Peningkatan hasil belajar PKN melalui pembelajaran Kooperatif metode point counter point pada siswa Kelas IV MI Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang

(1)

SKRIPSI

Disusun Oleh : UMIYATI NIM : 1811018300092

PROGRAM PGMI DUAL MODE SISTEM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Pembelajaran Kooperatif MetodePoint Counter Point pada Siswa Kelas IV MI. Mathla'ul Anwar Benda Baru Pamulang Kota Tangerang Selatan". Skripsi jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah, September 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar PKN siswa pada pokok bahasan globalisasi di kelas IV, 2) Hasil hasil belajar siswa pada pokok bahasan globalisasi di kelas IV akan meningkat melalui penerapan pembelajaran kooperatif metode point counter point. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MI. Mathla'ul Anwar Benda Baru Pamulang Kota Tangerang Selatan pelajaran 2013/2014. Subyeknya adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa 37 orang. Pokok bahasan yang diteliti adalah globalisasi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa, wawancara, dan tes akhir siklus. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa

penerapan pembelajaran kooperatif metode point counter point dapat

meningkatkan hasil belajar PKN siswa yaitu 67,56% pada siklus I menjadi 91,9% pada siklus II. Hal tersebut menunjukan pula adanya peningkatan rata-rata hasil belajar PKN siswa yaitu 68 pada siklus I menjadi 74,16 pada siklus II, dan memberikan respon positifterhadap pembelajaran PKN.

Kata kunci : Peningkatan Hasil Belajar PKN Melalui Pembelajaran Kooperatif


(7)

panjatkan kehadirat Allah swt, karena rahmat dan hidaya-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan kapada baginda Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Madrasah Ibtidaiyah

Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang Kota Tangerang Selatan. Penulis

menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i MA.Ph. D. Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah ( PGMI ).

3. Asep Ediana Latip, M.Pd. Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah ( PGMI )

4. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Dosen pembimbing yang dengan kesabaran dan keikhlasannya, telah membimbing, memberikan saran, masukan, serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(8)

6. Dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis. 7. Teristimewa untuk suamiku Suyadi, dan anak-anakku M. Naufal, M.

Alif, M. Halim yang selalu memberikan dorongan agar selalu tetap sabar dan semangat.

8. H. M. Getong, S.Pd.I kepala sekolah MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang Tangerang Selatan.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan di bangku kulia yang selalu memberikan semangat dan do,a kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis meminta kritik dan saran membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Pamulang, September 2014 Penulis

Umiyati


(9)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Umiyati

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 15 Mei 1971 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Status : Kawin

Alamat : Jl. H. Rean Rt 01/02 No. 78. Benda Baru Pamulang Tangerang Selatan.

Hp : 087784095242 – 087774261396

Riwayat Pendidikan : 1. MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru 1987

2. MTSN Tangerang II 1990

3. MAN 2 Serang 1993

4. IAIN SUNAN GUNUNG DJATI 2001


(10)

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK……….

.i

KATA PENGANTAR………ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………..iv

D

AFTAR ISI………v

DAFTAR TABEL………..

viii

DAFTAR GAMBAR………..ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian………...5

C. Pembatasan Masalah/ Fokus Penelitian………...5

D. Perumusan Masalah Penelitian………....5

E. Tujuan dan kegunaan Hasil Penelitian………6

F. Manfaat Penelitian………..6

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN

KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A.

Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti……….7

1. Pengertian Pembelajaran………...7

a. Pembelajaran kooperatif………..8

b. Metode Pembelajaran point counter point………..11

2. Hasil Belajar………..14


(11)

c. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar…..19

d. Pengukuran Hasil Belajar……….20

e. Pengertian Kewarganegaraan………...22

f. Pembelajaran Kewarganegaraan………..24

B. Hasil Penelitian Yang Relevan………24

C. Kerangka Pikir……….25

D. Hipotesis………..26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian……….27

B. Metode dan Disain Penelitian……….27

C. Subyek Penelitian………29

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian………..29

E. Tahapan Intervensi Tindakan………..29

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan………...32

G. Data dan Sumber Data………32

H. Instrumen Pengumpulan Data……….32

I. Teknik Pengumpulan Data………..38

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan………..39

K. Analisis Data dan Interpretasi Data………41

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan………...41

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi dan Analisis Data……….42

1. Deskripsi Sekolah………...42

2. Penelitian Pendahuluan………..43

3. Pelaksanaan Pra Siklus………...44

4. Deskripsi Data………47 vi


(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………..63

B. Saran –saran………63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN


(13)

Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan……… 29

Tabel 3.3 Kisi –kisi Instrumen Lembar Observasi………... 32

Tabel 3.4 Kisi –kisi Insteumen Lembar Wawancar………. 34

Tabel 3.5 Kisi –kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I………... 37

Tabel 3.6 Kisi –kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II……….. 37

Tabel 3.7 Teknik Pengunpulan Data………. 38

Tabel 4.1 Daftar Perolehan Nilai Prasiklus………... 45

Tabel 4.2 Daftar Nilai Siklus I………... 51

Tabel 4.3 Daftar Nilai Siklus II………. 56

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa………61


(14)

Gambar 3.1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran……….28 Gambar 4.4 Grafik Hasil Evaluasi………51


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang bersifat sangat penting dalam kehidupan manusia,demi mengangkat harkat martabat manusia itu sendiri.Pendidikan adalah hak dan kewajiban,oleh karenanya setiap individu mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dan berkewajiban untuk menuntut ilmu dan belajar. Didalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia sebagaimana yang dikutip oleh Danasuparta, menjelaskan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang tertera dalam pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan”.1

Dari pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk dapat merasakan pendidikan di bangku sekolah.Tidak ada satu orang pun yang boleh melarang atau menghalangi seseorang untuk dapat menikmati pendidikan.

Dalam arti luas pendidikan berlangsung bagi siapa pun, dan dimana pun. Sedangkan dalam arti sempit, pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu sekolah. Dalam Dictionary of psychologysebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin,” pendidikan diartikan sebagai tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya.”2Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal di samping secara formal seperti di sekolah, dan institut-institut lainnya.

Pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam mengembangkan potensi yang ada pada setiap diri individu. Dalam konteks pendidikan anak usia Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) perlu mendapat

1 Danasuparta, Sejarah Pendidikan, (Bandung: CV Ilmu, 1959), h.201


(16)

perhatian khusus karena merupakan peletak pendidikan dasar anak pada jejang pendidikan selanjutnya.

Permasalaan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia secara umum memang masih membutuhkan perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan oleh semua pelaku pendidikan. Begitu juga dengan permasalahan proses pembelajaran yang dialami oleh MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang khususnya pada kelas IV. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru MI.

Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang yang dilakukan pada tanggal 14 April 2014, terdapat masalah dengan kurangnya fasilitas pendukung yang seharusnya dimiliki sekolah.Seperti tidak terdapat perpustakaan, kurangnya media pembelajaran pendukung seperti LCD yang masih terbatas jumlahnya. Kurangnya fasilitas tersebut yang seharusnya dapat digunakan siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran menjadikan kegiatan pembelajaran itu sediri kurang maksimal.

Guru memberikan materi ajar dalam proses pembelajaran, masih terbatas pada metode ceramah, tanya jawab dan sesekali menggunakan metode diskusi. Kurangnya kreativitas guru dalam menerapkan berbagai macam strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar, sehingga pembelajaran berpusat pada guru, guru kurang mengoptimalkan kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran hanya sebatas penggunaan papan tulis.

Permasalahan selanjutnya adalah siswa kurang memiliki semangat dalam belajar hal ini dapat dilihat dari keaktifan kelas yang masih dinilai kurang, hanya beberapa orang yang terlihat menjawab pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan. Kurangnya perhatian siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan guru, siswa cenderung melakukan keaktifan lain yang dapat mengganggu proses pembelajaran, selain itu tidak adanya persiapan dari siswa ketika akan memulai pelajaran. Pendidikan yang berlangsung di sekolah banyak memberikan manfaat bagi para siswanya atau pun warga sekolah, namun tidak sedikit masalah yang timbul disekolah dikarenakan oleh warga sekolah itu sendiri,seperti seringnya guru datang


(17)

terlambat, kurangnya pengawasan kepala sekolah terhadap kinerja guru, kurangnya kebersamaan terhadap sesama guru. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar sehingga pendidikan di sekolah serimg tidak optimal.

Dalam kegiatan belajar mengajar, peristiwa yang sering terjadi adalah rendahnya hasil belajar siswa, kurang aktif, kurang berpartisipasi, kurang terlibat dan tidak punya insiatif, pertanyaan, gagasan maupun pendapat sering tidak muncul. Kurang tepatnya metode yang digunakan dalam pembelajaran, guru yang bersifat otoriter, penyampaian ilmu secara searah, menganggap siswa sebagai penerima, pencatat dan pengingat saja.Oleh karena itu semua menjadikan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan(PKn) siswa rendah. Rendahnya hasil belajar siswa masih banyak yang di bawah KKM yaitu rara-rata 60.

Dengan demikian perlunya pemecahan masalah yang dapat dilakukan guru untuk menjadikan hasil belajar siswa meningkat, salah satu caranya adalah dengan meningkatkan mutu proses pembelajaran. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan model-model pembelajaran yang tepat. Ada beberapamodel-model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran di antaranya adalah: a) model pembelajaran langsung, adalah gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didiknya secara langsung; b) model pembelajaran kooperatif, adalah pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan dan berbasis sosial: c) model pembelajaran berbasis masalah, adalah belajar penemuan atau discovery learning. Dengan menerapkan salah satu dari tiga model pembelajaran tersebut diharapkan siswa dapat diberikan kesempatan untuk menggunakan semua potensi yang dimiliki.

Model pembelajaran kooperatif metode point-counter-point diduga dapat diterapkan pada proses pembelajaran sebagai solusi terhadap masalah yang telah dikemukakan sebelumnya. Pembelajaran kooperatif metode point-counter-point adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang


(18)

mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa atau suku yang berbeda. Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task ) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure).Tugas kooperatifberkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur intensif menjadikan setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok. Dengan pembelajaran kooperatif adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meningkat dan peran aktif siswapun meningkat dalam pembelajaran, selain itu juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan kepada yang lain. Pembelajaran kooperatif metode point-couter-pointyang tepat dapat mengoptimalkan peningkatan hasil belajar PKn siswa, kemampuan dan keberhasilan siswa, memberikan siswa untuk bertukar pendapat,pemikiran siswa yang lain, dengan menggunakan media yang ada, akan dapat mengingat lebih lama mengenai suatu fakta, prosedur,definisi dalam Pendidikan Kewarganegaraan(PKn), dan memberikan pengalaman belajar yang tidak semata-mata hanya pengalaman belajar PKn.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point.


(19)

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas,objek penelitian ini mengangkat masalah yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraa (PKn) yang berhubungan dengan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point yang digunakan dalam pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) agar lebih meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan aktivitas siswa.Adapun identifikasi masalah yang menjadi permasalahan peneliti yaitu :

1. Banyak siswa kelas IV MI.Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang,yang kurang aktif, kurang berparitisipasi, dan kurang insiatif untuk bertanya dalam pembelajaran PKn.

2. Kurang tepatnya metode yang digunakan dalam pembelajaran PKn. 3. Kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, seperti

Perpustakaan, dan media pendukung pembelajaran seperti LCD.

4. Banyak siswa kelas IV MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang, yang hasil belajar PKn nya rendah.

C. Pembatasan Masalah / Fokus Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasikan di atas, agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup dibatasi yaitu:

1. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat luas atau banyak bahasannya.

2. Banyaknya siswa kelas IV MI. Mathlaul Anwar Benda Baru pamulang yang kurang aktif, kurang berpartisifasi, dan kurang insiatif untuk bertanya dalam pembelajaran PKn.

3. Peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajaran kooperatif metode

point-counter-point diterapkan pada materi globalisasi.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “bagaimana peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajaran kooperatif metode point-counter-point kelas IV di MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang?”


(20)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn siswa dengan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point pada materi globalisasi kelas IV.

F. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan penelitian ini, antara lain:

1. Meningkatkan profesionalisme peneliti sebagai guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

2. Bagi peneliti dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas, khususnya yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan pembelajaran kooperatif metode point counter point.

3. Bagi pembaca, dapat menjadi reperensi tambahan mengenai PTK khususnya yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point.

4. Bagi rekan-rekan guru, dapat dijadikan inspirasi PTK khususnya yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan pembelajar-an kooperatif metode point-conter-point.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A.

Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning.Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari, pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Secara makro, pembelajaran yaitu mencakup siapa peserta didik yang kita hadapi, apa sasaran program kita, dan kompetensi apa yang diperlukan pada ujung program tersebut.

Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,

sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto “pembelajaran diartikan

sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar.”3

Di dalam kata pembelajaran diletakan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha yang terencana dalam meliputi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar, yang terpenting adanya komunikasi timbal balik diantara keduanya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media.Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksionl juga terjadi antara siswa dengan siswa.Komunikasi transaksional bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik sebagaimana yang dikutip oleh Asep Herry Hernawan ”pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk

3 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), hal. 19


(22)

melakukan kegiatan belajar secara aktif dengan rangka mencapai tujuan

pembelajaran.”4

Pembelajaran penekanan pada kegiatan belajar siswa yang telah dirancang oleh guru melalui usaha yang terencana melalui prosedur atau metode tertentu agar terjadi proses perubahan secara komperhensif.

a. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran di mana siswa bekerja secara bersama-sama atau kelompok, pada jam pelajaran tertentu selama beberapa minggu untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama dengan memastikan bahwa siswa dengan siswa satu kelompoknya berhasil menyelesaikan tugas belajar yang diberikan dengan baik.

Ada beberapa istilah untuk menyebutkan pembelajaran berbasis sosial atau kelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif,yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.5 Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokan yang didasari atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apapun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagia peserta didik, maupun siswa

4 Asep Herry Hernawan, Asra, dan Laksmi Dewi, Belajar dan Pembelajaran SD. (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 3

5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 241


(23)

sebagai anggota kelompok.Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.

Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru,

baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun

keterampilan.Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Menurut Slavin sebagaimana yang dikutip oleh Wina Sanjaya

“pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.”6

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistim pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orangyang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda.Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward),jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif dan komponen struktur insentif kooperatif.Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif dianggap sebagai keunuikan dari pembelajaran kooperatif.Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya ada empat tahap,yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; dan (4) pengakuan tim.7 Penjelasan materi diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.Setelah

6

Ibid., h. 242 7


(24)

guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Penilaian dilakukan dengan tes atau kuis.Tes atau kuis dilakukan secara individual maupun kelompok. Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.

Pembelajaran kooperatif mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah:

a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guruakan tetapi akan menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kaata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e. Merupakan suatu tsrategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social, termasuk mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu dan sikap positif terhadap sekolah.

f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.

g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.

Di samping keunggulan pembelajaran kooperatif juga memiliki keterbatasan, diantaranya:

a. Untuk memahami pilosofis pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kyarang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

b. Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah siswa saling membelajarka. Oleh karena itu, jika tanpa peer teacing yang epektif, maka


(25)

dibanding-kan dengan pengajaran langsung dari guru, terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.

c. Penilain yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

d. Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu idealnya melalui strategi pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juag harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.8

Metode-metode pembelajaran kooperatif beragam jenisnya, diantaranya: a) metode jigsaw; b) metode think-pair-share; c) metode

point-counter-point, dan lain sebaginya.

b. Metode Pembelajaran Point Caunter Point

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar diperlukan hubungan yang saling mendukung antara unsur-unsur pendukung agar pencapaian tujuan pembelajaran dapat terwujud secara optimal. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi siswa. Salah satu usaha yang tidak boleh ditinggalkan guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen pendukung yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode yang sesuai dengan karakteristik bahan ajar dan siswa akan efektif dalam pencapaian tujuan.

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan


(26)

yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.9 Metode merupakan realisasi kegiatan guru dalam rangka membantu siswa dalam menguasai bahan ajar baik itu pengetahuan sikap, ataupun keterampilan.

Menurut Miftahul Huda,” Metode adalah cara kerja yang teratur

dan bersistim untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah dan

sistimatis”.10

Sedangkan menurut Hamzah B. Uno, “Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan

fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”.11

Berdasarkan uraian di atas ditarik kesimpulan bahwa metode adalah cara-cara efektif yang digunakan guru dalam pembelajaran sebagai upaya membantu siswa dalam mencapai tujuan yaitu berupa penguasaan bahan ajar yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Metode pembelajaran point-counter-point dipergunakan untuk mendorong peserta didik berpikir dalam berbagai perspektif. Jika metode ini dikembangkan, maka yang harus diperhatikan adalah materi pembelajaran. Di dalam bahan pelajaran harus terdapat isu-isu kontroversi. Langkah pertama metode pembelajaran point-counter-point adalah membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok. Aturlah posisi mereka sedemikian rupa sehingga mereka berhadap-hadapan. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok merumuskan argumentasi-argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya.”12

Usai tiap-tiap kelompok berdiskusi secara internal, maka mulailah mereka berdebat. Setelah seorang peserta didik suatu kelompok menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang

9 Syaipul Bahri Djamarah dan Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), h. 46

10 Miftahul Huda, Cooperatif Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), h. 111

11 Hamzah B. Uno,Model Pembelajaran : menciptakan Proses Pembelajaran yang kreatif dan efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 2


(27)

memungkinkan. Di penghujung waktu pelajaran buatlah evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi-argumentasi yang telah mereka munculkan.

2. Kelebihan dan Kelemahan Metode point cauter point

Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan begitu juga dengan metode point counter point kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari metode point counter point yaitu :

a. Siswa ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. b. Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep.

c. Memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulkan semangat ingin tahu dari para siswa.

d. Guru tetap mempunyai kontak pribadi dengan siswa.

e. Siswa lebih mampuh menstrasfer pengetahuannya keberbagai konteks.

f. Siswa dapat termotivasi untuk menganalisis masalah di dalam kelompok.

g. Terjadi pembicaraan aktif antara penyanggah maka akan membangkitkan daya tarik untuk siswa berbicara, turut aktif aktif berpartisipasi untuk mengeluarkan pendapat.

Selain kelebihan yang dimiliki, metode point counter point juga memiliki kelemahan yaitu :

a. Metode ini banyak memakan waktu.

b. Setiap siswa tidak dapat diharapkan menjadi penemu.

c. Kurang efektif apabila dilakukan di kelas yang berkapasitas besar.

d. Diantara anggota kelompok mendapat kesan yang salah tentang berdebat.

e. Dengan teknik berdebat membatasi partisipasi kelompok. 3. Langkah-langkah Pembelajaran Metode point counter point

Metode point-counter-point ini sangat baik dipakai untuk melibatkan peserta didik dalam mendiskusikan isu-isu komplek secara mendalam. Metode ini mirip dengan debat, hanya saja dikemas dalam


(28)

suasana yang tidak terlalu formal. Adapun langkah-langkah pembelajaran metode ini adalah:

1. Pilihlah isu-isu yang mempunyai banyak perspektif.

2. Bagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok sesuai dengan jumlah perspektip yang sudah ditentukan.

3. Minta masing-masing kelompok untuk menyiapkan argument-argumen sesuai dengan pandangan kelompok yang diwakili. Dalam aktivitas ini, pisahlah tempat duduk masing-masing kelompok.

4. Kumpulkan kembali peserta didik untuk duduk berdekatan dengan teman-teman satu kelompok.

5. Mulai debat dengan mempersilakan kelompok mana saja yang akan memulai.

6. Setelah salah seorang peserta didik menyampaikan satu argumen sesuai dengan pandangan yang diwakili oleh kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok yang lain perihal isu yang sama.

7. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkinkan.

8. Rangkum debat yang baru dilaksanakan dengan menggaris bawahi atau mencari titik temu dari argument-argumen yang muncul.13

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikanitu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya untuk mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.

13 Hisyam Zaini, Bermawy Muntthe dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), h. 41


(29)

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan, (knowledge),

atau a body of knowledge.”14

Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar.Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.Banyak sekali macam kegiatan yang dapat digolongkan kepada belajar seperti mencari sebuah kata dalam kamus, mengingat dan menghapal puisi, berdiskusi dengan teman, membaca buku pelajaran, mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru.Tingkah laku belajar dilakukan di atas dapat di lihat ada kegiatan pshikis dan fisis yang saling kerjasama secara terpadu. Menurut Lester D.Crow dan Alice Crow sebagaimana yang dikutip oleh Aminudin Rosyad

“Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan

dan sikap”.15

Pengertian belajar di atas senada dengan apa yang diungkapkan oleh Bower and Hilgar dalam Rudi Susilana sebagaimana yang dikutip oleh Asep Herry Hermawan.”Belajar adalah sebagai usaha memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan.Belajar adalah usaha

memperoleh pengetahuan melalui pengalaman”.16

Menurut Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono.“Belajar merupakan kegiatan yang kompleks.Hasil belajar berupa kapabilitas.Setelah belajar orang memiliki keterampilan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari a)stimulus yang berasal dari lingkungan, dan b) proses kognitif

14 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 9

15 Aminudin Rosyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA PRESS, 2003), h. 30

16 Asep Herry Hermawan, Asra dan Laksmi Dewi,Belajar dan Pembelajaran Sekola Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 2


(30)

yang dilakukan oleh pembelajaran”.17

Menurut W.S Winkel sebagaimana dikutip oleh Ahmad Susanto.“Belajar adalah suatu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relative konstan dan berbekas”.18 Dari beberapa paparan teori dan konsep belajar di atas, maka dapat di simpulkan bahwa di dalam belajar terjadi proses perubahan-perubahan dalam tingkah laku dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, menganalisis, mendengar, meniru, dan sebagainya.

Belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku yang relatife menetap, yang dapat diperoleh diantaranya melalui pengalaman. Pengalaman dapat berupa interaksi dengan lingkungan eksternal dan melibatkan proses yang tidak nampak. Belajar merupakan proses untuk memperoleh interaksi hasil belajar, belajar juga merupakan prilaku aktif dalam menghadapi lingkungan untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan, pemahaman dan makna.

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam pelakunya. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan) menetap dalam waktu yang relative lama dan merupakan hasil pengalaman (proses belajar yang mengakibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik).

b. Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan urain tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan pskomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.Pengertian tentang hasil belajar sebagai mana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim

sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto “hasil belajar dapat diartikan

17 Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 10 18 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: KENCANA, 2013), h. 4


(31)

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang di peroleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”.19

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

Menurut Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Agus Suprijono hasil belajar berupa:

a. informasiverbalkapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan sepesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b. keterampilan intelektual yaitu kemampuan

mempersentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis, sintetis fakta, konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampil-an intelektual merupakankemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c. stategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e. sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.”20

19Ibid, h. 5

20


(32)

Sedangkan menurut Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Agus Suprijono, hasil belajar mencakup kemampuan:

a. Kognitif, domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan) comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

b. Afektif, domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), vauling (nilai),

organization (organisasi), characterization (karakterisasi). c. Psikomotorik, domain psikomotorik meliputi initiatory,

pre-routine dan rountinized . Psikomotorik juga mencakup keterampil-an produktif, teknik, fisik, sosisl, manejerial, dan intelektual.”21

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah skemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar.Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatife menetap. Dari paparan beberapa teori dan konsep tentang hasil belajar tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perilaku berupa pengetahuan, keterampilan sikap, informasi dan strategi kognitif yang baru diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suasana atau kondisi pembelajaran.

Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar, proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam kontek demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran menjadi tujuan yang potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajar. Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai adanya tujuan pengajaran yang diharapkan.


(33)

Hasil belajar atau pembelajaran sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode, sedangkan hasil yang diinginkan adalah tujuan-tujuan yang umumnya berpengaruh terhadap pemilihan suatu metode.Ini berarti hasil belajar sangat erat kaitannya dengan metode yang digunakan pada kondisi pembelajaran tertentu.Semakin tepat pemilihan metode pembelajaran pada suatu kondisi, hasil belajar semakin baik.Secara spesifik hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurutteori Gestalt sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto, belajar merupakan suatu proses perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya.Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya.Faktor pertama yang mempegaruhi hasil belajar adalah dari siswa itu sendiri yang meliputi kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani.Faktor kedua yang mempengaruhi hasil belajar adalah lingkungan, yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan,keluarga dan lingkungan.”22

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto, “hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antar berbagi factor yang memengaruhi, baik factor internal maupun eksternal.”23

Melihat dari teori dan pendapat di atas faktor-faktor yang mempengarhi hasil belajar diantaranya adalah:

1) Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang memengaruhi hasil belajarnya. Faktor internal

22 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajran di Sekolah Dasar, (Jakarta: KENCANA, 2013), h. 12


(34)

ini meliputi: faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Demikian juga kondisi syaraf pengontrol kesadaran dan kondisi pancaindera dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, serta kognitif serta daya nalar.

2) Faktor eksternal yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajarnya. Faktor eksternal ini meliputi: faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan ini dapat berupa lingkunga fisik atau alam seperti keadaan suhu, kepengapan udara, sosial yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya. Faktor instrument ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, serta guru.

d. Pengukuran Hasil Belajar

Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara oprasional dari kompentesi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap: 1) penguasaan materi akademik (kognitif), 2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif), 3) aplikasi produktif (psikomotorik).

1.Pengukuran hasil belajar kognitif

Dalam proses pembelajaran ada empat langkah utama yang menjadi tugas guru yaitu perumusan tujuan pembelajaran, metode, alat dan evaluasi pembelajaran. Keempat langkah ini saling terkait satu sama lain, dalam hal ini akan dibahas tentang evaluasi khususnya evaluasi formatif yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. Rana kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual atau penguasaan materi, evaluasi formatif sangat penting peranannya dalam peningkatan proses pembelajaran, pelaksanaan


(35)

evaluasi yang teratur akan akan mengarahkan guru untuk merumuskan secara jelas tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Ranah kognitif ini ranah yang banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Kemampuan-kemampuan ranah kognitif menurut Benyamin S. Bloom dikategorikan lebih rinci

sebagaimana yang dikutif oleh Zainal Arifin yakni:”pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi

(C6).”24

Dalam prakteknya mengukur hasil belajar siswa yang berdimensi kognitif dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan. Tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk tulisan, sedangkan tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk jawaban langsung melalui lisan.

2.Pengukuran hasil belajar afektif

Hasil belajar afektif berkaitan dengan sikap dan nilai, berorentasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan lain sebagainya.

Untuk melakukan pengukuran sikap seseorang terhadap objek tertentu digunakan skala sikap. Dalam skala sikap peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja tetapi memili juga pernyataan-pernyataan yang negatif.”25

Pengukuran rana afektif memiliki tujuan sebagai berikut:

a) Untuk mendapatkan umpan balik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya.

b) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai.

c) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

24

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 23 25


(36)

d) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.26

3. Pengukuran hasil belajar psikomotorik

Pengukuran rana psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus.Instrumen yang digunakan mengukur keterampilan biasanya berupa matriks.Ke bawah menyatakan perincian aspek (bagian keterampilan) yang akan diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai”.27

e. Pengertian Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur ini diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk prilaku keidupan siswa sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.Dengan pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan mampu membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara yang baik.

Menurut seorang ahli bernama Chresore (1886) sebagaimana yang dikutip oleh Dasmin Budiamansyah”Civics atau ilmu kewarganegaraan, yang isinya mempelajari hubungan antara individu dan antara individu dengan

negara. Menurut Gross dan Zeleny “Civics pada dasarnya berkenaan dengan pembahasan mengenai pemerintahan demokrasi dalam teori dan praktek,

26

Suarsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 178 27ibid., h. 182


(37)

sedangkan Citizenship education berkenana dengan keterlibatan dan partisi

pasi warganegara dalam masyarakat”28

Perkembangan PKn Indonesia sejak kemerdekaan telah melalui satu perjalanan sejarah yang panjang yang pada dasarnya diharapkan dapat menumbuhkan rasa kebangsaan/nasionalisme yang kuat.Namun perjalanan sejarah bangsa Indonesia telah diwarnai dengan berbagai perubahan dan gejolak politik yang pada dasarnya menuntut satu bentuk pendidikan bagi warganegara atau PKn agar setiap individu dan pribadi dalam masyarakat Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari bangsa yang majemuk yang hanya mungkin terbentuk karena adanya rasa persatuan sebagai bangsa yang berdaulat yang dinamakan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pendidikan nasional bukanlah hal baru di Indonesia.Beragam model dan nama pendidikan kewarganegaraan yang mengemban pendidikan telah banyak dilakukan pemerintah. Di antara nama-nama tersebut adalah: pelajaran Civics (1957/1962), Pendidikan moral Pancasila atau PMP (1975/1984), dan PPKn.

Menurut Aryumardi Azra sebagaimana dikutip oleh Ahmad Susanto

“pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan

membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi,

rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses

demokrasi”.29

Menurut Zamroni sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto “pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan

bertindak demokratis”.30

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial.

28 Dasmin Budiansyah dan Karim Suryadi. PKN dan Masyarakat Multikultural, (Bandung: UPI, 2008), h. 2

29 Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: KENCANA, 2013), h. 226


(38)

Pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, serta ikut berperan dalam percaturan global.

Tujuan pendidikan kewarganegaran pada dasarnya adalah menjadikan warga negara yang cerdas dan baik serta mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negara.Upaya mewarganegarakan individu atau orang-orang yang hidup dalam suatu negara merupakan tugas pokok negara.Konsep warga negara yang cerdas dan baik tentunya amat tergantung dari pandangan hidup dan system politik negara yang bersangkutan.Tetapi, hal yang patut disayangkan di masa lalu adalah pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan tersebut tak perna lepas dari kepentingan pemerintah yang berkuasa.

f. Pembelajaran kewarganegaraan

PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karekter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat .

Pembelajaran Pkn pada anak adalah bahwa secara kodrat maupun social cultural dan yuridis pormal, keberadaan dan kehidupan manusia selalu membutuhkan nilai, moral, dan norma. Dalam kehidupannya, manusia memiliki keinginan, kehendak dan kemauan yang berbeda untuk selalu membina, mempertahankan, mengembangkan dan meningkatkan aneka potensinya berikut segala perangkat spendukungmya, sehingga manusia


(39)

dapat mengarahkan dan mengendalikan dunia kehidupan ini baik secara fisik maupun nonfisik kearah yang lebih baik dan bermakna.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian merupakan penyelidikan suatu masalah secara sistimatis, kritis, ilmiah dan lebih formal. Penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan logika, proses berpikir secara terbuka dan informasinya secara sistimatis dan objektif

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode point-counter-point, pada kegiatan belajar mengajar di MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang, khususnya pada siswa kelas IV, keaktifannya, dan hasil belajar PKn serta minat belajarnya meningkat dibandingkan dengan sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif metode point counter point. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata hasil tes yang cukup signifikan. Tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point cukup baik, siswa merasa mendapatkan sesuatu hal yang baru dari pembelajaran sebelumnya, menurut siswa penerapan pembelajaran kooperatif metode poin-counter-point dapat meningkatkan hasil belajar, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran di kelas, dan lebih insiatif dalam pembelajaran.

C. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dimulai dari keadaan awal objek yaitu kurang aktif, kurang berpartisipasi, dan kurang insiatif untuk bertanya dalam pembelajaran, kurang tepatnya metode yang digunakan dalam pembelajaran hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar PKn siswa masih di bawah KKM yaitu 70, pada mata pelajaran PKn khususnya pada materi globalisasi.

Selanjutnya peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif metode

point counter pointdalam kegiatan pembelajaran PKn materi globalisasi di


(40)

tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam pembelajaran yaitu peningkatan hasil belajar PKn siswa dengan pembelajaran kooperatif metode point caunter point.

D. Hipotesis

Dalam pembelajaran PKn materi globalisasi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point diharapkan hasil belajar dapat meningkat dan siswa kelas IV MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang akan semakin tertarik dan senang belajajar PKn.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah “

terdapat peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajaran kooperatif metode point counter point pada siswa kelas IV MI. Mathlaul Anwar Benda

Baru Pamulang”.

Sesuai hipotesis di atas maka hipotesis statistic dalam penelitian ini adalah :

Ho = Tidak terdapat peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajara Kooperatif metode point counter point pada siswa kelas IV MI. Mathlaul Anwar Benda Baru Pamulang.

Ha = Terdapat peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajaran Kooperatif metode point counter point pada siswa kelas IV MI.Mathlaul Anwar Benda Baru Pamulang


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru

Pamulang, yang berlokasi di Benda Baru RT 03/01 Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan. Adapun waktu Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014, pada siswa kelas IV (empat) yang berjumlah 37 siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk peningkatan hasil belajar PKn siswa dengan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point.

B. Metode dan Disain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitan tindakan kelas (Classroom Action Research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dikelas.Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.”31 Dengan kata lain penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai penelitian yang dikembangkan berdasarkan permasalahan yang muncul yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas.Penelitian tindakan kelas ini menggunakan siklus. Siklus meliputi empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Apabila kriteria keberhasilan belum tercapai maka proses pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Siklus akan berhenti apabila criteria keberhasilan telah tercapai.


(42)

2. Disain Penelitian

Adapun disain penelitian yang dilakukan dapat digambarkan melalui gambar berikut:

Gambar 3.1 Rancangan Pelaksanaan Penelitian32

Rancangan penelitian akan dilaksanakan meliputi 4 tahapan utama dalam tiap siklusnya, yaitu: tahap perencanaan yang merencanakan semua persiapan

32ibid., h. 16

SIKLUS I

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

1

2 3

SIKLUS II

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

4

5

6 7

Dan seterusnya 8


(43)

sebelum dilakukan pelaksanaan penelitian, kemudian dilanjutkan pada tahapan pelaksanaan dimana proses penelitian dilaksanakan dengan penerapan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point, kemudian dilakukan pengamatan pada hasil-hasil temuan dari proses pelaksanaan sebelumnya, selanjutnya dilakukan refleksi berdasarkan analisis data untuk menentukan apakah penelitian akan dihentikan pada siklus I atau dilanjutkan pada siklus II begitu seterusnya.

C. Subyek Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang menjadi subjek penelitian

adalah siswa kelas IV (empat) di MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang

yang berjumlah tiga puluh tujuh siswa, dengan jumlah laki-laki dua puluh dan perempuan tujuh belas siswa.

D. Peran dan posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru.Selain mengajarkan materi, peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian dilakukan dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.Adapun tahapan intervensi tindakan yang dilakukan, ditunjukan pada table 1.2.

Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan Keterangan

Penelitian Pendahuluan

Terdapat masalah yang teridentifikasi, antara lain sebagai berikut: Melakukan observasi

terhadap sekolah

Kurangnya fasilitas yang seharusnya dimiliki sekolah seperti perpustakaan, dan media pendukung


(44)

Melakukan observasi kegiatan pembelajaran

Metode yang diterapkan guru masih terbatas pada metode ceramah, Tanya jawab sesekali diskusi. Wawancara dengan guru

mata pelajaran

1. Hasil belajar PKn siswa kelas IV MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang rendah, hanya 55% siswa yang mencapai KKM dengan standar KKM 70.

2. Kurangnya perhatian siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Wawancara dengan siswa 1. Keaktifan siswa masih dinilai kurang, hanya

beberapa siswa yang terlihat menjawab pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan. 2. Siswa tidak terbiasa melakukan kegiatan

eksporasi dalam proses pembelajaran. 3. Siswa belum mampuh mengungkapkan

pemahamannya menggunakan kata-kata sendiri sehingga siswa menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi dalam membangun pengetahuannya.

4. Siswa kesulitan mengkaitkan materi pelajaran dengan aplikasi di kehidupan nyata, sehingga menyebabkan pembelajaran kurang bermakna. 5. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami

konsep pembelajaran PKn seperti pada konsep globalisasi.

Diagnosa Peningkatan hasil belajar Pkn siswa dengan

pembelajaran kooperatif metode point-counter-point

Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Tahap perencanaan 1. Direncanakan pembelajaran yang akan

diterapkan dalam KBM dengan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point.


(45)

2. Ditentukan pokok bahasan 3. Dibuat instrument penelitian 4. Dibuat lembar kerja siswa

5. Dibuat lembat kerja tahap elaborasi

6. Dibuat lembar observasi proses pembelajara 7. Disiapkan sumber belajar

Tahap Pelaksanaan 1. Dilakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) diawali dengan pemberian pretest.

2. Disampaikan tujuan pembelajaran khusus. 3. Dilaksanakan KBM dengan menerapkan

pembelajarn kooperatif metode point-counter-point.

Pengamatan 1. Melakukan observasi dengan mencatat kegiatan

siswa.

2. Mengumpulkan data hasil pretest dan post test

Refleksi

1. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan berupaposttest.

2. Menganalisis temuan-temuan untuk

dilakukanperbaikan yang dilaksanakan pada siklus selanjutnya bila tujuan penelitian belum tercapai.

3. Menarik kesimpulan dari apa saja yang telah tercapai dan yang belum tercapai serta kekurangan atau permasalahan yang muncul pada siklus I.


(46)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Harapan intervensi tindakan adalah pencapaian 80% siswa dengan nilai KKM 70 pada konsep globalisai.Selain itu dengan diterapkan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Pkn siswa.Selain nilai hasil pretets siswa yang diberikan tes berupa latihan soal tahap evaluasi untuk setiap pertemuan.

G. Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa hasil belajar yang mencakup ranahkognitif.Data hasil belajar diperoleh dari pretest dan posttest, dan nilai latihan soal pada tahap evaluasi. Sedangkan data untuk menilai proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran diperoleh melalui lembar observasi.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar observasi

Lembar obsevasi yang digunakan ada dua jenis, yaitu lembar observasi penelitian pendahuluan, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan sekolah secara umum seperti sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran, serta untuk mengetahui kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang biasa dilaksanakan disekolah tersebut.

Lembar observasi yang kedua digunakan saat berlangsungnya proses pembelajaran yang menerapkan kooperatif metode point-counter-point. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan telah mencapai tindakan sasaran, selain itu lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran yang sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi

Variabel Indikator Item

Sarana prasarana Fasilitas penunjang

kegiatan belajar mengajar

-perpustakaa -Ruang Kelas


(47)

-LCD

Pengajar Persiapan mengajar

Metode pembelajaran

Media pembelajaran

Sumber ajar

-Menyiapkan perangkat pem- Belajaran.

-Masuk kelas tepat waktu. -Membawa sumber belajar.

-Metode yang digunakan bervariasi.

-Model yang digunakan Sesuai dengan materi

-Media yang digunakan menarik

-Buku -LKS

Siswa Minat siswa dalam belaja

Belajar

Hasil belajar siswa

-Siswa masuk kelas tepat waktu

-Siswa antusias dalam belajar

-Siswa memiliki buku sumber belajar

-Siswa mengikuti pelajaran dengan baik

-Siswa mengerjakan tugas


(48)

Kesulitan belajar

Sumber belajar

-Kriteria Ketuntasan minimum (KKM) siswa

-Memahami konsep PKn

-Buku paket -Lingkungan

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi non-tes yang dilakukan melalui percakapan atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang perlu dan memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas.”33Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi nyata yang ada di sekolah.Wawancara diajukan kepada guru PKn dan siswa pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah. Selain itu juga dilakukan untuk mengungkap kebiasaan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran PKn dan hasil belajar yang didapat oleh siswa serta cara guru dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dikelas.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Wawancara Guru

Variabel Indikator Item

Sarana dan

prasarana

Fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar

-Terdapat ruang perpustakaan -Terdapat kegiatan ekstrakurikuler Pengajaran Penunjang pengajaran -Pembuatan RPP

-Pembuatan silabus

33


(49)

Metode pembelajaran

Media pembelajaran

Kendala

-Pengalaman mengajar -Pendidikan mengajar

-Pemilihan metode pembelajaran -Variasi metode yang digunakan

-Kesesuaian penerapan metode pembelajaran dalam proses KBM

-Pemilian media -Variasi media yang digunakan

-Kesesuaian media dengan materi ajar -Efektifitas penggunaan media pembelajaran -Fasilitas

-Siswa -Materi

Siswa Hasil belajar

Sikap siswa

-Rata-rata hasil belajar PKn siswa

-Pencapaian KKM

-Sikap siswa saat guru menjelaskan materi -Respon siswa saat guru memberikan tugas


(50)

pembelajaran siswa

Kegiatan inti

Kegiatan akhir

kepada siswa

-Mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran

-Mengajukan pertanyaan tentang prosesfaktual dalam kehidupan sehari- hari

-Mengaitkan topik yang akan dibahas dengan pengalaman siswa -Mengaitkan materi yang dipelajari dengan isu-isu terkini dalam kehidupan

-Siswa menyimak penjelasan guru

-Siswa aktif mengajukan pertanyaan

-Siswa belajar mempresen- tasikan pemahamannya

-Mengevaluasi hasil belajar siswa

-Mendorong siswa menarik Kesimpulan

3. Tes

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat


(51)

perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologi didalam dirinya.Dalam penelitian ini tes yang digunakan berbentuk isian untuk mengukur hasil belajar pada setiap siklus. Soal terdiri dari beberapa tingkatan ranah kognitif, kisi-kisi instrument yang akan digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 3.5 Kisi-kisi instrument Tes Hasil Belajar siklus I

SK KD Indikator No. Soal

Menunjukan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya Memberikan contoh sederhana globalisasi di lingkungannya

1. Menjelaskan pengertian globalisasi secara umum 2. Menjelaskan dampak

positif dari globalisasi 3. Menjelaskan dampak

negatif dari globalisasi 4. Menyebutkan contoh

dampak negatif dari globalisasi

5. Menyebutkan contoh dampak positif dari globalisasi 1 2 3 4 5

Tabel 3.6 kisi-kisi instrument Tes Hasil Belajar siklus II

SK KD Indikator No. Soal

Menunjukan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasidi lingkungannya

1. Menjelaskan pengertian globalisasi menurut para ahli

2. Menjelaskandampak globalisasi terhadap

perkembangan teknologi 3. Menyebutkan contoh

1

2


(52)

kebudayaan yang negatif masuk ke Indonesia karena dampak globalisasi

4. Menyebutkan contoh kebudayaan yang positif masuk ke Indonesia karena dampak globalisasi

5. Menjelaskan cara mengatasi pengaruh dari globalisasi

4

5

4. Lembar Latihan Soal

Latihan soal diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran yakni pada tahap evaluasi, pemberian latihan soal ini bertujuan untuk memberikan evaluasi kepada siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

I. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sebelum diberikan tindakan, kemudian pada saat sedang diberikan tindakan dan setelah selesai tindakan.Teknik pengumpulan data ditunjukan pada table 3.2

Tabel 3.7 Teknik Pengumpulan Data

Instrumen Kegiatan Pengumpulan Data

Lembar observasi 1. Dilaksanakan pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui keadaan tempat

penelitian.

2. Dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung untuk mengamati kegiatan siswa dan pelaksanaan pembelajaran berlangsung sesuai RPP yang telah disusun.


(53)

Wawancara Dilaksanakan pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui kondisi sekolah dan permasalahan yang ada. Wawancara diberikan kepada guru mata pelajaran dan sebagian siswa.

Latian Soal Diberkan pada saat siswa melakkan proses pembelajaran, yakni pada tahap evaluasi. Dan dilaksanakan pada awal dan akhir pembelajaran disetiap siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian, harus dipastikan bahwa instrument tersebut baik atau tidak.Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitasnya.

1. Validitas

Suatu alat evaluasi disebut kata validity dapat diartikan tepat atau sahih, apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya, atau dengan kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika alat tersebut dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi tersebut. Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi Point Biserial,”34 yaitu:

rpbi = Mp – Mt p Stq

Keterangan:

rpbi = koefisen korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi Item yang dicari validitasnya

34


(54)

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total p = proposi siswa yang menjawab benar q = proposi siswa yang menjawab salah 2. Reliabilitas

Reabilitas adalah ketepatan alat tersebut dalam mengukur apa yang dinilainya. Analisis reiabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang disusun dapat memberikan hasil yang tepat atau tidak. Hal ini berarti apabila soal dikenakan untuk sejumlah subjek yang sama dalam waktu tertentu, maka hasil akan tetap sama. Instrumen disebut reabili mengandung arti instrumen tersebut cukup baik sehingga mampuh mengungkap data yang dapat dipercaya.Uji ini dilakukan dengan menggunakan rumus K –R 20 dari Kuder

dan Richardson.”35

rᵢᵢ = n S²∑pq

n-1 S²

Keterangan :

rᵢᵢ = reabilitas tes secara keseluruhan

p = proposi subjek yang menjawab item dengan benar q = proposi subjek yang menjawab item dengan salah

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi atau simpangan baku Adapun kriteria pengujian :

rᵢᵢ = 0,91 – 1,00 = sangat tinggi rᵢᵢ = 0, 71 – 0,90 = tinggi

rᵢᵢ = 0, 41 – 0, 70 = cukup rᵢᵢ = 0,21 – 0, 41 = rendah


(1)

- Anisatu Wardah : “Mencatat saja”

- Audri Maharani : “Memperhatikan dan mencatat” - Desta Syalwa :” Ngobrol dengan teman sebangku” - Dinni Dwi Pratiwi :” Hanya mencatat aja”

- Faris Fadillah : “Memperhatikan tapi malas mencatat” - Faikul Imam : “Ngobrol dengan teman sebangku” - Galih Giandiansyah : “Ngobrol dan bercanda, tapi nulis bu” - Gea Rona : “Memperhatikan dan menulis”

- Ghea Aribah : “Memperhatikan”

- Khairotunnisa : “Memperhatikan dan menulis bu” - Lusiana Safitri : “Memperhatikan”

- Lutfi : “Ngobrol dengan teman sebangku bu” - Syifana : “Memperhatikan kadang saya bertanya” - Miftahul Fadli : “Ngobrol bu, tapi saya nulis”

- Mualif Hambia : ”saya nulis bu”

- M. Kiar Ilham : ”Memperhatikan, tapi saya malas nulis” - M. Rizki : ”Ngobrol bu, tapi saya nulis”

- Nisrina Ayu Fadia : “Memperhatikan kadang saya bertanya” - Ramadhan Fitriyadi : “Memperhatikan, tapi sambil ngobrol” - Ramdi Akbar : “Ngobrol dengan teman sebangku” - Rayi Roghadatul :” Memperhatikan dan nulis bu” - Rizan Pasya : “Memperhatikan bu”

- Rabiatul A : “Memperhatikan bu” - Rizky Fadillah : “Memperhatikan bu”

- M. Alfin Saputra : “Memperhatikan kadang saya bertanya bu” 7. Apakah kalian sering bertanya dan menjawab pertanyaan guru?

Jawab:

- M. Naufal :”Kadang-kadang” - Fathma Nurrahmadanti :”Kadang-kadang” - Alfikriyansyah :”Kadang-kadang” - Alfi :”Kadang-kadang” - Andri Gunawan :”Kadang-kadang” - Anisatu Wardah :”Kadang-kadang” - Audri Maharani : “Kadang-kadang” - Desta Syalwa :”Kadang-kadang” - Dinni Dwi Pratiwi :”Kadang-kadang” - Faris Fadillah :”Kadang-kadang” - Faikul Imam :”Kadang-kadang” - Galih Giandiansyah :”Kadang-kadang” - Gea Rona :”Kadang-kadang”


(2)

- Ghea Aribah :”Kadang-kadang” - Khairotunnisa :”Kadang-kadang” - Lusiana Safitri :”Kadang-kadang”

- Lutfi :”Kadang-kadang”

- Syifana : “Kadang-kadang”

- Miftahul Fadli : “Kadang-kadang” - Mualif Hambia : ”Kadang-kadang” - M. Kiar Ilham : ”Kadang-kadang” - M. Rizki : ”Kadang-kadang” - Nisrina Ayu Fadia : “Kadang-kadang” - Ramadhan Fitriyadi : “Kadang-kadang” - Ramdi Akbar : “Kadang-kadang” - Rayi Roghadatul :”Kadang-kadang” - Rizan Pasya : “Kadang-kadang” - Rabiatul A : “Kadang-kadang” - Rizky Fadillah : “Kadang-kadang” - M. Alfin Saputra : “Kadang-kadang” 8. Apakah kalian sering diberikan tugas?

Jawab:

- M. Naufal :”Sering, biasanya mengerjakan di LKS” - Fathma Nurrahmadanti :”Sering, karena akan masuk nilai” - Alfikriyansyah :”Sering bu, tugasnya banyak”

- Alfi :”Sering bu, tugasnya dibuku LKS” - Andri Gunawan :”Sering bu”

- Anisatu Wardah :”Sering bu ” - Audri Maharani : “Sering bu” - Desta Syalwa :”Sering”

- Dinni Dwi Pratiwi :”Sering, tugasnya selalu banyak” - Faris Fadillah :”Sering, tugasnya dibuku LKS” - Faikul Imam :”Sering”

- Galih Giandiansyah :”Sering” - Gea Rona :”Sering” - Ghea Aribah :”Sering” - Khairotunnisa :”Sering” - Lusiana Safitri :”Sering”

- Lutfi :”Sering”

- Syifana : “Sering sekali bu”

- Miftahul Fadli : “Sering sekali bu”

- Mualif Hambia : ”Sering, biasanya mengerjakan LKS” - M. Kiar Ilham : ”Sering bu, tugasnya di LKS”


(3)

- M. Rizki : ”Sering” - Nisrina Ayu Fadia : “Sering”

- Ramadhan Fitriyadi : “Sering, biasanya mengerjakan LKS”

- Ramdi Akbar : “Sering”

- Rayi Roghadatul :”Sering”

- Rizan Pasya : “Sering, tugasnya selalu dibuku LKS” - Rabiatul A : “Sering tugasnya selalu dibuku LKS” - Rizky Fadillah : “Sering”

- M. Alfin Saputra : “Sering”

9. Bagaimana dengan nilai kalian? Apakah mencapai KKM? Jawab:

- M. Naufal :”Nilai saya mencapai KKM” - Fathma Nurrahmadanti :”Nilai saya mencapai KKM” - Alfikriyansyah :”Nilai saya masih di bawah KKM” - Alfi :”Nilai saya jelek”

- Andri Gunawan :”Nilai saya masih di bawah KKM” - Anisatu Wardah : ”Nilai saya mencapai KKM” - Audri Maharani :”Nilai saya belum mencapai KKM” - Desta Syalwa :”Nilai saya masih di bawah KKM” - Dinni Dwi Pratiwi :”Nilai saya jelek di bawah KKM” - Faris Fadillah :”Nilai saya masih di bawah KKM” - Faikul Imam :”Nilai saya belum mencapai KKM” - Galih Giandiansyah :”Nilai saya jelek”

- Gea Rona :”Nilai saya masih di bawah KKM” - Ghea Aribah :”Nilai saya belum mencapai KKM” - Khairotunnisa :”Nilai saya sudah mencapai KKM” - Lusiana Safitri :”Nilai saya jelek di bawah KKM” - Lutfi :”Nilai saya lumayan bagus” - Syifana : “Nilai saya sudah mencapai KKM” - Miftahul Fadli : “Nilai saya kecil masih di bawah KKM” - Mualif Hambia : ”Nilai saya masih di bawah KKM” - M. Kiar Ilham : ”Nilai saya belum mencapai KKM” - M. Rizki : ”Nilai saya rendah sekali”

- Nisrina Ayu Fadia : “Nilai saya sudah mencapai KKM” - Ramadhan Fitriyadi :”Nilai saya masih di bawah KKM” - Ramdi Akbar : “Nilai saya kecil masih di bawah KKM” - Rayi Roghadatul :”Nilai saya sudah mencapai KKM” - Rizan Pasya : “Nilai saya sudah mencapai KKM” - Rabiatul A : “Nilai saya sudah mencapai KKM” - Rizky Fadillah : “Nilai saya jelek”


(4)

- M. Alfin Saputra : “Nilai saya sudah mencapai KKM” 10.Usaha apa yang akan kalian lakukan untuk meningkatkan hasil belajar?

Jawab:

- M. Naufal :”Rajin belajar dan mengerjakan tugas” - Fathma Nurrahmadanti :”Rajin belajar dan membaca”

- Alfikriyansyah :”Saya mau rajin belajar”

- Alfi :”Saya mau lebih giat lagi belajar” - Andri Gunawan :”Saya mau rajin belajar”

- Anisatu Wardah : ”Rajin belajar dan mengerjakan tuga” - Audri Maharani :”Lebih giat belajar”

- Desta Syalwa :”Saya harus rajin belajar” - Dinni Dwi Pratiwi :”Saya harus rajin belajar” - Faris Fadillah :”Saya harus rajin belajar” - Faikul Imam :”Saya harus rajin belajar” - Galih Giandiansyah :”Saya mau belajar yang rajin” - Gea Rona :”Membaca buku pelajaran” - Ghea Aribah :”Membaca buku pelajaran” - Khairotunnisa :”Saya harus lebih rajin belajar” - Lusiana Safitri :”Membaca buku pelajaran” - Lutfi :”Saya harus rajin belajar”

- Syifana : “Saya harus banyak membaca buku” - Miftahul Fadli : “Saya mau baca buku pelajaran” - Mualif Hambia : ”Saya harus belajar yang rajin”

- M. Kiar Ilham : ”Belajar yang rajin dan mengerjakan tugas” - M. Rizki : ”Belajar yang rajin”

- Nisrina Ayu Fadia : “Belajar yang rajin dan membaca buku” - Ramadhan Fitriyadi :”Belajar yang rajin”

- Ramdi Akbar : “Belajar yang rajin” - Rayi Roghadatul :”Belajar yang rajin”

- Rizan Pasya : “Membaca buku pelajaran”

- Rabiatul A : “Belajar yang rajin dan mengerjakan tugas” - Rizky Fadillah : “Belajar yang rajin”

- M. Alfin Saputra : “Mengerjakan tugas dari guru”

11.Apakah guru kalian selalu mengkaitkan topik yang akan dibahas dengan pengalaman kalian? Atau dengan isu-isu terkait dalam kehidupan sehari-hari?

Jawab:

- M. Naufal :”Kadang-kadang” - Fathma Nurrahmadanti :”Kadang-kadang” - Alfikriyansyah :”Kadang-kadang”


(5)

- Alfi :”Kadang-kadang” - Andri Gunawan :”Kadang-kadang” - Anisatu Wardah :”Kadang-kadang” - Audri Maharani : “Kadang-kadang” - Desta Syalwa :”Kadang-kadang” - Dinni Dwi Pratiwi :”Kadang-kadang” - Faris Fadillah :”Kadang-kadang” - Faikul Imam :”Kadang-kadang” - Galih Giandiansyah :”Kadang-kadang” - Gea Rona :”Kadang-kadang” - Ghea Aribah :”Kadang-kadang” - Khairotunnisa :”Kadang-kadang” - Lusiana Safitri :”Kadang-kadang”

- Lutfi :”Kadang-kadang”

- Syifana : “Kadang-kadang”

- Miftahul Fadli : “Kadang-kadang” - Mualif Hambia : ”Kadang-kadang” - M. Kiar Ilham : ”Kadang-kadang” - M. Rizki : ”Kadang-kadang” - Nisrina Ayu Fadia : “Kadang-kadang” - Ramadhan Fitriyadi : “Kadang-kadang” - Ramdi Akbar : “Kadang-kadang” - Rayi Roghadatul :”Kadang-kadang” - Rizan Pasya : “Kadang-kadang” - Rabiatul A : “Kadang-kadang” - Rizky Fadillah : “Kadang-kadang” - M. Alfin Saputra : “Kadang-kadang”

12.Apakah setiap akhir pembelajaran guru kalian selalu melakukan kegiatan evaluasi? Jika iya evaluasi seperti apa?

Jawab:

- M. Naufal :”Ibu suka menugaskan mengerjakan LKS” - Fathma Nurrahmadanti :”Iya, biasanya mengejakan soal”

- Alfikriyansyah :”Iya, saya harus mengerjakan soal”

- Alfi :”Ibu suka menugaskan mengerjakan LKS” - Andri Gunawan :”Ibu suka memberikan soal”

- Anisatu Wardah :”iya, ibu suka memberikan soal”

- Audri Maharani :“Ibu suka menugaskan mengerjakan LKS” - Desta Syalwa :”Ibu suka menugaskan mengerjakan LKS” - Dinni Dwi Pratiwi :”Iya, ibu suka memberikan soal”


(6)

- Faikul Imam :”Iya, evaluasinya mengerjakan soal” - Galih Giandiansyah :”Iya, ibu suka memberikan soal” - Gea Rona :”Iya, ibu suka memberikan soal”

- Ghea Aribah :”Ibu suka menugaskan mengerjakan LKS” - Khairotunnisa :”Ibu suka menugaskan mengerjakan LKS” - Lusiana Safitri :”Iya, soalnya kadang banyak”

- Lutfi :”Iya, evaluasinya mengerjakan soal” - Syifana :”Iya, soalnya kadang banyak”

- Miftahul Fadli :”Ibu suka menugaskan mengerjakan soal yang di LKS”

- Mualif Hambia :”Ibu suka menugaskan mengerjakan soal yang ada di LKS”

- M. Kiar Ilham :”Iya ibu suka memberikan soal” - M. Rizki :”Iya ibu suka memberikan soal”

- Nisrina Ayu Fadia :”Ibu suka menugaskan mengerjakan LKS” - Ramadhan Fitriyadi :”Ibu suka menugaskan mengerjakan LKS” - Ramdi Akbar :”Ibu suka menugaskan mengerjakan LKS” - Rayi Roghadatul :”Ibu suka menugaskan mengerjakan LKS” - Rizan Pasya :”iya biasanya mengerjakan soal”

- Rabiatul A :”Iya biasanya mengerjakan soal” - Rizky Fadillah ::Iya biasanya mengerjakan soal” - M. Alfin Saputra :”iya biasanya mengerjakan sola”


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN POINT COUNTER POINT PADA Peningkatan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Point Counter Point Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Sumberejo Kerjo Tahun Ajaran 2012

0 0 15

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN POINT COUNTER POINT PADA Peningkatan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Point Counter Point Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Sumberejo Kerjo Tahun Ajaran 2012

0 0 15

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PEMERINTAHAN PUSAT PADA PELAJARAN PKn MELALUI METODE POINT Peningkatan Pemahaman Konsep Tentang Pemerintahan Pusat Pada Pelajaran PKn Melalui Metode Point Counter Point (PCP) Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Plo

0 1 15

PENDAHULUAN Peningkatan Pemahaman Konsep Tentang Pemerintahan Pusat Pada Pelajaran PKn Melalui Metode Point Counter Point (PCP) Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Plosorejo Kecamatan Kerjo Tahun 2012/2013.

0 1 5

1 Peningkatan Pemahaman Konsep Tentang Pemerintahan Pusat Pada Pelajaran PKn Melalui Metode Point Counter Point (PCP) Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Plosorejo Kecamatan Kerjo Tahun 2012/2013.

0 1 12

PEN INGKATAN HAS IL BELAJAR PKn MELALUI S TRATEGI POINT Peningkatan Hasil Belajar Pkn Melalui Strategi Point Counter Point ( Pcp ) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Girimulyo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 15

BAB 1 Peningkatan Hasil Belajar Pkn Melalui Strategi Point Counter Point ( Pcp ) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Girimulyo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 8

PEN INGKATAN HAS IL BELAJAR PKn MELALUI METODE POINT Peningkatan Hasil Belajar Pkn Melalui Strategi Point Counter Point ( Pcp ) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Girimulyo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 17

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN POINT-COUNTER-POINT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL Penggunaan Model Pembelajaran Point-Counter-Point Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Siswa Kelas V SDN 01 G

0 3 15