PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI IIS 4 SMA PGII 1 BANDUNG.

(1)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN METODE DISKUSI

UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

Dinny Nurdyany Taufik 1001871

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN METODE DISKUSI

UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung)

Oleh

Dinny Nurdyany Taufik

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Dinny Nurdyany Taufik 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HALAMAN PENGESAHAN DINNY NURDYANY TAUFIK

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN

SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003

Pembimbing II

Dr. Encep Supriatna, M.Pd NIP. 19760105 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003


(4)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(5)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk Ribuan Tujuan Yang Harus Dicapai

Untuk Jutaan Impian Yang Akan Dikejar

Untuk Sebuah Pengharapan, Agar Hidup Lebih Bermakna

Karena Hidup Tanpa Mimpi Bagaikan Arus Sungai Tanpa Tujuan

Teruslah Belajar, Berusaha, dan Berdoa

Masa Depan Adalah Milik Mereka Yang Menyiapkan Hari Ini

Yakinlah..

Semua Masalah, Rintangan Bahkan Air Mata

Akan Lenyap Seketika dan Menjadi Indah

Ketika Impian Menjadi Kenyataan

Jatuh Berdiri Lagi...

Kalah Mencoba Lagi...

Gagal Bangkit Lagi...

NEVER GIVE UP!

Sampai Allah SWT Berkata

“Waktunya Pulang”


(6)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Metode Diskusi Untuk

Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui penerapan metode diskusi dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung. Sedangkan tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa melalui penerapan metode diskusi dalam pembelajaran sejarah karena kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 masih rendah, hal ini terlihat pada saat siswa mengajukan pertanyaan, pertanyaan yang dilontarkan siswa relatif tidak mendalam dan menanyakan apa yang sebenarnya ada di modul yang mereka punya, kalaupun ada yang bertanya hal lain, mereka dapatkan sumbernya dari internet dan tanpa mengkritisi makna dari pernyataan yang mereka dapatkan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan desain penelitian dari Kemmis dan Mc. Taggart. Metode penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan dengan empat tahap yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi (observe), dan refleksi (reflect). Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil menunjukan bahwa penerapan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung, hal ini terlihat pada siklus 1 sampai siklus 4 yang mengalami perbaikan dan peningkatan baik dalam kemampuan berpikir kritis yang terlihat pada saat siswa memilih sumber, bertanya, menjawab, menyanggah, menganalisis sampai menyimpulkan data yang mereka peroleh dan juga dalam penerapan metode diskusi yang terlihat ketika siswa mengumpulkan laporan diskusi dan mempertanggungjawabkan hasil diskusi. Penelitian diakhiri pada siklus ke 4 karena data sudah mencapai pada titik jenuh terlihat pada peningkatan yang terjadi sudah tidak signifikan. Adapun hasil pengolahan data kemampuan berpikir kritis dari setiap siklus adalah: siklus 1 memperoleh hasil 43,75%, siklus 2 memperoleh hasil 56,77%, siklus 3 memperoleh hasil 77,60%, dan siklus 4 memperoleh hasil 79,68%. Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang awalnya rendah. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan saran atau rekomendasi serta bahan pertimbangan untuk guru agar dapat menciptakan suasana aktif di dalam kelas, dimana siswa tidak tergantung kepada guru, tetapi siswa bisa lebih mandiri dalam mencari dan mengolah sumber sehingga dapat menyimpulkan dengan bahasa atau kemampuannya sendiri.


(7)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

This essay entitled “The Application of Discussion Method to Develop Student’s Critical Thinking Ability in Historical Subject at Class XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung.” The question in this research is what can we do in developing student’s critical thinking ability through the discussion method in historical learning at class XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung. The main purpose of this research is to know the student’s critical thinking ability through the discussion method in historical learning, because critical thinking ability is still lack. It can be seen when students asked some questions, their questions were not quite important, sometimes they asked some question which were already written in their module, or asked some other questions which they got it from internet without criticizing the questions before. The method in this research is Classroom Action Research method using Kemmis and Mc. Taggart’s research design. The Classroom Action Research method are divided into four steps, named plan, action, observe, and reflect. While the data collecting method is used observation method, interview method and documentation method. Based on this research, it shows that the discussion method can increase the student’s critical thinking ability in historical learning at class XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung, this could be seen in cycle 1 to cycle 4 which is student’s critical thinking ability was increased when choosing some reference, questioning, answering, protesting, analyzing, and concluding the data they acquired and the application of discussion method that is seen when student collects the discussion report and account for the discussion result. This Research ends on the cycle 4 because the data has aready reach saturation point, it can be seen on the data increases was not significant. The results of this research in percentage are : the cycle 1 is 43,75%, cycle 2 is 56,77%, cycle 3 is 77,60%, and cycle 4 is 79,68%. From this data, it can be concluded that the discussion method can increasing student’s critical thinking ability. Because of that, this research can be used as reference or recommendation for teachers to use this method, to create a comfort atmosphere in classes, so that students will not dependent to teachers, but more independent in searching and managing sources and they can make conclusion using their own language and ability.


(8)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode diskusi. Metode diskusi merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang umum digunakan dalam dunia pendidikan, diskusi merupakan proses komunikasi satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat.

Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama. Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari melalui curah pendapat dalam diskusi kelompok. Sejalan dengan pendapat Mulyasa, (2011:116) yang menyebutkan

bahwa “Diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsif yang dijalin

oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk memperoleh

pemecahan masalah”.

Pembelajaran dengan metode diskusi ini makin lebih memberi peluang pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran walaupun guru masih menjadi kendali utama. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (Baharudin, 2008: 116-117) yang menyatakan bahwa:

Dalam proses belajar mengajar siswa harus terlibat aktif dan guru menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan menggunakan cara-cara yang


(9)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa. Untuk itu, guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri, disamping mengajarkan siswa untuk menyadari dan sadar akan strategi belajar mereka sendiri.

Melalui penerapan Metode Diskusi siswa dapat mendiskusikan permasalahan yang bersifat tematik, mencari referensi yang relevan sesuai dengan masalah yang di diskusikan, menuliskan laporan hasil diskusi, mengemukakan pendapat, bahkan dapat menyanggah pendapat yang lain.

Metode diskusi ini mendorong terhadap munculnya pola komunikasi dua arah, baik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa, sehingga dengan penerapan metode diskusi memungkinkan setiap individu siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sejarah. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2010 : 87-88) yang menyatakan

bahwa “dalam proses diskusi ini, proses belajar mengajar terjadi, dimana

interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat terjadi, juga semua aktif,

tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja”.

Penggunaan metode diskusi ini menjadi alternatif solusi untuk dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah. Beberapa materi sejarah akan lebih menarik dengan menggunakan metode diskusi sehingga siswa aktif dalam berpikir dan lebih mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan suatu masalah. Sejalan dengan pendapatnya Hasan (2008 : 3) yang mengemukakan bahwa mata pelajaran sejarah berpotensi untuk :

1. Mengemukakan kemampuan berpikir; 2. Mengembangkan rasa ingin tahu;

3. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif; 4. Sikap kepahlawanan dan kepemimpinan;

5. Membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan; 6. Mengembangkan kepedulian sosial;


(10)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah dan meng-komunikasikan informasi.

Dapat terlihat bahwa pembelajaran sejarah dapat mengembangkan banyak potensi, potensi tersebut dapat mengacu pada pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa sejarah pada masa lampau agar dapat disimpulkan dan ditarik makna dari sebuah peristiwa tersebut, yang kemudian membuat siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Sejarah merupakan gambaran perkembangan kehidupan kebudayaan manusia pada masa lampau. Pengertian sejarah menurut Kuntowijoyo (1995 : 17) adalah:

Sejarah merupakan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris. Bersifat diakronis karena berhubungan dengan waktu. Sejarah bersifat ideografis karena sejarah menggambarkan, menceritakan sesuatu. Bersifat unik karena berisi hasil penelitian tentang hal unik. Selain itu juga bersifat empiris artinya sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh.

Dengan mengandung fakta yang diakronis, ideografis, unik dan empiris pendidikan sejarah di sekolah menjadi pelajaran yang penting. Pendidikan sejarah selain pengetahuan yang dipelajari, pengembangan, nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa yang terjadi menjadi sesuatu hal yang penting bagi siswa. Perbedaan ini yang menyebabkan perlu adanya suatu usaha yang dilakukan bukan hanya mengemas menjadi menyenangkan dan interaktif saja, namun bagaimana siswa diajak berpikir kritis dalam menyikapi setiap peristiwa yang terjadi dalam materi-materi yang dipelajari.

Keterkaitan antara pembelajaran sejarah dengan berpikir kritis adalah bagaimana siswa mampu mempertimbangkan bukti-bukti yang valid atau sahih. Karena bagi pendidikan sejarah merupakan suatu kompetensi yang penting dan mendasar. Hasan (2008: 4) mengemukakan bahwa:

Penafsiran sejarah pada dasarnya adalah proses pemaknaan (penilaian) berdasarkan bukti-bukti yang valid. Pendidikan sejarah yang berhasil mengembangkan kemampuan ini memberikan alat kehidupan kritis


(11)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bagi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan pemberian pertimbangan berdasarkan bukti-bukti yang valid, akan menjadi manusia terdidik yang kritis dan yang tidak mudah terjerumus oleh informasi yang bersifat gosip atau tak mendasar. Manusia cerdas demikian akan selalu mampu menerapkan apa yang telah dipelajarinya dari pendidikan sejarah dalam kehidupan kesehariannya. Manusia cerdas dengan kualitas yang berpikir kritis seperti ini adalah tujuan pendidikan bagi kurikulum pendidikan sejarah. Manusia cerdas adalah manusia yang mampu mengambil pelajaran dari orang lain dan tidak harus melalui pengalaman dirinya. Seseorang yang belajar dari pengalaman dirinya untuk suatu keputusan, tindakan, sikap, dan prestasi yang lebih baik dimasa depan adalah manusia cerdas. Untuk itu ia memerlukan kemampuan analitis apa yang salah dan perlu untuk diperbaiki serta apa yang benar dan perlu dikembangkan terus dimasa mendatang. Untuk belajar dari pengalaman sendiri ia juga harus mau memberikan perhatian kepada pengalaman dirinya, mengkaji pengalaman tersebut, dan pertimbangan tentang apa yang telah dialaminya berdasarkan bukti-bukti dan bukan emosi.

Penjelasan di atas dapat dilihat bahwa manusia cerdas adalah manusia yang mampu belajar dari pengalaman orang lain, mampu melakukan perhatian, analisis, dan menentukan sesuatu yang baik dan tidak baik berdasarkan apa yang telah terjadi. Selain itu mampu menyerap hal baik untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar melalui pengalaman yang pernah dialami oleh orang lain baik kelompok maupun individu adalah tugas utama dari pendidikan sejarah, bukan menghafal apa yang mereka lakukan. Sejarah merupakan guru kehidupan, melihat masa lalu untuk menuju masa depan bukan hanya menghafal fakta pada masa lalu.

Pembelajaran yang ideal sebaiknya bisa mengimplementasikan hal di atas, namun pada realitanya ada perbedaaan tanggapan siswa mengenai pelajaran sejarah, ada yang menganggap sejarah itu menyenangkan, ada pula yang mengganggap sejarah itu menjenuhkan, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Suparno (1995: 8) bahwa: “Sebagian siswa menganggap

pelajaran sejarah mengasyikan, namun ada juga yang mengatakan bahwa pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang membosankan, karena dipenuhi dengan fakta, tahun, kejadian dan nama-nama para pelaku sejarah”.


(12)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Permasalahan yang diutarakan di atas pun terjadi di SMA PGII 1 Bandung kelas XI IIS 4, pada observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa persoalan yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang efektif, persoalan tersebut antara lain:

1. Pada saat guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Peneliti mendapatkan gambaran terlihat siswa antusias dalam memperhatikan guru menerangkan, walaupun tidak menyeluruh. Metode ceramah dianggap paling penting dan efektif untuk menyampaikan materi sejarah, dalam proses ini guru sangat terlihat mendominasi pembelajaran sejarah didalam kelas.

2. Pada saat guru mencoba memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mencari dan mengelola materi. Siswa terlihat aktif dalam bertanya, namun pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan relatif tidak mendalam dan menanyakan apa yang sebenarnya ada di modul. Kalaupun ada yang bertanya hal lain, mereka dapatkan sumbernya dari internet dan tanpa mengkritisi makna dari pernyataan yang mereka dapatkan. Hasil laporan diskusipun hanya memindahkan data dari sumber yang siswa dapatkan.

3. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, selama ini guru lebih dominan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah yang terkadang diselingi metode diskusi teman sebangku. Penerapan metode diskusi di dalam kelas terkadang membuat siswa ricuh dan berisik, sehingga penerapan diskusi harus lebih diperkuat dengan langkah-langkah diskusi yang benar.

4. Keterbatasan buku sumber yang benar-benar lengkap. Hal tersebut menjadikan teknologi internet sebagai sumber alternatif yang


(13)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan oleh siswa untuk mencari materi pembelajaran. Namun pemanfaatnya kurang terarah, siswa diperkenankan membuka

hanphone di dalam kelas saat pembelajaran dan mencari jawaban

dari permasalahan yang dilontarkan oleh guru. Kegiatan tersebut terlihat mempermudah siswa dalam proses pembelajaran namun akan lebih efektif jika sumber internet dijadikan pembanding dari sumber buku. Kegiatan tersebut dapat membuat siswa menggunakan keterampilan berpikir dalam mencari, mengolah dan menggunakan informasi secara maksimal berdasarkan materi yang diberikan.

Berdasarkan kondisi di lapangan, serta dari pengamatan yang telah dilakukan peneliti, terlihat bahwa kegiatan pembelajaran di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung belum mendorong tumbuhnya kemampuan berpikir tingkat lanjut terhadap peristiwa dalam pembelajaran sejarah. Pada pembelajaran sejarah semestinya bukan hanya tentang menghafal materi namun siswa perlu memahami betul makna dan nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah tersebut, sehingga dapat mengkritisi peristiwa masa lalu, yang akan melatih siswa berpikir kritis terhadap peristiwa yang terjadi pada masa sekarang. Perihal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Evans (Supriatna, 2007 : 11) bahwa „Pendekatan kritis dalam pembelajaran sejarah dapat mendorong terjadinya dialog kritis, baik diantara guru dengan siswa maupun di kalangan siswa sendiri mengenai masalah-masalah sosial yang

sedang mereka hadapi dan mencari solusi pemecahanya‟.

Melihat betapa pentingnya kemampuan berpikir kritis terhadap pembelajaran sejarah, maka peneliti berusaha untuk memecahkan masalah dengan memilih metode diskusi sebagai solusinya, karena terlihat bahwa dalam kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung ini guru yang sangat berperan lebih aktif dan mendominasi pembelajaran di kelas karena lebih sering menggunakan metode ceramah, sedangkan dengan metode diskusi ini siswa


(14)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan diajak lebih aktif dalam kelas, aktivitas siswa lebih banyak, tidak hanya mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru saja, namun siswa dapat mencari dan mengolah sumber sendiri selanjutnya menyajikan data dari sumber-sumber yang telah didapatkan dengan menggunakan definisi sendiri. Pertanyaan untuk diskusi bisa lebih bersifat kontekstual sehingga siswa akan menggunakan nalarnya dalam berpikir kritis tidak mengandalkan modul yang sudah ada.

Berdasarkan hal yang sudah diuraikan di atas, maka peneliti

mengambil judul penelitian yaitu, “PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung)”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah teridentifikasi, maka dapat dihasilkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana upaya menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui penerapan metode diskusi dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung?”.

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis memfokuskan kajian penelitian ini, dari rumusan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dibuat menjadi pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana guru membuat perencanaan penerapan metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung?


(15)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana guru mengembangkan langkah-langkah metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung?

3. Bagaimana peningkatan hasil-hasil yang dicapai oleh siswa dengan pembelajaran metode diskusi di Kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung?

4. Bagaimana solusi dalam menghadapi kendala yang dihadapi dalam penerapan metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah dalam melakukan penelitian. Adapun mengenai tujuan dari penelitian ini secara umum yaitu untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa melalui penerapan metode diskusi dalam pembelajaran sejarah. Sementara secara khusus, tujuan daripada penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan langkah-langkah perencanaan dalam penerapan metode diskusi pada pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung.

2. Mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode diskusi pada pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung.

3. Mendeskripsikan hasil-hasil yang dicapai dari menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah dengan penerapan metode diskusi di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung.


(16)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mendeskripsikan solusi dalam mengatasi kendala yang dihadapi ketika penerapan metode diskusi dalam pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan peneliti di SMA PGII 1 Bandung, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung khususnya untuk mata pelajaran sejarah. Dapat diperoleh manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian mengenai penerapan metode diskusi diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran Sejarah di SMA PGII 1 Bandung dan ketercapaian Standar Kompetensi sesuai dengan Kurikulum Sejarah sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Sejarah di Sekolah tersebut.

2. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian mengenai penerapan metode diskusi diharapkan guru dapat memperbaiki permasalahan pembelajaran yang dihadapi dan menambah wawasan serta keterampilan pembelajaran. Guru dapat memperoleh metode baru untuk mengembangkan pembelajaran sekaligus penilaian yang berbeda terhadap siswa yakni penilaian yang tidak hanya paper dan pencil

test namun penilaian performance dan product siswa dalam


(17)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi Siswa

Dengan adanya penelitian mengenai penerapan metode diskusi diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya pada mata pelajaran sejarah dan siswa dapat lebih semangat belajar sejarah dan mematahkan pandangan bahwa pelajaran sejarah itu membosankan, yang pada akhirnya akan menciptakan hasil belajar yang memuaskan. Siswa juga dapat merasakan bahwa belajar sejarah itu menyenangkan, siswa juga dapat lebih selektif dalam menemukan, mengolah dan menggunakan sumber belajar untuk memecahkan masalah yang ditugaskan.

4. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian mengenai penerapan metode diskusi peneliti mendapat pengalaman langsung yang berharga mengenai berbagai media pembelajaran yang diterapkan dikelas juga metode penugasan lainya yang diterapkan serta penilain terhadap siswa sehingga dapat menambah wawasan bagi peneliti juga dapat menjadi bekal dalam melaksanakan tugas sebagai guru sejarah.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah penulisan dalam skripsi ini, maka akan dijabarkan mengenai struktur organisasi skripsi yang telah disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh UPI tahun 2013, yang akan disusun sebagai berikut :

Bab satu berisikan tentang pendahuluan, dalam bab ini secara garis besar peneliti memaparkan masalah yang dikaji dan didapat dilapangan.


(18)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun sub bab yang ada di dalamnya terdiri dari latar belakang masalah yang terkait dengan judul penelitian ini mengenai penerapan metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penulisan, dan struktur organisasi skripsi.

Bab dua berisikan tentang kajian pustaka, dalam bab ini secara garis besar penulis memaparkan landasan teori yang diambil dari berbagai literatur, sebagai fondasi dalam pelaksanaan penelitian, bab ini memaparkan mengenai sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan skripsi yang dianggap relevan. Pada bab ini juga terdapat penjelasan mengenai metode diskusi, kemampuan berpikir kritis dan kaitan keduanya dengan pembelajaran sejarah.

Bab tiga berisikan tentang metode penelitian, di dalam bab ini secara garis besar penulis memaparkan mengenai serangkaian tahapan yang ditempuh penulis ketika melakukan penelitian guna mendapatkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan permasalahan yang sedang dikaji, yang terdiri dari populasi dan sampel, prosedur penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data serta validitas data.

Bab empat berisikan tentang hasil penelitian, di dalam bab ini secara garis besar penulis memaparkan serangkaian isi yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hasil, dan kendala beserta solusi yang telah ditempuh pada proses penelitian yaitu tentang penerapan metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 4, SMA PGII 1 Bandung.

Bab lima berisikan tentang simpulan, bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan karya ilmiah di dalam bab ini secara garis besar penulis memaparkan mengenai simpulan sebagai jawaban dari pertanyaan


(19)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang diajukan di dalam batasan masalah dan berisi pula rekomendasi bagi pihak-pihak terkait dan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


(20)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis menjabarkan secara rinci mengenai metode perencanaan penelitian yang akan dilakukan. Komponen yang akan dijabarkan antara lain populasi dan sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data.

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGII 1 Bandung yang terletak di Jl. Panatayuda No.2 Bandung. Letak sekolah tepat berada di depan taman Panatayuda. Alasan peneliti memilih sekolah PGII 1 Bandung untuk penelitian adalah merupakan salah satu sekolah swasta yang cukup bagus dengan akreditasi A dan merupakan sekolah tempat peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Peneliti bermitra dengan salah satu guru sejarah yang merupakan staff mengajar di SMA PGII 1 Bandung, yang bernama Ibu Dra. Eeng Suhaeni.

1. Sejarah Sekolah

Pada tahun 1949 lahir sebuah organisasi masyarakat bernama persatuan guru islam Indonesia (PGII) dibawah Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang di pelopori oleh tokoh-tokoh yaitu KH. Wahid Hasyim yang pada waktu itu beliua menjabat sebagai mentri agama, KH. Zakarsih, KH. Affandi Ridwan RT. Jaya Rahmat, Sutan Abdul Ghani dan KH. EZ Mutaqien. Dalam perjalanan berikutnya pada tahun 1950 tokoh-tokoh tersebut mendirikan lembaga pendidikan yang secara oprasionalnya di selenggarakan oleh lembaga pendidikan muslimin.


(21)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lahirnya dekrit presiden pada tahun 1959 berakibat pada bubarnya Masyumi sehingga berdampak pada pembubaran PGII sebagai ormas menjadi sebuah yayasan pendidikan yang bernama Yayasan Pedidikan Persatuan Guru Islam Indonesia (YP PGII) dan dengan sendirinya YP PGII mengambil alih lembaga pendidikan muslimin dalam menyelenggarakan pendidikan.

Yayasan pendidikan PGII yang saat ini terus berkembang dan mendapat dukungan dari masyarakat tepatnya berdiri tahun 1960 di Bandung dengan notaris Noezar, terdaftar pada akte notari no. 74. Turut hadir dalam pembentukan yayasan tersebut tokoh-tokoh antara lain: Sutan Abdul Ghani, Muhamad Heru Tjahya, Abdurahman bin Sarbie dan selengkapnya tertulis pada akta notaris tersebut.

Pada saat pendiriannya sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar YP PGII, tujuan di dirikannya yang juga merupakan visi pendidikannya adalah:

a. Melaksanakan terlaksananya kesempurnaan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan Bangsa Indonesia menurut ajaran Islam.

b. Memperbaiki mutu guru-guru yang beragama islam.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka usaha atau misi sebagaimana terdapat dalam pasal 4 anggaran dasar YP PGII adalah:

a. Memajukan dan menyempurnakan perguruan islam

b. Mengadakan sekolah-sekolah, kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan

c. Mengadakan musyawarah dan dialog mengenai pendidikan d. Memperluas cabang-cabang dan kesempatan pendidikan

Sebelum menempati kampus Jl. Panatayuda No. 2 Bandung yang begitu strategis ini, sekolah yang pertama kali didirikan SMA Muslimin sekitar tahun 1950 pada saat itu, lembaga pendidikan yang di bentuk masih


(22)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menumpang di SD percobaan Jl. Pajagalan-Bandung dengan kepala sekolah Bapa Jahri. Hal ini menunjukan sebuah semangat dan idealisme yang tinggi di dalam mengembangkan pendidikan terutama dalm pendidikan islam sekalipun belum di tunjang sarana dan pra sarana yang memadai.

Sejak 1952 SMA muslimin berubah nama menjadi SMA PGII yang lokasinya pindah ke Jl. Pamoyanan dengan kepala sekolah waktu itu Bapak Abdul Latief Azis. Hanya 10 tahun lokasi SMA PGII di jalan pamoyanan dan pada tahun 1962 Sma PGII berpindah lokasi ke Jl. Panatayuda no 2 hingga saat ini dengan status tanah hak guna pakai dari pemerintah kota bandung.

Dikarenakan terjadi peningkatan jumlah siswa yang cukup tinggi, maka yayasan pendidikan PGII Bandung mendirikan kelas jauh yang berlokasi di Jl. Pahlawan Blk. No 17. Karena lokasi yang berjauhan, berada di luar kecamatan coblong, maka pada tahun 1988 YP PGII berinisiatif untuk membagi 2 (unit) yaitu PGII yang berada di Jl. Panatayuda menjadi SMA PGII I dengan kepala sekolah Drs. Lili Asmili dan SMA PGII yang berlokasi di jalan pahlawan menjadi SMA PGII 2 dengan kepala sekola Drs. Hasan Mansur.

2. Sampel Penelitian

Sampel yang dijadikan kelas penelitian adalah kelas XI IIS 4 yang jumlah siswanya ada 31 siswa, yang terdiri dari 18 laki-laki dan 13 perempuan. Peneliti memilih kelas tersebut menjadi subjek penelitian karena pada kelas tersebut siswa sudah cukup memiliki keaktifan dalam pembelajaran sejarah walaupun belum menyeluruh, namun lebih dominan aktif dalam menyimak pembelajaran, kalaupun terdapat siswa yang bertanya, pertanyaan yang dilontarkan masih bersifat data dan fakta yang jawabannya terdapat dalam modul yang mereka miliki. Disini peneliti menginginkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan tidak di dominasi guru dengan


(23)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan metode diskusi. Selain itu dalam pengembangan berpikir kritis siswa agak kurang sehingga perlu lebih di asah, agar siswa dapat mengolah data dan fakta sejarah dengan sebaik mungkin. Tidak menjadikan sejarah sebagai hafalan namun lebih pada penanaman nilai sejarah untuk menuju masa depan.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model yang dikembangkan Kemmis dan Mc. Taggart. Desain penelitian pada dasarnya adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan mengenai hal-hal yang akan dilakukan. Menurut Margono (2004 : 100) “Desain penelitian merupakan landasan berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penilaian baik oleh peneliti itu sendiri maupun orang lain terhadap kegiatan penelitian”.

Alasan peneliti menggunakan desain ini karena Metode Diskusi dianggap lebih sederhana dalam tindakannya, dalam pelaksanaan diskusi yang dilakukan di dalah kelas dapat langsung terlihat aspek berpikir kritis, baik dalam argumentasi yang dikemukakan siswa maupun hasil laporan diskusi. Maka Peneliti menganggap bahwa desain penelitian dengan model Kemmis dan Taggart merupakan desain yang cocok dalam penelitian ini. Model penelitian Kemmis dan Taggart ini terdiri dari empat tahapan penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Keempat tahapan ini saling berhubungan dan dilaksanakan dalam satu siklus penelitian, dan tahapan tersebut akan terus berulang hingga tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini dapat tercapai dan menunjukan hasil yang positif. Desain ini juga dapat memandang pelaksanaan dan pengamatan sebagai suatu kesatuan sehingga lebih dianggap ringkas. Selain itu, desain ini mendorong terhadap efektifitas waktu dalam pelaksanaan penelitian sehingga relatif lebih singkat dibandingkan dengan desain yang lain. Hal ini juga disesuaikan


(24)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan penguasaan materi peneliti terhadap desain yang ada karena jiga menggunakan desain yang lain maka akan lebih lama peneliti mempelajarinya. Adapun gambar desainnya model Kemmis dan Mc Taggart sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model Desain Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2008:66)

Refleksi Observasi

Tindakan 1 Rencana

tindakan1 Pra

Rencana tindakan3

Observasi Observasi

Refleksi Refleksi

Tindakan 2

Tindakan 3

dst

Rencana tindakan2


(25)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan gambar tersebut terdapat empat langkah penting dalam PTK, yaitu rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi. Menurut Sukardi (2004: 213) menjelaskan langkah-langkah dari dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:

1. Rencana (Plan)

Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan harus berorientasi ke depan dan bersifat fleksibel. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategik yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam proses belajar mengajar dan mengenal rintangan yang sebenarnya.

Tahap ini peneliti akan menyusun serangkaian rencana kegiatan dan tindakan yang akan dilakukan bersama guru mitra untuk mendapatkan hasil yang baik berdasarkan analisa masalah yang didapatkan. Pada penelitian ini rencana yang disusun adalah:

a. Meminta kesediaan guru untuk menjadi kolaborator peneliti atau guru mitra dalam penelitian yang akan dilaksanakan.

b. Menyusun kesepakatan dengan kolaborator mengenai waktu penelitian.

c. Mendiskusikan metode yang peneliti akan diterapkan dalam Penelitian Tindakan Kelas yaitu Metode Diskusi.

d. Menyusun silabus dan rencana pengajaran yang akan digunakan saat proses pembelajaran.

e. Merencanakan sistem penilaian diskusi yang akan digunakan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) sehingga dapat mengukur proses pembelajaran yang diharapkan.

f. Merencanakan diskusi balikan yang akan dilakukan dengan guru mitra agar dapat memperbaiki tindakan selanjutnya.


(26)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan sebagai tindak lanjut dari diskusi balikan yang telah dilakukan dengan mitra peneliti. h. Merencanakan pengolahan data dari hasil yang diperoleh dari

penelitian.

2. Tindakan (Act)

Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan atau pelaksanaan yang terkontrol secara seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini yakni:

a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan, yaitu tindakan yang sesuai dengan silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran yang telah disusun.

b. Mengoptimalkan penggunaan metode diskusi dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Menggunakan instrumen penelitian yang telah disusun. d. Melakukan diskusi balikan dengan mitra penelitian.

e. Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan.

f. Melaksanakan pengolahan data.

3. Pengamatan (Observe)

Observasi pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam unggulan seperti memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang. Observasi yang hati-hati sangat diperlukan, hal ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil peneliti


(27)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang disebabkan oleh adanya keterbatasan menembus rintangan yang ada di lapangan. Pada tahap ini pelaksanaan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Diharapkan dalam pelaksanaan pengamatan tidak ada data yang terlewatkan agar tidak mempengaruhi hasil pada saat pengolahan data. Pada kegiatan observasi ini, peneliti melakukan:

a. Pengamatan terhadap keadaan kelas yang diteliti.

b. Pengamatan mengenai kesesuaian penggunaan metode diskusi dengan pokok bahasan yang berlangsung.

c. Pengamatan kesesuaian penggunaan metode diskusi dengan kaidah-kaidah teoritis yang digunakan.

d. Mengamati kemampuan siswa dalam berpikir kritis.

4. Refleksi (Reflect)

Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Pada kegiatan ini peneliti melakukan:

a. Kegiatan diskusi balikan dengan kolaborator maupun mitra dan siswa setelah tindakan dilakukan.

b. Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk siklus selanjutnya.

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode penelitian yang dipakai oleh penulis untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi adalah metode Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini bersifat kualitatif karena dalam pengumpulan datanya menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini digunakan karena melalui metode ini guru dapat lebih mengenal keadaan kelas dengan baik, metode ini juga praktis dilakukan penelitian secara langsung yang ditujukan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Seperti yang diungkapkan


(28)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wiriaatmadja (2012: 13) bahwa “Secara ringkas, penelitian tindakan kelas bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”.

Dipaparkan pula konsep dari penelitian tindakan menurut Sukmadinata (2013:140) yaitu :

Penelitian Tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatanya sendiri dalam mengumpulkan data tentang pengumpulan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan.

Menurut Sukmadinata (2013:60) penelitian kualitatif memiliki dua tujuan utama yaitu : “pertama menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Sehingga hasil penelitian kualitatif umumnya bersifat deskriptif

yakni menjelaskan situasi yang kompleks dan arah penelitian selanjutnya. Adapun karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Sukardi (2004: 211) adalah sebagai berikut:

1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.

2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.

3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.

4. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflectif thinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan.

Melalui penelitian tindakan kelas (PTK), peneliti ingin berbagi pengetahuan atau keterampilan yang didapat di Perguruan Tinggi. Guru mitra bisa mendapat pengetahuan atau keterampilan dari peneliti juga sebaliknya, peneliti dapat belajar dari pengalaman guru mitra dalam pembelajaran sejarah


(29)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilapangan, dan siswa juga dimintai pendapatnya mengenai metode diskusi yang diterapkan oleh peneliti, apakah metode diskusi ini efektif diterapkan di dalam kelas dan apakah dengan penerapan metode diskusi dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah.

D. Definisi Operasional 1. Metode Diskusi

Metode diskusi menurut Mulyasa (2011 : 89) adalah “suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah”. Dengan metode diskusi kelompok siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan atau pernyataan yang kemudian harus di diskusikan, dianalisis sehingga permasalahanya dapat terpecahkan. Banyak materi sejarah yang dapat diterapkan dengan metode diskusi. Metode diskusi ini akan lebih membuat suasana kelas lebih ricuh namun diharapkan ricuh ini terarah, disini guru mempunyai peranan penting dalam menuntun jalannya diskusi. Dalam menerapkan metode diskusi kelompok ini guru harus menerapkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Guru harus benar-benar dapat memberikan tugas pembahasan yang jelas maksudnya tidak kabur tentang cara dan tujuan yang hendak di capai.

b. Guru harus benar-benar dapat menjadi organisator yang memadai sehingga kekacauan tidak terjadi.

c. Kelompok diskusi hendaknya tidaklah terlalu besar, agar tidak terlalu ramai dan gaduh.

d. Usahakan agar setiap murid mendapatkan giliran berbicara.

e. Usahakan agar setiap murid belajar bersabar untuk mendengarkan dan memahami pendapat orang lain.


(30)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Usahakan menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang di perlukan, baik yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di luar sekolah.

g. Juga, usahakan agar topik atau problem yang akan di jadikan pokok-pokok diskusi menarik untuk dibahas dan dijadikan tema dalam diskusi.

Setelah guru dapat memenuhi ketentuan-ketentuan yang diharapkan, makan jalannya diskusi harus dapat tersusun rapih agar tujuan dari diterapkannya diskusi ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan diskusi kelompok adalah :

a. Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, membagi tugas, mengatur tempat duduk. Kelas dibagi kedalam 6 kelompok, terdiri dari 5 orang siswa.

b. Guru akan menyampaikan penilaian dalam diskusi kelompok termasuk presentasi juga laporan diskusi dan memaparkan penilaian kemampuan berpikir kritis agar siswa lebih termotivasi untuk mendapatkan nilai yang tinggi.

c. Guru mengemukakan tema, topik dan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan dengan jelas mengenai cara-cara pemecahannya.

d. Para siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk menjaga serta memberi dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi dan supaya diskusi bejalan dengan lancar. Guru sangat berperan penting dalam jalannya diskusi karena guru akan memandu jalan diskusi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.


(31)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Kemudian perwakilan pada setiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Hasil-hasil diskusi yang dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa (terutama bagi kelompok lain). f. Setiap kelompok mencatat hasil diskusi tersebut, dan guru

mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok untuk dijadikan nilai tambahan dalam bentuk product.

2. Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah suatu sikap mau berpikir secara mendalam mengenai masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang (Glaser dalam Fisher, 2007 : 3). Menurut Muttakin (2004 : 41) “keterampilan berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis idea atau gagasan kearah yang lebih spesifik, membedakannya secara tujuan, memilih, mengidentifikasi, mengkaji,dan menumbuhkannya ke arah yang lebih sempurna”.Dalam pengembangan indikator kemampuan berpikir kritis peneliti mengadopsi dari pendapat Robert Ennis dalam bukunya Critical Thinking.

Tabel 3.1

Kemampuan Berpikir Kritis menurut Ennis


(32)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Memberikan penjelasan sederhana Memfokuskan pertanyaan Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mepertimbangkan kemungkinan jawaban Menjaga kondisi berpikir Menganalisis argument Mengidentifikasi kesimpulan Mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan pertanyaan Mengidentifikasi dan menangani suatu ketidak tepatan Melihat struktur dari suatu argument Membuat ringkasan Bertanya dan menjawab pertanyaan Memberikan penjelasan sederhana Menyebutkan contoh 2. Membangun keterampilan dasar Mempertimbangkan apakah sumber dapat

dipercaya atau tidak

Mempertimbangkan keahlian Mempertimbangkan kemenarikan konflik Mempertimbangkan kesesuaian sumber Mempertimbangkan reputasi Mempertimbangkan prosedur yang tepat Mempertimbangkan resiko dan reputasi Kemampuan untuk memberikan alasan


(33)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kebiasaan berhati-hati Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi Melibatkan sedikit dugaan Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan Melaporkan hasil observasi

Merekam hasil observasi

Menggunakan buku-buku yang benar Menggunkan akses yang baik

Menggunakan teknologi

Mempertanggungjawab kan hasil observasi 3.

Menyimpulkan

Mendeduksi dan mempertimbangkan

hasil deduksi

Siklus logika Euler Mengkondisikan logika Menyatakan tafsiran Menginduksi dan mepertimbangkan hasil induksi Mengemukakan hal yang umum Mengemukakan hasil kesimpulan hipotesis 1. Mengemukakan hipotesis 2. Merancang eksperimen

3. Menarik kesimpulan sesuai fakta

4. Menarik kesimpulan dari hasil


(34)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan dan masalah 4. Memberikan pertimbangan lanjut Mengidentifikasikan istilah dan pertimbangan suatu definisi Membuat bentuk definisi Strategi membuat definisi

1. Bertindak dengan memberikan penjelasan lanjut 2. Mengidentifikasi dan

menangani kebenaran yang disengaja

Membuat isi definisi

Mengidentifikasi asumsi-asumsi Membuat bentuk definisi Penjelasan bukan pertanyaan Mengonstruksi argument


(35)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.

Mengatur strategi dan

taktik

Menentukan suatu tindakan

Mengungkapkan masalah

Memilih kriteria untuk mempertimbangkan solusi yang mungkin Merumuskan solusi alternatif

Menentukan tindakan sementara

Mengulang kembali Mengamati

penerapannya

Berinteraksi dengan orang lain

Menggunakan argument

Menggunakan strategi logika

Menggunakan strategi retorika

Menunjukan posisi, orasi, atau tulisan

Sumber : Adopsi Tabel Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (Jaelani, 2012 : 59-61)

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Ennis di atas sangat rinci dan lengkap, namun dalam penelitian kali ini, penulis tidak mangambil semua indikator tersebut. Karena tidak semua indikator dan sub indikator tersebut cocok dalam penelitian ini. adapun indikator yang akan dipakai dalam penelitian ini antara lain:

Tabel 3.2

Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis Sesuai Kebutuhan Penelitian


(36)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Memberikan penjelasan sederhana Memfokuskan pertanyaan Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mepertimbangkan kemungkinan jawaban Menganalisis argument Mengidentifikasi kesimpulan Bertanya dan menjawab pertanyaan Memberikan penjelasan sederhana 2. Membangun keterampilan dasar Mempertimbangkan apakah sumber dapat

dipercaya atau tidak

Mempertimbangkan kesesuaian sumber 3. Menyimpulkan Membuat dan menentukan hasil pertimbangan Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan fakta-fakta 4. Memberikan pertimbangan lanjut Mengidentifikasikan istilah dan pertimbangan suatu definisi Membuat bentuk definisi

5. Mengatur strategi dan taktik Berinteraksi dengan orang lain Menggunakan strategi logika

Sumber : Adopsi Tabel Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam pebelitian, instrumen yang digunakan disesuaikan dengan data yang hendak dikumpulkan dan sesuai dengan variabel penelitian.


(37)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini menggunakan metode diskusi untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan peneliti adalah :

1. Lembar Pedoman Observasi

Lembar pedoman observasi yaitu perangkat yang digunakan dalam mengumpulkan data mengenai aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pelaksanaan tindakan dalam penerapan metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 4. Dalam menggunakan lembar observasi ini, peneliti menginginkan data berupa gambaran dari pelaksanaan pada setiap tindakan atau pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini berupa daftar ceklist agar lebih mempermudah penelitian. Lembar observasi ini digunakan karena lebih bersifat kualitatif yang cocok dengan peneliti yang langsung mengamati atau observasi langsung pada saat proses pembelajaran di dalam kelas.

2. Lembar Pedoman Wawancara

Lembar pedoman wawancara berisi beberapa perangkat pertanyaan yang diajukan peneliti kepada siswa dan guru yang bersangkutan. Lembar pedoman wawancara ini digunakan untuk memperoleh data kondisi kelas sebelum menggunakan metode diskusi dan memperoleh data penelitian mengenai tanggapan siswa dan guru setelah penerapan metode diskusi sehingga data yang diperoleh oleh peneliti dalam wawancara menjadi sumber data yang memiliki makna. Pedoman wawancara digunakan peneliti sebagai acuan dalam pelaksanaan wawancara, hal ini dimaksudkan agar wawancara dapat berjalan secara terstruktur.


(38)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dokumentasi dapat digunakan untuk mengabadikan bagaimana proses pembelajaran berlangsung yang terekam dalam kegiatan siswa pada saat melakukan diskusi kelompok. Dalam penelitian ini dokumentasi dapat berupa foto dan video yang merekam serta memperlihatkan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

4. Catatan lapangan (Field Note)

Catatan lapangan dibuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi. Catatan lapangan ini digunakan untuk melihat berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, juga interaksi siswa dengan siswa yang benar-benar terjadi di dalam kelas pada saat pembelajaran sejarah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti guna memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data yang hendak dikumpulkan peneliti berkaitan dengan penerapan metode diskusi untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas yang bersangkutan. Data yang dibutuhkan berupa gambaran bagaimana metode diskusi ini diterapkan pada pembelajaran sejarah, aktifitas guru dan aktifitas siswa dalam pembelajaran sejarah, tanggapan siswa dan guru mengenai penerapan metode diskusi serta pertumbuhan atau peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran sejarah.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu: pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Adapun alasan pemilihan teknik pengumpulan data di atas adalah :

1. Observasi

“Observasi adalah suatu pengamantan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik


(39)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu” (Arifin, 2010:153). Observasi diartikan sebagai pengamatan penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Observasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah observasi terbuka yaitu dengan mencatat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas ke dalam kertas yang telah disiapkan oleh peneliti, dengan tujuan untuk menggambarkan situasi kelas yang lengkap dan kronologis. Hal yang dilihat pada teknik ini yaitu aktifitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode diskusi.

Observasi atau pengamatan sebagai salah satu teknik dalam pengumpulan data terdapat tiga tahap yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas dan diskusi balikan yaitu :

a. Pertemuan perencanaan

Dalam tahap pertemuan perencanaan dilakukan oleh pihak guru dan pihak pengamat dengan mendiskusikan rencana pembelajaran yang berkaitan dengan topik atau fokus kajian dan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama sehingga perencanaan pembelajaran dapat tersusun dengan baik.

b. Observasi kelas

Dalam tahap ini, peneliti akan melakukan kegiatan pengumpulan data terhadap proses pembelajaran yang berlangsung didalam kelas dengan melakukan pengumpulan data melalui observasi dengan dibantu mitra peneliti.

c. Diskusi balikan

Data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti selanjutnya dianalisis dan didiskusikan bersama untuk melihat kelebihan atau kekurangan selama pengamatan berlangsung.


(40)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun tindakan dalam catatan lapangan berupa format observasi yakni check list. check list bermanfaat untuk mengukur hasil belajar baik

berupa produk maupun prosedur atau proses yang dapat dirinci kedalam komponen-komponen yang lebih kecil, teridentifikasi secara operasional atau spesifik” (Zainul, 2005 : 106). Fungsi dari check list sendiri adalah untuk

melihat apakah perencanaan yang akan dilaksanakan sudah sesuai dengan prosedur dan disampingnya diberikan komentar kolaborator yang nantinya bisa dijadikan expert opinion sebagai bahan masukan dalam diskusi balikan. 2. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut Wiriatmadja (2008 :117) “wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu didalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain”. Dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan suatu kumpulan pertanyaan yang diajukan secara verbal yang diajukan kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi dan penjelasan hal-hal yang diperlukan untuk melengkapi penelitian.

Peneliti menggunakan bentuk wawancara agar memberi keleluasaan kepada narasumber untuk menjawab pertanyaan. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data secara kualitatif untuk melengkapi catatan lapangan hasil dari observasi yang dilakukan terhadap guru dan siswa. Wawancara juga dapat dijadikan suatu acuan dalam setiap peningkatan yang dilakukan dalam penelitian dan agar mengetahui peningkatan juga seberapa berhasil dari penerapan Metode Diskusi ini.


(41)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi dokumentasi menurut Hopkins (2011: 210) merupakan “Dokumen-dokumen yang menyangkut kurikulum atau bidang pendidikan lain dapat memberikan rasionalisasi dan tujuan observasi dengan cara-cara yang menarik”. Studi dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini berupa silabus, rencana pembelajaran, pedoman penilaian tes, daftar nilai, pedoman observasi, pedoman wawancara, hasil catatan lapangan (observasi), hasil tugas-tugas setiap tindakan. Hal diatas sejalan dengan pendapat Elliot dalam Wiriatmadja (2008 :121) yaitu :

Sedikitnya ada tujuh sumber dokumen yang dapat membantu penelitian tindakan kelas yakni :

1. Silabi dan Rencana pembelajaran

2. Laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum 3. Berbagai macam ujian dan tes

4. Laporan rapat

5. Laporan tugas siswa

6. Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran 7. Contoh essai yang ditulis siswa

Dokumen-dokumen yang telah terkumpul akan diurutkan sesuai dengan tujuan pengkajian. Isinya akan dianalisis (diuraikan), dibandingkan, dan dipadukan (sintesis) yang pada akhirnya akan membentuk suatu kajian yang sistematis dan utuh.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data merupakan salah satu langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pengolahan data adalah suatu proses untuk mendapatkan data dari setiap variabel penelitian yang siap dianalisis. Data yang diperoleh selama melakukan penelitian adalah data yang bersifat mentah sehingga data tersebut harus diolah dan dianalisis agar memperoleh data yang bermakna dalam kegiatan penelitian ini. Data yang diperoleh ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu, dalam pengolahan dan analisis data akan disesuaikan dengan sifatnya.


(42)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Data Kuantitatif

Pengolahan kuantitatif dilakukan dengan cara menggunakan penilaian pada penerapan metode diskusi dan penilaian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yakni sebagai berikut:

Penerapan Metode Diskusi = Kemampuan Berpikir Kritis = 2. Data Kualitatif

Pengolahan data hasil observasi baik dengan pedoman observasi maupun pedoman wawancara dengan menggunakan analisis kualitatif. Pengolahan data dengan analisis data kualitatif dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Sugiyono (2009 : 338) menyebutkan bahwa “data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, seperti yang telah dikemukakan makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data makin banyak, kompleks dan rumit”.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, kedalaman dan keleluasan wawasan yang tinggi sehingga dalam melakukan reduksi ini bisa lebih mudah. Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilahan dengan menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasikan berdasar aspek masalah yang dihadapi, memfokuskan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah hasil observasi menjadi data yang bermakna.


(43)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Miles dan Hilberman (Sugiyono, 2009 : 341) menyatakan „the most frequent from of display data for qualitative reseach data in the

has been narative text’. Yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Setelah reduksi data, data tersebut disajikan. Penyajian data dilakukan dengan cara menampilkan data penting secara lebih sederhana dan bermakna dalam bentuk narasi, tabel, bagan atau grafik. c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Data

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari makna, arti dan penjelasan terhadap data yang telah dianalisis dengan merangkum hal penting. Kesimpulan dibuat untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu mengenai penerapan metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Validasi Data

Adapun validasi data dalam penelitian ini adalah : a. Member Check

Dilakukan untuk meninjau kembali data yang telah didapatkan oleh peneliti yaitu dengan mengkonfirmasi kepada sumber data. Dalam penelitian ini, seluruh informasi data mengenai hasil pelaksanaan tindakan dikonfirmasikan kepada guru mitra. Hal ini dilaksanakan ketika evalusi setelah selesai pembelajaran pada setiap tindakan.


(44)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti meminta pendapat atau nasihat dari para pakar. Pakar atau ahli ini akan memeriksa semua tahapan penelitian yang akan memberi pendapat atau arahan terhadap permasalahan maupun langkah-langkah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan berkonsultasi dengan pembimbing.


(1)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

subjek sedangkan guru sebagai fasilitator. Kegiatan siswa akan lebih bermakna ketika mereka banyak mengolah data dari berbagai sumber, akan lebih menyenangkan ketika siswa tidak hanya mendengarkan guru berceramah di depan kelas. Penelitian ini dilakukan dengan semaksimal mungkin namun bisa dikatakan penelitian ini sangat belum sempurna. Jadi, berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran bagi pihak-pihak terkait, diantaranya :

Pertama, hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode diskusi dapat

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah sehingga dapat menjadi sumber informasi bagi guru dalam mengembangkan metode pembelajaran. Metode diskusi ini dapat dikembangkan lebih kreatif lagi dan disesuaikan dengan karakteristik siswa di kelas. Walaupun metode ini dianggap metode yang paling tua namun jika penerapannya sesuai, metode ini akan lebih menyenangkan dibandingkan dengan metode yang lainnya.

Kedua, sebelum diterapkan metode diskusi ini guru hendaknya

memahami langkah-langkah dari penerapan diskusi karena metode diskusi ini metode yang paling biasa digunakan dan dianggap mudah padahal diskusi tidak akan berjalan dengan baik apabila langkah-langkah dalam metode diskusi tidak dijalankan dengan sesuai perencanaan.

Ketiga, hasil penelitian ini hendaknya dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, tidak hanya dalam pembelajaran sejarah tapi untuk mata pelajaran lainnya namun tentunya harus diterapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan metode ini akan mendapat porsi banyak dalam pembelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator.

Keempat, peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna

namun selanjutnya hasil penelitian ini akan dijadikan salah satu rujukan bagi peneliti untuk mengembangkan metode diskusi yang lebih baik lagi.


(2)

144

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Demikian simpulan dan saran yang dapat diberikan oleh peneliti, semoga dapat bermanfaat bagi banyak pihak, bagi peneliti, guru, siswa dan menjadi bahan pertimbangan bagi perkembangan pembelajaran sejarah di sekolah serta bagi dunia pendidikan di Indonesia.


(3)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Arifin, Z. (2009) Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Baharudin & Wahyuni. (2012) Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta.

Davies, I.K. (1980) Instructional Technique: Discussion Technique. United States of Amerika : McGraw-Hill, Inc.

Djamarah, S.B. & Zain, A. (2010) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Ennis, R. (1996) Critical Thinking. New Jersey : Simon&Schuster / A Viacom Company.

Fisher, A. (2007) Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga. Hamalik, O. (2001) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Hasan, S.H. (2008) Pengembangan Kompetensi Berpikir Kritis dalam Mata

Pelajaran Sejarah. Makalah Pada Seminar IKAHIMSI: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Hopkins, D. (2011) Panduan Guru PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ismaun. (2005) Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Jacobsen, D. (2009) Methods Guru Profesional: Metode-Metode Pengajaran

Menningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Johnson, E.B. (2011) Contextual Teaching and Learning. Menjadikan

Kegiatan belajar-Mengajar Mengasikan dan Bermakna. Jakarta: Mizan Media

Utama (MMU).


(4)

145

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kuntowijoyo. (1995) Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Margono. (2004) Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mulyasa, E. (2011) Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Subroto, S. (2002) Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT Ardi Mahatya

Sudjana, N. (2005) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2004) Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan

Praktiknya. Jakarta: Bumi aksara.

Sukmadinata,N.S. (2013) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sunaryo. (1989) Strategi Belajar Mengajar dalam Pengajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suparno, S.A. (1995) Pengajaran Sejarah Sebagai Sarana Memperkuat Jati

Diri dan Integritas Bangsa: Sudut pandang Ilmu Pendidikan, dalam Pengajaran Sejarah (kumpulan Makalah Simposium). Jakarta: CV. Dwi Jaya

Karya.

Supriatna, N. (2007) Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung : Historia Utama Press

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press.

Usman, U. (2000) Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Peraturan Perundang-undangan No. 81A.

Wiriaatmadja, R. (2002) Pendidikan Sejarah dan Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wiriaatmadja, R. (2012) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jurnal :

Hasan, S.H. (2004) Pandangan Dasar Mengenai Kurikulum Pendidikan

Sejarah. Historia. Jurnal Pendidikan Sejarah, V (9), hlm. 11.

Sripsi dan Tesis :

Akbar, J. (2013) Implementasi Kompetensi Profesional dalam Meningkatkan

Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran PKn di Kelas VII SMPN 15 Bandung. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas

Pendidikan Indonesia.

Ekawati, A.P. (2013) Penerpan Metode Diskusi Kelompok untuk

Menumbuhkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah. Skripsi,

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

Fajartriyani, A.P. (2013) Penerapan Asesmen Kinerja Sebagai Upaya

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas IPS 2 SMAN 22 Bandung. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

Intantia, N. (2013) Penerapan Metode Diskusi Buzz Group untuk Menumbuhkan Kemampuan Beragumentasi Siswa Pada Mata Pelajaran

Sejarah. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas

Pendidikan Indonesia.

Jaelani, J.R. (2012) Penerapan Metode Debat untuk Menumbuhkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 23 Bandung. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

Muttaqin, S.T. (2004) Mengembangkan Kemampuan berpikir Kritis siswa

dalam PIPS melalui Pembelajaran Isu-Isu Kontroversial. Kelas 1 SMU Negeri 1 Leles Garut. Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajarn Sejarah.

Tesis. Pasca Sarjana. Jurusan PIPS: Universitas Pendidikan Indonesia.

Setiawan, A.W. (2011) Penerapan Metode Quantum Learning dengan Teknik

Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Sejarah untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 2 Garut. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

147

Dinny Nurdyani Taufik, 2014

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sidiq, L.P. (2010) Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran PKn di Kelas XI IPS 2 SMAN 7 Bandung. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyuni, K.S. (2010) Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) melalui Teknik Diskusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Universitas Pendidikan Indonesia..

Wati, D.F. (2008) Kajian Tentang Penggunaan Metode Diskusi Kelas dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn di SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

Internet :

Zafri. (2012) Berpikir Kritis Pembelajaran Sejarah. (Online). Tersedia: http://jurnaldiakronikafisunp.blogspot.com/2012/05/berpikir-kritis-pembelajar an-sejarah.html (Diakses 26 Juli 2014).


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IIS 4 di SMA Negeri 1 Lembang.

1 3 45

PENERAPAN TEKNIK POINT COUNTER POINT UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.

0 4 55

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENUMBUHKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas Dikelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur.

0 0 41

PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP UNTUK MEMUNCULKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung.

0 1 33

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN SEJARAH UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey.

0 2 36

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.

1 2 50

PENERAPAN METODE TANYA-JAWAB DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI IPA 4 SMAN 14 BANDUNG.

0 1 54

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA :Penelitian Tindakan Kelas di kelas X-2 SMA Negeri 6 Bandung.

0 2 54

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI IIS 4 SMA PGII 1 BANDUNG - repository UPI S SEJ 1001871 Title

0 1 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 1 10