BIODIVERSITAS LICHENES PADA TEGAKAN POHON KEMENYAN (STYRAX SP.) DI KAWASAN HUTAN SUMATERA UTARA.

(1)

BIODIVERSITAS LICHENES PADA TEGAKAN POHON KEMENYAN (Styrax sp.) DI KAWASAN HUTAN SUMATERA UTARA

Oleh :

MAYA ANJELIR ANTIKA NIM 408241036 Program Studi Biologi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2012


(2)

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan kesehatan yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Judul dari proposal ini yaitu “Biodiversitas Lichenes pada Tegakan Pohon Kemenyan (Styrax sp.) di Dua Kawasan Hutan Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan ribuan terima kasih kepada Drs. H. Ashar Hasairin M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang banyak memberikan bimbingan kepada penulis dari awal sampai akhir penyusunan skripsi, serta Ibu Dra. Hj. Cicik Suriani, M.Si, Drs. Nusyirwan M.Si, dan Bapak Drs. Toyo Manurung, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan perbaikan dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Dj. Simamora M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.

Teristimewa buat keluarga, terutama Ayahanda Syabirin dan Ibunda Agusmiati yang telah memberikan dorongan moril maupun materil, doa serta senantiasa memberikan semangat kepada penulis. Penulis juga mngucapkan terima kasih kepada Abang Sugianto dan Abang Manager Sirait selaku pembimbing lapangan, ibu Cica Ali M.Si, ibu Kumala, abang Arif Ahmad, serta seluruh pegawai yang ada di Aek Nauli dan Tahura. Tak lupa pula kepada teman-temanku semua, terima kasih atas kebaikannya selama ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, akhir kata penulis mngucapkan terima kasih.

Medan, 10 Agustus 2012

Maya Anjelir Antika

Nim : 408241036


(4)

iii

Biodiversitas Lichenes pada Tegakan Pohon Kemenyan (Styrax sp.) Di kawasan Hutan Sumatera Utara

Maya Anjelir Antika (NIM : 408241036)

ABSTRAK

Peneltian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang analisis vegetasi, indeks keanekaragaman, perbandingan, korelasi, kekerabatan, distribusi jenis lichenes serta karakteristik ekologi di Kawasan Hutan Aek Nauli-Parapat dan Taman Hutan Raya Tongkoh berdasarkan tegakan pohon sebagai tempat tumbuh lichenes. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2012 hingga Juni 2012. Penelitian ini menggunakan metode transek, penentuan pohon tegakan secara purpossive sampling dengan survey eksploratif dan inventarisasi, bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan adanya keanekaragaman yang tinggi dan diperoleh 26 jenis lichens, yaitu 23 jenis di Aek Nauli dan 16 jenis di Tahura, terdiri dari 11 genus. Bentuk thallus lichenes yang dijumpai didua lokasi yaitu crustose, foliose dan fruticose. Data analisis vegetasi Kerapatan Relatif (KR); Frekuensi Relatif (FR); Dominansi Relatif (DR) dan Nilai Penting (NP); tertinggi untuk Aek Nauli berturut-turut yaitu jenis Pyrhospora quernea (25,56%; 15,52%; 25,56% dan 68,63%). Data analisis KR; FR; DR dan NP tertinggi untuk Tahura berturut-turut yaitu jenis Pertusaria amara (24,80%; 21,05%; 24,80% dan 70,64%). Nilai korelasi antara keanekaragaman lichenes kedua lokasi sebesar 0,615 menunjukkan korelasi yang sungguh dan searah. Sedangkan korelasi antara keanekaragaman lichenes dengan data ekologi kedua lokasi menunjukkan korelasi yang bervariasi. Pola hubungan kekerabatan dibagi dalam 16 kelompok dengan 8 karakter sebagai penciri. Hampir keseluruhan jenis lichenes kedua lokasi menunjukkan pola distribusi mengelompok dan satu jenis yang menunjukkan pola distribusi acak. Melalui pengukuran faktor fisika-kimia pada tegakan pohon Styrax sp. di KHDTK Aek Nauli diperoleh suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya rata-rata (22,90C; 60%; 827,1 Joule). Sedangkan di TAHURA Bukit Barisan Tongkoh, memiliki suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya rata-rata (21.20C; 77,9%; 894,4 Joule).


(5)

iv

Biodiversity Lichenes The Frankincense Tree Stands (Styrax sp.) In The Forests Of North Sumatra

Maya Anjelir Antika (408241036)

ABSTRACT

Other research aims to obtain data on vegetation analysis, diversity index, comparison, correlation, kinship, and the distribution of species lichenes ecological characteristics in Aek Nauli-Forest and Forest Park Parapat Tongkoh based on tree stands as a place to grow lichenes. The experiment was conducted from March 2012 until June 2012. This study transect method, determination of tree stands in purpossive sampling with exploratory surveys and inventories, is descriptive. The results showed a high diversity and obtained 26 types of lichens, the 23 species in Aek Nauli and 16 species in Tahura, consisting of 11 genera. Thallus lichenes forms encountered on two locations: crustose, foliose and fruticose. Data analysis Relative Density of vegetation (KR) Relative frequency (FR) Relative dominance (DR) and importance value (NP), the highest for Aek Nauli consecutive Pyrhospora quernea the type (25.56%, 15.52%; 25,56% and 68.63%). Data analysis of KR; FR; DR and NP for the highest consecutive Tahura the type of Pertusaria amara (24.80%, 21.05%, 24.80% and 70.64%). Correlation values between the two locations lichenes diversity of 0.615 indicates a real and direct correlation. While the correlation between the diversity of ecological data lichenes with both locations showed varying correlations. Kinship patterns are divided into 16 groups with 8 characters as penciri. Almost all types of lichenes both locations showed clumped distribution pattern and one type which shows a random distribution pattern. Through measurements of physico-chemical factors on the standing tree Styrax sp. Aek Nauli KHDTK obtained in air temperature, air humidity and light intensity on average (22.90C, 60%; 827.1 Joules). While in the Bukit Barisan Tahura Tongkoh, has a temperature, humidity and light intensity on average (21.20C; 77.9%, 894.4 Joules).


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar v

Daftar Isi vi

Daftar Gambar vii

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Batasan Masalah 4

1.3. Rumusan Masalah 4

1.4. Tujuan Penelitian 5

1.5. Manfaat Penelitian 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1. Pengenalan Lichenes 7

2.2. Morfologi Thallus 9

2.2.1. Struktur Luar (Morfologi) 9

2.2.2. Struktur Dalam (Anatomi) 12

2.2.3. Struktur Vegetatif 14

2.3. Klasifikasi Lichenes 15

2.4. Habitat dan Penyebaran Lumut Kerak 17

2.5. Pengaruh Faktor Lingkungan bagi Lumut Kerak 19

BAB III. METODE PENELITIAN 21

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 21

3.2. Populasi dan Sampel 21


(7)

vii

3.4. Rancangan Penelitian 22

3.5. Prosedur Kerja 23

3.6. Analisis Data 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHSAN 30

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 30

4.1.1. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)

Aek Nauli – Prapat, Kabupaten Simalungun 30 4.1.2. Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh,

Kabupaten Karo 31

4.2. Jenis-jenis Lichenes (Lumut Kerak) yang Ditemukan pada Kedua

Lokasi Penelitian 32

4.3. Analisis Vegetasi 48

4.3.1. Kerapatan (Ki) dan Kerapatan Relatif (KR) Suatu Jenis Lichenes 48 4.3.2. Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Lichenes 49 4.3.3. Dominansi Relatif (DR) Suatu Jenis Lichenes 51 4.3.4. Nilai Penting (NP) dari Masing-masing Jenis Lichenes 52 4.4. Indeks Keanekaragaman Lichenes pada Kedua Lokasi Penelitian 54 4.5. Persentase Perbandingan Jenis Lichenes pada Kedua Lokasi

Penelitian 55

4.6. Analisis Korelasi Lichenes pada Kedua Lokasi Penelitian 57 4.7. Hubungan Kekerabatan Lichenes pada Kedua Lokasi Penelitian 61 4.8. Pola Distribusi Jenis Lichenes pada Kedua Lokasi Penelitian 69 4.9. Data Karakteristik Ekologi Lichenes pada Kedua Lokasi Penelitian 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 74

5.1. Kesimpulan 74

5.2. Saran 76

DAFTAR PUSTAKA 77


(8)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Data Sifat Fisika-Kimia Habitat (Rona Lingkungan)

Dari Lichenes 24

Tabel 3.2. Ciri dan Sifat Morfologi Lichenes di KHDTK Aek Nauli – Parapat dan TAHURA Bukit Barisan,

Kabupaten Karo 25

Tabel 4.1. Analisis Korelasi Keanekaragaman (H’) Lichenes

yang ditemukan di TAHURA Bukit Barisan Tongkoh dan

KHDTK Aek Nauli Parapat 57

Tabel 4.2. Analisis Korelasi data ekologi sifat fisik-kimia pada Kedua

Lokasi Penelitian 58

Tabel 4.3. Data Morfologi Lichenes di KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan di TAHURA (Taman Hutan Raya)

Bukit Barisan Tongkoh – Kabupaten Karo 62 Tabel 4.4. Data Kuantitatif Lichenes di KHDTK (Kawasan Hutan

Dengan Tujuan Khusus) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan di TAHURA (Taman Hutan Raya) Bukit

Barisan Tongkoh – Kabupaten Karo 64

Tabel 4.5. Data Kuantitatif Lichenes di KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan di TAHURA (Taman Hutan Raya) Bukit

Barisan Tongkoh – Kabupaten Karo 65

Tabel 4.6. Kondisi Faktor Fisika Kimia Lingkungan KHDTK

Aek Nauli - Parapat Kabupaten Simalungun dan TAHURA


(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Contoh lichenes yang berbentuk crustose 10 Gambar 2.3. Contoh lichenes yang berbentuk foliose2 10 Gambar 2.4. Contoh lichenes yang berbentuk fruticose 11 Gambar 2.5. Contoh lichenes yang berbentuk squamulose 11

Gambar 2.6. Morfologi tallus lichenes 12

Gambar 2.7. Lichenes yang terdapat pada tegakan kemenyan 18 Gambar 3.1. Skema Plot Pengambilan Sampel Pada Tegakan Pohon 23

Gambar 4.1. Cladonia coniocraea 33

Gambar 4.2. Graphis scripta 33

Gambar 4.3. Graphis sp1. 34

Gambar 4.4. Lecanora thysanophora 35

Gambar 4.5. Lecanora sp1. 35

Gambar 4.6. Lepraria incana 36

Gambar 4.7. Lepraria sp1. 36

Gambar 4.8. Lepraria sp2. 37

Gambar 4.9. Lepraria sp3. 37

Gambar 4.10. Lepraria sp4. 38

Gambar 4.11. Lepraria sp5. 38

Gambar 4.12. Parmelia sp1. 39

Gambar 4.13. Parmelia sp2. 39

Gambar 4.14. Parmelia sp3. 40

Gambar 4.15. Peltigere sp. 41

Gambar 4.16. Pertusaria amara 41

Gambar 4.17. Pyrenula nitida 42

Gambar 4.18. Pyrenula sp1. 42

Gambar 4.19. Pyrhospora quernea 43

Gambar 4.20. Rimelia reticulata 44

Gambar 4.21. Usnea dasypoga 44


(10)

ix

Gambar 4.23. Verrucaria maura 46

Gambar 4.24. Verrucaria sp1. 46

Gambar 4.25. Verrucaria sp2. 47

Gambar 4.26. Verrucaria sp3. 47

Gambar 4.27. Grafik Kerapatan Relatif pada Kedua Lokasi Penelitian 48 Gambar 4.28. Grafik Frekuensi Relatif pada Kedua Lokasi Penelitian 50 Gambar 4.29. Grafik Dominansi Relatif pada Kedua Lokasi Penelitian 51 Gambar 4.30. Grafik Nilai Penting pada Kedua Lokasi Penelitian 53 Gambar 4.31. Grafik Indeks Keanekaragaman pada Kedua Lokasi

Penelitian 54

Gambar 4.32. Grafik Persentase Perbandingan Jenis Lichenes pada

Kedua Lokasi Penelitian 56

Gambar. 4.33. Dendogram Data Matriks Kuantitatif Lichenes pada

Kedua Lokasi Penelitian 66

Gambar 4.34. Grafik Frekuensi Relatif pada Kedua Lokasi Penelitian 69 Gambar 4.35. Grafik Kondisi Karakteristik Habitat Lichenes pada


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Kerapatan dan Kerapatan Relatif Suatu Jenis

Lichenes yang Ditemukan pada Kedua Lokasi Penelitian 81 Lampiran 2. Tabel Frekuensi dan Frekuensi Relatif Suatu Jenis

Lichenes yang Ditemukan pada Kedua Lokasi Penelitian 82 Lampiran 3. Tabel Dominansi dan Dominansi Relatif Suatu Jenis

Lichenes yang Ditemukan pada Kedua Lokasi Penelitian 83 Lampiran 4. Tabel Nilai Penting Suatu Jenis Lichenes yang

Ditemukan pada Kedua Lokasi Penelitian 84 Lampiran 5. Tabel Indeks Keanekaragaman Suatu Jenis Lichenes

yang Ditemukan pada Kedua Lokasi Penelitian 86 Lampiran 6. Tabel Persentase Perbandingan Suatu Jenis Lichenes

yang Ditemukan pada Kedua Lokasi Penelitian 88 Lampiran 7. Tabel Pola Distribusi Suatu Jenis Lichenes yang

Ditemukan pada Kedua Lokasi Penelitian 89 Lampiran 8. Tabel Pola Distribusi Suatu Jenis Lichenes yang

Ditemukan pada Kedua Lokasi Penelitian 91 Lampiran 9. Tabel Ciri dan Sifat Morfologi Jenis Lichenes

Di KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus)

Aek Nauli - Parapat Kabupaten Simalungun 92 Lampiran 10. Tabel Ciri dan Sifat Morfologi Jenis Lichenes

Di TAHURA (Taman Hutan Raya) Bukit Barisan

Tongkoh Kabupaten Karo 97

Lampiran 11. Jumlah Individu Jenis Lichenes dalam Tiap Plot Di KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus)

Aek Nauli - Parapat Kabupaten Simalungun 101 Lampiran 12. Jumlah Individu Jenis Lichenes dalam Tiap Plot

Di TAHURA (Taman Hutan Raya) Bukit Barisan


(12)

xii

Lampiran 13. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian di Lapangan

dan di Laboratorium 104


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Lichenes di Indonesia merupakan salah satu kelompok tumbuhan tingkat rendah dan bagian dari keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian. Menurut Dube (2006) lichenes (lumut kerak) merupakan organisme gabungan (simbiosis mutualisme) antara fungi (mycobiont) dan alga (cyanobacterium/photobiont). Tumbuhan ini mempunyai manfaat yang besar dalam kehidupan manusia, salah satu diantaranya yaitu Parmelia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Selain sebagai sumber makanan, lichenes banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, misalnya Cetraria islandica sebagai obat pencahar perut (Vashishta 2007). Lichenes juga bermanfaat sebagai indikator pencemaran udara, lichenes mempunyai peranan yang penting terhadap polutan yang ada di udara. Oleh karena itu kita jarang menemukan lichens pada daerah yang tercemar. Tingkat sensitifitas jenis-jenis lichenes terhadap bahan pencemar berbeda-beda.

Lichenes dapat tumbuh hampir pada semua tempat seperti di atas batu, tanah dan tegakan pohon, salah satunya pada tegakan pohon kemenyan. Pohon kemenyan mempunyai batang tegak/lurus dengan percabangan sedikit.Kulit batang beralur sampai retak-retak ke arah vertikal atau berlekuk halus, kulit berwarna merah anggur. Kulit bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau merah keunguan. Bentuk tallus lichenes yang terdapat pada tegakan pohon kemenyan ini biasanya ada yang berbentuk crustose, foliose, fruticose, dan squamulose.

Berdasarkan data Herbarium Bogoriensis Bogor, lichenes di Indonesia berjumlah 40.000 spesies, namun belum banyak peneliti di Indonesia yang menekuni penelitian ini, sehingga peluang untuk meneliti lichenes di Indonesia masih terbuka luas dan berpotensi (Suwarso, 1995 dalam Pratiwi, 2006). Kenyataan yang diketahui dan ditampilkan dalam buku-buku biologi memperlihatkan bahwa hanya beberapa spesies saja yang dikenal, padahal


(14)

2 jumlahnya mencapai 40.000 spesies. Selain jenis, manfaat Lichenes juga belum banyak diulas (Suwarso, 1995 dalam Pratiwi, 2006). Selanjutnya penelitian Darma, dkk (1998) menemukan beberapa jenis lumut kerak, pada tegakan pinus antara lain : Parmelia reticulata, Crusta sp. dan Staurothele sp., sedangkan pada tegakan karet ditemukan jenis Parmelia sp., P. reticulata, Verrucaria sp. dan satu jenis yang tergolong Lichenes imperfecti. Talus P. reticulata ditemukan berkembang pada pohon pinus dan karet.

Kawasan Hutan sangat potensial untuk habitat pertumbuhan dari lichenes. Salah satu diantaranya Hutan Lindung Aek Nauli – Parapat, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Tongkoh. Hutan ini terdapat di Sumatera Utara yang merupakan ekosistem hutan hujan tropis yang merupakan habitat makhluk hidup. Hutan-hutan ini belum banyak dilakukan penelitian tentang flora dan faunanya, walaupun ada hanya dibeberapa hutan lindung dan cagar alam yang khusus meneliti flora dan fauna, namun penelitian tentang keanekaragaman dan persebaran lichenes masih jarang dilakukan, seperti pada Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli - Parapat Kabupaten Simalungundan Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo.Kedua kawasan hutan ini dapat dijadikan sebagai lokasi penelitian. Tipe vegetasinya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tipe vegetasi semak belukar, hutan sekunder dan hutan primer dari dataran rendah sampai dataran tinggi mencapai ketinggian ± 2000 m dpl. Topografinya dataran sampai berbukit dengan kemiringan lahan tanah liat dan berpasir. Kawasan hutan ini memiliki bulan basah (Curah Hujan 7200 mm/bulan) selama sembilan bulan berturut-turut, kisaran suhu antara 16,80C-230C, serta kelembaban yang tinggi ± 80% (Tjitrosoepomo, 1989; Duades, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Biodiversitas Lichenes pada Tegakan Pohon Kemenyan (Styrax sp.) di Kawasan Hutan Sumatera Utara khususnya di Kawasan Hutan Dengan Tujuan

Khusus (KHDTK) Aek Nauli–Parapat Kabupaten Simalungun dan Taman Hutan


(15)

3 1.2.Batasan Masalah

Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini dibatasi hanya pada keanekaragaman dan distribusi jenis lichenes yang terdapat pada tegakan pohon kemenyan (Styrax sp.) yang terdapat di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli–Parapat Kabupaten Simalungun dan Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo.

1.3.Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah vegetasi lichenes pada tegakan pohon kemenyan (Styrax

sp.) di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo?

2. Bagaimanakah indeks keanekaragaman jenis lichenes pada tegakan pohon kemenyan (Styrax sp.) di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus

(KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan Taman Hutan

Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo?

3. Bagaimanakah perbandingan jenis lichenes yang tumbuh pada tegakan pohon yang sama (kemenyan/Styrax sp.) di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo?

4. Bagaimana korelasi jenis lichenes yang terdapat di Kawasan Hutan

Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten

Simalungun dan Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo?

5. Bagaimanakah pola hubungan kekerabatan lichenes pada tegakan pohon kemenyan (Styrax sp.) di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus

(KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan Taman Hutan


(16)

4 6. Bagaimanakah pola distribusi lichenes pada tegakan pohon kemenyan (Styrax sp.) di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo?

7. Bagaimanakah karakteristik ekologi (habitat, sifat fisik-kimia media tumbuh atau substrat) dari lichenes yang terdapat di Kawasan Hutan

Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten

Simalungun dan Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo?

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui vegetasi lichenes padategakan pohon kemenyan (Styrax

sp.) di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo.

2. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis lichenes pada tegakan pohon kemenyan (Styrax sp.) di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus

(KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan Taman Hutan

Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo.

3. Untuk mengetahui perbandingan jenis lichenes yang tumbuh pada tegakan pohon yang sama (kemenyan/Styrax sp.) di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo.

4. Untuk mengetahui korelasi jenis lichenes yang terdapat di Kawasan Hutan

Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten

Simalungun dan Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo.


(17)

5 5. Untuk mengetahui pola hubungan kekerabatan lichenes pada tegakan pohon kemenyan (Styrax sp.) di KHDTK Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan TAHURA Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo. 6. Untuk mengetahui pola distribusi lichenes pada tegakan pohon kemenyan

(Styrax sp.) di KHDTK Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan TAHURA Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo.

7. Untuk mengetahui karakteristik ekologi (habitat, sifat fisik-kimia media tumbuh atau substrat) dari lichenes yang terdapat di KHDTK Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan TAHURA Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo.

1.5.Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai :

1. Informasi tentang kekayaan jenis-jenis lumut kerak (lichenes) yang tumbuh pada tegakan yang sama di Kawasan Hutan Dengan Tujuan

Khusus (KHDTK) Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan

Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo. 2. Informasi mengenaivegetasi lichenes, indek keanekaragaman jenis

Lichenes, pola kekerabatan, pola persebaran dan ekologi (habitat, karakteristik fisik media tumbuh) dari Lichenes yang terdapat pada tegakan yang sama di KHDTK Aek Nauli – Parapat Kabupaten Simalungun dan TAHURABukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo. 3. Bahan masukan, pangkalan data dan data pendukung bagi peneliti lain

maupun bagi mahasiswa yang mengadakan penelitian lanjutan tentang Lichenes dapat dijadikan sebagai salah satu referensi tambahan.


(18)

74 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ditemukan 26 jenis lichenes pada kedua lokasi penelitian untuk KHDTK Aek Nauli – Prapat Kabupaten Simalungun ditemukan 23 jenis, yaitu : Lepraria sp1; Lepraria sp3; Lepraria incana; Pyrenula nitida; Pertusaria amara; Lecanora sp1; Lecanora thysanophora; Pyrenula sp1; Verrucaria sp3; Verrucaria maura; Verrucaria sp1; Verrucaria sp2; Graphis scripta; Lepraria sp5; Lepraria sp2; Pyrhospora quernea; Usnea fillipendula; Usnea dasypoga; Peltigere sp; Parmelia sp1; Parmelia sp2; Rimelia reticulata; Parmelia sp3. dan TAHURA Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo ditemukan 16 jenis, yaitu : Graphis scripta; Lepraria sp3;

Graphis sp1; Lecanora sp1; Lepraria incana; Lepraria sp4; Pyrenula nitida; Pertusaria amara; Lecanora thysanophora; Verrucaria Maura; Verrucaria sp1; Pyrhospora quernea; Peltigere sp; Parmelia sp2; Parmelia sp3; Cladonia coniocraea.

2. Hasil analisis vegetasi menujukkan bahwa yang mempunyai :

a. KR untuk Aek Nauli tertinggi: Pyrhospora quernea (25,56%), terendah: Verrucaria sp3 (0,06%). Sedangkan untuk Tahura tertinggi: Pertusaria amara (24,80%), terendah: Lepraria sp3 (0,31%).

b. FR untuk Aek Nauli tertinggi: Pyrhospora quernea (15,52%), terendah: Graphis scripta, Lepraria sp1., Lepraria sp2., Verrucaria sp2., dan Verrucaria sp3. (0,86%). Sedangkan untuk Tahura tertinggi: Pertusaria amara (21,05%), terendah: Cladonia coniocraea, Parmelia sp2., dan Parmelia sp3. (1,05%).

c. DR untuk Aek Nauli tertinggi: Pyrhospora quernea (25,56%), terendah: Usnea fillipendula (0,06%). Sedangkan untuk Tahura tertinggi: Pertusaria amara (24,80%), terendah :Lepraria sp3 (0,31%).


(19)

75 d. Indeks Nilai Penting untuk Aek Nauli tertinggi: Pyrhospora quernea dengan nilai 68,63%, terendah: Verrucaria sp3. dengan nilai 0,98%. Sedangkan untuk Tahura tertinggi: Pertusaria amara dengan nilai 70,64%, terendah: Parmelia sp2. dengan nilai 1,87%.

3. Nilai keanekaragaman H’ Aek Nauli = 2,52 dan H’ Tahura = 2,05 yang artinya berada dalam keadaan baik (tinggi) karena nilai H’ > 2.

4. Persentase Perbandingan Lichenes untuk Aek Nauli tertinggi: Pyrhospora quernea (26,56%), terendah: Verrucaria sp3. (0,06%). Sedangkan untuk Tahura tertinggi: Pertusaria amara (24,80%), terendah: Lepraria sp3. (0,31%).

5. Nilai korelasi Pearson antara keanekaragaman (H’) jenis lichenes di Tahura dengan Aek Nauli sebesar 0,615. Artinya ada korelasi yang substansial dan searah. Sedangkan nilai korelasi pearson antara keanekaragaman (H’) jenis lichenes di KHDTK aek nauli dan TAHURA dengan data ekologi lichenes menunjukkan korelasi yang bervariasi. 6. Pola hubungan kekerabatan dari 26 jenis lichenes yang ditemukan dapat

dibagi dalam 16 cluster (kelompok) berdasarkan 8 karakter sebagai penciri menggambarkan tingkat perbedaan ataupun jarak ketidaksamaan tiap jenis lichenes. Dimana semakin kecil jarak atau nilai ketidaksamaan maka semakin dekat hubungan kekerabatannya, demikian sebaliknya.

7. Indeks distribusi yang didapat adalah lebih dari 1 (V/m>1) yang merupakan pola distribusi mengelompok dan satu jenis indeks distribusinya sama dengan 1 (V/m=1) yang merupakan pola distribusi acak (random).

8. Iklim mikro pada tegakan pohon Styrax sp. di KHDTK Aek Nauli mempunyai suhu rata - rata 22,90C, dengan kelembaban udara rata - rata 60% dan intensitas cahaya rata-rata 827,1 Joule. Sedangkan di TAHURA Bukit Barisan Tongkoh, memiliki suhu rata - rata 21.20C, kelembaban udara rata - rata 77.9,% dan intensitas udara rata - rata 894,4 Joule.


(20)

76 5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penambahan jumlah tegakan pohon Kemenyan (Styrax sp.) agar memperoleh hasil penelitian yang lebih jenuh disetiap parameternya.

2. Perlu dilakukan identifikasi lanjutan yang lebih spesifik untuk setiap jenis lichenes Graphis sp1.; Lecanora sp1.; Lepraria sp1.; Lepraria sp2.; Lepraria sp3.; Lepraria sp4.; Lepraria sp5.; Parmelia sp1.; Parmelia sp2.; Parmelia sp3.; Peltigere sp.; Pyrenula sp1.; Verrucaria sp1.; Verrucaria sp2.; Verrucaria sp3. Sehingga nantinya dapat diketahui ciri yang tepat dan lebih tepat hingga mencapai spesies.


(21)

77 DAFTAR PUSTAKA

Ahmadjian, V. 1962. Investigatons on lichen synthesis. Amer. J. Bot, 49 : 277-283

Alhusin, S. 2001. Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS 9. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta

Anonim. 2005. Pohon Kemenyan. http://www.wikipedia.org/wiki/kemenyan. (Diakses Januari 2012)

Anonim. 2009. Lichens and Wild life. http://www.lichen.com. (Diakses Desember 2011)

Brown, D. H. 1985. Lichen Physiology and Cell Biology. New York. Plenium Press

Darma, T. IGK., Soetrisno, H., Dadan, J. 1998. Jenis-jenis lumut kerak yang berkembang pada tegakan pinus dan karet. Jurnal Managemen Hutan Tropika IV (1-2) : 7-10

Duades, R. 2004. Studi Keanekaragaman Tumbuhan Obat Di Hutan Penelitian Aek Nauli Kabupaten Simalungun. Skripsi FMIPA, Medan. Unimed Dube, H. C. 2006. An Introduction to Fungi. Ansari Road Press. New Delhi

Dunn, G. & D. Everitt. 1982. An Introduction to Matematical Taxonomy. Cambridge. Cambridge University

Fink, B. 1961. The Lichen Flora of The United States. Michigan The University of Michigan Press

Hasairin, A. 2009. Taksonomi Tumbuhan Rendah. FMIPA Universitas Negeri Medan

Hawksworth, D. L. 1984. The Lichen-Forming Fungi. New York. Chapman and Hall Publishers


(22)

78 Irwan, Z. D. (1992), Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Penerbit Bumi

Aksara. Jakarta.

Januardania, D. 1995. Jenis-jenis Lumut Kerak yang Berkembang pada Tegakan Pinus dan Karet di Kampus IPB Darmaga Bogor. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor Juwana, S. 2001. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Laut. Djambatan.

Jakarta

Juanda, A. 2007. Studi Keanekaragaman Lichenes di Hutan Lindung Aek Nauli– Parapat Kabupaten SimalungunBerdasarkan Ketinggian Tempat dan Substrat Tumbuhnya. FMIPA UNIMED. Medan

Marsono, D. (1997). Deskripsi Vegetasi dan Tipe-Tipe Vegetasi Tropika. Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan. Yogyakarta

McCune, B. 2010. Key to the Lichen Genera of the Pacific Northwest. Dept. Botany & Plant Pathology, Oregon State University : 1-97

Moore, E. 1972. Fundamental of The Fungi, 4th Edition. Landecker Prentince Hall International Inc

Nursal, dkk. (2005). Akumulasi Timbal (Pb) pada Thallus Lichenes di Kota Pekanbaru. Jurnal Biogenesis Vol. 1(2) : 47-50

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. UGM Press. Yogyakarta

Pratiwi, M. E. 2006. Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Pandey, S. N & Trivendi, P. S. 1977. A Text Book of Botany (Algae, Fungi, Bacteria, Hycoplasma, Viruses, Lichens and Elementary Plant Pathology), Volume I. University of Kanpur Press. New Delhi

Phillips, R. 1990. Grasses, Ferns, Mosses & Lichenes. Oxford University Press Polunin, N. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa IImu Serumpun.


(23)

79 Rifai, M. A. dan Widjaja, E. A. 1997. Kamus Biologi : Anatomi – Morfologi

-Taksonomi Botani. Balai Pustaka. Jakarta

Ryadi, S. 1982. Pencemaran Udara. Usaha Nasional. Surabaya

Saipunkaew, W. 2009. Lichen Identification. BIOTROP Fifth Regional Training Course on Biodiversity and Conservation of Bryophytes and Lichenes. Bogor Indonesia, July 14-24, 2009

Sharnoff, S. D. 2002. Lichen Biology and The Environment The Special Biology of Lichens. http://www.lichen.com. (Diakses Desember 2011)

Simonson, S. 1996. Lichen and Lichen-Feeding Moths (Arctiidae: Lithosiinae) asBioindicators of Air Pollution in the Rocky Mountain Front Range. http://www.colostate.edu/Depts/Entomology/courses/en570/papers_1996 /simonson.html. (Diakses Januari 2012)

Sipman, H. J. M. 2003. Key to the lichen genera of Bogor, Cibodas and Singapore. http://www.bgbm.org/sipman/keys/Javagenera.htm. (Diakses Desember 2011)

____________. 2009. Lichenes – Key to Some Common Genera of Bogor, Cibodas, and Singapore. Biotrop Fifth Regional Training Course on Biodiversity and Conservation of Bryophytes and Lichenes. Bogor Indonesia, July 14-24, 2009

Sulaiman, W. 2005. Statistik Non – Parametrik : Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta

Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Trisusanti, D. 2003. Inventarisasi Liken Krustos Lirela Asal Jawa Barat dan Pengenalan Bentuk Kristalnya. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor

Vashishta, B. R. 2007. Botany for Degree Students Fungi. Department of Botany Punjab University Press


(24)

80 Waluyo, T. K. 2011. Isolasi Asam Sinamat Dari Berbagai Kualitas Kemenyan Asal Sumatera Utara. Bogor. Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Yurnaliza. 2002. Lichenes (Karakteristik, Klasifikasi dan Keguanaan). USU, Medan. Digitizet by USU digital library


(1)

75 d. Indeks Nilai Penting untuk Aek Nauli tertinggi: Pyrhospora quernea dengan nilai 68,63%, terendah: Verrucaria sp3. dengan nilai 0,98%. Sedangkan untuk Tahura tertinggi: Pertusaria amara dengan nilai 70,64%, terendah: Parmelia sp2. dengan nilai 1,87%.

3. Nilai keanekaragaman H’ Aek Nauli = 2,52 dan H’ Tahura = 2,05 yang artinya berada dalam keadaan baik (tinggi) karena nilai H’ > 2.

4. Persentase Perbandingan Lichenes untuk Aek Nauli tertinggi: Pyrhospora quernea (26,56%), terendah: Verrucaria sp3. (0,06%). Sedangkan untuk Tahura tertinggi: Pertusaria amara (24,80%), terendah: Lepraria sp3. (0,31%).

5. Nilai korelasi Pearson antara keanekaragaman (H’) jenis lichenes di Tahura dengan Aek Nauli sebesar 0,615. Artinya ada korelasi yang substansial dan searah. Sedangkan nilai korelasi pearson antara keanekaragaman (H’) jenis lichenes di KHDTK aek nauli dan TAHURA dengan data ekologi lichenes menunjukkan korelasi yang bervariasi. 6. Pola hubungan kekerabatan dari 26 jenis lichenes yang ditemukan dapat

dibagi dalam 16 cluster (kelompok) berdasarkan 8 karakter sebagai penciri menggambarkan tingkat perbedaan ataupun jarak ketidaksamaan tiap jenis lichenes. Dimana semakin kecil jarak atau nilai ketidaksamaan maka semakin dekat hubungan kekerabatannya, demikian sebaliknya.

7. Indeks distribusi yang didapat adalah lebih dari 1 (V/m>1) yang merupakan pola distribusi mengelompok dan satu jenis indeks distribusinya sama dengan 1 (V/m=1) yang merupakan pola distribusi acak (random).

8. Iklim mikro pada tegakan pohon Styrax sp. di KHDTK Aek Nauli mempunyai suhu rata - rata 22,90C, dengan kelembaban udara rata - rata 60% dan intensitas cahaya rata-rata 827,1 Joule. Sedangkan di TAHURA Bukit Barisan Tongkoh, memiliki suhu rata - rata 21.20C, kelembaban udara rata - rata 77.9,% dan intensitas udara rata - rata 894,4 Joule.


(2)

76 5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penambahan jumlah tegakan pohon Kemenyan (Styrax sp.) agar memperoleh hasil penelitian yang lebih jenuh disetiap parameternya.

2. Perlu dilakukan identifikasi lanjutan yang lebih spesifik untuk setiap jenis lichenes Graphis sp1.; Lecanora sp1.; Lepraria sp1.; Lepraria sp2.; Lepraria sp3.; Lepraria sp4.; Lepraria sp5.; Parmelia sp1.; Parmelia sp2.; Parmelia sp3.; Peltigere sp.; Pyrenula sp1.; Verrucaria sp1.; Verrucaria sp2.; Verrucaria sp3. Sehingga nantinya dapat diketahui ciri yang tepat dan lebih tepat hingga mencapai spesies.


(3)

77 DAFTAR PUSTAKA

Ahmadjian, V. 1962. Investigatons on lichen synthesis. Amer. J. Bot, 49 : 277-283

Alhusin, S. 2001. Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS 9. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta

Anonim. 2005. Pohon Kemenyan. http://www.wikipedia.org/wiki/kemenyan. (Diakses Januari 2012)

Anonim. 2009. Lichens and Wild life. http://www.lichen.com. (Diakses Desember 2011)

Brown, D. H. 1985. Lichen Physiology and Cell Biology. New York. Plenium Press

Darma, T. IGK., Soetrisno, H., Dadan, J. 1998. Jenis-jenis lumut kerak yang berkembang pada tegakan pinus dan karet. Jurnal Managemen Hutan Tropika IV (1-2) : 7-10

Duades, R. 2004. Studi Keanekaragaman Tumbuhan Obat Di Hutan Penelitian Aek Nauli Kabupaten Simalungun. Skripsi FMIPA, Medan. Unimed Dube, H. C. 2006. An Introduction to Fungi. Ansari Road Press. New Delhi

Dunn, G. & D. Everitt. 1982. An Introduction to Matematical Taxonomy. Cambridge. Cambridge University

Fink, B. 1961. The Lichen Flora of The United States. Michigan The University of Michigan Press

Hasairin, A. 2009. Taksonomi Tumbuhan Rendah. FMIPA Universitas Negeri Medan

Hawksworth, D. L. 1984. The Lichen-Forming Fungi. New York. Chapman and Hall Publishers


(4)

78 Irwan, Z. D. (1992), Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Penerbit Bumi

Aksara. Jakarta.

Januardania, D. 1995. Jenis-jenis Lumut Kerak yang Berkembang pada Tegakan Pinus dan Karet di Kampus IPB Darmaga Bogor. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Juwana, S. 2001. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Laut. Djambatan. Jakarta

Juanda, A. 2007. Studi Keanekaragaman Lichenes di Hutan Lindung Aek Nauli– Parapat Kabupaten SimalungunBerdasarkan Ketinggian Tempat dan Substrat Tumbuhnya. FMIPA UNIMED. Medan

Marsono, D. (1997). Deskripsi Vegetasi dan Tipe-Tipe Vegetasi Tropika. Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan. Yogyakarta

McCune, B. 2010. Key to the Lichen Genera of the Pacific Northwest. Dept. Botany & Plant Pathology, Oregon State University : 1-97

Moore, E. 1972. Fundamental of The Fungi, 4th Edition. Landecker Prentince Hall International Inc

Nursal, dkk. (2005). Akumulasi Timbal (Pb) pada Thallus Lichenes di Kota Pekanbaru. Jurnal Biogenesis Vol. 1(2) : 47-50

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. UGM Press. Yogyakarta

Pratiwi, M. E. 2006. Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara.

Institut Pertanian Bogor. Bogor

Pandey, S. N & Trivendi, P. S. 1977. A Text Book of Botany (Algae, Fungi, Bacteria, Hycoplasma, Viruses, Lichens and Elementary Plant Pathology), Volume I. University of Kanpur Press. New Delhi

Phillips, R. 1990. Grasses, Ferns, Mosses & Lichenes. Oxford University Press

Polunin, N. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa IImu Serumpun. Gajah Mada University Press. Yogyakarta


(5)

79 Rifai, M. A. dan Widjaja, E. A. 1997. Kamus Biologi : Anatomi – Morfologi

-Taksonomi Botani. Balai Pustaka. Jakarta

Ryadi, S. 1982. Pencemaran Udara. Usaha Nasional. Surabaya

Saipunkaew, W. 2009. Lichen Identification. BIOTROP Fifth Regional Training Course on Biodiversity and Conservation of Bryophytes and Lichenes. Bogor Indonesia, July 14-24, 2009

Sharnoff, S. D. 2002. Lichen Biology and The Environment The Special Biology of Lichens. http://www.lichen.com. (Diakses Desember 2011)

Simonson, S. 1996. Lichen and Lichen-Feeding Moths (Arctiidae: Lithosiinae) asBioindicators of Air Pollution in the Rocky Mountain Front Range. http://www.colostate.edu/Depts/Entomology/courses/en570/papers_1996 /simonson.html. (Diakses Januari 2012)

Sipman, H. J. M. 2003. Key to the lichen genera of Bogor, Cibodas and Singapore. http://www.bgbm.org/sipman/keys/Javagenera.htm. (Diakses Desember 2011)

____________. 2009. Lichenes – Key to Some Common Genera of Bogor, Cibodas, and Singapore. Biotrop Fifth Regional Training Course on Biodiversity and Conservation of Bryophytes and Lichenes. Bogor Indonesia, July 14-24, 2009

Sulaiman, W. 2005. Statistik Non – Parametrik : Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta

Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Trisusanti, D. 2003. Inventarisasi Liken Krustos Lirela Asal Jawa Barat dan Pengenalan Bentuk Kristalnya. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor

Vashishta, B. R. 2007. Botany for Degree Students Fungi. Department of Botany Punjab University Press


(6)

80 Waluyo, T. K. 2011. Isolasi Asam Sinamat Dari Berbagai Kualitas Kemenyan Asal Sumatera Utara. Bogor. Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Yurnaliza. 2002. Lichenes (Karakteristik, Klasifikasi dan Keguanaan). USU, Medan. Digitizet by USU digital library