PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DENGAN

PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN - ENDED DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TESIS Oleh:

M. KOSMAS SIAHAAN NIM: 8096171012

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam Pendidikan Matematika

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2013


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

M.KOSMAS SIAHAAN. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA Dengan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended dan Pembelajaran Konvensional. Tesis. Medan : Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan : (1) kemampuan pemecahan masalah matematik antara siswa yang diberi pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. (2) kemampuan berpikir kreatif matematik antara siswa yang diberi pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. (3) respon siswa terhadap pembelajaran matematika yang diberi pembelajaran open-ended. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Cahaya Medan. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari : (1) tes kemampuan pemecahan masalah (2) tes kemampuan berpikir kreatif (3) angket respon siswa dengan pokok bahasan persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat. Adapun tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah berbentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan respon siswa pada pembelajaran open-ended. Analisis inferensial data dilakukan dengan analisis kovarians (ANAKOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik antara siswa yang diberi pembelajaran open-ended dengan pembelajaran konvensional. (2) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang diberi pembelajaran open-ended dengan pembelajaran konvensional. (3) Respon siswa terhadap pembelajaran open-ended adalah positif. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan agar pembelajaran open-ended pada pembelajaran matematika dapat dijadikan alternatif bagi guru matematika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif.


(7)

ii ABSTRACT

M.KOSMAS SIAHAAN. The Differences of Mathematics Problem Solving Ability and Creative Thinking Ability of Senior High School Students through Open-Ended Learning and Conventional Learning Approach. Thesis. Medan : Mathematics Education Study Program Postgraduate School of University of Medan, 2013.

This study was aimed to determine the differences : (1) the ability of math problem solving ability between students who were given open-ended learning with students who were given conventional learning. (2) the ability of creative thinking between students who were given open-ended learning with students who were given conventional learning. (3) student’s response toward mathematics who were given open-ended learning. This study was a quasi-experimental research. The population of study was the students of SMA Cahaya Medan. Random sample selection is done by randomizing the class. The instrument used consists of : (1) the test of problem-solving abilities (2) the test of ability of creative thinking (3) Student’s response. The test used to obtain the data was the description. The data in this study were analyze using descriptive statistical analysis and inferential analysis. Descriptive analysis aimed to describe the student’s activity and student’s response toward open-ended learning. Inferential data analysis performed by analysis of covariance (ANACOVA). The result showed that : (1) there is a difference of problem solving thinking between students who were given mathematics open-ended learning with students who were given conventional learning. (2) there is a difference of creative ability thinking between students who were given mathematics open-ended learning with students who were given conventional learning. (3) the student’s response toward mathematics who were given open-ended learning is positive. Based on these results, the researcher suggest that the model of open-ended learning in mathematics learning can be alternative for math teachers to improve their creative thinking and mathematics students problem solving as an alternative for implementing the innovative learning on mathematics.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih yang memberikan rahmat dan tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA Dengan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended dan Pembelajaran Konvensional ”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sampai terselesainya tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II dan ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dan memberikan motivasi sangat berarti bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof.Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Bapak Prof.Dr. Asmin , M.Pd dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku narasumber yang telah memberikan arahan dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.

4. Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan semangat dan membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED.

6. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program Pascasarjana UNIMED.


(9)

iv

7. Sr,Ludovika Situmorang, S.Psi selaku Kepala sekolah SMA Cahaya Medan beserta seluruh dewan guru SMA Cahaya Medan yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melalukan penelitian.

8. Teristimewa kepada isteri tercinta Jumintan Sianipar S.Pd dan putri tersayang Bertua Marisi Gabryella Siahaan yang selalu memberikan doa dan dukungan yang besar selama dalam pendidikan hingga terselesaikannya tesis ini.

9. Ayahanda tercinta Jannus Siahaan dan ibunda tersayang Enne Refida Siregar serta mertua bapak Oster Sianipar dan ibu Basaria Siregar yang selalu memberikan doa dan dukungan yang besar selama dalam pendidikan hingga terselesaikannya tesis ini.

10.Sahabat seperjuangan dalam menimba ilmu di program pascasarjana UNIMED yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis.

11.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan dalam penyelesaian tesis ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i, kirannya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dari tesis ini, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan, 20 Juni 2013 Penulis


(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK . ... i

ABSTRACT.... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 19

1.3. Batasan Masalah ... 20

1.4. Rumusan Masalah ... 20

1.5. Tujuan Penelitian ... 21

1.6. Manfaat Penelitian ... 22

1.7. Defenisi Operasional ... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 26

2.1. Masalah Dalam Matematika ... 26

2.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 28

2.3. Hakikat Kreativitas Dan Berpikir Kreatif ... 42

2.4. Kemampuan Berpikir Kreatif... 50

2.5. Hubungan Antara Open-Ended Dengan Kreativitas Dan Pemecahan Masalah ... 64

2.6. Pendekatan Open –Ended Dalam Pembelajaran Matematika ... 67

2.7. Pembelajaran Matematika Konvensional ... 78

2.8. Teori Belajar Pendukung ... 81


(11)

vi

2.10. Kerangka Konseptual ... 90

2.11. Hipotesis Penelitian ... 96

BAB III METODE PENELITIAN ... 97

3.1. Jenis Penelitian ... 97

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 97

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 98

3.4. Mekanisme Dan Rancangan Penelitian ... 101

3.5. Variabel Penelitian ... 118

3.6. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data ... 119

3.6.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik . ... 120

3.6.2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif . ... 123

3.6.3. Lembar Jawaban Siswa . ... 125

3.6.4. Angket Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran ... 125

3.7. Teknik Analisis Data ... 125

3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif . ... 125

3.7.2. Analisis Statistik Inferensial . ... 132

3.8. Tahap Penelitian ( Jadwal Kegiatan ) ... 141

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 143

4.1. Analisis Data Hasil Penelitian ... 143

4.1.1. Analisis Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah . ... 143

4.1.2. Analisis Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif . ... 165

4.1.3. Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Pemecahan Masalah. ... 188

4.1.4. Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Berpikir Kreatif. ... 206

4.2. Analisis Keragaman Proses penyelesaian Jawaban Siswa ... 224

4.2.1. Keragaman Proses Penyelesaian Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik. ... 224


(12)

vii

4.2.2. Keragaman Proses Penyelesaian Jawaban Tes

Kemampuan Berpikir Kreatif . ... 245

4.3. Hasil Respon siswa ... 263

4.4. Temuan Penelitian ... 266

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 267

4.6. Keterbatasan Penelitian ... 271

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 274

5.1. Simpulan ... 274

5.2. Saran ... 275

DAFTAR PUSTAKA ... 277


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Hubungan Aktivitas Instruksional Dari penemuan Masalah Dan Pemecahan Masalah Matematik Dengan Komponen

Utama Kreativitas ... 66 Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-ended ... 76 Tabel 2.3. Perbedaan Pedagogik Antara Pendekatan Open-ended Dengan

Pendekatan Konvensional ... 80 Tabel 3.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 105 Tabel 3.2. Hasil Validasi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik ... 106 Tabel 3.3. Hasil Validasi Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 106 Tabel 3.4. Hasil Validasi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik ... 107 Tabel 3.5. Hasil Validasi Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 107 Tabel 3.6. Rancangan Uji Coba ... 108 Tabel 3.7. Hasil Analisis Validitas Tes Awal Uji Coba Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 111 Tabel 3.8. Hasil Analisis Validitas Tes Akhir Uji Coba Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 111 Tabel 3.9. Analisis Realiabilitas Tes Awal Kemampuan Pemecahan

Masalah Dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 112 Tabel 3.10. Analisis Realiabilitas Tes Akhir Kemampuan Pemecahan

Masalah Dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 113 Tabel 3.11. Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Awal Uji Coba Kemampuan


(14)

ix

Tabel 3.12. Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Akhir Uji Coba Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Dan Berpikir Kreatif ... 115

Tabel 3.13. Rancangan Penelitian ... 116

Tabel 3.14. Tabel Weiner tentang Keterkaitan Antara Variabel Bebas Dan Terikat ... 117

Tabel 3.15. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 121

Tabel 3.16. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 122

Tabel 3.17. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 123

Tabel 3.18. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 124

Tabel 3.19 Interval Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah ... 126

Tabel 3.20. Interval Kriteria Kemampuan Berpikir Kreatif ... 127

Tabel 3.21. Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 128

Tabel 3.22. Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Berpikir Kreatif ... 130

Tabel 3.23. Rancangan Analisis Data Untuk Anakova. ... 132

Tabel 3.24. Keterkaitan Antara Rumusan Masalah,Hipotesis, Data, Alat Uji Dan Uji Statistik ... 140

Tabel 3.25. Tahap Penelitian ( Jadwal Kegiatan ) ... 142

Tabel 4.1. Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Kontrol Secara Kuantitatif . ... 144

Tabel 4.2. Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 145


(15)

x

Tabel 4.3. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek memahami masalah Pada Kelas Kontrol Secara

Kuantitatif ... 147 Tabel 4.4. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk

Aspek memahami masalah Pada Kelas Eksperimen Secara

Kuantitatif ... 149

Tabel 4.5. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek merencanakan Penyelesaian masalah Pada Kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 151 Tabel 4.6. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk

Aspek merencanakan Penyelesaian masalah Pada Kelas

Eksperimen Secara Kuantitatif ... 152 Tabel 4.7. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk

Aspek menyelesaikan masalah Pada Kelas Kontrol

Secara Kuantitatif ... 154 Tabel 4.8. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk

Aspek menyelesaikan masalah Pada Kelas Eksperimen

Secara Kuantitatif ... 155 Tabel 4.9. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk

Aspek memeriksa kembali Pada Kelas Kontrol

Secara Kuantitatif ... 157 Tabel 4.10. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk

Aspek memeriksa kembali Pada Kelas Eksperimen

Secara Kuantitatif ... 158 Tabel 4.11. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas

Kontrol Secara Kuantitatif ... 160 Tabel 4.12. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas

Eksperimen Secara Kuantitatif ... 161

Tabel 4.13. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 164 Tabel 4.14. Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Kelas


(16)

xi

Tabel 4.15. Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Kelas

Eksperimen Secara Kuantitatif ... 167 Tabel 4.16. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Originality

(keaslian) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 169

Tabel 4.17. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Originality

(keaslian) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 171 Tabel 4.18. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fleksibilitas

(keluwesan) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 173

Tabel 4.19. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fleksibilitas (keluwesan) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 174 Tabel 4.20. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fluency

(kelancaran) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 176 Tabel 4.21. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fluency

(kelancaran) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 177 Tabel 4.22. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Elaboration

(kejelasan) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 179 Tabel 4.23. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Elaboration

(kejelasan) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 180 Tabel 4.24. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik kelas

Kontrol Secara Kuantitatif ... 182 Tabel 4.25. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik kelas

Eksperimen Secara Kuantitatif ... 183 Tabel 4.26. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa ... 186 Tabel 4.27. Deskripsi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 189 Tabel 4.28. Deskripsi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 190 Tabel 4.29. Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan


(17)

xii

Tabel 4.30. Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan Pemecahan

Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 191 Tabel 4.31. Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Kelas Kontrol ... 193 Tabel 4.32. Koefisien Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Kelas Kontrol ... 194 Tabel 4.33. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 195 Tabel 4.34. Analisis varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Pemecahan Masalah Eksperimen ... 196 Tabel 4.35. Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen ... 197 Tabel 4.36. Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 198 Tabel 4.37. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Pemecahan Masalah. ... 199 Tabel 4.38. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Pemecahan Masalah. ... 200 Tabel 4.39. Analisis Kovarians Kemampuan Pemecahan Masalah Untuk

Kesejajaran Model Regresi ... 201 Tabel 4.40. Analisis Kovarians Kemampuan Pemecahan Masalah Untuk

Kesejajaran Model Regresi ... 202 Tabel 4.41. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik ... 204 Tabel 4.42. RangkumanHasil Pengujian Hipotesis penelitian Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Pada Taraf Signifikan 5% ... 205 Tabel 4.43. Deskripsi Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik siswa

Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 207 Tabel 4.44 Deskripsi Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik siswa


(18)

xiii

Tabel 4.45. Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 209 Tabel 4.46. Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 210 Tabel 4.47. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematik Kelas Kontrol ... 212 Tabel 4.48. Koefisien Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Berpikir Kreati Matematik Kelas Kontrol ... 212 Tabel 4.49. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelas Kontrol ... 213

Tabel 4.50. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen. ... 214 Tabel 4.51. Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematik Kelas Eksperimen ... 215 Tabel 4.52. Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 216 Tabel 4.53. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Berpikir Kreatif. ... 217 Tabel 4.54. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Berpikir Kreatif. ... 218 Tabel 4.55. Analisis Kovarians Kemampuan Berpikir Kreatif Untuk

Kesejajaran Model Regresi ... 219 Tabel 4.56. Analisis Kovarians Kemampuan Berpikir Kreatif Untuk

Kesejajaran Model Regresi ... 220 Tabel 4.57. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan

Berpikir Kreatif ... 222 Tabel 4.58. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis penelitian Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematik Pada Taraf Signifikan 5% ... 224 Tabel 4.59 Deskripsi Perbedaan Setiap Indikator Kemampuan Pemecahan


(19)

xiv

Tabel 4.60 Deskripsi Perbedaan Setiap Indikator Kemampuan Berpikir

Kreatif Ditinjau Dari Pendekatan Pembelajaran ... 246 Tabel 4.61. Persentasi Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran


(20)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 144 Gambar 4.2. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 146 Gambar 4.3. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 147 Gambar 4.4. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memahami Masalah

Pada Kelas Kontrol ... ... 148 Gambar 4.5. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memahami Masalah

Pada Kelas Eksperimen ... ... 150 Gambar 4.6. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Merencanakan

Penyelesaian Masalah Pada Kelas Kontrol ... ... 152 Gambar 4.7. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Merencanakan

Penyelesaian Masalah Pada Kelas Eksperimen ... ... 153 Gambar 4.8. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Menyelesaikan

Masalah Pada Kelas Kontrol ... ... 155 Gambar 4.9. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Menyelesaikan

Masalah Pada Kelas Eksperimen... ... 156 Gambar 4.10. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memeriksa Kembali

Pada Kelas Kontrol ... ... 158 Gambar 4.11. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memeriksa Kembali

Pada Kelas Eksperimen ... ... 159 Gambar 4.12. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 161 Gambar 4.13. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 162 Gambar.4.14. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah


(21)

xvi

Gambar 4.15. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 167 Gambar 4.16. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 168 Gambar 4.17. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 169

Gambar 4.18. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fluency

(Kelancaran) Pada Kelas Kontrol ... ... 170 Gambar 4.19. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fluency

(Kelancaran) Pada Kelas Eksperimen ... ... 172 Gambar 4.20. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fleksibilits

(Keluwesan) Pada Kelas Kontrol ... ... 174 Gambar 4.21. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fleksibilits

(Keluwesan) Pada Kelas Eksperimen ... ... 175 Gambar 4.22. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Elaboration

(Kejelasan) Pada Kelas Kontrol ... ... 177 Gambar 4.23. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Elaboration

(Kejelasan) Pada Kelas Eksperimen ... ... 178 Gambar 4.24. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Originality

(Kebaruan) Pada Kelas Kontrol ... ... 180 Gambar 4.25. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Originality

(Kebaruan) Pada Eksperimen ... ... 181 Gambar 4.26. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 183 Gambar 4.27. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 184 Gambar.4.28. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 185 Gambar 4.29. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 1 Kelas


(22)

xvii

Gambar 4.30. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 1 Kelas

Kontrol ... 227 Gambar 4.31. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 2 Kelas

Eksperimen ... 228

Gambar 4.32. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 2 Kelas

Kontrol ... 228 Gambar 4.33. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 3 Kelas

Eksperimen ... 229 Gambar 4.34. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 3 Kelas

Kontrol ... 230 Gambar 4.35. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 1 Kelas Eksperimen ... 231 Gambar 4.36. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 1 Kelas Kontrol ... 232 Gambar 4.37. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 2 Kelas Eksperimen ... 233 Gambar 4.38. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 2 Kelas Kontrol ... 233 Gambar 4.39. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 3 Kelas Eksperimen ... 234 Gambar 4.40. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 3 Kelas Kontrol ... 235 Gambar 4.41. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 1

Kelas Eksperimen ... 236 Gambar 4.42. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 1

Kelas Kontrol... 237 Gambar 4.43. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 2

Kelas Eksperimen ... 238 Gambar 4.44. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 2


(23)

xviii

Gambar 4.45. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 3

Kelas Eksperimen ... 239 Gambar 4.46. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 3

Kelas Kontrol... 240 Gambar 4.47. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 1

Kelas Eksperimen ... 241 Gambar 4.48. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 1

Kelas Kontrol... 242 Gambar 4.49. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 2

Kelas Eksperimen ... 243 Gambar 4.50. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 2

Kelas Kontrol... 243 Gambar 4.51. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 3

Kelas Eksperimen ... 244 Gambar 4.52. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 3

Kelas Kontrol... 245 Gambar 4.53. Proses Jawaban Butir Soal 1 Berpikir Kreatif Kelas

Eksperimen ... 250 Gambar 4.54. Proses Jawaban Butir Soal 1 Berpikir Kreatif Kelas

Kontrol ... 250 Gambar 4.55. Proses Jawaban Butir Soal 2 Berpikir Kreatif Kelas

Eksperimen ... 254 Gambar 4.56. Proses Jawaban Butir Soal 2 Berpikir Kreatif Kelas

Kontrol ... 254 Gambar 4.57. Proses Jawaban Butir Soal 3 Berpikir Kreatif Kelas

Eksperimen ... 258 Gambar 4.58. Proses Jawaban Butir Soal 3 Berpikir Kreatif Kelas

Kontrol ... 258 Gambar 4.59. Proses Jawaban Butir Soal 4 Berpikir Kreatif Kelas


(24)

xix

Gambar 4.60. Proses Jawaban Butir Soal 4 Berpikir Kreatif Kelas

Kontrol ... 262 Gambar 4.61. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

di Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen... 268 Gambar 4.62. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa


(25)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A (PERANGKAT PEMBELAJARAN)

A1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Open-ended ... 284 A2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 333 A3. Lembar Aktivitas Siswa ( LAS ) ... 348 A4. Buku Guru ... 387 A5. Buku Siswa ... 424 LAMPIRAN B (INSTRUMEN PENELITIAN)

B1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 451 B2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik ... 452 B3. Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 453 B4. Alternatif Penyelesaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik ... 456 B5. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 469 B6. Alternatif Penyelesaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik ... 472 B7. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 485 B8. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 486 B9. Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 487 B10. Alternatif Penyelesaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 489 B11. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 497 B12. Alternatif Penyelesaian Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 499 B13. Angket Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran ... 507


(26)

xxi LAMPIRAN C (HASIL VALIDASI AHLI)

C1. Daftar Nama Validator Perangkat Pembelajaran dan Instrumen

Penelitian ... 510 C2. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pembelajaran Open-Ended ... 512 C3. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pembelajaran Konvensional ... 513 C4. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) .. ... 514 C5. Hasil Validasi Buku Guru... ... 515 C6. Hasil Validasi Buku Siswa ... ... 516 C7. Hasil Validasi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran. ... 517 C8. Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 521 C9. Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 522

LAMPIRAN D (HASIL UJI COBA)

Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Dan Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 524 LAMPIRAN E (JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN DAN

PEMBAGIAN KELOMPOK SISWA)

E1. Jadwal Pelaksanaan Kelas Kontrol ... 557 E2. Jadwal Pelaksanaan Kelas Eksperimen ... 558 E3. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen ... 559 LAMPIRAN F (HASIL PENELITIAN)

F1. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Kontrol... ... 563 F2. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah


(27)

xxii

F3. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Kontrol. ... 565 F4. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Eksperimen. ... 566 F5. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol.. ... 567 F6. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen.... ... 568 F7. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol... ... 569 F8. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen... ... 570 F9. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Kontrol. ... 571 F10. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Eksperimen.. ... 572 F11. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Kontrol... ... 573 F12. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Eksperimen.. ... 574 F13. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol.. ... 575 F14. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen ... 576

F15. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol.. ... 577 F16. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen ... 578 F17. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Pemecahan Masalah


(28)

xxiii

F18. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelas Eksperimen.... ... 580

F19. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol... ... 581 F20. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen ... 582 F21. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Pemecahan

Masalah Kelas Kontrol . ... 583

F22. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen.. ... 584 F23. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Berpikir

Kreatif Kelas Kontrol.. ... 585

F24. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Berpikir

Kreatif Kelas Eksperimen ... 586 F25. Perhitungan Uji Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan

Pemecahan Masalah di Kelas Kontrol dan Eksperimen.. ... 587 F26. Perhitungan Uji Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan

Berpikir Kreatif di Kelas Kontrol dan Eksperimen... ... 588 F27. Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Kemampuan Pemecahan

Masalah di Kelas Kontrol dan Eksperimen.. ... 589 F28. Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Kemampuan Berpikir

Kreatif di Kelas Kontrol dan Eksperimen.. ... 592 F29 Anakova Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 595 F30 Anakova Kemampuan Berpikir Kreatif ... 596

LAMPIRAN G (DOKUMENTASI PENELITIAN)


(29)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan SDM yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong dan memaksimalkan potensi siswa sebagai calon SDM yang handal untuk dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi pengembangan siswa agar kelak menjadi sumber daya manusia berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, paling tidak sejajar dengan negara-negara lain, baik dalam pembangunan ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Hal ini karena pendidikan menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat berguna bagi kebutuhan dirinya serta kebutuhan masyarakat di sekitarnya.

Peningkatan pendidikan itu bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah melainkan tanggung jawab semua warga negara, hal ini dapat dilihat dari usaha pemerintah meningkatkan pendidikan. Tetapi yang paling berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah guru. Oleh karena itu guru berusaha untuk menggali berbagai model pembelajaran, metode, strategi, dan pendekatan yang dapat disesuaikan dalam situasi kelas yang bersangkutan. Upaya pengembangan model pembelajaran tesebut berlandas pada pengertian mengajar yang merupakan


(30)

2

suatu bentuk upaya memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kata lain membelajarkan siswa.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan (Hudoyo, 2005:1). Oleh sebab itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, baik oleh siswa SD, SMP, SMA juga oleh mahasiswa perguruan tinggi.

Rendahnya penguasaan materi matematika khususnya pada siswa kelas X, dapat dilihat pula pada rendahnya persentase jawaban benar peserta The Third International Mathematics and Sciences Study (IMO) 1999 dari Indonesia. Pada kompetisi itu, peserta dari Indonesia memperoleh skor yang rendah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah matematis yang membutuhkan kemampuan penalaran). Namun mereka relatif lebih baik dalam menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan prosedur (Mullis et al, 2000). Pada kompetisi itu, Indonesia menduduki urutan ke-34 dari 38 negara dalam hal penguasaan matematika secara umum. Hasil data IMO tahun 2010 untuk siswa kelas X, menempatkan Indonesia pada urutan ke-30 dari 96 negara pada penguasaan matematika secara umum. Lima negara yang memperoleh skor terbesar secara berurutan adalah Cina, Rusia, USA, Korea, Kazahstan. Pada pengetahuan tentang


(31)

3

fakta, prosedur, dan konsep, Indonesia berada pada urutan ke-27. Lima negara yang memperoleh skor terbesar secara berurutan adalah USA, Korea, Cina, Rusia, Kazahstan. (IMO, 2010).

Berdasarkan hasil data di atas, terlihat bahwa peserta kompetisi IMO dari negara kita; tentunya adalah putra-putra terbaik; masih lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah matematis yang membutuhkan kemampuan penalaran). Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk terus memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika.

Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika di Indonesia telah lama dilakukan, namun keluhan tentang kesulitan belajar matematika masih sering terdengar. Kesulitan belajar yang timbul tersebut tidak semata-mata bersumber dari diri siswa, tetapi bisa juga bersumber dari luar diri siswa, misalnya cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar khususnya hasil belajar matematika, namun sejauh ini hasil belajar tersebut masih tetap rendah tidak menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan bahkan pelajaran ini dianggap sebagai momok yang menakutkan dan merupakan pelajaran yang tidak disenangi.

Menurut Gagne (1985) ada tiga fungsi yang dapat diperankan guru dalam mengajar yaitu merancang, mengelola, dan mengevaluasi pelajaran. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Suherman, E dkk (2003), bahwa secara operasional ada tujuh komponen-komponen yang berperan dalam proses belajar mengajar yaitu : tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar,


(32)

4

metode, alat sumber pelajaran dan evaluasi. Semua komponen tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu dibutuhkan guru yang mampu melakukan inovasi pembelajaran yaitu guru yang selalu membuat persiapan-persiapan mulai dari perencanaan tujuan pembelajaran, pengorganisasiaan materi, perencanaan model, pendekatan, metode, media, evaluasi dan dapat merealisasikan apa yang telah direncanakan dengan tepat.

Lebih lanjut Kunandar (2010) mengatakan pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah/konvensional menjadi pilihan utama pendekatan belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah pendekatan belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik. Sebuah pendekatan belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah pendekatan yang mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif. Peserta didik berhasil

“mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik

memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Hal ini disebabkan kurangnya pendekatan guru terhadap siswa akan penggunaan matematika dimasa yang akan datang terutama bagi mereka yang akan melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Oleh karena itu perlu ada perubahan strategi pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam menghadapi permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun


(33)

5

yang akan datang. Salah satu faktor yang menentukan hasil belajar siswa adalah pendekatan pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dibutuhkan kemampuan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, sebab pendekatan pembelajaran merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam suatu proses belajar mengajar.

Soedjadi (2001:1) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah kita selama ini terbiasa dengan urutan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : (1) diajarkan teori/definisi/teorema; (2) diberikan contoh-contoh; (3) diberikan latihan soal. Lebih lanjut Soedjadi menyatakan bahwa perkembangan intelektual siswa pada umumnya bergerak dari “konkret ke abstrak”. Dengan demikian, langkah-langkah dan proses pembelajaran yang selama ini umumnya dilakukan oleh para guru di sekolah adalah kurang tepat, mengingat objek kajian matematika sebenarnya adalah abstrak. Oleh karena itu seharusnya urutan sajian bahan ajar disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa.

Menurut Yaniawati (2001: 4), ditinjau dari pendekatan mengajarnya, pada umumnya guru mengajar hanya menyampaikan apa yang ada di buku paket dan kurang mengakomodasi kemampuan siswanya. Dengan kata lain, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika yang akan menjadi milik siswa sendiri. Guru cenderung memaksakan cara berpikir siswa dengan cara berpikir yang dimiliki gurunya. Dengan kondisi yang demikian, kemampuan kreatif siswa kurang berkembang. Padahal sebagai negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberikan sumbangan yang bermakna bagi perkembangan ilmu


(34)

6

pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan bangsa ini. Oleh karena itu sepatutnya pendidikan yang diselenggarakan tertuju pada pengembangan kreativitas peserta didik agar kelak mampu memenuhi kebutuhan pribadinya, serta kebutuhan masyarakat dan bangsa.

Kreativitas dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan tersedia lingkungan yang memungkinkan peserta didik mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Menurut Supriadi (1995: 166) meskipun bukan satu-satunya penentu lahirnya orang-orang kreatif, pendidikan merupakan faktor yang besar sekali peranannya. Peranan itu dimungkinkan oleh guru yang mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses belajar-mengajar dan membimbing siswa sehingga menjadi kreatif.

Untuk itu iklim belajar yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan masyarakat harus dikembangkan, agar sikap dan perilaku kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju dapat ditumbuhkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Munandar (1999: 23) bahwa: “kreativitas hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui faktor-faktor seperti sikap menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajagan, dan kemungkinan membuat pilihan”

Kreativitas pada dasarnya memuat kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Semiawan, 1987: 8). Jadi kreativitas terletak pada kemampuan untuk melihat asosiasi antara obyek-obyek yang sebelumnya, sehingga dapat mencipta sesuatu yang baru atau memberi


(35)

7

gagasan baru yang dapat diterapkan untuk pemecahan masalah. Secara komprehensif, kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak tentang suatu cara yang baru dan tidak biasa, yang digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan dengan penyelesaian yang orisinil dan bermanfaat.

Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kreativitas siswa pada umumnya rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Hans dan Klaus Urban pada tahun 1987 (dalam Munandar: 2002: 92) yang menggambarkan kreativitas dan karakteristik anak-anak berbakat. Dari penelitian itu, ditemukan bahwa tingkat kreativitas anak-anak Indonesia berusia 10 tahun (dengan jumlah sampel 50 anak di Jakarta) adalah yang terendah di antara anak-anak seusianya dari 8 negara lainnya. Secara berturut-turut dari yang tertinggi sampai yang terendah rata-rata skor tesnya adalah: Filipina, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, India, RRC, Kamerun, Zulu, dan terakhir Indonesia.

Hasil penelitian ini tentu mengejutkan bagi pakar dan praktisi pendidikan di Indonesia, karena hal ini tidak terlepas dari peranan pendidikan. Dalam hal ini sejauh manakah pendidikan dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat telah memberikan kesempatan bagi berkembangnya kreativitas. Namun kenyataan ini harus diterima karena mungkin saja penelitian tersebut merupakan gambaran keadaan yang sesungguhnya mengenai kreativitas anak-anak Indonesia. Hasil ini seharusnya dapat dijadikan pertimbangan untuk segera meningkatkan kualitas pendidikan sehingga upaya yang dilakukan di masa yang akan datang lebih menekankan pada pengembangan kreativitas peserta didik.


(36)

8

Fakta-fakta di atas, menyadarkan kita bahwa diperlukan upaya-upaya untuk mengembangkan sikap, perilaku, dan pemikiran kreatif anak sejak dini. Hal ini penting karena sikap, perilaku dan pemikiran kreatif sangat diperlukan dalam era globalisasi saat ini. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1991: 238) bahwa manusia yang kreatif tidak saja baik untuk dirinya melainkan juga dapat bermanfaat bagi orang lain.

Dalam pembelajaran matematika, selain kemampuan berpikir kreatif diperlukan juga pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematik. Dalam proses pembelajaran, seharusnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan. Untuk itu pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Penyelesaian masalah dapat dipandang sebagai proses siswa menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dulu yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang baru (Nasution (2000:170).

Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa secara optimal pada saat ini sangat diperlukan karena kita sadari bahwa perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini di satu sisi memungkinkan kita untuk memperoleh banyak informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai tempat di dunia. Namun, di sisi lain kita tidak mungkin untuk mempelajari keseluruhan informasi dan pengetahuan yang ada, karena sangat banyak dan tidak semuanya diperlukan. Untuk menghadapi tantangan tersebut dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global, yaitu sumber daya manusia yang


(37)

9

memiliki kemampuan dan keterampilan tinggi yang melibatkan pemikiran kritis, kreatif, sistematis, logis, dan kemampuan bekerjasama yang efektif.

Siswa yang terlatih dengan pemecahan masalah akan menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti hasilnya. Keterampilan itu akan menimbulkan pula kepuasan intelektual dalam diri siswa, meningkatkan potensi intelektual siswa, dan melatih siswa bagaimana melakukan penelusuran melalui penemuan. Ini berarti bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang harus mendapat perhatian, mengingat peranannya yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi intelektual siswa.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada umumnya rendah. Menurut Sumarmo (1993), kemampuan siswa SMA kelas X dalam menyelesaikan masalah matematik pada umumnya belum memuaskan. Menurut Wahyudin (1999), kegagalan menguasai matematika dengan baik diantaranya disebabkan oleh siswa kurang menggunakan nalar dalam menyelesaikan masalah. Atas dasar ini perlu dilakukan upaya-upaya untuk memperbaikinya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga pendidik adalah melakukan inovasi dalam pembelajaran. Ausubel (dalam Ruseffendi, 1991: 291) juga menyarankan sebaiknya dalam pembelajaran digunakan pendekatan yang mengunakan metode pemecahan masalah, inquiri, dan metode belajar yang dapat menumbuhkan berpikir kreatif dan kritis. Dengan adanya inovasi, terutama dalam


(38)

10

perbaikan metode dan cara menyajikan materi pelajaran, diharapkan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas siswa dapat ditingkatkan.

Sebuah aliran dalam pembelajaran yaitu aliran konstruktivisme, memandang bahwa pengetahuan itu dibangun secara aktif oleh individu (Suparno, 1997:29), dan lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (Soedjadi, 1999:100). Tujuan pembelajaran berdasarkan pandangan ini adalah membangun pemahaman, sehingga belajar dalam pandangan ini tidak ditekankan untuk memperoleh pengetahuan yang banyak, tetapi yang utama adalah memberikan interpretasi melalui skemata yang dimiliki siswa (Hudoyo, 1998:6). Konstruktivis memandang bahwa pengetahuan dibentuk dan ditemukan oleh siswa secara aktif, tidak sekedar diterima secara pasif dari lingkungan. Siswa sendiri yang membuat interpretasi yang dibentuk dari pengalaman dan interaksi sosial. Jadi belajar matematika dalam hal ini lebih mementingkan proses daripada hasil.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang merupakan bagian dari pembelajaran konstruktivisme adalah pendekatan open-ended. Katsuro (2000) mengatakan bahwa terdapat kesamaan antara pendekatan open-ended dan konstruktivisme. Konstruktivisme memiliki prinsip dasar yaitu, pengetahuan dikonstruksi oleh subyek sendiri. Demikian juga dalam pendekatan open-ended, pengetahuan dikonsktruksi oleh siswa sendiri dan dalam pembelajarannya disajikan suatu permasalahan yang memiliki beragam penyelesaian atau metode penyelesaiannya.


(39)

11

Dengan keberagaman penyelesaian atau metode penyelesaian tersebut di atas, maka pendekatan open-ended memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengemukakan jawaban. Melalui presentasi dan diskusi tentang beberapa penyelesaian alternatif, pendekatan ini membuat siswa menyadari adanya metode-metode penyelesaian yang beragam. Pada akhirnya kapasitas matematika siswa untuk menyelesaikan masalah matematik yang lebih fleksibel dapat meningkat. Hal ini dapat membantu siswa melakukan pemecahan masalah secara kreatif dan membuat siswa lebih menghargai keragaman berpikir selama proses pemecahan masalah.

Dari uraian tentang karakteristik pembelajaran open-ended terlihat bahwa pembelajaran open-ended dapat memupuk kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas siswa, karena pendekatan ini tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan di dalam pikiran mereka sendiri. Pada pendekatan ini, siswa dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Hal ini merupakan salah satu syarat yang dibutuhkan untuk pengembangan kreativitas siswa.

Dalam belajar, siswa perlu mengetahui bagaimana menggunakan sumber-sumber yang ada secara optimal untuk menemukan jawaban inovatif atas suatu masalah yang dihadapinya. Dengan memadukan ungkapan dan pemecahan masalah secara kreatif dalam kurikulum, siswa dapat dipersiapkan untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan (Munandar, 2002:23). Oleh karena itu dalam proses pendidikan, penekanan hendaknya tidak hanya pada produk yang


(40)

12

dihasilkan, melainkan pada pemupukan sikap dan minat untuk melibatkan diri dalam kegiatan kreatif. Sikap dan minat tersebut meliputi sikap ingin tahu, minat untuk menyelidiki lingkungan atau bidang-bidang baru, dorongan untuk melakukan eksperimen, perasaan tertantang untuk menangani masalah-masalah rumit, dan menemukan beberapa kemungkinan pemecahan masalah. Pengembangan sikap dan minat seperti ini akan memberi peluang kepada siswa menjadi lebih kreatif.

Kondisi secara umum tentang kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan berpikir kreatif yang masih rendah, terjadi juga pada siswa-siswi SMA Swasta Cahaya Medan. Berdasarkan pengamatan awal yang dilaksanakan oleh peneliti di SMA Swasta Cahaya Medan untuk kelas X menunjukkan indikasi rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dan rendahnya kemampuan kreativitas siswa. Hal ini berdasarkan pengamatan awal peneliti melalui pemberian soal pemecahan masalah matematik dan soal kreativitas dalam pokok bahasan persamaan kuadrat pada siswa kelas X-1 SMA Swasta Cahaya Medan Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 40 orang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 27 orang perempuan.

Contoh kasus pemecahan masalah yang diberikan peneliti adalah: “Pak Ali mempunyai sebidang tanah yang berbentuk persegi panjang yang berukuran 5 m x 10 m. Di tengah-tengah lahan tersebut hendak dibuat kebun sayur yang luasnya 36 m2 , di sekeliling kebun sayur tersebut hendak dibuat jalan yang lebarnya sama. Temukan lebar jalan yang hendak dibuat pak Ali.”


(41)

13

Dari hasil yang diperoleh, ternyata hanya 15% dari siswa yang memahami masalah soal selengkapnya, melaksanakan proses yang benar dan mendapat solusi atau hasil yang benar. Siswa yang memahami masalah soal selengkapnya dan menggunakan strategi yang benar, tetapi ada sedikit salah perhitungan sebanyak 10%. Memahami masalah soal selengkapnya dan melaksanakan prosedur yang benar, memberikan jawaban yang benar tetapi salah sruktur atau perhitungan sebanyak 20%. Salah menginterpretasi sebagian soal atau mengabaikan kondisi soal, menggunakan prosedur yang benar tetapi mengarah kejawaban yang salah secara prosedur dan perhitungan sebanyak 30%. Salah menginterpretasi soal dan menggunakan prosedur yang salah sebanyak 25% dan tidak dapat memahami soal sehingga sama sekali tidak dijawab sebanyak 15%.

Dari jawaban siswa terlihat bahwa siswa kurang memahami masalah, rencana penyelesaian yang dilakukan siswa tidak terarah sehingga proses perhitungan belum memperlihatkan jawaban yang benar. Siswa juga tidak melakukan pemeriksaan atas jawaban akhir yang telah didapat, padahal jika hal ini dilakukan memungkinkan bagi siswa untuk meninjau kembali jawaban yang telah dibuat.

Adapun masalah kreatif yang diberikan peneliti adalah:” Seorang

pengusaha meminta sebuah perusahaan konstruksi untuk membangun gedung yang akan ia jadikan pusat perbelanjaan . Gedung itu harus beralas persegi panjang dengan luas 3000 m2. Secara spesifik pengusaha tersebut meminta agar panjang gedung harus 10 m lebih panjang dari lebarnya. Langkah pertama yang


(42)

14

harus dilakukan perusahaan konstruksi adalah mencari lahannya. Buatlah ukuran lahan minimal sehingga keinginan pengusaha tersebut dapat terwujud.”

Dalam memecahkan masalah kreatif tersebut penulis memperoleh data sebagai berikut :

a.Terdapat 63% siswa tidak dapat menyelesaikan soal lebih dari satu cara b.Terdapat 35% siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan beragam/variasi. c.Satu orang siswa tidak mengerti sama sekali bagaimana menyelesaikan soal

tersebut.

d. Semua siswa tidak dapat memberikan jawaban yang lain dari yang sudah biasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa rendah dan kemampuan kreativitas siswa rendah dalam penyelesaian masalah matematika. Hal ini terjadi dikarenakan tingkat kemampuan berpikir siswa yang tidak maksimal serta pendekatan pembelajaran yang digunakan kurang cocok atau pendekatan pembelajaran sebelumnya tidak dapat membuat siswa termotivasi sehingga siswa kurang mampu berpikir dan menyelesaikan masalah yang diberikan guru yang berhubungan dengan materi tersebut.Oleh karena itu perlu adanya suatu pendekatan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan penguasaan materi persamaan kuadrat. Penyebab lain rendahnya kreativitas siswa tersebut adalah ketidakmampuan siswa merubah soal yang berbentuk masalah kontekstual ke dalam model matematika, mengaitkan konsep yang dipelajari dalam menyelesaikan soal. Sebagian besar siswa cenderung menghafal tanpa makna. Hal ini dapat dilihat dari kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami dan merencanakan pemecahan suatu


(43)

15

permasalahan. Hal ini berakibat pada jauhnya kesenjangan nilai dari siswa berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah pada pelajaran matematika. Siswa yang tidak dapat memahami soal tidak akan dapat melakukan apapun untuk menyelesaikannya,sihingga dia tidak akan mendapat nilai apapun. Sedangkan siswa yang mampu memahami soal akan mempunyai kesempatan memikirkan rencana pemecahannya. Apalagi jika ditinjau dari menemukan alternatif jawaban lain untuk satu masalah, hampir tidak ditemukan siswa yang mencoba mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah yang telah dipecahkannya. Hampir semua siswa merasa cukup jika sudah mampu menyelesaikan soal.

Dari jawaban siswa terlihat bahwa proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa sangat terbatas, monoton dan kurang bervariasi hal ini disebabkan pembelajaran yang sepenuhnya berada pada kontrol guru . Siswa hanya sebatas mendengarkan, mencatat apa yang disampaikan guru dan mengerjakan soal latihan , yang memungkinkan proses berpikir siswa kurang berkembang, sehingga siswa dalam menyelesaikan permasalahan mencontoh apa dan bagaimana yang dilakukan guru yang mengakibatkan tidak terbentuknya keragaman jawaban yang bervariasi dari siswa.

Belajar merupakan hasil sentral dalam mempelajari tingkah laku. Tingkah laku dikontrol oleh stimulus dan respon yang diberikan siswa. Oleh karena itu, respon siswa merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan belajar matematika. Kurangnya respon siswa terhadap pelajaran matematika akan menghambat proses pembelajaran.


(44)

16

Rendahnya respon siswa belum tentu sumber kesalahan materi ajar pada diri siswa, pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi yang kurang tepat dapat menyebabkan kelas menjadi kurang menarik dan cenderung membosankan siswa. Suara guru yang kurang keras, guru yang kurang tegas, metode pembelajaran yang kurang tepat, atau posisi guru saat mengajar banyak duduk dapat membawa suasana yang tidak menarik perhatian, membuat siswa menjadi takut dan tidak senang yang mengakibatkan menurunnya respon.

Dengan menanamkan konsep pembelajaran open-ended maka siswa akan lebih kreatif karena asik mengerjakan setiap masalah dan siswa tidak akan cepat lupa disebabkan konsep sudah dimiliki. Pembelajaran dengan pendekatan open-ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dapat dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.

Tujuan dari pembelajaran Open-Ended Problem menurut Nohda (Suherman, dkk, 2003; 104) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui problem posing secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Aktivitas kelas yang penuh ide-ide matematis pada akhirnya akan memacu kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Selain itu, pendekatan open-ended dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses pengajaran


(45)

17

matematika. Dengan demikian, siswa memahami bahwa proses dalam penyelesaian masalah berperan sama pentingnya seperti hasil akhir dari pemecahan masalah itu. Berdasarkan uraian di atas, terlihat dengan jelas bahwa pendekatan open ended terkait erat dengan pemecahan masalah.

Pendekatan open-ended, dalam pelaksanaanya dilakukan melalui kegiatan membahas dan memecahkan masalah, sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan problem solving ataupun problem posing. Asumsinya adalah proses lebih utama daripada hasil. Kedua pendekatan tersebut menekankan pada upaya pemecahan masalah, dengan merumuskan permasalahannya terlebih dahulu. Dalam pendekatan open- ended terdapat keragaman dalam penyelesaian ataupun metoda penyelesaiannya. Pendekatan ini memberi keleluasaan kepada siswa untuk mengemukakan jawaban secara aktif dan kreatif.

Berabad-abad orang berupaya menjelaskan apa yang terjadi apabila seseorang mencipta. Salah satu teori yang sampai saat ini masih banyak dikutip adalah teori Wallas yang dikemukakan pada tahun 1926 dalam bukunya “ The Art of Thuoght ” (Piirto, 1992), yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu: (1) persiapan; (2) inkubasi; (3) iluminasi; dan (4) verifikasi.

Pada tahap persiapan untuk memecahkan masalah seseorang belajar berpikir, mencari jawab, bertanya kepada orang lain, dan sebagainya. Pada tahap inkubasi, seseorang untuk sementara waktu seolah-olah melepaskan diri dari masalah tersebut. Masalah itu “dierami” dalam alam pra-sadar. Pada tahap iluminasi, timbul yang dinamakan “insight” atau “Aha-Erlebnis” yaitu munculnya inspirasi atau gagasan baru. Tahap verifikasi atau evaluasi adalah tahap pengujian


(46)

18

ide atau kreasi baru. Dalam hal ini diperlukan proses pemikiran kritis dan konvergen (Munandar, 2002: 59)

Dari uraian proses kreatif di atas, terlihat bahwa penemuan masalah dan pemecahan masalah merupakan sebuah karakteristik dari aktivitas kreatif atau bakat yang luar biasa pada berbagai bidang kehidupan. Khusus dalam mata pelajaran matematika, Silver (dalam Silver, 1997: 76) mengatakan bahwa penemuan masalah dan pemecahan masalah adalah inti dari mata pelajaran matematika dan merupakan ciri-ciri dari berpikir matematis.

Sebagai hal yang berkenaan dengan kreativitas, pada dasarnya tidak terletak pada seberapa banyaknya penemuan masalah itu sendiri, akan tetapi terletak pada pengaruh antara penemuan masalah dan pemecahan masalah. Yang dimaksud dengan saling pengaruh di sini adalah bagaimana usaha untuk menyelesaikan, memformulasikan kembali, dan akhirnya memecahkan masalah dengan melakukan aktivitas kreatif. Dari aktivitas ini, seseorang dapat menguji formulasi permasalahan atau penyelesaian yang baru, tingkat perubahan arah selama proses formulasi kembali, banyaknya formulasi, banyaknya penyelesaian yang berbeda atau penyelesaian yang diperoleh.

Untuk membekali peserta didik dalam menghadapi permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang dan berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama mengajar di SMA Swasta Cahaya Medan, siswa jarang diajak untuk ikut terlibat dalam setiap pembelajaran sehingga siswa kurang mampu memahami konsep yang diajarkan guru. Siswa tidak diberi kesempatan mengeluarkan ide-ide mereka. Kondisi ini akan menghasilkan siswa yang tertutup


(47)

19

sehingga siswa menjadi pasif. Peneliti beranggapan pendekatan yang cocok untuk hal di atas adalah pendekatan open-ended. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan studi eksperimen perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan berpikir kreatif siswa SMA dengan pendekatan pembelajaran Open-Ended dan pembelajaran konvensional.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

(1) Rendahnya penguasaan materi matematika khususnya pada siswa kelas X. (2) Prestasi matematika di Indonesia masih rendah dibanding negara lain. (3) Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

(4) Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.

(5) Dalam proses pembelajaran matematika guru pada umumnya menerapkan pembelajaran konvensional

(6) Model pembelajaran yang selama ini digunakan tidak melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

(7) Pendekatan pembelajaran open ended belum dilaksanakan pada proses pembelajaran matematika.

(8) Bentuk proses penyelesaian masalah ( proses jawaban ) siswa tidak bervariasi. (9) Siswa memiliki respon yang negative terhadap matematika.


(48)

20

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas adalah masalah yang cukup luas dan kompleks serta cakupan materi matematika yang sangat banyak maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini perlu dibatasi agar penelitian ini lebih terarah, efektif, dan efisien serta memudahkan dalam melaksanakan penelitian. Sehingga penelitian ini dibatasi pada masalah :

1. Rendahnya Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. 2. Rendahnya Kemampuan berpikir kreatif siswa.

3. Dalam proses pembelajaran matematika guru pada umumnya menerapkan pembelajaran konvensional..

4. Penerapan pendekatan pembelajaran open-ended belum dilaksanakan pada proses pembelajaran matematika.

5. Bentuk proses penyelesaian masalah (proses jawaban) siswa tidak bervariasi.

6. Siswa memiliki respon yang negatif terhadap matematika.

Untuk diteliti perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan berpikir kreatif siswa ditinjau dari pendekatan pembelajaran open-ended dan pembelajaran konvensional, pada pokok bahasan persamaan dan fungsi kuadrat di kelas X SMA.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.


(49)

21

(1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

(2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

(3) Bagaimanakah bentuk proses penyelesaian masalah (proses jawaban) yang dibuat siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

(4) Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended.

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

(1) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

(2) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.


(50)

22

(3) Untuk mendeskripsikan bentuk proses penyelesaian masalah (proses jawaban) yang dibuat siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

(4) Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna baik bagi guru, bagi siswa, bagi sekolah maupun bagi peneliti.

(1) Bagi Guru

Memberi alternatif atau variasi pendekatan pembelajaran matematika untuk dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaanya dengan cara memperbaiki kelemahan ataupun kekurangannya dan mengoptimalkan pelaksanaan hal-hal yang talah dianggap baik.

(2) Bagi Siswa

Penerapan pendekatan open-ended selama penelitian pada dasarnya memberi pengalaman baru dan mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran agar terbiasa melakukan keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah matematik dan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa meningkat serta pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan bermanfaat.

(3) Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengelolaan pendidikan dalam mengambil kebijakan dalam penerapan inovasi


(51)

23

pembelajaran baik matematika maupun pelajaran lain dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru.

(4) Bagi Peneliti

Memberi gambaran atau informasi tentang perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan berpikir kreatif siswa, proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran dan respon siswa selama pembelajaran berlangsung serta dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan dapat dijadikan sebagai acuan/referensi untuk peneliti lain (penelitian yang relevan) dalam melakukan penelitian yang sejenis.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan pahaman terhadap apa yang akan diteliti, maka perlu adanya penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini beberapa istilah dalam penelitian ini adalah:

(1) Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu:

a. Memahami masalah

b. Membuat rencana pemecahan masalah

c. Melaksanakan penyelesaian menggunakan strategi yang direncanakan d. Memeriksa kembali kebenaran jawaban yang diperoleh.


(52)

24

(2) Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang dapat menghasilkan ide-ide yang dimiliki seseorang dengan mengkombinasikan ataupun menerapkan kembali ide-ide yang telah ada ataupun kemampuan siswa untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru dalam menghasilkan banyak kemungkinan cara menyelesaikan masalah untuk memperoleh satu jawaban yang benar, kemampuan kreatif yang akan dicapai siswa dapat dilihat dari 4 macam perilaku kreatif yaitu: (1) kelancaran (fluency) , (2) keluwesan (flexibility), (3) Elaborasi (elaboration), (4) Keaslian (originality).

(3) Pendekatan pembelajaran Open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki banyak proses atau metode penyelesaian dalam menjawab soal sehingga memungkinkan siswa memperoleh banyak jawaban cara untuk memperoleh satu jawaban yang benar dari beragam metode penyelesaian yang digunakan. Pendekatan pembelajaran Open-ended pendekatan pembelajaran yang melalui tahap-tahap pembelajaran, yaitu:

a. Penyajian masalah

b. Pengorganisasian pembelajaran

c. Memperhatikan dan mencatat respon siswa d. Bimbingan dan pengarahan

e. Membuat kesimpulan

(4) Pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran yang melibatkan komponen-komponen: demonstrasi oleh guru, pemberian defenisi/teorema, menjelaskan materi dan konsep matematika, memberikan contoh-contoh


(53)

25

penyelesaian masalah, bertanya bila tidak mengerti dan memberikan soal-soal sebagai latihan untuk dikerjakan di kelas ataupun di rumah.

(5) Bentuk proses penyelesaian masalah adalah bagaimana bentuk atau susunan kinerja jawaban siswa untuk setiap butir soal.

(6) Respon siswa adalah pendapat senang /tidak senang dan baru/tidak baru terhadap komponen pembelajaran yang dikembangkan, kesediaan siswa mengikuti pembelajaran open-ended pada kegiatan pembelajaran berikutnya, serta komentar siswa terhadap penampilan guru dalam pembelajaran. Respon siswa diukur dengan menggunakan angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran.


(54)

274

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran open-ended dengan menekankan pada kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan berpikir kreatif maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

3. Proses penyelesaian masalah (proses jawaban) yang dibuat siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended lebih baik dari proses penyelesaian masalah (proses jawaban) siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan berpikir kreatif lebih baik pada kelas pembelajaran open-ended dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

4. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended adalah positif.


(55)

275

B. SARAN

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, maka disampaikan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yaitu:

1. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan pembelajaran open-ended dapat: (1) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik, (2) meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran berdasarkan pendekatan open-ended sangat potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika yang inovatif pada tingkat SMA khususnya dalam mengajarkan materi persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat..

2. Dalam pendekatan pembelajaran open-ended, keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran tidak cukup hanya melalui tes tertulis tetapi diperlukan alat evaluasi yang mampu mengevaluasi seluruh kegiatan siswa selama proses pembelajaran, misalnya menilai siswa yang mengajukan pertanyaan dan yang merespon pendapat teman atau guru yang relevan khususnya ketika diskusi kelas dalam proses pembelajaran.

3. Sebelum menerapkan pembelajaran berdasarkan pendekatan open-ended, sebaiknya siswa dibiasakan dengan metode diskusi kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa memahami peran dan fungsi tiap anggota kelompok serta siswa terbiasa untuk menghargai pendapat orang lain.


(56)

276

4. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan pendekatan open-ended membutuhkan kesiapan bahan ajar dan pemilihan soal - soal kontekstual yang menarik bagi siswa untuk diselesaikan.


(1)

Guilford,J.P. 1995. Traits of Creativity, dalam h.h Anderson (Ed) Creativity and Its Cultivation. John Wiley,New York.

Hamzah. (2003). Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Bandung melalui Pendekatan Pengajuan Masalah. Bandung: PPS UPI (Disertasi tidak diterbitkan).

Hancock, C.L (1995). „Enhancing Mathematics Learning With Open-Ended Questions.” Assessment Standard for School Mathematics. 86 (9)

Harris, R . 1998. Introduction to Creative Thinking. (Online), (http://tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper07 jurnalpgriyogja.pdf, diakses tanggal 15 Pebruari 2011 pukul 17.31).

Hasanah, A. (2004). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa sekolah menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah yang Menekankan pada Representasi Matematik. Tesis. UPI Bandung Haylock, D. 1997. Recognising Mathematical Creativity in Schoolchildren (Online),

(http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zm ZDM Volum 29 ( June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X, diakses pada tanggal 16 Pebruari 2011 pukul 17.05).

Hudoyo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika . Penerbit Universites Negeri Malang.

Kantowski, M.G. (1981). Problem Solving. Dalam Elizabeth Fennema (editor) Mathematics Education Research, Implications for 80’s. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Karli, H dan Yuliariatiningsih, M.S. (2002). Implementasi KBK 1. Jakarta: Bina Media Informasi.

Katsuro, T. (2000). Open-Ended Approach and Improvement of Classroom Teaching Mathematics Education in Japan. Japan Society of Mathematical Education (JSME).

Killen, R. (1998). Effective Teaching Strategies. Second Edition. Australia: Social Science Press.

Krutetskii, V.A. (1976). The Psychology of Mathematical Abilities in School Children. Chicago: University of Chicago Press. ( Online) (http://tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper07jurnalpgriyogja.pdf.,diaks es tanggal 15 Pebruari 2011 pukul 17.31).


(2)

Marzuki, A. (2006). Implementasi Pembelajaran Koperatif dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. UPI. Bandung

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to :The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Scores. [On Line]. Tersedia: http://www.physics.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain. [9 Oktober 2010].

Mina, E. (2005) Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMA Bandung. Bandung: PPS UPI (Tesis tidak diterbitkan).

Munandar, S.C.U. (1977). Creativity and Education. Jakarta: PPS UI (Disertasi, Tidak diterbitkan).

Munandar, S.C.U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.

Munandar, S.C.U.Utami (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Munandar, S.C.U. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Granada Pustaka Utama.

Murtado, S. dan Tambunan, G. (1987). Materi Pokok Pengajaran Matematika. Jakarta: Karunika.

Nasution, S. (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

NCTM (2000). Defining Problem Solving. [Online]. Tersedia:

http://www.learner.org/channel/courses/teachingmath/gradesk_2/session_03/sect io_03_a.html. [10 maret 2011].

Netter, J. 1974. Applied Linier Statistical Model. Illions: Richard D. Erwin, INC.

Netter, John, dkk. 2005.Applied Linear Statistical Models, New York : McGraw Hill. Nohda, N. (2000). Learning and Teaching Through Open-ended Approach Method.

Dalam Tadao Nakahara and Masataka Koyama (editor) Proceeding of 24th of the International Group for the Psychology of Mathematics Education. Hirosima: Hiroshima University.


(3)

Olson, R. W. (1980). The Art of Creative Thinking. New York: Barnes & Noble Books. Osborn, A.F. (1953). Applied Imagination Principles and Prosedures of Creative

Problem Solving. New York: Barnes & Noble Books.

Parnes, S. (1975). Aha Insight into Creative Behavior. Buffalo, New York: The Creative Education Foundation.

Pasiak, T. (2002). IQ/EQ/SQ. Bandung: Mizan.

Pehkonen, E. (1992). Using Problem-Field as a Method of Change. Mathematics Education 3(1), 3-6.

Pehkonen,E 1997. The State-of-Art in Mathematical Creativity. (online), (http://tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper07jurnalpgriyogja.pdf,diakses tanggal 15 Pebruari 2011 pukul 17.31).

Piirto, J. (1992). Those Who Create. Dayton, Ohio : Ohio Psychology Press.

Polya. (1985). How to Solve It. A New Aspect of Mathematical Method. Second Edition. New Jersey: Princeton University Press.

Pomalato, S.W.Dj. (2005). Penerapan Model Treffinger dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Kreatif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas II SMP. Bandung: PPS UPI (Disertasi tidak diterbitkan).

Rothstein, P.R. (1990). Educational Psychology. New York: Mc. Garw Hill. Inc.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Ruseffendi, E.T. (1991). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sanjaya, Wina. (2008). Srategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Desertasi S3 UPI.


(4)

Sawada, T. (1997). Developing Lesson Plans. Dalam Shimada, S. dan Becker, J.P (editor) The Open-Ended Approach. A New Proposal for Teaching Mathematics. Virginia: National Council of Teachers of Mathematics.

Semiawan, C., Munandar, A.S., dan Munandar, S.C.U. (1987). Memupuk bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Petunjuk untuk Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia.

Shadiq, Fadjar “ Apa Dan Mengapa Matematika Begitu Penting? (fadjar p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com/apa dan mengapa matematika begitu penting/diakses tanggal 23 Februari 2009)

Shimada, S. Dan Becker J.P. (1997). The Open-Ended Approach: A New Proposal for Teaching Mathematics. Virginia: National Council of Teachers of Mathematics. Sinaga, (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan

Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Laporan Hasil Penelitian (Hibah Bersaing). Medan: UNIMED, Agustus 2008.

Singh, B. (1990). Differences in Mathematical Creativity of Middle School Children of Different Social group. International Journal of Mathematics Education in Science and Technology. 21 (4). 541-544.

Silver, E.A. (1997). “Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Posing”. Tersedia: http://www.fizkarlsruhe.de/fiz/publications/zdm/2dm97343.pdf (23 maret 2011). Slavin, R.E. (1997). Research on Co-operative Learning and Achievement. What we Know, What we Need Know. Contemporary Educational Pshychology Volume 21.43-69.

Soedjadi, R. (1999). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Surabaya: Vera.

Soedjadi, R. (2001). Pemanfaatan Realita dan Lingkungan dalam Pembelajaran Matematika. Makalah pada Seminar Nasional Realistik Mathematics Education (RME) FMIPA UNESA SURABAYA, Surabaya 24 Pebruari.

Soekisno, R.B.A. (2002) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Strategi Heuristik Bandung: PPS UPI (Tesis tidak diterbitkan).

Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjimat, D.A. (1995). Pembelajaran Pemecahan Masalah. Tinjauan Singkat Berdasarkan Teori Kognitif. Jurnal Pendidikan humaniora dan sains. 1 dan 2. Malang: IKIP Malang.


(5)

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Suherman, E dkk. (2003) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Suherman. E. (2003b). Evaluasi Pembelajaran Matematika untuk Calon Guru dan Mahasiswa Calon Guru Matematika. Bandung: Jurusan pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Sujono. (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Sumaatmadja, N. (2000). Manusia dalam Konteks Sosbud dan Lingkungan Hidup. Bandung: Alpfabeta.

Sumarmo, U. (1993). Peranan kemampuan Logik dan Kegiatan Belajar terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian FPMIPA IKIP Bandung.

Sumarmo, U. (2005). “Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah”. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika di FMIPA Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Supriadi, D. (1995). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung:

Alfabeta.

Suyatno. Model-Model pembelajaran beserta sintaksnya. (Online), (http:// sanggar guru.blogspot.com/., diakses 18 Oktober 2011).

Tarrow, N.B. dan Lundsteen. (1978). Guiding Young Children Learning. New York: McGraw-Hill Book Company.

Treffinger, D.J. (1980). A Preliminary Model of Creative Learning. Dalam Gifted Child Quarterly 24f 127-138.

To, K. (1996). Mengenal Analisis Tes Pengantar ke Program Komputer ANATES. Bandung: FIP IKIP Bandung.


(6)

Torrance, P.E. (1981). A Three-Stage Model Teaching for Creative Thinking. Dalam A. E. Lawton (Editor) Science Education Information Report. Columbus, Ohio: The Eric Science, Mathematics and Environmental Education Clearing House. 226-253.

Torrance, P.E.(1969). Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC: National Education Association.

Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Bandung: PPS UPI (disertasi tidak diterbitkan).

Walpole, R.E. (1986). Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuan. Bandung: ITB.

Wycoff, J. (2002). Menjadi Superaktif melalui Metode Pemetaan Pikiran. Bandung: Kaifa.

Yaniawati, R.P. (2001). Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa. Bandung: PPS UPI(Tesis tidak diterbitkan).

Yee, F.P. (2010). Using Short Open-Ended Mathematics Question to Promote Thinking and Understanding. Tersedia: http://jwilsen.coe.uga.edu /sam‟s%20EMAT% 206600/Aticle4.htm.