Peranan Internal Auditing Dalam Menunjang Tingkat Kolektibilitas Piutang Usaha (Studi Kasus di PT PLN (Persero) Distibusu Jawa Barat da Banten).

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Besarnya piutang ragu-ragu selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan yang mengakibatkan penurunan tingkat kolektibilitas piutang usaha, hal ini disebabkan oleh rasio petugas dan pelanggan yang tidak seimbang, kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia, kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada pelanggan terutama kalangan industri, serta tekanan ekonomi (economic pressure).

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui memadai atau tidaknya pelaksanaan internal auditing, untuk mengetahui tingkat kolektibilitas piutang usaha perusahaan, serta untuk mengetahui peranan internal auditing dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang usaha di PT PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan penelitian lapangan dengan observasi, penggunaan kuesioner, serta wawancana dengan staf perusahaan yang berwenang dalam bidang yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, data yang sudah terkumpul kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,601 sedangkan besarnya koefisien determinasi (KD) sebesar 36 % dan hasil uji-t diperoleh tHitung = 2,948 dan ttabel = 2,145 sehingga tHitung > ttabel. Dengan demikian berarti hipotesis alternatif (HA) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti terdapat peranan yang positif dari internal auditing dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang.

Pelaksanaan pemeriksaan internal dapat dikatakan memadai karena didukung oleh independensi dan kompetensi bagian internal audit, bagian internal audit berpedoman pada Standar Profesi Pengawasan Intern (SPPI), sebelum pemeriksaan dilaksanakan dibentuk tim pemeriksa terlebih dahulu, dan pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hasil pemeriksaan, tindak lanjut hasil pemeriksaan dan laporan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Meskipun demikian masih terdapat kelemahan diantaranya, pemeriksaan masih bersifat administrasi tidak kepada teknis operasional, fungsi pemeriksaan dilapangan berada pada fungsi pengawasan piutang, petugas penagihan kurang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik kepada palanggan, serta tidak adanya sistem insentif bagi petugas yang yang berhasil menagih piutang usaha. Selain itu, rasio petugas dengan pelanggan tidak seimbang, kurangnya sarana dan prasarana sehingga kegiatan penagihan menjadi kurang aktif, sanksi yang diberikan kepada pelanggan kurang tegas terutama dari kalangan industri, dan yang terakhir tekanan ekonomi.

Untuk mengatasi kelemahan, penulis akan memberikan beberapa saran, yaitu : sebaiknya fungsi internal auditing diperluas tidak hanya pada pemeriksaan administrasi tetapi juga pemeriksaan lapangan bekerjasama dengan pengawas piutang, perlu adanya upaya yang serius dalam meningkatkan tingkat kolektibilitas piutang seperti pendataan dengan komputer dan aktivitas penagihan yang lebih operasional, sebaiknya petugas penagihan diberi pelatihan yang memadai agar dapat berkomunikasi dengan baik kepada pelanggan, dan sebaiknya direksi mengeluarkan kebijakan insentif atas keberhasilan petugas pemungut piutang tidak tertagih, misalnya 5 % dari tagihan piutang tersebut. Selanjutnya untuk mengatasi kekurangan petugas, PLN sebaiknya menambahnya dengan tenaga kontrak (outsourcing) dengan pengawasan pegawai / pejabat PLN, sarana dan prasarana sebaiknya ditambah agar kegiatan operasional penagihan dapat berjalan lancar, PLN sebaiknya mempertegas sanksi yang diberikan kepada pelanggan dengan tidak hanya memberikan sanksi administrasi tetapi juga pemutusan sementara / rampung, serta menyeleksi pemasangan instalasi listrik berdaya tinggi untuk pelanggan baru.


(2)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI………..iv

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN………...xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian………..1

1. 2. Identifikasi Masalah………...4

1. 3. Batasan Masalah………...4

1. 4. Tujuan Penelitian………...5

1. 5. Kegunaan hasil Penelitian………...6

1. 6. Kerangka Pemikiran………..6

1. 7. Metode Penelitian………....14

1. 7. 1. Jenis Penelitian………...14

1. 7. 2. Teknik Pengumpulan Data………....15

1. 7. 3. Jenis dan Sumber Data………...15

1. 7. 4. Operasionalisasi Variabel………..16

1. 7. 5. Rancangan Pengujian Hipotesis………....16


(3)

Universitas Kristen Maranatha BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Peranan……… ………19

2. 1. 1. Definisi Peranan………....19

2. 1. 2. Konsep Peranan………....19

2. 2. Tinjauan Atas Auditing……… ...20

2. 2. 1. Definisi Auditing………...20

2. 2. 2. Jenis-jenis Audit……… ………23

2. 2. 3. Jenis-jenis Auditor………....24

2. 3. Internal Auditing………...26

2. 3. 1. Latar Belakang Internal Auditing………...26

2. 3. 2. Definisi Internal Auditing………...27

2. 3. 3. Tujuan dan Ruang Lingkup Internal Auditing………..29

2. 3. 4. Tipe Internal Auditing………...32

2. 3. 5. Manajemen Internal Audit………....33

2. 3. 5. 1. Struktur Departemen Internal Audit………33

2. 3. 5. 2. Fungsi dan Tanggung Jawab Internal Auditor…………....35

2. 3. 5. 3. Pengembangan Kualitas Internal Auditor………...37

2. 3. 5. 4. Program Audit……….41

2. 3. 5. 5. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Internal………...43

2. 3. 5. 6. Laporan Internal Audit………....49

2. 3. 6. Kode Etik Profesi Internal Audit………...51

2. 3. 7. Standar Profesional Internal Audit………....52


(4)

Universitas Kristen Maranatha

2. 4. 1. Definisi Kolektibilitas Piutang………..57

2. 4. 2. Bukti Kolektibilitas Piutang……… ………..58

2. 4. 2. 1. Pemeriksaan Umur Piutang……….58

2. 4. 2. 2. Mendiskusikan Dengan Personalia Bagian Kredit………..58

2. 4. 2. 3. Me-review Penerimaan Piutang Setelah Tanggal Neraca………...60

2. 4. 2. 4. Review Korespondensi Dengan Debitur………..61

2. 4. 2. 5. Memeriksa Kemampuan Kredit Kreditur (Credit Rating) ……….63

2. 5. Piutang……….63

2. 5. 1. Definisi Piutang……….63

2. 5. 2. Klasifikasi Piutang……….63

2. 5. 3. Prosedur Pencatatan Piutang……….64

2. 5. 3. 1. Informasi Yang Diperlukan Oleh Manajemen………65

2. 5. 3. 2. Dokumen……….65

2. 5. 3. 3. Catatan Akuntansi………...66

2. 5. 3. 4. Metode Pencatatan Piutang……….67

2. 5. 4. Prosedur Pernyataan Piutang……….70

2. 5. 5. Piutang Usaha Tak Tertagih………..71

2. 5. 5. 1. Metode Pencatatan Piutang Tak Tertagih………...72

2. 5. 6. Tujuan Audit Terkait Dengan Saldo Piutang Usaha……….75

2. 6. Peranan Internal Auditing Dalam Menunjang Tingkat Kolektibilitas Piutang Usaha ………..78


(5)

Universitas Kristen Maranatha BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3. 1. Objek Penelitian………...80

3. 2. Metode Penelitian……….81

3. 2. 1. Populasi……… …...81

3. 2. 2. Operasionalisasi Variabel………...82

3. 2. 3. Skala Pengukuran………..88

3. 2. 4. Teknik Pengumpulan Data………....89

3. 2. 5. Rancangan Pengujian Hipotesis………....91

3. 2. 5. 1. Penetapan Hipotesis………....91

3. 2. 5. 2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen………...92

3. 2. 5. 2. 1. Pengujian Validitas Instrumen………...92

3. 2. 5. 2. 2. Pengujian Reliabilitas Instrumen………..93

3. 2. 5. 3. Pemilihan Tes Statistik……… ……...94

3. 2. 5. 4. Penetapan Kuat Lemah Pengaruh Antarvariabel…………97

3. 2. 5. 5. Penetapan Besar Kecil Pengaruh Antarvariabel………….97

3. 2. 5. 6. Penetapan Tingkat Signifikansi………...98

3. 2. 5. 7. Kriteria H0 Ditolak atau Diterima………...98

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1. Gambaran Umum Perusahaan………...99

4. 1. 1. Sejarah Singkat Perusahaan………....99

4. 1. 2. Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan………...102

4. 1. 3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas PT PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten………...102


(6)

Universitas Kristen Maranatha

4. 2. Internal Auditing………...108

4. 2. 1. Struktur Organisasi Internal Audit………...108

4. 2. 2. Standar Profesi Pengawasan Intern (SPPI)………. .111

4. 2. 2. 1. Tujuan………111

4. 2. 2. 2. Standar dan Pedoman Praktik Pengawasan Intern…...111

4. 2. 2. 3. Standar Atribut………...112

4. 2. 2. 4. Standar Kinerja………..114

4. 2. 3. Jenis Internal Auditing……… ………....121

4. 2. 3. 1. Pemeriksaan Buril (Desk Work)………121

4. 2. 3. 2. Pemeriksaan Lapangan………..123

4. 2. 4. Pelaksanaan Pemeriksaan Intern……….124

4. 2. 4. 1. Pelaksanaan Pemeriksaan Buril (Desk Work)…………...124

4. 2. 4. 2. Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan………...125

4. 2. 5. Pemeriksaan Internal Piutang Usaha (Listrik)………128

4. 3. Kolektibilitas Piutang Usaha………....132

4. 4. Piutang Usaha………...139

4. 4. 1. Prosedur Piutang Listrik……… ……….139

4. 4. 2. Piutang Tak Tertagih………...143

4. 4. 2. 1. Prosedur Penagihan Piutang Ragu-ragu………...146

4. 4. 2. 2. Penghapusan Piutang Tak Tertagih………..147

4. 5. Peranan Internal Auditing Dalam Menunjang Tingkat Kolektibilitas Piutang Usaha………...151


(7)

Universitas Kristen Maranatha 4. 7. Pengujian Hipotesis………..……….162

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan……….……..172

5. 2. Saran……… ……….……174

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. 1. Data Piutang Ragu-ragu……….3

Tabel 2. 1. Perbandingan Konsep Kunci Pengertian Internal Audit……….. 28

Tabel 3. 1. Populasi Penelitian………...82

Tabel 3. 2. Operasionalisasi Variabel………....83

Tabel 3. 3. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi……....97

Tabel 4. 1. Jawaban Responden – Independensi (Status Organisasi)…………..153

Tabel 4. 2. Jawaban Responden – Independensi (Objektivitas)………..154

Tabel 4. 3. Jawaban Responden – Kemampuan Profesional………...154

Tabel 4. 4. Jawaban Responden – Lingkup Pekerjaan……….155

Tabel 4. 5. Jawaban Responden – Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan (Perencanaan)………155

Tabel 4. 6. Jawaban Responden – Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan (Pengujian dan Pengevaluasian)………156

Tabel 4. 7. Jawaban Responden – Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan (Penyampaian Hasil)……….157

Tabel 4. 8. Jawaban Responden – Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan (Tindak Lanjut (Follow Up))………157

Tabel 4. 9. Jawaban Responden – Pemeriksaan Umur Piutang……….158

Tabel 4. 10 Jawaban responden – Tujuan Audit Terkait Saldo Piutang Usaha……… ...159


(9)

Universitas Kristen Maranatha

Tabel 4. 11. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel X………...161

Tabel 4. 12. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Y………...162

Tabel 4. 13. Total Jawaban Responden……….163

Tabel 4. 14. Tabel Perhitungan Korelasi……… ………...164


(10)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2. 1. Management Auditing………33

Gambar 2. 2. Struktur Datar (Flat Structure) dan Struktur Hierarkis (Hierarchical Structure)………34


(11)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian.

Lampiran 2. Bagan Susunan Organisasi PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN.

Lampiran 3. Bagan Susunan Organisasi PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN – AREA PELAYANAN JARINGAN.

Lampiran 4. Bagan Susunan Organisasi PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN – UNIT PALAYANAN DAN JARINGAN.

Lampiran 5. Bagan Pelaksana Pemeriksa Intern.

Lampiran 6. Bagan Arus Persiapan Pemutusan Sementara Sambungan Tenaga Listrik.

Lampiran 7. Bagan Arus Pelaksanaan Pemutusan Sementara Sambungan Tenaga Listrik.

Lampiran 8. Bagan Arus Pelaksanaan Penyambungan Kembali Sambungan Tenaga Listrik.

Lampiran 9. Bagan Arus Pelaksanaan Pemutusan Rampung Sambungan Tenaga Listrik.

Lampiran 10. Bagan Arus Penghapusan Piutang Ragu-ragu.


(12)

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 12. Form Penyelesaian Pemutusan Sementara Sambungan Tenaga

Listrik.

Lampiran 13. Form Pemberitahuan Pelaksanaan Pemutusan Rampung Sambungan Tenaga Listrik.

Lampiran 14. Tabulasi Responden Variabel X. Lampiran 15. Tabulasi Responden Variabel Y.

Lampiran 16. Hasil Perngujian SPSS Validitas Variabel X dan Variabel Y. Lampiran 17. Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel X.

Lampiran 18. Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Y. Lampiran 19. Tabel Distribusi – t.

Lampiran 20. Tabel Rho.


(13)

KUESIONER PENELITIAN

Kepada : Yth. Internal Auditor PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT dan BANTEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Indra Ermadi

NRP : 0251299

Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Akuntansi

Universitas : Universitas Kristen Maranatha

Bermaksud menyajikan daftar pernyataan (kuesioner) mengenai peranan internal auditing dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang. Daftar pernyataan ini disusun dalam rangka memperoleh data untuk penelitian tugas akhir.

Untuk lebih memudahkan dalam mengisi kuesioner ini, perlu saya jelaskan bahwa anda cukup mengisi kotak kosong dengan tanda (• ) pada jawaban yang anda anggap benar.

Atas kesediaan waktu dan bantuannya untuk mengisi setiap pernyataan di dalam kuesioner ini dengan sejujurnya, saya ucapkan terima kasih.

Bandung, 22 November 2006

Dosen Pembimbing Skripsi Peneliti

Sudarli Ganisaputra SE., MM., MBA., Ak Indra Ermadi NIK. 510465


(14)

DAFTAR PERNYATAAN

Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan yang dirancang sedemikian rupa sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, mohon diperhatikan istilah yang belum dipahami dan letak jawaban yang paling Bapak/ Ibu yakini.

Keterangan :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

N : Netral TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

• Per anan Internal Auditing

NO PERNYATAAN SS S N TS STS

1. Independensi • Status Or ganisasi

1 Pimpinan internal audit bertanggung jawab langsung kepada dewan direksi. 2 Pimpinan internal audit melakukan koordinasi yang teratur dengan dewan direksi tentang rencana pemeriksaan . 3 Tujuan, kewenangan, dan tanggung

jawab bagian internal audit harus didefinisikan dalam dokumen tertulis. • Objektivitas

4 Pimpinan internal audit harus memberi laporan tahunan tentang berbagai kegiatan kepada dewan direksi. 5 Penugasan staf internal audit harus

dibuat sedemikian rupa agar konflik kepentingan dapat dihindari.


(15)

6 Hasil pekerjaan pemeriksaan internal haruslah direview sebelum laporan pemeriksaan tersebut dikeluarkan. 2. Kemampuan Profesional

7 Bagian internal audit harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu dalam pemeriksaan. 8 Para internal auditor harus memiliki

kemampuan berkomunikasi secara efektif.

9 Para internal auditor harus meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan yang berkelanjutan. 3. Lingkup Pekerjaan

10 Internal auditor memeriksa keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan. 11 Internal auditor memastikan sistem operasi sesuai dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, hukum.

12 Internal auditor harus memeriksa alat atau cara yang dipergunakan untuk melindungi harta atau aktiva.

13 Internal auditor harus menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang ada.

14 Internal auditor menilai pekerjaan operasi, atau program dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

• Per encanaan


(16)

harus selalu ditentukan penulisan program pemeriksaan.

16 Perencanaan pemeriksaan menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil pemeriksaan disampaikan. 17 Rencana kerja pemeriksaan haruslah

disetujui secara tertulis oleh pimpinan internal audit.

• Pengujian dan Pengevaluasian 18 Internal auditor mengumpulkan,

menginterpretasikan,dan membuktikan kebenaran informasi

19 Informasi haruslah mencukupi, kompeten, dan relevan berguna bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi. 20 Kertas kerja mencantumkan berbagai

informasi temuan pemeriksaaan dan rekomendasi yang akan dilaporkan. • Penyampaian H asil

21 Laporan tertulis ditandatangani setelah pengujian terhadap pemeriksaan (audit examination) selesai dilakukan. 22 Internal auditor mendiskusikan

simpulan dan rekomendasi dengan tingkatan manajemen yang tepat. 23 Pimpinan internal audit me-review dan

menyetujui laporan pemeriksaan akhir. • T i ndak Lanjut (Follow Up)

24 Internal auditor harus memastikan apakah tindakan korektif telah dilakukan.

25 Pimpinan internal audit memastikan manajemen menerima resiko, apabila


(17)

tidak melaksanakan tindakan korektif.

• T ingkat K olektibilitas Piutang

NO PERNYATAAN SS S N TS STS

1. Pemeriksaan Umur Piutang 1 Penyusunan umur piutang telah

dilaksanakan dengan benar.

2 Umur piutang dijalankan secara konsisten.

3 Umur piutang dievaluasi secara teratur 4 Pelaksanaan umur piutang diteliti oleh

internal auditor.

5 Target umur piutang tercapai seperti yang diharapkan.

6 Jumlah saldo analisis umur piutang cocok dengan saldo buku besar pembantu piutang.

7 Menentukan kewajaran persentase kategori umur piutang.

8 Evaluasi estimasi tak tertagihnya piutang tahun-tahun sebelumnya. 2. Tujuan Audit Terkait Saldo Piutang Usaha.

9 Daftar piutang usaha terdiri dari nama, alamat pelanggan, no.faktur, tanggal faktur cocok dengan dibuku besar. 10 Konfirmasi piutang usaha dilakukan

untuk mengetahui ada atau tidaknya piutang usaha pada pelanggan.

11 Memeriksa bukti dasar pencatatan dan test penerimaan pembayaran piutang.


(18)

12 Piutang usaha dalam laporan keuangan benar-benar telah disajikan dalam laporan keuangan tersebut. 13 Pengklasifikasian piutang usaha

didasarkan pada golongan tarif dasar listrik.

14 Memverifikasi transaksi yang mendekati akhir periode akuntansi dan mencatat dalam periode yang sesuai. 15 Memverifikasi pencadangan piutang

tak tertagih cukup memadai dan sesuai dengan kebijakan perusahaan.

16 Mengevaluasi kecukupan piutang tak tertagih.

17 Adanya keseimbangan hak dan kewajiban antara PLN dan pelanggan. 18 Piutang dicatat, diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan dengan benar.

19 Penyajian dan pengungkapan piutang usaha telah memadai

20 Penyajian dan pengungkapan piutang usaha sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum.


(19)

(20)

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perputaran roda ekonomi, persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia semakin ketat. Tidak sedikit perusahaan jatuh bangkrut karena tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. Hal ini tidak hanya disebabkan karena terjadinya krisis moneter yang dimulai tahun 1997 tetapi juga tidak siapnya perusahaan tersebut menghadapi persaingan. Untuk menghadapi persaingan tersebut tidak hanya dibutuhkan modal saja tetapi dibutuhkan juga manajemen yang baik dalam mengelola perusahaan, agar perusahaan dapat bertahan dalam persaingan yang ketat.

PLN merupakan salah satu badan usaha milik negara yang kegiatan utamanya bergerak dibidang pengelolaan, pendistribusian dan penyediaan listrik bagi masyarakat. Untuk dapat memenuhi fungsi ekonominya yaitu optimalisasi laba maka perusahaan harus menyadari perlunya menajemen yang baik untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam operasi perusahaan.

Sejalan dengan semakin luas dan kompleksnya perusahaan, manajemen dihadapkan pada keterbatasan kemampuan dalam mengawasi jalannya operasi perusahaan. Untuk itu dibutuhkan suatu unit atau satuan dalam perusahaan yang bertugas menelaah aktivitas-aktivitas perusahaan dan kemudian melaporkannya kepada direksi, unit atau satuan itu disebut internal audit.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 2

Satuan internal audit bertugas mengawasi ketaatan terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan termasuk juga mengamankan harta perusahaan. Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik maka satuan internal audit harus berada diluar lini organisasi perusahaan tetapi tidak terlepas dari kesatuan perusahaan (independen).

Pemeriksaan yang dilakukan oleh satuan internal audit akan menghasilkan temuan-temuan, dan setiap temuan tersebut akan diberikan suatu rekomendasi dan saran-saran yang diperlukan. Salah satu jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh satuan internal audit adalah kolektibilitas atau pengembalian piutang usaha oleh para pelanggan kepada PT PLN (PERSERO).

Kegiatan pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kolektibilitas atau tingkat pengembalian piutang usaha para pelanggannya dari tahun ke tahun apakah mengalami peningkatan atau cenderung mengalami penurunan. Piutang usaha timbul karena penjualan kredit yang diberikan perusahaan kepada para pelanggannya. Piutang tersebut harus dilunasi oleh pelanggan sesuai batas waktu yang telah ditetapkan oleh PLN, bila pada waktu tanggal jatuh tempo piutang tersebut belum juga dilunasi, maka PLN dapat memberi sanksi terhadap pelanggannya. Tidak semua piutang tersebut dapat dilunasi oleh para pelanggan, ada juga yang karena satu dan lain hal pelanggan tersebut tidak dapat melunasi piutang dan akhirnya piutang tersebut dihapuskan, dan itu akan mempengaruhi penerimaan kas PT PLN (PERSERO), dan hasil penerimaan piutang tersebut akan digunakan untuk membiayai kegiatan


(23)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 3

operasional PT PLN (PERSERO) yang tentunya akan mempengaruhi pelayanan PLN kepada para pelanggannya.

Besarnya piutang ragu-ragu selama 5 semester terakhir cenderung mengalami peningkatan yang mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas kepada PLN. Piutang pelanggan yang sama sekali tidak dapat tertagih kemudian diusulkan kepada dewan komisaris untuk dihapuskan. Bertambah besarnya penghapusan piutang akan mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Dari data yang penulis dapatkan, terlihat bahwa tingkat piutang ragu-ragu atau piutang yang sukar dan diragukan pembayarannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data Piutang Ragu-ragu No Periode

(semester) Persentase Piutang Lancar Persentase Piutang Ragu-ragu Persentase Kenaikan

1 Januari – Juni 2004 63 % 37 % -

2 Juli – Desember 2004 49 % 51 % 14 %

3 Januari – Juni 2005 45 % 55 % 4 %

4 Juli – Desember 2005 39 % 61 % 6 %

5 Januari – Juni 2006 39 % 61 % -

Sumber : Data piutang ragu-ragu PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JABAR dan BANTEN

Berdasarkan data diatas dan didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, maka tingkat piutang ragu-ragu PLN cenderung mengalami peningkatan dikarenakan :

1. Rasio petugas dengan jumlah pelanggan yang tidak seimbang. 2. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki.


(24)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 4

3. Kurang tegasnya sanksi hukum yang diberikan kepada para pelanggannya terutama pada kalangan industri.

4. Tekanan ekonomi (economic Pressure).

Berdasarkan keterangan diatas, penulis merasa tertarik dengan pentingnya internal auditing (pemeriksaan intern) terhadap tingkat kolektibilitas piutang di PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT dan BANTEN, kemudian menuangkannya dalam skripsi yang berjudul : “Peranan Internal Auditing

Dalam Menunjang Tingkat Kolektibilitas Piutang Usaha.”

1. 2. Identifikasi Masalah

Penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang akan diteliti dan kemudian membahasnya :

1. Apakah pelaksanaan internal auditing di PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT dan BANTEN telah memadai ?

2. Bagaimana tingkat kolektibilitas piutang usaha di PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT dan BANTEN ?

3. Bagaimana peranan internal auditing dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang usaha di PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT dan BANTEN?

1. 3. Batasan Masalah

Karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dana, teori-teori, dan agar penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah


(25)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 5

akan penulis teliti. Penulis membatasi pada prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh satuan internal audit. Salah satu pemeriksaannya yaitu pemeriksaan terhadap piutang. Penulis dalam penelitian ini hanya akan membahas prosedur pemeriksaan terhadap upaya yang dilakukan guna meningkatkan tingkat kolektibilitas piutang, penelitianpun akan diperluas pada piutang ragu-ragu hingga metode penghapusan piutang yang digunakan bila piutang tersebut benar-benar tidak dapat tertagih lagi yang dilakukan oleh satuan internal audit. Hal tersebut untuk melihat peran pemeriksaan internal yang dilakukan oleh satuan internal audit dalam upaya meningkatkan kolektibilitas piutang usaha. Data keuangan piutang yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi hanya 5 semester terakhir, yaitu dari Januari 2004 sampai Juli 2006.

1. 4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan internal auditing di PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT dan BANTEN telah memadai. 2. untuk mengetahui tingkat kolektibilitas piutang usaha di PT PLN

(PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT dan BANTEN.

3. Untuk mengetahui besarnya peranan internal auditing dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang usaha di PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT dan BANTEN.


(26)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 6

1. 5. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penulis mengharapkan hasil penelitian ini berguna bagi :

1. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini akan membantu manajemen dalam usaha meningkatkan pengembalian piutang kepada perusahaan.

2. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini akan memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai penerapan teori-teori auditing yang telah dipelajari sebelumnya dibangku kuliah, dan mengetahui peranan internal auditing dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang usaha.

3. Memberi sumbangan referensi dan bahan bagi peneliti lain yang tertarik dengan masalah internal auditing.

1. 6. Kerangka Pemikiran

Perkembangan kegiatan usaha saat ini yang semakin kompleks mendorong manajemen perusahaan untuk bertindak lebih efektif dan efisien dalam menjalankan perusahaannya, terlebih lagi dengan semakin berkembang perusahaan yang membutuhkan pengelolaan yang baik.

PT PLN (PERSERO) merupakan badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang penyediaan listrik yang memiliki ribuan karyawan, untuk itu diperlukan suatu unit atau bagian internal audit yang berperan memberikan jasa kepada manajemen dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap kegiatan operasi perusahaan. Pemeriksaan tersebut berfungsi sebagai alat feedback fungsi


(27)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 7

manajemen. The Institute of Internal Auditor (IIA) memberikan definisi internal auditing sebagai berikut :

“Internal auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as a service to the organization.” (Hiro Tugiman, 2006:7)

Internal auditing merupakan fungsi dalam organisasi yang bertugas memeriksa dan menilai aktivitas-aktivitas dalam perusahaan. Dengan adanya pemeriksaan intern, maka dewan direksi atau pimpinan akan memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai organisasi. Hal ini terkait dengan tujuan internal auditing menurut The Institute of Internal Auditing (IIA), yang mengemukakan bahwa tujuan internal auditing adalah sebagai berikut :

“The objective of internal auditing is to assist members of an organization in the effective discharge of their responsibilities.” (Hiro Tugiman, 2006:7)

Sedangkan menurut Hiro Tugiman tujuan internal auditing adalah :

“Tujuan Internal Audit adalah untuk membantu para anggota organisasi agar dapat menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif; untuk tujuan tersebut, internal audit menyediakan mereka berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, nasihat, dan informasi sehubungan dengan aktivitas yang diperiksa.” (Hiro Tugiman,2006:16)

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas maka aktivitas internal auditing antara lain :

1. Meneliti dan menilai apakah pelaksanaan daripada sistem pengendalian di bidang akuntansi, keuangan dan operasi cukup memenuhi syarat.

2. Menilai apakah kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditentukan benar-benar ditaati.


(28)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 8

3. Menilai apakah aktiva perusahaan aman dari kehilangan atau kerusakan dan penyelewengan.

4. Menilai kecermatan data akuntansi dan data lain yang ada dalam organisasi perusahaan.

5. Menilai mutu atau pelaksanaan daripada fungsi-fungsi yang telah diberikan pada masing-masing anggota manajemen.

Menurut The Statement of Responsibilities of Internal Auditing menyebutkan secara spesifik tugas-tugas internal audit, antara lain :

1. Me-review sistem yang dibuat untuk memberi keyakinan adanya kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum, dan peraturan-peraturan yang akan berpengaruh pada operasi dan pelaporan, dan harus menentukan apakah organisasi berjalan peda jalur yang benar.

2. Me-review operasi atau program untuk meyakinkan bahwa hasil yang dicapai memiliki kesesuaian dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan apakah operasi atau program telah dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

3. Me-review keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi financial dan operasional serta cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut.

4. Me-review berbagai cara yang telah dipergunakan untuk melindungi harta dan bila dipandang perlu memverifikasi keberadaan harta-harta tersebut. 5. Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber


(29)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 9

Adapun tahap-tahap pelaksanaan kegiatan pemeriksaan seperti yang dikemukakan oleh Hiro Tugiman (2006:53-78) adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan pemeriksaan. Pemeriksa internal (internal auditor) bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan tugas pemeriksaan, yang harus disetujui dan ditinjau atau direview oleh pengawas.

2. Pengujian dan pengevaluasian informasi. Pemeriksa internal haruslah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.

3. Penyampaian hasil pemeriksaan. Pemeriksa internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya.

4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan. Pemeriksa internal harus terus-menerus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.

Salah satu pemeriksaan intern yang dilakukan adalah pemeriksaan terhadap kolektibilitas piutang perusahaan. Agar tingkat kolektibilitas piutang dapat meningkat diperlukan pemeriksaan intern yang baik. Adapun definisi piutang adalah :

“Piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya.” (Kieso, Weygandt, Warfield, 2002:386)

Adapun klasifikasi piutang itu sendiri menurut Warren, Reeve, Fess (2005:404) terdiri dari :


(30)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 10

1. Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual.

2. Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan, maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang (trade receivable).

3. Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan. Piutang merupakan salah satu sumber pemasukkan bagi perusahaan yang akan digunakan untuk operasionalisasi perusahaan.

Untuk itu jumlah pengembalian piutang dari para pelanggan setiap periode diharapkan dapat ditagih seluruhnya.

Terdapat sembilan tujuan audit terkait dengan piutang usaha yang dikemukakan oleh Arens, Elder, Beasley (2006:484) :

“Account’s receivable balance -related audit objective and or as follow: 1. Accounts receivable is the aged trial balance agree with related

master file amounts, and the total is correctly added and agrees with the general ledger.(Detail tie-in)

2. Recorded accounts receivable exist. (Existence)

3. Existing accounts receivable are included. (Completeness) 4. Accounts receivable are accurate. (Accuracy)

5. Accounts receivable are properly classified. (Classification) 6. Cutoff for accounts receivable is correct. (Cutoff)

7. Accounts receivable is stated at realizable value. (Realizable value)


(31)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 11

9. Accounts receivable presentation and disclosure are proper. (Presentation and disclosure).”

Kesembilan tujuan audit yang terkait dengan saldo piutang usaha diatas kemudian diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf sebagai berikut :

1. Piutang usaha pada neraca saldo menurut umur cocok dengan jumlah pada file master dan jumlah total telah ditambahkan dengan tepat dan cocok dengan buku besar (rincian-rincian cocok).

2. Piutang usaha yang dicatat adalah ada (keberadaan).

3. Piutang usaha yang ada telah dimasukkan semuanya (kelengkapan). 4. Piutang usaha secara mekanis adalah akurat.

5. Piutang usaha diklasifikasikan dengan tepat.

6. Piutang usaha dicatat dalam periode (pisah batas) yang sesuai.

7. Piutang usaha yang dinilai dengan memadai pada nilai yang dapat direalisir.

8. Piutang usaha benar-benar sah dimiliki klien.

9. Penyajian dan pengungkapan piutang usaha adalah memadai (penyajian dan pengungkapan).

Satuan internal audit mengevaluasi nilai wajar dari suatu piutang dengan me-review kolektibilitas dan menentukan cukup tidaknya cadangan kerugian piutang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Arti dari kolektibilitas itu sendiri adalah :

“Kemungkinan dapat ditagihnya piutang tersebut.” (Munawir,2005:54)


(32)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 12

- Pemeriksaan atau penelitian umur piutang. - Mendiskusikan dengan personalia bagian kredit. - Me-review penerimaan piutang setelah tanggal neraca. - Review korespondensi dengan debitur.

- Memeriksa kemampuan kredit debitur (credit rating).

Langkah-langkah dalam evaluasi kecukupan cadangan tidak tertagihnya piutang adalah

“1) menyusun analisis umur piutang (aged tial balance of account receivable), 2) cocokkan jumlah saldo pada analisis umur piutang dengan saldo menurut buku besar pembantu piutang atau master file, 3) tentukan kewajaran persentase yang digunakan untuk menghitung dangan masing-masing kategori umur piutang, 4) evaluasi estimasi taktertagihnya piutang tahun tahun sebelumnya.” (Munawir, 2005:50)

Penjualan atas dasar selain penjualan tunai beresiko menimbulkan kegagalan untuk menagih piutang. Piutang usaha tak tertagih menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2002:390) adalah

“kerugian pendapatan, yang memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan yang tepat dalam akun, penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan berkaitan dengan laba dan ekuitas pemegang saham. Kerugian pendapatan dan penurunan laba diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu (atau beban piutang tak tertagih).”

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 293/KMK.09/1993 dalam pasal 1 angka 2 pada lampiran keputusan direksi PT PLN (PERSERO) No. 003.K/8712/DIR/1997 piutang ragu-ragu adalah :

“Piutang ragu-ragu adalah piutang macet sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Keuangan No. 293/KMK.09/1993 tentang “Pengurusan piutang Negara”, yang berasal piutang pelanggan yang tidak dilunasi oleh Penanggung Hutang, karena sesuatu hal diluar kewenangan PLN, sukar ditagih


(33)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 13

atau diragukan pembayarannya serta telah dilaksanakan pemutusan rampung.”

Ada dua prosedur umum yang dapat digunakan untuk memcatat piutang tak tertagih menurut Warren, Reeve, Fess (2005:407) :

1. Metode penyisihan (allowance method) yaitu membuat akun beban piutang tak tertagih dimuka sebelum piutang tersebut dihapus.

2. Metode penghapusan langsung (direct write-off method) yaitu mengakui beban bahwa hanya pada saat piutang dianggap benar-benar tidak dapat ditagih lagi.

Semakin lama peredaran piutang usaha, semakin kecil kemungkinan piutang tersebut akan tertagih. Jadi, kita dapat mendasarkan estimasi piutang tak tertagih pada seberapa lama piutang tersebut telah beredar. Dalam hal ini, menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2002:392) dapat menggunakan proses yang dinamakan penentuan umur piutang usaha (aging schedule) dan menerapkan persentase yang berbeda berdasarkan pengalaman masa lalu pada berbagai kategori umum. Menurut teori Skedul umur piutang (aging schedule) adalah :

“Skedul umur piutang (Aging schedule) adalah suatu laporan yang menunjukkan berapa lama piutang usaha tersebut beredar.” (Brigham dan Houston, 2001:182)

Skedul ini mengindikasikan akun mana yang memerlukan perhatian khusus dengan memperlihatkan umur piutang tersebut. Saldo piutang dikategorikan dalam jumlah yang belum jatuh tempo dan yang sudah jatuh tempo sampai dengan 30 hari, 60 hari, 90 hari, dan lebih dari 90 hari.


(34)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 14

Untuk itu perlu peran satuan internal audit untuk memeriksa tingkat piutang ragu-ragu dan meningkatkan kolektibilitas piutang, tentunya dengan prosedur pemeriksaan yang telah ditetapkan.

Ada satu hal terakhir yang berkaitan dengan kewibawaan pemeriksaan, yaitu rekomendasi, rekomendasi yang baik adalah :

“Rekomendasi yang diberikan oleh internal auditor haruslah layak, praktis, serta memperhatikan keseimbangan antara biaya yang dikeluarkan dan efektivitas yang diperoleh.” (Amin Widjaja Tunggal, 2005:13)

Ini harus diperhatikan karena internal auditor pada umumnya tidak merasa terdorong untuk menghabiskan lebih banyak waktu guna meneliti sejumlah alternatif penyelesaian bagi suatu persoalan, dan memilih cara pendekatan yang dianggap paling baik.

Berdasarkan pemikiran bahwa internal auditing dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Internal auditing yang dilaksanakan secara efektif akan berperan dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang usaha.”

1. 7. Metode Penelitian 1. 7. 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang menggunakan metode deskriptif analitis.


(35)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 15

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa suatu perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain.”

1. 7. 2. Teknik pengumpulan data

1. Penelitian lapangan (Field Research)

Yaitu memperoleh data dan informasi dengan cara meninjau secara langsung kepada perusahaan. Melalui :

(a). Wawancara dengan staf perusahaan yang berwenang dalam bidang yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

(b). Observasi, Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

(c). Kuesioner, Yaitu teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang diserahkan dan diisi oleh pihak-pihak yang berkepentingan 2. Studi kepustakaan (Library Research)

Yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder yang dapat digunakan sebagai teori dasar dan pedoman yang dapat dipertanggungjawabkan dalam pembahasan.

1. 7. 3. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data yaitu data piutang PT PLN (PERSERO) beberapa tahun ke belakang.


(36)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 16

1. 7. 4. Operasionalisasi Variabel

1. X, variabel independen yaitu suatu variabel yang tidak tergantung pada variabel lain. Dalam hal ini variabel independen adalah peranan internal auditing.

2. Y, variabel dependen yaitu suatu variabel yang tergantung pada variabel lain yang keberadaannya terikat atau dipengaruhi variabel independen. Dalam hal ini variabel dependen adalah tingkat kolektibilitas piutang usaha.

1. 7. 5. Rancangan Pengujian Hipotesis 1. Penetapan Hipotesis

H0 adalah hipotesis yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Hipotesis ini diformulasikan untuk ditolak. Apabila H0 ditolak maka HA diterima, HA menyatakan bahwa ada hubungan antara variabel X dan variabel Y.

2. Pemilihan Tes Statistik

Untuk menguji hubungan antara variabel X dan Y maka digunakan analisis korelasi Rank Spearman yang cocok untuk digunakan untuk melihat ada tidaknya korelasi pada data yang berupa urutan.

Rumus :

n

n

di

r

n i s

=

= 3 1 2

6

1


(37)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 17

Keterangan :

n : banyaknya sampel

di : selisih rank dari variabel X dan variabel Y yang ke-i rs : koefisien korelasi rank spearman

Namun dalam hal pengolahan data, penulis akan menggunakan prosedur komputerisasi SPSS. Prosedur komputerisasi statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:

• Buka data baru.

• Ketik nama variabel Jumlah X di kolom Name, Type: numeric, dan Measure: ordinal.

• Ketik nama variabel Jumlah Y di kolom Name, Type: numeric, dan Measure: ordinal.

• Berpindah menuju ke Data view.

• Ketik input sesuai dengan tabel di atas.

• Klik Analyze > Correlations > Bivariate.

• Klik variabel Jumlah X dan Jumlah Y dan klik • untuk

memindahkan variabel ke kotak Variables.

• Pada kotak Correlations Coefficient pilihlah Spearman.

• Pada kotak Test of significance pilihlah Two-tailed.

• Klik Options, dan pilihlah Exclude cases pairwise, sesuai dengan input.


(38)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 18

• Klik OK untuk memproses korelasi Spearman dan hasil koefisien korelasinya dapat dilihat pada Output Viewer.

3. Penetapan Tingkat Signifikansi

Tingkat signifikansi ditetapkan sebesar 0,05 karena dianggap cukup ketat dalam mewakili hubungan kedua variabel dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam penelitian ilmu sosial.

1. 8. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang berlokasi di Jalan Asia Afrika No.63, Bandung, Jawa Barat. Sedangkan waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini mulai dari bulan September 2006 sampai dengan selesai.


(39)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha 172

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah dijelaskan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa internal auditing yang dilakukan oleh internal auditor PT PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten cukup berperan dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang. hal ini didukung oleh faktor-faktor penunjang sebagai berikut :

1. Pemeriksaan internal yang dilakukan oleh bagian internal audit dapat dikatakan memadai, hal ini dikarenakan :

a. Independensi dan kompetensi bagian internal audit.

b. Dalam melaksanakan tugasnya bagian internal audit berpedoman pada Standar Profesi Pengawasan Intern (SPPI).

c. Dalam pelaksanaan pemeriksaan, bagian internal audit membentuk tim yang terdiri dari (i) penanggungjawab pemeriksaan, (ii) koordinator / pengawas pemeriksaan, (iii) ketua tim pemeriksa, (iv) anggota tim pemeriksa.

d. Pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hasil pemeriksaan, tindak lanjut hasil pemeriksaan dan laporan tindak lanjut hasil pemeriksaan.


(40)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha 173

Adapun kelemahan dari bagian internal audit, yaitu :

a. Fungsi Internal auditing hanya difokuskan kepada penelitian secara administrasi dan tidak kepada teknis operasional dilapangan. b. Fungsi pemeriksaan dilapangan berada pada fungsi pengawasan

piutang sedangkan internal auditor hanya memeriksa prosedur yang telah dijalankan oleh fungsi tersebut.

c. Fungsi penagihan kurang memiliki kemampuan berkomunikasi dalam melaksanakan tugasnya.

d. Tidak adanya sistem insentif bagi petugas yang berhasil menagih piutang usaha.

2. Tingkat kolektibilitas piutang usaha 5 semester terakhir PT PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten selama kurun waktu Januari 2004 – Juni 2006 mengalami penurunan, hal ini dikarenakan :

a. Rasio yang tidak seimbang antara petugas dan pelanggan.

b. Piutang usaha belum diklasifikasikan dengan baik dan tidak ada prioritas untuk memungut piutang.

c. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki sehingga kegiatan operasional penagihan kepada pelanggan menjadi kurang aktif. d. Kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada para pelanggan,

terutama kalangan industri.

e. Tekanan ekonomi (economic pressure)

3. Setelah melakukan analisis dapat disimpulkan bahwa internal auditing berperan positif dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang usaha. Hal


(41)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha 174

ini didukung dengan pengujian hipotesis yang menunjukkan derajat koefisien korelasi antara peranan internal auditor dengan tingkat kolektibilitas piutang usaha adalah sebesar 0,601, perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur komputerisasi SPSS. Nilai Sig 2-tailed menunjukan angka sebesar 0,014 dan á yang ditetapkan diawal

adalah 0,05 oleh karena itu berdasarkan aturan pengambilan keputusan karena Sig 2-tailed < á maka keputusan yang diambil adalah menerima HA dan menolak Ho. Kemudian untuk lebih meyakinkan, penulis menghitung koefisien korelasi dengan perhitungan manual dan diperoleh rHitung = 0,619 dan rtable = 0,506. berarti dapat diketahui bahwa rHitung > rtable, dengan demikian dapat disimpulkan H0 ditolak dan HA diterima. Penulis juga melakukan pengujian dengan uji-t, dan didapat tHitung = 2,948 sedangkan ttable = 2,145, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan HA diterima, terbukti dengan tHitung > ttable (2,948 > 2,145). Besarnya koefisien determinasi sebesar 36 % dan sisanya dipengaruhi faktor lainnya.

5. 2. Saran

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diatas, penulis akan memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Fungsi internal auditing sebaiknya ditingkatkan tidak hanya difokuskan kepada pemeriksaan administrasi tetapi kepada pemeriksaan lapangan juga.


(42)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha 175

2. Perlu adanya upaya-upaya yang serius dari internal auditing dalam meningkatkan kolektibilitas piutang usaha.

3. Sebaiknya para petugas penagihan diberi pelatihan yang memadai agar dapat berkomunikasi dengan baik.

4. Sebaiknya direksi mengeluarkan kebijakan tentang insentif atas keberhasilan penagihan kepada petugas penagih piutang tidak tertagih. 5. Sebaiknya diadakan penambahan petugas dengan tenaga kontrak

(outsourcing), melakukan pengklasifikasian piutang berdasarkan golongan beserta jumlah tagihannya, menambah sarana dan prasarana yang tersedia, mempertegas sanksi kepada para pelanggan yang tidak taat pada aturan, dan memperketat pemasangan listrik berdaya tinggi untuk calon pelanggan baru.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Internal, Audit, Piutang Ragu-ragu (PRR) Permasalahan dan Penyelesaiannya, Penerbit PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT dan BANTEN, Bandung, 2003.

Arens, Elder and Beasley, Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, 11th Edition, Prentice-Hall, Inc., New Jersey, 2006

Brigham and Houston, Fundamental of Financial Management, 8th Edition, Alih bahasa Herman Wibowo dalam Manajemen Keuangan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2001.

Courtemanche, The New Internal Auditing, alih bahasa Hiro Tugiman dalam Pandangan Baru Internal Auditing, Cetakan kesembilan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2006.

Kieso, Weygandt and Warfield, Intermediate Accounting, International Ed., 11th Edition, Alih bahasa Gina gania, Ichsan Setiyo Budi dalam Akuntansi Intermediate, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2002.

Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, Edisi Kedua, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1994.

Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2002.

Mulyadi, Auditing, Edisi keenam, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2002. Mulyadi, Sistem Akuntansi, Edisi ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2001. Munawir, Auditing Modern, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2005.

Ratliff, Wallace, Loebbecke and Mc Farland, Internal Auditing Principles and Technique, The Institute of Internal Auditors, Altamonte Spring, Florida, 1996.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung, 2005. Tugiman, Hiro, Standar Profesional Internal Audit, Cetakan kesembilan, Penerbit


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Kristen Maranatha

Tugiman, Hiro, Pengenalan Manajemen Audit dan Komite Audit, Tanpa Penerbit, Bandung, 2006.

Warren, Reeve and Fess, Accounting, 21th Edition, Alih bahasa Aria Farahmita, Amanugrahani, Taufik Hendrawan dalam Pengantar Akuntansi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2005.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah dijelaskan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa internal auditing yang dilakukan oleh internal auditor PT PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten cukup berperan dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang. hal ini didukung oleh faktor-faktor penunjang sebagai berikut :

1. Pemeriksaan internal yang dilakukan oleh bagian internal audit dapat dikatakan memadai, hal ini dikarenakan :

a. Independensi dan kompetensi bagian internal audit.

b. Dalam melaksanakan tugasnya bagian internal audit berpedoman pada Standar Profesi Pengawasan Intern (SPPI).

c. Dalam pelaksanaan pemeriksaan, bagian internal audit membentuk tim yang terdiri dari (i) penanggungjawab pemeriksaan, (ii) koordinator / pengawas pemeriksaan, (iii) ketua tim pemeriksa, (iv) anggota tim pemeriksa.

d. Pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hasil pemeriksaan, tindak lanjut hasil pemeriksaan dan laporan tindak lanjut hasil pemeriksaan.


(2)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha 173

Adapun kelemahan dari bagian internal audit, yaitu :

a. Fungsi Internal auditing hanya difokuskan kepada penelitian secara administrasi dan tidak kepada teknis operasional dilapangan. b. Fungsi pemeriksaan dilapangan berada pada fungsi pengawasan

piutang sedangkan internal auditor hanya memeriksa prosedur yang telah dijalankan oleh fungsi tersebut.

c. Fungsi penagihan kurang memiliki kemampuan berkomunikasi dalam melaksanakan tugasnya.

d. Tidak adanya sistem insentif bagi petugas yang berhasil menagih piutang usaha.

2. Tingkat kolektibilitas piutang usaha 5 semester terakhir PT PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten selama kurun waktu Januari 2004 – Juni 2006 mengalami penurunan, hal ini dikarenakan :

a. Rasio yang tidak seimbang antara petugas dan pelanggan.

b. Piutang usaha belum diklasifikasikan dengan baik dan tidak ada prioritas untuk memungut piutang.

c. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki sehingga kegiatan operasional penagihan kepada pelanggan menjadi kurang aktif. d. Kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada para pelanggan,

terutama kalangan industri.

e. Tekanan ekonomi (economic pressure)

3. Setelah melakukan analisis dapat disimpulkan bahwa internal auditing berperan positif dalam menunjang tingkat kolektibilitas piutang usaha. Hal


(3)

ini didukung dengan pengujian hipotesis yang menunjukkan derajat koefisien korelasi antara peranan internal auditor dengan tingkat kolektibilitas piutang usaha adalah sebesar 0,601, perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur komputerisasi SPSS. Nilai Sig 2-tailed menunjukan angka sebesar 0,014 dan á yang ditetapkan diawal adalah 0,05 oleh karena itu berdasarkan aturan pengambilan keputusan karena Sig 2-tailed < á maka keputusan yang diambil adalah menerima HA dan menolak Ho. Kemudian untuk lebih meyakinkan, penulis menghitung koefisien korelasi dengan perhitungan manual dan diperoleh rHitung = 0,619 dan rtable = 0,506. berarti dapat diketahui bahwa rHitung > rtable, dengan demikian dapat disimpulkan H0 ditolak dan HA diterima. Penulis juga melakukan pengujian dengan uji-t, dan didapat tHitung = 2,948 sedangkan ttable = 2,145, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan HA diterima, terbukti dengan tHitung > ttable (2,948 > 2,145). Besarnya koefisien determinasi sebesar 36 % dan sisanya dipengaruhi faktor lainnya.

5. 2. Saran

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diatas, penulis akan memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Fungsi internal auditing sebaiknya ditingkatkan tidak hanya difokuskan kepada pemeriksaan administrasi tetapi kepada pemeriksaan lapangan juga.


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha 175

2. Perlu adanya upaya-upaya yang serius dari internal auditing dalam meningkatkan kolektibilitas piutang usaha.

3. Sebaiknya para petugas penagihan diberi pelatihan yang memadai agar dapat berkomunikasi dengan baik.

4. Sebaiknya direksi mengeluarkan kebijakan tentang insentif atas keberhasilan penagihan kepada petugas penagih piutang tidak tertagih. 5. Sebaiknya diadakan penambahan petugas dengan tenaga kontrak

(outsourcing), melakukan pengklasifikasian piutang berdasarkan golongan beserta jumlah tagihannya, menambah sarana dan prasarana yang tersedia, mempertegas sanksi kepada para pelanggan yang tidak taat pada aturan, dan memperketat pemasangan listrik berdaya tinggi untuk calon pelanggan baru.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Internal, Audit, Piutang Ragu-ragu (PRR) Permasalahan dan Penyelesaiannya, Penerbit PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT dan BANTEN, Bandung, 2003.

Arens, Elder and Beasley, Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, 11th Edition, Prentice-Hall, Inc., New Jersey, 2006

Brigham and Houston, Fundamental of Financial Management, 8th Edition, Alih bahasa Herman Wibowo dalam Manajemen Keuangan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2001.

Courtemanche, The New Internal Auditing, alih bahasa Hiro Tugiman dalam

Pandangan Baru Internal Auditing, Cetakan kesembilan, Penerbit Kanisius,

Yogyakarta, 2006.

Kieso, Weygandt and Warfield, Intermediate Accounting, International Ed., 11th Edition, Alih bahasa Gina gania, Ichsan Setiyo Budi dalam Akuntansi Intermediate, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2002.

Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, Edisi Kedua, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1994.

Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2002.

Mulyadi, Auditing, Edisi keenam, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2002. Mulyadi, Sistem Akuntansi, Edisi ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2001. Munawir, Auditing Modern, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2005.

Ratliff, Wallace, Loebbecke and Mc Farland, Internal Auditing Principles and

Technique, The Institute of Internal Auditors, Altamonte Spring, Florida,

1996.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung, 2005. Tugiman, Hiro, Standar Profesional Internal Audit, Cetakan kesembilan, Penerbit


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Kristen Maranatha Tugiman, Hiro, Pengenalan Manajemen Audit dan Komite Audit, Tanpa Penerbit,

Bandung, 2006.

Warren, Reeve and Fess, Accounting, 21th Edition, Alih bahasa Aria Farahmita, Amanugrahani, Taufik Hendrawan dalam Pengantar Akuntansi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2005.