PENERAPAN TEKNIK POINT COUNTER POINT UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
No. Daftar FPIPS : 1960/UN.40.2.3/PL/2014
PENERAPAN TEKNIK POINT COUNTER POINT UNTUK
MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1
Cianjur)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh:
Mutiara Fitriyanti 0901687
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
(3)
PENERAPAN TEKNIK POINT COUNTER POINT UNTUK
MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1
Cianjur)
Oleh: Mutiara Fitriyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Mutiara Fitriyanti Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(4)
i
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari observasi peneliti di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur . Berdasarkan observasi tersebut, peneliti menemukan bahwa kelas XI Bahasa mempunyai potensi yang cukup baik dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Namun, kemampuan berpikir kritisnya belum digali secara optimal. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa,
penelitian ini mengambil judul “Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur).. Masalah utama yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana menerapkan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Agar permasalahan tersebut tidak meluas, peneliti membatasi ke dalam beberapa pertanyaan penelitian: 1) Bagaimana kondisi awal sebelum diterapkan teknik Point Counter Point di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 2) Bagaimana merencanakan pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 3) Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 4) Bagaimana evaluasi pembelajaran sejarah yang diperoleh melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 5) Bagaimana kendala yang dihadapi saat diterapkannya teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?. Metode yang digunakan oleh peneliti saat berlangsungnya proses penelitian adalah menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis dan Taggart. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 4 siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik Point Counter Point dapat digunakan sebagai salah satu solusi alternatif untuk menciptakan suasana pembelajaran sejarah yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dilihat dari ketercapaian indikator-indikator kemampuan berpikir kritis yang muncul ketika proses penerapan teknik Point Counter Point, indikator-indikator tersebut diantaranya: Memfokuskan Pertanyaan; b) Menganalisis Argumen; c) Bertanya dan Menjawab Pertanyaan; d) Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya/tidak; e) Membuat dan menentukan hasil pertimbangan; f) Mengidentifikasi istilah dan pertimbangan suatu definisi; g) Berinteraksi dengan orang lain.
(5)
ABSTRACT
The research begins from observation in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur. Based on the observation, research found that he class has a good potential in developing the critical thinking ability. However, the critical thinking ability cant’be seen optimally yet. Therefore, to make student’s critical thinking ability, the researcher take the title of “The application of point counter point technique to make the student’s critical thinking ability in history ( action research in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur). The main problem is how to apply point counter point technique to make student’s critical thinking ability in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur. So that the problem not spread, researcher limit into some question: 1) how the condition class before the applying of point counter point technique in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 2) How to plan learning of history through the application of point of counter point technique to make the student’s critical thinking ability in history in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 3) How the implementation steps of learning of history through the application of point of point counter point technique to make the student’s critical thinking ability in history in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 4) How can evaluation of learning of history obtained through the application of point counter point technique to make the student’s critical thinking ability in history XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 5) How obstacles encountered during the implementation of the application of point counter point
technique to make the student’s critical thinking ability in history in XI Bahasa SMA Negeri
1 Cianjur?. Method used by researcher when research in action research class with Kemmis & Taggart model. Based on the results of research for cycles can be conclude that the application of the point counter point technique can be used as alternative solution to create learning condition can make student’s critical thinking ability. It is seen from the achievement of critical thinking ability indicators that appears when the application of point counter point technique, indicators conclude: a) focus on question, b) analyze argument, c) ask and answer question, d) to consider wheter the information source reliable ar not, e) make a judgement and determine the result, f) identify the term and consideration of a definition, g)interact with others.
(6)
v
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teknik Point Counter Point ... 11
B. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Point Counter Point ... 16
C. Kemampuan Berpikir Kritis ... 18
D. Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah ... 27
E. Hubungan antara Teknik Point Counter Point dengan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Penelitian Terdahulu) ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43
B. Desain Penelitian ... 43
C. Metode Penelitian ... 47
D. Definisi Operasional ... 50
1. Teknik Pembelajaran ... 50
2. Teknik Point Counter Point ... 51
3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 51
E.Teknik Pengumpulan Data ... 59
1. Observasi ... 60
2. Catatan Lapangan ... 60
F.Instrumen Penelitian ... 61
1. Lembar Pedoman Observasi ... 61
2. Jurnal Kesan Siswa ... 62
(7)
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 64
1. Teknik Pengolahan Data ... 64
H. Analisis Data ... 65
1. Tahap Reduksi Data ... 65
2. Tahap Display Data ... 66
3. Tahap Verifikasi Data ... 66
I. Validasi Data ... 67
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Kondisi Pembelajaran Sebelum Diterapkan Teknik Point Counter Point ... 68
B. Persiapan Penerapan Teknik Point Counter Point ... 69
C. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Melalui Penerapan teknik Point Counter Point ... 70
1. Deskripsi Tindakan Siklus 1 ... 72
2. Deskripsi Tindakan Siklus 2 ... 77
3. Deskripsi Tindakan Siklus 3 ... 84
4. Deskripsi Tindakan Siklus 4 ... 89
D.Hasil Penerapan Teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa ... 93
1. Pengolahan dan Analisis Data Siklus 1 ... 93
2. Pengolahan dan Analisis Data Siklus 2 ... 96
3. Pengolahan dan Analisis Data Siklus 3 ... 99
4. Pengolahan dan Analisis Data Siklus 4 ... 103
E.Kendala yang Dihadapi dalam Menerapkan Teknik Point Counter Point untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 107
F. Analisis Data Keseluruhan Hasil Penelitian dalam Menerapkan Teknik Point Counter Point untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa….109 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 112
B. Saran ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 116
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 120
(8)
1
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan sebuah upaya untuk terwujudnya efisiensi dan efektivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran yang efisien dan efektif ini dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dimana pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Hal ini berlaku untuk setiap mata pelajaran di setiap tingkat satuan pendidikan termasuk mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pembelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini (Widja, 1989: 23). Melalui proses belajar sejarah bukan semata-mata siswa menghapal fakta, siswa dapat mengenal kehidupan bangsanya secara lebih baik dan mempersiapkan kehidupan pribadi dan bangsanya yang lebih siap untuk jangka selanjutnya ( Hamid Hasan, 1997:141).
Selain itu, (Hamid Hasan, 2008: 3) dalam makalahnya mengemukakan bahwa mata pelajaran sejarah berpotensi untuk;
Mengembangkan kemampuan berpikir; 2) Mengembangkan rasa ingin tahu; 3) Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif; 3) Sikap kepahlawanan dan kepemimpinan; 4) Membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan; 5) Mengembangkan kepeduliaan sosial; 6) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi; 7) Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah dan mengkomunikasikan informasi.
Mata pelajaran sejarah diadakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa guna membangun kesadaran tentang pentingnya peristiwa sejarah untuk
(9)
dijadikan pelajaran agar kehidupan di masa mendatang menjadi lebih baik. Namun, kenyataannya tidak seperti itu dimana sejarah dianggap sebagai mata pelajaran yang
membosankan. Hasan pada
(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/194403101967101-SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Pembelajaran_Sejarah_Yang_Mencerdasaka pdf, diunduh 8 September 2013) mengemukakan bahwa anggapan mengenai sejarah adalah bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang bosan berkenaan dengan kehidupan manusia masa lampau. Selain itu, saat ini pembelajaran sejarah didominasi oleh kenyataan bahwa siswa diharuskan menghafal fakta sejarah, nama-nama konsep ataupun tanggal dari sebuah peristiwa sehingga kemampuan yang dikembangkan masih pada kemampuan mengingat (kognitif tingkat pertama). Anggapan-anggapan keliru tersebut tentu tidak akan ada ketika pembelajaran sejarah dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengambil makna dan memahami esensi dari sebuah peristiwa sejarah dimana pembelajaran sejarah berkenaan dengan upaya memperkenalkan siswa terhadap disiplin ilmu sejarah. Oleh karena itu kualitas seperti berpikir kronologis, pemahaman sejarah, kemampuan analisis, kemampuan penelitian sejarah, kemampuan analisis isu dan pengambilan keputusan (historical issues analysis and decision making) menjadi tujuan penting dalam pendidikan sejarah. Selain itu, menurut Alfian (2007: 1) pembelajaran sejarah mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jatidiri bangsa ditengah-tengah kehidupan masyarakat dunia, sehingga sejarah merupakan sarana pendidikan, pengajaran yang termasuk ke dalam pengajaran normatif, karena tujuan dan sasarannya lebih dutujukan pada segi-segi normatif yaitu segi nilai dan makna yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
(10)
3
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Adapun pendapat yang diungkapkan Kochhar (2008: 50) yang menjelaskan sasaran utama pembelajaran sejarah di sekolah menengah atas (SMA) adalah: Pertama meningkatkan pemahaman terhadap proses perubahan dan perkembangan yang dilalui umat manusia hingga mampu mencapai tahap perkembangan yang sekarang ini. Peradaban modern yang dicapai saat ini merupakan hasil proses perkembangan yang panjang dan sejarah merupakan satu-satunya mata pelajaran yang mampu menguraikan proses tersebut. Kedua, meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban manusia dan penghargaan terhadap kesatuan dasar manusia. Semua peradaban besar dunia memiliki akar yang sama, disamping berbagai karakteristik lokal kebanyakan adalah unsur-unsur yang menunjukkan kesatuan dasar manusia. Salah satu sasaran utama sejarah pada sisi ini adalah menekankan dasar tersebut. Ketiga, menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua kebudayaan pada peradaban manusia secara keseluruhan. Kebudayaan setiap bangsa telah menyumbangkan denmgan berbagai cara terhadap peradaban secara keseluruhan. Mata pelajaran sejarah membawa pengetahuan ini kepada para siswa. Keempat, memperkokoh pemahaman bahwa interaksi saling menguntungkan antar berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam kemajuan kehidupan manusia. Dan kelima, memberikan kemudahan kepada siswa yang berminat memepelajari sejarah suatu negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manusia secara keseluruhan.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Kochhar, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pembelajaran sejarah dapat mengembangkan berbagai potensi dan pada dasanya pembelajaran sejarah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa dengan mengacu pada pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah dapat melatih kemampuan siswa dalam memahami bagaimana peristiwa sejarah tersebut terjadi sehingga kemampuan berpikir siswa dapat meningkat. Adapun tujuan dari pelaksanaan pendidikan sejarah
(11)
yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan, (2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan, (3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau, (4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang, (5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.
Adapun tujuan pembelajaran menurut (Ismaun, 2005: 224) yaitu:
Mampu memahami sejarah, dalam arti: a) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa; b) memiliki kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan untuk menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah; c) memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi kepadanya guna menentukan kesahihan informasi tersebut; d) memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. 2) Memiliki kesadaran sejarah, dalam arti: a) memiliki kesadaran akan penting dan berharganya waktu untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya; b) kesadaran akan terjadinya perubahan secara terus menerus sepanjang kehidupan umat manusia serta lingkungannya; c) memiliki kemampuan mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah; d) memiliki kemampuan untuk memilah nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah dan memilih suatu mentransformasi nilai-nilai positif menjadi miliknya; e) memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengambil teladan yang baik dari para tokoh pelaku dalam berbagai peristiwa sejarah; serta f) memiliki kemampuan dan kesadaran untuk tidak akan mengulangi lagi atau menghindari dan meniadakan hal-hal yang bersifat negatif dalam peristiwa sejarah.
Berdasarkan kedua kutipan diatas, disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sejarah tidak hanya mengembangkan aspek kognitif siswa saja yang hanya mencakup memahami dan mengetahui. Namun, ada aspek lain yaitu melatih kemampuan siswa
(12)
5
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
untuk lebih berpikir siswa secara kritis sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran sejarah yang efektif dan efisien. Namun pada kenyataannya, pembelajaran sejarah yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan belum terlaksana dengan baik. Proses pembelajaran yang selama ini dilakukan di sekolah lebih kepada pembelajaran yang bersifat teacher center, dimana guru lebih mendominasi pembelajaran dibandingkan siswa sehingga siswa tidak dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini akan berakibat kepada kurang berkembangnya kemampuan berpikir siswa dan proses pembelajaran terasa membosankan sehingga pada akhirnya siswa tidak tertarik mengikuti proses pembelajaran sejarah, seperti apa yang diungkapkan oleh Widja (1989):
“Pembelajaran sejarah tidak menarik dan membosankan. Guru-guru sejarah hanya membeberkan fakta-fakta kering berupa urutan tahun dan peristiwa belaka, model serta teknik pembelajarannya juga dari itu ke itu saja”.
Sebagaimana yang dikemukakan Hasan (2008: 6) bahwa pertama, pendidikan Indonesia didominasi oleh pandangan filosofis esensialisme dan perenialisme. Dan kedua, pendidikan di Indonesia diwarnai oleh pandangan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang menguasai sains dan teknologi. Di antara kedua pandangan tersebut, pandangan yang kedua menyebabkan para pelaksana pendidikan khususnya guru lebih menekankan tingkat pecapaian hasil belajar peserta didik pada aspek kognitif saja yang berupa hapalan dan ingatan sehingga peserta didik hanya dituntut untuk mengetahui sesuatu tanpa diajak untuk memahaminya. Dengan kata lain pembelajaran sejarah selama ini lebih ditekankan pada orientasi target penguasaan materi saja tanpa melatih peserta didik untuk memahami materi tersebut. Siswa hanya sekedar menghapal materi sehingga tingkat pemahamannya rendah dan biasanya siswa akan mudah lupa dengan materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Dengan kata lain, apabila mengacu pada tujuan pembelajaran yang diharapkan, dapat dikatakan bahwa kenyataannya dilapangan tujuan tersebut belum tercapai. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Cianjur kelas XI Bahasa peneliti menemukan bahwa pelaksanaan proses
(13)
pembelajaran sejarah kurang efektif dimana guru terlalu mendominasi pembelajaran tanpa mengajak siswa untuk aktif dan berpikir. Padahal siswa kelas XI Bahasa mempunyai kemauan dan kemampuan yang cukup baik ketika presentasi, sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelas tersebut mampu untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis saat pembelajaran sejarah. Namun, kemauan dan kemampuan siswa tersebut belum digali secara optimal sehingga proses pembelajaran sejarah pun terkesan menjadi bosan dan menjenuhkan. Adapun respon yang baik saat proses pembelajaran sejarah terlihat ketika guru memberikan sebuah pertanyaan dimana siswa cukup antusias dan merespon pertanyaan tersebut dengan cukup baik meskipun terdapat beberapa siswa yang asal menjawab. Hal ini membuktikan bahwa siswa memang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat. Apabila hal tersebut dibiarkan dan tidak ditanggapi secara serius, maka siswa tidak akan dapat mengembangkan kemampuannya. Hal ini akan berakibat pada tidak dapat tercapainya tujuan pembelajaran. Sedangkan sebagaimana diketahui bahwa tujuan pembelajaran sejarah sendiri mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Mata pelajaran sejarah diadakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa guna membangun kesadaran tentang pentingnya peristiwa sejarah untuk dijadikan pelajaran agar kehidupan di masa mendatang menjadi lebih baik. Berpikir kritis dapat diterapkan dalam pembelajaran sejarah dimana sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat dimasa lampau berdasarkan teknik dan metodologi tertentu (Sapriya, 2009: 208-209).
Tujuan pembelajaran sejarah mampu melatih kemampuan siswa untuk berpikir kritis jika proses pembelajaran dilaksanakan dengan baik, sehingga berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kelas XI Bahasa dengan menerapkan teknik pembelajaran yaitu Point Counter Point. Teknik pembelajaran Point Counter Point sendiri dilakukan secara berkelompok, yaitu ada dua pihak yang masing-masing yang memegang peranan sebagai pihak untuk
(14)
7
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
memecahkan Bahasan yang diberikan oleh guru. Banyak sekali yang menyebabkan seseorang mengalami kegagalan belajar, salah satunya disebabkan oleh strategi kurang tepatnya pemilihan teknik pembelajaran serta teknik pembelajaran yang kurang tepat. Oleh karena itu peneliti memilih teknik pembelajaran tipe Point Counter Point untuk digunakan peneliti saat melakukan penelitian karena dianggap tepat untuk mengatasi permasalahan di kelas tersebut.
Selain itu, alasan pemilihan teknik Point Counter Point sendiri karena menurut peneliti sangat sesuai dengan karakteristik siswa kelas XI Bahasa dimana siswa sudah mempunyai kemampuan berpikir dan mengemukakan pendapat yang baik namun belum digali secara optimal sehingga kemampuan mereka tidak tumbuh dan tidak berkembang secara baik. Oleh karena itu, peneliti menggunakan teknik ini sebagai upaya untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu teknik ini peneliti gunakan karena lebih sederhana dibandingkan dengan debate. Menurut Hisyam Zaini dalam buku Strategi Pembelajaran Aktif (2008 : 41) Point Counter Point adalah teknik yang melibatkan siswa dalam mendiskusikan isu-isu kompleks secara mendalam.Selain itu Point Counter Point merupakan suatu kegiatan yang dapat merangsang diskusi dan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu kompleks. Pada dasarnya teknik ini hampir mirip dengan debate namun teknik Point Counter Point proses pelaksanaanya dapat berjalan dengan lebih cepat dimana kegiatannya dapat dilakukan meskipun tidak ada persiapan sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Penerapan Teknik Point Counter Point untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata pelajaran Sejarah di Kelas XI
Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Teknik Point Conter Point
(15)
untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran
Sejarah?”. Agar permasalahan tersebut tidak meluas, maka peneliti membatasinya kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi awal sebelum diterapkan teknik Point Counter Point di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?
2. Bagaimana merencanakan pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?
3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?
4. Bagaimana evaluasi pembelajaran sejarah yang diperoleh melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?
5. Bagaimana kendala yang dihadapi saat diterapkannya teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan di atas. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara faktual dan aktual mengenai penggunaan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 1 Cianjur. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Memperoleh gambaran awal mengenai situasi dan kondisi awal tentang pembelajaran sejarah di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur guna dijadikan sebagai bahan referensi untuk dipecahkan permasalahannya.
(16)
9
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
2. Mendeskripsikan perencanaan dari penggunaan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
3. Mengkaji dan menganalisis penerapan dari teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
4. Melihat evaluasi yang diperoleh dari penggunaan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
5. Menganalisis kendala dari diterapkannya teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
D. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan untuk lebih memahami dunia pendidikan serta keterampilan dalam menerapkan teknik pembelajaran pada proses belajar mengajar berlangsung.
2. Bagi siswa, dapat menumbuhkan keberanian dalam beragumentasi khususnya meningkatnya kemampuan beragumentasi yang baik saat proses belajar mengajar berlangsung.
3. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai sebuah solusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah serta menambah wawasan dan ketarampilan dalam hal penggunaan teknik pembelajaran.
4. Bagi sekolah, akan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam hal pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Cianjur.
(17)
E. Struktrur Organisasi Penelitian
BAB I membahas mengenai pendahuluan. Dalam bab ini terdapat beberapa sub bab yang membahas mengenai latar belakang yang diungkapkan peneliti tentang permasalahan yang terjadi. Selain itu, dalam bab ini juga terdapat rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
BAB II membahas kajian pustaka. Dalam bab ini peneliti membahas membahas kajian pustaka yang mendasari penelitian ini, di mana dalam bab ini peneliti melakukan berbagai kajian dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Selain itu, dalam bab ini terdapat beberapa penjelasan mengenai teknik pembelajaran, teknik Point Counter Point, keunggulan teknik Point Counter Point, teknik Point Counter Point dalam pembelajaran sejarah, kemampuan berpikir kritis, pengertian berpikir kritis, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah serta hasil penelitian – penelitian terdahulu.
BAB III membahas mengenai metodologi penelitian. Dalam bab ini peneliti membahas mengenai metode penelitian, desain penelitian, sasaran penelitian, lokasi penelitian dan subjek penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, pengolahan dan analisis data serta validasi data .
BAB IV membahas mengenai pembahasan dan hasil penelitian. Dalam bab ini dijelaskan mengenai temuan penelitian dan pemBahasan hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah dan pertanyaan penelitian.
BAB V membahas mengenai kesimpulan dan saran. Dalam bab ini dikemukakan mengenai bagaimana kesimpulan serta saran atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
(18)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Cianjur yang beralamat di Jl. Pangeran Hidayatullah No. 62 ini memiliki 37 kelas dengan jumlah total keseluruhan 1320 siswa. Subjek penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur dengan jumlah siswa 20 orang di dalam kelasnya.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Cianjur tidak terlepas dari prosedur penelitian tindakan kelas. Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti diantaranya; 1) melakukan pengamatan pra penelitian terhadap kelas yang akan digunakan; 2) menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai objek penelitian; 3) Meminta kesediaan guru untuk dijadikan sebagai pengawas jalannya pelaksanaan metode Point Counter Point dalam proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan; 4) Menyusun kesepakatan dengan guru mengenai waktu penelitian. Hal ini dimaksudkan agar proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti nanti dipahami oleh pihak sekolah dan memperoleh izin untuk melakukan suatu kegiatan penelitian.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, di bawah ini merupakan gambaran dari desain penelitian Kemmis dan Taggart yang akan digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam proses penelitian. Adapun gambarnya adalah sebagai berikut:
(19)
Refleksi
Observasi
Tindakan 1 Rencana
tindakan1
Rencana tindakan2
Pra
Rencana tindakan3 Observasi
Refleksi Refleksi
Tindakan 2
Tindakan 3
dst
Gambar 3.1
Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart (1988) (Diadaptasi Wiriaatmadja, 2005: 66)
Alasan peneliti menggunakan desain Kemmis dan Taggart karena desain ini merupakan komponen dasar yang sesuai dalam penelitian ini. Apabila dicermati, desain yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart ini pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat yang terdiri dari empat komponen, yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan dan 4) refleksi dimana dalam pelaksanaanya, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan (Depdiknas: 2004). Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan mencoba menggambarkan tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti saat menggunakan desain Kemmis dan Taggart ini, diantaranya:
(20)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Rencana (plan)
Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat luwes yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam proses belajar mengajar dan mengenal rintangan yang sebenarnya. Dalam penelitian tindakan kelas, rencana tindakan harus berorientasi ke depan dan bersifat fleksibel. Tahap ini merupakan tahap awal dalam pelaksanaan PTK yang dilakukan oleh peneliti, perencanaan penelitian dijabarkan sebagai berikut:
Melakukan pengenalan lapangan, yaitu dengan melakukan perizinan serta sosialisasi terhadap pihak sekolah.
Melakukan pengamatan pra penelitian terhadap kelas yang akan digunakan.
Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai objek penelitian.
Meminta kesediaan guru untuk dijadikan sebagai pengawas jalannya pelaksanaan teknik Point Counter Point dalam proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan.
Menyusun kesepakatan dengan guru mengenai waktu penelitian.
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Mempersiapkan alat observasi yang dilakukan untuk melihat aktivitas siswa dalam penerapan teknik Point Counter Point.
Menyusun jurnal kesan siswa terhadap penerapan teknik Point Counter Point.
Menyusun sistem penilaian yang akan digunakan dalam teknik Point Counter Point, sehingga dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
Merencanakan diskusi balikan yang akan dilakukan guru dengan peneliti. 49
(21)
Membuat rencana untuk melakukan perbaikan, sebagai tindak lanjut dari diskusi balikan yang telah dilakukan.
Merencanakan untuk pengolahan data dari hasil penelitian.
Tindakan (act)
Pada tahapan ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan dalam melakukan suatu penelitian dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan yang hendak dilakukan oleh peneliti dijabarkan sebagai berikut:
Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan dengan langkah-langkahnya berdasarkan pada silabus serta rencana pelaksanaan pembelajaran.
Menerapkan teknik Point Counter Point dalam proses pembelajaran di kelas.
Mengadakan evaluasi belajar terkait dengan tumbuhnya kemampuan berpikir kritis siswa.
Menggunakan instrument penelitian yang telah dibuat sebagai alat observasi, untuk melihat, merekam atau mencatat segala aktivitas siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Melakukan diskusi balikan dengan guru.
Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan.
Melakukan pengolahan data penelitian.
(22)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengamatan (observe)
Tahap yang ketiga adalah observasi, pada tahap ini observer mengamati aktivitas peneliti serta siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran. Selain itu, Observasi mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada siswa, sehingga hasil observasi merupakan dasar refleksi bagi tindakan yang telah dilakukan. Oleh karena itu, tahapan observasi dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
Melakukan pengamatan saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Melakukan pengamatan, kesesuaian penerapan teknik Point Counter Point dengan materi ajar.
Melakukan pengamatan terhadap penerapan teknik Point Counter Point terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Refleksi (reflect)
Tahap refleksi berusaha untuk melakukan suatu pengkajian kembali akan suatu tindakan yang telah dilakukan, terhadap subjek penelitian dan telah dicatat berdasarkan pengamatan. Tahapan ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu dan hambatan yang muncul dalam perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Pada tahapan ini, peneliti menjabarkan sebagai berikut:
Melakukan kegiatan diskusi balikan antara guru dan peneliti setelah tindakan dilakukan.
Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk siklus selanjutnya.
Proses pelaksanaan tindakan kelas ini akan dilakukan melalui tiga tahapan pokok secara siklus, terlihat pada bagan dibawah ini:
(23)
Gambar 3.2
(Diadopsi dari Wiriaatmadja, 2005: 106)
Penjelasan gambar pelaksana tindakan tersebut dijelaskan peneliti sebagai berikut :
1. Perencanaan yang dilakukan guru mitra sebagai observer dan peneliti sebagai sebagai pelaksana tindakan dalam proses pembelajaran, mengenai topic kajian dan fokus yang akan diobservasi berdasarkan kesepakatan bersama. Fokus observasi itu terdiri atas aspek:
a) Langkah-langkah yang dilakukan peneliti saat menerapkan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
b) Materi ajar disesuaikan dengan kurikulum serta dengan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
c) Perencaan penilaian penerapan teknik Point Counter Point yang dibuat oleh peneliti.
d) Kendala yang dihadapi oleh peneliti saat menerapkan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
e) Upaya yang dilakukan oleh peneliti dan guru untuk mengatasi kendala dalam menerapkan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
52
Pertemuan Perencanaan
Observasi Kelas Diskusi Balikan
(24)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Observasi kelas yaitu kegiatan mitra dalam mengamati siswa serta peneliti saat berlangsungnya proses pelaksanaan tindakan, kendala-kendala yang muncul ketika penerapan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
3. Diskusi balikan terhadap hasil observasi dilakukan oleh guru mitra yang bertindak sebagai observer dan peneliti sebagai pelaksana tindakan. Hasilnya kemudian direfleksikan dan dijadikan rencana tindakan selanjutnya
C. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang dilakukan peneliti melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan untuk memperoleh jawaban atas suatu masalah. Menurut Hatimah (2010: 95) metode penelitian adalah:
“Suatu cara yang harus dilakukan oleh peneliti melalui serangkaian prosedur
dan tahapan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan penelitian dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencari jawaban terhadap suatu
masalah”.
Berdasarkan pernyataan diatas serta berdasarkan pada kajian dari permasalahan penelitian, maka metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga pembelajaran siswa dapat ditingkatkan (Depdiknas: 2005). Hopkins (Wiriaamatdja, 2005: 11) mengemukakan pengertian penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan yang substantive, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi sambil terlibat dalam suatu proses perubahan.
(25)
Jika ditinjau dari kajian literature sendiri pengertian Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Sedangkan Rochiati Wiriaatmadja (2005: 13) menyatakan bahwa:
“penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasi kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.”
Selain itu, PTK didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru secara individual atau kelompok terhadap masalah pembelajaran yang dihadapinya guna memecahkan masah tersebut atau menghasilkan pola dan prosedur tertentu yang paling cocok dengan cara dia mengajar, cara siswa belajar dan culture yang sedang berlaku di lingkungan setempat. Hopkins (Wiriaamatdja, 2005: 25) mengemukakan karakteristik PTK, bahwa penelitian tindakan kelas bersifat emansipatoris dan membebaskan (liberating), karena penelitian ini mendorong kebebasan berpikir dan berargumen, meneliti dan menggunakan kearifan dalam mengambil suatu keputusan atau judgement.. Selain itu, karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Sukardi (2004: 211) adalah sebagai berikut:
1) Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.
2) Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.
(26)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.
4) Adanya langkah berpikir reflektif atau reflectif thinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan.
Alasan pemilihan metode PTK dalam penelitian ini, karena PTK merupakan jenis penelitian pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas serta sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain alasan tersebut, berdasarkan karakteristik PTK yaitu: 1) masalah berawal dari ruang kelas, 2) tujuannya memperbaiki pembelajaran, 3) teknik utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, 4) fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran (Rochiati: 2005). Maka, penggunaan metode PTK sangat sesuai untuk dijadikan sebagai pondasi dalam penelitian ini.
D. Definisi Operasional
Untuk memudahkan peneliti ketika melakukan penelitian, maka dibawah ini terdapat beberapa definisi operasional yang akan menjelaskan secara rinci mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Teknik Pembelajaran
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pembelajaran diidentikkan
dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar
atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
(27)
Jadi, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik. Menurut Usman (2000: 4) pembelajaran merupakan “suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.
Sementara itu, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Teknik dalam pembelajaran, merupakan penjelasan dan penjabaran suatu metode pembelajaran, maka sudah barang tentu bahwa kutipan definisi teknik tersebut di atas perlu dilengkapi dengan pijakan pada metode tertentu. Oleh karena itu, maka peneliti dapat simpulkan bahwa teknik dalam pembelajaran dapat didefinisikan sebagai daya upaya, atau usaha-usaha yang ditempuh oleh seseorang guru dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dengan cara yang paling praktis, namun tetap harus selalu merujuk dan berpijak pada metode tertentu.
(28)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Teknik Point Counter Point
Teknik Point Counter Point sering disamakan dengan debate ataupun diskusi, namun sebenarnya ketiga teknik tersebut sangatlah berbeda. Menurut Hisyam Zaini dalam buku Strategi Pembelajaran Aktif (2008 : 41) teknik Point Counter Point adalah teknik yang melibatkan siswa dalam mendiskusikan isu-isu kompleks secara mendalam. Penggunaan teknik Point Counter Point dengan pengangkatan isu kompleks yang mempunyai dua sisi perspektif pada pembelajaran sejarah diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dikarenakan dengan pengangkatan isu kompleks pada saat berlangsungnya proses pembelajaran dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis sehingga siswa akan berusaha menemukan sendiri mencari literature yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas sehingga literature tersebut menjadi sebuah pegangan bagi siswa untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat ketika berlangsungnya proses Point Counter Point. Oleh karena itu pemilihan teknik pembelajaran tipe Point Counter Point digunakan oleh peneliti karena sangat tepat untuk membantu siswa dalam memahami materi ajar serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Tahapan yang dilakukan saat berlangsungnya pembelajan sejarah dengan menggunakan teknik Point Counter Point pada penelitian ini diantaranya:
1. Langkah pertama teknik pembelajaran Point Counter Point adalah membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok.
2. Peserta didik diberikan pengarahan, kemudian diposisikan sedemikian rupa sehingga mereka berhadap-hadapan.
3. Memberikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok merumuskan argumentasi-argumentasi yang sesuai dengan perspektif mereka.
(29)
4. Setelah tiap-tiap kelompok berdiskusi secara internal, maka mulailah mereka beradu pendapat.
5. Setelah seorang siswa dari suatu kelompok menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya, kemudian dilanjutkan dengan tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama dan proses ini dilanjutkan sampai waktu yang memungkinkan.
6. Dipenghujung waktu pelajaran, evaluasi akhir dibuat sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan dari pendapat yang mereka sampaikan sehingga dapat ditemukan sebuah titik temu dari argumentasi-argumentasi.
Oleh karena itu, pengumpul data dari teknik Point Counter Point ini diantaranya pedoman observasi yang mengukur mengenai kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Berpikir kritis bukanlah bawaan dari lahir namun membutuhkan proses pembelajaran dan latihan secara konsisten sehingga dapat diartikan terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Jacob (Muldianingsih, 2007: 22) mengemukakan bahwa berpikir kritis membutuhkan pendapat atau keputusan yang cermat, dimana berpikir kritis sendiri merupakan sebuah tingkatan siswa untuk menafsirkan, menganalisis, mengevaluasi dan menarik kesimpulan. Selain itu, berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang menekankan berpikir secara logis serta sistematis dimana melibatkan proses penalaran yang baik, dengan berpikir kritis akan melatih peserta didik agar tidak begitu saja menerima informasi yang diterimanya secara langsung, namun melatih daya kritis siswa sehingga akan ada suatu kemauan peserta didik untuk menelusuri kebenaran dari informasi tersebut.
(30)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian. Menurut Ennis (Jaja, 2012: 30) berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Jadi, untuk menentukan suatu kemampuan berpikir kritis dapat diukur melalui kemampuan berpikir kritis yang terdapat dari suatu indikator. Adapun untuk pengembangan keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (Rohmah, 2010: 15-17) dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.1
Tabel Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (Rohmah, 2010: 15-17) No. Kelompok Indikator Sub-Indikator
1. Memberikan Penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan.
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan kemungkinan jawaban
Menjaga Kondisi berpikir Menganalisis
argument
Mengidentifikasi kesimpulan
Mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan
Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan pertanyaan
Mengidentifikasi dan menangani suatu ketidaktepatan
Melihat struktur dari suatu argument Membuat ringkasan
Bertanya dan menjawab
pertanyaan
Memberikan penjelasan sederhana Menyebutkan contoh
2. Membangun
Keterampilan Dasar
Mempertimbang
kan apakah
sumber dapat dipercaya atau
Mempertimbangkan keahlian
Mempertimbangkan kemenarikan konflik
(31)
tidak
Mempertimbangkan kesesuaian sumber
Mempertimbangkan reputasi dan resiko
Kemampuan untuk memberikan alas an
Kebiasaan berhati-hati Mengobservasi
dan
mempertimbang
kan hasil
observasi
Melibatkan sedikit dugaan
Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan
Melaporkan hasil observasi Merekam hasil observasi
Menggunakan buku-buku yang benar
Menggunakan akses yang baik Menggunakan akses yang baik Menggunakan teknologi
Mempertanggungjawabkan hasil observasi
3. Menyimpulk
an
Mendeduksi dan mempertimbang kan hasil deduksi
Siklus logika Euler Mengkondisikan logika Menyatakan tafsiran Menginduksi dan
mempertimbang kan hasil induksi
Mengemukakan hal yang umum Mengemukakan hasil kesimpulan
hipotesis
Mengemukakan hipotesis Merancang eksperimen
Menarik kesimpulan sesuai fakta Menarik kesimpulan dari hasil
(32)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Membuat dan
menetukan hasil pertimbangan
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan dan masalah
4. Memberikan pertimbanga n lanjut
Mengidentifikasi kan istilah dan pertimbangan suatu definisi
Membuat bentuk definisi Strategi membuat definisi
Bertindak dengan memberikan penjelasan lanjut
Mengidentifikasi dan menangani kebenaran yang disengaja
Membuat isi definisi Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
Membuat bentuk definisi Penjelasan bukan pertanyaan Mengonstruksi argument 5. Mengatur
strategi dan taktik
Menentukan suatu tindakan
Mengungkapkan masalah
Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang mungkin
Merumuskan solusi alternatif. Menentukan tindakan sementara Mengulang kembali
Mengamati penerapannya Berinteraksi
dengan orang lain
Menggunakan argument Menggunakan strategi logika Menggunakan strategi retorika
Menunjukan posisi, orasi atau tulisan
(33)
Adapun indikator yang akan dipakai dalam penelitian ini antara lain:
Tabel 3.2
Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis Sesuai Kebutuhan Penelitian (Rohmah, 2010: 15-17)
No. Kelompok Indikator Sub-Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan
Mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan
Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban Menganalisis
Argumen
Mengidentifikasi kesimpulan
Mengidentifikasi dan
menangani suatu
ketidakpastian
Bertanya dan
Menjawab Pertanyaan
Memberikan penjelasan
sederhana
Mempertimbangkan ketepatan narasumber
Mempertimbangkan
kesesuaian sumber dengan materi
Kemampuan untuk
memberikan alasan
2 Membangun
Keterampilan Dasar
Mempertimbangk an apakah sumber dapat
dipercaya/tidak
Mempertimbangkan ketepatan narasumber
Mempertimbangkan
kesesuaian sumber dengan materi
Kemampuan untuk
memberikan alasan
3 Menyimpulkan Membuat dan
Menetukan Hasil Pertimbangan
Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan
(34)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu fakta-fakta 4 Memberikan
Pertimbangan Lanjut
Mengidentifikasi
istilah dan
pertimbangan suatu definisi
Mengembangkan definisi dengan bahasa sendiri
5 Mengatur Strategi dan Taktik
Berinteraksi dengan orang lain
Menggunakan argument
Menggunakan strategi logika (siswa mampu memprediksi jawaban dari statement yang dia lontarkan).
Berpikir kritis dalam proses pembelajaran sejarah ini dapat terlaksana jika seluruh fakta-fakta mengenai peristiwa sejarah tersebut dapat ditemukan, dengan cara guru dan siswa memiliki sumber dan bahan materi yang lengkap. Dalam pemBahasan materi sejarah, berpikir kritis ini dapat dilakukan melalui pemBahasan sejumlah fakta yang masih kontroversial yang diperoleh dari bacaan atau sumber yang didapatkan oleh siswa sehingga siswa bebas untuk mencari literature lain yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memecahkan isu, masalah atau fakta yang masih kontroversial. Hal ini tidak bisa dipungkiri dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa menjadi lebih berpikir secara kritis. Kemampuan berpikir kritis siswa saat pembelajaran sejarah tidak hanya terdiri dari satu kegiatan saja namun terdiri dari merumuskan, menganalisis, mensintesis, menyimpulkan serta mengevaluasi. Hal ini dikemukakan oleh Sugeng Pamudji dalam (http://18/artikel_detail-membangun-pola-berpikir-kritis-bagi-siswa-25018.html, di unduh 14 Maret 2013) penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan Merumuskan: Kemampuan merumuskan merupakan suatu keterampilan dalam memberikan batasan pada objek yang diamati. Misalnya dalam mata pelajaran sejarah kegiatan merumuskan ini digunakan siswa untuk mengemukakan fakta dari materi yang telah dipelajari.
(35)
2. Kemampuan Menganalisis: Kemampuan menganalisis merupakan suatu kemampuan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Kemampuan menganalisis tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar mengindentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan (Harjasujana, 1987: 44). Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis, diantaranya: menguraikan, membuat diagram, mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan serta memperinci.
3. Kemampuan Mensintesis: Kemampuan mensintesis merupakan kemampuan yang berlawanan dengan kemampuan menganalisis. Kemampuan mensintesis adalah kemampuan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis menuntut untuk menggabungkan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol (Harjasujana, 1987: 44).
4. Kemampuan Mengenal dan Memecahkan Masalah: Kemampuan ini merupakan kemampuan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru. Kemampuan ini menuntut untuk memahami bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan ini bertujuan agar siswa mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru (Walker, 2001: 15).
(36)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Keterampilan Menyimpulkan: Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain (Salam, 1988: 68). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara, yaitu: deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru.
6. Kemampuan Mengevaluasi atau Menilai: Kemampuan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Kemampuan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu (Harjasujana, 1987: 44). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa poin-poin tentang kemampuan berpikir kritis ini merupakan keadaan yang ideal dan harus diperoleh dalam upaya menumbuhkan suatu kemampuan berpikir kritis, dimana jika siswa mampu melaksanakan dua poin saja dengan baik dapat memperlihatkan bahwa adanya kemauan siswa dalam berpikir secara kritis dan otomatis dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah informasi utama untuk memberikan gambaran selama kegiatan penelitian. Untuk mengumpulkan data, peneliti perlu menentukan teknik apa yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut.
(37)
Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Sugiyono (2012: 224) bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tanpa menentukan teknik mengumpulkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Maka, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang memenuhi standar dan relevan. Berdasarkan tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti diantaranya:
1. Observasi
Observasi menurut Nasution (Sugiyono, 2012: 226) mengemukakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Alasan peneliti memeilih teknik ini karena yang akan diteli adalah manusia. Selain itu, peneliti akan mengamati proses kegiatan pembelajaran siswa sehingga peneliti menarik suatu kesimpulan bahwa teknik observasi sangat sesuai untuk pengumpulan data. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah participant observation. Sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2012: 145) bahwa dalam participant observation, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Selain itu, dengan observasi partisipasi peneliti akan lebih mampu memahami data yang diperoleh. Oleh karena itu, melalui observasi ini peneliti dapat memperoleh data yang lebih lengkap sehingga peneliti dapat mengetahui secara detail dari setiap perilaku yang nampak ketika berlangsungnya proses kegiatan penelitian.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif(Moloeng, 2005: 153).
(38)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa catatan lapangan merupakan buku jurnal harian yang ditulis peneliti secara bebas, buku ini mencatat seluruh kegiatan pembelajaran serta sikap siswa dari awal sampai akhir pembelajaran. Catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti berupa kata-kata yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata inti, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan pada saat berlangsungnya kegiatan penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Setelah menentukan teknik atau cara pengumpulan data, peneliti juga menentukan dengan alat apa data tersebut dapat diperoleh. Menurut (Arikunto, 2002: 134) alat pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mendapatkan data secara objektif. Sugiyono (2012, 102) juga mengemukakan bahwa pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada pengukuran alat ukur yang baik yang digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan pernyataan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi selama melakukan kegiatan penelitian. Adapun perangkat-perangkat instrument yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Lembar Pedoman Observasi
Observasi merupakan suatu alat instrument dalam teknik pengumpulan data, dimana peneliti lebih banyak menggunakan salah satu panca inderanya yaitu indera penglihatan. Selain itu untuk memaksimalkan hasil observasi, peneliti akan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Alat bantu tersebut adalah: buku catatan dan check list yang berisi objek yang perlu mendapat perhatian lebih dalam pengamatan peneliti.
(39)
Adapun observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi terbuka. Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 110) menjelaskan bahwa observasi terbuka adalah apabila pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mengambil kertas, pensil, kemudian mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas. Penggunaan observasi terbuka karena peneliti serta guru mitra dapat langsung melakukan suatu pengamatan, baik terhadap siswa maupun aktivitas guru. Selain memuat daftar check list, terdapat kolom keterangan yang ditujukkan untuk memuat saran-saran observer atau kekurangan aktivitas peneliti saat melaksanakan tindakan kelas selama proses pembelajaran yang tidak termuat dalam daftar cek.
Lembar pedoman observasi ini merupakan aspek-aspek dari pengembangan indikator yang sudah dijelaskan pada definisi operasional. Jadi, untuk mengisi lembar observasi ini peneliti dan kolaborator hanya tinggal memberikan tanda dan skor pada aspek tertentu yang disesuaikan dengan apa yang akan dilihat dan dinilai pada saat observasi dilakukan.
2. Jurnal Kesan Siswa
Jurnal kesan merupakan catatan harian yang dibuat oleh siswa pada akhir pembelajaran, yang berisi tentang kesan siswa setelah pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran mengenai kesan siswa terhadap pembelajaran dalam upaya perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Melalui data yang diperoleh dari jurnal kesan siswa ini, peneliti dapat memperbaiki proses penelitian dalam menggunakan teknik Point Counter Point. Adapun format jurnal kesan siswa yang akan diberikan adalah sebagai berikut:
(40)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
JURNAL KESAN SISWA
NAMA :
KELAS :
1. Bagaimanakah kesan anda tentang pembelajaran sejarah selama ini?
……… ………
2. Apakah pembelajaran sejarah hari ini menyenangkan?
……… ……….. 3. Menurut anda, apakah teknik point counter point itu sesuai diterapkan
untuk pembelajaran sejarah?
……… ………..
4. Jika jawaban no.c (Ya/Tidak) apa alasannya?
……… ………
Gambar 3.3 Jurnal Kesan Siswa
Secara keseluruhan, instrument yang akan digunakan di dalam penelitian ini telah dipaparkan secara rinci. Adapun untuk lebih jelasnya, disini peneliti akan menguraikan kisi-kisi dari instrumen penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini agar mudah dipahami ke dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Hal yang Akan Diteliti Sumber Data Teknik Pengumpulan
Data Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis - Siswa - Proses Kegiatan Belajar Mengajar - Observasi
- Catatan Lapangan
-Lembar Pedoman Observasi -Studi
Dokumentasi
Kualitas guru mengajar - Guru - Proses
Kegiatan Belajar Mengajar
- Observasi - Catatan lapangan
- Lembar Pedoman Obsevasi - Jurnal Kesan
Siswa -Studi
(41)
Sarana dan Prasarana Pembelajaran
- Kondisi kelas - Ruangan
kelas
- Observasi - Catatan lapangan
- Lembar Pedoman observasi
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi sendiri menurut peneliti sangat sesuai dijadikan sebagai instrument penelitian, dimana peneliti dapat mengumpulkan data melalui arsip-arsip serta hal apapun yang berhubungan dengan penelitian yang dapat memudahkan peneliti. Adapun macam-macam dokumen yang dang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Misalnya: silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, laporan diskusi, berbagai macam ujian dan tes, laporan tugas siswa, contoh essay yang ditulis oleh siswa (Wiriaatmadja, 2005: 121). Penggunaan studi dokumentasi dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi secara lebih akurat sehingga indikasi peningkatan bahkan penurunan kemampuan berpikir kritis siswa terdata dengan jelas.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh peneliti melalui teknik dan alat pengumpul data, selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data. Pengolahan data pada penelitian ini dibedakan ke dalam dua jenis data yakni pengolahan data kuantitatif dan data kualitatif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan presentase yang didapatkan. Adapun penjelasannya peneliti uraikan sebagai berikut:
(42)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Data Kualitatif
Data kualitatif yang diperoleh oleh peneliti didapatkan melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis, studi dokumen. Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video saat berlangsungnya penelitian. Pengolahan data kualitatif yang digunakan oleh penelitiadalah untuk mengolah data yang diperoleh peneliti dari hasil observasi.
b. Data Kuantitatif
Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir krtits siswa ketika melakukan penelitian atau observasi. Pengolahan data secara kuantitatif diperoleh dari hasil observasi dan rubrik untuk kemampuan berpikir kritis. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan skala 4. Hasil penghitunga tersebut kemudian dikelompokkan menjadi kategori sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Adapun penegelompokan kategori tersebut adalah:
Jika total skor yang diperoleh 22–28, maka kategorinya termasuk ke dalam
kategori “Sangat Baik”
Jika total skor yang diperoleh 15-21, maka kategorinya termasuk ke dalam
kategori “Baik”
Jika total skor yang diperoleh 8-14, maka kategorinya termasuk ke dalam
kategori “Cukup Baik”
Jika total skor yang diperoleh 0-7, maka kategorinya termasuk ke dalam
kategori “Kurang Baik”
(43)
H. Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini sudah dilakukan peneliti sebelum melakukan kegiatan penelitian, yaitu ketika melakukan kegiatan observasi pra-penelitian.
Analisis data menurut Nasution (Sugiyono, 2012: 245) menyatakan ”Analisis telah
mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”.
Selain itu, menurut Miles dan Hubermen (Sugiyono, 2012: 246) aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga pada posisi data jenuh. Adapun analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara.
1. Tahap Reduksi Data
Reduksi data dilakukan agar data yang diperoleh selama proses penelitian tidak semakin kompleks, dimana ketika melakukan reduksi data peneliti akan dipandu dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Sugiyono (2012: 247) mengemukakan bahwa mereduksi data merupakan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Adapun tahapan-tahapan reduksi data yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya:
a. Meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan situasi di lokasi penelitian. Pada langkah pertama ini peneliti memilih dan meringkas dokumen yang relevan dan berkaitan dengan penelitian.
b. Pengkodean, dimana pengkodean ini nantinya berguna untuk mempermudah peneliti saat melakukan pengolahan data, dimana pengkodean penelitian nanti tidak akan bisa dilepaskan dari: a) kode dibangun dalam struktur-struktur tertentu, b) kode dibangun dengan tingkat rinci tertentu, c) kode dibangun dalam suatu struktur tertentu hingga akhirnya keseluruhannya menjadi suatu sistem yang integrative.
(44)
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Peneliti membuat catatan obyektif untuk mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi yang secara apa adanya.
d. Peneliti membuat catatan reflektif, dimana peneliti menuliskan apa yang ada keterkaitannya dengan catatan obyektif dan catatan reflektif ini telah dipisahkan dengan catatan obyektif.
e. Penyimpanan data, pada saat melakukan penyimpanan data peneliti melakukan pemberian label berdasarkan kebutuhan peneliti.
2. Tahap Display Data
Setelah data diperoleh melalui reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan data. Pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan (display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya.
3. Tahap Verifikasi Data
Langkah ketiga yang dilakukan menganalisis data menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan pun masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti buat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Langkah verifikasi yang dilakukan peneliti dilakukan terbuka. Hal ini dikarenakan agar mempermudah untuk mendapatkan data. Jadi, dalam proses verifikasi data ini peneliti terjun kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data kembali yang dimungkinkan akan memperoleh bukti-bukti kuat lain yang dapat mendukung kesimpulan sementara terhadap penelitian.
(1)
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan, semoga bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan khususnya bagi perkembangan pembelajaran sejarah di sekolah dan umumnya bagi dunia pendidikan.
(2)
DAFTAR PUSTAKA Buku :
Arikunto, S. (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Hossoubah, Z. (2012). Developing Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan). Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia.
Hatimah, I. (2010). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Adira.
Ismaun.(2005). Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.
Kochhar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta : PT. Grasindo.
Lexy, M. (2005).Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.(2007). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Kurikulum. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran SMA & MA. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Sapriya.(2009). Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tn. (2012).Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sukardi.(2004). Metodologi Penelitian Tindakan, Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Usman, U. (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.
Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Zaini, H. (2007). Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD.
(3)
Selain Buku dan Jurnal :
Cynthia, Y. (2012). Pengaruh Strategi Point Counter Point (Saling Beradu Pendapat) Terhadap Kemampuan Memberikan Kritik Siswa Kelas X SMA
Negeri 3 Binjai Tahun Pembelajaran 2012/2013. Skripsi UNIMED. Medan:
Tidak diterbitkan. [Online]. Tersedia: http://library.unimed.ac.id[ diunduh tanggal 14 September 2013].
Damayanti, E. (1993). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMU Kelas Dua SMA pada
Pokok Pembahasan Larutan dan Sifat-sifat. Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia.
FPMIPA.IKIP. Bandung: Tidak diterbitkan.
Desharni, T. (2011).Pengaruh dari Strategi BelajarPoint Counter Point dalam Pengajaran Bahasa Inggris Khususnya Speaking Skill di XI IPA 1 Sungai
Geringging. Skripsi STKIP PGRI Sumatera Barat. Sumatera Barat: Tidak
diterbitkan. [Online]. Tersedia: http://library.stkip.ac.id [diunduh tanggal 15 September 2013].
Dewi, W. (2009). Pengaruh Strategi Pembelajaran Point Counter Point Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Kelas XII di SMAN 2 Mojokerto. Skripsi UIN SUNAN AMPEL. Surabaya:
Tidak diterbitkan. [Online]. Tersedia: http://diglib.sunan-ampel.ac.id [ diunduh 15 September 2013].
Hasan, S.H. (____). Pembelajaran Sejarah yang Mencerdaskan:
Mungkinkah?.Disajikan padaPeringatan Ulang Tahun ke-70 Prof. Dr. I Gede
Widja.[Online] Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/194403101967101
-SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Pembelajaran_Sejarah_Yang_Mencerdasaka n.pdf[ diunduh 08 September 2013].
Hasan, S.H. (1997). “Permasalahan Metodologi dalam Pengajaran Sejarah di Indonesia suatu tinjauan reflektif dalam mengantisipasi perkembangan abad
XXI” dalam Kongres Nasional Sejarah 1996 Jakarta Sub Tema Perkembangan
Teori dan Metodologi dan Orientasi Pendidikan Sejarah.Jakarta : Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hasan, S.H. (2008). Pendidikan Sejarah sebagai Media Nation dan Character
Building.Disajikan pada Sarasehan Nasional 100 Tahun Hari Kebangkitan
(4)
Hasan, S.H. (1997). “Kurikulum dan Buku Teks Sejarah” dalam Kongres Nasional Sejarah 1996 Jakarta Sub Tema Perkembangan Teori dan Metodologi dan
Orientasi Pendidikan Sejarah.Jakarta : Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Sejarah Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jacob, C. (2003). Mengajar Berpikir Kritis: Suatu Upaya Meningkatkan Efektivitas
Belajar. Bandung: FPMIPA Universitas Padjadjaran.
Jaja, R. (2012). Penerapan Metode Debat Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 3 SMAN 23
Bandung. Skripsi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak
diterbitkan.
Magdalia, A.(2007). ‘Pendidikan Sejarah dan Permasalahan yang
Dihadapi’.Makalah. Disajikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan
Mahasiswa Sejarah Se- Indonesia (IKAHIMSI), Semarang 16 April 2007.
Mudianingsih, I. (2007). Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.Kelas VIII-G SMP Negeri 29 Bandung. Suatu Penelitian Tindakan Kelas Pada Pokok
Bahasan Persamaan Garis Lurus.Skripsi FPMIPA Universitas pendidikan
Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Muttaqin, S.T. (2004). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam PIPS Melalui Pembelajaran Isu-isu Kontroversial di Kelas I SMU Negeri 1
Leles Garut. Suatu Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah.
Tesis.Pasca Sarjana. Jurusan PIPS Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Rohmah,D.A. (2010). Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas XI Pada Pembelajaran Larutan Penyangga Melalui Metode Praktikum Mengolah
Material Lokal.Skripsi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung:
Tidak diterbitkan.
Supardan, D. (2007). Pengembangan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah. Makalah Jurusan Pendidikan Sejarah UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Tri, R. (2012). Strategi Point Counter Point dalam Pembelajaran Berargumentasi
Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Rancaekek. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung:
Tidak diterbitkan.
(5)
Ulin, N. (2011). Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Point Counter Point Terhadap Prestasi Belajar Biologi dan Partisipasi Siswa Pada Materi Pokok Pengaruh Manusia di dalam Ekosistem Siswa Kelas VII
MTs. Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi
UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta: Tidak diterbitkan. [Online]. Tersedia: http://diglib.uin.ac.id/ [diunduh tanggal 15 September 2013]
Widja , I.G. (1989). Dasar Pengembangan Strategis serta Metode Pengajaran
Sejarah. Jakarta: Depdikbud.
Widodo, A. (2011). Penggunaan Strategi Point Counter Point Melalui Media Compact Disc (CD) Interaktif Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Reproduksi di SMA NEGERI 1
BANGUNTAPAN. Skripsi UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
[Online]. Tersedia: http://diglib.uin.ac.id/ [diunduh tanggal 15 September 2013].
Yusuf, A. (2011). Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan Baris dengan Metode Point-Counter-Point melalui Media Kartu Identitas pada Siswa Kelas IX-A
MTs. Nahdlotushshibyan Wonoketingal, Demak Tahun Ajaran
2011/2012.Skripsi UNNES. Semarang: Tidak diterbitkan. [Online]. Tersedia:
http://diglib.unnes.ac.id/ [diunduh tanggal 15 September 2013].
Internet:
Consulting, W.P. (2006). Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia: http://www.sinarharapan.co.id/berita/06/12/19/eko07.html [diunduh tanggal 12 September 2013].
Ennis.(2007). Indikator Berpikir Kritis.[Online]. Tersedia: http://www.researchengines.com/10/07arief3.html [2013] [diunduh 12 September 2013].
Liliana. (2011). Pembelajaran Menulis Argumentasi dengan Model Point Counter
Point di SMP Negeri 12 Palembang. Makalah. Palembang: Tidak diterbitkan.
[Online]. Tersedia: http://lianasetiawanbudi.wordpress.com [diunduh tanggal 14 September 2013].
(6)
Muhfaroyin (2009).Memberdayakan Kemampuan berpikir Kritis Critical thinking as a Core Skill, the ability to think critically is a key skill for academic success (
Wal, 2003: Northedge, 20050 [Online]. Tersedia:
(http://jurnaldiakronikafisnp.blogspot.com) [diunduh tanggal 19 September 2013].
Mustaji (2012).Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam
Pembelajaran. Tersedia online:
http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran. [diunduh tanggal 13 Juli 2013].
Sugeng, P. (2011). Membangun Pola Berpikir Kritis Bagi Siswa. [online]. Tersedia: