PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN SEJARAH UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey.
No. Daftar FPIPS: 1685/UN.40.2.3/PL/2013
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
(PenelitianTindakan Kelas di Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Sejarah
Disusun Oleh: Iis Teguh Lestari
0802620
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2013
(2)
No. Daftar FPIPS: 1685/UN.40.2.3/PL/2013
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH UNTUK
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS SISWA
(PenelitianTindakan Kelas di Kelas XI IPA 4
SMA Negeri 1 Ciwidey)
Oleh Iis Teguh Lestari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Iis Teguh Lestari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
No. Daftar FPIPS: 1685/UN.40.2.3/PL/2013
LEMBAR PENGESAHAN
Iis Teguh Lestari
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
(PenelitianTindakan Kelas di Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey)
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003
Pembimbing II
Dra. Yani Kusmarni, M. Pd. NIP. 19660113 199001 2 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003
(4)
ABSTRAK
Penerapan Metode Problem Solving pada Mata Pelajaran Sejarah untuk Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey)
Rumusan masalah pokok dalam penelitian ini adalah penerapan metode problem solving di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Tujuan dari penelitian ini ada 4, yaitu: 1) mendeskripsikan perencanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey, 2) memaparkan dan menggambarkan secara umum bagaimana peneliti menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey, 3) memberikan gambaran mengenai evaluasi perkembangan kemampuan berfikir kritis siswa di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey pada mata pelajaran sejarah setelah diterapkannya metode problem solving, 4) mengatasi kendala yang dihadapi oleh peneliti ketika diterapkan metode problem solving dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, maka digunakan teknik observasi, studi dokumentasi, wawancara, serta hasil diskusi balikan. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu siswa siswi kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey yang berjumlah 44 orang, tahun pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh temuan bahwa kegiatan belajar mengajar sebelum diterapkannya metode problem solving kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurang inisiatifnya siswa dalam mencari sumber informasi yang relevan dengan materi pembelajaran. Selain itu, siswa juga terlihat masih lemah dalam mengembangkan penadapatnya sendiri ketika diminta untuk mengemukakan pendapat akan suatu permasalahan. Maka untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tersebut, guru mencoba untuk menerapkan metode problem solving. Dalam penerapan metode ini, siswa akan diberikan suatu permasalahan yang harus mereka pecahkan. Dengan tujuan untuk memberikan stimulus bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hasil pengolahan data setelah pelaksanaan tindakan penelitian, menunjukan adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis. Dimana, siswa sudah mampu mengembangkan pendapatnya dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Selain itu, siswa juga dapat mencari dan memanfaatkan sumber referensi yang relevan dengan baik. Tidak hanya itu, siswa juga sudah mampu membuat suatu solusi permasalahan dengan baik dibandingkan sebelumnya. Jadi, kesimpulan dari penelitian ini yaitu penerapan metode problem solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil pepengerjaan tugas dalam membuat suatu solusi permasalahan yang diberikan. Selain itu, guru juga berusaha keras untuk melaksanakan metode problem solving dengan baik.
(5)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ………. ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang Penelitian ...……… 1
B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ………... 7
C. Tujuan Penelitian ……… 7
D. Manfaat Penelitian ……….. 8
E. Sistematika Penulisan ………. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 10
A. Pembelajaran Sejarah ... 10
B. Metode Problem Solving………. 11
1. Pengertian Metode Problem Solving ……… 11
2. Langkah-langkah Penerapan Metode Problem Solving ... 14
3. Tujuan Metode Problem Solving ………. 18
4. Manfaat Metode Problem Solving ………... 20
5. Keunggulan dan Kelemahan Metode Problem Solving …... 21
C. Kemampuan Berpikir Kritis ……… 22
1. Pengertian Berpikir Kritis ……….... 22
2. Aspek-aspek dalam Berpikir Kritis ………... 24
3. Langkah-langkah Berpikir Kritis ………... 26
D. Hubungan Metode Problem Solving dengan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah ... 29
BAB III METODE PENELITIAN………... 31
(6)
B. Desain Penelitian ………. 33
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ..……… 35
D. Definisi Oprasional ………. 37
1. Metode Problem Solving ……….. 37
2. Kemampuan Berpikir Kritis ………. 39
E. Instrument Penelitian ………... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ……….. 41
G. Analisis Data ……… 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Deskripsi Perencanaa dan Pelaksanaan Tindakan Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Metode Problem Solving Dalam Pembelajaran Sejarah ... 44
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Siklus I Tindakan I ... 44
a. Perencanaan Siklus I Tindakan I ... 44
b. Pelaksanaan Tindakan I ... 45
c. Tahap Pengamatan Tindakan I ... 49
d. Refleksi Tindakan I ... 56
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Tindakan II... 57
a. Perencanaan Tindakan II ... 57
b. Pelaksanaan Tindakan II ... 58
c. Tahap Pengamatan Tindakan II ... 62
d. Refleksi Tindakan II... 68
3. Deskripsi Data Hasil Penelitian Tindakan III ... 69
a. Perencanaan Tindakan III ... 69
b. Pelaksanaan Tindakan III ... 70
c. Tahap Pengamatan Tindakan III ... 72
d. Refleksi Tindakan III ... 78
4. Deskripsi Data Hasil Penelitian Tindakan IV ... 79
a. Perencanaan Tindakan IV ... 79
b. Pelaksanaan Tindakan IV ... 79
(7)
d. Refleksi Siklus IV ... 87
5. Deskripsi Data Hasil Penelitian Tindakan V ... 87
a. Perencanaan Tindakan V ... 87
b. Pelaksanaan Tindakan V ... 88
c. Tahap Pengamatan Tindakan V ... 90
d. Refleksi Tindakan V ... 95
B. Deskripsi Hasil Pengolahan Data Penelitian Penggunaan Metode Problem Solving Pada Mata Pelajaran Sejarah Untuk Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 95
1. Data Hasil Wawancara ... 95
a. Deskripsi Hasil Wawancara dengan Guru ... 95
b. Deskripsi Hasil wawancara dengan Siswa ... 97
2. Data Hasil Pengolahan Lembar Kerja Siswa ... 97
3. Data Hasil Pengolahan Metode Problem Solving... 98
4. Data Hasil Pengolahan Berpikir Kritis Siswa ... 102
5. Data Kendala dan Solusi dalam Penerapan Metode Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 105
C. Analisis Penggunaan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 112 LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Metode Problem Solving ... 18 Tabel 2.2 Tahap Kemampuan Berpikir Kritis ... 28 Tabel 3.1 Data, Alat Pengumpul Data dan Sumber Data yang Digunakan
dalam Penelitian Tindakan Kelas ... 41 Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Penerapan Metode Problem Solving
Tindakan I ... 50 Tabel 4.2 Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tindakan II ... 54 Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Penerapan Metode Problem Solving
Tindakan II ... 63 Tabel 4.4 Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tindakan II ... 66 Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Penerapan Metode Problem solving
Tindakan III ... 73 Tabel 4.6 Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tindakan III .. 76 Tabel 4.7 Hasil Hasil Pengamatan Penerapan Metode Problem solving
Tindakan IV ... 82 Tabel 4.8 Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tindakan IV.. 84 Tabel 4.9 Hasil Hasil Pengamatan Penerapan Metode Problem solving
Tindakan V ... 90 Tabel 4.10 Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tindakan V... 93 Tabel 4.11 Penerapan Metode Problem Solving ... 99 Tabel 4.12 Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 102
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggar ... 33 Gambar 4.1 Diagram Perolehan Skor Penerapan Metode Problem Solving ... 99 Gambar 4.2 Diagram Perolehan Skor Rata-Rata Metode Problem Solving
Setiap Tindakan ... 101 Gambar 4.3 Diagram Skor Perolehan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 103 Gambar 4.4 Diagram Perolehan Skor Rata-Rata Kemampuan Berpikir
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Mata pelajaran sejarah merupakan salah satu aspek penting yang harus diajarkan kepada peserta didik baik dari tingkat pendidikan dasar maupun menengah. Dimana mata pelajaran sejarah bukan sebatas pewarisan cerita masa lampau yang dilakukan secara turun-temurun oleh guru kepada siswa, tetapi di dalamnya terkandung nilai-nilai kearifan yang bisa digunakan untuk meningkatkan kecerdasan, menumbuhkan sikap nasionalisme, memupuk kesadaran bagi siswa dalam mengambil keteladanan dari tokoh-tokoh sejarah, menghargai waktu, serta memaknai peristiwa masa lampau yang dapat mempengaruhi kehidupan masa kini maupun masa yang akan datang. Dengan demikian, mata pelajaran sejarah memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam membentuk sikap serta karakter siswa.
Sebagai salah satu mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di sekolah, mata pelajaran sejarah tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai baik secara umum maupun secara ideal. Adapun yang menjadi tujuan secara umum dari pembelajaran sejarah tercantum dalam KTSP, yaitu sebagai berikut:
1. Mendorong siswa berpikir krisis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.
2. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan kemampuan intektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat. (Pusat
Kurikulum, 2002 dalam
http://techingofhistory.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaran-sejarah.html [8 Mei 2013])
Penjelasan di atas menunjukkan terdapat tiga poin penting yang menjadi tujuan umum dari pembelajaran sejarah. Sedangkan yang menjadi tujuan secara
(11)
2
ideal dari pembelajaran sejarah diantaranya yang dikemukakan oleh Ismaun (2001: 114), salah satunya adalah agar peserta didik:
Mampu memahami sejarah, dalam arti: (1) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa; (2) memiliki kemampuan berfikir secara kritis yang dapat digunakan untuk menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah; (3) memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi yang sampai kepadanya guna menentukan kesahihan informasi tersebut; dan (4) memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan analisis.
Berdasarkan dua penjelasan di atas, terdapat satu kesamaan dalam tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran sejarah ini, yaitu agar siswa mampu untuk berpikir secara kritis. Kemampuan berpikir kritis ini memang sangat dibutuhkan baik dalam memahami fakta sejarah maupun ketika mengambil sikap saat menghadapi segala perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam memahami fakta sejarah yaitu agar siswa tidak dengan mudah menerima segala informasi yang masuk dari luar tanpa mempertimbangkannya. Seperti yang dikemukakan oleh Johnson (2011:185) “Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah banjir kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. ”Oleh sebab itu, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis.
Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa berpikir kritis tidak hanya dibutuhkan untuk memahami fakta sejarah saja, akan tetapi juga ketika mengambil sikap yaitu bagaimana siswa mampu menjadikan pengalaman masa lampau sebagai bahan pertimbangan ataupun menjadikan solusi dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi ataupun dimasa yang akan datang. Mengenai tujuan dari pembelajaran sejarah tersebut juga diungkapkan oleh Hasan (2004: 10), yaitu sebagai berikut:
Pandangan Rekonstruksi Sosial menghendaki sejarah mengembangkan tujuan pendidikan yang memberikan kemampuan kepada siswa untuk melihat problema yang ada dalam kehidupan masa sekarang serta kaitannya dengan apa yang terjadi di masa lampau. Pengetahuan sejarah diharapkan dapat membantu siswa mengkaji masalah yang ada dalam kedalaman yang memadai dan mendasar untuk memecahkan
(12)
3
permasalahan yang dikemukakan, membentuk kemampuan pada diri siswa untuk mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat di mana ia menjadi anggotanya, dan memiliki kemampuan untuk memperbaiki keadaan masyarakat pada masa sekarang.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah tidak selalu berorientasi pada masa lalu, akan tetapi juga seharusnya dapat dikaitkan dengan masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Hal ini menjadi sangat penting untuk difahami oleh siswa, karena inti dari pembelajaran sejarah adalah mempersiapkan siswa untuk menghadapi masa depan dengan bercermin dari pengalaman masa lalu. Akan tetapi sangat disayangkan proses pembelajaran sejarah di sekolah justru jarang sekali mengaitkan peristiwa masa lampau dengan kondisi atau permasalahan yang saat ini tengah terjadi di masyarakat, sehingga pembelajaran sejarah menjadi kurang bermakna bagi siswa. Selain itu, kemampuan berpikir kritis yang merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran sejarah juga kurang dikembangkan dengan baik di sekolah.
Permasalahan demikian juga ditemui di SMA Negeri 1 Ciwidey kelas XI IPA 4. Peneliti telah melakukan wawancara baik dengan guru maupun dengan siswa. Adapun hasil wawancara dengan guru, terungkap bahwa mengenai metode pembelajaran yang digunakan saat ini yaitu metode ceramah dan diskusi. Kedua metode tersebut dirasa yang paling memungkinkan untuk diterapkan, hal ini berdasarkan pada pertimbangan yang dilakukan oleh guru setelah melihat kondisi dari siswanya sendiri.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti tidak hanya kepada guru, akan tetapi juga terhadap beberapa siswa. Hal ini dilakukan agar informasi yang didapatkan oleh peneliti tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Adapun tujuan mewawancarai siswa yaitu untuk mengetahui tanggapan atau pandangan siswa itu sendiri terhadap proses pembelajaran sejarah yang saat ini tengah berlangsung. Hasil wawancara yang dilakukan tersebut mengungkapkan bahwa sejauh ini pelajaran sejarah tidak membosankan, namun kendalanya adalah harus menghafal nama, tahun, tanggal serta tempat. Dari hasil wawancara tersebut memperlihatkan bahwa permasalahan atau kendala yang dihadapi siswa adalah hal yang pada umumnya dihadapi oleh siswa lainnya.
(13)
4
Gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi pembelajaran sejarah di kelas, peneliti dapatkan dari hasil observasi yang telah dilakukan. Setelah beberapa kali mengikuti proses pembelajaran di kelas, tergambar ketika metode ceramah dilakukan proses pembelajaran cukup kondusif. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tersebut terlihat hampir semua siwa memperhatikan penjelasan dari guru, meskipun memang masih ada beberapa siswa yang kurang fokus mengikuti pembelajaran. Masih adanya siswa yang kurang fokus yaitu dikarenakan posisi tempat duduk yang terlalu di belakang, sehingga guru kurang dapat memperhatikan siswa tersebut. Selain itu, suara guru yang pelan, menyebabkan siswa yang duduk di barisan paling belakang kurang jelas mendengar penjelasan dari guru. Disela-sela penjelasan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa terlihat cukup antusias, namun pertanyaan yang dilontarkan masih bersifat faktual. Tidak hanya siswa yang memberikan pertanyaan, sesekali guru juga melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa. Akan tetapi, pertanyaan yang dilontarkan oleh guru tersebut kurang memberikan stimulus dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini karena pertanyaan dari guru tersebut kurang mengangkat permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang disampaikan.
Penerapan metode diskusi juga dilakukan oleh guru, selain menghindari rasa jenuh juga agar siswa diberikan kesempatan lebih banyak untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dalam menyiapkan materi diskusi, guru memberikan kebebasan pada siswa untuk mencarinya dari berbagai sumber yang ada, baik dari buku maupun dari internet. Ketika dilakukannya metode diskusi, ternyata cukup efektif karena presentasi dilakuakan dengan cara diundi sehingga siswa telah mempersiapkan diri sebelumnya. Saat dilakukan sesi tanya-jawab siswa terlihat cukup antusias, namun sebagian besar pertanyaan yang dilontarkan siswa kurang menggali materi dengan baik yaitu hanya segelintir siswa saja yang pertanyaannya cukup mendalam mengenai materi. Setiap kali siswa selesai mempresentasikan materi, guru selalu mengulas kembali materi yang telah disampaikan oleh kelompok yang tampil, terutama mengenai materi yang dirasa kurang jelas dalam penyampaiannya, ataupun membantu kelompok yang tampil
(14)
5
dalam menjawab pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Dengan metode diskusi tersebut, sebenaranya guru sudah cukup baik dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan materi secara mandiri, sehingga kesan teacher center telah berubah dan mengarah pada student center.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti melihat terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah di kelas yang sedang diamati. Adapun permasalahan yang muncul ketika diterapkannya metode diskusi yaitu pada saat siswa memilih sumber referensi yang digunakan, mereka dengan mudah menerima semua informasi dari internet tanpa menyaring terlebih dahulu apakah informasi tersebut dapat dipertanggung jawabkan atau tidak. Dalam menyusun materi diskusi, para siswa juga kurang mengembangkan analisis serta gagasan mereka sendiri. Hal ini dapat terlihat dari bahasa yang digunakan dalam menyusun materi, sebagian besar isi dari materi tersebut sama persis dengan apa yang terdapat dalam buku ataupun dengan sumber referensi lain yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, materi yang disampaikan siswa dalam diskusi tersebut dirasa kurang mendalam, seperti sedikitnya mengangkat masalah-masalah yang dianggap penting. Mereka hanya mengungkapkan dan menyampaikan materi secara umum saja. Mengenai pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa, hanya beberapa orang saja yang menayakan materi secara lebih mendalam, sedangkan kebanyakan siswa lainnya menanyakan hal-hal yang bersifat faktual. Hal tersebut menunjukkan jika pemahaman siswa akan materi yang tengah dipelajari masih kurang. Begitu pula ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan, siswa terkesan terburu-buru dalam menjawabnya tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu sehingga jawabanpun dirasa kurang menyeluruh.
Pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran sejarah, mendorong pada kreativitas guru dalam memilih metode pembelajaran serta mengemas materi pelajaran dengan tepat agar dapat membantu siswa untuk berpikir secara lebih mendalam akan materi yang tengah dipelajari. Tidak hanya itu, pembelajaran juga harus lebih bermakna bagi siswa maka sebaiknya materi dikaitkan dengan kondisi masyarakat yang ada disekitar siswa. Dengan demikian, diharapkan siswa tidak hanya mampu mengerti akan materi
(15)
6
pelajaran saja tetapi juga menjadi lebih peka dengan melihat masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Seperti diungkapkan oleh Wildan (2003:59) “Keterampilan semacam itu hanya dapat dikembangkan jika materi pendidikan sejarah dapat dikembangkan lebih jauh, melebihi apa yang ada dalam fakta sejarah yang diungkapkan oleh banyak buku pelajaran”.
Melihat dari penjelasan di atas, kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah adalah kurangnya siswa untuk dilatih berpikir kritis, terutama kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Pedahal salah satu tujuan penting dari pembelajaran sejarah yang ingin dicapai yaitu agar siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian, maka hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai proses belajar mengajar yang mampu untuk melatih kemampuan siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Oleh sebab itu, perbaikan proses pembelajaran dirasa akan sangat penting, sehingga diharapkan masalah-masalah tersebut akan dapat diatasi.
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran, karena guru merupakan fasilitator serta yang membimbing siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, maka kreativitas guru dalam mengemas materi serta pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan sangat membantu siswa pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah melalui metode pemecahan masalah. Metode problem solving atau metode pemecahan masalah merupakan metode pembelajaran yang dalam tahap pembelajarannya mendorong siswa untuk menggali pengetahuan yang telah dimilikinya dan mengembangkan keterampilan pembelajaran yang mandiri, sehingga siswa dapat dilatih untuk berpikir secara lebih mendalam mengenai suatu masalah.
Penggunaan metode problem solving akan sangat memebantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah, karena dalam metode ini siswa tidak hanya diminta untuk memahami suatu masalah saja akan tetapi juga harus mampu mencari solusi dari permasalahan tersebut. Tahap
(16)
7
inilah yang nantinya diharapkan akan menjadi stimulus bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, karena untuk menghasilkan suatu pemecahan masalah yang tepat dibutuhkan kemampuan berpikir yang lebih mendalam akan masalah yang hendak dipecahkan tersebut. Oleh karena itu, penerapan metode problem solving ini dirasakan akan tepat dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis tersebut.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar bekalang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut, “Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey pada mata pelajaran sejarah melalui metode Problem Solving?”
Untuk memfokuskan pada pokok permasalahan yang akan dikaji, maka penulis merumuskan masalah kedalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana merencanakan metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey?
2. Bagaimana menerapakan metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey?
3. Apa saja kendala yang dihadapi oleh peneliti selama melaksanakan tindakan di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey?
4. Bagaimana peneliti mengatasi kendala yang ditemukan selama melaksanakan tindakan di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan perencanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey.
(17)
8
2. Memaparkan dan menggambarkan secara umum bagaimana peneliti menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey.
3. Memberikan gambaran mengenai evaluasi perkembangan kemampuan berfikir kritis siswa di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey pada mata pelajaran sejarah setelah diterapkannya metode problem solving.
4. Mengatasi kendala yang dihadapi oleh peneliti ketika diterapkan metode problem solving dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi kendala tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan didapat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi peneliti sendiri yaitu dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai penerapan metode problem solving.
2. Bagi siswa yaitu memberikan pengalaman baru ketika belajar sejarah terutama dalam memecahkan masalah. Juga diharapkan siswa menjadi lebih peka terhadap masalah-masalah yang ada dalam kehidupan masyarakat.
3. Bagi guru yaitu diharapkan dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan kinerja dalam pengembangan metode problem solving terutama pada mata pelajaran sejarah.
4. Bagi peningkatan mutu pembelajaran sejarah, diharapkan metode problem solving ini dapat diterapkan di kelas yang lain juga, sehingga peningkatan mutu pembelajaran sejarah tidak hanya di kelas XI IPA 4 saja.
5. Bagi sekolah yaitu akan bermanfaat dalam hal pelayanan dan meningkatkan mutu pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Ciwidey.
(18)
9
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan gambaran secara umum mengenai metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun sistematika dalam skripsi ini, yaitu seabagai berikut:
BAB I yaitu pendahuluan, dalam bab ini memaparkan secara garis besar mengenai masalah yang akan dikaji. Adapun di dalamnya terdapat sub pokok yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, variabel, definisi operasional dan sistematika penulisan.
BAB II yaitu kajian pustaka, pada bab ini memaparkan tentang teori-teori yang dipakai serta dijadikan acuan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun teori-teori yang digunakan didasarkan atas para ahli dan peneliti yang telah melakukan penelitian lebih dahulu mengenai masalah yang sama.
BAB III merupakan metode penelitian. Bab ini menjelaskan tentang teknik serta tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis selama penelitian berlangsung.
BAB IV hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang refleksi berbagai data yang telah dikumpulkan dan diolah setelah melaksanakan penelitian. Pemaparan yang disertai dengan analisis yang berdasarkan atas data yang diperoleh selama penelitian.
BAB V kesimpulan. Bab ini berisi tentang keputusan yang dihasilkan oleh peneliti sebagai jawaban dari pertanyaan yang diteliti.
(19)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK. Metode ini digunakan karena bertujuan untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas dari pembelajaran di kelas, hal ini sesuai dengan tujuan dari dilakukannya penelitian. Adapun penjelasan mengenai PTK ini banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah menurut Hopkins dalam Wiriatmadja (2007:11), yaitu sebagai berikut:
Penelitian tindakan kelas, untuk mengidentifikasi penelitian kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantive, suatu tindakan yang dilakukan alam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Ebbutt dalam Hopkins dalam Wiriatmadja (2007: 12), yaitu
Penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan tersebut…
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian tindakan kelas akan lebih memudahkan guru dalam mengatasi masalah yang ada di kelas, karena guru menjadi lebih terkonsentrasi dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul di kelas yang akan diperbaiki atau ditingkatkan pembelajarannya. Karena penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran maka penelitiannya tidak hanya dilakukan satu kali tindakan, akan tetapi dilakukan secara berulang-ulang sampai tujuan yang diharapakan dapat dicapai. Dengan demikian, maka metode ini benar-benar diharapakan akan sangat membantu guru serta siswa dalam menghadapi masalah pembelajaran serta mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang sedang berlangsung.
(20)
32
Digunakannya metode ini karena peneliti melihat jika masalah serta kendala yang muncul berbeda satu sama lain antara masing-masing kelas, hal tersebut menjadikan pemecahan dari masalah yang dihadapipun menjadi berbeda pula. Tidak hanya itu, peneliti merasa jika perbaikan serta peningkatan mutu belajar siswa tidak dapat dilakukan dengan cara “instan”, melainkan harus secara bertahap. Adapun penerapan pemecahan masalah dari penelitian ini diawali dengan peneliti melakukan pra-penelitian, hal ini bertujuan untuk melihat kondisi awal siswa serta untuk mengidentifikasi masalah apa yang muncul dalam kelas tersebut. Selanjutnya peneliti beserta guru mendiskusiakan pemecahan masalah yang akan dilakukan dalam kelas tersebut, adapun pemecahan masalah ini dilakukan berdasarkan pada pertimbangan setelah melihat kondisi siswa. Tahap selanjutnya yaitu dilakukannya tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Tindakan ini dilakukan secara terus-menerus sampai tercapainya tujuan yang diinginkan, yaitu meningkatnya kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.
Sukarnaya dalam Nurwendah (2004:33) menjelaskan mengenai karakteristik dari penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai berikut:
1. Penelitian tindakan kelas adalah intervensi sekala kecil yang dilakukan oleh guru dalam upayanya menyempurnakan proses pembelajaran yang ia laksanakan.
2. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran itu sendiri dengan asumsi bahwa semakin baik kualitas proses pembelajaran akan semakin baik pula hasil belajar yang dicapai oleh para siswa.
3. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan atas dasar masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di kelas. 4. Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru sebagai praktisi atau sebagai
pendidik dan pengajar, bukan sebagai peneliti ahli.
5. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui suatu rangkaian langkah yang bersifat spiral (a spiral of steps), yaitu suatu daur kegiatan yang dimulai dari perencanaan (planning), diteruskan dengan pelaksanaan tindakan (action), dan diikuti oleh pengamatan sistematik terhadap pelaksanaan dari hasil
(21)
33
tindakan (observation), dan refleksi berdasarkan hasil pengamatan (reflection), kemudian diulang lagi dengan perencanaan tindakan berikutnya (replanning), dan seterusnya.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggar. Alasan digunakannya desain ini karena penulis hanya akan penerapkan metode problem solving dalam penelitian ini, sehingga desain ini dianggap cocok. Berikut ini adalah bagan dari model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggar dalam Wiriatmadja (2007:66)
Gambar 3.1 Bagan model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggar
Berdasarkan gambar bagan diatas, terdapat emapat tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Penjelasan dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas tersebut, yaitu sebagai berikut:
(22)
34
1. Plan/Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap awal yang dilakukan oleh penulis beserta guru mitra sebelum melakukan serangkaian penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk merancang setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap proses pembelajaran yang ingin dicapai. Adapun rencana yang disusun dalam tahap ini yaitu:
a. Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah untuk dikakukannya penelitian tindakan kelas di sekolah tersebut.
b. Meminta kesediaan guru untuk menjadi mitra bagi peneliti selama penelitian ini berlangsung.
c. Menentukan jadwal dilaksanakannya penelitian.
d. Peneliti beserta guru mitra menyamakan persepsi mengenai metode problem solving yang akan dilaksakan sebagai solusi dari permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas penelitian.
e. Peneliti dan guru memilih materi permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa pada saat diterapkan penelitian.
f. Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
g. Merencankan instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Act/tindakan
Tahap kedua ini yaitu dimana peneliti beserta guru mitra mulai menjalankan starategi yang telah dijalankan sebelumnya. Pada tahap ini mulai dilakukannya tindakan suatu perbaikan proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran dari siswa. Adapun tindakan yang dimaksud dalam tahapan ini laitu:
a. Diterapkannya metode problem solving dalam pembelajaran, tentunya sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh peneliti beserta guru mitra.
b. Menggunakan instrument penilaian untuk mengukur pencapaian dari tujuan yang diinginkan.
(23)
35
3. Observe/pengamatan
Pengamatan ini dilakukan yaitu ketika diterapkannya metode problem solving di kelas. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu guru mencatat ataupun merekam hal apa saja yang terjadi ketika dilakukannya tindakan, dengan tujuan untuk mendokumentasikan semua data guna keperluan dalam tahap evaluasi. Pencatatan atau pengamatan yang dilakukan ini harus secara teliti serta berhati-hati, karena untuk melihat hal-hal apa saja yang telah berhasil dan yang masih perlu untuk diperbaiki ketika dilakukannya tindakan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahan ini, yaitu:
a. Mencatat kondisi kelas ketika dilakukannya tindakan ke dalam lembar observasi.
b. Mencatat kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.
c. Mengamati kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah sesuai dengan format penilaian.
d. Mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk selanjutnya dievaluasi. 4. Reflect/ refleksi
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka pada selanjutnya peneliti dan guru melakukan evaluasi. Pada tahap ini, peneliti beserta guru mitra melihat hal-hal apa saja yang menjadi kendala ketika dilakukannya tindakan, kemudian kendala-kendala tersebut berusaha untuk dicarikan solusi permasalahannya agar tidak terulang lagi dalam tindakan selanjutnya. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:
a. Peneliti beserta guru mitra melakukan diskusi serta melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
b. Merencanakan untuk tindakan berikutnya, sesuai dengan hasil evaluasi.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ciwidey. Adapun lokasi sekolah ini terletak di Jalan Babakan TigaNo. 125, desa Ciwidey, kecamatan Ciwidey, kabupaten Bandung, telepon (022) 5928143. Berdirinya SMA Negeri 1 Ciwidey
(24)
36
dimulai pada tahun pelajaran 1987-1988, akan tetapi saat itu statusnya sebagai FILIAL (Kelas Jauh) dari SMA Negeri 1 Soreang. Pada tahun-tahun pertama berdirinya sekolah ini, sempat beberapa kali mengalami perpindahan lokasi yaitu dikarenakan belum memiliki bangunan pribadi. Baru pada tahun ketiga, yaitu tahun pelajaran 1989-1990 mulai dirintis pemebebasan tanah untuk lokasi SMA Negeri 1 Ciwidey di Jalan Babakan Tiga dengan status hak milik seluas ± 8000 m2. Tahun pelajaran 1993-1994, tepatnya tanggal 23 Desember 1993 SMA Negeri 1 Ciwidey diresmikan sebagai SMAN 1 Ciwidey dan mandiri.
Dipilihnya SMA Negeri 1 Ciwidey untuk penelitian, yaitu karena:
1. Kepala sekolah serta guru mata pelajaran sejarah mendukung penelitian yang akan dilakukan di sekolah tersebut.
2. Guru serta penulis merasa perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 4, terutama mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah. Setelah penulis mengikuti bebrapa kali proses pembelajaran di kelas tersebut, dapat terlihat jika siswa sebenarnya memiliki potensi yang cukup baik. Akan tetapi potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut jarang di asah, sehingga terlihat belum berkembang dengan baik.
3. Metode problem solving selama ini belum pernah dilakukan oleh guru, terutama dalam mata pelajaran sejarah.
Jumlah siswa yang saat ini terdaftar sebagai murid di SMA Negeri 1 Ciwidey yaitu sebanyak 1078 siswa. Adapun rinciannya yaitu sebagai berikut: kelas X berjumlah 374 siswa yang terbagi kedalam 8 kelas, kelas XI berjumlah 364 yang terbagi kedalam 8 kelas, dan kelas XII berjumlah 340 yang juga terbagi ke dalam 8 kelas.
Subjek penelitian yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA4 SMAN 1 Ciwidey. Jumlah subjek penelitian ini yaitu sebanyak 44 orang yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan. Adapun alasan dipilihnya subjek tersebut yaitu berdasarkan pada hasil pra-penelitian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 5 dan 12 September 2012. Ketika dilakukannya pra-penelitian itu penulis mendapatkan gambaran pada saat
(25)
37
metode ceramah maupun diskusi dilakukan, proses pembelajaran cukup kondusif. Hal ini dapat terlihat karena hampir semua siwa memperhatikan penjelasan serta cukup antusias ketika dibuka sesi tanya jawab. Akan tetapi ketika dilakukannya sesi tanya jawab tersebut, mulai terlihat keterampilan berpikir kritis yang dimiliki siswa masih kurang menyelur hal tersebut dapat terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa kebanyakan bersifat faktual. Ditambah lagi dengan materi pembelajaran yang kurang digali secara mendalam, menjadikan materi yang diajarkan terkesan baru sampai pada tahap menambah pengetahuan sejarah siswa dan belum sampai pada makna dari belajar sejarah itu sendiri.
Berdasarkan alasan tersebutlah yang mendorong penulis serta guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran sejarah. Selain itu, metode problem solving yang belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran sejarah menjadikan penulis untuk mencoba menerapkan metode tersebut. Maka dengan diterapkannya metode tersebut, diharapkan akan membantu pada perbaikan kualitas pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah persepsi mengenai definisi operasional mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional yang dimaksud yaitu sebagai berikut:
1. Metode Problem Solving
Metode Problem Solving merupakan suatu metode pembelajaran dimana guru menyajikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian masalah tersebut dianalisis oleh siswa untuk mencari solusi atau pemecahan masalahnya. Sudirman dkk. dalam Benyamin (2003:39) mengemukakan mengenai problem solving sebagai berikut:
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) adalah cara penyajian bahan pelajaran yang menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan masalah atau jawabannya oleh siswa.
(26)
38
Tujuan dari metode problem solving ini yaitu agar siswa lebih memahami materi pelajaran secara lebih mendalam serta melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Tidak hanya itu, dengan digunakannya metode ini maka pembelajaran akan menjadi lebih bermakna begi siswa karena mereka dilibatkan secara langsung dalam memecahkan suatu masalah.
Adapun metode problem solving yang dinilai dalam penelitian ini yaitu meliputi:
a. Kemampuan mengidentifikasi masalah : 1) Memilih inti permasalahan dengan tepat. 2) Mengidentifikasi faktor permasalahan.
3) Mengidentifikasi dampak adanya permasalahan. b. Menyusun alternatif pemecahan masalah:
1) Mendiskusikan solusi yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
2) Menguraikan solusi pemecahan masalahan yang dihasilkan dari diskusi.
c. Mengevaluasi alternatif pemecahan yang disusun.
1) Mendiskusikan pertimbangan mengenai kemungkinan yang akan terjadi dari pemecahan masalah.
Sedangkan, tahapan dari penerapan metode problem solving ini yaitu sebagai berikut:
a. Guru memberikan permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa. b. Guru menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan pemecahkan masalah
tersebut.
c. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari enamatau tujuh orang siswa. Setiap kelompok diberikan LKS yang berisi masalah dan langkah kerja yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah.
d. Setiap kelompok berdiskusi untuk memecahkan masalah yang diajukan oleh guru, yaitu yang terdapat dalam LKS.
(27)
39
e. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa.
f. Setelah selesai mengerjakan LKS, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
g. Pada tahap akhir yaitu guru bersama-sama siswa menyamakan persepsi mengenai solusi pemecahan masalah yang telah dihasilkan.
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Mengenai kemampuan berpikir kritis, banyak para ahli yang telah mendefinisikannya bahkan menjelaskan sampai pada tahap-tahap kemampuan tersebut. Berpikir kritis merupakan suatu proses berfikir tingkat tinggi yang tersusun secara sistematis mengenai suatu hal atau masalah, yaitu melalui beberapa tahap untuk mencapai suatu kesimpulan. Seperti yang dikemukakan oleh Johnson (2010:185) :
Berpikir kritis merupakan suatu proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumusakan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendir. Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain.
Langkah-langkah kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data.
1) Mencari sumber-sumber informasi yang relevan dengan permasalahan.
2) Memilih informasi yang relevan dengan permasalahan yang harus dipecahkan.
b. Merumuskan masalah.
1) Mengidentifikasi inti permasalahan.
2) Menganalisis sebab-sebab timbulnya permasalahan. c. Menarik kesimpulan
(28)
40
Adapun kemampuan berpikir kritis tersebut dapat diukur dengan menggunakan rubrik penilaian yang sesuai dengan instumen yang telah dibuat.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh yaitu melalui observasi, studi dokumntasi serta wawancara. Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:
1. Lembar Panduan Observasi
Lembar panduan observasi merupakan perangkat yang digunakan oleh peneliti untuk mencatat semua aktivitas guru dan siswa ketika proses belajar pembelajaran berlangsung selama penelitian berlangsung. Observasi ini dirasa sangat penting karena dalam hasil observasi tersebut akan terlihat hal apa saja yang sudah baik maupun hal yang perlu diperbaiki, hasil ini dapat dijadikan bahan untuk evaluasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra. Selain itu, hasil observasi tersebut juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan perencanaan tindakan berikutnya.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dibuat oleh penulis ataupun guru mitra selama melakukan pengamatan di kelas. Adapun kegunaan dari catatan lapangan ini seperti yang dikemukakan oleh Wiriatmadja (2009: 125), yaitu:
Berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, mungkin juga hubungan dengan orangtua siswa, iklim sekolah, leadership kepala sekolah; demikian pula kegiatan lain dari penelitian ini seperti aspek orientasi, perencanaan, pelaksanaan, diskusi dan refleksi, semuanya dapat dibaca kembali dari catatan lapangan ini.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan dari membuat catatan lapangan ini, yaitu untuk mencatat kegiatan ataupun kondisi pada saat proses tindakan. Hasil catatan itu dapat dijadikan data atau sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti.
3. Pedoman Wawancara
Wawancara merupakan sejumlah pertanyaan yang diberikan oleh peneliti kepada siswa, yaitu untuk mendapatkan data yang lebih valid mengenai proses
(29)
41
pembelajaran di kelas. Wawancara dilakukan terhadap sejumlah siswa, yaitu sekitar 5-10 sebagai perwakilan dari seluruh siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Adapun alat pengumpul data tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data, Alat Pengumpul Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas
No. Data Sumber Data
Teknik Pengumpulan
Data
Instrumen Penelitian
1. Penerapan metode problem solving Guru dan siswa Observasi terbuka, studi dokumentasi, wawancara terstruktur Lembar observasi, pedoman wawancara
2. Kemampuan berpikir kritis siswa Guru dan siswa Observasi terbuka, studi dokumentasi Lembar observasi
3. Proses belajar mengajar sejarah dengan menerapkan metode problem solving Guru dan siswa Observasi terbuka, studi dokumentasi, wawancara terstruktur Lembar observasi, pedoman wawancara 1. Observasi
Menurut Djumhur (1985) dalam Oktianahttp:/wwwmarvel-mycastle. blogspot.com/2010/07/komunikasi-persepsi-observasi-dan.html, “Observasi adalah suatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung gejala-gejala yang sedang /berlangsung baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah”.Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari perkembangan kemampuan berpikir kritis yang ditujukan oleh siswa. Adapun data tersebut harus sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti juga gru mitra selama diterapkannya metode problem solving.
(30)
42
2. Studi dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi dokumentasi ini yaitu berarti peneliti mendapatkan data dari dokumen-dokumen yang telah ada. Data-data tersebut yaitu berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, ataupun data hasil tes siswa. Menurut Goetz dan LeCompte dalam Wiriatmadja (2005: 121), “dokumen yang menyangkut para partisispan penelitian akan menyediakan kerangka bagi data yang mendasar.”
3. Wawancara
Menurut Denzin dalam Geotz dan LeCompe dalam Wiriatmadja (2008: 117), ”wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu”. Wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data baik dari guru maupun dari siswa. Adapun pengumpulan data dengan wawancara ini yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi pembelajaran baik sebelum dilakukannya tindakan maupun setelah dilakukannya tindakan terhadap proses pembelajaran. Wawancara ini dianggap penting, karena untuk memberikan gambaran menganai kesan siswa pada saat ditepkannya metode problem solving.
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan pada data kuantitatif dan data kualitatif. Adapun data yang terkumpul yaitu dari hasil observasi di kelas pada pra penelitian serta pada saat penelitian, maupun hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru juga siswa.
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data hasil penelitian yang berbentuk perhitungan matematis. Dimana, data ini memberikan gambaran pada suatu kondisi yang sesuai dengan penelitian. Data kuantitatif ini diperoleh dari hasil penskoran penerapan metode problem solving dan kemampuan berpikir kritis siswa. Data tersebut kemudian dihitung dan dituliskan dalam bentuk tabel serta diagram. Sehingga, dari tabel dan diagram tersebut dapat terlihat perkembangan ataupun peningkatan dari kemampuan berpikir kritis siswa.
(31)
43
2. Data kualalitatif a. Validasi data
Data yang baik adalah data yang dapat mengukur dari aspek-aspek yang ingin dicapai dalam suatu proses pemebelajaran. Adapun validasi data dalam pengumpulan data kuanlitatif, yaitu sebagai berikut:
1) Member check
Dilakukan untuk meninjau kembali kebenaran dari data yang telah didapatkan oleh peneliti yaitu dengan mengkonfirmasikan kepada sumber data. Dalam penelitian ini, seluruh informasi data mengenai hasil pelaksanaan tindakan dikonfirmasikan kepada guru mitra. Hal ini dilaksanakan yaitu ketika evaluasi setelah selesai pembelajaran pada setiap tindakan dan seluruh tindakan.
2) Ekspert opinion
Peneliti meminta pendapat ataupun nasihat dari para pakar, dimana pakar atau ahli tersebut akan memerikasa semua tahapan penelitian yang telah dilakukan, kemudian akan memeberikan pendapat dan arahan peneliti. Ekspert opinion ini dilakukan untuk menguatkan pendapat peneliti setelah melakukan member check.
3) Triangulasi
Triangulasi dilakukan untuk memeriksa kebenaran dari data yang telah dikumpulkna, yaitu dengan menggunakan sumber lain. Dengan demikian, diperoleh derajat kepercayaan yang maksimal. Informasi dari guru tentang pelaksanaan tindakan dilakukan melalui diskusi balikan kolaboratif antara guru, siswa penulis serta observer pada akhir siklus. Dari siswa, data yang diperoleh yaitu dari hasil wawancara pada akhir siklus. Sedangkan penulis, data melalui pelaksanaan diperoleh melalui lembar observasi baik aktivitas guru maupun siswa selama penelitian berlangsung. Dalam kegiatan penelitian ini, triangulasi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
(32)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pemahaman penelitian tindakan kelas tentang penerapan metode problem solving dalam mata pelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sejarah sebelum diterapkannya metode problem solving sudah berusaha untuk banyak melibatkan siswa dengan menggunakan metode diskusi. Akan tetapi penerapan metode diskusi tersebut tidak maksimal, karena minimnya sumber yang digunakan oleh siswa. Dengan demikian, pemahaman siswa akan materi menjadi kurang mendalam.
Selain itu, kemampuan siswa dalam ,berpikir kritis juga masih kurang. Hal ini dapat terlihat dari argumen-argumen yang dikemukakan oleh siswa pada saat diskusi masih sangat lemah, terutama dalam menguraikan peramasalahan ataupun tema yang didiskusikan. Ketika siswa diberikan sejumlah pertanyaan oleh guru mengenai permasalahan yang terjadi pada masa sekarang yang dikaitkan dengan peristiwa sejarah, ternyata siswa masih belum dapat menjawab dengan baik.
Dengan demiakian, peneliti berusaha untuk memperbaiki kondisi pembelajaran sejarah di kelas tersebut dengan menggunaka metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang masih sangat lemah. Adapun metode problem solving yang dapat terlaksana dengan baik melaui langkah-langkah di bawah ini:
1. Memilih inti permasalahan dengan tepat. 2. Mengidentifikasi faktor permasalahan.
3. Mengidentifikasi dampak adanya permasalahan.
4. Mendiskusikan solusi yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
(33)
111
6. Mendiskusikan pertimbangan mengenai kemungkinan yang akan terjadi dari pemecahan masalah.
Ketika diterapkannya metode problem solving ini, siswa lebih banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran. Sehingga, memberikan kesempatan kepada siswauntukmenjadi lebih aktif. Dengan demikian, maka telah terjadi perubahan suatu proses pembelajaran yang awalnya techer center menjadi student center.
Selain menjadikan siswa lebih aktif, dengan pembelajaran semacam ini siswa menjadi lebih berani dalam mengemukakan pendapat masing-masing sesuai dengan informasi yang mereka dapatkan. Serta, tentunya dengan seringnya siswa diberikan permasalahan-permasalahan yang harus mereka pecahkan, tentunya kemampuan berpikir kritis mereka juga semakin baik. Karena, mereka dituntut untuk berpikir lebih mendalam lagi.
Penerapan metode problem solving ini juga tentunya tidak luput dari kendala yang dihadapi oleh siswa. Adapun kendala yang dihadapi yaitu terutama mengenai alokasi waktu yang terlalu sedikit. Kemudian pada awal-awal penerapan metode problem solving, siswa merasa kesulitan dalam mencari dan memilih sumber informasi yang relevan. Sehingga, pemecahan masalah yang disusun siswa kurang maksimal. Akan tetapi, karena guru selalu memberikan bimbingan serta arahan kepada siswa dengan tujuan membantu kesulitan siswa, maka kendala-kendala tersebut mejadi dapat diatasi.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan-temuan dalam penelitian penerapan metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ini, ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan sebagai berikut:
1. Bagi peningkatan mutu pembelajaran sejarah, diharapkan metode ini dapat diterapkan di kelas lainnya guna meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah secara menyeluruh. Sehingga perbaikan kualitas pembelajaran sejarah tidak hanya dilakukan pada kelas penelitian saja.
(34)
112
2. Penerapan metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berikir kritis siswa juga dapat bermanfaat bagi profesionalitas sebagai guru, sehingga dapat pula maningkatkan mutu pembelajaran sejarah. 3. Sedangkan bagi siswa, melalui metode ini akan memberikan suatu
pengalaman yang baru, sehingga diharapkan metode pembelajaran ini dapat ditularkan untuk siswa kelas lainnya.
4. Bagi peneliti dapat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran sejarah di kelas, terutama dalam metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan
(35)
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku
Ennis, R. H. dkk (2005).Critical Thinking Test. USA: Bright Minds Fisher, A. (2008). Berfikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Hasan, S. H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Penidikandan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Jacobsen, D.A. dkk. (2009). Methods For Teaching Metode – Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta: PustakaPelajar
Johnson, E.B. (2011). CTL Contextual Teaching & Learning. Bandung: Kaifa. Kochlar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah, Teaching Of History. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Balajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bina Aksara.
Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.
Wiriatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumber Skripsi dan Tesis
Apriyanti, E.S. (2010). Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Melalui Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning Method) dengan Teknik Diskusi Kelompok dalam Pembelajaran PKn (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa VII A di SMPN 29 Bandung). Skripsi pada FPIPS UPI: tidak diterbitkan.
Benyamin, B.A. (2003). Efektivitas Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran PPKn (Suatu Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMUN 1 Cianjur Melalui Pemberian Stimulus Isu-Isu Kontroversial). Tesis pada IPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Didin. (2007). Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Dalam Pendekatan Kontekstual Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Berpikir Analisis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah (sebuah Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IX G SMPN 19 Bandung). Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(36)
114
Nurwendah, I. (2004). Optimalisasi Penggunaan Buku Teks Sejarah Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Metode Pemberian Tugas (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II-A SMK Budi Bakti Ciwidey). Skripsi pada FPIPS UPI: tidak diterbitkan.
Sumini, L. (2005). Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Learning Terhadap Peningkatan Minat Siswa Dalam Pembelajaran Pkn (Studi Eksperimen Di Kelas 2 SMP 2 Baros Serang). Skripsi pada FPIPS UPI: tidak diterbitkan.
Sumber Jurnal
Hasan, S. H. (2004). Pandangan Dasar Mengenai Kurikulum Pendidikan Sejarah – Historia Jurnal Pendidikan Sejarah, 9 (V), 1 – 27
Ismaun. (2001). Paradigm Pendidikan Sejarah Yang Tertarah dan Bermakna – Historia Jurnal Pendidikan Sejarah, 4 (2), 88 – 118
Wildan, D. (2003). Upaya Menjadikan Guru Sejarah Sekaligus Sejarawan. Jurnal Pendidikan - Mimbar Pendidikan, 4 (22), 55-60
Sumber Internet
Kiranawati. (2007). Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving). [Online]. Tersedia:http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/metode-pemecahan-masalah-problem-solving/ [16 April 2012]
Mulyana. A. (2012) Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving). [Online]. Tersedia: http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/metode-pemecahan-masalah-problem.html
Oktiana, T. (2010). Komunikasi (Persepsi, Observasi, Dan Judgment). Online. Tersedia:http://wwwmarvel-mycastle.blogspot.com/2010/07/komunikasi-persepsi-observasi-dan.html
Pusat Kurikulum, (2002). [Online]. Tersedia:
http://techingofhistory.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaran-sejarah.html
Rifna. (2011). Problem Solving. Online. Tersedia: http://rifnatul.blogspot.com/2011/12/problem-solving.html
Suprapto. (2008). Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan
Mutu Pembelajaran. Online. Tersedia:
http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/menggunakan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran/
(1)
43
Iis Teguh Lestari, 2013
Penerapan Metode Problem Solving Pada Mata Pelajaran Sejarah Untuk Peningkatan Kemampuan
2. Data kualalitatif a. Validasi data
Data yang baik adalah data yang dapat mengukur dari aspek-aspek yang ingin dicapai dalam suatu proses pemebelajaran. Adapun validasi data dalam pengumpulan data kuanlitatif, yaitu sebagai berikut:
1) Member check
Dilakukan untuk meninjau kembali kebenaran dari data yang telah didapatkan oleh peneliti yaitu dengan mengkonfirmasikan kepada sumber data. Dalam penelitian ini, seluruh informasi data mengenai hasil pelaksanaan tindakan dikonfirmasikan kepada guru mitra. Hal ini dilaksanakan yaitu ketika evaluasi setelah selesai pembelajaran pada setiap tindakan dan seluruh tindakan.
2) Ekspert opinion
Peneliti meminta pendapat ataupun nasihat dari para pakar, dimana pakar atau ahli tersebut akan memerikasa semua tahapan penelitian yang telah dilakukan, kemudian akan memeberikan pendapat dan arahan peneliti. Ekspert opinion ini dilakukan untuk menguatkan pendapat peneliti setelah melakukan member check.
3) Triangulasi
Triangulasi dilakukan untuk memeriksa kebenaran dari data yang telah dikumpulkna, yaitu dengan menggunakan sumber lain. Dengan demikian, diperoleh derajat kepercayaan yang maksimal. Informasi dari guru tentang pelaksanaan tindakan dilakukan melalui diskusi balikan kolaboratif antara guru, siswa penulis serta observer pada akhir siklus. Dari siswa, data yang diperoleh yaitu dari hasil wawancara pada akhir siklus. Sedangkan penulis, data melalui pelaksanaan diperoleh melalui lembar observasi baik aktivitas guru maupun siswa selama penelitian berlangsung. Dalam kegiatan penelitian ini, triangulasi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pemahaman penelitian tindakan kelas tentang penerapan metode problem solving dalam mata pelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sejarah sebelum diterapkannya metode
problem solving sudah berusaha untuk banyak melibatkan siswa dengan
menggunakan metode diskusi. Akan tetapi penerapan metode diskusi tersebut tidak maksimal, karena minimnya sumber yang digunakan oleh siswa. Dengan demikian, pemahaman siswa akan materi menjadi kurang mendalam.
Selain itu, kemampuan siswa dalam ,berpikir kritis juga masih kurang. Hal ini dapat terlihat dari argumen-argumen yang dikemukakan oleh siswa pada saat diskusi masih sangat lemah, terutama dalam menguraikan peramasalahan ataupun tema yang didiskusikan. Ketika siswa diberikan sejumlah pertanyaan oleh guru mengenai permasalahan yang terjadi pada masa sekarang yang dikaitkan dengan peristiwa sejarah, ternyata siswa masih belum dapat menjawab dengan baik.
Dengan demiakian, peneliti berusaha untuk memperbaiki kondisi pembelajaran sejarah di kelas tersebut dengan menggunaka metode problem
solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang masih sangat
lemah. Adapun metode problem solving yang dapat terlaksana dengan baik melaui langkah-langkah di bawah ini:
1. Memilih inti permasalahan dengan tepat. 2. Mengidentifikasi faktor permasalahan.
3. Mengidentifikasi dampak adanya permasalahan.
4. Mendiskusikan solusi yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
(3)
111
Iis Teguh Lestari, 2013
6. Mendiskusikan pertimbangan mengenai kemungkinan yang akan terjadi dari pemecahan masalah.
Ketika diterapkannya metode problem solving ini, siswa lebih banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran. Sehingga, memberikan kesempatan kepada siswauntukmenjadi lebih aktif. Dengan demikian, maka telah terjadi perubahan suatu proses pembelajaran yang awalnya techer center menjadi student center.
Selain menjadikan siswa lebih aktif, dengan pembelajaran semacam ini siswa menjadi lebih berani dalam mengemukakan pendapat masing-masing sesuai dengan informasi yang mereka dapatkan. Serta, tentunya dengan seringnya siswa diberikan permasalahan-permasalahan yang harus mereka pecahkan, tentunya kemampuan berpikir kritis mereka juga semakin baik. Karena, mereka dituntut untuk berpikir lebih mendalam lagi.
Penerapan metode problem solving ini juga tentunya tidak luput dari kendala yang dihadapi oleh siswa. Adapun kendala yang dihadapi yaitu terutama mengenai alokasi waktu yang terlalu sedikit. Kemudian pada awal-awal penerapan metode problem solving, siswa merasa kesulitan dalam mencari dan memilih sumber informasi yang relevan. Sehingga, pemecahan masalah yang disusun siswa kurang maksimal. Akan tetapi, karena guru selalu memberikan bimbingan serta arahan kepada siswa dengan tujuan membantu kesulitan siswa, maka kendala-kendala tersebut mejadi dapat diatasi.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan-temuan dalam penelitian penerapan metode
problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ini, ada
beberapa hal yang dapat direkomendasikan sebagai berikut:
1. Bagi peningkatan mutu pembelajaran sejarah, diharapkan metode ini dapat diterapkan di kelas lainnya guna meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah secara menyeluruh. Sehingga perbaikan kualitas pembelajaran sejarah tidak hanya dilakukan pada kelas penelitian saja.
(4)
112
2. Penerapan metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berikir kritis siswa juga dapat bermanfaat bagi profesionalitas sebagai guru, sehingga dapat pula maningkatkan mutu pembelajaran sejarah. 3. Sedangkan bagi siswa, melalui metode ini akan memberikan suatu
pengalaman yang baru, sehingga diharapkan metode pembelajaran ini dapat ditularkan untuk siswa kelas lainnya.
4. Bagi peneliti dapat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran sejarah di kelas, terutama dalam metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan
(5)
Iis Teguh Lestari, 2013
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku
Ennis, R. H. dkk (2005).Critical Thinking Test. USA: Bright Minds Fisher, A. (2008). Berfikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Hasan, S. H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Penidikandan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Jacobsen, D.A. dkk. (2009). Methods For Teaching Metode – Metode Pengajaran
Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta: PustakaPelajar
Johnson, E.B. (2011). CTL Contextual Teaching & Learning. Bandung: Kaifa. Kochlar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah, Teaching Of History. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Balajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bina Aksara.
Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.
Wiriatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumber Skripsi dan Tesis
Apriyanti, E.S. (2010). Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Melalui Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning Method) dengan Teknik Diskusi Kelompok dalam Pembelajaran PKn (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa VII A di SMPN 29 Bandung). Skripsi pada FPIPS UPI: tidak diterbitkan.
Benyamin, B.A. (2003). Efektivitas Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran PPKn (Suatu Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMUN 1 Cianjur Melalui Pemberian
Stimulus Isu-Isu Kontroversial). Tesis pada IPS UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Didin. (2007). Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Dalam Pendekatan Kontekstual Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Berpikir Analisis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah (sebuah Penelitian Tindakan Kelas di
Kelas IX G SMPN 19 Bandung). Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak
(6)
114
Nurwendah, I. (2004). Optimalisasi Penggunaan Buku Teks Sejarah Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Metode Pemberian Tugas (Penelitian
Tindakan Kelas di Kelas II-A SMK Budi Bakti Ciwidey). Skripsi pada
FPIPS UPI: tidak diterbitkan.
Sumini, L. (2005). Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Learning Terhadap Peningkatan Minat Siswa Dalam Pembelajaran Pkn (Studi
Eksperimen Di Kelas 2 SMP 2 Baros Serang). Skripsi pada FPIPS UPI:
tidak diterbitkan. Sumber Jurnal
Hasan, S. H. (2004). Pandangan Dasar Mengenai Kurikulum Pendidikan Sejarah
– Historia Jurnal Pendidikan Sejarah, 9 (V), 1 – 27
Ismaun. (2001). Paradigm Pendidikan Sejarah Yang Tertarah dan Bermakna –
Historia Jurnal Pendidikan Sejarah, 4 (2), 88 – 118
Wildan, D. (2003). Upaya Menjadikan Guru Sejarah Sekaligus Sejarawan. Jurnal Pendidikan - Mimbar Pendidikan, 4 (22), 55-60
Sumber Internet
Kiranawati. (2007). Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving). [Online]. Tersedia:http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/metode-pemecahan-masalah-problem-solving/ [16 April 2012]
Mulyana. A. (2012) Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving). [Online]. Tersedia: http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/metode-pemecahan-masalah-problem.html
Oktiana, T. (2010). Komunikasi (Persepsi, Observasi, Dan Judgment). Online. Tersedia:http://wwwmarvel-mycastle.blogspot.com/2010/07/komunikasi-persepsi-observasi-dan.html
Pusat Kurikulum, (2002). [Online]. Tersedia:
http://techingofhistory.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaran-sejarah.html
Rifna. (2011). Problem Solving. Online. Tersedia: http://rifnatul.blogspot.com/2011/12/problem-solving.html
Suprapto. (2008). Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan
Mutu Pembelajaran. Online. Tersedia:
http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/menggunakan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran/