BAB II proposal skripsi Indonesia

Annisa Yunita Rani
1102014035

BAB II
II.I. Tinjauan Pustaka
II.I.I. Pengalaman Pribadi
a. Definisi
Menurut KBBI, pengalaman merupakan nomina (kata benda) yang pernah
dialami, dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya. Sedangkan menurut
Notoadmojo (2010) pengalaman adalah cara untuk memperoleh kebenaran dengan
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi pada masa lalu. Pengalaman biasanya diperoleh dari lingkungan sebagai
sebuah perkembangan misalnya, mengikuti ekstrakulikuler di sekolah. Pribadi dalam
KBBI, merupakan milik atau diri sendiri. Pengalaman pribadi merupakan proses
memperoleh suatu kebenaran yang dilakukan berulang yang dilakukan oleh diri
sendiri.
b. Penelitian Lain yang Berhubungan Antara Pengalaman Pribadi dengan Merokok
Masa remaja merupakan masa peralihan. Masa remaja dapat diistilahkan
sebagai masa strom and stress karena terjadi ketidaksesuaian antara perkembangan
fisik yang matang dengan psikososial. Tiap remaja pun memiliki gaya yang berbedabeda ada yang atraktif, lincah, modis, agresif, kreatif, suka hura-hura bahkan ada
pula remaja yang suka mengacau. Pada masa ini remaja mulai lebih mandiri dan

berjuang untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua sehingga dapat diakui
sebagai orang dewasa.(Hasanah dkk, 2011)
Johnston (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Starting to smoke: a
qualitative study of the experiences of Australian indigenous youth memaparkan
beberapa pengalaman pribadi remaja mengenai rokok. Seorang remaja laki-laki 18
tahun diperbolehkan merokok oleh ibunya, tetapi hanya diluar rumah tidak didalam
rumah karna cemas apabila terlihat kemudian ditiru oleh sang adik. Seorang remaja
perempuan 15 tahun merasakan sensasi menjijikan setelah mencoba rokok untuk
pertama kalinya dengan melontarkan kata-kata “Yuck”. Remaja perempuan 15 tahun
merokok setiap kali dibuat stress oleh ayahnya, ibunya tahu dan merasa biasa saja
karena kakak perempuan dari remaja tersebut pun merokok. Pengalaman berbeda
mengenai rokok terdapat pada remaja perempuan 18 tahun, ia mengaku tidak
merokok karena ayah dan ibunya tidak merokok, karena terbiasa dengan lingkungan
keluarga tidak merokok sehingga ia dan kakaknya tidak merokok. Perempuan 20
tahun berteman dengan orang-orang yang sangat menolak rokok. Menurut mereka,
rokok itu adalah sampah dan ia setuju dengan hal itu.
c. Cara Mengukur Pengalaman Pribadi Terhadap Merokok
Rokok merupakan hasil olahan tembakau yang dihasilkan dari tanaman
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan dalam bentuk

terbungkus.(Heryani, 2014). Merokok adalah kegiatan membakar tembakau setelah
Hubungan Pengalaman Pribadi dengan Sikap Merokok Remaja

Annisa Yunita Rani
1102014035

itu dihisap isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Saleh,
2011).
Masa remaja merupakan suatu masa yang rentan bagi remaja untuk melakukan
perilaku menyimpang seperti merokok. Hal ini erat kaitannya dengan belum
matangnya mental seorang remaja. Remaja tidak dapat dikatakan lagi sebagai anakanak. Namun, juga tidak cukup matang untuk dikatakan dewasa sehingga sering kali
mengalami kegagalan dalam mempertimbangkan dampak dari prilaku bahkan
sikapnya sendiri. Remaja sering mencari pola hidup yang menurutnya sesuai dan
biasanya dilakukan dengan metode coba-coba yang berdampak negatif bagi dirinya
dan orang lain seperti merokok. Namun, demi mencari identitas diri dan untuk
meningkatkan status sosial di lingkungan pergaulan maka remaja sering kali
mengabaikan dampaknya.
Merokok melahirkan tindakan yang tidak terkontrol dan dianggap
memberikan perasaan menyenangkan hati bagi para remaja(Grety,2015). Bagi
remaja laki-laki merokok juga memiliki konotasi positif, seperti hidup stabil,

kesenangan, perasaan yang baik, merasa begitu kaya, mengesankan, penampilan
yang baik, dan menarik.(Rachmad,2013)
Dibalik semua konotasi positif yang dirasakan remaja, merokok memiliki
dampak bagi kesehatan. Menurut CDC (Center of Desease Control) dalam
Octfarida(2011) merokok dapat membahayakan organ-organ didalam tubuh.
Merokok dapat menyebabkan beberapa penyakit dan memperburuk kesehatan,
contohnya seperti penyakit paru obstruktif (PPOK). 15% perokok mengalaminnya
karena seseorang yang merokok akan mengalami penurunan FEV1 (Forced
Expiratory Volume in Second) dan hampir 90% perokok beresiko menderita PPOK.
(Saleh,2011). Merokok juga memiliki pengaruh pada gigi yaitu terbentuknya caries
akibat penurunan fungsi saliva yang berperan sebagai proteksi gigi. Perokok tiga kali
beresiko tinggi dibandingkan bukan perokok. Pengaruh lainnya yaitu pada mata
menyebabkan katarak nuklear di bagian tengah lensa karena kerusakan protein lensa
yang disebabkan oleh banyaknya logam dan bahan kimia yang terdapat dalam asap
rokok (Muhibah, 2011). Pada sistem reproduksi merokok dapat mengurangi
terjadinya konsepsi sehingga mengakibatkan fertilitas pada pria maupun wanita.
Pada wanita hamil yang merokok janin yang dikandung akan mengalami penurunan
berat badan, lahir prematur dan kematian janin(Anggraini,2013). Penyakit lain yang
beresiko tinggi pada perokok adalah kanker paru-paru, jantung koroner,
bronchitis kronis, dan sebagainya (Aditama cit Caroline, 2008).

II.I.II. Sikap Merokok
a.

Definisi
Sikap adalah suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus/objek, manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi
hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

Hubungan Pengalaman Pribadi dengan Sikap Merokok Remaja

Annisa Yunita Rani
1102014035

stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007). Menurut Rachmad(2013) sikap adalah suatu
faktor personal yang berkaitan dengan prilaku termasuk prilaku merokok.
Sikap merupakan penilaian seseorang mengenai rokok dan dapat dibagi
menjadi tiga komponen yaitu:
1. Komponen Kognitif

Merupakan sebuah penilaian, kepercayaan dan stereotipe seseorang
mengenai sebuah objek. Komponen kognitif merupakan representasi suatu
kepercayaan dari seseorang yang memiliki sikap. (Azwar,2003)
2. Komponen Afektif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional seseorang dan
dapat disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu hal.
(Azwar, 2003). Seseorang yang percaya bahwa rokok merusak kesehatan
maka terbentuk perasaan negatif tentang rokok dan orang tersebut akan
menjauhi rokok. Hal ini menunjukan kepercayaan mempengaruhi
emosional seseorang.
3.
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan
aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang
mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif
disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu.
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh

seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk
bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu
dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis
untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah
dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

b.

Penelitian Lain yang Berhubungan dengan Sikap Merokok

Hubungan Pengalaman Pribadi dengan Sikap Merokok Remaja

Annisa Yunita Rani
1102014035

Perkembangan remaja saat mulai merokok berhubungan dengan krisis aspek
psikososial yang dialami pada masa perkembangan ketika mereka sedang mencari jati
diri. Pada saat itu terjadi ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial.
(Rachmad,2013). Pengalaman remaja mengenai rokok dapat menghasilkan sikap
positif dapat pula negatif. Seorang perempuan 20 tahun memutuskan tidak merokok,

karena melihat banyak peringatan dan himbauan mengenai bahaya rokok, menurutnya
menghindari rokok merupakan hal yang sangat penting dan akhirnya ia memutuskan
untuk tidak merokok. Sikap merokok remaja dapat terbentuk pula dari teman karena
adanya paksaan untuk merokok, juga ejekan dan hinaan apabila tidak merokok, dan
akhirnya terpaksa merokok agar tidak dikeluarkan dari kelompok. Seorang perempuan
17 tahun merokok karena orang disekitarnya juga merokok, selain itu ia merasa cocok
dan beranggapan bahwa dengan merokok dapat membanggakan nama geng. Bertolak
belakang dengan wanita 17 tahun bukan perokok mengganggap bahwa rokok
hanyalah hal yang menjijikan dan tidak keren sama sekali.(Johnston,2012)
Sikap merokok dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pengalaman pribadi
memberikan pengaruh terhadap sikap merokok baik pengalaman dengan melihat dari
orang-orang sekitar maupun pengalaman yang dirasakan sendiri oleh remaja.
Pengalaman pribadi juga berefek pada terbentuknya sikap merokok atau bahkan justru
sikap menjauhi rokok. Seorang ibu menyesal karena telah merokok sebanyak 2
bungkus sehari. Melihat ibunya merokok anak-anaknya pun ikut merokok sejak
remaja. Beberapa tahun kemudian sang ibu menderita serangan jantung dan harus
dipasangkan ring, sudah berniat untuk berhenti tetapi rasa ingin merokok kambuh
lagi. Sampai akhirnya sang ibu benar-benar ingin berhenti karena anak-anaknya
berhenti merokok dan selalu menasehati agar sang ibu berhenti merokok. Suaminya
juga turut menasehati. Dahulu sang suami merokok tetapi sudah berhenti lama dan

sejak kejadian itu sang ibu berhenti merokok dan bercita-cita agar cucu-cucunya kelak
tidak ada yang merokok(Fauziy,2014). Sandy, perempuan berusia 17 tahun hidup
dengan anggota keluarga yang sebagian besar merokok, ibu dan ayahnya merokok,
paman dan bibinya juga merokok tetapi ia tidak pernah merokok. Ia selalu
memberikan pesan anti rokok yang kuat pada siapapun yang merokok didalam rumah
bahwa merokok adalah hal yang sangat menjijikan. Pada saat adiknya lahir, sang ibu
memutuskan untuk tidak merokok kembali karna sadar bahwa pesan anti rokok yang
selalu dikatakan anaknya adalah untuk kebaikan. Hal tersebut memberikan hal positif
untuk keluarga sandy. Selain itu, meskipun paman dan bibinya merokok tidak ada
satupun dari sepupunya yang merokok. Hal ini memberikan perubahan generasi dari
yang sebelumnya merokok menjadi tidak merokok.(Johnston, 2012)
Peran tokoh contohnya orang tua berpengaruh terhadap sikap merokok. Pola
asuh orang tua yang kurang baik akan menimbulkan sikap menyimpang seperti
merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat terlarang dan lain-lain (Depkes
RI,2005). Remaja yang berasal dari keluarga yang konservatif atau yang selalu
menekankan pada nilai sosial dan agama dengan tujuan jangka panjang maka akan
lebih sulit terkait dengan masalah merokok dibandingkan keluarga yang permisif pada
suatu penekanan falsafah sehinnga pengaruhnya lebih kuat apabila orang tua sendiri

Hubungan Pengalaman Pribadi dengan Sikap Merokok Remaja


Annisa Yunita Rani
1102014035

menjadi figur contoh perokok berat, maka anak-anak kemungkinan besar juga akan
menirunya (Depkes RI,2010).
Media masa menampilkan lambang kejantanan atau glamour sehingga
membuat para remaja tertarik untuk merokok (Depkes RI, 2010). Pada Jaya (2009)
terdapat penelitian yang dilakukan US Surgeon General iklan rokok menjadi faktor
terbesar yang mempengaruhi remaja untuk merokok. Hasil penelitian tersebut
memaparkan bahwa iklan, promosi dan sponsor rokok telah menciptakan dan
menanamkan norma kepada anak bahwa kejadian merokok adalah baik dan biasa.
Pengaruh iklan sangat mempengaruhi remaja. Terkadang perokok remaja pemula
akibat menonton iklan dilingkungan mereka karena remaja belum mengerti benar
mengenai bahaya yang disebabkan oleh rokok sehingga orang tua dapat memberi
pemahaman pada anak-anaknya mengenai merokok(Wawan, 2010).
c.

Mekanisme Sikap Merokok
Sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007)
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1. Menerima (receiving)
:
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya Sikap seseorang yang dapat dilihat dari
perhatiannya terhadap sosisalisasi mengenai rokok dan bahaya yang
ditimbulkannya
2. Merespon (responding)
:
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan merupakan indikasi dari sikap. Usaha yang dilakukan untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah. Misalnya seseorang mengetahui dampak dari
bahaya merokok, orang tersebut tidak akan mencoba untuk merokok. Bagi
yang telah menjadi perokok, ia mau berusaha untuk berhenti karena
mengetahui apa dampak yang akan terjadi bila terus merokok.
3. Menghargai (valuing)
:

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap menghargai. Misalnya seseorang dengan niat ingin
menolong orang lain agar tidak menjadi pecandu berat rokok, sehingga ia
mengajak orang lain untuk berhenti merokok dengan menjelaskan bahaya
rokok yang ia ketahui dengan harapan orang lain akan mendengar ajakannya
dan tidak merokok.
4. Bertanggung jawab (responsible)
:
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seseorang dengan
pengetahuan dimiliki mengenai rokok dan bahayanya maka ia bertanggung
jawab atas pilihanya untuk tidak merokok. Berjanji dalam dirinya untuk

Hubungan Pengalaman Pribadi dengan Sikap Merokok Remaja

Annisa Yunita Rani
1102014035

menolak ajakan merokok dari orang lain, menegur dengan baik apabila
merokok di sekitarnya dan menyarankan untuk berhenti merokok.
Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran dan keyakinandan
emosi memegang peranan yang penting. Sikap dimulai dari subjek yang
telahmendengar dan mengetahui tentang dampak yang ditimbulkan oleh rokok
danbagaimana pencegahannya. Kemudian pengetahuan ini akan membawa
subjek untuk berpikir dan berusaha supaya diri dari subjek tidak terkena
dampak daribahaya rokok. Dalam berpikir, komponen emosi dan keyakinan
ikut bekerjasehingga subjek tersebut berniat untuk menjauhi atau tidak
mencoba untuk merokok sebagai upaya mencegah agar diri dari subjek tidak
terkena dampak bahaya rokok. Subjek ini mempunyai sikap tertentu terhadap
objek yang berupabahaya rokok. (Notoadmojo,2007)
Sikap erat kaitannya dengan prilaku, karena pada hakekatnya sikap
akan menentukan seseorang berperilaku terhadap sesuatu objek baik yang
disadari atau tidak disadari(Sarwono, 2000).
Menurut Leventhal dan Cleary (dalam Komalasari dan Helmi 2000)
ada empat tahap perilaku merokok :
1. Tahap pengenalan terhadap rokok (preparatory)
Tahap ini merupakan tahap dimana seeorang mendapatkan gambaran
menyenangkan terhadap rokok. Seseorang yang melihat, mendengar
atau mungkin membacanya dari majalah. Pada tahap ini muncul
penilaian positif terhadap rokok. Penilaian positif ini mungkin didapat
setelah melihat atau membandingkan orang yang merokok dengan
yang tidak merokok. Penilaian positif terhadap perokok misalnya orang
yang merokok akan terlihat lebih macho, maskulin dan lebih
menggambarkan kelelakian. Hal ini akan menumbuhkan minat
terhadap rokok.
2. Tahap pemutusan (initiation)
Tahap dimana seseorang mulai mencoba merokok, dan memberikan
sebuah penilaian. Akan diteruskan jika dianggapnya baik bagi dirinya.
Tahap ini merupakan
tahap penggambilan keputusan untuk
meneruskan merokok atau tidak.
3. Tahap menjadi seseorang perokok (become a smoker)
Tahap ini merupakan tahap bagaimana seseorang menjadi seorang
perokok. Jika seseorang secara rutin menghabiskan rokok sebanyak 4
batang sehari, maka ia akan mengalami ketergantungan kemudian
meneruskan kebiasaan untuk merokok.
4. Tahap ketergantungan (maintenance of smoking)
Tahap dimana seseorang telah menganggap bahwa merokok sudah
menjadi bagian dari cara pengaturan diri (self regulation). Merokok
sudah menjadi ketergantungan karena mempunyai efek fisiologis yang
menyenangkan.

Hubungan Pengalaman Pribadi dengan Sikap Merokok Remaja

Annisa Yunita Rani
1102014035

d. Cara Mengukur Sikap Merokok
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan setuju
atau tidak setuju responden terhadap suatu obyek tertentu menggunakan skala
Likert (Notoatmodjo, 2005:57).
Menurut Rachmad (2013) dalam penelitiannya 72,9% sikap remaja
cenderung setuju dengan dengan pernyataan positif bahwa menghirup udara segar
bebas asap rokok adalah hak setiap orang. 61.3% remaja memilih bersikap untuk
menjauhi teman akrab yang merokok. 85,6% orang tua mewaspadai anaknya
merokok dan pembatasan untuk iklan rokok 77,3%. Sikap remaja cenderung tidak
setuju dengan pernyataan negatif yang mendukung sikap merokok seperti asap
rokok sama dengan asap biasa sebesar 91,3%, merokok dapat dilakukan dmana
saja sebanyak 78,8%, bergaul dengan teman-teman perokok sebanyak 88,1%,
tinggal serumah dengan keluarga yang merokok sebanyak 74,1%. Remaja
bersikap tidak setuju terhadap gambar dan pesan iklan yang cenderung mengajak
merokok seperti menggambarkan bahwa merokok itu keren/macho, gaul, matang,
serta dapat diterima oleh teman-teman. Remaja yang bersekolah di kawasan tanpa
rokok (KTR) berpeluang 3,2 kali lebih tinggi untuk bersikap positif dan 2,6 kali
lebih berpotensi untuk berhenti merokok dibandingkan remaja yang bersekolah di
non KTR.

Hubungan Pengalaman Pribadi dengan Sikap Merokok Remaja

Annisa Yunita Rani
1102014035

II.II. Kerangka Teori
Independen

Pengalaman Pribadi
Remaja

Dependen

Sikap Merokok Remaja

II.III. Kerangka Konsep

Pengalaman Pribadi Remaja
Tentang Merokok

Peran Tokoh :
Orang Tua, Kerabat Dekat,
Teman.
Peran Institusi :
Sekolah,Pemerintah
Media Masa :
Iklan, Promosi, Sponsor

Sikap Merokok Remaja

Ketersediaan sarana dan
prasarana remaja untuk
merokok, keberadaan iklan
yang mendorong remaja
untuk merokok, pola asuh
orang tua.

Hubungan Pengalaman Pribadi dengan Sikap Merokok Remaja

Annisa Yunita Rani
1102014035

II.IV. Hipotesis
HA : Adanya hubungan antara pengalaman pribadi dengan sikap
merokok remaja.
H0 : Tidak adanya hunungan antara pengalaman pribadi dengan
sikap merokok
Remaja
II.V. Defnisi Operasional
a. Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Heryani, 2014)
b. Sikap
Sikap adalah suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus/objek, manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi
hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial(Notoatmodjo, 2007).
c. Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah cara untuk memperoleh kebenaran dengan mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
pada masa lalu. Pengalaman biasanya diperoleh dari lingkungan sebagai sebuah
perkembangan misalnya, mengikuti ekstrakulikuler di sekolah. Pribadi dalam
KBBI, merupakan milik atau diri sendiri. Pengalaman pribadi merupakan proses
memperoleh suatu kebenaran yang dilakukan berulang yang dilakukan oleh diri
sendiri(Notoadmojo 2010).
d. Keluarga
Menurut Friedman dalam Sudiharto(2007) keluarga adalah dua atau lebih individu
yang tergabung karna ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan
melakukan pendekatan emosional serta mengidentifikkasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga.
e. Teman Sepergaulan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan,
sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat. Menurut Santrock
(2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja
yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama.

Hubungan Pengalaman Pribadi dengan Sikap Merokok Remaja

Annisa Yunita Rani
1102014035

Sudiharto.(2007). Asuhan Keperawatan keluarga dengan
transkultural ; editor, Esty Whayuningsih – Jakarta : EGC

pendekatan

keperawatan

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Perkembangan. Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Caroline.
2008.
Akibat
Merokok
http:/fransis.com/2008/09/26/kiat-berhenti-merokok/respond. [diakses tanggal 16 Desember
2008]
Depdikbud.. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Hasanah, A, dkk.2011. Hubungan Antara Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya dan Iklan
Rokok denga Perilaku Merokok Pada Siswa Laki-Laki Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali.
Vol:8.695-675
Heryani, R. 2014. Kumpulan Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Khusus Kesehatan. Jakarta : CV. Trans Info Media
Saleh, K.N.B. 2011. Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan
Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan
Periode Januari 2009 – Desember 2009. (KTI). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Runtukahu, dkk.(2015).Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku Merokok Kalangan Remaja
Di SMKN 1 Bitung. Jurnal e-biomedik, Vol :3. No.1
Murtiyani N. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja di RW V
Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo. Jurnal Keperawatan, 1 (1), 1-9.
Anggraini, F.D. 2013. Hubungan Larangan Merokok di Tempat Kerja dan Tahapan Smoking
Cessation Terhadap Intensitas Merokok pada Kepala Keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6,
RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung
Tahun 2012. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:
Rineka cipta
Wawan, A. & dewi. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medica; 2010
Sarwono, S.W. 2000. Teori-teori Psikolologi Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Komalasari, D & Helmi, A.F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Pada Remaja.
Avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilaku merokok avin.pdf, 4 November 2012
Notoatmodjo, s, 2005, Promosi kesehatan teori dan Aplikasi, Jakarta : PT Rineka Cipta

Hubungan Pengalaman Pribadi dengan Sikap Merokok Remaja

Annisa Yunita Rani
1102014035

Notoatmodjo, s. 2007. Perilaku kesehatan dan ilmu perilaku, Jakarta: PT Rineka Cipta

Hubungan Pengalaman Pribadi dengan Sikap Merokok Remaja

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157