Keadaan Patologis Yang Menimbulkan Keluhan Sindroma Dispepsia (Studi Pustaka).

ABSTRAK

KEADAAN PATOLOGIS YANG MENIMBULKAN
KELUHAN SINDROM DISPEPSIA

Enrika Ayusanita, 2005. Pembimbing

Sri Nadya J. Saanin, dr., M. Kes

Sindrom dispepsia sering terjadi dalam masyarakat. Gejala tersebut tidak selalu
merupakan gejala gangguan saluran cerna tetapi bisa juga akibat gangguan organ
lain. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui secara mendalam
penyebab kelainan organik yang menimbulkan keluhan sindrom dispepsia.
Sindrom dispepsia adalah kumpulan gejala nyeri atau rasa tidak nyaman
epigastrium, mual, muntah, rasa cepat kenyang, rasa penuh, kembung atau
sendawa yang dihubungkan dengan gangguan fungsi saluran cerna bagian atas.
Sindrom dispepsia dibagi dua yaitu dispepsia fungsional dan dispepsia organik.
Beberapa penyebab dispepsia organik yaitu obat-obatan, intoleransi makanan,
kelainan struktural (refluks gastroesofageal, gastritis, duodenitis, ulkus peptikum,
karsinoma gaster, penyakit saluran empedu dan pankreas), penyakit metabolik
(diabetes melitus, hiperparatiroid, hiper dan hipotiroid), penyakit jantung iskemik

dan penyakit kolagen.
Penyebab kelainan organik tersering yang menimbulkan keluhan sindrom
dispepsia menurut tingginya insidensi sampai saat ini yaitu refluks
gastroesofageal, ulkus peptikum, dan karsinoma gaster. Pengetahuan tentang
sindrom dispepsia ini terus berkembang, sehingga perlu diikuti secara seksama
dari waktu ke waktu.

IV

ABSTRACT

PHATOLOGIC
COMPLAIN

Enrika Ayusanita, 2005. Tutor

CONDITION
OF DYSPEPSIA

THAT CAUSE

SYNDROME

Sri Nadya J. Saanin, dr., M. Kes

Dyspepsia syndrome frequent occurance in general population. The symptom
not always represent symptom of gastrointestinal tract disturbance but could be
caused of disturbance of other organ. The target writing of this paper to known
exhaustively cause of organic disorder that cause complaint of dyspepsia
syndrome.
Dyspepsia syndrome is symptom corps of pain or epigastric discomfort,
nausea, vomiting, early satiety, fullness, abdominal bloating or belching are
related to disturbance of upper gastrointestinal tract function. Dyspepsia
syndrome divided two groups that is functional dyspepsia and organic dyspepsia.
Some organic dyspepsia is caused by drugs, food intolerance, structural disorder
(gastroesophageal refluks, gastritis, duodenitis, peptic ulcer, gastric cancer,
biliary trac and pancreas disease), metabolic diseases (diabetes mellitus,
hyperparathyroidism, hyper and hypothyroidism), ischemic heart diseasenand
collagen disease.
According to its incidence the most frequent cause of organic dyspepsia that is
gastroesophageal refluks, peptic ulcer, and gastric cancer. Knowledge about this

dyspepsia syndrome continue to expand. So we must follow the result from time to
time.

v

DAFT AR ISI
Halaman
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

..iii

LEMBAR PERNY AT AAN
ABSTRAK

iv

ABSTRACT


v

KAT A PENGANT AR

vi

DAFT AR ISI

viii

DAFT AR TABEL

..xi
..xii

DAFT AR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

1

1

1.2. Identifikasi Masalah

2

1.3. Maksud dan Tujuan.

2
3

1.4. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUST AKA

4

2.1 Anatomi dan Fisiologi

4


2.1.1. Anatomi Histologi

4

2.1.1.1. Esofagus

6

2.1.1.2. Lambung

7

2.1.1.3. Duodenum

8

2.1.1.4. Jejunum dan neum

9


2.1.1.5 . Usus besar

9

2.1.2 Fisiologi

10

2.1.2.1 Proses Pencemaan di Esofagus

10

2.1.2.2 Proses Pencemaan di Lambung

12

2.1.2.3 Proses Pencemaan di Usus

15

17

2.2 Sindrom Dispepsia

V1l1

IX

..17

2.2.1. Definisi
2.2.2. K1asifikasi Sindrom Dispepsia

21

2.2.2.1.Dispepsia Idiopatik atau Dispepsia Non U1kus
(DNU) atau Dispepsia Fungsional
n;
I""t
'"' " "


n._C';,... n

22
_

22

(T~n11r

2.2.4. Keadaan Patologis

26

2.2.4.1. Gastritis dan Duodenitis

26

2.2.4.2. Refluks Gastroesofageal


..30

2.2.4.3. Ulkus Peptikum

33

2.2.4.4. Karsinoma Gaster

36

2.2.5. Diagnosis Dispepsia

38

2.2.5.1. Anamnesis

38

2.2.5.2. Pemeriksaan Fisik


39

2.2.5.3. Pemeriksaan Penunjang

39

2.2.6. Diagnosa Banding
2.2.6.1. Dispepsia

43

karena Obat -obatan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

43

2.2.6.2. Idiosinkrasi MakananlIntoleransi Makanan... ... ...43
2.2.6.3. Penyakit Saluran Empedu

..44

2.2.6.4. Penyakit Pankreas

44

2.2.6.5. Kelainan Metabolik

.45

2.2.6.6. Penyakit Jantung Iskemik
2.2.6.7. Penyakit Kolagen
2.2.7. Penatalaksanaan Sindrom Dispepsia

45
...

46
..46

BAB III PEMBAHASAN

50

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan.

55
55

4.2. Saran

55

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1.Hasil pemeriksaaan endoskopi pada 532 penderita dengan
dispepsia selama 5 tahun (1995-2000) di praktek pribadi. .. .. . ... .. .25

Xl

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Saluran cerna manusia

4

Gambar 2.2. Lapisan saluran cerna manusia

5

Gambar 2.3. Anatorni lambung

...8

Gambar 2.4. Proses menelan

...11

Gambar 2.5. Pencernaan da1am lambung

13

Gambar 2.6. Mekanisme peristaltik

16

Gambar 2.7. Mikroskopis gastritis kronik superfisialis

27

Gambar 2.8. Mikroskopis gastritis kronik atrofikan

28

Gambar 2.9. Gastritis yang disebabkan oleh Helicobacter pylori

29

Gambar 2.1O.Gambaran endoskopi u1kus peptikum

35

Gambar 2.11.Mikroskopik ulkus peptikum

35

Gambar .2.12.Mikroskopis karsinoma gaster

38

Gambar 2. 13.Penatalaksanaan sindrom dispepsia di masyarakat
Gambar 2. 14.Penata1aksanaan sindrom dispepsia di pusat rujukan

xu

...48
49

RIWAYAT HIDUP

Nama

Enrika Ayusanita

Nomor Pokok Mahasiswa

0110085

Tempat dan Tanggal Lahir

Bandung, 5 Juni 1983

Alamat

Jin. Terusan Babakan Jeruk I No. 115 Bandung
Jin. Kapuas No. 22 Padang Harapan Bengkulu

Riwayat Pendidikan :
Tahun 1995:

Lulus SDN 1 Bengkulu

Tahun 1998:

Lulus SMPN 1 Bengkulu

Tahun 2001 : Lulus SMUN 5 Bengkulu
Tahun 2001 : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen
Maranatha Bandung 2001

61

BABI

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindrom dispepsia merupakan kumpulan gejala nyeri atau rasa tidak nyaman
epigastrium, mual, muntah, rasa cepat kenyang, rasa penuh, kembung atau
sendawa yang dihubungkan dengan kelainan atau gangguan fungsi saluran cerna
bagian atas. (A. Aziz Rani, 1999).
Gejala dispepsia ini sejak lama sudah dikenal bahkan sangat dikenal
masyarakat dengan istilah sakit maag. Penderita biasanya mengeluh lambungnya
sering teras a nyeri apabila terlambat makan atau sehabis makan yang pedas atau
asam. Kemudian ia langsung makan obat maag yang bisa dibeli bebas dipasaran.
Untuk sementara memang sembuh tapi kemudian kambuh kembali dan dapat
menjadi kronis. Masalahnya gejala tersebut tidak selalu merupakan gejala
gangguan saluran cerna tetapi bisa juga dari organ lain seperti hati dan saluran
empedu, ginjal, jantung dan penyakit metabolitlsistemik seperti Diabetes Melitus
(DM), hipertiroid dan lain-lain. (A. Aziz Rani, 1999)
Menurut para ahli, lebih dari sepertiga penderita yang berobat ke praktek
umum dan lebih dari setengah penderita yang datang ke klinik gastroenterologi
karena keluhan sindrom dispepsia. (A. Aziz Rani, 1997)
Sindrom dispepsia dapat timbul akibat dari gangguan pikiran. Selain faktor
tersebut, para ahli gastroenterologi menduga gangguan pencernaan yang sukar
sembuh atau kronis disebabkan oleh kebiasaan merokok, minum alkohol, pola
hidup serta pola makan yang salah. Sindrom gangguan pencernaan tersebut juga
dihubungkan dengan infeksi kuman Helicobacter pylori yang tidak akan membaik
dengan pemberian obat-obatan maag biasa. Hasil penelitian menyatakan bahwa
kuman ini berperan dalam penyakit saluran pencernaan terutama lambung dan
duodenum seperti penyakit gastritis, ulkus peptikum (ulkus lambung dan
duodenum) dan kanker lambung.

1
---

2

Menurut etiologinya sindrom dispepsia dibagi dua golongan yaitu dispepsia
fungsional dan dispepsia organik. Menurut data penelitian, dispepsia fungsional
didapatkan sebanyak lebih dari 50% kasus sindrom dispepsia dan dispepsia
organik ditemukan sekitar 30-40% kasus sindrom dispepsia (Me Quaid K.R.,
2003). Walaupun dispepsia organik lebih jarang ditemukan daripada dispepsia
fungsional, tetapi perlu diwaspadai bahwa gejala dispepsia bisa merupakan gejala
dari penyakit yang serius seperti tukak peptik, karsinoma lambung, penyakit
pankreas dan empedu.
Dari uraian di atas, penulis mernilih judul Karya Tulis Irniah (KTI) yaitu
Keadaan Patologis yang Menimbulkan Keluhan Sindrom Dispepsia, dengan
harapan dapat mengubah eara pandang dan pemahaman yang salah tentang
gangguan peneemaan, memberikan informasi pada masyarakat mengenai gejala
dispepsia dan bahaya yang ditimbulkannya, serta memberikan masukan bagi
pelayan kesehatan, penatalaksanaan sindrom dispepsia yang sistematis dengan
mempertimbangkan ada atau tidaknya kelainan organik yang menyebabkan
sindrom dispepsia.

1.2. Identifikasi Masalah
Apa penyebab kelainan organik tersering yang menimbulkan keluhan sindrom
dispepsia?

1.3.Maksud dan Tujuan
Maksud penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam penyebab
kelainan organik tersering yang menimbulkan keluhan sindrom dispepsia.
Sedangkan tujuannya ialah agar diagnosa dapat ditegakkan seeara dini dan
penatalaksanaan
dihindari.

dapat dilakukan dengan tepat sehingga komplikasi dapat

3

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis nmiah ini diharapkan bennanfaat bagi masyarakat pada umumnya,
mahasiswa kedokteran dan petugas kesehatan pada khususnya untuk menambah
infonnasi

dan wawasan tentang gangguan saluran cerna, sehingga dapat

mengetahui diagnosa dini sindrom dispepsia.

BABIV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab kelainan organik
tersering yang menimbulkan keluhan sindrom dispepsia menurut tingginya
insidensi sampal saat ini yaitu refluks gastroesofageal, ulkus peptikum, dan
karsinoma gaster.

4.2 Saran
Pengetahuan

mengenai sindrom dispepsia ini perIu diketahui oleh masyarakat

dan petugas kesehatan,
lebih baik mengelola
tentang

sindrom

masyarakat
dispepsia

agar masyarakat
sindrom dispepsia.

dispepsia

lebih waspada dan petugas kesehatan
Karena itu, diharapkan

ini dapat disebarluaskan

awam dan bagi petugas kesehatan.
ini terus berkembang,

melalui

Pengetahuan

maka kita perIu mengikuti

secara seksama dari waktu ke waktu.

55

pengetahuan

simposium

bagi

tentang sindrom
perkembangannya

DAFT AR PUST AKA

A. Azis Rani. 1999. Sindrom Dispepsia. Dalam: A. Azis Rani, Soewigyo
Sudiharjo, Siti Setiati, Marcel Simadibrata, Arif Mansjoer, editors: Sindrom
Dispepsia: Diagnosis dan Penatalaksanaan dalam Praktek Sehari-hari.
Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian llmu Penyakit Dalam
FKUI/RSUPN-CM. Halaman 1-24.
_.1997.
Dispepsia Non Ulser. Dalam: Ali Sulaiman, Daldiyono, Nurul
Akbar, A. Aziz Rani, editors: Gatroenterologi Hepatologi. Jakarta:
CV.Sagung Seto. Halaman 1-5.
Bazaldua O.V., Schneider .F.D. 2004. Evaluation and Management of Dyspepsia.
http://www.chclibrary.orgjmicomcdl00046060.html. 30 Desember 2004
Benson M.J. 1997. Dyspepsia, Nausea and vomiting. In: Kumar D, Cristensen J.
A. editors: Diagnostic Guide to Clinical Gastroenterology. Hongkong:
Churchil Livingstone. Page 253-262.
Brown S.P., Eckersley R. 1996. Sistem Gastrointestinal. Dalam: Susan Pranata,
editor: Sinopsis Anatomi. Jakarta: Hipocrates. Halaman 98-109.
Carleton P.F., Boldt M.A. 1995. Penyakit Ateroskelotik Koroner. Dalam: Price
S.A., Wilson L.M., editors: Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit. edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 534-536
Chudahman Manan. 1994. Sindroma Dispepsia. Dalam: Chudahman Manan., S.
Budihalim., Mamansjah D.R. dan A. Tenri A.S., editors: Dispepsia. Jakarta.
Yayasan Penerbitan IOI. Halaman 1-6.
Crawford J.M. 1999. The Gastrointestinal Tract. In : Cotran R.S., Kumar V.,
Collins T., editors: Robbins Pathologic Basis of Disease. Sixth Edition. USA:
W.B. Saunders Company. Page 775-803
Curran R.c. 1987. Colour Atlas of Histology. Third edition. London: Oxford
University Press. Page 65, 66, 68.
Damjanov, I. 2000. Sistem Pencemaan. Dalam: Hirmawan Manfred,editor: Buku
Teks dan Atlas Berwarna Histologi . Jakarta: Widya Medika. Halaman 191.

56

57

Dharmika Djojoningrat. 2001. Pendekatan Klinis Penyakit Gastrointestinal.
Dalam: Slamet Suyono, editors: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Halaman 89-93.
Friedman L.S., Isselbacher K.J. 1987. Indigestion. In: Braunwald E., Isselbacher
K.J., Petersdorf R.G., Wilson J.D., Martin J.B., Fauci A.S., editors: Harrison's
Principles of Internal Medicine. Eleventh ed. Yugoslavia: Mc Graw-Hill Book
Co. Page 171-173.
Gani W. Tambunan. 1994. Melfiawati S., editor: Patologi Gastroenterologi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 43-59.
Guyton A.C., Hall J.E., 1997. Fisiologi Gastrointestinal. Dalam: Buku ajar
fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Halaman 999-1007, 1013-1035.
H.A.M. Akil. 2001. Tukak duodenum. Da1am: Slamet Suyono, editors: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Halaman 139-147.
Haryono Adenan. 1995. Penatalaksanaan Dispepsia Dalam: H.A.M. Akil, A. Rifai
Amirudin, Hamid Tahir, E.S. Tehupeiory, Khalid Saleh, editors: Pertemuan
Ilmiah Nasional VIII PPHI dan KONAS VII PGI, PEGI. Ujung Pandang.
Halaman 151-162.
Hasler W.R. 2001. Nausea, Vomiting and Indigestion. In: Braunwald E., Fauci
A.S., Kasper D.L., Hauser S.L., Longo D.L., Jameson J.L., editors: Harrison's
Principle of Internal Medicine. 15th ed. New York: McGraw-Hill. Page 236240.

Hernomo Kusumobroto. 2003. Pendekatan Terkini Penderita dengan Dispepsia.
http://www.pgh.or.id/Solo03-P-html. 30 Mei 2004.
Hirlan. 2001. Gastritis. Da1am: S1amet Suyono, editors: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Halaman 127-130
http://www.e-smartschool.com/pnu/003/PNU0030002.asp.htm1.

30 Mei 2004.

Indrawan Djajapranata. 2001. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Dalam: Slamet
Suyono, editors: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. Halaman 94-102

58

Julius. 2001. Tumor Gaster. Dalam: Slamet Suyono, editors: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam lWd II. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Halaman
150-151
Lee RG. 1989. Esophagus. In: Sternberg S.S., editor: Diagnostik Surgical
Pathology. Volume 2. New York: Raven Press. Page 917-920.
Leeson C.R, Leeson T.S., Paparo A.A. 1996. Buku Ajar Histologi (Textbook of
Histology). Edisi V. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 347369.
Lukman Hakim Zaino 1995. Klasifikasi dan Diagnosa Dispepsia. Dalam: H.A.M.
Akil, A. Rifai Amirudin, Hamid Tahir, E.S Tehupeiory, Khalid Saleh, editors:
Pertemuan Ilmiah Nasional VIII PPHI dan Konas VII PGI, PEGI. Ujung
Pandang. Halaman 141-150.
Martini F.R. 2004. Fundamental Anatomy and Physiology. Sixth edition. Pearson
Education International. Page 875-921, 894

McCallum RW. 1997. Evoluting Approach to Dyspepsia and Nonulcer
Dyspepsia. Dalam: We wen Siswanto, editor: Perkembangan Strategi
Pendekatan Diagnosis Dispepsia dan Penatalaksanaan Dispepsia Non Ulkus.
Jakarta: Yayasan Penerbitan illI. Halaman 1-19.
McQuaid K.R 2003.
Dispepsia & Nonulcer Dispepsia. In: Friedman S.L.,
McQuaid K.R and Grendel J .H., editors: Current Diagnosis and Treatment in
Gastroenterology. 2nd. Singapore: Mc Graw-Hill. Page 342-349.

Misiewicz J.1., Pouder RE., Venabless C.W. 1994. Dalam: Lambok Simorangkir,
editor: Beberapa Karakteristik Penderita Sindrom Dispepsia di Poli Rawat
lalan Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Bandung: Universitas Padjajaran. Halaman 9-25.
Mochamad Aleq Sander. 2003. Atlas Berwarna Patologi Anatomi jilid 1;Edisi
pertama. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Halaman
110-121
Owen D.A. 1989. Stomach. In: Sternberg S.S., editor: Diagnostik Surgical
Pathology. Volume 2. New York: Raven Press. Page 937-942, 948, 949, 954958..

59

Pangarapen Tarigan. 2001. Tukak Gaster. Dalam: Slamet Suyono, editors: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUL
Halaman 132-134.
Parker S. 2002. Mulut. In: ParkerS. Editor: Pengetahuan Tubuhmu: Pencernaan.
Jakarta: PT. Mandira Jaya Abadi. Halaman 14.
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan KSHPL 1996. Konsensus
Nasional Penanggulangan Infeksi Helicobacter Pylori. Jakarta: Perkumpulan
Gastroenterologi Indonesia (PGI). Halaman 5-9.
Podolsky K., Isselbacher K.J. 2004. Disorder of Gastrointestinal System. In:
Braunwald E., Fauci A.S., Kasper D.L., Hauser S.L., Longo D.L., Jameson
J.L., editors: Harrison's Principle of Internal Medicine.15th ed. New York:
McGraw-Hill. Page 1631-1664.
Schroeder B.M. Evaluation of Epigastric Discomfort and Management of
Dyspepsia. http://www.aafp.org/afp/2003115/240ph.html. 8 Mei 2004.
Smith J.F., 2004. Dyspepsia. http://www.chclibrary.orgimicomcdl00046060.html.
2 Agustus 2004.

Smucny J. 2001. Symptomatic Treatment and H. pylori Eradication Therapy for
Nonulcer Dyspepsi. http://www.aafp.orglafp/200111Ol.cochrane.html.
5
September 2004.
Sujono Hadi. 2001. Tumor Pankreas. Dalam: Slamet Suyono, editors: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUL
Halaman 168-169.

_'

1994. Peranan Pengobatan dengan H2 Reseptor Antagonis pada Penderita
Sindroma Dispensia. Dalam: Sujono Hadi, Purwantyastuti dan Rahmat Sugih,
editors: Dispepsia 2. Jakarta: Yayasan Penerbitan 101. Halaman 1-6.

Vera Damayanti Yoewono. 2002. Pemeriksaaan Patologi Anatomi Mukosa
Lambung pada Dispepsia. Dalam: Azis Rani H.A., Chudahman M., Dharmika
D., Marcellus S.K., Dadang M., Murdani A., dll, editors: Dispepsia Saint and
Aplikasi Klinik. Jakarta: PIP Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUL Halaman 95101.

60

Ward B.R. 1990. Makanan dan Pencernaan. Semarang: P.T Mandira. Halaman
16-36.
Wewen Siswanto. 1999. Perkembangan Strategi Pendekatan Diagnosis Dispepsia
dan Penatalaksanaan Dispepsia Non Ulkus. Jakarta: Yayasan Penerbitan ID!.
Halaman 1-19.
Wilson L.M., Lester L.B. 1995. Patofisiologi Saluran Cerna. Dalam: Price
S.A.,Wilson L.M., editors: Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit.edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 357-375,
454.