankan posisi semi
fowler, bila hipotensi tak ada.

Memudahkan ventilasi dengan
menurunkan tekanan abdomen terhadap
diafragma.
Luka bakar sekitar torakal dapat
membatasi ekspansi adda. Mengupas
kulit (eskarotomi) memungkinkan
ekspansi dada.

Untuk mencegah terjadinya peradangan,
Untuk luka bakar sekitar
serta infeksi yang meluas
torakal, beritahu dokter bila
terjadi dispnea disertai dengan
takipnea. Siapkan pasien untuk
pembedahan eskarotomi sesuai
pesanan.
Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat anti
inflamasi