PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh AHMAD

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2013


(2)

LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG

RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh:

AHMAD

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya perolehan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013.

Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui Model CTL siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian melalui penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh nilai sebesar 54,57. Pada siklus II memperoleh nilai 85,23 berarti mengalami peningkatan 31,05%. Hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai 27,58 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti mengalami peningkatan 51,42%. Pada siklus I ketuntasan belajar memperoleh nilai memperoleh nilai 56 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti mengalami peningkatan 13%. Kata Kunci: Model Pembelajaran CTL, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 4

C. Rumuasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian. ... 5

E. Manfaat Penelitian. ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 7

1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL). ... 7

2. Karakteristik Model Pembelajaran CTL. ... 8

3. Komponen Pembelajaran CTL. ... 10

4. Prosedur Pembelajaran CTL di Kelas. ... 11

B. Aktivitas Belajar. ... 12

1. Pengertian Aktivitas Belajar... 12

2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar. ... 14

C. Hasil Belajar Matematika ... 16

1. Pengertian Hasil Belajar. ... 16

2. Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar. ... 17

D. Pembelajaran Matematika di SD. ... 18

1. Pengertian Matematika. ... 18

2. Tujuan Pembelajaran Matematika. ... 20

3. Ruang Lingkup Matematika. ... 20

E. Implementasi Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Matematika. ... 21

F. Hipotesis Tindakan. ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian. ... 23

B. Prosedur Penelitian ... 24

C. Setting Penelitian. ... 29

D. Data dan Sumber Data. ... 29

E. Instrumen Penelitian. ... 30

F. Teknik Analisa Data. ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Negeri 1 Gunung Raya. ... 34


(7)

D. Pembahasan . ... 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan. ... 90 B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA... 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Tabel Halaman

1. Kualifikasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 29

2. Hasil Rata-rata Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya TP. 2012/2013 2. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru ... 30

3. Aktivitas Siswa Siklus I ... 53

4. Aktivitas Guru Siklus I ... 54

5. Hasil Belajar Siswa Siklus I. ... 56

6. Aktivitas Siswa Siklus II... 63

7. Kinerja Guru Siklus II. ... 65

8. Hasil Belajar Siswa Siklus II. ... 66

9. Aktivitas Siswa Siklus III. ... 73

10 Kinerja Guru Siklus III. ... 74

11. Hasil Belajar Siswa Siklus III. ... 76

12. Rekapitulasi Aktivitas Siswa. ... 79

13. Rekapitulasi Data Persentase Kinerja Guru. ... 82

14. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa. ... 84


(9)

Gambar Halaman 1. Hubungan Yang Terjadi Antara Kelompok Asal Dan Kelompok Ahli .. 10 2. Siklus Kegiatan PTK ... 41 3. Diagram Kenaikan Rata-rata Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Model Kooperatif Tipe Jigsaw ... 80 4. Diagram Kenaikan Rata-rata Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Model Kooperatif Tipe Jigsaw. ... 82 5. Diagram Rekapitulasi Nilai hasil belajar dalam Pembelajaran Model

Kooperatif Tipe Jigsaw. ... 85 6. Diagram Rekapitulasi Persentase Ketuntasa Hasil Belajar dalam


(10)

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 86

2. Surat keterangan. ... 87

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 94

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 99

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I. ... 104

6. Lembar Ahli 1 Siklus I ... 107

7. Lembar Ahli 2 Siklus II... 109

8. Lembar Ahli 3 Siklus III. ... 111

9. Lembar Ahli 4 Siklus I. ... 103

10.Lembar Ahli I Siklus II. ... 104

11.Lembar Ahli 2 Siklus II... 106

12.Lembar Ahli 3 Siklus II... 108

13.Lembar Ahli 4 Siklus II... 110

14.Lembar Ahli I Siklus III. ... 112

15.Lembar Ahli 2 Siklus II... 114

16.Lembar Ahli 3 Siklus III. ... 116

17.Lembar Kerja Siswa. ... 118

18.Lembar Kerja Siswa. ... 120

19.Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa. ... 124

20.Pembagian Kelompok Ahli. ... 128

21.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran. ... 132

22.Lembar Instrumen Observasi Terhadap Siswa. ... 134

23.Aktivitas Siswa . ... 135

24.Panduan Wawancara Dengan Guru. ... 141


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari hasil observasi dan dokumentasi yang dilaksanakan penulis dari tanggal 1- 5 Oktober 2012, rerata hasil belajar peserta didik di SD Negeri 1 Gunung Raya yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan kesenjangan guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Untuk menciptakan potensi guru yang baik, harus diadakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karena hal ini sangat menunjang bagi pelaksanaan proses pembelajaran yang baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran yaitu mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Proses belajar mengajar merupakan proses yang mengorganisasi tujuan, bahan, model dan alat serta penilaian sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada diri siswa seoptimal mungkin menuju terjadinya perubahan tingkah laku


(12)

sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya, guru, siswa, dan model yang digunakan.

Tabel 1.1 Hasil Rata-rata Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya TP. 2012/2013

No. Nilai Kategori Jumlah Persentase

1 < 6,1 Belum tuntas 19 66 %

2 ≥ 6,1 Tuntas 10 34%

Jumlah 29 100 %

Sumber: “Data Prasurvei SDN 1 Gunung raya Tahun Pelajaran 2012/2013

Dilihat dari data prasurvei, yang dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2012 diketahui bahwa nilai hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian matematika siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 6,1.

Berdasarkan data hasil prasurvei bahwa masih banyak siswa yang nilai matematika di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), 6,1 lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang nilainya di atas 6,1. Yakni hanya 34% atau 19 siswa yang tuntas dalam pembelajaran matematika, dan 66% atau 10 siswa yang tidak tuntas dari keseluruhan 29 siswa.

Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV terkait dengan siswa yang tidak tuntas KKM salah satunya dipengaruhi oleh aktivitas siswa, antara lain: 1) siswa menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit apalagi dalam penyampaiannya guru menggunakan model konvesional, 2)


(13)

siswa malas mencatat pelajaran, 3) siswa kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan materi, 4) siswa kurang dapat memahami pelajaran dan 5) siswa sering tidak mengerjakan soal-soal latihan.

Hubungan yang tidak sinergi antara komponen belajar menyebabkan pembelajaran tidak mengarah pada cara belajar siswa aktif. Proses pembelajaran yang kurang efektif menyebabkan siswa kurang aktif dalam belajar. Hal ini menyebabkan aktivitas belajar pada pelajaran Matematika yang diperoleh rendah. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas siswa yang meningkat, sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai.

Berkenaan dengan berbagai masalah yang muncul di atas, maka peneliti menerapkan solusi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika ini yaitu model pembelajaran CTL. Dengan model pembelajaran CTL ini akan mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah matematika serta mendorong siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran matematika. Siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran, siswa lebih mampu memahami dan dapat saling bekerjasama dengan kelompoknya sehingga ilmu yang didapat lebih banyak dari hasil bertukar pikiran tersebut.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis akan mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran CTL untuk


(14)

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu:

1. Rendahnya aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.

2. Rendah Hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.

3. Banyak siswa yang beranggapan belajar matematika pelajaran yang sulit 4. Belum diterapkan model pembelajaran CTL dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara meningkatkan aktivitas belajar dengan Model CTL mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model CTL siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian


(15)

1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui Model CTL siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.

2. Meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model CTL siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui model CTL dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur, sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Apabila pembelajaran model CTL ini dapat dirasakan manfaat dan kebenarannya dalam menyelesaikan suatu masalah, maka guru, para tenaga pendidik, kepala sekolah, dan para peneliti lainnya dapat menggunakan model ini sebagai alternatif yang baik dalam pembelajaran.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa yaitu :

Siswa merasa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran terutama mata pelajaran matematika, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, memberikan keterampilan kepada siswa untuk mencari informasi sendiri, dapat mengembangkan disiplin dan tanggung jawab


(16)

siswa dengan adanya kerja sama dan membantu siswa mengembangkan keterampilan.

b. Bagi Guru yaitu :

Guru, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mengenai model-model pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

c. Bagi Sekolah yaitu :

Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan. d. Bagi Peneliti

menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model CTL pada mata pelajaran matematika.


(17)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran yang akan dipelajarinya. Mulyasa (2009 : 217-218) menyatakan:

CTL merupakan konsep yang menekankan pada keterkaitan antara matari pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari – hari.

Sejalan dengan pengertian tersebut Sanjaya (2009: 255)

menjelaskan bahwa: “CTL adalah strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran CTL yaitu Proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam belajar sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan serta keterampilan belajar mereka yang diperoleh dengan berpengalaman secara langsung sehingga proses belajar akan lebih efektif dan bermakna, karena belajar di sini bukan hanya menghafal tetapi memahami.


(18)

2. Karakteristik Model Pembelajaran CTL

Menurut Muslich (2009: 42) berdasarkan pengertian strategi pembelajaran kontekstual di atas, Pembelajaran dengan strategi kontekstual ini mempunyai karakteristik yakni sebagai berikut:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). 3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as anenjoy activity).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran dimana siswa saling bekerja sama, saling memberi dalam menutupi kekurangan serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Kaitannya dengan mata pelajaran matematika dalam penelitian ini yaitu dimana siswa secara langsung mengalami serta bekerja sama sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna dan siswa faham dengan apa yang telah dilakukannya setelah ia belajar, serta memberikan kesempatan kepada siswa dalam


(19)

mengembangkan keterampilnnya dalam memecahkan suatu masalah matematika.

3. Komponen Pembelajaran CTL

Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism), membentuk group belajar yang saling membantu (interdependent learning groups), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5).

Pembelajaran dengan strategi kontekstual melibatkan tujuh komponen utama. Komponen-komponen tersebut yakni sebagai berikut:

1) Constructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk) yaitu kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Di sini siswa dapat mengembangkan pengalaman atau membangun pengetahuan barunya berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh tersebut dikonstruksi oleh siswa itu sendiri sehingga proses pembelajaran siswa akan lebih bermakna.

2) Quistioning (bertanya) adalah kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari.


(20)

3) Inquiry (menyelidiki, menemukan) adalah kegiatan belajar yang bisa mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topic atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil “menemukan” sesuatu.

4) Learning Community (masyarakat belajar) adalah kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu antar teman.

5) Modelling (pemodelan) adalah kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa di pakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoprasikan sesuatu.

6) Reflection (refleksi atau umpan balik) adalah kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk Tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.

7) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya) adalah kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, proses pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa memiliki rasa ingin tahu sehinnga siswa akan terdorong menemukan jawaban serta mencari


(21)

pemecahan masalah dan siswa akan dapat mengembangkan pengetahuan barunya dengan sendirinya. Kaitannya dengan materi matematika dalam penelitian ini siswa secara langsung mengalami atau menemukan sendiri masalah serta pemecahannya, karena belajar matematika bukan hanya mendengar, melihat, menulis, tetapi lebih dari itu yakni dengan cara mengkonstuksi pengetahuan dengan pengalaman yang mereka miliki.

4. Prosedur Pembelajaran CTL di Kelas Tabel 2.1 Prosedur Pembelajaran CTL

No Kegiatan Aktivitas Ket

Guru Siswa

1 Pendahuluan Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. Disini guru membentuk kegiatan, konstruktivisme yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya Siswa memperhatikan dengan baik tentang kompetensi yang harus di capai serta manfaat dari proses pembelajaran Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL siswa dibagi kedalam beberapa kelompok (learning community)


(22)

dengan menciptakan suasana belajar berkelompok sehingga siswa dapat berdiskusi dan saling bekerja sama antar teman. Pembagian kelompok ini sesuai dengan jumlah siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, masing-masing kelompok mencatat hasil observasi Guru melakukan

Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. Di sini guru mendorong sikap keingintahuan siswa melalui kegiatan bertanya tentang topic atau permasalahan yang akan dipelajari (questioning)

Siswa menjawab sekitar tugas yang harus dikerjakan.

2 Inti Guru membimbing

Kegiatan belajar di sini mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik yang dihadapi sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu dari hasil pengamatan terhadap model Siswa melakukan observasi

(Inquiry) mengenai cara pembagian pecahan. Siswa mencatat hasil temuan dalam pembagian pecahan yang dilakukan. Siswa mendiskusikan hasil dari jawaban mereka. Siswa


(23)

yang di jadikan alat dalam proses pembelajaran. melaporkan hasil diskusi. Siswa menjawab pertanyaan seputar jawabannya tersebut yang diajukan oleh kelompok lain Penutup Guru mengadakan

refleksion (refleksi atau umpan balik) dalam bentuk tanya jawab seputar masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa serta memberikan

pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, serta kesan dan harapan siswa selama proses pembelajaran siswa menyimpulkan hasil observasi seputar masalah pecahan Guru memberikan penilaian terhadap kompetensi siswa selama proses pembelajaran berlangsung Siswa mengerjaka n tugas (PR) membuat pecahan dari kertas lipat B. Aktivitas Belajar

1. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas adalah segala kegiatan atau serangkaian kegiatan belajar yang terjadi dalam suatu proses pembelajaran yakni seperti mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan dari guru. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Pengajaran di sekolahpun menjadi hidup


(24)

sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Nasution (2004: 89) mengungkapkan bahwa “ anak berfikir sepanjang ia berbuat. Jadi tanpa adanya perbuatan anak dikatakan tidak sedang berfikir, oleh sebab itu agar anak dapat berfikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk dapat berbuat sendiri. Sebab anak akan berfikir serta menemukan jawaban baru setelah anak melakukan perbuatan.

Selanjutnya Sardiman (2010: 24) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.

2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

Sardiman (2010: 101) Jenis-jenis aktivitas belajar antara lain : a) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b) Oral activities,seperi: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan angket, menyalin.

e) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f) Motor activities, yang termasuk di dalmnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup

Berdasarkan keterangan di atas, aktivitas belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan bervariasi. Aktivitas-aktivitas tersebut senantiasa diciptakan dalam proses belajar agar situasi belajar tidak


(25)

membosankan. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar apabila tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu:

a. Perhatian siswa dalm proses pembelajaran. Misalnya, membaca, memperhatikan model yang dijadikan model pembelajaran (visual activities).

b. Antusias siswa dalam melakukan percobaan serta menggali pengetahuan melalui pengalamannya sendiri (motor activities).

c. Kecakapan siswa dalam menanggapi, mengingat, serta memecahkan soal yang diberikan guru (mental activities).

C. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan agar terjadi suatu perubahan tingkah laku pada seseorang, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada diri seseorang tersebut merupakan hasil yang diperoleh melalui proses belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 250):

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik yang dimiliki oleh seorang siswa yang terwujud dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dibandingkan dengan sebelum siswa belajar, yang dilihat dari sisi siwa. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan dimana saat terselesainya bahan pelajaran yang di sampaikan


(26)

Hamalik (2004: 30) menjelaskan bahwa, “Hasil belajar merupakan bukti terjadinya perubahan tingkah laku seseorang, yang tampak pada aspek-aspek seperti; aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis budi pekerti, dan sikap.

Sukardi (2009: 215) menerangkan bahwa hasil belajar adalah “nilai yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan bentuk kemampuan dan kecerdasan yang diperoleh siswa sebagai hasil dari proses belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar diri individu. Ahmadi dan Supriyono (2008: 138) menjelaskan, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sebagai berikut:

1) Faktor internal terdiri dari:

a) Faktor jasmaniyah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.Misalnya; penglihatan, pendengaran, struktur tubuh. b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

(1) Faktor intelektual yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.


(27)

(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. (3) Faktor non-intelektif, yaitu unsure-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

2) Faktor Eksternal terdiri dari: faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Berdasarkan keterangan di atas faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti faktor jasmaniyah dan faktor psikologis yang bersifat bawaan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor eksternal seperti: faktor sosial berupa lingkungan yang ada di sekitar siswa, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah atau lingkungan keluarga yang ada di sekitar siswa

D. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika

Muhsetyo (2008: 126) pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matemetika yang dipelajari.

Pendidikan matematika merupakan pendidikan yang telah berkembang dengan cepat yaitu disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan yang bernuansa kemajuan sains dan tekhnologi yang sesuai dengan tantangan zaman sekarang dan mendatang


(28)

Muhsetyo (2008: 126) sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri-ciri tersebut antara lain yaitu: abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, serta logis keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, dan prinsip. Keabstrakan matematika dan cirinya yang tidak sederhana inilah yang menjadi penyebab bahwa matematika ini tidak mudah dalam mempelajarinya. hal itulah yang menjadi alasan yang pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik untuk belajar matematika.

Hayat (2010: 214) kurikulum matematika di sekolah diharapkan dapat menjabarkan siswa untuk bernalar dan menganalisis suatu keadaan sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini kemampuan siswa dalam bernalar yaitu disertai dengan kemampuan mengkomunikasikan gagasan siswa yang dapat menumbuhkan kompetensi berkomunikasi yang pada akhirnya akan dapat mengembangkan kompetensi siswa dalam memecahkan suatu permasalan. Jadi belajar matematika adalah belajar memahami dan menganalisis suatu masalah melalui pemahaman serta penalaran yang akhirnya dapat menemukan suatu cara dalam menemukan jawaban matematika melalui konsep yang ada yakni konsep matematika. Kemudahan dalam belajar matematika dapat dipengaruhi dengan keadaan siswa dalam menikmati pelajaran matematika, menghargai pelajaran matematika, dan menganggap metematika itu penting agar dapat sukses dan matematika dapat mewujudkan cita-cita mereka.


(29)

Abdurrahman (2002: 252) matematika perlu diajarkan kepada siswa karena perlu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, jelas, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran kekurangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dalam hal ini matemetika merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari karena matematika merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan, dimana matematika sangat dibutuhkan serta dapat digunakan dalam berbagai segi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan terlepas dari matematika, dan selalu berhubungan dengan matematika dalam segala kegiatannya.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Depdiknas (2011: 2) Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat efisien, dan tepat,dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuatgeneralisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.


(30)

3. Ruang Lingkup Matematika

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) bilangan, 2) geometri pengukuran, dan 3) pengolahan data

Adapun sub pokok bahasan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu pecahan. Standar kompetensi: menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

Adapun kompetensi dasarnya yaitu: 1. Menjelaskan arti pecahan dan urutannya 2. Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan 3. Menjumlahkan pecahan

4. Mengurangkan pecahan

5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

E. Implementasi Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Matematika

Rusman (2011: 190) CTL merupakan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulative ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang bersifat konkrit melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri.


(31)

Berdasarkan keterangan di atas bahwasannya pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebab dalam proses pembelajarannya CTL menekankan keterlibatan siswa secara aktif, sehingga mendorong siswa untuk mencari dan menemukan jawaban berdasarkan pengalaman yang dialaminya selama proses pembelajaran. Hal inilah yang mendorong munculnya aktivitas belajar yang mandiri serta meningkatkan hasil belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model CTL

dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model CTL dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani, 2007: 13).

Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Adlan (2011: 4) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut.

Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.

Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan.


(33)

pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru

B. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah:

(1) Penetapan fokus permasalahan (2) Perencanaan tindakan

(3) Pelaksanaan tindakan

(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi) (5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)

(6) Perencanaan tindak lanjut. (Adlan 2011: 18)

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut:


(34)

Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Adlan, 2011: 19)

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan

Permasalahan PerencanaanTindakan - I PelaksanaanTindakan - I

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - I SIKLUS - I

Permasalahan baru, hasil

Refleksi

Refleksi - I

Perencanaan Tindakan - II

Pelaksanaan Tindakan - II

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - II SIKLUS - II

Refleksi - I Permasalahan

baru, hasil Refleksi

SIKLUS - II

Bila Permasalahan Belum Terselesaikan

Refleksi - II

Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya


(35)

untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan perbaikan rencana dalam setiap siklus.

a. Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.

3) Menetapkan standar kompetensi: 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai

5) Menentukan skenario pembelajaran dengan model CTL.

6) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan. 7) Menyusun lembar kerja siswa

8) Mengembangkan format evaluasi

9) Mengembangkan format observasi pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

a) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL, yaitu dengan membagi siswa kedalam beberapa kelompok (learning community) dengan menciptakan suasana belajar berkelompok sehingga siswa dapat berdiskusi dan saling bekerja sama antar teman. Pembagian kelompok ini


(36)

sesuai dengan jumlah siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, masing-masing kelompok mencatat hasil observasi.

b) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. Di sini guru mendorong sikap keingintahuan siswa melalui kegiatan bertanya tentang topic atau permasalahan yang akan dipelajari (questioning)

c) Siswa melakukan observasi (Inquiry) mengenai cara pembagian pecahan. Kegiatan belajar di sini mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik yang dihadapi sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu dari hasil pengamatan terhadap model yang di jadikan alat dalam proses pembelajaran.

d) Siswa mencatat hasil temuan dalam pembagian pecahan yang dilakukan. e) Siswa mendiskusikan hasil dari jawaban mereka.

f) Siswa melaporkan hasil diskusi.

g) Siswa menjawab pertanyaan seputar jawabannya tersebut yang diajukan oleh kelompok lain

c. Tahap Observasi

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan pengamatan terhadap penelitian tindakan kelas ketika pembelajaran berlangsung.

2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah disediakan.


(37)

Pada kegiatan ini peneliti menentukan, mengidentifikasikan permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi guru merencanakan siklus selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran siklus sebelumnya.

C. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran 2012/2013 dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2013. 2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Gunung Raya Jalan Desa Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

3. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV Semester SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013, kelas IV, dengan jumlah siswa 29 orang, yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.

D. Data dan Sumber Data 1. Data

Data aktivitas dikumpulkan dengan cara observasi, sedangkan hasil belajar dikumpulkan dengan cara tes.

a. Lembar observasi, lembar ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran dengan memberikan skor pada indikator masing-masing instrumen.


(38)

b. Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pelajaran dengan menggunakan model CTL. Tes ini diberikan setiap akhir siklus.

2. Dokumentasi untuk mengetahui kondisi tempat penelitian

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa, perangkat tes, dan catatan lapangan.

1. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

Dibuat oleh guru yang digunakan untuk menilai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, format lembar observasi aktivitas sebagai berikut. Tabel 3.1 Format Pengamatan Aktivitas Siswa

No Nama

Siswa

Aktivitas Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 AB 2 AC 3 BB 4 CS 5 CW 6 DN 7 FU 8 GI 9 GL 10 GZ 11 HN 12 HS 13 JG 14 JW 15 KB 16 KT 17 LB 18 MS 19 MJ 20 NU


(39)

Keterangan :

1. Memperhatikan penjelasan guru 2. Mendengarkan penjelasan guru 3. Bertanya

4. Menjawab Pertanyaan 5. Mengerjakan soal latihan 6. Diskusi kelompok

7. Kerja kelompok 8. Menyelidiki

9. Mencatat Hasil diskusi kelompok

10. Bersemangat dalam belajar. Ngalim Purwanto (2009: 210) 2. Hasil Belajar

Perangkat tes dilakukan dengan cara tertulis yang berbentuk uraian yang diberikan setiap akhir siklus.

3. Catatan lapangan berupa lembar pengayaan yang dibuat oleh guru dengan mengumpulkan seluruh data berdasarkan observasi dan tes untuk mengetahui setiap tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis hasil akhir dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan pendapat siswa melalui model CTL dengan menggunakan lembar observasi. Sardiman

21 SE 22 SI 23 SK 24 SW 25 SZ 26 TA 27 TC 28 TN 29 ZW

Jumlah Total Rata-rata


(40)

(2010: 24) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif. Data tersebut diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran dengan rumus data kualitatif :

PA = x100%

N AS

Keterangan :

PA : Persentase siswa yang aktif ∑AS : Jumlah siswa yang aktif N : Banyaknya siswa yang hadir (Modifikasi dari Kunandar 2010: 296)

2. Analisis untuk data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kualitas hasil belajar. Penelit menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh niali rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

X = nilai rata-rata

∑X = jumlah semua nilai hasil ∑N = jumlah siswa

N x x


(41)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

P = Banyaknya siswa yang tuntas belajar x 100% Banyaknya siswa

G. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil jika : a. Aktivitas belajar siswa sekurang-kurangnya 75%

b. Rata-rata hasil belajar siswa sekurang-kurangnya 61 c. Banyaknya siswa yang tuntas sekurang-kurangnya 75%.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada siklus I yaitu 54,57 dan pada siklus II yaitu 85,23

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai 27,58 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti mengalami peningkatan 51,42%. Pada siklus I ketuntasan belajar memperoleh nilai memperoleh nilai 56 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti mengalami peningkatan 13%.

3. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013.


(43)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa merasa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran terutama mata pelajaran matematika, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, memberikan keterampilan kepada siswa untuk mencari informasi sendiri, dapat mengembangkan disiplin dan tanggung jawab siswa dengan adanya kerja sama dan membantu siswa mengembangkan keterampilan

2. Bagi Guru dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mengenai model-model pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3. Bagi Sekolah dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model CTL pada mata pelajaran matematika


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Aidin Adlan. 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita Kurnia

Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Bahrul Hayat. 2010. MutuPendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2008. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, UNJ, Jakarta

Depdiknas. 2011. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Jakarta. Diknas Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. E. Mulyasa. 2009. Kurikulum yang Disempurnakan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Edi Kusnadi. 2005. Metodologi Penelitian Aplikasi Praktis, Jakarta :Ramayana Press.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

H.M Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara.

I. G. A. K Wardani, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar; Rineka Cipta

Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara.

Muhsetyo. 2008. PembelajaranMatematikaSD, Jakarta: Universitas Terbuka. Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,

Jakarta: Rineka Cipta.

Ngalim Purwanto. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta. Bumi Aksara.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,Jakarta: PT. grafindo Persada.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Gerfindo Persada.

Suharsimi Arikunto.2006. Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


(1)

Keterangan :

1. Memperhatikan penjelasan guru 2. Mendengarkan penjelasan guru 3. Bertanya

4. Menjawab Pertanyaan 5. Mengerjakan soal latihan 6. Diskusi kelompok

7. Kerja kelompok 8. Menyelidiki

9. Mencatat Hasil diskusi kelompok

10. Bersemangat dalam belajar. Ngalim Purwanto (2009: 210) 2. Hasil Belajar

Perangkat tes dilakukan dengan cara tertulis yang berbentuk uraian yang diberikan setiap akhir siklus.

3. Catatan lapangan berupa lembar pengayaan yang dibuat oleh guru dengan mengumpulkan seluruh data berdasarkan observasi dan tes untuk mengetahui setiap tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis hasil akhir dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan pendapat siswa melalui model CTL dengan menggunakan lembar observasi. Sardiman 21 SE

22 SI 23 SK 24 SW 25 SZ 26 TA 27 TC 28 TN 29 ZW

Jumlah Total Rata-rata


(2)

(2010: 24) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif. Data tersebut diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran dengan rumus data kualitatif :

PA = x100% N

AS

Keterangan :

PA : Persentase siswa yang aktif ∑AS : Jumlah siswa yang aktif N : Banyaknya siswa yang hadir (Modifikasi dari Kunandar 2010: 296)

2. Analisis untuk data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kualitas hasil belajar. Penelit menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh niali rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

X = nilai rata-rata

∑X = jumlah semua nilai hasil ∑N = jumlah siswa

N x x


(3)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

P = Banyaknya siswa yang tuntas belajar x 100% Banyaknya siswa

G. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil jika : a. Aktivitas belajar siswa sekurang-kurangnya 75%

b. Rata-rata hasil belajar siswa sekurang-kurangnya 61 c. Banyaknya siswa yang tuntas sekurang-kurangnya 75%.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada siklus I yaitu 54,57 dan pada siklus II yaitu 85,23

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai 27,58 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti mengalami peningkatan 51,42%. Pada siklus I ketuntasan belajar memperoleh nilai memperoleh nilai 56 dan pada siklus II memperoleh nilai 79 berarti mengalami peningkatan 13%.

3. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2012/2013.


(5)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa merasa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran terutama mata pelajaran matematika, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, memberikan keterampilan kepada siswa untuk mencari informasi sendiri, dapat mengembangkan disiplin dan tanggung jawab siswa dengan adanya kerja sama dan membantu siswa mengembangkan keterampilan

2. Bagi Guru dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mengenai model-model pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3. Bagi Sekolah dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model CTL pada mata pelajaran matematika


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Aidin Adlan. 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita Kurnia

Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Bahrul Hayat. 2010. Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2008. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, UNJ, Jakarta

Depdiknas. 2011. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Jakarta. Diknas Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. E. Mulyasa. 2009. Kurikulum yang Disempurnakan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Edi Kusnadi. 2005. Metodologi Penelitian Aplikasi Praktis, Jakarta :Ramayana Press.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

H.M Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara.

I. G. A. K Wardani, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar; Rineka Cipta

Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara.

Muhsetyo. 2008. Pembelajaran Matematika SD, Jakarta: Universitas Terbuka. Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,

Jakarta: Rineka Cipta.

Ngalim Purwanto. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta. Bumi Aksara.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,Jakarta: PT. grafindo Persada.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Gerfindo Persada.

Suharsimi Arikunto.2006. Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SINAR SEMENDO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 48

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG SUGIH BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KELAS VI SD NEGERI 02 TITWANGI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 78

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNG MULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 44

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 29 81

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 1 BANJARREJO TP 2012/2013

1 2 65

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD 2 SINGOCANDI TAHUN AJARAN 20132014

0 0 21

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD 1 KARANGBENER

0 0 22