PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NURHASANAH MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

(1)

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI

DAN REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NURHASANAH MEDAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

TUA HALOMOAN HARAHAP

NIM : 081188730044

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

TUA HALOMOAN HARAHAP. Penerapan Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Kelas VII-2 SMP Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa), (2) meningkatkan kemampuan representasi matematika siswa, (3) meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan (4) meningkatkan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika. Pendekatan yang diterapkan dalam proses adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL) pada pembelajaran matematika dengan materi geometri. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-2 SMP Swasta Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 32 orang yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 13 orang dan siswa perempuan berjumlah 19 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi untuk mengukur aktivitas belajar, tes untuk mengukur kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, dan angket untuk mengukur respon positif siswa dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dengan rata-rata persentase klasikal sebesar 65,63% pada siklus I dan sebesar 87,50% pada siklus II, (2) terjadi peningkatan kemampuan representasi matematika siswa dengan rata-rata persentase klasikal sebesar 75,00% pada siklus I dan sebesar 93,75% pada siklus II, (3) terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dengan rata-rata persentase sebesar 80,72% pada siklus I dan sebesar 87,86% pada siklus II, dan (4) terjadi peningkatan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL) dengan rata-rata sebesar 3,33 pada siklus I dengan kriteria baik dan rata-rata sebesar 3,56 pada siklus I dengan kriteria sangat baik.

Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa. Akan tetapi, pada awal-awal pembelajaran guru akan mengalami kesulitan dalam menyiapkan anak untuk melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, siswa sulit menerima perubahan pembelajaran yang telah mereka terima selama ini dengan pembelajaran kontruktivisme dengan menerapkan pendekatan CTL. Oleh karena itu, disarankan agar sebelum proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dilakukan, guru membiasakan pembelajaran dengan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa sehingga siswa akan terbiasa melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Kata Kunci: Kemampuan Koneksi, Kemampuan Representasi Matematika Siswa, dan Pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL).


(7)

ABSTRACT

TUA HALOMOAN HARAHAP. Application of Contextual Teaching and Learning Ability To Improve Math Connections and Representation Grade VII-2 Junior Nurhasanah Field Academic Year 2012/2013.

This study aims to: (1) improve the ability to connect mathematics students), (2) increase the representation of students' mathematics skills, (3) improving student learning activities, and (4) increase the positive response of students towards learning mathematics. The approach adopted in the process is the approach or Contextual Teaching and Learning (CTL) on the learning of mathematics with material geometry. Subjects were students of class VII-2 junior field Nurhasanah Private Academic Year 2012/2013 a total of 32 people consisting of male students numbered 13 people and women students numbered 19 people. The data was collected by observation to measure the activity of learning, a test to measure the ability of connections and representations of mathematics students, and questionnaires to measure the positive response of students in learning mathematics. Based on the results of research and discussion, it can be concluded that: (1) an increase in the ability to connect mathematics students with an average percentage of 65.63% classical in the first cycle and by 87.50% in the second cycle, (2) an increase in the ability of mathematical representations students with an average percentage of 75.00% classical in the first cycle and by 93.75% in the second cycle, (3) an increase in student learning activities with an average percentage of 80.72% in the first cycle and at 87, 86% in the second cycle, and (4) an increase in positive responses to the students' mathematics learning approach or Contextual Teaching and Learning (CTL) with an average of 3.33 in the first cycle with both criteria and an average of 3, 56 in the first cycle with the criteria very well.

Study by appliying of contextual teaching and learning can be made one of the effective study alternative in improving ability of and connection of refresentation student mathematic. However at early study of teacher will find difficulties in preparing child to process study by applying approach of contextual teaching and learning, diffiicul study accept change of study they which have accept during the time with study of konstruktivisme by appliying approach of contextual teaching and learning.Therefore proces study by appliying of contextual teaching and learning done teacher accustom study with study entagling student activityso that student will accustomed comunication either through oral.

Keywords: Ability Connection, Student Mathematics Ability Representation and Contextual Teaching and Learning Approach or (CTL).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul Penerapan Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Kelas VII-2 SMP Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013

Penulisan Tesis ini merupakan tugas akhir pada Program Pendidikan Pasca Sarjana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.

Dalam penulisan Tesis ini, penulis menyadari sepenuhnya banyak terdapat kekurangan yang dikarenakan dari keterbatasan penulis. Tesis ini tidak mungkin selesai tanpa adanya dukungan dari semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil yang memang sangat dibutuhkan oleh penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, selaku Direktur Program

Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus sebagai Dosen Penguji pertama yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan bagi penulis sehingga Tesis ini bisa selesai.

4. Bapak Prof. H. Dian Armanto, M.Pd, M.A, M.S, Ph.D, selaku dosen

pembimbing pertama yang telah memberikan arahan dan bimbingan dan masukan sehingga Tesis ini selesai.

5. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku dosen pembimbing kedua yang

telah memberikan arahan dan bimbingan dan masukan sehingga Tesis ini selesai.

6. Bapak Dr. KMS. Amin Fauzi, M.Pd, selaku Dosen Penguji kedua dan Bapak


(9)

banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan bagi penulis sehingga Tesis ini bisa selesai.

7. Teristimewa untuk kedua orangtua (Raya Bangunan Harahap, B.A dan Hj.

Garaheran Daulay) yang selaku menyertai penulis dan memberikan motivasi dan doa selama penyelesaian tesis ini, dan kiranya Allah SWT selalu menjaga dan melindungi mereka.

8. Terimakasih juga untuk kakakku Asnidawati Harahap/Azri Ahda Nasution,

S.IP, abangku Ahmad Noor Harianto Harahap, S.P, S.Pd / dr. Tenti Julianti Siregar, kakakku Fitri Rahmawati Harahap, S.Pd/Irfansyah Pane, S.Pd, kakakku Afridawati Harahap, AMkeb/Rizal Syahputra dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan penuh selama penyusunan tesis ini.

9. Dan tak lupa pula penulis ingin mengucapakan terima kasih untuk dukungan

yang tak pernah henti dari adik Dian Novianti Sitompul, S.Pd, M.Si semoga dengan selesainya tesis ini bisa menjadi awal untuk kita bersama, amin ya rabbalalamin.

10. Dan untuk keponakan Juan Nst, Rizki Nst, Habib Nst, Nisa Nst, Khairul Nst,

Farhan Hrp, Hafiz Hrp, Afifah Pane, Alya Pane, Syaqila Siagian, Talitha Siagian.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa isi maupun cara penyajian tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, segala kesalahan dan kekurangan adalah tanggung jawab penulis. Semoga tesis yang sederhana dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca dan semoga Allah SWT selalu melindungi kita semua.

Medan, April 2013 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABTRACT ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah . ... 11

1.3 Batasan Masalah . ... 11

1.4 Rumusan Masalah ... 12

1.5 Tujuan Penelitian ... 12

1.6 Manfaat Penelitian ... 13

1.7 Definisi Operasional Variabel ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... ... 17

2.1.1. Hakekat Pembelajaran Matematika ... 17

2.1.2. Kemampuan Koneksi Matematika ... 22

2.1.3. Kemampuan Representasi Matematika ... 26

2.1.4 Aktivitas Belajar Siswa . ... 28

2.1.5. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran ... 35

2.1.6. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ... 41

2.1.7. Teori Belajar yang Mendasari Pendekatan CTL ... 51

2.2 Penelitian yang Relevan ... 56

2.3 Kerangka Konseptual ... 57

2.4 Hipotesis Tindakan ... 62

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 63

3.2 Sabjek dan Objek Penelitian ... 63

3.3 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penelitian ... 64

3.4 Jenis Penelitian ... 64

3.5 Desain Penelitian ... 64

3.6 Prosedur Penelitian ... 65

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 68

3.8 Ujicoba Instrumen ... 73

3.9 Teknik Analisis Data ... 77


(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 83

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus I ... 84

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus II ... 102

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 118

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 123

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 124

5.2 Implikasi ... 124

5.3 Saran ... 125


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Matematika Siswa Materi Geometri ... 6

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika ... 69

Tabel 3.2 Observasi Aktivitas Siswa ... 70

Tabel 3.3 Observasi Aktivitasi Guru ... 71

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 72

Tabel 3.5 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 74

Tabel 4.1 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematika Tabel 4.2 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematika Tabel 4.3 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematika Tabel 4.4 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematika Tabel 4.5 Hasil Kemampuan Koneksi Matematika Siklus I ... 90

Tabel 4.6 Hasil Kemampuan Reprentasi Matematika Siklus I ... 91

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 93

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 96

Tabel 4.9 Hasil Angket Respon Siswa Siklus I ... 98

Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Koneksi Matematika Siklus II ... 108

Tabel 4.11 Hasil Kemampuan Reprentasi Matematika Siklus II ... 108

Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ... 111

Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 112

Tabel 4.14 Hasil Angket Respon Siswa Siklus II ... 114

Siswa Siklus I ... 81

Siswa Siklus II ... 82

Siswa Siklus I ... 82


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 65

Gambar 4.1 Diagram Histogram Hasil Ketuntasan Kemampuan Koneksi dan Gambar 4.2 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 94

Gambar 4.3 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 97

Gambar 4.4 Diagram Histogram Hasil Ketuntasan Kemampuan Koneksi dan Gambar 4.5 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 111

Gambar 4.6 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 113

Representasi Matematika Siswa Siklus I ... . 92


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) Siklus I ... 131

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) Siklus I ... 135

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 3) Siklus II ... 139

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 4) Siklus II ... 143

Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa - 1 ... 147

Lembar Aktivitas Siswa - 2 ... 154

Lembar Aktivitas Siswa - 3 ... 161

Lembar Aktivitas Siswa - 4 ... 167

Lampiran 3 Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Siklus I ... 173

Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Siklus II ... 176

Lampiran 4 Tes Kemampuan Representasi Matematika Siswa Siklus I ... 179

Tes Kemampuan Representasi Matematika Siswa Siklus II ... 182

Lampiran 5 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 185

Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 188

Lampiran 6 Lembar Angket Respon Siswa ... 190

Lampiran 7 Lembar Validasi RPP ... 192

Lembar Validasi LKS ... 194

Lembar Validasi Pengamatan Aktivitas Guru ... 196

Lembar Validasi Pengamatan Aktivitas Siswa ... 198

Lampiran 8 Validitas Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 200

Lampiran 9 Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika ... 262

Lampiran 10 Hasil Tes Kemampuan Representasi Matematika ... 264

Lampiran 11 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru ... 266

Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 270

Lampiran 12 Hasil Angket Respon Siswa ... 274


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan suatu landasan dan kerangka perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kehidupan sehari-hari, konsep dan prinsip matematika banyak digunakan dan diperlukan, baik sebagai alat bantu dalam penerapan-penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pembangunan matematika itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh Hudoyo (2003:23), bahwa matematika bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmu yang bermanfaat untuk sebagian umat besar untuk ilmu-ilmu lain. Dengan perkataan lain, matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, yang utama sains dan teknologi. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Syaban (2009:24):

“Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEKS) sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tersebut, arus informasi datang dari berbagai penjuru dunia secara cepat dan melimpah ruah. Untuk tampil unggul pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini, kita perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi, kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir rasional. Kemampuan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan baik dalam permasalahan matematika maupun permasalahan dalam kehidupan nyata merupakan

kemampuan Daya Matematis (mathematical power).”


(16)

2

Dari sini mestinya kita sudah tahu kalau matematika itu memang penting. Sudah tidak disangsikan lagi, matematika memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Banyak yang telah disumbangkan matematika bagi perkembangan peradaban manusia. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Boleh dikatakan landasan utama sains dan teknologi adalah metematika. Sehubungan dengan hal tersebut Sriyanto (2007:45) menyatakan bahwa:

“Penguasaan terhadap bidang studi matematika merupakan suatu

keharusan, apalagi di era persaingan global seperti saat sekarang. Sebab selain matematika sebagai pintu masuk menguasai sains dan teknologi yang berkembang begitu pesat dewasa ini, dengan belajar matematika orang dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis,

kritis dan kreatif yang sungguh dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.”

Sementara itu, tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum di Indonesia yang ingin dicapai adalah meningkatkan: (1) kemampuan pemecahan masalah (problem solving), (2) kemampuan berargumentasi (reasoning), (3) kemampuan berkomunikasi (communication), (4) kemampuan membuat koneksi (connection), dan (5) kemampuan representasi (representation). Dengan demikian, Daya Matematis yang dimaksudkan Syaban memiliki ekivalensi dengan kelima kemampuan yang dituntut pada tujuan pembelajaran matematika tersebut. Namun demikian, kita juga tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa sampai sekarang masih banyak orang yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika.


(17)

3

Sriyanto (2007:34) mengatakan bahwa:“Tidak jarang matematika

dianggap momok atau hantu yang menakutkan, yang sebisa mungkin dihindari. Ketika mendengar kata matematika serta merta yang muncul di pikiran identik

dengan kata sulit. ”Kemampuan matematika siswa Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Indonesia saat ini masih jauh ketinggalan dari negara-negara lain. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). TIMSS adalah studi Internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama yang diselenggarakan empat tahun sekali. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 1999, dimana pada waktu itu sebanyak 38 negara berpartisipasi sebagai peserta, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 46 negara dan pada tahun 2007 kembali bertambah menjadi 49 negara. Pada tahun 1999, Indonesia berada pada peringkat 34, kemudian pada tahun 2003 turun menjadi peringkat 35 dan pada tahun 2007 menjadi peringkat 36. Pada tahun 2007, peringkat Indonesia jauh 16 tingkat dibawah Malaysia. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa Indonesia hanya 397 sementara rata-rata nilai seluruh negara yang disurvei adalah 452.

Demikian juga dengan Hasil Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Medan, masih belum menggembirakan, bahkan ada beberapa siswa berada pada level dibawah standar kelulusan. Sebagaimana dikemukakan Basri (2010) selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, menyatakan dari 6,858 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mengikuti Ujian Nasional pada Tahun 2010, sebanyak 2.155 siswa atau 5,23% yang tidak lulus berasal dari kota


(18)

4

Medan. Hal yang sama juga terjadi pada sekolah SMP Nurhasanah Medan, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Nurhasanah Medan bahwa dalam empat tahun terakhir ini tidak pernah siswa tamatannya lulus Ujian Nasional (UN) 100%. Hal ini dikarenakan ada nilai belum tuntas pada khusunya untuk mata pelajaran matematika. Rendahnya nilai matematika siswa harus ditinjau dari lima aspek pembelajaran umum matematika sebagaimana yang dirumuskan dalam National Council of Teachers of Mathematic (NCTM, 2000:53), yakni:

“Menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui

pemhaman dan aktif membangun pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran matematika dirumuskan lima tujuan umum yaitu: belajar untuk berkomunikasi, belajar untuk bernalar, belajar untuk memecahkan masalah, belajar untuk koneksi dan

pembentukan sikap positif terhadap matematika”.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari sesuatu yang namanya masalah. Salah satu masalah yang sedang dihadapi saat ini adalah enggannya siswa untuk belajar ilmu matematika. Sriyanto (2007:36) menyatakan

bahwa: “Matematika bagi kebanyakan siswa dirasakan sulit, tidak menarik,

membosankan dan segala hal yang menimbulkan persepsi negatif pada

matematika itu sendiri”. Yang pada gilirannya hasil belajar siswa dalam bidang

matematika tidak memuaskan. Kebanyakan siswa tidak senang dan malas untuk belajar matematika. Jika memang demikian, berarti siswa belum benar-benar paham tentang keseluruhan materi matematika yang diajarkan di tingkat SMP, The National Council Teachers of Mathematics (dalam Purnawanto, 2008:73) menegaskan bahwa mengaitkan antara materi pelajaran matematika dengan kehidupan nyata (mathematics connection) dalam pembelajaran matematika


(19)

5

di sekolah akan membuat siswa mampu: (1) mengenali dan menggunakan koneksi-koneksi di antara ide-ide matematika; (2) memahami bagaimana ide-ide matematika saling berhubungan dan menopang satu sama lain untuk menghasilkan suatu koneksi secara keseluruhan; (3) mengenali dan menerapkan matematika di dalam konteks di luar matematika. Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak menyukai belajar. Sehubungan dengan hal tersebut,

De Porter (dalam Marlia, 2004:23) mengemukakan bahwa: “Salah satu penyebab

siswa tidak menyukai belajar karena adanya ketidakcocokan antara gaya belajar

siswa dengan cara mengajar guru”.

Pembelajaran matematika yang diajarkan cenderung monoton dan pada umumnya menggunakan metode yang kurang bervariasi dan hanya berpegang

pada diktat atau paket saja. Slameto (2010:65) menyatakan bahwa: “Guru biasa

mengajar dengan metode ceramah saja sehingga siswa menjadi bosan, mengantuk,

pasif, dan hanya mencatat saja”. Pada proses pembelajaran matematika masih sering ditemui adanya dominasi guru yang mengakibatkan siswa cenderung lebih bersifat pasif. Disamping itu, proses pembelajaran matematika yang ditemui pada umumnya masih secara konvensional dengan hanya mendengar ceramah dari guru, sehingga sebagian siswa menjadi cepat bosan dan malas dalam mengikuti materi pelajaran. Akibatnya penguasaan mereka terhadap materi yang diberikan tidak tuntas. Dengan demikian, hasil belajarnya menjadi rendah. Untuk dapat memahami suatu konsep atau teori dalam pembelajaran matematika bukanlah suatu pekerjaan mudah. Sehingga untuk mempelajari matematika dengan baik diperlukan aktivitas belajar yang baik pula.


(20)

6

Hasil belajar matematika siswa SMP Nurhasanah Medan sampai saat ini masih belum memperlihatkan hasil yang baik. Sebagai contoh dapat terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VII SMP Nurhasanah pada materi Geometri pada tiga tahun terakhir berdasarkan arsip guru mata pelajaran yang tampak pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Matematika Siswa Materi Geometri Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Nilai Formatif

2009/2010 2010/2011 2011/2012 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi

panjang, persegi, layang-layang, dan

belah ketupat. 5,0 5,5 6,0

Menghitung keliling dan luas persegi panjang, persegi, layang-layang, dan belah ketupat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

5,0 5,0 5,5

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 di atas, bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan siswa kurang memahami dasar materi geometri sehingga hasil yang diperoleh siswa pada akhir pembelajaran masih kurang optimal. Rendahnya hasil belajar matematika siswa tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola pembelajaran. Menurut Marpaung (2004:67), bahwa guru

cenderung memindahkan pengetahuan yang dimiliki kepikiran siswa,

mementingkan hasil dari pada proses, mengajarkan secara berurut halaman per halaman tanpa membahas keterkaitan antara konsep-konsep atau masalah.

Dalam pembelajaran matematika guru cenderung menekankan siswanya untuk meniru guru dalam menyelesaikan soal-soal sehingga lebih bersifat hapalan.


(21)

7

Sebagaimana dikemukakan oleh Solichan (2011:87), bahwa guru matematika masih cenderung membelajarkan penyelesaian soal matematika dengan cara menyontek dari cara yang sudah ada. Hal itu kemudian diajarkan kembali kepada peserta didiknya dalam waktu lima menit. Padahal, seorang ahli matematika menyelesaikan soal bisa mencapai satu hari, sebab ahli matematika menemukan sendiri cara menjawab soal itu, sedangkan guru lebih banyak meniru cara orang lain untuk menyelesaikan soal, sehingga lebih bersifat hapalan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Hasan (2011:65) yang menyatakan:

“Beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran matematika di Indonesia

selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau pembelajaran langsung sementara siswa mencatatnya dalam buku catatan. Guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi

pelajaran kepada siswa”.

Menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran matematika di sekolah, maka perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan koneksi dan representasi matematika siswa. Maka pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Contextual teaching and Learning atau CTL. Dalam pembelajaran matematika, meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa merupakan salah satu hal yang penting. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa dibutuhkan suatu pembelajaran yang otentik. Menurut Suparno (2008:76) mengatakan bahwa:


(22)

8

“Konteks pembelajaran otentik dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang dengan keterampilan dan pengetahuan yang berbeda-beda bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang berarti dan melebihi

tingkat penguasaannya atau tingkat keberhasilannya”.

Hal ini sangat cocok dilakukan di dalam kelas di mana terdiri dari beragam siswa dengan bermacam kemampuan dan keterampilan. Salah satu pendekatan otentik yang dimaksud adalah pendekatan kontekstual. Latar belakang dari pendekatan pembelajaran kontekstual adalah prinsip yang menyatakan bahwa belajar akan lebih bermakna apabila siswa mengalami sendiri. Munculnya problematika ini adalah kerena rendahnya koneksi matematika siswa dalam merepresentasikan pernyataan mereka. Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata-kata (NCTM dan Ansari). Untuk mengembangkan kemampuan representasi maka diperlukan pemahaman matematik (Mathematic Knowledge), yaitu pemahaman terhadap konsep, prinsip, dan strategi penyelesaian. Rendahnya kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa juga terlihat dari kurang terampilnya siswa dalam memunculkan ide, mengajukan pertanyaan, dan menanggapi pertanyaan atau pendapat orang lain.

Menurut Mc Coy, Baker dan Little (dalam Hutagaol, 2007:3) mengemukakan bahwa cara terbaik membantu siswa memahami matematika melalui representasi adalah dengan mendorong mereka untuk menemukan atau membuat representasi sebagai alat berfikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematik. Selanjutnya Rusefendi (dalam Hutagaol, 2007:4) mengemukakan bahwa salah satu peran penting dalam pembelajaran matematika adalah


(23)

9

memahami objek langsung matematika yang bersifat abstrak seperti: fakta, konsep, prinsip, dan skill.

Sabandar, dkk (dalam Hutagaol, 2007:5) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan representasi matematika bisa dilakukan guru melalui proses penemuan kembali dengan menggunakan konsep matematis vertical berupa representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematika, penggunaan model-model yang berbeda dan penggeneralisasian. Oleh kerena itu, untuk merubah paradigma pembelajaran konvensional, guru harus mampu memilih pendekatan, metode, model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan pemilihan pendekatan/metode yang tepat, paradigma pembelajaran akan berubah, siswa akan menjadi subjek belajar bukan objek belajar, guru berperan sebagai fasilitator, peran siswa sebagai pemain dan guru sebagai sutradara sehingga siswa terlihat aktif dalam pembelajaran. Suatu aktivitas yang dapat diterapkan untuk menumbuhkembangkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa adalah dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL). Pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau (CTL) adalah salah satu bentuk pendekatan yang berorientasi kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan sedemikian rupa agar terasa lebih alamiah. Pendekatan pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran labih produktif dan bermakna.


(24)

10

Pembelajaran kontekstual atau CTL adalah konsep belajar yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa. Konsep belajar ini juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Konsep belajar ini mempunyai landasan filosofi konstruktivisme serta berpandangan bahwa belajar akan lebih

bermakna jika “anak menemukan sendiri” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahuinya” dari orang lain. Dengan demikian, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa, karena proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa adalah bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL bahwa proses pembelajaran lebih diutamakan dari pada hasil, sehingga diharapkan siswa dapat mengalami dan memahaminya sendiri apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapainya, sehingga siswa dapat menyadari bahwa pembelajaran tersebut berguna bagi hidupnya nanti.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Berdasarkan permasalah di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Penerapan Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Kelas VII-2 SMP Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013.


(25)

11

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan koneksi dan representasi siswa dalam pembelajaran

matematika siswa terhadap pemahaman konsep, prinsip dan strategi dalam menyelesaikan masalah.

2. Guru belum melibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika

3. Siswa kurang dibiasakan menyelesaikan masalah yang bersifat kontestual dan

siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah matematika.

4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan masih bersifat

monoton.

5. Guru belum menerapkan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and

Learning atau (CTL) dalam pembelajaran matematika.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya meneliti tentang penerapan Contextual Teaching and Learning untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematikas siswa kelas VII-2 SMP Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013.


(26)

12

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan

kemampuan koneksi siswa?

2. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan

represenatasi matematika siswa?

3. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan

aktivitas siswa?

4. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan

respon siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, sedangkan secara lebih khusus penelitian ini bertujua :

1. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi siswa melalui penerapan

Contextual Teaching and Learning.

2. Untuk meningkatkan kemampuan representasi siswa melalui penerapan


(27)

13

3. Untuk meningkatkan aktivitas siswa melalui penerapan Contextual Teaching

and Learning.

4. Untuk meningkatkan respon siswa melalui penerapan Contextual Teaching

and Learning.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat dan menjadi masukan berharga bagi pihak terkait diantaranya:

1. Siswa

Penerapan Contextual Teaching and Learning selama penelitian pada dasarnya adalah untuk memberi pengalaman baru dan untuk mendorong siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran agar terbiasa dan terlatih

dalam meningkatkan koneksi dan representasi matematika guna

meningkatkan hasil belajar siswa dan mengupayakan pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna.

2. Guru

Memberi alternatif atau variasi pendekatan pembelajaran matematika untuk dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya dengan cara memperbaiki kelemahan dan kekurangan dan mengoptimalkan pelaksanaan hal-hal yang dianggap baik sehingga dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa.


(28)

14

3. Kepala Sekolah

Memberikan izin kepada setiap guru untuk mengembangkan pendekatan-pendekatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa pada khususnya dan hasil belajar matematika siswa pada umumnya.

4. Peneliti

Memberi gambaran atau informasi tentang peningkatan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, dan mengetahui aktivitas dan respon siswa dengan menerapkan Contextual Teaching and Learning.

1.7 Defenisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, maka peneliti akan mengajukan defenisi operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan Koneksi Matematika

Kemampuan koneksi matematika adalah keterkaitan secara internal dan eksternal. Keterkaitan secara internal adalah keterkaitan antar konsep-konsep matematika yang berhubungan dengan matematika itu sendiri. Sedangkan keterkaitan secara eksternal adalah keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. Indikator kemampuan koneksi matematika siswa adalah sebagai berikut: (1) menuliskan masalah kehidupan sehari-hari dalam model matematika, (2) menuliskan konsep matematika yang mendasari jawaban, dan (3) menuliskan hubungan antar objek dan konsep matematika.


(29)

15

2. Kemampuan Representasi Matematika

Kemampuan representasi matematika adalah kemampuan yang digunakan siswa ketika mempelajari matematika yang dapat menggambarkan, mewakili, ataupun melambangkan sesuatu dalam suatu cara sebagai upaya untuk memperoleh kejelasan makna, menunjukkan pemahaman atau mencari solusi dari masalah yang dihadapi dalam proses belajar dan representasi dapat membantu peserta didik untuk menjelaskan konsep atau ide dan memudahkan peserta didik mendapatkan strategi pemecahan.

3. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah suatu bentuk pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan dunia nyata yang diharapkan mampu mengefektifkan interaksi antara guru dengan siswa, karena didalamnya terdapat pengkaitan materi pelajaran terhadap masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu, interaksi guru dan siswa didalam kelas menjadi daya dukung yang kuat untuk membantu siswa mempermudah proses konstruksi pengetahuan, menemukan inti dari kegiatan pembelajaran, menggali informasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, berdiskusi didalam kelompoknya, menirukan sesuatu dari apa yang telah dilihat, merefleksikan diri dan akhirnya memperoleh penilaian yang pantas dari setiap proses yang dilakukan.


(30)

16

4. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang diamati oleh dua orang observer dan diukur berdasarkan pencapaian waktu ideal yang meliputi: kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran, memperhatikan penjelasan guru, pengembangan ide/gagasan dari pengetahuan/pengalaman yang dimilikinya, tanya jawab atau diskusi, menghargai pendapat siswa atau kelompok lain, kerjasama antar siswa dalam kelompok belajar, dan melakukan refleksi terhadap setiap solusi yang diberikan.

5. Respon Siswa

Respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran matematika yang telah diikuti dengan menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Semakin baik pembelajaran yang diberikan kepada siswa dan sesuai dengan kebutuhan siswa maka siswa akan memberikan respon positif terhadap pembelajaran dan sebaliknya jika pembelajaran yang dialami siswa kurang berkesan maka siswa akan memberikan respon negatif terhadap pembelajaran.


(31)

124

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB IV, dapat diperoleh beberapa kesimpulan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat meningkatkan

kemampuan koneksi matematika siswa. Hal ini berdasarkan rata-rata persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yakni sebesar 65,63% pada siklus I menjadi 87,50% pada siklus II.

2. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat meningkatkan

kemampuan representasi matematika siswa. Hal ini berdasarkan rata-rata persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yakni sebesar 75,00% pada siklus I menjadi 93,75% pada siklus II.

3. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat meningkatkan

aktivitas siswa dan membuat aktivitas siswa berkategori baik dalam pembelajaran.

4. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat memberikan

respon positif bagi siswa dalam proses pembelajaran matematika.

5.2 Implikasi

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, aktivitas dan respon


(32)

125

positif siswa dengan menerapkan pendekatan CTL. Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa penggunaan model/pendekatan pembelajaran tersebut, merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, aktivitas dan respon positif siswa. Dengan demikian, konsekuensinya apabila model/pendekatan pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran matematika maka tentu akan berakibat berkurang pula kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, aktivitas dan respon positif siswa. Oleh karena itu implikasi hasil penelitian ini bagi pendidikan adalah:

1. Bagi siswa, penerapan pendekatan CTL membawa dampak positif yakni

dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, aktivitas dan respon positif siswa dalam pembelajaran, dikarenakan

pendekatan CTL ini, siswa dituntut konsep atau prosedur yang termuat di dalamnya dan mampu bekerja serta belajar secara maksimal dalam

kelompok yang secara langsung akan mempengaruhi hasil kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa.

2. Bagi guru, penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika dapat

digunakan guru sebagai acuan dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:


(33)

126

1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat dijadikan salah

satu alternatif pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa. Akan tetapi, pada awal-awal pembelajaran guru akan mengalami kesulitan dalam menyiapkan anak untuk melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, siswa sulit menerima perubahan pembelajaran yang telah mereka terima selama ini dengan pembelajaran kontruktivisme dengan menerapkan pendekatan CTL. Oleh karena itu, disarankan agar sebelum proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dilakukan, guru membiasakan pembelajaran dengan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa sehingga siswa akan terbiasa melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

2. Untuk menunjang keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif tipe

STAD, diperlukan bahan ajar yang menarik, untuk itu lembar aktivitas siswa harus dirancang berdasarkan permasalahan kontekstual yang dekat dengan keseharian siswa dan menantang siswa untuk diselesaikannya.

3. Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, agar hasil

belajar dapat maksimal sebaiknya guru memperhatikan: (a) cara mengajukan pertanyaan atau tipe soal yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa; (b) bagaimana agar selama menyelesaikan masalah siswa dapat memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga mereka tidak tergantung penuh pada bantuan guru; (c) pemberian scaffolding pada siswa hanya terbatas penghubung pengetahuan awal siswa terhadap penyelesaian masalah mereka; dan (d) bagaimana menciptakan suasana diskusi antar siswa dengan siswa


(34)

127

yang lain agar diskusi tidak dominan dikuasai oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi.

4. Pada pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, guru berperan

sebagai fasilitator. Oleh karena itu, guru matematika yang berkeinginan untuk menerapkan pembelajaran ini perlu memperhatikan: (a) tersedianya bahan ajar dalam bentuk masalah kontekstual yang mengarah pada kemampuan yang akan dicapai; (b) diperlukan pertimbangan yang matang bagi guru dalam memberikan bantuan kepada siswa sehingga siswa mampu mencapai kompetensi yang diharapkan secara maksimal; dan (c) pemberian bantuan diperlukan, jika memang dapat mendorong perkembangan potensi siswa.

5. Selain meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika

siswa, pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL juga dapat memacu aktivitas siswa dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika. Oleh karena itu, pembelajaran seperti ini disarankan untuk lebih dikembangkan lagi pada topik-topik matematika dan jenjang pendidikan yang berbeda.

6. Penelitian ini hanya mengungkap peran pembelajaran matematika dengan

menerapkan pendekatan CTL dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa. Untuk melengkapi kajian peran pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL secara menyeluruh perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat peran pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL tersebut dalam proses pembelajaran matematika.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, dkk. 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Penilaian Portofolio di SMPN 10 Kota Gorontalo. (Online). Diakses 1 Agustus 2011

Agustina, L. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Koneksi Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 8 Medan Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Tesis pada PPS UNIMED: tidak diterbitkan

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dahar. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Tugu.

Risma Sitohang. 2010. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa PGSD-S1 UNIMED. Skripsi PGSD-SI Unimed: Tidak diterbitkan

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Goldin. 2002. Representasi dalam Belajar. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hasan. 2011. Sikap dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa. Online, http://www.Hasan.com, diakses 12 Februari 2011.

Hudoyo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Hutagaol. 2007. Belajar Matematika. Jakaeta: LPTK

Ismail, dkk. 2006. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Jakarta: UT

Jhonson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Balajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MLC


(36)

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Marlia. 2004. Matematika yang Asyik. Jakarta: Rineka Cipta

Marpaung, Y. 2004. Reformasi Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar. Basis, 53(07-08): 21-28.

Mudzakkir, Hera S. 2006. Strategi Pembelajaran “Think-Talk-Write” Untuk

Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama (Eksperimen pada Siswa Kelas II SMP Kabupaten garut. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

National Council of Teachers Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. NCTM : Reston VA.

Nurhadi. 2003. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Grafindo Persada. Purnawanto. 2008. Cara Belajar Matematika yang Menyenangkan. Jakarta:

Grafindo Persada.

Poerwadarminta, WJS. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Grafindo Persada

Nungki P. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika . Yogyakarta: Tugu

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sriyanto, HJ. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta: Galangperss.


(37)

Sudjana, N. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukiono dan Wilson. 2002. Buku Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Slavin, R, E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.

Suparno. 2008. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA-UPI

Suherman, E. 2001. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: UT

Syaban, M. 2009. Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa.

http://educare.e-fkipunla.net/index2

Solichan. 2011. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Syah. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar. Jakarta: Erlangga The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston,VA: NCTM.

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.

Tamrin. 2003. Belajar Kooperatif Model Grup Investigasi untuk Pemahaman Teorema Phytagoras pada Siswa Kelas II SMP Negeri 6 Donggala. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana UM


(1)

125

positif siswa dengan menerapkan pendekatan CTL. Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa penggunaan model/pendekatan pembelajaran tersebut, merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, aktivitas dan respon positif siswa. Dengan demikian, konsekuensinya apabila model/pendekatan pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran matematika maka tentu akan berakibat berkurang pula kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, aktivitas dan respon positif siswa. Oleh karena itu implikasi hasil penelitian ini bagi pendidikan adalah:

1. Bagi siswa, penerapan pendekatan CTL membawa dampak positif yakni dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, aktivitas dan respon positif siswa dalam pembelajaran, dikarenakan

pendekatan CTL ini, siswa dituntut konsep atau prosedur yang termuat di dalamnya dan mampu bekerja serta belajar secara maksimal dalam

kelompok yang secara langsung akan mempengaruhi hasil kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa.

2. Bagi guru, penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika dapat digunakan guru sebagai acuan dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:


(2)

126

1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa. Akan tetapi, pada awal-awal pembelajaran guru akan mengalami kesulitan dalam menyiapkan anak untuk melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, siswa sulit menerima perubahan pembelajaran yang telah mereka terima selama ini dengan pembelajaran kontruktivisme dengan menerapkan pendekatan CTL. Oleh karena itu, disarankan agar sebelum proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dilakukan, guru membiasakan pembelajaran dengan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa sehingga siswa akan terbiasa melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

2. Untuk menunjang keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD, diperlukan bahan ajar yang menarik, untuk itu lembar aktivitas siswa harus dirancang berdasarkan permasalahan kontekstual yang dekat dengan keseharian siswa dan menantang siswa untuk diselesaikannya.

3. Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, agar hasil belajar dapat maksimal sebaiknya guru memperhatikan: (a) cara mengajukan pertanyaan atau tipe soal yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa; (b) bagaimana agar selama menyelesaikan masalah siswa dapat memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga mereka tidak tergantung penuh pada bantuan guru; (c) pemberian scaffolding pada siswa hanya terbatas penghubung pengetahuan awal siswa terhadap penyelesaian masalah mereka; dan (d) bagaimana menciptakan suasana diskusi antar siswa dengan siswa


(3)

127

yang lain agar diskusi tidak dominan dikuasai oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi.

4. Pada pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, guru berperan sebagai fasilitator. Oleh karena itu, guru matematika yang berkeinginan untuk menerapkan pembelajaran ini perlu memperhatikan: (a) tersedianya bahan ajar dalam bentuk masalah kontekstual yang mengarah pada kemampuan yang akan dicapai; (b) diperlukan pertimbangan yang matang bagi guru dalam memberikan bantuan kepada siswa sehingga siswa mampu mencapai kompetensi yang diharapkan secara maksimal; dan (c) pemberian bantuan diperlukan, jika memang dapat mendorong perkembangan potensi siswa. 5. Selain meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika

siswa, pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL juga dapat memacu aktivitas siswa dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika. Oleh karena itu, pembelajaran seperti ini disarankan untuk lebih dikembangkan lagi pada topik-topik matematika dan jenjang pendidikan yang berbeda.

6. Penelitian ini hanya mengungkap peran pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan CTL dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa. Untuk melengkapi kajian peran pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL secara menyeluruh perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat peran pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL tersebut dalam proses pembelajaran matematika.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, dkk. 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Penilaian Portofolio di SMPN 10 Kota Gorontalo. (Online). Diakses 1 Agustus 2011

Agustina, L. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Koneksi Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 8 Medan Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Tesis pada PPS UNIMED: tidak diterbitkan

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dahar. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Tugu.

Risma Sitohang. 2010. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa PGSD-S1 UNIMED. Skripsi PGSD-SI Unimed: Tidak diterbitkan

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Goldin. 2002. Representasi dalam Belajar. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hasan. 2011. Sikap dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa. Online,

http://www.Hasan.com, diakses 12 Februari 2011.

Hudoyo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Hutagaol. 2007. Belajar Matematika. Jakaeta: LPTK

Ismail, dkk. 2006. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Jakarta: UT

Jhonson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Balajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MLC


(5)

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Marlia. 2004. Matematika yang Asyik. Jakarta: Rineka Cipta

Marpaung, Y. 2004. Reformasi Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar. Basis, 53(07-08): 21-28.

Mudzakkir, Hera S. 2006. Strategi Pembelajaran “Think-Talk-Write” Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama (Eksperimen pada Siswa Kelas II SMP Kabupaten garut. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

National Council of Teachers Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. NCTM : Reston VA.

Nurhadi. 2003. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Grafindo Persada. Purnawanto. 2008. Cara Belajar Matematika yang Menyenangkan. Jakarta:

Grafindo Persada.

Poerwadarminta, WJS. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Grafindo Persada

Nungki P. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika . Yogyakarta: Tugu

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sriyanto, HJ. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta: Galangperss.


(6)

Sudjana, N. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukiono dan Wilson. 2002. Buku Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Slavin, R, E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.

Suparno. 2008. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA-UPI

Suherman, E. 2001. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: UT Syaban, M. 2009. Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa.

http://educare.e-fkipunla.net/index2

Solichan. 2011. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Syah. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar. Jakarta: Erlangga The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston,VA: NCTM.

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.

Tamrin. 2003. Belajar Kooperatif Model Grup Investigasi untuk Pemahaman Teorema Phytagoras pada Siswa Kelas II SMP Negeri 6 Donggala. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana UM


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V C SDN 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 55

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V C SDN 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG SUGIH BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 44

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) YANG BERORIENTASI PADA LIFE SKILL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

0 18 107

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS IX SMP AL KAUTSAR BANDARLAMPUNG

0 10 125

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD 2 SINGOCANDI TAHUN AJARAN 20132014

0 0 21

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XD

1 1 11