INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BANTEN PADA MAHASISWA : Studi Kasus Pada Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung ‘PMBB’.

(1)

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

BANTEN PADA MAHASISWA

(Studi Kasus Pada Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung

‘PMBB’)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

oleh :

Nurul Hadi 1002222

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

PADA MAHASISWA

(Studi Kasus Pada Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung)

Oleh: Nurul Hadi

1002222

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan

Kewarganegaraan

© Nurul Hadi, 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

NURUL HADI 1002222

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BANTEN PADA MAHASISWA

(Studi Kasus Pada Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung

‘PMBB’)

Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP.196203161988031003

Pembimbing II

Susan Fitriasari, S.Pd, M.Pd NIP.1984022220091222004

Mengetahui:

Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1001


(4)

Tempat : Gedung M. Nu’man Sumantri FPIPS UPI Panitia Ujian Sidang Terdiri dari:

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Prof. Dr.H. Suwarma AM., SH., M.Pd. NIP. 19530211 197803 1 002

3.2

Dr. H. Cecep Darmawan , S.Pd. S.IP. M.Si NIP. 19690929 199402 1 001

3.3


(5)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

INTERNALIZATION VALUE OF THE LOCAL WISDOM OF BANTEN IN STUDENT COMMUNITY

(case study in the organization of student union of Banten Bandung) Nurul Hadi

1002222

ABSTRACT

This is a thesis research reports about the process internalization local wisdom value the students held in student union organization Banten Bandung ( PMBB ) by involving local , members and senior ( of characters ) .This research based on five synthesis a problem among other: ( 1 ) how the process of the value of wisdom internalization of the local community Banten the students which are associated in the structure of student union Banten Bandung ( PMBB ) .( 2 ) the value such local wisdom what all that was the students Banten which are associated in the structure of PMBB .( 3 ) what benefits obtained students Banten joined in PMBB organization .( 4 ) the constraints there are in the process of the value of wisdom internalization of the local community Banten on students that joint in PMBB organization .( 5 ) an attempt whatever done to overcome obstacles in the process of the value of wisdom internalization of the local community Banten the students . Engineering data collection is done through interviews , observation , the study documentation and literature. Data analyzed using the theory Nasution ( 1996: 129 ) , namely the reduction of the data , display data ( verification ) and the withdrawal of conclusion .The analysis of data is as follows: ( 1 ) the process internalization of the value of such local wisdom carried out through activities that is by means of pembiasaan regional , learning and guidance ( of characters ) .( 2 ) the value that is added to local wisdom among other students pmbb a religious posture , familial , confident and bold .( 3. the pmbb organization is potential development as a means of self , Strengthen the relationship , to enhance the sense of pride local culture , active in the process of regional development , actualize a means of self. ( 4 ) obstacles faced divided into two factors , which are ( a ) covering the internal factor to lack of awareness of student banten in maintaining the value of the local wisdom ( b ) external factors covering a lack of infrastructure of supporters , real lack of support from the government .( 5 ) the efforts was by provide a leadership role the maximum , improve relations with all the people of banten and to spend the availability of facilities.


(6)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BANTEN PADA MAHASISWA

(Studi Kasus Pada Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung) Nurul Hadi

1002222

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan laporan penelitian tentang proses internalisasi nilai kearifan lokal pada mahasiswa yang diselenggarakan di organisasi perhimpunan mahasiswa Banten Bandung (PMBB) dengan melibatkan pengurus, anggota dan alumni (tokoh). Penelitian ini didasarkan pada lima rumusan masalah antara lain : (1) Bagaimana proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa yang terhimpun dalam organisasi perhimpunan mahasiswa Banten Bandung (PMBB). (2) Nilai kearifan lokal apa saja yang ada pada mahasiswa Banten yang terhimpun dalam organisasi PMBB. (3) Manfaat apa saja yang diperoleh mahasiswa Banten yang tergabung dalam organisasi PMBB. (4) Kendala apa saja yang terdapat dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa yang tergabung dalam organisasi PMBB. (5) Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dan literatur. Data dianalisis dengan menggunakan teori Nasution (1996:129), yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Hasil analisis data adalah sebagai berikut : (1) proses internalisasi nilai kearifan lokal dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat kedaerahan dengan cara pembiasaan, pembelajaran dan pembinaan (Tokoh). (2) nilai kearifan lokal yang terdapat pada mahasiswa PMBB antara lain sikap religius, kekeluargaan, percaya diri dan berani. (3) manfaat organisasi PMBB ialah sebagai sarana pengembangkan potensi diri, mempererat silaturahmi, meningkatkan rasa kebanggaan terhadap budaya daerah, aktif dalam proses pembangunan daerah, sarana mengaktualisasikan diri. (4) Kendala yang dihadapi dibagi menjadi dua faktor, yaitu (a) faktor internal meliputi kurangnya kesadaran mahasiswa Banten dalam menjaga nilai kearifan lokal (b) faktor eksternal meliputi kurangnya sarana prasarana pendukung, kurangnya dukungan


(7)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nyata dari pemerintah. (5) upaya yang dilakukan yaitu memberikan peran maksimal pengurus, meningkatkan hubungan dengan seluruh elemen masyarakat Banten dan mengupayakan tersedianya fasilitas penunjang.

Kata Kunci : Internalisasi Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Banten, Organisasi PMBB


(8)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. RumusanMasalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN TEORI... 10

A. Tinjauan Umum Tentang Internalisasi ... 10

1. Teori Internalisasi ... 10

a. Pengertian Internalisasi ... 10

b. Proses Internalisasi... ... 12

B. Tinjauan Umum Tentang Nilai ... 15

1. Pengertian Nilai ... 15

C. Tinjauan Umum Tentang Kearifan Lokal... . 20

1. Pengertian Kearifan Lokal ... 20

a. Fungsi Kearifan Lokal (Local Wisdom) ... 26


(9)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Definisi Masyarakat dan Masyarakat Adat ... 27

2. Unsur-unsur Masyarakat ... 29

3. Sifat Umum Masyarakat Adat Indonesia ... 31

a. Sifat Kepercayaan gaib (Religi Magic) ... 32

b. Sifat Komunal (commune) ... 33

c. Sifat Kontan (Tunai) ... 34

d. Sifat Konkret (Visual) ... 34

4. Peranan Masyarakat Adat ... 35

5. Ciri-ciri Masyarakat Adat ... 37

6. Pembinaan Masyarakat Adat ... 37

7. Dasar Hukum Mengenai Pembinaan Masyarakat Indonesia ... 39

8. Karakteristik Masyarakat Banten ... 41

E. Tinjauan Umum Tentang Mahasiswa ... 43

1. Pengertian Mahasiswa ... 43

a. Mahasiswa Sebagai Iron Stock ... 44

b. Mahasiswa Sebagai Guardian of Value ... 44

c. Mahasiswa Sebagai Agent of Change ... 45

F. Tinjauan Umum Tentang Organisasi Kemahasiswaan... 46

1. Teori Organisasi ... 46

a. Pengertian Organisasi ... 46

2. Pengertian Organisasi Kemahasiswaan ... 47

3. Jenis dan Fungsi Organisasi Kemahasiswaan ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Pendekatan dan Metode Penelitian... 51


(10)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 55

1. Lokasi Penelitian ... 55

2. Subjek Penelitian ... 55

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Observasi... 57

2. wawancara... 58

3. Studi Dokumentasi ... 60

4. Studi Literatur... 61

E. Instrumen Penelitian ... 62

F. Prosedur Penelitian ... 62

1. Tahap Pra Penelitian ... 62

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 62

G. Teknik analisis data ... 63

1. Reduksi Data (Data Reduction)... 64

2. Penyajian Data (Data Display) ... 65

3. Validasi Data ... 65

a. Triangulasi ... 65

b. Mengadakan Member Check... 66

c. Memperpanjang Masa Observasi... 67

d. Pengamatan Terus Menerus ... 67

e. Menggunakan Referensi yang cukup... 67


(11)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Deskripsi Umum Organisasi Mahasiswa Kedaerahan Banten (Primordial) ... 69

1. Sejarah dan Profil Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung (PMBB) ... 69

2. Visi dan Misi Organisasi Perhimpunan mahasiswa Banten Bandung (PMBB) ... 74

3. Tujuan Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung (PMBB) ... 75

4. Kondisi Objektif Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung (PMBB) ... 76

5. Logo PMBB ... 78

a. Pembina ... 80

b. Penasehat ... 80

c. Pengurus ... 82

B. Deskripsi Hasil penelitian ... 83

1. Deskripsi Hasil Observasi ... 85

2. Deskripsi Hasil Wawancara ... 89

a. Proses Internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa yang terhimpun dalam organisasi PMBB ... … 89

b. Nilai kearifan lokal yang ada pada mahasiswa Banten yang terhimpun dalam organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung……... 102

c. Manfaat yang Diperoleh Mahasiswa Banten yang tergabung dalam Organisasi PMBB ... 109


(12)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang Tergabung Dalam PMBB... 117

e. Upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi kendala dalam Proses Internalisasi Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Banten Pada Mahasiswa PMBB ... 122

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 127

1. Hasil Proses Internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa yang terhimpun dalam organisasi PMBB ... 128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 163

A. Kesimpulan ... 163

1. Kesimpulan Umum... 163

2. Kesimpulan Khusus ... 165

B. Saran ... 166

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS


(13)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA


(14)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persoalan yang dihadapi masyarakat semakin kompleks dalam tatanan kehidupan yang semakin global. Sekat-sekat budaya, Ideologi, dan letak geografis tidak lagi menjadi hambatan untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi. Globalisasi, adalah sebutan untuk situasi dunia hari ini, dimana budaya, informasi, komunikasi dan gaya hidup sudah saling terhubung dengan manusia lainnya diseluruh penjuru belahan dunia. Jarak sudah bukan lagi halangan, karena proses komunikasi sudah dapat dijangkau melalui teknologi.

Dewasa ini, kemajuan teknologi di era globalisasi tidak diimbangi dengan usaha penanaman nilai-nilai karakter jati diri bangsa. Hal ini dapat kita rasakan ketika banyaknya budaya-budaya luar yang telah masuk tanpa adanya regulasi, terjadilah disintegralisasi budaya. Atau, pola komunikasi yang pelan-pelan berubah, masyarakat gemar berkomunikasi di dalam media dunia maya dibanding dengan langsung bersosialisasi dan bertatap muka. Celakanya, kita seakan pelan-pelan secara tidak sadar mencoba melupakan jati diri budaya bangsa sendiri dengan gemar mengadopsi budaya-budaya luar yang kadang sebenarnya sudah bersebrangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu, perlu peran dari berbagai elemen masyarakat khususnya mahasiswa sebagai kaum intelektual.

Hakikat tugas mahasiswa bukan hanya untuk sekedar belajar saja namun juga salah satunya sebagai “Agent of Change”, maka mahasiswa selayaknya berperan maksimal dan memiliki kemampuan intelektual untuk membawa masyarakat kearah perkembangan yang lebih baik. Mahasiswa harus menolong masyarakat agar mereka mampu mandiri dengan cara pemberdayaan guna mewujudkan perkembangan masyarakat atau “Community Develovment”.


(15)

2

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mahasiswa selaku golongan muda terdidik, dikenal memiliki jiwa militansi dan idealisme yang tinggi. Hal itu dikarenakan mahasiswa sebagai pemuda yang memiliki motif mencari identitas dan pengakuan eksistensi dirinya dengan ditopang oleh tingkat pengetahuan. Selain itu, mahasiswa sebagai kaum intelektual muda memiliki jiwa yang energik, tangguh dan menjadi barisan terdepan dalam setiap kegiatan yang berkenaan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Dengan jiwa militansi dan idealisme yang tinggi mahasiswa menunjukan ketangguhan dalam mengatasi problematika bangsa, sebagai penjaga keutuhan nilai-nilai yang ada pada masyarakat, dan pembawa perubahan bagi masyarakat yang lebih baik.

Di sisi lain terkadang mahasiswapun kehilangan pijakan nilai dan pola perilaku karena adanya perubahan lingkungan, hal ini terlihat dari mulai banyaknya kasus perilaku-perilaku mahasiswa yang menyimpang seperti seks bebas, penyimpangan seks, hedonisme, individualis, pragmatis, oportunis dan lain-lain. Mahasiswa adalah calon-calon pemimpin bangsa yang diharapkan mampu menyelasaikan persoalan yang dihadapi dengan cerdas, kreatif, dan bijak tanpa keluar dari tatanan nilai dan budaya Pancasila.

Melihat realitas, mahasiswa saat ini bukan lagi berorientasi terhadap perubahan sosial ke arah yang lebih baik, tetapi berorientasi terhadap kepentingan pribadi atau golongan, mahasiswa saat ini dikenal lebih individualistis, pragmatis dan oportunis. Hal tersebut merupakan suatu kemunduran bagi gerak langkah mahasiswa yang sudah dikenal sebagai agen perubahan sosial dan pemegang estapet kepemimpinan bangsa dan negara. Seperti yang disebutkan oleh mangandaralam (kurniadi, 1991, hlm. vii) yang menyatakan :

“Terjadi erosi patriotisme dan idealisme di kalangan sementara generasi muda kita dewasa ini, yang lebih mengutamakan usaha-usaha untuk memperoleh kesenangan yang bersifat matrealistis bagi dirinya sendiri, yang melupakan tanggung jawabnya untuk memperjuangkan kesejahteraan yang lebih merata bagi seluruh bangsa Indonesia”.


(16)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mahasiswa Indonesia telah mengalami degradasi nilai-nilai kebajikan dan harus melakukan pembenahan dari penguatan karakter kepemimpinan mahasiswa. Dengan jiwa kepemimpinan yang kuat, mahasiswa dapat memposisikan diri sebagai elemen yang diperhitungkan keberadaannya dan dapat dengan bijak mejaga nilai-nilai baik di dalam masyarakat.

Pandangan tentang nilai seperti yang diungkapkan Allport (dalam Disertasi Rais, 2012, hlm. 7), “nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang

bertindak atas dasar pilihannya”. Pengertian nilai yang lain dikemukakan oleh

Mulyana (2004, hlm. 11), “nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan”.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Oleh karena itu, kita harus tetap menjaga nilai yang ada di dalam bangsa Indonesia.

Menurut Djahiri (1996, hlm. 7), secara tegas dampak ketimpangan nilai tidak terlepas dari ketimpangan arah tentang pendidikan nilai. Menurut beliau, ketimpangan arah pendidikan tentang nilai pada puncaknya akan menjadikan “manusia cenderung arogan, eksistensialis, egois, individualistik, materialistik, sekuler, mendewakan ciptaanya sendiri serta lupa bahkan bersombong diri terhadap mahaciptaanya.”

Berdasarkan teori tersebut nilai merupakan sesuatu yang berharga, penting dan menjadi keyakinan bagi seseorang dalam kehidupan. Namun, besarnya dampak globalisasi, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang tidak disertai pengembangan dan pembinaan aspek-aspek nilai berakibat tidak hanya perkembangan masyarakat tidak seimbang. Akan tetapi, lebih jauh dapat menjurus kepada terjadinya pengikisan harkat dan martabat manusia (dehumanisasi).

Terdapat banyak nilai yang terkandung di dalam karakter bangsa yakni antara lain nilai kebersamaan, sopan santun, ramah, bersahaja, agamis, gotong royong dan diantara lainnya adalah nilai-nilai kearifaan lokal. Tidak sedikit


(17)

4

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kalangan yang mempertanyakan relevansi nilai kearifan lokal ditengah-tengah perjuangan umat manusia menatap globalisasi. Kearifan lokal atau yang biasa disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Nilai kearifan lokal menjadi identitas atau jati diri dari suatu wilayah dalam suatu bangsa.

Pandangan menurut Gobyah (dalam Sartini, 2004, hlm. 112) mengatakan bahwa “kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg di dalam

suatu daerah”. Selain itu, menurut Permana (2010, hlm. 1), kearifan lokal dapat

diartikan sebagai berikut: “Sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka”.

Dari pendapat di atas, dapat terlihat jelas bahwa kearifan lokal itu sebagai pandangan hidup yang telah mentradisi dan ajeg di dalam suatu daerah dan menjadi suatu strategi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengahadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan di lingkungannya. Kearifan lokal perlu dikembangkan dalam kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini, hal ini dikarenakan dalam kebudayaan lokal dan seni budaya pun banyak nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamya, sehingga dapat terwujud menjadi kepribadian setiap individu.

Selain itu, nilai kearifan lokal dapat dijadikan sarana yang tepat untuk pengembangan potensi pemuda dan pembangunan karakter warga negara. Menurut Permana (2010:1), kearifan lokal dapat diartikan:

“Sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka di dalam lingkungan masyarakatnya.”

Dari pendapat di atas, jelas bahwasanya kearifan lokal itu sebagai pandangan hidup dan strategi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengahadapi


(18)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permasalah-permasalahan dalam kehidupan di lingkungannya. Kearifan lokal perlu dikembangkan dalam kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini, hal ini dikarenakan dalam perilaku yang berdaskan pengamalan nilai-nilai kearifan lokal di daerah pelan-pelan mulai ditinggalkan. Selain itu, banyak nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalam kebudayaan lokal dan seni tradisional, sehingga dapat terwujud manjadi kepribadian setiap individu. Hal ini selain dapat sesuai dengan falsafah kehidupan lokal, juga dapat menjadi jati diri dari suatu daerah atau kelompok masyarakat.

Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dengan cara menginternalisasi nilai-nilai itu sendiri di dalam suatu wadah lembaga pendidikan.

Adapun pengertian Internalisasi menurut Johnson (1986, hlm. 124) seperti yang tertera di bawah ini :

“Proses dengan mana orientasi nilai budaya dan harapan peran benar-benar disatukan dengan sistem kepribadian. Internalisasi merupakan suatu proses pemahaman oleh individu mengapa sesuatu merupakan nilai (yang positif) hingga individu bersangkutan menerima nilai tersebut sebagai norma yang diyakininya, menjadi bagian pandangannya dan tindakan moralnya”.

Pandangan lain menyatakan bahwa “internalisasi adalah proses dengan

mana orientasi nilai budaya dan harapan peran benar-benar disatukan dengan

sistem kepribadian” (Johnson, 1986, hlm. 124). Selain itu, “internalisasi

merupakan suatu proses dimana individu belajar dan diterima menjadi bagian, dan sekaligus mengikat diri ke dalam nilai-nilai dan norma-norma sosial dari prilaku suatu masyarakat” (Kalidjernih, 2010, hlm. 71).

Berdasarkan pendapat tersebut, internalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses penghayatan dimana orientasi nilai budaya dapat disatukan dan sekaligus mengikat dalam sistem kepribadian. Internalisasi dapat dikatakn pula proses seseorang untuk belajar secara mendalam tentang suatu nilai dan norma dengan


(19)

6

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdampak adanya proses penerimaan dirinya menjadi bagian dari suatu kelompok masyarakatnya.

Secara sosiologis menurut Scott (1971, hlm. 12) “internalisasi melibatkan sesuatu yakni ide, konsep dan tindakan yang bergerak dari luar ke suatu tempat di dalam mindah (pikiran) dari suatu kepribadian”. Struktur dan kejadian dalam masyaarakat lazim membentuk pribadi yang dalam dari seseorang sehingga terjadi internalisasi.

Berdasarkan teori di atas, hal tersebut menjelaskan bahwa internalisasi merupakan suatu proses pemahaman oleh individu yang melibatkan ide, konsep serta tindakan yang terdapat dari luar kemudian bergerak ke dalam pikiran dari suatu kepribadian hingga individu bersangkutan menerima nilai tersebut sebagai norma yang diyakininya, menjadi bagian pandangannya dan tindakan moralnya.

Hasil observasi pra penelitian pada mahasiswa yang tergabung aktif di organisasi kedaerahan dalam hal ini mengenai internalisasi nilai kearifan lokal, peneliti menemukan hal yang sangat menarik. Salah satunya organisasi kedaerahan yang mengatas namakan Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung atau disingkat menjadi PMBB yang mana anggota dan pengurusnya itu adalah mahasiswa asal Banten yang sedang menempuh kuliah di perguruan tinggi negeri maupun swasta di Bandung Raya, memiliki kegiatan-kegiatan yang sifatnya menjaga tradisi-tradisi kebudayaan Banten. Selain itu pada kesehariannya dalam berorganisasi selalu mengutamakan nilai-nilai kearifan lokal dari adat istiadat orang Banten. Seperti contohnya adalah ketika pada saat berkumpul, kebiasaan dalam berkomunikasi selalu menggunakan logat dan Bahasa asli banten, yakni Bahasa sunda kuno atau Bahasa jawa serang. Selain itu, adanya kegiatan latihan debus, babacakan (tradisi makan bersama menggunakan daun pisang), pengajian rutin malam jumat dan lain-lain.

Banten merupakan salah satu daerah yang kental dengan ajaran agama islam dan kaya akan tradisi-tradisi kebudayaan lokal warisan para leluhur yang mana kebudayaan itu dianggap suatu hal yang sangat berharga, bersifat sakral, dan


(20)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selalu menjadi kebanggaan bagi masyarakatnya, karena dianggap bisa memberikan nilai praktis yang bersifat immateri maupun materi.

Hal yang menarik dari Perhimpunan Mahasiwa Banten Bandung yaitu jaringan silaturahmi antara anggota mahasiswa yang tergabung di dalam organisasi tersebut dengan tokoh-tokoh Banten (baik yang berdomisili di Banten maupun yang berdomisili di Bandung) juga dengan organisasi kepemudaan Banten di Bandung bahkan dengan mahasiswa Banten yang berdomisili di seluruh Indonesia terjalin sangat dekat dan harmonis. Selain itu kadang dalam melaksakan kegiatannya yang bersifat kedaerahan amupun nasional, semua elemen jaringan Banten di Bandung saling membantu dan mendukung dalam proses terselengganya kegiatan tersebut.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis sangat tertarik untuk mengkaji mengenai internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Perhimpunan Mahasiswa

Banten Bandung atau disingkat menjadi „PMBB‟. Karena itu, peneliti mengkaji

hal tersebut dengan judul “INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL

MASYARAKAT BANTEN PADA MAHASISWA” (Studi Kasus Pada

Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa Banten yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan?

2. Nilai kearifan lokal apa saja yang ada pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan?

3. Manfaat apa saja yang diperoleh oleh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun di organisasi kedaerahan, dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal?


(21)

8

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Kendala apa saja yang dilakukan dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan?

5. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang akan diteliti adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui bagaimana proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan

2. Untuk mengetahui nilai kearifan lokal apa saja yang ada pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan

3. Untuk mengetahui manfaat apa saja yang diperoleh oleh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun di organisasi kedaerahan, dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal

4. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dilakukan dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan

5. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran atau bahan kajian dan keilmuan dibidang sosial budaya dan pendidikan karakter, khususnya untuk mahasiswa yang telah atau pun belum aktif dalam


(22)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berorganisasi kedaerahan (primordial), juga untuk memberikan kesadaran tentang pentingnya internalisasi nilai kearifan lokal untuk menjaga jati diri bangsa. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan serta kontribusi pada jurusan pendidikan kewarganegaraan dalam memberikan wawasan bahwa pentingnya menginternalisasikan nilai kearifan lokal melalui aktif dalam berorganisasi kedaerahan.

2. Secara Praktis

a. Bagi Mahasiswa yang terhimpun dalam organisasi kedaerahan

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan kesadaran bagi mahasiswa selaku pewaris peradaban bangsa akan pentingnya menjaga nilai-nilai kearifan lokal, mengetahui dan sadar akan manfaatnya dan mampu menurunkan dan menjaga serta menginternalisasikan nilai kearifan lokal di tengah-tengah masyarakat.

b. Bagi Pemerintah Daerah

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan peran pemerintah dalam membina organisasi kedaerahan ditingkat mahasiswa agar dapat mendukung dalam memaksimalkan proses internalisi nilai kearifan lokal.

c. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi jurusan PKn dalam segi keilmuan, khususnya rumpun sosial budaya dan pendidikan karakter juga dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memaparkan urutan dalam penyusunannya. Adapun urutan dari masing-masing bab akan dijelaskan sebagai berikut :


(23)

10

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. BAB I tentang pendahuluan, pendahuluan berisikan tentang pemaparan : latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.

2. BAB II tentang kajian teori, kajian teori ini berisikan tentang pemaparan tinjauan umum tentang internalisasi, tinjauan umum tentang nilai, tinjauan umum tentang kearifan lokal, tinjauan umum tentang masyarakat, tinjauan umum tentang mahasiswa serta tinjauan umum tentang organisasi kemahasiswaan.

3. BAB III tentang metode penelitian, metode penelitian memaparkan secara rinci tentang pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, tahap penelitian serta lokasi dan subjek penelitian.


(24)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dirasa cocok karena dalam penelitian ini, peneliti menekankan untuk mengetahui gambaran dari permasalahan mengenai internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa dan berfokus kepada proses bagaimana sesutau itu muncul. Creswell (2010, hlm. 293) menjelaskan salah satu karakteristik dari pendekatan kualitatif yaitu “ pendekatan kualitatif berfokus kepada proses-proses yang terjadi, atau hasil. Peneliti kualitatif khususnya tertarik pada usaha memahami bagaimana sesuatu itu

muncul”.

Adapun alasan dipilihnya pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah mahasiswa yang aktif dan tergabung dalam organisasi primordial (kedaerahan). Sehingga peneliti diharapkan bisa memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara mendalam.

Pendapat lain mengenai definisi kualitatif dikemukakan oleh Bogdan dalam Moleong (2000,hlm. 3) bahwa penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif sifatnya terbuka dan mendalam untuk memperoleh data baik secara lisan maupun tulisan untuk kemudian dideskripsikan dan dianalisis sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.Pendekatan kualitatif diharapkan dapat memperoleh informasi yang mendalam tentang masalah yang diteliti oleh peneliti.

Dalam penelitian kualitatif instrumen utama adalah peneliti sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan


(25)

52

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawancara. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2000, hlm. 132) bahwa:

“Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya”.

Selain itu, Creswell, J.W. (dalam Basuki, 2006, hlm. 83) mengemukakan bahwa :

„Research that is guided by the qualitative paradigm is defined as: “an

inquiry process of understanding a social or human problem based on building a complex, holistic picture, formed with words, reporting detailed

views of informants, and conducted in a natural setting.’

Artinya adalah :

„Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan positivismenya. Peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan se keliling, dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah (naturalistic) bukan hasil perlakuan (treatment) atau manipulasi variabel yang dilibatkan.‟

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskriptif.

Pernyataan ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007, hlm. 4) bahwa ”penelitian kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan kata-kata deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang dan pelaku yang diamati”. Selain itu, menurut Sugiyono (2008, hlm. 24) pendekatan kualitatif ini dipilih untuk kepentingan sebagai berikut:

1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih gelap


(26)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Untuk memahami interaksi sosial

4. Untuk memahami perasaan orang 5. Untuk mengembangkan teori 6. Untuk memastikan kebenaran data 7. Meneliti sejarah perkembangan

Berdasarlan latar belakang masalah penelitain yang mengkaji tentang internalisasi nilai kearifan lokal pada mahasiswa dan menggunakan sifat pendekatan penelitian kualitatif yang sifatnya terbuka dan mendalam, penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Metode penelitian studi kasus dirasa cocok karena yang menjadi fokus penelitian adalah kasus yang terjadi pada mahasiswa yang tergabung dan aktif dalam organisasi kedaerahan tentang bagaima cara mengintenalisasikan nilai kearifan lokal masyarakat Banten. Melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus ini akan lebih luas dan mendalam mengembangkan fenomena di lapangan. Menurut Danial dan Wasriah (2009, hlm. 64):

“Metode studi kasus merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, institusi dan kmunitas masyarakat tertent. Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang khas dari kajiannya.”

Sama halnya dengan pendapat Vredenbergt (1984: 38) yang menyatakan bahwa :

“Studi kasus (case study) adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari objek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka studi kasus sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi kasus harus disifatkan sebagai suatu penelitian yang eksploratif.” Adapun alasan dipilihnya pendekatan kualitatif dan metode studi kasus, karena peneliti akan meneliti proses pengembangan dan perberdayaan potensi pemuda yang berbasis kearifan lokal, guna membangun karakter warga negara yang baik. Sehingga peneliti diharapkan bisa memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara mendalam.


(27)

54

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif dan metode penelitian studi kasus ini sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang peneliti lakukan. Alasan peneliti mengguanakan pendekatan dan metode ini dikarenakan pendekatan dan metode ini dinilai cukup representatif dengan tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni untuk memberikan gambaran mendalam mengenai Internalisasi Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Banten Pada Mahasiswa.

B.Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:60).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa variabel penelitian dalam penelitian ini adalah segala sesuatu sebagai objek penelitian yang ditetapkan dan dipelajari sehingga memperoleh informasi untuk menarik kesimpulan.

Selanjutnya Sugiyono (2013:61) menjelaskan bahwa variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Variabel bebas (independen variable)

Variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah Internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat krena adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung.


(28)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1

Paradigma Penelitian Keterangan :

Variabel Bebas (X) = Internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten. Variabel Terikat (Y) = Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel penyebab dan variabel yang dipengaruhi untuk membangun suatu hubungan atau klausal. Varibael penyebab atau variabel bebas (X) dalam penelitian ini ialah Internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten. Sedangkan variabel yang dipengaruhi atau variabel terikat (Y) dalam penelitian ini ialah Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung.

C. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di sekretariat Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung yang bertempatkan di Jalan Taman Sari Bawah no 27/59 kelurahan taman Sari, Kecamatan Bandung Wetan. Alasan pemilihan tempat ini, karena peneliti menemukan suatu kondisi yang khas dan unik yang di tempat lain tidak ada yaitu adanya pembinaan dan pemberdayaan potensi mahasiswa primordial yang berbasis kearifan lokal, kemudian adanya perilaku dan kebiasaan (kearifan lokal) yang masih diterapkan dan dibiasakan walaupun tidak tinggal atau menetap didaerah asalnya. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai wujud dari pembangunan karakter warga negara, dan dari dulu sampai sekarang ini selalu dipertahankan oleh organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung

„PMBB‟.

Variabel Bebas X

Variabel Terikat Y


(29)

56

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pengurus, anggota aktif serta alumni yang tergabung atau mengikuti kegiatan di organisasi kedaerahan Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung (PMBB). Hal ini dilakukan supaya ada perbandingan antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain.

Nasution (1996, hlm. 32) mengungkapkan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia,

situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lajim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Berdasarkan pedapat Nasution di atas, dapat dijelaskan bahwa subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang dapat memberikan informasi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Sama halnya dengan pendapat Moleong (2000, hlm. 165) yang menyatakan bahwa “pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan (purpose sample)”.

Tabel 3.1 Subjek penelitian

No Nama Responden Jabatan/Status

1 Yandi S Pengurus Perhimpunan Mahasiswa Banten

Bandung (PMBB)

2 M. Seftia Permana Pengurus Perhimpunan Mahasiswa Banten

Bandung (PMBB)

3 Ihwan Sutiawan Pengurus Perhimpunan Mahasiswa Banten

Bandung (PMBB)

4 Fahmanudin Anggota Perhimpunan Mahasiswa Banten


(30)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 Dendy Faturochman Anggota Perhimpunan Mahasiswa Banten

Bandung (PMBB)

6 Aji Nestiadi Anggota Perhimpunan Mahasiswa Banten

Bandung (PMBB)

7 Ade Fahruroji Alumni Perhimpunan Mahasiswa Banten

Bandung (PMBB)

8 Deni Hermana Alumni Perhimpunan Mahasiswa Banten

Bandung (PMBB)

9 Sandri Setiawan Alumni Perhimpunan Mahasiswa Banten

Bandung (PMBB)

Sumber: Dokumentasi PMBB, 2015

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dipilih berdasarkan efisiensi, kemudahan, efektivitas dan kesesuaian dengan tujuan penelitian. Basuki (2006, hlm. 105) menyatakan bahwa “teknik pengumpulan informasi (data) menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: 1) observasi, 2) wawancara, 3) dokumen, sedangkan alat-alat audiovisual penulis sebut sebagai alat bantu pengumpulan data”. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk menunjang data mengenai internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa yang didapat dari proses wawancara. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 311). “Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian dimana peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka.”

Observasi ini dilakukan dengan mengunjungi anggota, pengurus dan alumni dari organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung, juga tokoh-tokoh masyarakat Banten sehingga penulis dapat melihat gambaran langsung


(31)

58

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengenai aktivitas sehari-hari di dalam organisasi tersebut dan mengetahui nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang dimiliki oleh masyarakat Banten. Dalam hal ini, observasi dilakukan untuk mengamati pola pembinaan yang dilakukan organisasi tersebut guna menginernalisasikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Banten dalam aktivitas dan kehidupannya. Peneliti akan mengamati berbagai aktivitas organisasi, pendekatan yang digunakan oleh pengurus, alumni dan pembina, serta aktivitas lain yang memungkinkan dapat diamati oleh peneliti berkenaan dengan proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten.

Data observasi diharapkan lebih faktual mengenai situasi dan kondisi kegiatan penelitian di lapangan. Menurut Patton (dalam Nasution 1996, hlm. 59) manfaat data observasi adalah sebagai berikut:

a. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi.

b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif.

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati orang lain. d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan

oleh responden dalam wawancara.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. Dalam lapangan, peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan sehingga akan juga memperoleh kesan-kesan pribadi, misalnya merasakan situasi sosial.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa teknik penelitian ini digunakan untuk mendukung peneliti dalam pengumpulan data, sehingga peneliti dapat mengetahui secara langsung mengenai internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa. Melalui observasi peneliti dapat memiliki kesempatan untuk mengumpulkan data lebih mendalam, terinci dan lebih cermat sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh yang didasarkan pada konteks data dalam keseluruhan situasi.

Pengamatan dan peninjauan langsung dilakukan ke lokasi penelitian untuk mengetahui keadaan di lapangan. Menurut Basuki (2006, hlm. 86) bahwa :


(32)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Observasi adalah penyeleksian dan pencatatan perilaku manusia dalam lingkungannya. Observasi digunakan untuk menghasilkan penjelasan yang sangat mendalam mengenai organisasi dan peristiwa, untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, dan untuk melakukan penelitian di saat metode-metode lain tidak memadai”.

Sama halnya dengan apa yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010, hlm. 203), Observasi adalah “teknik yang digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar”.

Merujuk pada pendapat tersebut, kegiatan observasi merupakan langkah awal untuk memperoleh data yang diperlukan, dengan melakukan observasi peneliti dapat memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang diteliti dan dapat memberikan deskripsi mengenai gambaran umum objek yang diteliti. Selain itu dengan melakukan observasi peneliti dapat mengamati secara langsung kegiatan ataupun peristiwa yang dilakukan oleh objek penelitian. Peneliti juga dapat memperoleh data yang faktual sesuai dengan keadaan dilapangan.

2. Wawancara

Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi lengkap tentang segala hal yang dipikirkan, dirasakan, direncanakan, dan dikerjakan. Subjek penelitian ini yaitu para mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang telah tergabung di dalam organisasi kedaerahan. Wawancara dilakukan secara terstruktur baik secara terfokus maupun tidak terfokus.

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari sumber yang utama sehingga informasi atau data yang dicari dapat ditemukan dari sumbernya langsung tanpa melalui perantara. Hal ini sesuai dengan pendapat Esterbergh (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 317) bahwa wawancara “merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.


(33)

60

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sama halnya dengan Esterbergh, menurut Moleong (2000, hlm. 135)

wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa melalui wawancara diharapkan mampu mendapatkan informasi dari responden mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian. Melalui wawancara juga diharapkan mampu mengetahui pandangan seseorang mengenai pendidikan politik masyarakat adat, yang sebelumnya tidak diketahui dan tidak bisa didapatkan melalui observasi, sesuai dengan tujuan dari wawancara itu sendiri.

Menurut Nasution (1996, hlm. 73) wawancara adalah untuk “mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi”.

Sama halnya menurut Sugiyono (2008, hlm. 231) Wawancara adalah

”pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh melalui observasi. Melalui wawancara ini peneliti dapat memperoleh informasi yang mendalam.

Menurut Moleong (2007, hlm. 186), ”Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan wawancara dan terwawancara (interviewee).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan proses kegiatan dua orang yang bertukar informasi mengenai suatu topik dengan cara tanya jawab guna mendapatkan pemahaman dan gambaran suatu fenomena secara lebih mendalam. Dalam penelitian ini, responden yang akan peneliti wawancarai adalah pengurus, anggota dan alumni


(34)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari organisasi kedaerahan yang dalam hal ini adalah Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung. Wawancara yang dilakukan kepada sejumlah responden tersebut diharapkan dapat diperoleh data dan fakta yang coba penulis ungkap dalam penelitian ini.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu berupa tulisan, gambar, ataupun rekaman yang merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif, Sugiyono (2008, hlm. 240).

Sejalan dengan itu dokumen dibagi dua, yakni dokumen pribadi, yakni catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Selanjutnya adalah dokumen resmi, yang dibagi menjadi dua, yaitu dokumen internal berupa memo, pengumuman, intruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Kemudian dokumen eksternal yang berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.

Selain itu, studi dokumentasi dalam memperkuat data hasil wawancara digunakan penulis untuk mengkaji analisis dengan dokumen-dokumen yang ada.

Menurut Moleong (2007, hlm. 217) bahwa “studi dokumentasi sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”.

Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya adalah dokumen, foto dan bahan statistik. Dokumen terdiri dari tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat dan dokumen resmi. Oleh karena bahan dokumen besar manfaatnya dalam penelitian, maka peneliti juga mencoba untuk manggali data dan fakta yang ada di lapangan melalui dokumen-dokumen yang mendukung penelitian.


(35)

62

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian kualitatitf data yang didapatkan bisa melalui wawancara secara langsung dengan objek penelitian, bisa dengan cara observasi, juga melalui dokumentasi. Studi dokumentasi menurut Nasution (2003, hlm. 85) ialah” pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.”

Arikunto (1998:236) yang mengatakan bahwa “metode dokumentasi

merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda dan sebagainya”.

Berdasarkan penadapat tersebut dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi narasumber bagi peneliti selain wawancara dan observasi. Data dokumentasi dapat berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.

4. Studi Literatur

Faisal (1992, hlm. 30) menjelaskan bahwa “hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti; termasuk juga memberi latar belakang mengapa masalah tadi penting diteliti.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam studi literatur teknik ini dimaksudkan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan pendidikan politik.

Teknik pengumpulan data melalui studi literatur ini dapat dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji berbagai literatur yang berkaitan dengan kajian penelitian yang dilakukan. Studi literatur ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang sekiranya mendukung kebenaran data yang digunakan dalam penelitian ini.


(36)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kartini Kartono (1996, hlm. 33)

bahwa “studi literatur merupakan teknik penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa studi literatur merupakan teknik dengan mempelajari buku-buku sumber yang berhubungan dengan objek dan masalah penelitian yang relevan, untuk memperoleh informasi-informasi dan teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah penelitian yang diteliti. Hal ini dilakukan guna untuk memperkuat data-data yang diperoleh dalam penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah pedoman observasi. Observasi ini bertujuan untuk mengambil segala bentuk aktifitas subyek penelitian untuk memperkuat hasil penelitian penelitian .Pedoman wawancara yang digunakan peneliti adalah pedoman wawancara terstruktur. Peneliti menggunakan pedoman wawancara tersebut agar dapat memperoleh informasi yang terekam dalam ucapan dan prilaku dari sumber yang telah ditentukan.

F. Prosedur Penelitian 1. Tahap Pra Penelitian

Tahap pra penelitian yang pertama kali dilakukan adalah memilih masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk menyesuaikan keperluan dan kepentingan fokus penelitian yang akan diteliti. Selain itu juga, dalam tahap pra penelitian ini dengan melaksanakan pendahuluan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai objek dan subjek penelitian. Tahap selanjutnya adalah penyusunan pedoman wawancara sebagai alat


(37)

64

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data. Dalam mengurus perizinan penelitian, peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah Pertama, peneliti mengajukan surat izin penelitian kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI.

b. Setelah memperoleh izin dari Ketua Jurusan PKn, kemudian diteruskan untuk mendapat izin dari Dekan FPIPS UPI.

c. Setelah itu, memberikan rekomendasi untuk memperoleh izin dari Rektor UPI dan BAAK.

2.Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini peneliti mulai mempersiapkan diri puntuk bisa berinteraksi dengan objek penelitiannya. Peneliti diharapkan dalam tahap ini memiliki sikap yang selektif, menjauhkan diri dari keadaan yang akan mempengaruhi data, dan mencari informasi yang relevan.

Pelaksanaan penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari responden. Adapun langkah- langkah yang ditempuh peneliti sebagai berikut : a. Mengurusi izin untuk melakukan penelitian

b. Melakukan wawancara dengan responden, kemudian hasil wawancara tersebut ditulis dan disusun dalam bentuk catatan lengkap.

c. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang diperlukan dan relevan dengan masalah yang diteliti, salah satunya dengan meminta berbagai dokumen tertulis yang ada pada organisasi perhimpunan mahasiswa Banten Bandung.

d. Melakukan observasi mengenai pelaksanaan proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa

Dengan demikian, setelah selesai tahap persiapan maka peneliti langsung turun ke lapangan untuk melaksanakan penelitian. Pelaksanaan penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari responden. Data yang diperoleh


(38)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampai pada titik jenuh yang berarti perolehan data tidak lagi mendapatkan informasi yang baru.

G. Teknis Analisis Data

Beberapa prinsip analisis data kualitatif adalah data-data yang muncul bukan rangkaian angka tapi rangkaian kata-kata yang berulang-ulang, berlanjut dan terus menerus sampai analisis dianggap cukup. Analisis data dalam penelitan kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki tempat penelitian, selama di tempat penelitian dan setelah selesai ditempat penelitian. Sugiyono (2010, hlm. 336) menjelaskan bahwa:

“Analisis sebelum lapangan dilakukan terhadap hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Analisisi selama di lapangan dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan selesai setelah pengumpulan data dalam periode tertentu. pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Pertanyaan diajukan sampai data dianggap kredibel. Langkah-langkah analisis data yaitu Reduksi data mengurangi data-data yang tidak diperlukan, data display dan verifikasi data”.

Sama halnya menurut Stainback (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 335)

“analisis data merupakan hal yang sangat kriris dalam proses penelitian kualitatif. Analisis data digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil wawancara, kemudian obeservasi dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada saat awal proses penelitian serta pada akhir penelitian.

Menurut Nasution (1996:129) bahwa “dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus

dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis”. Tahapan analisis data menurut Nasution (1996, hlm. 129) adalah sebagai berikut “Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua penelitian, salah satu cara yang dapat


(39)

66

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verifikasi”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data (Data Reduction)

Menurut Sugiyono (2008, hlm. 247), “mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan

polanya”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data.Kegiatan ini bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul.Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data ini berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan terhadap hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti mengumpul;kan data selanjutnya.

Pada tahap ini, peneliti merangkum dan memilih data mana saja yang yang penting, diperoleh dari lapangan dan yang akan digunakan untuk dijadikan bahan laporan. Hasil data yang sudah direduksi inilah yang akan memberikan gambaran jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Menurut Sugiyono (2008, hlm. 249) menyebutkan, dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.


(40)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan mendisplaykan data, maka akan mudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif sehingga data yang di displaykan lebih banyak dituangkan dalam bentuk laporan uraian.

3. Validasi data

Penellitian kualitatif sering kali diragukan, terutama dalam hal keabsahan datanya (validitas data), oleh karena itu dibutuhkan cara untuk dapat memenuhi kriteria validitas data yang salah satunya ialah dengan cara tringulasi. Sugiyono

(2012, hlm. 372) mengemukakan bahwa “triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu”.

Selain itu, Sugiyono (2012, hlm. 373) menjelaskan bahwa triangulasi sumber untuk menguji krebilitas data, dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses validasi data dibutuhkan suatu cara, salah satu cara yang digunakan ialah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah pengecekan data daru berbagai sumber, cara dan waktu agar hasil data yang diperoleh dapat lebih akurat terutama dari keabsahannya.

Berikut cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara lain:

a. Triangulasi

Creswell (2010, hlm. 286) menjelaskan tentang strategi triangulasi adalah sebagai berikut:

“Mentriangulasi sumber-sumber data yang berbeda dan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-tema yang dibangun berdasarkan sejumlah sumber data atau perspektof dari partisipan akan menambah validitas data.”


(41)

68

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2

Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan data

g. h. i. j.

Sumber : Buku Metode Penelitian Pendidikan (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 373)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa triangualsi dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang mendalam dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga hasil data tersebut dapat dipastikan keabsahannya.

b. Mengadakan Member Check

Tujuan dari member check adalah agar informasi yang peneliti peroleh digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan, Craswell (2010, hlm. 287) member check dapat dilakukan dengan cara

“membawa kembali laporan akhir, atau deskripsi-deskripsi atau tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan/deskripsi/ tema tersebut sudah akurat.”

Dengan demikian, berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara member check kepada subjek penelitian diakhir kegiatan tentang fokus yang diteliti yakni internalisasi nilai kearifan lokal Banten pada mahasiswa. Hal ini dilakukan agar infomasi yang peneliti peroleh dapat lebih akurat dan dapat pula dipertanggung jawabkan.

Observasi Wawancara


(42)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Memperpanjang Masa Observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang waktu penelitian dengan cara ikut serta dalam aktivitas atau agenda organisasi Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung dan juga mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam penelitian ini.

d. Pengamatan Terus-menerus

Agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tertinggi, peneliti mengadakan pengamatan secara terus-menerus terhadap subjek penelitian untuk memperoleh gambaran nyata tentang proses internalisasi nilai kearifan lokal masyarakat Banten pada mahasiswa.

e. Menggunakan Referensi yang Cukup

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan dan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang tidak mengganggu atau menarik perhatian informasi, sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa validitas data untuk menghasilkan akurasi hasil penelitian dapat dilakukan dengan melalui triangulasi, member check, pengamatan terus menerus, dan menggunakan referensi yang cukup. Hal ini diperlukan guna menjadikan hasil penelitian lebih dapat dipercaya, sahih dam akurat.

4. Kesimpulan dan verifikasi

Analisis data dalam penelitan kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki tempat penelitian, hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan


(43)

70

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 252) yang menyatakan bahwa:

“Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang

setelah peneliti berada dilapangan”.

Dengan demikian, Menarik atau mengambil kesimpulan adalah tujuan utama analisis data yang dilakukan sejak awal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis.Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam analisis data, tahap ini dilakukan dengan cara peneliti menganalisis data yang telah diperoleh sebelumnya, sehingga hasil yang dituangkan peneliti berupa data dan fakta yang ada dilapangan yang diintegrasikan dengan analisis peneliti.


(1)

167

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Organisasi PMBB dalam menjalankan kegiatan hendaknya konsisten dan sesuai (disiplin) dengan agenda yang terdapat di dalam hasil rapat kerja (Raker Organisasi).

b. Organisasi hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana untuk peserta agar dapat mengoptimalkan proses kegiatan.

2. Bagi Masyarakat :

a. Masyarakat khususnya pemuda sebaiknya terjun langsung dalam pelestarian nilai-nilai kearifan lokal, misalnya dengan mengikuti sanggar, binaan desa, pos kearifan lokal dan sebagainya.

b. Masyarakat khususnya keluarga mendukung proses pengembangan karakter anak sebagai generasi penerus bangsa dengan mengajarkan nilai-nilai karakter dan kearifan lokal secara aplikatif.

3. Bagi Lembaga Jurusan :

a. Lebih mengintensifkan kajian-kajian tentang kearifan lokal untuk dijadikan bahan kajian studi jurusan pendidikan kewarganegaraan.

b. Memperbanyak melaksanakan pengabdian pada masyarakat untuk mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal.

4. Bagi Pemerintah :

a. Pemerintah khususnya Gubernur melalui Kantor Penghubung Provinsi Banten lebih mengoptimalkan pemberian bantuan anggaran dan sarana prasarana kepada organisasi pemuda mahasiswa yang berbasis kearifan lokal.

b. Membuat regulasi kebijakan dalam pembuatan peraturan daerah mengenai pentingnya memasukan nilai-nilai kearifan lokal pada kegiatan ekstrakurikuler dipersekolahan (sebagai tunas muda).

5. Bagi Peneliti Lain :

a. Sebaiknya mengadakan penelitian lebih lanjutan dan mendalam mengenai proses internalisasi nilai-nilai kearifan lokal pada mahasiswa, sehingga


(2)

168

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permasalahan tentang nilai-nilai kearifan lokal yang terjadi saat ini dapat diketahui dan diatasi.

b. Sebaiknya peneliti menggunakan penelitian research and development dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk mendeskripsikan pengembangan proses internalisasi nilai kearifan lokal pada organisasi mahasiswa kedaerahan dan mengetahui kegiatan yang berpengaruh terhadap pengembangan karakter mahasiswa (pemuda).


(3)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR CEKLIS PUSTAKA

NO DAFTAR PUSTAKA HALAMAN

A SUMBER BUKU

1 Affandi, I. (2011). Pendidikan politik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

37, 38

2 Arianti. (2012). Pengertian Definisi Mahasiswa Menurut

Para Ahli. Tersedia: [Online] :

http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-mahasiswa-menurut-para-ahli/. Diakses : 12 Februari 2015.

3 Aspin, D. (2003). Clarification of Term Used in Value

Discussion. Tersedia : [Online] :

http://www.becal.net/toolkit/npdp/npdp2.htm. Diakses : 9 Januari 2015.

19

4 Basuki ,H (2006). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta 57,

5 Brownhill, R, and Smart, P.(1989). Political Education.London and New York. Routledge

21

6 Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan

Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa.

Bandung: Widya Aksara Press.

7 Creswell, JW. (2010). Reseach Design Pendekatan, Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

52, 66, 67,

8 Darmawan, C. 2008. Pengantar Ilmu Politik. Bandung. Laboraturium Pendidikan Kewarganegaraan.

9 Darwis, R. (2008). Hukum Adat.Bandung. Laboraturium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indnesia

27, 28, 31, 32, 33, 35, 36, 37

10 Djahiri, A. K. (1996). Menulusuri Dunia Afektif, Pendidikan nilai dan Moral. Bandung: Lab. Pengajaran PMP IKIP Bandung.

3, 16, 17

11 Elly , Burhainy Faizal. (2003). Budaya Papua. Tersedia: [Online] : http://www. papuaindependent.com. Diakses : 24 Agustus 2014

12 Elmubarok, Z. (2007). Membumikan Pendidikan Nilai ( mengumpulkan yang terserak menyambung yang terputus dan menyatukan yang tercerai). Bandung: Alfabeta. 13 Elmubarok, Z. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai,

Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung: Alfabeta


(4)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

14 Gunawan, A.H. (2010). Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

29

15 Hakam, K. A. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung: MKDU Press.

14, 17, 19

16 Iman Sudiyat. (1981). Asas – Asas Hukum Bekal Pengantar , Liberty, Yogyakarta.

17 Iun, (2003). Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali.

Tersedia : [Online] :

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/9/17/bd1hl. htm. Diakses : 26 Oktober 2011

26,

18 Johnson, D. P. (1989). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. (Di Indonesia oleh Lawang R.M.Z.) Jilid.2, Jakarta: PT Gramedia.

5, 10

19 Kalidjernih, F. K. (2010). Kamus Study Kewarganegaraan, Perspektif Sosiologikal dan Politikal. Bandung:Widya Aksara.

5, 10, 11, 27

20 Kartono, Kartini. (2005). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

`

21 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 155/U/1998 Tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi

22 Koentjaraningrat. (1984). Teori-teori Antropologi. Jakarta: UI Press.

12

23 Lawang R.M.Z.) Jilid.2, Jakarta: PT Gramedia

24 Mead, G. (1943). Mind, Self, and Society. Chichago: University of Chichago Press.

11

25 Menanti dan Pelly, (1994). Teori-Teori Sosial Budaya. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

26 Moleong, L.J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT remaja Rosdakarya.

52, 59, 60, 61,

27 Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

3, 17

28 Nasution, S. (1996). Metode penelitian naturalistik kualitatif. Bandung : Tarsito

55, 59, 61, 64, 65

29 Nawawi, H. (2006). Kepemimpinan Mengektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss.

46, 47,

30 Nazir, Moh. (2003). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia


(5)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

31 Notosusanto, Nugroho. (1983). Menegakan Wawasan Almamater. Jakarta: UI-Press

32 Pelly dan Menanti. 1994. “Teori-Teori Sosial Budaya”. Jakarta : Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

15

34 Permana, Cecep Eka. (2010). Kearifan Lokal Masyarakat Baduya dalam Mengatasi Bencana.Jakarta: Wedatama Widia Sastra.

3, 4, 21, 24

35 Prasetyanto, A dan Wahyu Indryo dkk. (2001). Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi di Indonesia. Bandung: P.T. Alumni.

36 Purmana, G.W (2008). Peran dan Fungsi Mahasiswa.

Tersedia: [Online] :

http://geowana.wordpress.com/2008/08/10/peran-fungsi-posisi-mahasiswa/. Diakses : 16 Desember 2014

37 Rais, M. (2012), Internalisasi Nilai Integrasi Untuk Menciptakan Keharmonisan Hubungan Antar Etnik. Disertasi pada program pasca sarjana PPU UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

2, 13, 18

38 Rivai, Veithzal dan Mulyadi, Deddy. (2012). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers

39 Sartini, (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara sebagai Kajian Filsafati. Jurnal Filsafat. 37 (2): 111-120.

3

40 Scott, J. (1971). Internalization of Norms: A Sociological Theory of Moral Commitment. Englewood Cliff, N.J. : Paentice-Hall.

5, 10

41 Setiadi, dkk. (2007). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

29, 30

42 Silalahi, U, (1999). Metode dan Metodologi Penelitian. Bandung: Bina Budhaya

43 Soekanto, Soejono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Garafindo Persada.

31

44 Subkhi, Akhmad dan Jauhar, Mohammad. (2013) Pengantar

Teori dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Prestasi Pustaka

46, 47

45 Sudarman, Ari. (2004). Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: BPFE

46 Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta


(6)

Nurul Hadi , 2015

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 47 Sugiyono, (2010). Statistika untuk Penelitian . Bandung:

Alfabeta

58, 64,

48 Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta

54, 66 49 Sumantri, E. (2009). Pendidikan Umum. Bandung: Prodi PU

SPS UPI.

50 Sutjipto Raharjo. (1988). Relevansi Hukum adat Dengan

Modernisasi Hukum Adat, Makalah Seminar Masa Depan Hukum Adat Fakultas Hukum UII, Yogjakarta.

51 Undang-undang Negara Republik Indonesia no 12 tahun

2008 tentang perubahan atas undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

52 Undang-undang Negara Republik Indonesia no 22 tahun

2007 tentang penyelenggaraan pemilihan umum

53 Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

2012 tentang pemilihan umum anggota dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, dan dewan perwakilan rakyat daerah

54 Undang-undang Negara Republik Indonesia tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

28 55 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012

Tentang Pendidikan Tinggi Kamus Besar Bahasa Indonesia

56 Winardi. (2010). Teori Organisasi dan Pengorganisasian.