PERUBAHAN PROSES UPACARA ADAT PERKAWINAN ETNIS KARO DI DESA PERBULAN KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO.

(1)

PERUBAHAN PROSES UPACARA ADAT

PERKAWINAN ETNIS KARO DI DESA PERBULAN

KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

ERNA PUPUT RESKYA GINTING

NIM : 309 122 019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2013


(2)

Lenrbar

Fee"setmjuam Sam Femgesafu an

S{<ripsi eEe*e ERN.& FUPryf &ESKY,{ GINTFNG Hir*.3S9 132 S19

Telah Biperfahankam di &epan Tim Peagaji

Fada

Taagg*I

S2 Agursttts

2*i3

Tixa Fexxgx3i: gqt-iei? EkoryAle S"S_E$"_&6SF ,

Femhiqarbixeg Skrips!

Dra"Eussi F,.{aftdarea$

reg

Pemguji

f,lrs llqrzenli mqsqrihrr Ruf Qi Pemgmji

&qeqerys$hsea-ry{*sj F*nryrji

,/

,. .ri

_'1 il

lkfledare, SZ Agxrstus 3St3

Ket'tl*

Frcgram Studi Fend"Antrop*iogi

\.,:i ; - +

. -;''\ hlL. i''t';'

"/

* re. Fes Hlf ex${i;. ry#-r NrP. 19S,4*6?6X 99SS92{}8 E

:'i .. ' i:.' " i il ,., : i;

.:ti

ilt

Bisetea$ui d*st &isa&kam Fa<ta ?xrlggaE 03 Agaas€eee ?S13 Panitia U"$iaxt

4;{--3e,

/,';q.t :: -*&


(3)

LEry$,EAFA PF]RS g T'U.YUAN

Skripsi Elri iliaj".rFiaxr Olefu Erna F*put Etesli-va Gintirag, Ni*a. 3Sg l?U {}ery

Frograrn Stereli Fendidika* Antrcpoi*gi, ienjamg S-1 Fa}<ultas llrnu SssiaE {Jxaiversitas Negeri t},{ecBxn

T'elah Siperiksa clau Disetujui Dalam lJjian illenlper€ahankan Skripsi

Bisetujari :

#osen Fer*bimEring,

.- -:r' i

Sqlia$ E&qryila S.$qs, MSP NIP. I 959S6{i72SS50 12SS{i

Medan, 02 .Agxstus 2$13 Ketua Frodi Fenr[.,&n{r*potogi,

,-,:.

" lt'.':, ;it :--' t

B ra.Fu gpitalv&'ri. I\{,9i N{P. 1 964$b261 990{}928['?


(4)

PER}IYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

Nim

Program Studi Fakultas

Ema Puput Reskya Ginting

309 122 019

Pendidikan Antropolo gi

IImu Sosial

Menyatakafl dengan sebenarnya bahwa skripsi

ini hasil

karya yang saya tulis sendiri, bukan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiblakan atau

duplika! maka saya bertanggungiawab unhrk bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Medan,

Agustus 2013 Pembuat Pernyataan, ^^ETERAITEAAPEL

frli ( natr$rlrfN x.1 \ ti\tr

2FFCFABF7229697


(5)

i 

ABSTRAK

Erna Puput Reskya Ginting, 309 122 019. Perubahan Proses Upacara Adat Perkawinan Etnis Karo Di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana proses upacara perkawinan adat Karo pada masyarakat etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo, untuk menemukan dan mengetahui perubahan apa saja yang terjadi dalam proses perkawinan adat Karo pada masyarakat etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo, dan untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat etnis Karo di Desa Pebulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo terhadap perubahan proses upacara perkawinan adat Karo.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif melalui penelitian lapangan (field research) dan tekhnik pengumpulan data adalah dengan menggunakan pengamatan dan wawancara langsung dengan masyarakat yang mengetahui masalah yang diteliti untuk mencari data dan fakta dalam penelitian ini. Penentuan informan menggunakan tekhnik purpossive sampling yaitu pengambilan objek penelitian atau informan secara sengaja berdasarkan kriteria tertentu. Selain itu, untuk data pendukung dalam penelitian ini juga melakukan studi pustaka (studi literatur) yakni dengan menelaah pada sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan judul penelitian. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo.

Hasil penelitian ini yakni : perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses upacara adat perkawinan etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo yaitu : (1) tahap atau urutan dalam upacara adat perkawinan, dimana dulunya tahap atau urutan dalam proses upacara adat perkawinan karo adalah 10 tahap namun sekarang hanya tinggal 7 tahapan saja. (2) Dari segi waktu dan jumlah orang dalam prosesi perkawinan, dimana dahulu setiap akan melaksanakan proses runggu atau pertemuan selalu dilakukan pada larut malam yakni pada pukul 22.00 WIB dan hanya dihadiri oleh kerabat terdekat saja. Namun sekarang dari segi waktu dipercepat menjadi pukul 20.00 WIB dan dihadiri oleh warga kampung, dalam arti tidak hanya kerabat terdekat saja yang hadir. (3) Jenis makanan santapan dalam pesta perkawinan. Jika dulu penggunaan daging babi merupakan suatu prestise bagi masyarakat namun sekarang penggunaaan daging babi digantikan dengan penggunaan daging sapi atau ayam, mengingat kini masyarakat telah heterogen etnis maupun agama.

Perubahan-perubahan dalam upacara adat perkawinan etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo ini terjadi dipengaruhi oleh faktor migrasi dan kontak dengan kebudayaan lain, faktor ekonomi, waktu, pendidikan dan agama.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Sempurna, karena berkat rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perubahan Proses Upacara Adat Perkawinan Etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo”.

Skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan telah penulis selesaikan dalam batas waktu yang telah ditentukan. Penulis berharap tulisan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya baik untuk tujuan pemahaman maupun untuk penelitian lebih lanjut.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang sangat teristimewa dalam hidup penulis yaitu kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi, ayahanda A.T Ginting dan ibunda E.W Marbun yang telah memberikan dukungan doa dan materiilnya. Hanya ini yang dapat ananda persembahkan sebagai makna dari pengorbanan dalam setiap doa dan sujudmu. Terkhusus penulis ucapkan terimakasih kepada adik-adikku Damai Yanty Valentina Reskya Ginting, Sri Widya Sari Ginting, Thia Adhelia Ginting dan Mutiara Ginting yang tak henti-hentinya menguatkan dan memberikan motivasi kepada penulis. Kalian adik-adik kakak yang hebat. Semoga kesuksesan juga mengiringi langkah kalian.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak atas kejasama dan bantuannya baik secara langsung maupun tak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:


(7)

iii

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Dr. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Antropologi.

4. Ibu Sulian Ekomila, S.Sos, MSP sebagai dosen pembimbing skripsi. Terimakasih atas saran, kritik dan masukan oleh ibu, yang banyak membantu penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga ibu selalu sukses dalam setiap aktivitas.

5. Bapak Drs. Payerli Pasaribu, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik penulis selama menjadi mahasiswa di jurusan pendidikan antropologi. Terimakasih atas arahan dan bimbingan bapak selama masa perkuliahan.

6. Ibu Dra. Trisni Andayani, Msi, dan ibu Rosramadhana, M.Si selaku dosen penguji. Terimakasih atas saran dan masukan atas perbaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen prodi Pendidikan Antropologi. Terimakasih atas didikan dan pengajarannya selama ini.

8. Bapak Suhendri Ginting beserta keluarga kecilnya selaku Kepala Desa Perbulan. Terimakasih telah menizinkan penulis meneliti di daerahnya, terimakasih atas bantuan data dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

iv

9. Keluarga A. Sembiring Kembaren. Terimakasih atas penerimaan penulis di rumahnya, terimakasih atas pengajaran, dukungan dan semangatnya.

10.Terkhusus abangnda Ertin Sembiring Kembaren S.Kom. You are so special for me. Terimakasih atas bantuannya selama penelitian, terimakasih atas pengajaran, bimbingan, kesetiaan, dukungan dan semangatmu selama ini. Semoga selalu diberi kelancaran dan kesuksesan dalam setiap aktivitasmu.

11.Kedua pengantin, Balinton Sitepu dan Heriati Harianja. Semoga menjadi keluarga kecil yang bahagia.

12.Permata GBKP Klasis Lau Baleng Desa Perbulan, Jericko, Doni, Dani, Bayang, kak Sani, Ngana, dan lainnya yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

13.Masyarakat Desa Perbulan dan semua informan yang telah dicantumkan namanya dilampiran.

14.Sahabat tercinta yang selalu ada dalam suka dan duka. Mushdar

Asingkilnay, Dhini D’aries, Hotnida, Irna Pakaek. Terimakasih telah

menjadi sahabat terbaik bagi penulis.

15.Rekan antro seperjuangan stambuk 2009. Akhirnya tiba juga kita di batas perjuangan selama 4 tahun ini. Semoga kita dapat mengaplikasikan ilmu yang kita miliki.

16.Abangda dan kakanda rekan antro 2008, adinda rekan antro 2010, 2011, 2012, terima kasih atas doanya.


(9)

v

17.Teman-teman PPLT SMA Katolik Kabanjahe. Terimakasih atas solidaritas, motivasi, kekocakan dan kehangatan kita selama menjadi guru sementara.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun dari segi bahasa.

Akhirnya penulis berharap semoga kebaikan yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Medan, Juli 2013 Penulis

Erna Puput Reskya Ginting NIM. 309 122 019


(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ……..………... .... i

KATA PENGANTAR ……….... ii

DAFTAR ISI……….………...... vi

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR ISTILAH... xi

BAB I. PENDAHULUAN... ………...... 1

1.1. Latar Belakang..………..…... 1

1.2. Identifikasi Masalah…..………... 7

1.3. Pembatasan Masalah………..….. 8

1.4. Rumusan Penelitian……….…... 8

1.5. Tujuan Penelitian……….…... 8

1.6. Manfaat Penelitian……….... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI………. 10

2.1. Kajian Pustaka dan Penelitian Yang Relevan.……….. 10

2.2. Landasan Teori... 13

2.2.1. Kebudayaan... 13

2.2.2. Perubahan... 15

2.2.3. Adat istiadat Etnis Karo... 17

2.2.4. Upacara... 19

2.2.5. Perkawinan Etnis Karo... 21

2.3. Kerangka berpikir ………....…... 23

BAB III. METODE PENELITIAN……….... 25

3.1. Lokasi Penelitian………...………... 25

3.2. jenis dan Tipe Penelitian………... 25

3.3. Subjek dan Objek Penelitian………... 26

3.4. Tekhnik Pengumpulan Data………... 28

3.4.1. Pengamatan Atau Observasi... 28

3.4.2. Wawancara... 29


(11)

vii

3.4.4. Studi Kepustakaan... 31

3.5. Tekhnik Analisis Data... 31

3.5.1. Mengelompokkan Hasil Data... 31

3.5.2. Menginterpretasi Data... 32

3.5.3. Melakukan Analisis dan Penyajian Data... 32

3.5.4. Membuat Kesimpulan... 32

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……... 33

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………... 33

4.1.1. Letak Geografis... 33

4.1.2. Sejarah Desa Perbulan... 36

4.1.3. Komposisi Penduduk Desa Perbulan... 38

4.2. Proses Upacara Perkawinan Adat Karo di Desa Perbulan... 41

4.2.1. Persiapan kerja adat... 44

4.2.1.1.Ertutur... 44

4.2.1.2.Naki-naki... 45

4.2.1.3.Nungkuni... 46

4.2.1.4.Nangkih erjabu/maba nangkih... 46

4.2.1.5.Maba belo selambar... 49

4.2.1.6.Nganting manuk... 54

4.2.2. Hari pesta adat... 57

4.2.2.1.Kerja erdemu bayu... 57

4.2.2.2.Naroh kalimbubu... 61

4.2.2.3.Mukul... 61

4.2.3. Sesudah pesta adat... 63

4.2.3.1.Ngulihi tudung/ngulihi bulang... 63

4.2.3.2.Ertaktak... 63

4.3. Perubahan Yang Terjadi Dalam Proses Perkawinan Adat Karo... 65

4.3.1. Tahap atau urutan dalam proses pelaksanaan adat perkawinan... 65

4.3.2. Waktu pelaksanaan runggu dan jumlah orang yang hadir dalam prosesi perkawinan... 68


(12)

viii

4.3.3. Jenis makanan dalam pesta perkawinan... 69

4.4. Persepsi Masyarakat Etnis Karo Di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Terhadap Perubahan Proses Upacara Perkawinan Adat Karo... 72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 79

5.1. Kesimpulan... 79

5.2. Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

ix 

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1. Kerangka Berpikir... 23 2. Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Karo... 34 3. Gambar 4.2. Persiapan Runggu Maba Belo Selambar... 49

di Losd Desa Perbulan

4. Gambar 4.3. Saat Mempersiapkan Kampil Silima... 50 dalam Acara Maba Belo Selambar

5. Gambar 4.4. Peraturan Adat Tentang Gantang Tumba/Unjuken... 52 (Mahar) Dalam Perkawinan Etnis Karo Yang Dipajang

di Losd Desa Perbulan

6. Gambar 4.5. Pengantin dan Pengiring Saat Hendak... 58 Masuk Gereja Untuk Melaksanakan Pasu-Pasu (Pemberkatan)

di GBKP klasis Lau Baleng, Perbulan

7. Gambar 4.6. Acara Pasu-Pasu Perkawinan Oleh Pendeta... 58 8. Gambar 4.7. Kedua Pengantin di Pelaminan Saat... 59

Kerja Erdemu Bayu di Losd.

9. Gambar 4.8. Kedua Pengantin Saat Diadu Menari (Adu Landek)... 59 10.Gambar 4.9. Pihak Anak Beru Memberikan Penghormatan... 59

Kepada Pihak Kalimbubu

11.Gambar 4.10. Kedua Pengantin Saat Diberi Wejangan... 60 dan Nasehat-Nasehat Oleh Pihak Kerabat


(14)

x 

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1. Jumlah Penduduk... 38

2. Tabel 4.2. Taraf Pendidikan Penduduk... 38

3. Tabel 4.3. Struktur Mata Pencaharian Penduduk... 39

4. Tabel 4.4. Agama Penduduk... 40

5. Tabel 4.5. Kesukuan/Etnis Penduduk... 41

6. Tabel 4.6. Perubahan Yang Terjadi Dalam Proses... 71 Adat Perkawinan Etnis Karo Yang Dulu Dengan Yang Sekarang


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis Karo merupakan salah satu ragam suku bangsa Indonesia yang termasuk salah satu dari beberapa etnis yang terdapat di daerah Propinsi Sumatera Utara. Masyarakat etnis Karo berdasarkan tempat tinggalnya dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu yang tinggal di dataran tinggi Tanah Karo yakni sekitar Tiga Binanga, daerah Singalor Lau, Lau Baleng, dsb, sering disebut sebagai Karo Gugung sedangkan masyarakat etnis Karo yang menetap di dataran rendah seperti Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat dan Kotamadya Binjai sering disebut sebagai Karo Jahe.

Sebagai suatu desa yang terletak di daerah perbatasan, Desa Perbulan dapat dikatakan sebagai desa yang heterogen dalam hal budaya karena terdiri dari beragam etnis. Desa Perbulan terletak di Kabupaten Karo, Kecamatan Lau Baleng Propinsi Sumatra Utara dan berbatasan dengan Dairi, Aceh Tenggara. Beragamnya etnis yang bermukim di Desa Perbulan dapat dilihat pada struktur masyarakat yang terdiri dari Etnis Batak Toba, Etnis Gayo, Pakpak, Jawa juga Etnis Alas. Keragaman tersebut menimbulkan keragaman perilaku-perilaku masyarakat dalam menjalankan life cycle (proses kehidupan)nya. Orientasi nilai


(16)

2

sebagai sebuah konsepsi menurut C. Kluckhon dalam (Marzali, 2007:112) mempengaruhi perilaku manusia tentang alam, tentang tempat manusia dalam alam, tentang hubungan manusia dengan manusia, dan tentang seharusnya diinginkan dan yang tidak seharusnya diinginkan, sebagaimana mereka itu dapat dikaitkan dengan hubungan manusia-lingkungan dan antar manusia. Hal ini nantinya yang akan mempengaruhi persepsi masyarakat dalam memandang proses upacara perkawinan dalam etnisnya masing-masing.

Seperti kita ketahui, semua masyarakat manusia mengalami proses dalam mencapai tingkatan-tingkatan hidup. Proses tersebut misalnya proses yang dimulai dari masa bayi, masa penyapihan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa setelah menikah, masa kehamilan, masa lanjut usia, dan kematian. Pada setiap masa peralihan proses dari satu tingkat ketingkat berikutnya, biasanya diadakan upacara-upacara tertentu, yang sesuai dengan adat-istiadat pendukungnya.

Namun tidak semua kebudayaan menganggap semua masa peralihan itu sama pentingnya. Mungkin dalam satu kebudayaan tertentu, ketika seseorang memasuki proses tingkatan hidup yang baru, dianggap sebagai sesuatu hal yang sangat penting, sementara dalam kebudayaan tertentu lainnya, hal itu berjalan dengan wajar dan sebagaimana adanya.

Umumnya dalam berbagai kebudayaan, ada anggapan bahwa masa peralihan merupakan saat-saat yang penuh dengan bahaya, baik bahaya nyata maupun gaib. Pada banyak etnis, upacara kehamilan, upacara kelahiran, upacara pemberian nama, potong rambut, mengasah gigi, upacara khitanan, juga upacara perkawinan, dilaksanakan sebagai upaya untuk menolak bahaya-bahaya gaib yang


(17)

3

dapat timbul ketika seseorang beralih dari satu tingkat ketingkat hidup lainnya. Selain daripada itu, upacara-upacara seperti itu juga memiliki fungsi sosial yang penting, antara lain untuk memberitahukan kepada masyarakat ramai mengenai perubahan tingkatan hidup yang dicapai itu.

Setiap kelompok masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh Erlina Sembiring dalam tulisan mengenai adat istiadat dalam upacara nengget pada masyarakat batak karo (http://repository.usu.ac.id.pdfdiakses26februari05:07wib), memiliki berbagai macam jenis kegiatan upacara kebudayaan dan upacara religi yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya Pada saat proses dan pelaksanaan upacara kebudayaan dan upacara religi juga pasti berbeda-beda antara suku yang satu dengan suku yang lainnya. Hal ini menunjukan bahwa terdapat banyak sekali macam jenis upacara kebudayaan yang terdapat di Indonesia. Seperti halnya upacara yang berkaitan dengan ritus peralihan seperti kelahiran, pernikahan dan kematian pada masyarakat etnis Karo.

Masyarakat etnis Karo masih memegang teguh adat istiadat yang umumnya dilaksanakan dalam bentuk upacara-upacara tradisional. Adat istiadat tadi lama kemudian menjadi suatu tradisi bagi masyarakatnya. Seperti yang dikemukakan Bangun (1990:111), suatu tradisi atau adat istiadat suatu etnik, akan diwariskan secara begitu saja kepada turunan atau generasi penerusnya, bukan diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Soekanto (1982:177), bahwa kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. Ini berarti bahwa suatu kebudayaan itu


(18)

4

diteruskan atau diwariskan secara sosial, artinya kebudayaan merupakan warisan sosial, dan bukan warisan biologis.

Tradisi atau adat istiadat tadi tidak tercipta atau berkembang dengan sendirinya secara bebas. Namun ada masyarakat sebagai pendukung dari kebudayaan tersebut yang mempertahankan, mengembangkan dan mengelola kebudayaanya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Shils (1981:12) dalam tulisan mengenai adat istiadat dalam upacara nengget pada masyarakat batak karo (http://repository.usu.ac.id.pdfdiakses26februari05:07wib), yang menyatakan bahwa manusia yang masih hidup, mengetahui dan berhasratlah yang mampu menciptakan, mencipta ulang, dan mengubah suatu tradisi atau adat istiadat tersebut. Artinya, tradisi atau adat istiadat itu adalah ciptaan manusia Penyelenggaraan pesta upacara ketika memasuki proses tingkatan hidup yang berikutnya, yang bersifat universal ini disebabkan karena adanya kesadaran bahwa setiap tahap baru dalam hidup seseorang menyebabkan ia masuk ke dalam lingkungan sosial yang baru dan lebih luas, yakni hidup seseorang tersebut menjadi bergantung kepada orang-orang lain di sekitarnya.

Demikian juga halnya pada masyarakat etnis Karo, masih banyak terdapat upacara-upacara tradisi yang berkaitan dengan kepercayaan religius mereka. Adapun ritual-ritual yang dipercayai masyarakat etnis Karo antara lain : Upacara

Erlau-Lau, Erpangir Ku Lau, Perumah Begu, Raleng Tendi, Mengket Jabu, Cawir

Bulung, Nengget, dan masih banyak lagi lainnya upacara-upacara tradisi yang

lebih tertuju pada konsep kepercayaan religius pada masyarakat etnis Karo yang sampai saat ini masih terus eksis dan selalu dilakukan. Keadaan yang seperti ini


(19)

5

dalam masyarakat etnis Karo sejalan dengan pendapat Simanjuntak (2003:15) dalam tulisan mengenai adat istiadat dalam upacara nengget pada masyarakat batak karo (http://repository.usu.ac.id.pdfdiakses26februari05:07wib), yang menyatakan bahwa walaupun etnis Karo sudah menganut agama seperti Islam dan Kristen umumnya, namun konsep-konsep kepercayaan dan religi purba masih hidup, terutama pada masyarakat yang hidup di pedesaan.

Saat peralihan yang pada setiap masyarakat dianggap penting adalah peralihan dari tingkat hidup remaja ketingkat hidup berkeluarga, yakni perkawinan. Terkait dengan kebudayaan manusia, perkawinan merupakan pengatur tingkah laku manusia yang berkaitan dengan kehidupan kelaminnya. Perkawinan membatasi seseorang untuk berhubungan intim dengan lawan jenis lain selain suami atau istrinya. Selain sebagai pengatur kehidupan kelamin, perkawinan mempunyai berbagai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu meneruskan keturunan dan memberi perlindungan kepada anak-anak hasil perkawinan itu, memenuhi kebutuhan manusia akan teman hidup, memenuhi kebutuhan akan harta dan gengsi, juga untuk memelihara hubungan sosial dengan kelompok kerabat tertentu.

Pada dasarnya adat perkawinan etnis Karo mengandung nilai sakral. Dikatakan sakral dalam pemahaman adat Karo bermakna pengorbanan bagi pihak pihak sinereh, karena ia memberikan anak perempuannya kepada orang lain yakni pihak sipempoken, sehingga pihak laki-laki juga harus menghargainya dengan menanggung semua biaya acara adat dan makanan adat. Perkawinan marupakan


(20)

6

suatu upacara di mana mempersatukan seorang laki-laki dengan perempuan atau dipersatukanya dua sifat keluarga yang berbeda melalui hukum.

Sebelum melaksanakan adat perkawinan etnis Karo, terjadi tindak tutur antara pihak anak beru laki-laki (pihak penerima istri) dengan pihak anak beru perempuan (pihak pemberi istri), kemudian dilakukan pertuturan antara anak beru laki-laki dengan kalimbubunya (pihak penerima istri), begitu juga antara anak

beru perempuan dengan kalimbubunya (pihak pemberi istri). Anak beru disini

berfungsi sebagai penyambung lidah antara kepentingan dua kelompok keluarga, yaitu keluarga pengantin perempuan dan pengantin laki-laki. Hal ini berarti bahwa perkawinan adalah merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita, termasuk keseluruhan keluarga.

Masyarakat etnis Karo tidak berbeda dengan masyarakat lain dalam perkawinan. Masyarakat pada dasarnya beranggapan bahwa pesta perkawinan adalah pesta adat yang sangat penting. Karena perkawinan itu suci, dan dengan melalui perkawinan setiap manusia berharap mendapatkan kebahagiaan rohani maupun kebahagiaan secara jasmani.

Untuk melaksanakan upacara perkawinan adat Karo, ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui yaitu tahapan sebelum perkawinan (persiapan kerja adat), saat perkawinan (hari pesta adat), dan sesudah perkawinan (sesudah pesta adat). Ketika melaksanakan upacara adat perkawinan, mempunyai tradisi bagaimana pelaksanaan tahap-tahap tersebut, dan mengandung unsur-unsur tujuan, tempat, waktu, dan alat-alat serta jalannya upacara.


(21)

7

Namun akhir-akhir ini acara pelaksanaan upacara perkawinan adat Karo tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan tradisi, dimana tahapan pelaksanaan upacara adat perkawinan tersebut kemungkinan dipersingkat, dengan alasan menghemat dan menghargai waktu agar bisa mengerjakan rencana kerja lainnya yang disusun sedemikian rupa. Adapun yang diduga menjadi faktor penyebab perubahan ini adalah faktor komunikasi atau kontak dengan kebudayaan lain, migrasi, faktor ekonomi, waktu, pendidikan dan agama.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam suatu penelitian yang berjudul “Perubahan Proses Upacara Adat Perkawinan Etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan proses upacara perkawinan adat Karo di daerah perbatasan.

2. Perubahan proses upacara perkawinan adat Karo di daerah perbatasan. 3. Persepsi masyarakat etnis Karo terhadap proses upacara perkawinan

adat Karo aslinya.

4. Perspepsi masyarakat etnis Karo terhadap perubahan proses upacara perkawinan adat Karo.


(22)

8

1.3. Pembatasan Masalah

Melihat begitu luasnya identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah pada “Perubahan Proses Upacara Adat Perkawinan Etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo”.

1.4. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana proses upacara perkawinan adat Karo pada masyarakat etnis

Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo?

2. Perubahan apa saja yang terjadi dalam proses upacara perkawinan adat Karo pada masyarakat etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo?

3. Bagaimana persepsi masyarakat etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo terhadap perubahan proses upacara perkawinan adat Karo.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana proses upacara perkawinan adat Karo pada masyarakat etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo?


(23)

9

2. Untuk menemukan dan mengetahui perubahan apa saja yang terjadi dalam proses upacara perkawinan adat Karo pada masyarakat etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo?

3. Untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat etnis Karo di Desa Pebulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo terhadap perubahan proses upacara perkawinan adat Karo.

1.6. Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian, adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan bagi peneliti, akademis, dan masyarakat lainnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dalam meneliti Budaya Batak Karo.


(24)

79 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa point kesimpulan. Adapun kesimpulan yang didapat, yaitu :

1. Bahwa proses upacara adat perkawinan etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo adalah dimulai dari kegiatan Ertutur terlebih dahulu, selanjutnya masuk ke tahap Naki-Naki, lalu Nungkuni,

Nangkih Erjabu/Maba Nangkih, Maba Belo Selambar, Nganting Manuk, Kerja

Erdemu Bayu, Mukul, Ngulihi Tudung/Bulang, dan yang terakhir adalah

Ertaktak.

2. Saat ini telah terjadi pergeseran yang merupakan bagian dari perubahan dalam proses perkawinan adat karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo. Proses perkawinan adat Karo yang sekarang lebih singkat dibandingkan proses perkawinan adat Karo yang dahulu. Perubahan yang terjadi adalah dalam hal : (1) tahap atau urutan dalam upacara adat perkawinan, (2) waktu dan jumlah orang dalam prosesi perkawinan, dan (3) jenis makanan santapan dalam pesta perkawinan.

3. Secara tekhnis, perubahan dalam tahap atau urutan upacara adat perkawinan karo di Desa Perbulan dipersingkat. Jika dulunya tahap ini terdiri dari 10 tahapan dimulai dari Ertutur, Naki-Naki, Nungkuni, Nangkih Erjabu, Maba


(25)

80

Tudung/Bulang dan ertaktak, maka yang sekarang hanya terdiri dari 7 tahap

saja dimana nganting manuk, mukul dan ertaktak tidak dilakukan lagi seperti yang dulu.

4. Perubahan ke-2 yang terjadi adalah dalam hal waktu dan jumlah orang dalam prosesi perkawinan. Jika dulunya setiap runggu dimulai pukul 22.00 WIB dengan dihadiri 20-30 orang kerabat dekat, sedangkan yang sekarang dipercepat menjadi pukul 20.00 WIB dengan dihadiri 200-300 orang, tidak hanya kerabat dekat juga warga kampung.

5. Perubahan ke-3 terjadi dalam hal jenis makanan dalam pesta perkawinan. Dahulunya makanan santapan dalam pesta perkawinan adalah daging babi. Namun sekarang penggunaan daging babi digantikan dengan daging sapi atau ayam. Hal ini berkaitan dengan pengefektifan biaya pengeluaran dari segi ekonomi dan mengingat keheterogenan dalam masyarakat.

6. Perubahan-perubahan dalam upacara adat perkawinan etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo ini terjadi dipengaruhi oleh faktor migrasi dan kontak dengan kebudayaan lain, faktor ekonomi, waktu, pendidikan dan agama.

5.2. Saran

Menurut saya perubahan dalam upacara adat perkawinan etnis Karo tersebut mengandung nilai positif dan negatif. Nilai positif dari adanya perubahan ini adalah dari segi tekhnis pelaksanaan upacara perkawinan dapat menghemat dana, tenaga dan mengefisienkan waktu. Namun dampak negatifnya membuat


(26)

81

masyarakat Karo, khususnya generasi muda Karo menjadi tidak mengetahui lagi adat istiadat aslinya. Sebaiknya bagi generasi muda Karo, agar tidak kehilangan adat istiadat aslinya, walaupun terjadi perubahan seiring perkembangan jaman, tetap mempelajari mengenai budayanya, meskipun untuk sekedar tahap mengetahui atau memahami saja.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Adat istiadat karo. Makalah Seminar Adat Istiadat Karo Moderamen (GBKP), 31

Agustus s/d 3 September 1983 di KWK GBKP BERASTAGI.

Bangun, Drs. Tridah. 1990. Penelitian dan Pencatatan Adat Istiadat Karo. Jakarta: Yayasan Merga Silima.

Darwin, Prints. 2012. Adat Karo. Medan: Bina Media Perintis.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Proposal.

Etzioni, Amitai dan Eva Etzioni-Halevy. 1973. Sosial Change; Sources, Patterns,

And Consequences. New York: United States Of America.

Goode. William J. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.

Haviland, William. 1988. Antropologi Jilid I Alih Bahasa R. G. Soekadijo. Jakarta: Erlangga.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Penerbit PT Rineka Indah.

______________. 1998. Pengantar Antropologi, Pokok-Pokok Etnografi. Jakarta: Penerbit PT Rineka Indah.

Marzali, Amri. 2007. Antropologi Dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Penerbit Kencana.

Nurja, Dewi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Adat

Perkawinan Pada Etnis Gayo Di Desa Durin Kecamatan Blangkejeren

Kabupaten Gayo Lues. Skripsi jurusan geografi. UNIMED.


(28)

Pasaribu, Sjawal. 2011. Adat dan Budaya Masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah

Sibolga. Medan: Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera

Utara.

Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta Bekerja Sama Dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana.

Simanjuntak, Prof. Bungaran Antonius, Prof. Soedjito Sosrodiharjo. 2009. Metode

Penelitian Sosial. Medan: Bina Media Perintis.

Simarmata, Sezy Octavia. 2008. Perubahan Adat Nganting Manuk Dalam Proses

Pernikahan Adat Karo Di Desa Namopuli, Pancur Batu. Skripsi jurusan sejarah.

UNIMED.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(29)

Bacaan Dari Internet:

http://repository.usu.ac.id/pdfdiakses26februari5:07wib.

http://wahyuddin-wahyuddin.blogspot.com/diakses20maret2013pukul21:05wib http://setiawantopan.wordpress.comdiakses20maret2013pukul20:54wib

http://carapedia.com/diakses31maret2013pukul20:25wib

http://dspace.widyatama.ac.id/diakses29maret2013pukul08:59wib http://kmkpisewkaro.files.wordpress.comdiakses25juli2013


(1)

79 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa point kesimpulan. Adapun kesimpulan yang didapat, yaitu :

1. Bahwa proses upacara adat perkawinan etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo adalah dimulai dari kegiatan Ertutur terlebih dahulu, selanjutnya masuk ke tahap Naki-Naki, lalu Nungkuni, Nangkih Erjabu/Maba Nangkih, Maba Belo Selambar, Nganting Manuk, Kerja Erdemu Bayu, Mukul, Ngulihi Tudung/Bulang, dan yang terakhir adalah Ertaktak.

2. Saat ini telah terjadi pergeseran yang merupakan bagian dari perubahan dalam proses perkawinan adat karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo. Proses perkawinan adat Karo yang sekarang lebih singkat dibandingkan proses perkawinan adat Karo yang dahulu. Perubahan yang terjadi adalah dalam hal : (1) tahap atau urutan dalam upacara adat perkawinan, (2) waktu dan jumlah orang dalam prosesi perkawinan, dan (3) jenis makanan santapan dalam pesta perkawinan.

3. Secara tekhnis, perubahan dalam tahap atau urutan upacara adat perkawinan karo di Desa Perbulan dipersingkat. Jika dulunya tahap ini terdiri dari 10 tahapan dimulai dari Ertutur, Naki-Naki, Nungkuni, Nangkih Erjabu, Maba Belo Selambar, Nganting Manuk, Kerja Erdemu Bayu, Mukul, Ngulihi


(2)

80

Tudung/Bulang dan ertaktak, maka yang sekarang hanya terdiri dari 7 tahap saja dimana nganting manuk, mukul dan ertaktak tidak dilakukan lagi seperti yang dulu.

4. Perubahan ke-2 yang terjadi adalah dalam hal waktu dan jumlah orang dalam prosesi perkawinan. Jika dulunya setiap runggu dimulai pukul 22.00 WIB dengan dihadiri 20-30 orang kerabat dekat, sedangkan yang sekarang dipercepat menjadi pukul 20.00 WIB dengan dihadiri 200-300 orang, tidak hanya kerabat dekat juga warga kampung.

5. Perubahan ke-3 terjadi dalam hal jenis makanan dalam pesta perkawinan. Dahulunya makanan santapan dalam pesta perkawinan adalah daging babi. Namun sekarang penggunaan daging babi digantikan dengan daging sapi atau ayam. Hal ini berkaitan dengan pengefektifan biaya pengeluaran dari segi ekonomi dan mengingat keheterogenan dalam masyarakat.

6. Perubahan-perubahan dalam upacara adat perkawinan etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo ini terjadi dipengaruhi oleh faktor migrasi dan kontak dengan kebudayaan lain, faktor ekonomi, waktu, pendidikan dan agama.

5.2. Saran

Menurut saya perubahan dalam upacara adat perkawinan etnis Karo tersebut mengandung nilai positif dan negatif. Nilai positif dari adanya perubahan ini adalah dari segi tekhnis pelaksanaan upacara perkawinan dapat menghemat dana, tenaga dan mengefisienkan waktu. Namun dampak negatifnya membuat


(3)

81

masyarakat Karo, khususnya generasi muda Karo menjadi tidak mengetahui lagi adat istiadat aslinya. Sebaiknya bagi generasi muda Karo, agar tidak kehilangan adat istiadat aslinya, walaupun terjadi perubahan seiring perkembangan jaman, tetap mempelajari mengenai budayanya, meskipun untuk sekedar tahap mengetahui atau memahami saja.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adat istiadat karo. Makalah Seminar Adat Istiadat Karo Moderamen (GBKP), 31 Agustus s/d 3 September 1983 di KWK GBKP BERASTAGI.

Bangun, Drs. Tridah. 1990. Penelitian dan Pencatatan Adat Istiadat Karo. Jakarta: Yayasan Merga Silima.

Darwin, Prints. 2012. Adat Karo. Medan: Bina Media Perintis.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Proposal.

Etzioni, Amitai dan Eva Etzioni-Halevy. 1973. Sosial Change; Sources, Patterns, And Consequences. New York: United States Of America.

Goode. William J. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.

Haviland, William. 1988. Antropologi Jilid I Alih Bahasa R. G. Soekadijo. Jakarta: Erlangga.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Penerbit PT Rineka Indah.

______________. 1998. Pengantar Antropologi, Pokok-Pokok Etnografi. Jakarta: Penerbit PT Rineka Indah.

Marzali, Amri. 2007. Antropologi Dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Penerbit Kencana.

Nurja, Dewi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Adat Perkawinan Pada Etnis Gayo Di Desa Durin Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. Skripsi jurusan geografi. UNIMED.


(5)

Pasaribu, Sjawal. 2011. Adat dan Budaya Masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Medan: Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.

Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta Bekerja Sama Dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana.

Simanjuntak, Prof. Bungaran Antonius, Prof. Soedjito Sosrodiharjo. 2009. Metode Penelitian Sosial. Medan: Bina Media Perintis.

Simarmata, Sezy Octavia. 2008. Perubahan Adat Nganting Manuk Dalam Proses Pernikahan Adat Karo Di Desa Namopuli, Pancur Batu. Skripsi jurusan sejarah. UNIMED.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

Bacaan Dari Internet:

http://repository.usu.ac.id/pdfdiakses26februari5:07wib.

http://wahyuddin-wahyuddin.blogspot.com/diakses20maret2013pukul21:05wib http://setiawantopan.wordpress.comdiakses20maret2013pukul20:54wib

http://carapedia.com/diakses31maret2013pukul20:25wib

http://dspace.widyatama.ac.id/diakses29maret2013pukul08:59wib http://kmkpisewkaro.files.wordpress.comdiakses25juli2013