Pola pengobatan Demam Berdarah Dengue pada pasien dewasa di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman Yogyakarta.
i
POLA PENGOBATAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA PASIEN DEWASA DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh : Kadek Ida Krisnadewi
NIM : 138114024
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
iv
(5)
(6)
vi
When I look back on my life, I see pain, mistake and heart ache.
When I look in the mirror, I see strength, learned, lessons, and
(7)
vii PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan, karena atas berkat dan perlindunganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue Pada Pasien Dewasa Di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman Yogyakarta” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, perhatian, saran, kritik, dan bantuan materi hingga selesainya skripsi ini, terutama kepada:
1. Ibu Aris Widayati M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing skripsi atas perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi
3. Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm, Apt., M.Sc. sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi
4. Bapak, Ibu dan Kakak tersayang atas doa, kasih sayang, semangat dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Pak Tata dan Ibu Paulin selaku pegawai bagian rekam medik yang sudah abnyak membantu dalam proses perizinan penelitian di RS. Panti Nugroho. 6. Putri dan Gita teman seperjuangan sekaligus sahabat. Terimakasih untuk
kerjasama, bantuan, semangat serta informasi yang selalu dibagikan dalam pengerjaan skripsi dari awal hingga akhir.
7. Sahabat-sahabatku Ririn, Ivana, Hesti, Nila, Eko dan Ronny terimakasih untuk canda, tawa dan semangat yang selalu menyertai selama pengerjaan
(8)
(9)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
ABSTRACT ... xiii
PENDAHULUAN ... 1
METODE PENELITIAN ... 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 3
KESIMPULAN ... 10
DAFTAR PUSTAKA ... 11
LAMPIRAN ... 14
(10)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Pasien DBD Dewasa ... 3 Tabel 2. Pola Pengobatan Pasien DBD Dewasa ... 4
(11)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 14 Lampiran 2. Surat Ethical Clearance... 15 Lampiran 3. Pola Pengobatan ... 16
(12)
xii
ABSTRAK
Insiden terjadinya kasus demam berdarah di Indonesia cukup tinggi sehingga membutuhkan perhatian serius. Pada proses pengobatan demam berdarah pada pasien demam berdarah sangat mungkin ditemukan kesalahan, hal ini dikarenakan pasien mendapatkan obat lebih dari satu dan pengobatan cenderung berlangsung lama. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran pola pengobatan pasien DBD dewasa pada Rumah Sakit Panti Nugroho pada periode Juli-Desember 2015.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang mendeskripsikan pada pola pengobatan pasien DBD dewasa. Data diperoleh secara retrospektif berdasarkan pada pasien dewasa ≥18 tahun dengan diagnosis DBD yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Nugroho periode Juli-Desember 2015.
Terdapat 43 kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan diperoleh hasil yakni dengan obat yang paling banyak digunakan adalah cairan rehidrasi yakni Ringer Laktat dan analgesik-antipiretik yakni penggunaan Sanmol®. Pada hasil data penelitian cukup banyak ditemukan penggunaan NSAID sebagai analgesik-antipiretik. Penggunaan NSAID berkontraindikasi dengan kondisi pasien DBD. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu memperhatikan penggunaan NSAID sebagai analgesik-antipiretik pada pasien DBD.
(13)
xiii
ABSTRACT
The incidence of dengue fever cases in Indonesia is high. Many error has been found in the treatment process of dengue fever. This problem occure because the patient receive more than one drug and the treatment process is too long. The main objective in this study is to describe the prescription pattern of dengue fever in patient at Panti Nugroho Hospital on the period July-December, 2015.
This research describes the prescription pattern of Dengue Haemorrage Fever (DHF) adult patients. Research data was obtained retrospectively with patient charactization. The characterization include adult patients ≥18 years old with a diagnosis of dengue fever that hospitalized in Panti Nugroho Hospital on the period July-December, 2015.
There are 43 cases that met the inclusion criteria. The drug most widely used in the treatment was the rehydration fluid (Ringer Lactate) and analgesic-antipyretic (Sanmol®). On this research, Nonsteroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAIDs) often used as analgesic-antipyretic. DHF patients condition were contraindicated with NSAIDs. Therefore, health professionals need to pay attention to using NSAIDs as analgesic-antipyretic in patients with DHF.
(14)
1
PENDAHULUAN
Insiden terjadinya demam berdarah di dunia meningkat 30 kali lipat dalam kurun waktu 50 tahun (WHO, 2009). Demam berdarah dengue di Indonesia muncul pertama kali pada tahun 1968. Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia. Sejak tahun tersebut terjadi peningkatan persebaran kasus ke-32 provinsi (97%) dan 382 kabupaten/kota (77%). Di Indonesia ditemukan rekor tertinggi terjadi pada tahun 2007-2009 dengan jumlah kasus berkisar 150.000-160.000 (WHO, 2009 dan Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Pada tahun 2012, jumlah kasus DBD di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 1000 kasus dengan jumlah kematian 2 orang di Kota Yogyakarta. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memilki 5 kabupaten, salah satunya adalah Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman memiliki jumlah kasus kejadian DBD cukup tinggi pada tahun tersebut, dengan angka kejadian 236 kasus (Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2012). Menurut data Profil Kesehatan Indonesia (2014), angka kejadian DBD sudah memenuhi target Renstra 2014 dengan angka target Renstra yakni ≤ 51 per 100.000 penduduk dan realisasi di tahun 2014 yaitu 39.8 per 100.000 penduduk.
Proses penyembuhan penyakit DBD membutuhkan terapi bersifat suportif. Proses terpai DBD membutuhkan waktu yang panjang dan melibatkan banyak pihak antara lain dokter, apoteker, perawat, pasien dan keluarga pasien. Penatalaksanaan yang sesuai guna mendapatkan kualitas terapi yang maksimal. Tenaga kesehatan terutama farmasis wajib untuk memberikan pelayanan kesehatan dan mutu perawatan kepada pasien untuk mencegah terjadinya masalah dalam terapi pengobatan pasien. Masalah tekait penggunaan obat terapi merupakan fokus bagi seorang farmasis dan juga tenaga kesehatan lainnya.
Penyakit demam berdarah dengue memerlukan penelaahan secara seksama dikarenakan hal-hal adanya beberapa problem sebagai berikut, kecenderungan meningkatnya jumlah kasus penderita dewasa, perubahan lingkungan yang menyebabkan meningkatnya jumlah vektor penyakit demam berdarah, dan kemampuan vektor tersebut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (Nasronudin, 2007 dan Riskesdas, 2007).
Penelitian dilakukan di rumah sakit Panti Nugroho, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan penelusuran pustaka, penelitian mengenai DRPs pada pengobatan pengobatan pasien demam berdarah dewasa di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Nugroho pada
(15)
2
periode tahun 2015 belum pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan mendeskripsikan pola pengobatan DBD pada pasien dewasa Rumah Sakit Panti Nugroho periode Juli-Desember 2015.
METODE
Penelitian ini bersifat non ekperimental, dengan jenis penelitian deskriptif yang memberikan gambaran terkait evaluasi pada pengobatan pasien DBD dewasa. Rancangan penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Panti Nugroho Kabupaten Sleman, dengan menggunakan data restropektif berupa rekam medik pasien DBD dewasa periode Juli-Desember 2015.
Kriteria inklusi objek penelitian ini adalah rekam medik pasien dewasa yang terdiagnosis DBD berdasarkan diagnosis yang ditulis oleh dokter pada rekam medik. Usia pasien dewasa yaitu ≥18 tahun dan menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Nugroho. Menurut Mutiara (2003), usia dewasa adalah usia ≥ 18 tahun. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah rekam medik yang tidak lengkap dan pasien yang menmiliki penyakit lain (komorbiditas).
Pengumpulan data dilakukan dengan menyalin data rekam medik pada lembar form pengambilan data penelitian. Lembar form kemudian diuji coba sehingga instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk mencatat yang benar-benar dibutuhkan. Terdapat populasi kasus sebanyak 50 kasus rawat inap RS Panti Nugroho periode Juli-Desember 2013. Kasus yang tidak dimasukan dalam objek penelitian sebanyak 7 kasus, 4 kasus karena dijadikan sebagai objek uji instrumen dan 3 kasus karena pasien mende rita diabetes, hipertensi dan ISK. Jadi, total kasus yang dianalisis sejumlah 43 kasus.
Data yang diperoleh diolah dalam bentuk deskriptif meliputi karakteristik pasien dan pola pengobatan yang ditampilkan dalam bentuk tabel. Wawancara dilakukan ke satu orang dokter penulis resep untuk bertanya maksud dan tujuan terapi.
Karakteristik pasien dilakukan dengan penggambaran umum dari pasien DBD dewasa meliputi jenis kelamin, lama perawatan dan usia. Pengelompokan usia pasien dewasa dibagi sebagai berikut : usia 18-25 tahun dewasa muda (young adult), usia 25-64 tahun (middle
years) (Mutiara, 2003). Gambaran pola pengobatan dilakukan dengan mendeskripsikan
(16)
3
cara pemberian obat dan bentuk sediaan obat. Pengelompokan golongan obat mengacu pada ISO Indonesia (2012). Pedoman utama yang digunakan adalah Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia (2011), Guidelines on Clinical Management of DF dan Dengue
Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention, And Control (2009).
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pasien DBD Dewasa
Jumlah keseluruhan objek penelitian dalam penelitian ini adalah 43 rekam medik pasien. Karakteristik pasien dibagi menjadi 3 bagian yakni, jenis kelamin, usia dan lama perawatan. Karakteristik pasien DBD dewasa disajikan pada Tabel 1.
Pasien DBD dewasa pada penelitian ini lebih banyak laki-laki. Menurut Kemenkes (2010), angka kejadian DBD tidak tergantung dari jenis kelamin yang artinya resiko untuk terkena penyakit DBD untuk laki-laki dan perempuan hampir sama.
Tabel 1. Karakteristik Pasien DBD Dewasa
No Pengolongan Demografi Jumlah n=43 Persentase %
1 Jenis Kelamin Laki-laki 28 65,1
Perempuan 15 34,9
2 Usia Dewasa muda (18-25
tahun) 22 51,2
Dewasa penuh (25-64
tahun) 21 48,8
3 Lama Perawatan 2 hari 1 2,3
3 hari 3 7,0
4 hari 7 16,2
5 hari 12 28,0
6 hari 7 16,2
7 hari 9 21,0
8 hari 3 7,0
9 hari 1 2,3
Usia menurut pembagian Mutiara (2003) yakni, 18-25 tahun dewasa muda (young
adult) sebanyak 51,2% dan usia 25-64 tahun (middle years) sebanyak 48,8% (Mutiara, 2003).
Lama perawatan pasien DBD dewasa didapatkan pasien dengan lama perawatan 5 hari merupakan jumlah yang paling tinggi dengan persentase 28 % kemudian diikuti dengan lama perawatan 7 hari dengan persentase 16,2 %. Menurut WHO (2009), perjalanan penyakit DBD sampai ke fase penyembuhan yakni 10 hari.
(17)
4
Pola Pengobatan Pasien DBD Dewasa
Hasil deskripsi pola pengobatan pasien DBD dewasa dapat dilihat pada Tabel. 2. Jenis cairan rehidrasi yang diberikan adalah kristaloid yakni ringer laktat. Dosis pemberian cairan pada pasien DBD dewasa RS Panti Nugroho adalah 500 cc tiap 4-5 jam dengan 40 tetes permenit. Pemberian dosis ini sudah sesuai dengan Kemenkes (2004) yakni, pemberian cairan rehidrasi pada orang dewasa adalah 500 cc tiap 4 jam.
Tabel 2. Pola Pengobatan Pasien DBD Dewasa
No Pola Pengobatan Jenis obat Dosis Obat Jumlah Persentase (%) 1 Golongan
Obat
Rehidrasi Ringer laktat 500 cc/4-5 jam 43 100
Analgesik-antipiretik
Paracetamol 3x1 tablet/hari
(500 mg) 12 28
Sanmol® 2x1/hari (1g/100 ml)
3x1/hari (1g/100 ml)
3x1 tablet/hari (500mg)
18 41,8
Antrain® 1 ampul/hari (1g/2ml) 1x1 tablet/hari (500 mg)
6 14
Pethidin® 1 ampul/hari
(50mg) 1 2,3
Analsik® 3x1 tablet/hari 4 9,3 Procolic® 2x1 tablet/hari 1 2,3 Sumagesic® 1x1 tablet/hari
(600mg) 1 2,3
Sistenol® 3x1 kaplet/hari
5 11,6 4x1 kaplet/hari
Vitamin dan mineral
Curcuma FCT® 3x1 tablet/hari 9 21 Lesichol® 3x1 kapsul/hari
(300mg) 5 11,6
Formuno® 1x1 kaplet/hari 7 16,2 Isprinol® 3x1 tablet/hari
(500mg) 3 7
Elkana® 3x2 sendok
teh/hari 3 7
Imunos® 1x1 tablet/hari 1 2,3 Sanfuliq® 2x1 kaplet/hari 4 9,3 Proza® 2x1 kaplet/hari 7 16,2 Kalipar® 3x1 tablet/hari
(300mg) 1 2,3
Antibiotik Cefriaxon 1x1 vial/hari(500
(18)
5
2x1 vial/hari (250mg) Thiampenicol 3x1 kapsul/hari
(500 mg)
2
4,6
Obat untuk Saluran Cerna
1.Antitukak
Omeprazole 1x1 ampul/hari (40mg) 1 ampul/12 jam (40mg)
2 4,6
Pumpisel® 2x1 vial/hari (40mg) 1x1 vial/hari (40mg)
5 11,6
Panloc® 1 ampul/24 jam (40 mg/hari) 1 ampul/12 jam (40mg)
5 11,6
Pantozol® 1x1 tablet/hari
(40mg) 2 4,6
Pumpitor® 2x1 kapsul/hari
(20mg) 3 7
Acran® 1 ampul/hari
(50mg/2ml) 3 7
Ranitidin 2x1 tablet/hari (150mg) 2x1 ampul/hari (25mg/ml) sediaan 2 ml
12 28
Episan® 3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml)
5 11,6
2.Antiemetik
Ondansentron 3x1 ampul/hari (4mg)
2x1 ampul/hari 4 mg
15 34,8
Lametic® 1 ampul/12 jam (2mg/ml) sediaan 4 ml
1 2,3
Kliran® 2x1 ampul/hari
(4mg) 4 9,3
Kortikosteroid Metilprednisolon 2x1 vial/hari (125mg) 3x1 tablet/hari (4mg)
4 9,3
Diuretik Lasix® 2x1
ampul/hari(20mg /2ml)
1 ampul/hari (20mg/2ml)
3 7
(19)
6
1x1 tablet/hari (20mg)
2 Cara Oral
43 100
Pemberian
Obat Parenteral 43 100
3 Bentuk Sediaan
Oral Kaplet 1 2,3
Tablet 3 7,0
Sirup 7 16,2
Kapsul 12 28,0
Parenteral Injeksi 7 16,2
Infus 9 21,0
A. Golongan dan Jenis Obat
1. Analgesik-Antipiretik
Pada penelitian ini analgesik-antipiretik digunakan pada kasus (69,8%). Kasus DBD biasanya diawali dengan fase demam, fase demam akan berlangsung 2-7 hari. Pemberian analgesik-antipiretik diberikan untuk mengatasi demam, sakit kepala dan nyeri perut yang sering muncul pada pasien DBD. Penggunaan analgesik-antipiretik yang direkomendasikan paling tepat adalah Paracetamol (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Dari data hasil penelitian antipiretik dana analgesik digunakan yakni, Paracetamol, Sanmol®, Antrain®, Analsik®, Procolic®, Sumagesic®, dan Sistenol®. Sumagesic® dan Sanmol® adalah analgesik antipiretik dengan zat aktif Paracetamol. Paracetamol merupakan obat analgesik yang paling aman bagi pasien DBD, karena analgesik lain seperti asetosal dan ibuprofen yang bersifat antiplatelet berkontraindikasi dengan pasien DBD.
Sistenol® merupakan analgesik-antipiretik dengan kombinasi antara Paracetamol dan n-acetylcysteine. Pemberian kombinasi Parcetamol pada pengobatan DBD tidak sesuai dengan protokol penatalaksanaan DBD, karena antipiretik yang digunakan seharusnya adalah obat tunggal, tanpa adanya campuran dengan zat aktif lain (Setyoputranto, 2005).
Antrain®, Analsik® dan Procolic® merupakan obat analgesik-antipiretik dengan zat aktif golongan dipiron (NSAID). Antrain® adalah obat dengan komposisi zat aktif yakni Metamozole HCl. Analsik® adalah obat analgesik dengan kombinasi Methampyrone, diazepam, Echinacea purpurea, Phyllanthus niruri, Black elderberry, Zn picolinate dan vitamin C. Procolic® adalah obat analgesik dengan zat aktif yakni Metamizole, hyoscine-N-butylbromide (MIMS, 2017).
(20)
7
Pethidin® merupakan obat analgesik kuat golongan opioid dengan zat aktif meperidine untuk mengatasi nyeri sedang hingga berat. Analgesik ini biasa digunakan apabila pemberian analgesik biasa tidak menunjukan respon. Dosis penggunaan dapat ditingkatkan apabila terjadi toleransi. Pada tatalaksana DBD tidak dicantumkan penggunan analgesik opioid sebagai pilihan mengatasi nyeri yang dirasakan pasien DBD (MIMS,2017).
Metampyron dan metamizole merupakan obat dipiron yang termasuk golongan obat NSAID, penggunaan NSAID diindikasikan untuk mengatasi nyeri pasien dan sebagai antipiretik. Penggunaan NSAID dari data yang diperoleh paling banyak menggunakan Analsik® dan Antrain®. Penggunaan obat dipyron pada pasien DBD dapat menyebabkan penurunan jumlah platelet dan meningkatkan resiko dari penyakit DBD (Quijano et al., 2005). Pasien DBD sebaiknya dihindarkan dari penggunaan NSAID, karena penderita DBD umumnya terjadi trombositopenia dan hal ini kontraindikasi dengan penggunaan NSAID (Ministry of Health, 2009).
Mekanisme dari NSAID adalah menghambat enzim siklooksigenase 1 (COX-1) dan siklooksigenase 2 (COX-2). Enzim COX-1 dapat menginduksi tromboksan A2. Fungsi tromboksan A2 yakni memperkuat agregasi trombosit untuk mencegah terjadinya perdarahan. Penggunaan obat NSAID pada pasien DBD, sebaiknya dihindarkan karena dapat memperparah kondisi pendarahan yang dialami pasien (Kotter et al., 2014 dan Patterson et al, 2016).
2. Vitamin dan Mineral
Bedasarkan data penelitian vitamin yang diberikan yakni Curcuma FCT®, Formuno®, Elkana®, Imunos®, Sanfuliq®, Proza® dan Lesichol®. Pemberian vitamin untuk pasien DBD bersifat suportif untuk memulihkan kondisi pasien (Kalayanarooj, 2011). Pemberian vitamin dan mineral pada pasien DBD juga untuk membantu memelihara fungsi hati. Pasien DBD cendrung mengalami hepatomegali (pembesaran hati), pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri saat ditekan pada daerah hati berhubungan dengan adanya pendarahan (Kemenkes, 2004).
3. Obat untuk Saluran Cerna
Terapi kedua yang paling banyak diberikan pada pasien adalah obat untuk saluran cerna (88,3%) meliputi obat antitukak dan antiemetik (Lihat Tabel 2). Dari hasil penelitian
(21)
8
didapatkan obat anti tukak yanng diberikan yakni, Omeprazole, Pumpisel®, Panloc®,
Pantozol®, Pumpitor®, Episan® dan Ranitidin. Pumpisel®, Panloc®, Pumpitor® dan
Pantozol® merupakan obat antitukak golongan Proton Pump Inhibitor (PPI) sedangkan Episan® merupakan antitukak denganz at aktif sucralfat. Pasien paling banyak mendapatkan obat antitukak golongan H2RA yakni Ranitidin.
Pertimbangan pemberian antitukak yakni manifestasi klinis yang paling sering muncul pada pasien DBD adalah terjadinya pendarahan pada gastrointestinal (Wulandari, 2009). Oleh sebab itu, obat antitukak diperlukan untuk melindungi lambung dari asam yang dapat menimbulkan tukak lambung parah, akibat kondisi mukus lambung yang rusak akibat pendarahan serta untuk mengatasi keluhan nyeri lambung (Rajapakse et al, 2014). Pemberian antitukak yang direkomendasikan adalah Ranitidin IV atau PPI yakni Pantoprazol (Ministry of
Health, 2009).
Pasien juga mengkonsumi antiemetik untuk mengatasi mual, antiemetik yang paling sering digunakan adalah Ondansentron (Lihat Tabel 2). Pertimbangan pemberian antiemetik ialah pasien DBD cendrung sering merasa mual dan rasa tidak nyaman di perut. Pemberian antiemetik yang direkomendasikan oleh Ministry of Health, (2009) adalah Domperidon. 4. Antibiotik
Antibiotik biasanya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pada kasus terdapat penggunaan antibiotik sebanyak 11,6 %. Pada pasien DBD pertahanan tubuh menurun dan dapat terjadi leukopenia, pada kondisi tersebut tubuh cendrung rentan terkena infeksi bakteri (profilaksis). Obat antibiotik yang digunakan pasien rawat inap RS. Panti Nugroho adalah Thiampenicol dan Cefriaxon (Lihat Tabel 2).
5. Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid pada pasien DBD di RS. Panti Nugroho sebesar 9,3%. Kortikosteroid yang digunakan di RS Panti Nugroho adalah metilprednisolon. Pemberian metilprednisolon ada secara oral dan parenteral.
Kortikosteroid biasanya digunakan untuk menangani edema otak pada enselopati
dengue yang merupakan manifestasi syok berkepanjangan, tetapi kontraindikasi pada DSS
dengan pendarahan masif (Lardo, 2013). Hasil wawancara dengan dokter, kortikosteroid diberikan ke pasien di hari ke-7 yang biasanya ditandai dengan adanya syok. Penggunaan
(22)
9
kortikosteroid juga biasanya untuk mengatasi reaksi alergi misal gatal-gatal dan kemerahan dikulit akibat injeksi ataupun transfusi (Wulandari, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tham et al., (2012), pemberian kortikosteroid pada pasien DBD tidak lebih efektif daripada tanpa pemberian kortikosteroid dalam memperbaiki manifestasi klinis, hasil pemeriksaan laboratorium, lama perawatan, kebutuhan transfusi darah, serta kejadian mual muntah. Kortikosteroid juga dikatakan tidak efektif untuk menangani syok pada DBD dan dapat menyebabkan pendarahan gastrointestinal (Ministry of
Health, 2009). Pada kasus pasien tidak mengalami edema otak ataupun reaksi alergi, hal ini
mungkin karena pencatatkan data rekam medik yang tidak lengkap. 6. Diuretik
Diuretik yang digunakan adalah Lasix®, penggunaan diuretik di RS. Panti Nugroho sebesar 9,3%. Pemberian diuretik pada pasien ada secara oral dan parenteral (Lihat Tabel 2).
Penggunaan Lasix® sebagai diuretik pada kasus 6 dan 16 tidak diperlukan. Hasil wawancara dengan dokter, pemberian diuretik karena pasien DBD mengalami kebocoran plasma sehingga terjadi pembengkakkan dan biasa ditandai dengan rasa sesak pada pasien. Diuretik biasanya digunakan untuk mengatasi tanda-tanda kelebihan cairan seperti, asites (pengumpulan cairan di rongga abdomen) dan udem paru (pengumpulan cairan dalam pleura). Diuretik digunakan untuk segera mengeluarkan cairan tersebut agar tidak timbul komplikasi lain yang membahayakan seperti sesak nafas (Kalayanarooj, 2011). Pada kasus tidak dijelaskan pasien mengalai sesak atau pembengkakkan, hal ini mungkin karena informasi data rekam medik yang tidak lengkap.
B. Cara Pemberian dan Obat Bentuk Sediaan Obat
Cara pemberian obat pada pasien DBD dewasa di Instalasi Rawat Inap RS. Panti Nugroho 100% kasus mendapatkan obat yang diberikan secara oral dan 100% secara parenteral. Bentuk sediaan yang diberikan pada pasien DBD dewasa adalah sediaan oral yang meliputi kaplet sebesar 2,3 %, tablet 7,0%, sirup 16,2% dan kapsul 28,0%, disamping itu pasien mendapatkan sediaan parenteral yang meliputi injeksi 16,2% dan infus 21,0%. Pemberian obat oral yang paling banyak digunakan adalah tablet. Pemberian obat parenteral didapat bentuk sediaan yang paling banyak digunakaan adalah infus (Lihat Tabel 2).
(23)
10
Pemberian obat secara oral mempunyai segi keuntungan yakni mudah digunakan, tidak memerlukan peralatan tertentu dalam penggunaannya, pasien merasa lebih nyaman dalam penggunaannya karena tidak ada rasa sakit, efektif dan praktis. Kekurangan pemberian obat secara oral adalah respon yang lambat jika dibandingkan dengan parenteral dan tidak memungkinkan diberikan pada pasien dalam kedaaan tidak sadar (Sanjoyo, 2015).
Pemberian obat secara parenteral mempunyai segi keuntungan yakni, kecepatan efek obat jika dibandingkan dengan pemberian secara oral lebih cepat kemudian dapat diberikan pada pasien bisa dalam keadaan tidak sadar. Kerugian dari cara pemberian parenteral adalah pemberiannya memberikan rasa tidak nyaman pada pasien dalam hal ini nyeri saat pemberian obat (Ningrum, 2015 dan Sanjoyo, 2015).
KESIMPULAN
Dari penelitian mengenai “Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue Pada Pasien Dewasa Di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman Yogyakarta” obat yang paling banyak digunakan adalah cairan rehidrasi yakni Ringer Laktat dan analgesik-antipiretik yakni penggunaan Sanmol®. Pada hasil data penelitian cukup banyak ditemukan penggunaan
NSAID sebagai analgesik-antipiretik. Penggunaan NSAID berkontraindikasi dengan kondisi pasien DBD. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu memperhatikan penggunaan NSAID sebagai analgesik-antipiretik pada pasien DBD.
(24)
11
Daftar Pustaka
American Pharmacists Association and the National Association of Chain Drug Stores Foundation, 2008. Medication therapy management in pharmacy practice: Core elements of an MTM service model (version 2.0), Journal of the American
Pharmacists Association. (3), p.348.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2006, Tentang Obat Tradisional
Mengandung Bahan Kimia Obat, BPOM Indonesia, Jakarta.
Cipolle,R.J., Strand,L.M., and Morley,P.C., 2012. Pharmaceutical Care Pratice: The
Patient-centered Approach to Medication Management Service. Third Edition, McGraw-Hill
Education, pp.178-179.
Departemen Kesehatan RI, 2004. Pengobatan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 51.
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012. Profil Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2012. Yogyakarta, hal.114.
Kalayanarooj,S., 2011. Clinical Manifestation and Management of Dengue/DHF/DSS,
Tropical Medical and Health. (39). pp. 83-87.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 47.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Topik Utama
Demam Berdarah Dengue. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 1-4.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah
Dengue. Kemenkes RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Jakarta, hal.73-75.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kotter,T., Costa,B.R., Fassler,M., Blozik,E., Linde,K., Juni,P., et al, 2015. Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis, Plos One. pp 1-18
(25)
12
Lardo,S., 2013. Penatalaksaan Demam Berdarah Dengue dengan Penyulit, CDK, (40). hal. 656-650
Maher,R.,L., Hanlon,J., and Hajjar,E.,R., 2013. Clinical Consequences of Polypharmacy in Eldery, Expert Opinion Drug Safety. (9). hal 1-9
MIMS, 2017. Search Drug Information, MIMS (online), http://www.mims.com/indonesia diakses 3 April 2017
Ministry of Health, 2009., Guideline on Clinical Management of Dengue Fever/Dengue
Haemorrhagic Fever, Epidemiological Unit, India, pp. 10-11
Mutiara,E., 2003. Karakteristik Penduduk Lanjut Usia Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990, USU Digital Library. hal. 2
Ningrum, R.,A., 2015. Sekali Merengkuh Interferon, Tiga Aktivitas Terlampaui, BioTrends, (1). Hal 22-25
Patterson,J., Sammon,M., and Garg,M., 2016. Dengue, Zika and Chikungunya: Emerging Arboviruses in the New World, Western Journal of Emergency Medicine. (17). pp. 671-679
Quijano,D., Centeno,V., and Vega, 2005. Effectiveness of Early Dipyrone Administration on Severityof Dengue Virus Infection in A Propective Cohort, Enferm Infecc Microbiol
Clinic (10) hal. 59-68
Rajapakse,S., Rodrigo,C., Maduranga,S., and Rajapakse, A.C., 2014. Corticosteroids in the Treatment of Dengue Shock Syndrome, Infection and Drug Resistance. (7). pp. 137-143.
Rizky,Z., Mukaddas,A., dan Faustine,I., 2011. Identifikasi Drug Related Problem (DRPs) pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Undeta Palu Tahun 2011, Online Jurnal of Natural Science. (3). hal. 99-107.
Sanjoyo, R., 2015. Obat (Biomedik Farmakologi), Web UGM (Online), http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf, diakses 3 April 2017
Setyoputranto,N.,P.,W., 2005. Pola Peresepan Pasien Demam Berdarah Dengue Dewasa Non Komplikasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr.Sardjito Yogyakarta Tahun 2002,
(26)
13
Singhi,S., Kissoon,N., and Bansal,A., 2007. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever: Management Issues in an Intensive Care Unit, Jornal de Pediatria. (83). p. 25.
Tam,D.T.H., Ngoc,T.V., Tien,N.T.H., Kieu,N.T.T., Thuy,T.T.T., Thanh,L.T.C., et al, 2012. Effect of Short-Course Oral Corticosteroid Therapy in Early Dengue Infection in Vietnames Patients: A Randomized, Placebo-Controlled Trial, Clinical Infection
Disease. Pp. 1-9
Wulandari,B.,A., 2009. Evaluasi Drug Related Problem (DRPs) pada Pasien Anak Dengue
Shock Syndrome (DSS) Di Instalasi Rawat Inap RSUP.DR. Sardjito Yogyakarta Tahun
2008, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
World Health Organization, 2009., Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention,
And Control, WHO Press, France, pp. 3-5.
Yasin,N.M., Sunowo,J., dan Supriyanti,E.,2009, Drug Related Problem (DRP) dalam Pengobatan Dengue Hemoraggic Fever (DHF) pada Pasein Pediatrik, Majalah
(27)
14
(28)
15
(29)
16 No No.
RM
U JK Diagnosis Utama
L P
Nama Obat Komposisi Dosis Range Bentuk
sediaa n
Cara Pemberia n 1 174
607
26 L DF 7 Ringer laktat Analsik® Formuno®
Injeksi Pumpisel®
Methampyrone 500 mg, diazepam 2mg Echinacea purpurea dry extr 250 mg, Phyllanthus niruri dry extr 50 mg, Black elderberry dry extr 300 mg, Zn picolinate 10 mg, vit C 100 mg
Pantoprazole
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari 1x1 kaplet/hari
2x1 vial/hari (40mg)
1-4 kaplet/hari 1-3 kaplet/hari
1 vial (40 mg) IV per hari Infus Tablet Kaplet Injeksi Parenteral Oral Oral Parenteral
2 174 349
42 L DF 8 Ringer laktat Paracetamol
Injeksi Ondansentron
Paracetamol
Ondansentron
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)
3x1 ampul/hari (4mg)
500 mg –1000 mg/ hari. Maksimal 4g/hari 4-8 mg/hari. Infus Tablet Injeksi Parenteral Oral Parenteral
3 171 184
38 P DF 7 Ringer laktat Paracetamol Injeksi Ondansentron Procolic® Antasida Doen® Ranitidin Pumpitor® Injeksi Omeprazole Paracetamol Ondansentron
Metamizole 250 mg, hyoscine-N-butylbromide 10 mg
Ranitidin
Omeprazole
Omeprazole
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)
3x1 ampul/hari (4mg) 2x1 tablet/hari 3x1 tablet/hari 2x1 tablet/hari (150mg) 2x1 kapsul/hari (20mg)
1 ampul/12 jam
500 mg –1000 mg/ hari.
Maksimal 4g/hari 4-8 mg/hari. 1-2 tablet 3x
3-4 tablet/hari 150 mg 2x sehari, 300mg/hari. Maksimal 300mg Dosis awal 20mg/hari, selanjutnya bisa ditingkatkan bila belum membaik 40mg/hari Infus Tablet Injeksi Tablet Tablet Tablet Tablet Injeksi Parenteral Oral Parenteral Oral Oral Oral Oral Parenteral
4 152 731
37 L DHF 5 Ringer laktat Injeksi Pumpisel® Injeksi Sanmol®
Pantoprazole
Paracetamol
500 cc/tiap 4-5 jam 1x1 vial/hari (40mg)
2x1/hari (1g/100 ml)
1 vial (40 mg) IV per hari 500mg-4g/hari Infus Injeksi Injeksi Parenteral Parenteral Parenteral
(30)
17
Formuno®
Isprinol®
Echinacea purpurea dry extr 250 mg, Phyllanthus niruri dry extr 50 mg, Black elderberry dry extr 300 mg, Zn picolinate 10 mg, vit C 100 mg
Methisoprinol
1x1 kaplet/hari
3x1 tab/hari (500mg)
1-3 kaplet/hari 50mg/kgBB/hari Injeksi Tablet Parenteral Oral
5 174 809
55 L DF 4 Ringer laktat Analsik®
Episan®
Injeksi Sanmol® Pumpitor®
Methampyrone 500 mg, diazepam 2 mg
Sucralfat
Paracetammol Omeprazole
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari
3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml) 2x1/hari 1 g/100 ml 2x1 kapsul/hari
1-4 tablet/hari
10ml 4 kali sehari (4g) 500mg-4g/hari Dosis awal 20mg/hari, selanjutnya bisa ditingkatkan bila belum membaik Infus Tablet Sirup Injeksi Kapsul Parenteral Oral Oral Oral Oral
6 175 529
36 P DF 7 Ringer laktat Paracetamol Injeksi Ondansentron Injeksi Panloc® Injeksi Metilprednisolon Lesichol® Kalipar® Proza® Lasix®20mg/ml Paracetamol Ondansentron Pantoprazol
Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg
K-I Aspartat
Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg
Furosemid
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)
3x1 ampul/hari (4mg)
1 ampul/24 jam (40mg)
2x1 vial/hari (125mg)
3x1 kapsul/hari (300mg)
3x1 tablet/hari (300mg) 2x1 kaplet/hari
1 ampul/12 jam
500 mg –1000 mg/ hari.
Maksimal 4g/hari 4-8 mg/hari.
40 mg/hari
10-500 mg/hari
1-2 kap 3 kali sehari (300mg)
1-3 tablet/hari
1-3 kaplet/hari
Edema : 20-80mg
Infus Tablet Injeksi Injeksi Injeksi Kapsul Tablet Kaplet Injeksi Parenteral Oral Parenteral Parenteral Parenteral Oral Oral Oral Parenteral
(31)
18
Pethidine Opioid
(20mg/2ml)
1 ampul/hari (50mg)
single dose Edema otak : 20-40mg 3x sehari Nyeri : 25-50mg tiap 4 jam
Injeksi Parenteral
7 172 909
50 P DF 4 Ringer laktat Proza®
Injeksi Ondansentron Sanmol®
Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg
Paracetamol
500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 kaplet/hari
2x1 ampul/hari 4 mg
3x1 tablet/hari (500mg) 1-3 kaplet/hari 4-8 mg/hari. 500mg-4g tablet/hari Infus Kaplet Injeksi Tablet Parenteral Oral Parenteral Oral
8 159 406
18 P DF 5 Ringer laktat Sanmol®
Injeksi Ondansentron Thiampenicol
Paracetamol
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg)
3x1 ampul/hari (4mg)
3x1 kapsul/hari (500 mg) 500mg-4g tablet/hari 4-8 mg/hari. 1,5g/dosis terbagi Infus Tablet Injeksi Kapsul Parenteral Oral Parenteral Oral
9 172 491
18 P DF 5 Ringer laktat Sanmol® Episan® Sanfuliq® Kliran® Paracetamol Sucralfat
Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg Ondansentron
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari
3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml) 2x1 kaplet/hari
2x1 kaplet/hari (4mg)
500mg-4g tablet/hari 500mg-4g/hari 1 kaplet/hari 4-8mg/hari Infus Tablet Sirup Kaplet Kaplet Parenteral Oral Oral Oral Oral
(32)
19
10 170 826
20 P DF 8 Ringer laktat
Panloc® Proza® Lesichol® Sanmol® Inpepsa® Pantoprazole
Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg
Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg
Paracetamol
Sucralfatt
1 ampul/12 jam (40mg) 2x1 kaplet/hari
3x1 kapsul/hari
3x1 tablet/hari (500mg)
3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml)
500 cc/tiap 4-5 jam
40 mg/hari
1-3 kaplet/hari
1-2 kap 3 kali sehari (300mg) 500mg-4g tablet/hari 500mg-4g/hari Infus Injeksi Kaplet Kaplet Tablet Sirup Parenteral Parenteral Oral Oral Oral Oral
11 175 280
36 L DF 3 Ringer laktat Proza®
Lesichol®
Sistenol®
Injeksi Panloc® 1 ampul/24 jam
Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg
Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg
Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg
Pantoprazol
500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 kaplet/hari
3x1 kapsul/hari
3x1 kaplet/hari
1 ampul/24 jam (40mg)
1-3 kaplet/hari
1-2 kap 3 kali sehari (300mg) 3x1 kaplet/hari 40mg/hari Infus Kaplet Kaplet Kaplet Injeksi Parenteral Oral Oral Oral Parenteral
12 170 610
48 L DF 6 Ringer laktat Injeksi Ondansentron Sanmol® Thiampenicol Ondansentron Paracetamol Thiampenicol
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 ampul/hari (4mg)
3x1 tablet/hari (500mg)
3x1 kapsul/hari (500 mg) 4-8mg/hari 500mg-1000mg Maksimal 4g/hari 1,5mg/ dosis Infus Injeksi Tablet Kapsul Parenteral Parenteral Oral Oral
(33)
20
terbagi
13 171 487
24 P DF 8 Ringer laktat Paracetamol
Proza®
Lesichol®
Paracetamol
Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg
Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)
2x1 kaplet/hari
2x1 kapsul/hari
500 mg –1000 mg/ hari.
Maksimal 4g/hari 1-3 kaplet/hari
1-2 kap 3 kali sehari (300mg) Infus Tablet Kaplet Kaplet Parenteral Oral Oral Oral
14 170 591
16 L DF 5 Ringer laktat Injeksi Ondansentron Injeksi Antrain Injeksi Acran Sanmol® Lesichol® Injeksi Panloc® Proza® Metamizole Na Ranitidin HCl Paraceamol
Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg
Pantoprazol
Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 ampul/hari (4mg)
1 ampul/hari (1g/2ml)
1 ampul/hari (50mg/2ml) 3x1 tablet/hari (500mg) 3x1 kapsul/hari
1 ampul/24 jam (40mg) 2x1 kaplet/hari
4-8mg/hari
500mg tiap 6-8 jam
50 mg 6-8 jam
500-1000mg/hari. Maksimal 4g/hari 1-2 kap 3 kali sehari (300mg) 40 mg/hari 1-3 kaplet/hari Infus Injeksi Injeksi Injeksi Tablet Kaplet Injeksi Kaplet Parenteral Parenteral Parenteral Parentteral Oral Oral Parenteral Oral
(34)
21
mg, Zn picolinate 5 mg
15 174 995
25 L DHF 7 Ringer laktat Sanmol® Lesichol® Injeksi Ondansentron Sumagesic® Paracetamol
Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg
Ondansenttron
Paracetamol
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 kapsul/hari
3x1 ampul/hari (4mg)
1x1 tablet/hari (600mg)
500-1000mg/hari. Maksimal 4g/hari 1-2 kap 3 kali sehari (300mg) 4-8mg/hari 3-4 kali/hari Infus Tablet Kaplet Injeksi Tablet Parenteral Oral Oral Parenteral Oral
16 172 887
16 L DHF 6 Ringer laktat Injeksi Ondansentron Sanmol® Antrain® Lasix® Theragran® Ondansentron Paracetamol Metamizole Na Furosemid
Vit A 10,000 IU, vit B1 10 mg, vit B2 10 mg, vit B6 5 mg, vit B12 5 mcg, vit C 200 mg, vit D 400 IU, Ca pantothenate 20 mg, niacinamide 100 mg, K iodide 150 mcg, Fe 12 mg, Mg 65 mg, manganese 1 mg, copper 2 mg, Zn 1.5 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 ampul/hari
3x1 tablet/hari (500mg)
1x1 tablet/hari (500 mg) 1 ampul/hari (20mg/2ml) 1x1 tablet/hari 4-8mg/hari 500mg-1000mg/hari. Maksimal 4g 1 tablet/hari. Bila rasa nyyeri masih ada 1 tab 6-8 jam Edema : 20-80mg single dose Edema otak : 20-40mg 3x sehari 1x1 tablet/hari Infus Injeksi Tablet Tablet Injeksi Tablet Parenteral Parenteral Oral Oral Parenteral Oral
(35)
22
Elkana®
Metilprednisolon
Vitamin A 2.400 IU, Vitamin B1 4 mg, Vitamin B2 1,2 mg, Vitamin B6 1,2 mg, Vitamin B12 4 mcg, Vitamin C 60 mg, Vitamin D 400 IU, Nikotinamid 16 mg, Kalcium Pantotenat 6 mg, Kolin 12 mg, Inositol 12 mg, Kalsium Glukonat 300mg, Kalsium Hipofosfit 20mg, Natrium Hipofosfit 20mg, I – Lisina HCl 200mg.
Metilprednisolon
3x2 sendok teh/hari
3x1 tablet/hari (4mg)
1-2 sendok/2 kali sehari 4-24mg/hari Sirup Teblet Oral Oral
17 170 624
37 L DF 4 Ringer laktat Paracetamol
Curcuma FCT®
Ranitidin
Paracetamol
Curcuma xanthorrhiza 20 mg
Ranitidin
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 3x1 tablet/hari 2x1 tablet/hari 500-1000mg/hari. Maksimal 4g/hari 3 kali sehari 1-2 tablet 3-4 tablet/hari Infus Tablet Tablet Tablet Parenteral Oral Oral Oral
18 171 989
18 P DHF 6 Ringer laktat Paracetamol Injeksi Ondansentron Injeksi Omeprazol Paracetamol Ondansentron Omeprazole
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)
3x1 ampul/hari (4mg)
1x1 ampul/hari (40mg)
500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 4-8 mg/hari 40mg/hari Infus Tablet Injeksi Injeksi Parenteral Oral Parenteral Parenteral
19 174 744
23 L DF 4 Ringer laktat Paracetamol Analsik® Injeksi Ondansentron Injeksi Cefriaxon Paracetamol
Methampyrone 500 mg, diazepam 2mg
Cefriaxon
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg
3x1 tablet/hari 2x1 ampul/hari (4mg)
1x1 vial/hari (500 mg)
500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 1-4 tablet/hari 4-8 mg/hari 1g/hari Infus Tablet Tablet Injeksi Injeksi Parenteral Oral Oral Parenteral Parenteral
(36)
23
20 142 264
43 L DF 6 Ringer laktat Injeksi Acran®
Injeksi Kliran® Injeksi Sanmol®
Episan®
Sanfuliq®
Isprinol® Injeksi Cefriaxon
Ranitidin HCl
Ondansentron Paracetamol
Sucralfat
Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg Methisoprinol
500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 ampul/hari (50mg/2ml)
2x1 ampul/hari (4mg) 2x1/hari (1g/100ml)
3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml) 2x1 kaplet/hari
3x1 tablet/hari 1x1 vial/hari (500 mg)
50 mg 6-8 jam
4-8mg/hari 500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 10ml 4 kali sehari (4g)
1 kaplet/hari
50mg/kgBB/hari 1g/hari
Infus Injeksi
Injeksi Injeksi
Sirup
Kaplet
Tablet Injeksi
Parenteral Parenteral
Parenteral Parenteral
Oral
Oral
Oral Parenteral
(37)
24
21 152 522
16 L DF 6 Ringer laktat Sanmol®
Ondansentron Imunos®
Antrain®
Lasix®
Elkana®
Metilprednisolon
Paracetamol
Ondansentron
Echinacea (EFLA 894) 500 mg, Zn picolinate 10 mg, selenium 15 mcg, ascorbic acid 50 mg.
Metamizole Na
Furosemid
Vitamin A 2.400 IU, Vitamin B1 4 mg, Vitamin B2 1,2 mg, Vitamin B6 1,2 mg, Vitamin B12 4 mcg, Vitamin C 60 mg, Vitamin D 400 IU, Nikotinamid 16 mg, Kalcium Pantotenat 6 mg, Kolin 12 mg, Inositol 12 mg, Kalsium Glukonat 300mg, Kalsium Hipofosfit 20mg, Natrium Hipofosfit 20mg, I – Lisina HCl 200mg
Metilprednisolon
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg)
2x1 tablet/hari (4 mg) 1x1 tablet/hari
1x1 tablet/hari
1 ampul/hari (20mg/2ml)
3x2 sendok teh/hari
3x1 tablet/hari (4mg)
500-1000mg/hari. Maksimal 4g 4-8mg/hari 1 tablet/hari
1 tablet/hari. Bila rasa nyeri masih ada 1 tab 6-8 jam Edema : 20-80mg single dose Edema otak : 20-40mg 3x sehari 1-2 sendok/2 kali sehari
4-24mg/hari
Infus Tablet
Tablet Tablet
Tablet
Injeksi
Sirup
Tablet
Parenteral Oral
Oral Oral
Oral
Parenteral
Oral
(38)
25
22 153 136
18 L DF 5 Ringer laktat Injeksi Sanmol® 3x1/hari
Sanfuliq®
Pumpitor®
Paracetamol
Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg Omeprazole
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1/hari (1g/100 ml)
2x1 kaplet/hari
2x1 kapsul/hari (20mg)
500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 1 kaplet/hari Dosis awal 20mg/hari, selanjutnya bisa ditingkatkan bila belum membaik Infus Injeksi Kaplet Kapsul Parenteral Parenteral Oral Oral
23 152 565
30 P DF 4 Ringer laktat Injeksi Pumpisel® Episan® Formuno® Sanfuliq® Pantoprazole Sucralfat
Echinacea purpurea dry extr 250 mg, Phyllanthus niruri dry extr 50 mg, Black elderberry dry extr 300 mg, Zn picolinate 10 mg, vit C 100 mg
Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 vial/hari (40mg)
3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml) 1x1 kaplet/hari
2x1 kaplet/hari
1 vial (40 mg) IV per hari
10ml 4 kali sehari (4g) 1-3 kaplet/hari 1 kaplet/hari Infus Injeksi Sirup Kaplet Kaplet Parenteral Parenteral Oral Oral Oral
24 151 818
62 L DF 4 Ringer laktat Injeksi Acran® Injeksi Antrain ® Injeksi Panloc® Lesichol® Ranitidin HCl Metamizole Na Pantoprazole
Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6
500 cc/tiap 4-5 jam 1 ampul/hari (50mg/2ml)
1 ampul/hari (1g/2ml)
1 ampul/24 jam (40mg) 3x1 kapsul/hari (300mg)
50 mg 6-8 jam
500mg tiap 6-8 jam
40mg/hari
1-2 kap 3 kali sehari (300mg) Infus Injeksi Injeksi Injeksi Kapsul Parenteral Parenteral Parenteral Parenteral Oral
(39)
26
Proza®
Pantozol®
mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg
Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg
Pantoprazole 2x1 kaplet/hari 1x1 tablet/hari (40mg) 1-3 kaplet/hari 20-40 mg/hari Kaplet Tablet Oral Oral
25 120 954
57 P DF 2 Ringer laktat Paracetamol
Injeksi Ondansentron
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)
3x1 ampul/hari (4mg/2ml) sediaan 2ml
500-1000mg/hari. Maksimal 4 g
4-8 mg/hari. Infus Tablet Injeksi Parenteral Oral Parenteral
26 132 417
56 L DHF 7 Ringer laktat Lasix® Sanmol® Injeksi Antrain® Formuno® Furosemid Paracetamol Metamizole
Echinacea purpurea dry extr 250 mg, Phyllanthus niruri dry extr 50 mg, Black elderberry dry extr 300 mg, Zn picolinate 10 mg, vit C 100 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 1x1 tablet/hari (20mg) 3x1 tablet/hari (500mg)
1 ampul/hari (1g/2ml)
1x1 kaplet/hari
20-80mg/hari
500-1000mg/hari. Maksimal 4g 500mg tiap 6-8 jam 1-3 kaplet/hari Infus Tablet Tablet Injeksi Kaplet Parenteral Oral Parenteral Parenteral Oral
27 136 979
20 P DF 5 Ringer laktat Sistenol®
Pantozol®
Injeksi Lametic®
Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg
Pantoprazol
Ondansentron HCl
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 kaplet/hari
1x1 tablet/hari (40mg) 1 ampul/12 jam (2mg/ml) sediaan 4 ml
3x1 kaplet/hari
20-40 mg/hari
IV: 8mg 2x sehari Infus Kaplet Tablet Injeksi Parenteral Oral Oral Parenteral
28 136 979
20 P DF 5 Ringer laktat Injeksi Ranitidin
Injeksi Ondansentron
Ranitidin
500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 ampul/hari (25mg/ml) sediaan 2 ml 2x1 ampul/hari (4mg/2ml) sediaan 50mg/hari 4-8mg/hari Infus Injeksi Injeksi Parenteral Parenteral Parenteral
(40)
27
2ml
29 151 735
19 L DF 7 Ringer laktat Curcuma FCT ®
Ranitidin
Injeksi Antrain®
Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg Ranitidin
Metamizole HCl
500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 tablet/hari
2x1 tablet/hari (150mg)
1 ampul/hari (1g/2ml)
1 kaplet/hari
150 mg 2x sehari, 300mg/hari. 500mg tiap 6-8 jam Infus Kaplet Tablet Injeksi Perenteral Oral Oral Parenteral
30 172 677
23 L DF 3 Ringer laktat Sanmol®
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 500-1000mg/hari. Mkasimal 4g Infus Tablet Parenteral Oral
31 175 626
21 L DF 5 Ringer laktat Curcuma FCT ®
Ranitidin
Sistenol®
Curcuma xanthorrhiza 20 mg
Ranitidin
Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari
2x1 tablet/hari (150mg) 3x1 kaplet/hari
3 kali sehari 1-2 tablet
150 mg 2x sehari, 300mg/hari. 3x1 kaplet/hari Infus Tablet Tablet Tablet Parenteral Oral Oral Oral
32 171 923
45 P DF 5 Ringer laktat Paracetamol
Curcuma FCT®
Ranitidin
Ondansentron
Paracetamol
Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg Ranitidin
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari
2x1 tablet/hari (150mg)
2x1 tablet/hari (4mg)
500-1000mg/hari. Maksimal 4g 1 kaplet/hari
150 mg 2x sehari, 300mg/hari. 4-8mg/hari Infus Tablet Kaplet Tablet Tablet Parenteral Oral Oral Oral Oral
33 171 077
23 L DHF 5 Ringer laktat Paracetamol
Curcuma FCT® Curcuma longa rhizome extr
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari
500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 1 kaplet/hari Infus Tablet Kaplet Parenteral Oral Oral
(41)
28
Injeksi Ranitidin
(Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg
2x1 ampul/hari (25mg/ml) sediaan 2 ml
50mg/hari Injeksi Parenteral
34 111 642
23 L DF 6 Ringer laktat Sistenol®
Injeksi Ondansentron Sanmol®
Injeksi Ranitidin
Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg
Ondansentron
Paracetamol
500 cc/tiap 4-5 jam 4x1 kaplet/hari 1x1 ampul/hari (4mg/2m) 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 ampul/hari (25mg/ml) sediaan 2 ml
3x1 kaplet/hari
4-8mg/hari
500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 50mg/hari Infus Kaplet Injeksi Tablet Injeksi Parenteral Oral Parenteral Oral Parenteral
35 125 922
36 P DF 5 Ringer laktat Formuno® Episan ® Injeksi Sanmol® Injeksi Cefriaxon Injeksi Metilprednisolon
Echinacea purpurea dry extr 250 mg, Phyllanthus niruri dry extr 50 mg, Black elderberry dry extr 300 mg, Zn picolinate 10 mg, vit C 100 mg
Sucralfat
Paracetamol
Metilprednisolon
500 cc/tiap 4-5 jam 1x1 kaplet/hari
3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml) 2x1/hari (1g/100ml)
2x1 vial/hari (250mg) 2x1 vial/hari (125mg)
1-3 kaplet/hari
10ml 4 kali sehari (4g) 500-1000mg/hari. Maksimal 4g 1g/hari 10-500 mg/hari Infus Kaplet Sirup Injeksi Injeksi Parenteral Oral Oral Parenteral Parenteral
36 149 224
21 P DF 5 Ringer laktat Paracetamol
Curcuma FCT
Ranitidin
Injeksi
Curcuma xanthorrhiza 20 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari
2x1 tablet/hari (150mg)
1x1 ampul/hari (4mg)
500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 3 kali sehari 1-2 tablet
150 mg 2x sehari, 300mg/hari. Maksimal 300mg 4-8mg Infus Tablet Tablet Tablet Injeksi Parenteral Oral Oral Oral Parenteral
(42)
29
Ondansentron
37 165 690
21 P DF 7 Ringer laktat Paracetamol
Curcuma FCT®
Ranitidin
Curcuma xanthorrhiza 20 mg
Ranitidin
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari 2x1 tablet/hari (150mg) 500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 3 kali sehari 1-2 tablet
150 mg 2x sehari, 300mg/hari. Infus Tablet Tablet Tablet Parenteral Oral Oral Oral
38 174 382
21 L DF 6 Ringer laktat Injeksi Kliran® Injeksi Pumpisel® Formuno® Isprinol® Injeksi Sanmol® Ondansentron Pantoprazol
Echinacea purpurea dry extr 250 mg, Phyllanthus niruri dry extr 50 mg, Black elderberry dry extr 300 mg, Zn picolinate 10 mg, vit C 100 mg
Paracetmol
500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 ampul/hari (4mg)
2x1 vial/hari (40mg) 1x1 kaplet/hari 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1/hari (1g/100ml) 4-8mg/hari 40-80mg 1-3 kaplet/hari 50mg/kgBB/hari 500-1000mg/hari. Maksimal 4g Infus Injeksi Injeksi Kaplet Tablet Injeksi Parenteral Parenteral Parenteral Oral Oral Parenteral
39 170 683
30 L DHF 5 Ringer laktat Paracetamol
Curcuma FCT®
Ranitidin
Curcuma xanthorrhiza 20 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 3x1 tablet/hari 2x1 tablet/hari (150mg) 500-1000mg/hari. Maksimal 4g 3 kali sehari 1-2 tablet
150 mg 2x sehari, 300mg/hari. Infus Tablet Tablet Tablet Parenteral Oral Oral Oral
40 174 607
26 L DHF 6 Ringer laktat Analsik® Formuno®
Injeksi Pumpisel®
Methampyrone 500 mg, diazepam 2mg Echinacea purpurea dry extr 250 mg, Phyllanthus niruri dry extr 50 mg, Black elderberry dry extr 300 mg, Zn picolinate 10 mg, vit C 100 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari 1x1 kaplet/hari
2x1 vial/hari (40mg)
1-4 kaplet/hari 1-3 kaplet/hari 40-80mg Infus Kaplet Kaplet Injeksi Parenteral Oral Oral Parenteral
(43)
30
41 170 788
35 L DF 7 Ringer laktat Sistenol
Lesichol®
Injeksi Panloc ®
Pantozol ®
Antrain®
Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg
Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg
Pantoprazol
Metamizole HCl
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 kaplet/hari
3x1 kapsul/hari
1 ampul/24 jam (40 mg/hari) 1x1 tablet/hari (40mg) 1x1 tablet/hari (500mg) 3x1 kaplet/hari
1-2 kap 3 kali sehari (300mg)
(40 mg/hari)
20-40 mg/hari
1 tablet/hari. Bila rasa nyeri masih ada 1 tab 6-8 jam
Infus Kaplet Kapsul Injeksi Tablet Tablet Parenteral Oral Oral Parenteral Ora Orall
42 170 551
19 L DF 7 Ringer laktat Injeksi Antrain®
Paracetamol
Curcuma FCT®
Ranitidin
Metamozole HCl
Curcuma xanthorrhiza 20 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 1x1 ampul/hari (1g/2ml) 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari 2x1 tablet/hari (150mg)
500mg tiap 6-8 jam
500mg-1000mg/hari. Maksimal 4g 3 kali sehari 1-2 tablet
150 mg 2x sehari, 300mg/hari. Infus Injeksi Tablet Tablet Parenteral Parenteral Oral Oral
43 173 800
19 L DF 5 Ringer laktat Injeksi Kliran® Injeksi Sanmol® Episan® Ondansentron Paracetamol Sucralfat
500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 ampul/hari (4mg) 2x1/hari (1g/100ml)
3x1 sendok teh/hari (500/5ml)
4-8mg/hari 500-1000mg/hari. Maksimal 4g 10ml 4 kali sehari (4g) Infus Injeksi Injeksi Sirup Parenteral Parenteral Parenteral Oral
(44)
31
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Pola Pengobatan Demam Berdarah
Dengue Pada Pasien Dewasa Di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman
Yogyakarta” bernama Kadek Ida Krisnadewi. Anak kedua dari pasangan I Putu Gelgel dan Luh Gede Hadriani. Penulis lahir di Denpasar, 8 Juli 1995. Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai di TK 6 Saraswati Denpasar (2000-2001). Pendidikan dilanjutkan ke SD 17 Dauh Puri Denpasar (2001-2007), setelah itu dilanjutkan ke SMP 10 Denpasar (2007-2010), pendidikan menengah atas di SMA 3 Denpasar (2010-2013). Kemudian pendidikan dilanjutkan hingga perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis terlibat dalam berbagai kepanitian dalam kampus. Penulis terlibat dalam Kepengurusan Organisasi Jaringan Kesehatan Mahasiswa (JMKI). Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten pratikum Biokimia (2016), Anatamo Fisiologi Manusia (2017) dan Farmasi Fisika (2017).
(45)
1
ABSTRAK
Insiden terjadinya kasus demam berdarah di Indonesia cukup tinggi sehingga membutuhkan perhatian serius. Pada proses pengobatan demam berdarah pada pasien demam berdarah sangat mungkin ditemukan kesalahan, hal ini dikarenakan pasien mendapatkan obat lebih dari satu dan pengobatan cenderung berlangsung lama. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran pola pengobatan pasien DBD dewasa pada Rumah Sakit Panti Nugroho pada periode Juli-Desember 2015.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang mendeskripsikan pada pola pengobatan pasien DBD dewasa. Data diperoleh secara retrospektif berdasarkan pada pasien dewasa ≥18 tahun dengan diagnosis DBD yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Nugroho periode Juli-Desember 2015.
Terdapat 43 kasus yang memenuhi kriteria inklusi dandiperoleh hasil yakni dengan obat yang paling banyak digunakan adalah cairan rehidrasi yakni Ringer Laktat dan analgesik-antipiretik yakni penggunaan Sanmol®. Pada hasil data penelitian cukup banyak ditemukan penggunaan NSAID sebagai analgesik-antipiretik. Penggunaan NSAID berkontraindikasi dengan kondisi pasien DBD. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu memperhatikan penggunaan NSAID sebagai analgesik-antipiretik pada pasien DBD.
(46)
2
ABSTRACT
The incidence of dengue fever cases in Indonesia is high.Many error has been found in the treatment process of dengue fever. This problem occur because the patient receives more than one drug and the treatment process is too long. The main objective in this study is to describe the prescription pattern of dengue fever in patient at Panti Nugroho Hospital on the period July-December, 2015.
This research describes the prescription pattern of Dengue Haemorrage Fever (DHF)in adult patients. Research data wasobtained retrospectively. The inclusion criteria is adult patients ≥18 years old with a diagnosis of dengue fever that hospitalized in Panti Nugroho Hospital on the period July-December, 2015.
There are 43 cases that met the inclusion criteria. The drug most widely used in the treatment was the rehydration fluid (Ringer Lactate) and analgesic-antipyretic (Sanmol®). On this research,Nonsteroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAIDs)often used as analgesic-antipyretic. DHF patients condition are contraindicated with NSAIDs. Therefore, health professionals need to pay attention in using NSAIDs as analgesic-antipyretic in patients with DHF.
(1)
28
Injeksi Ranitidin
(Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae
fructus extr 135 mg, choline
L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2
mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg
2x1 ampul/hari (25mg/ml) sediaan 2 ml
50mg/hari Injeksi Parenteral
34 111
642
23 L DF 6 Ringer laktat
Sistenol® Injeksi Ondansentron Sanmol® Injeksi Ranitidin
Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg
Ondansentron Paracetamol
500 cc/tiap 4-5 jam 4x1 kaplet/hari 1x1 ampul/hari (4mg/2m) 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 ampul/hari (25mg/ml) sediaan 2 ml
3x1 kaplet/hari 4-8mg/hari 500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 50mg/hari Infus Kaplet Injeksi Tablet Injeksi Parenteral Oral Parenteral Oral Parenteral
35 125
922
36 P DF 5 Ringer laktat
Formuno® Episan ® Injeksi Sanmol® Injeksi Cefriaxon Injeksi Metilprednisolon
Echinacea purpurea dry extr 250 mg, Phyllanthus niruri dry extr 50 mg,
Black elderberry dry extr 300 mg, Zn picolinate 10 mg, vit C 100 mg
Sucralfat Paracetamol
Metilprednisolon
500 cc/tiap 4-5 jam 1x1 kaplet/hari
3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml) 2x1/hari (1g/100ml) 2x1 vial/hari (250mg) 2x1 vial/hari (125mg)
1-3 kaplet/hari
10ml 4 kali sehari (4g) 500-1000mg/hari. Maksimal 4g 1g/hari 10-500 mg/hari Infus Kaplet Sirup Injeksi Injeksi Parenteral Oral Oral Parenteral Parenteral
36 149
224
21 P DF 5 Ringer laktat
Paracetamol Curcuma FCT Ranitidin
Injeksi
Curcuma xanthorrhiza 20 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari 2x1 tablet/hari (150mg)
1x1 ampul/hari (4mg)
500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 3 kali sehari 1-2 tablet
150 mg 2x sehari, 300mg/hari. Maksimal 300mg 4-8mg Infus Tablet Tablet Tablet Injeksi Parenteral Oral Oral Oral Parenteral
(2)
29
Ondansentron
37 165
690
21 P DF 7 Ringer laktat
Paracetamol Curcuma FCT® Ranitidin
Curcuma xanthorrhiza 20 mg Ranitidin
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari 2x1 tablet/hari (150mg) 500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 3 kali sehari 1-2 tablet
150 mg 2x sehari, 300mg/hari. Infus Tablet Tablet Tablet Parenteral Oral Oral Oral
38 174
382
21 L DF 6 Ringer laktat
Injeksi Kliran® Injeksi Pumpisel® Formuno® Isprinol® Injeksi Sanmol® Ondansentron Pantoprazol
Echinacea purpurea dry extr 250 mg, Phyllanthus niruri dry extr 50 mg,
Black elderberry dry extr 300 mg, Zn picolinate 10 mg, vit C 100 mg
Paracetmol
500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 ampul/hari (4mg) 2x1 vial/hari (40mg) 1x1 kaplet/hari 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1/hari (1g/100ml) 4-8mg/hari 40-80mg 1-3 kaplet/hari 50mg/kgBB/hari 500-1000mg/hari. Maksimal 4g Infus Injeksi Injeksi Kaplet Tablet Injeksi Parenteral Parenteral Parenteral Oral Oral Parenteral
39 170
683
30 L DHF 5 Ringer laktat Paracetamol Curcuma FCT® Ranitidin
Curcuma xanthorrhiza 20 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 3x1 tablet/hari 2x1 tablet/hari (150mg) 500-1000mg/hari. Maksimal 4g 3 kali sehari 1-2 tablet
150 mg 2x sehari, 300mg/hari. Infus Tablet Tablet Tablet Parenteral Oral Oral Oral
40 174
607
26 L DHF 6 Ringer laktat Analsik® Formuno®
Injeksi Pumpisel®
Methampyrone 500 mg, diazepam 2mg
Echinacea purpurea dry extr 250 mg, Phyllanthus niruri dry extr 50 mg,
Black elderberry dry extr 300 mg, Zn picolinate 10 mg, vit C 100 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari 1x1 kaplet/hari
2x1 vial/hari (40mg)
1-4 kaplet/hari 1-3 kaplet/hari 40-80mg Infus Kaplet Kaplet Injeksi Parenteral Oral Oral Parenteral
(3)
30
41 170
788
35 L DF 7 Ringer laktat
Sistenol Lesichol®
Injeksi Panloc ® Pantozol ® Antrain®
Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg
Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6
mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10
mg, nicotinamide 30 mg
Pantoprazol Metamizole HCl
500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 kaplet/hari 3x1 kapsul/hari
1 ampul/24 jam (40 mg/hari) 1x1 tablet/hari (40mg) 1x1 tablet/hari (500mg) 3x1 kaplet/hari 1-2 kap 3 kali sehari (300mg)
(40 mg/hari) 20-40 mg/hari 1 tablet/hari. Bila rasa nyeri masih ada 1 tab 6-8 jam
Infus Kaplet Kapsul Injeksi Tablet Tablet Parenteral Oral Oral Parenteral Ora Orall
42 170
551
19 L DF 7 Ringer laktat
Injeksi Antrain® Paracetamol
Curcuma FCT® Ranitidin
Metamozole HCl
Curcuma xanthorrhiza 20 mg
500 cc/tiap 4-5 jam 1x1 ampul/hari (1g/2ml) 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari 2x1 tablet/hari (150mg)
500mg tiap 6-8 jam
500mg-1000mg/hari. Maksimal 4g 3 kali sehari 1-2 tablet
150 mg 2x sehari, 300mg/hari. Infus Injeksi Tablet Tablet Parenteral Parenteral Oral Oral
43 173
800
19 L DF 5 Ringer laktat
Injeksi Kliran® Injeksi Sanmol® Episan® Ondansentron Paracetamol Sucralfat
500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 ampul/hari (4mg) 2x1/hari (1g/100ml) 3x1 sendok teh/hari (500/5ml)
4-8mg/hari 500-1000mg/hari. Maksimal 4g 10ml 4 kali sehari (4g) Infus Injeksi Injeksi Sirup Parenteral Parenteral Parenteral Oral
(4)
31
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “
Pola Pengobatan Demam Berdarah
Dengue Pada Pasien Dewasa Di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman
Yogyakarta
” bernama Kadek Ida Krisnadewi. Anak kedua dari pasangan
I Putu Gelgel dan Luh Gede Hadriani. Penulis lahir di Denpasar, 8 Juli
1995. Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai di TK 6
Saraswati Denpasar (2000-2001). Pendidikan dilanjutkan ke SD 17
Dauh Puri Denpasar (2001-2007), setelah itu dilanjutkan ke SMP 10
Denpasar (2007-2010), pendidikan menengah atas di SMA 3 Denpasar (2010-2013).
Kemudian pendidikan dilanjutkan hingga perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma
Yogyakarta. Penulis terlibat dalam berbagai kepanitian dalam kampus. Penulis terlibat dalam
Kepengurusan Organisasi Jaringan Kesehatan Mahasiswa (JMKI). Selain itu penulis juga
pernah menjadi asisten pratikum Biokimia (2016), Anatamo Fisiologi Manusia (2017) dan
Farmasi Fisika (2017).
(5)
1
ABSTRAK
Insiden terjadinya kasus demam berdarah di Indonesia cukup tinggi sehingga
membutuhkan perhatian serius. Pada proses pengobatan demam berdarah pada pasien
demam berdarah sangat mungkin ditemukan kesalahan, hal ini dikarenakan pasien
mendapatkan obat lebih dari satu dan pengobatan cenderung berlangsung lama.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran pola
pengobatan pasien DBD dewasa pada Rumah Sakit Panti Nugroho pada periode
Juli-Desember 2015.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang mendeskripsikan pada pola
pengobatan pasien DBD dewasa. Data diperoleh secara retrospektif berdasarkan pada
pasien dewasa
≥
18 tahun dengan diagnosis DBD yang menjalani rawat inap di
Rumah Sakit Panti Nugroho periode Juli-Desember 2015.
Terdapat 43 kasus yang memenuhi kriteria inklusi dandiperoleh hasil yakni
dengan obat yang paling banyak digunakan adalah cairan rehidrasi yakni Ringer
Laktat dan analgesik-antipiretik yakni penggunaan Sanmol
®.Pada hasil data
penelitian cukup banyak ditemukan penggunaan NSAID sebagai
analgesik-antipiretik. Penggunaan NSAID berkontraindikasi dengan kondisi pasien DBD. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan perlu memperhatikan penggunaan NSAID sebagai
analgesik-antipiretik pada pasien DBD.
(6)