Penerapan Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kraetif Peserta Didik : Studi Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung.

(1)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Disusun Oleh YATI SURYATI

NIM. 1308081

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK (Studi Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII

SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung)

Oleh : YATI SURYATI

NIM. 1308081

DISETUJUI OLEH : Dosen Pembimbing

Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P. NIP. 196206071983031002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan IPS

Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A. NIP. 196207021986011002


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Penerapan

Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS (search, solve, create, and share)

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik” (Studi

Kuasi Eksperimen pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung) beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidakmelakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan


(4)

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK (Studi Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII

SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung)

Oleh : YATI SURYATI

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)

pada Program Studi Pendidikan IPS

@ Yati Suryati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(5)

“Sesu

ngguhnya disamping kesukaran ada kemudahan

Apabila engkau telah selesai (mengerjakan suatu pekerjaan),

Maka bersusah payahlah (mengerjakan yang lain),

Dan kepada Tuhanmu berserahlah”.

( Surah Al-Insyirah : 6,7,8 )

Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang

kamu dustakan?

( Surah Ar-Rahmaan : 13 )

Karya Tulis ini kupersembahkan sebagai tanda bakti

kepada ayahanda dan ibunda tercinta, dan wujud kasih sayang

pada suamiku Yasin Umar, anak-anakku M. Iqbal, M. Faiz, dan Shofwah,

serta bagi mereka yang telah, sedang, dan akan selalu menyayangiku


(6)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Yati Suryati (1308081). Penerapan Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kraetif Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII SMP Negeri 2 Sore ang Kabupaten Bandung).

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan pada pembelajaran IPS di sekolah yang selama ini masih berpusat pada pendidik, kurang melibatkan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan materi pembelajaran belum mampu dikaitkan dengan realita kehidupannya sehingga kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create and share) dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian The Non Ekuivalen Pre-test Post-test Control Group Design. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VIII pada salah satu SMP Negeri di Soreang tahun ajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan: pertama, terdapat perbedaan hasil pretes dengan postes kemampuan berpikir kreatif peserta didik baik pada kelas kontrol yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional maupun pada kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share). Kedua, terdapat peningkatan yang lebih tinggi kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share) dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada kelas kontrol yang belajar dengan menggunakan metode konvensional.

Kata kunci :Kemampuan berpikir kreatif dan metode pemecahan masalaha tipe SSCS (search, solve, create and share).


(7)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Yati Suryati. (1308081). The Implementation of Problem Solving M ethode with SSCS (search, solve, craete and share) Type to increase Creative Thinking Skill among the Students (quassy experiment study in learning IPS in grade 8 SMPN 2 Soreang Kabupaten Bandung)

Supervisor: Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P.

The research is prompted by problems in social studies teaching and learning, namely the nature of teaching and learning that is teacher-centered, a lack of students’ active

engagement, and a lack of learning materials relevant to students’ real life, thereby the teaching and learning has not been really effective in developing students’ creative thinking skills. The research is subjected to determine the method implementation effectivity of problem solving of SSCS (search, solve, create and share) type in increasing creative thinking skills. It adopted quasi-experimental method with non equivalent pre-test post-test control group design. The subject of the research is eight grade students of one state junior high school in Soreang for the school year of 2014/2015. The instruments employed were in the forms of essay questions on creative thinking skills. The research results show that: First, there was a difference in the creative thinking skills pre-test and post-test scores in both control class students treated with conventional learning method and experimental class students treated with SSCS (search, solve, create, and share) problem-solving learning method. Second, there was higher improvement in the creative thinking skills of experimental class students treated with SSCS (search, solve, create, and share) problem-solving learning method than that of the control class students treated with conventional learning method.

Keywords: Creative thinking skills, SSCS (search, solve, create and share) problem solving method.


(8)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 11

C. Tujuan Penelitian 11

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis 12

2. Secara Praktis 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13

A. Kajian Pustaka 13

1. Pengertian Model Pembelajaran 13

2. Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS 15

3. Kreativitas 22

4. Kemampuan Berpikir Kreatif 27

5. Teori Belajar Yang Melandasi Metode Pemecahan Masalah 33 6. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Sosial 39

7. Penelitian Yang Relevan 46

B. Kerangka Pemikiran 48

C. Hipotesis Penelitian 51

BAB III METODE PENELITIAN 52

A. Metode dan Desain Penelitian 52

B. Lokasi dan Subyek Penelitian 53

C. Definisi Operasional 54

D. Instrumen Penelitian 56

E. Uji Coba Instrumen 58

F. Teknik Pengumpulan Data 61

G. Prosedur, Alur Penelitian dan Skenario Pembelajaran 61

H. Teknik Analisis Data 66


(9)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN 70

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 70

B. Deskripsi Hasil Penelitian 72

C. Skala Tanggapan Peserta didik dan Guru 85

D. Pembahasan Hasil 89

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 107

A. Simpulan 107

B. Rekomendasi 108

DAFTAR PUSTAKA 109


(10)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel. Halaman

1.1 Analisis Soal Pra Penelitia Mata Pelajaran IPS Kelas VIII

Semester 1 Tahun Pelajaran 2014-2015 SMPN 2 Soreang 3 2.1 Tahapan Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS yang

dikembangkan Pizzini dan Shepardson (1991) 18

2.2 Aktivitas Peserta Didik pada Metode Pemecahan Masalah

Tipe SSCS 21

2.3 Keterampilan Proses Berpikir Kompleks 28

3.1 Desain Penelitian 52

3.2 Distribusi Sampel Penelitian 54 3.3 Tahapan Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS

yang dikembangkan Pizzini dan Shepardson (1991) 55 3.4 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 57 3.5 Rekapitulasi Analisis Soal Uraian Kemampuan Berpikir Kreatif 60 3.6 Skenario Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 64 4.1 Jumlah Siswa SMPN 2 Soreng Tahun Ajaran 2014-2015 70 4.2 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol 72 4.3 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen 73 4.4 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelas Kontrol 74

4.5 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen 74

4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif 76 4.7 Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Berpikir Kreatif 77 4.8 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretes Kemampuan


(11)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.9 Hasil Uji Homogenitas Nilai Postes Kemampuan Berpikir Kreatif 78 4.10 Hasil Uji Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol 79 4.11 Hasil Uji Paired Samples Test Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas kontrol 80

4.12 Hasil Uji Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

eksperimen 81

4.13 Hasil Uji Paired Samples Test Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen 81

4.14 Hasil Uji Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol dan

kelas Eksperimen 82

4.15 Hasil Uji Independen Samples Test Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen 83

4.16 Rekapitulasi Uji Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta

Didik 85

4.17 Persentase Hasil Skala Tanggapan Peserta Didik Berdasarkan

Respon Positif dan Negatif 86

4.18 Persentasi Hasil Skala Tanggapan Guru Berdasarkan Respon


(12)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Keterkaitan empat fase dalam Model Pembelajaran Pemecahan

Masalah Tipe SSCS 20

2.2 Bagan Kerangka Pemikiran 51

3.1 Alur Penelitian 63

4.1 Rata- rata Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Peserta Didik Kelas Kontrol dn Kelas Eksperimen 73 4.2 Rata-rata skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Kemamuan

Berpikir Kreatif Kelas Kontrol 75

4.3 Rata-rata skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Kemamuan

Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen 75

4.4 Rata-rata N Gain Hasil tes kemampuan berpikir kreatif 76 4.5 Persentase Hasil Skala Tanggapan Peserta Didik Respon

Positif dan negatif 86


(13)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran A.Perangkat Pembelajaran

A.1. RPP Kelas Eksperimen 115

A.2. RPP Kelas Kontrol 125

A.3. LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Ke 1 – 3 133 A.4. LKS Kelas Kontrol Pertemuan Ke1 – 3 136 Lampiran B. Uji Coba Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kreatif

B.1. Uji Coba Validitas Soal Uraian Kemampuan Berpikir 139 Kreatif Peserta Didik

B.2. Uji Coba Reiliabilitas Soal Uraian Kemampuan 140 Berpikir Kreatif Peserta Didik

B.3. Uji Coba Tingkat Kesukaran Soal Uraian 145 Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik

B.4. Uji Coba Daya Pembeda Soal Uraian 146 Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik

. Lampiran C. Kisi-Kisi dan Instrumen

C.1. Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik 147 C.2. Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Berpikir 148

Kreatif Peserta Didik

C.3. Kisi-kisi soal Kemampuan Berpikir Peserta Didik 152 C.4. Kisi-Kisi Instrumen Skala Tanggapan Peserta Didik 154 C.5. Instrumen Skala Tanggapan Peserta Didik 155 C.6. Kisi-Kisi Instrumen Skala Tanggapan Guru 157 C.7. Instrumen Skala Tanggapan Guru 158 Lampiran D. N-Gain Skor Total Pretes dan Postes Soal Kemampuan

Berpikir Kreatif Peserta Didik

D.1. Skor Total Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir 160 Kreatif Peserta Didik Kelas Kontrol dan Eksperimen

D.2. Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta 161 Didik Kelas Kontrol

D.3. Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta 162 Didik Kelas Kontrol

D.4. Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta 163 Didik Kelas Eksperimen

D.5. Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta 164 Didik Kelas Eksperimen

D.6. Hasil Perhitungan N-Gain, Normalitas, dan 165 Uji Hipotesis


(14)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Lampiran E.Foto Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol

E.1. Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperiman 187 E.2. Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol 188 Lampiran F.Administrasi Perijinan

F.1. Surat Permohonan Ijin Melakukan Penelitian 189 F.2. Surat Keterangan Ijin Penelitian di SMPN 2 Soreang 190


(15)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu jalur utama dalam upaya mempersiapkan generasi muda sebagai sumber daya manusia yang berkualitas untuk menyambut dan menghadapi perkembangan jaman yang semakin kompetitif. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah melalui pendidikan dan sebagai salah satu upaya pokoknya, pendidikan ini harus dilaksanakan sebaik mungkin.

Pelaksanaan pendidikan yang berkualitas adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Tujuan pendidikan nasional yang dijabarkan dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan, Pasal 3 yang menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Dan dalam pelaksanaannya, tujuan pendidikan nasional di atas tidak terlepas dari Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 (BNSP, 2006, hlm. 244) menegaskan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif”. Pendidikan dalam konteks resmi dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur utama yang menentukan


(16)

2

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesanggupan seseorang berpikir tentang dirinya dan lingkungannnya. Orang yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik adalah orang yang akan mampu mengubah kondisi keluarganya, daerahnya dan kelak di kemudian hari akan mampu mengubah negaranya ke arah yang lebih baik di mana dia tinggal (BNSP, 2006, hlm. 244).

Pendidikan merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang saling berkaitan erat. Banyak hal yang menjadi permasalahan dan tantangan dalam dunia pendidikan, misalnya tantangan bagi lembaga pendidikan untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, adanya beberapa mata pelajaran yang dianggap sulit sehingga menjadi momok bagi sebagian peserta didik, kurang efektifnya metode pembelajaran yang selama ini dipakai oleh pendidik, kurang tersedianya media dan sarana yang cukup memadai untuk mendukung proses pembelajaran, serta gaya belajar dan tipe-tipe yang berbeda dari setiap peserta didik. Semua tantangan dan permasalahan yang dihadapi ini menuntut pemecahan agar dapat menghasilkan pembelajaran yang bermutu dan memberi dampak yang efektif dan efisien. Untuk itulah diperlukan adanya inovasi dalam dunia pembelajaran, yang dapat memberikan jawaban bagi permasalahan yang ada.

Berdasarkan Survey UNESCO, terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para pendidik dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki peserta didiknya. Tersedia di website http://rintikilmu.blogspot.com/2013/09/kasus-fenomena-terkait-masalah-kualitas.html. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan peserta didik bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk kreatif. Sebagaimana pendapat dari Joyce (2009, hlm. 7) tentang pembelajaran adalah : “Cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kemampuan peserta didik dalam mendidik diri mereka sendiri. Pendidik yang sukses bukan sekadar penyaji yang


(17)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kharismatik dan persuasif. Lebih jauh, pendidik yang sukses adalah mereka yang melibatkan para peserta didik dalam tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial, dan mengajarkan mereka bagaimana mengerjakan tugas-tugas tersebut secara kognitif “

Tes pra penelitian yang dilakukan pada mata pelajaran IPS kelas VIII materi semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 melalui karateristik berpikir kreatif pada peserta didik kelas VIII F dan VIII I yang berjumlah 80 menunjukkan kemampuan berpikir kreatif masih rendah. Tes pra penelitian tersebut terdiri dari 5 soal uraian yang mencakup karateristik orisinalitas, kelancaran, keluwesan dan elaborasi. Tes yang dilakukan penulis terhadap 80 orang peserta didik ini ditunjukkan dengan tabel berikut ini :

Tabel 1.1

Analisis Soal Pra Penelitian Mata Pelajaran IPS Kelas VIII Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015 SMPN 2 Soreang

Sumber : Persentase skor pra penelitian

Tabel di atas memperlihatkan bahwa peserta didik kelas VIII memiliki kemampuan mengelaborasi sebanyak 26,25%, kemampuan kelancaran 18,25%, kemampuan orisinalitas sebanyak 20%, dan kemampuan keluwesan sebanyak 30%. Hal tersebut dapat menggambarkan bahwa proses berpikir kreatif peserta didik kelas VIII dalam materi IPS semester 1 Tahun ajaran 2014/2015 di SMP Negeri 2 Soreang masih rendah. Kemampuan berpikir kreatif peserta didik SMPN 2 Soreang juga dinyatakan masih rendah berdasarkan hasil rata-rata nilai ulangan harian semester ganjil 2014/2015 pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, yang ditunjukkan dari perolehan nilai yaitu kelas VIII E 60,9, VIII F 61,8, VIII G 61,1, VIII H 62 dan VIII I 58. Nilai ini dinyatakan rendah karena lebih kecil dari nilai maksimal IPS yang diharapkan pada semester ganjil tahun ajaran

Aspek yang di ukur

Elaborasi Kelancaran Orisinalitas Keluwesan

Peserta Didik Kelas VIII F

27,5% 21,25% 32,5% 37,5%

Peserta Didik Kelas VIII I


(18)

4

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2014/2015 yaitu 70. Nilai rata-rata ulangan harian pada semester ganjil ini dijadikan tolok ukur kemampuan berpikir kreatif peserta didik, karena salah satu alasannya ketidaksesuaian jawaban-jawaban mereka disebabkan kurang terbiasa menuliskan ide-ide atau pemikiran-pemikiran yang kreatif, sehingga mereka hanya terpaku pada jawaban-jawaban dengan kalimat yang ada pada buku atau berasal dari penjelasan pendidik. Sementara hasil pengamatan peneliti di lapangan masih banyak pendidik yang menerapkan pembelajaran dengan cara yang terlalu menekankan pada peguasaan sejumlah informasi atau konsep semata dan cenderung lebih pada bagaimana materi pelajaran dapat tersampaikan pada peserta didik agar pada saat ujian nanti mereka dapat menjawab soal-soal yang diberikan pendidik.

Selain itu penumpukan konsep pada peserta didik dapat saja kurang bermanfaat atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali apabila hal tersebut hanya dilakukan pendidik dalam model satu arah. Meskipun konsep itu penting tapi yang paling penting adalah bagaimana konsep itu dipahami peserta didik. Arends (dalam Trianto, 2007, hlm. 66)` : ‘it is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect student to solve problems yet seldom

teach then about problem solving’, yang berarti dalam mengajar pendidik selalu menuntut peserta didik untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana mereka untuk belajar, pendidik juga menuntut peserta didik untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana mereka seharusnya menyelesaikan masalah. Proses pembelajaran seharusnya diarahkan agar peserta didik mampu mengembangkan kemampuan untuk memahami apa yang dipelajarinya melalui kemampuan berpikirnya. Berpikir merupakan suatu aktivitas manusia dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Dengan berpikir maka manusia mampu menyusun pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupannya. Untuk itu dalam proses pembelajaran seharusnya peserta didik diarahkan kepada peningkatan kemampuan berpikir.

Kemampuan berpikir sebagai hasil belajar dalam pembelajaran IPS diupayakan untuk menekankan pada penguatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif yang pada akhirnya peserta didik mampu


(19)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memecahkan masalah secara logis dan rasional. Hasil pembelajaran akan kuat tersimpan dalam memori peserta didik jika ia memahami apa yang mereka pelajari bukan menghafal apa yang mereka pelajari. IPS sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah bertujuan membekali peserta didik agar mampu menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang tepat dan bermanfaat.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditekankan pengajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning) yang bertujuan agar peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, namun kenyataannya di lapangan pembelajaran yang berpusat pada pendidik masih sangat dominan dan peran pendidik dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik masih sangat besar. Akibatnya ada beberapa masalah yang menonjol dalam proses pembelajaran di sekolah antara lain :

1. Banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya.

2. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan.

3. Peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik karena mereka biasa diajarkan dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah (Depdiknas, 2006).

Cara mengajar yang cenderung tidak melibatkan peserta didik dalam pembelajaran tidak dapat membentuk peserta didik menjadi pribadi yang kreatif, mandiri dan percaya pada kemampuan diri, misalnya saja ketika mereka dihadapkan pada permasalahan ketidakmampuan orang tua untuk membiayai mereka melanjutkan sekolah, sebagian besar dari mereka yang kurang berpikir kreatif lebih memilih untuk berhenti sekolah dengan alasan membantu orangtua mereka. Tapi pada sisi lain, justru sebaliknya peserta didik yang kreatif akan mencari jalan keluar bagaimana agar dia tetap dapat membantu usaha orangtuanya tanpa meninggalkan bangku sekolah. Hal tersebut sejalan dengan apa yang


(20)

6

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikemukakan oleh Treffinger dalam Semiawan, dkk (1984, hlm. 37) ”bahwa dengan belajar secara kreatif peserta didik dapat menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak diramalkan sebelumnya.

Salah satu indikator rendahnya tingkat efektivitas proses pembelajaran adalah rendahnya kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang mengakibatkan mereka kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan pendidik di kelas. Kelemahan peserta didik tersebut merupakan refleksi penggunaan model maupun metode pembelajaran yang tidak tepat.

“Kreativitas sangat perlu dikembangkan pada peserta didik sekolah tingkat menengah. Kreativitas peserta didik akan berkembang jika kemampuan berpikir kreatif peserta didik dikembangkan pula dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Kemampuan berpikir kreatif adalah suatu bentuk pemikiran terbuka yang menjajaki berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah” (Munandar, 1999, hlm. 9). Diharapkan dengan dikembangkannya kemampuan peserta didik dalam berpikir kreatif, maka peserta didik akan mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan berbagai alternatif pemecahan masalah. Sehingga peserta didik belajar untuk berpikir secara divergen bukan secara konvergen. Alasan pentingnya kreativitas dipupuk dan dikembangkan dalam diri peserta didik di sekolah, adalah :

Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia (Maslow, 1967). Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan manusia untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. Di sekolah yang terutama dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan dan penalaran. Ketiga , bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi terlebih-lebih juga memberikan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Di masa pembangunan ini, kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. Untuk mencapai hal ini, sikap,


(21)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemikiran kreatif, dan perilaku kreatif harus dipupuk sejak dini (Munandar, 2002, hlm. 43-44).

“Kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar” (Slameto, 2010, hlm. 138). Sementara menurut Sagala (2010) “Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, serta dapat meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran”. Berpikir kreatif tidak hanya dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran tertentu, namun semua metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar diasumsikan dapat mendorong peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

Setiap peserta didik memiliki potensi kreatif yang dapat dikembangkan di dalam kelas. Fisher (dalam Irwan, 2011, hlm. 4) mengatakan bahwa creative thingking does not occur in a vacuum: it need some stimulus, some content to work on, yang berarti bahwa berpikir kreatif atau kreativitas peserta didik akan muncul apabila ada stimulus. Sementara Munandar (2009) mengemukakan bahwa perkembangan optimal dari keterampilan berpikir kreatif berhubungan dengan cara mengajar guru. Sejalan dengan hal itu Ruseffendi (dalam Irwan, 2011, hlm. 66) mengatakan bahwa “kreativitas peserta didik dapat dikembangkan apabila dilatih melakukan eksplorasi, penemuan dan pemecahan masalah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa cara mengajar guru yang memberikan stimulus atau rangsangan akan mampu mengembangkan kemampuan kreativitas peserta didik salah satunya apabila peserta didik dilatih untuk melakukan eksplorasi, penemuan dan pemecahan masalah”.

Potensi kreatif akan berkembang di lingkungan kondusif, peserta didik sebaiknya diberikan kesempatan untuk terlibat aktif dalam proses pengajuan dan pemecahan masalah. Pendapat Munandar (2009, hlm. 19) menjelaskan bahwa kreativitas peserta didik dapat dikembangkan dengan menggunakan strategi 4P, yaitu Pribadi, Pendorong, Proses dan Produk. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kreativitas yang berbeda satu sama lain, untuk itu


(22)

8

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperlukan dorongan ataupun dukungan baik dari lingkungan keluarga maupun sekolah.

Terkait dengan pembelajaran IPS di kelas VIII, dalam Standar Kompetensi memahami kegiatan perekonomian Indonesia, dengan kompetensi dasar mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya, maka dianggap perlu mengembangkan model, metode maupun pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, bukan lagi cara-cara konvensional. Sesungguhnya ada banyak pendekatan pembelajaran IPS yang berpusat pada peserta didik dapat dikembangkan oleh para pendidik. Merujuk pada pendapat Sapriya (2009), pendekatan-pendekatan pembelajaran IPS itu meliputi : a) pendekatan inkuiri (inquiry approach) atau model inkuiri sosial; b) keterampilan berpikir (thinking skills) : kecakapan berpikir kreatif (creative thinking) atau keterampilan berpikir kreatif (creative thinking skill), dan keterampilan berpikir kritis (critikal thinking) atau keterampilan berpikir kritis (critical thinking skill); c) keterampilan memecahkan masalah (problem solving); dan d) proses pengambilan keputusan (decision making process).

“Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang bertujuan meningkatkan perilaku kreatif, menggerakkan potensi kreativitas peserta didik seperti berpikir kreatif dan menimbulkan berbagai getaran penemuan terhadap hal-hal yang sebelumnya belum diketahui atau belum dipahami” (Handani, 2012, hlm. 7). Pembelajaran kreatif merupakan pembelajaran yang bertujuan mendorong peserta didik untuk berpikir dan bertindak kreatif atau mengembangkan kreativitas diri peserta didik yang dalam penerapannyan membutuhkan model, metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat.

Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, mereka memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan


(23)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning) dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik.

Pembelajaran yang inovatif dengan pendekatan berpusat pada peserta didik (student centered learning) memiliki keragaman metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari peserta didik. Metode- metode tersebut antara lain adalah:

(a) berbagi informasi ;

(b) belajar dari pengalaman (experience Based);

(c) pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving based).

Metode pemecahan masalah (problem Solving) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses pemecahan masalah secara ilmiah (Sanjaya, 2007, hlm. 118). Menurut Handani (2012, hlm. 13) terdapat tiga ciri utama dari metode pembelajaran pemecahan masalah, yaitu: (1) Metode pemecahan masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi pemecahan masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik.

(2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Metode ini menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran.

(3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Mengacu pada paparan di atas, penelitian ini menerapkan metode pembelajaran pemecahan mesalah tipe SSCS (search, solve, create and share) yang dikembangkan Pizzini. Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1987 yang meliputi empat fase penyelesaian masalah yang urutannya dimulai dengan menyelidiki masalah (fase search), merencanakan pemecahan masalah (fase solve), mengkontruksi pemecahan masalah (fase create), dan diakhiri dengan mengkomunikasikan penyelesaian masalah yang diperolehnya (fase share).

Melalui proses pemecahan masalah ini, Pizzini yakin bahwa para peserta didik akan mampu menjadi eksplorer, menghasilkan penemuan-penemuan terbaru, inventor yang mampu mengembangkan ide atau gagasan sehingga


(24)

10

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mampu menjadi penguji baru yang inovatif, mau berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana dan sebagai komunikator yang dapat mengembangkan metode dan teknik komunikasi untuk bertukar pendapat dan interaksi. Hal ini dijelaskan oleh Pizzini (dalam Handani, 2012, hlm. 14) bahwa :

“The SSCS Problem Solving Model is designed to expand and apply

science concepts and critical thinking skills, using a holistic problem solving model. SSCS involves students in exploring new situations, considering intriguing questions, and solving realistic problems. Using the SSCS problem solving model, student become actively involved in the aplication of conten, concepts and higher order thinking skills. The SSCS model estabhilishes a context for the development and use of higher order thinking skills and results in the conditions necessary for the transfer of thinking skills from one subject area to another,” .

Penerapan pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create and share) memiliki kelebihan jika digunakan sebagai salah satu metode pilihan dalam pembelajaran IPS salah satunya yakni dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam memahami konsep-konsep yang ada pada materi IPS serta mampu meningkatkan daya berpikir kreatif peserta didik karena dalam metode ini peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri permasalahan yang dipelajarinya, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis hingga mereka mampu menarik kesimpulan dari permasalahan yang sedang diupayakan pemecahannya sampai pada mengkomunikasikan hasil dari apa yang mereka temukan dengan pemecahan masalah tersebut. Disamping itu penerapan metode pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create and share) ini pada materi ketenagakerjaan dalam pembelajaran IPS di kelas VIII, khususnya dalam standar kompetensi memahami kegiatan perekonomian Indonesia, dengan kompetensi dasar mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya, hal mana materi ini merupakan salah satu materi yang bersifat fenomena dan permasalahannya biasanya ditemukan peserta didik di lingkungan sekitarnya. Kata kerja mendeskripsikan pada kompetensi dasar tersebut di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa kata kerja operasional yang akan menuntun peserta didik beserta pendidik untuk melakukan proses pembelajaran yang lebih kontekstual dan bermakna, melibatkan peserta didik


(25)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang nyata. Oleh karena itu dipandang perlu adanya penelitian untuk menerapkan metode pemecahan masalah dengan pendekatan SSCS (search, solve, create and share) pada pembelajaran IPS khususnya materi ketenagakerjaan untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada sekolah menengah pertama.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil pretes dengan postes kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada kelas kontrol yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional ?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil pretes dengan postes kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share)?

3. Apakah terdapat peningkatan yang lebih tinggi kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share) pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang belajar dengan menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan keefektifan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share) terhadap kemampuann berpikir kreatif peserta didik.


(26)

12

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Mengetahui adanya perbedaan hasil pretes dengan postes kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada kelas kontrol yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui adanya perbedaan hasil pretes dengan postes kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share).

3. Mengetahui adanya peningkatan yang lebih tinggi kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share) pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang belajar dengan menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Terutama dalam pengembangan proses belajar mengajar khususnya penggunaan model, metode maupun pendekatan dalam pembelajaran IPS dengan unsur kajiannya dalam konteks peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi sesuai dengan pelaksanaan kurikulum yang berlaku pada saat ini, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik serta sebagai masukan atau acuan bagi penelitian yang sejenis atau sifatnya lebih luas.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pendidik pada bidang studi IPS berupa penambahan perbendaharaan baik model, metode maupun pendekatan pembelajaran yang lebih variatif, salah satunya penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share) bagi peserta didik sekolah menengah pertama. Sedangkan bagi pemegang kebijakan, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi model maupun


(27)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode pembelajaran yang dapat digunakan sekolah untuk menambah wawasan, sehingga keterampilan pendidik dalam menggunakan dan mengaplikasikan model maupun metode pembelajaran bertambah khususnya pada jenjang pendidikan menengah pertama di lingkungan Kabupaten Bandung.


(28)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental research), karena data yang diperoleh berasal dari lingkungan yang telah ada. Menurut Gozhali (2008, hlm. 17) “peneliti akan menggunakan quasi experimental jika datanya berasal dari suatu lingkungan yang telah ada atau dari suatu kejadian yang timbul tanpa intervensi langsung si peneliti”.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas yaitu metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create and share) sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kreatif.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Pretest Postest Control Group Design (Arikunto, 2002). Desain ini dipilih dengan alasan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperkirakan memiliki kondisi yang sama dan kemampuan peserta didiknya serta subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi diterima apa adanya. Selain itu, pemilihan desain ini dengan pertimbangan bahwa kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya dan peserta didik telah mendaftar sesuai dengan aturan sekolah (kurikulum) yang ada, sehingga tidak lagi dilakukan pengelompokan secara acak. Rancangan quasi eksperiment ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

Eksperimen T1 X1 T2


(29)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber : Arikunto (2002)

Keterangan :

T1 = pretest untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta didik sebelum menggunakan Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah tipe SSCS pada pembelajaran IPS.

X 1 = kelompok eksperimen dengan perlakuan pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah tipe SSCS pada

pembelajaran IPS.

X 2 = kelompok kontrol dengan perlakuan pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Konvensional pada pembelajaran IPS. T2 = postes untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta didik

setelah menggunakan Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah tipe SSCS pada pembelajaran IPS.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah SMP Negeri 2 Soreang yang berada di wilayah Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi penelitian di SMP Negeri 2 Soreang dilakukan setelah peneliti melakukan studi awal penelitian di sekolah tersebut.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung sebanyak 80 orang

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik nonrandom sampling, yaitu mengambil kelompok kelas dari populasi secara tidak acak. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan bahwa populasi bersifat homogen. Subjek dalam penelitian ini diambil sebanyak dua kelas yaitu kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan VIII I sebagai kelas kontrol. Pemilihan kelas dilakukan secara tidak acak dari kelas VIII A-J karena berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru IPS bahwa ke-10 kelas tersebut mempunyai karateristik yang


(30)

54

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak berbeda (relatif homogen). Jumlah peserta didik dalam dua kelas tersebut seluruhnya berjumlah 80 orang yang terbagi ke dalam dua kelas yang relatif homogen dengan jumlah masing-masing peserta didik sebanyak 40 orang. Susunan sebaran sampel penelitian dijelaskan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Distribusi Sampel Penelitian Kelompok

Kelas

Jumlah Laki-laki

Jumlah Perempuan

Jumlah Total Eksperimen

Kontrol

19 19

26 26

45 45 Sumber : Data Siswa SMPN 2 Soreang Tahun Ajaran 2014-2015

C. Definisi Operasional

Variabel bebas pada penelitian ini yaitu pembelajaran dengan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) dan metodel pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

Agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam penafsiran maka perlu dijelaskan mengenai definisi dari variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Definisi operasional variabel yang dimaksud adalah:

1. Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS

Metode pembelajaran pemecahan masalah Tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) adalah metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) yang didesain untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif terhadap konsep ilmu. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Pizzini pada tahun 1988 yang diterapkan pada mata pelajaran sains (IPA). Selanjutnya Pizzini, Abel dan Shepardson (dalam Irwan , 2011, hlm. 55) menyempurnakan metode ini untuk pelajaran matematika. Metode SSCS (Search, Solve, Create and Share) ini mengacu kepada empat langkah penyelesaian masalah yang diawali dengan menyelidiki masalah (search), kedua merencanakan pemecahan masalah (solve), ketiga mengkontruksi pemecahan


(31)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah (create), dan keempat diakhiri dengan mengkomunikasikan penyelesaian yang diperolehnya (share). Berikut pemaparan dari tiap fase/tahapnya.

Tabel 3.3

Tahapan Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS yang dikembangkan Pizzini dan Shepardson (1991)

Fase/Tahap Langkah Penyelesaian masalah

1.Search Fase Search meliputi kegiatan penyelidikan awal tentang suatu masalah yang diberikan kepada mereka. Selama fase pencarian ini, peserta didik dapat meletakkan ide-ide mereka dalam sebuah daftar apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan sebagai hasil dari penyelidikan mereka secara mendalam terhadap masalah yang ada. Peserta didik juga dapat mempersempit daftar dan memilih satu pada dua pertanyaan guna penyelidikan lebih lanjut. Sejalan dengan pendapat Pizzini, Abel dan Shepardson sebelumnya, Awang dam Ramly (2008, hlm. 22) mengatakan bahwa fase Search dalam model pembelajaran ini menyangkut hal-hal seperti : memahami soal atau kondisi yang diberikan kepada peserta didik, yang meliputi apa yang diketahui, apa yang ditanyakan atau apa kira-kira soal yang akan dibuat dari kondisi yang ada. Pada fase ini, peserta didik melakukan observasi dan investigasi terhadap kondisi tersebut, membuat pertanyaan-pertanyaan kecil, serta menganalisis informasi yang ada sehingga terbentuk kesimpulan ide.

2. Solve Pada fase ini, peserta didik menghasilkan dan melaksanakan rencana untuk mencari solusi dari soal yang ada atau membuat soal sendiri, mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif, membentuk hipotesis yang dalam hal ini berupa dugaan jawaban, memilih metode untuk memecahkan masalah, mengumpulkan data dan menganalisis, serta menyelesaikannya (Pizzini, 1991, hlm. 8)

3.Create Pada fase ini, peserta didik menciptakan produk yang berupa solusi masalah berdasarkan dugaan yang telah dipilih pada fase sebelumnya. Pada tahap ini peserta didik menguji dugaan yang dibuat apakah benar atau salah. Disamping itu, peserta didik menampilkan hasil sekreatif mungkin dan jika perlu peserta didik dapat menggunakan grafik, poster atau model (Pizzini, Abel dan Shepardson, 1988).

4.Share Fase ini merupakan fase terakhir dari model pembelajaranini. Pada fase Share peserta didik berkomunikasi dengan guru dan teman sekelompok atas temuan, solusi atau kesimpulan yang mereka peroleh. Peserta didik dapat menggunakan media rekaman, video, poster, laporan, dan media lainnya (Pizzini, Abel, dan Shepardson, 1988). Pada fase ini peserta didik dapat saling membagi ide, cara penyelesaian dan sebagainya, guna


(32)

56

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menambah pemahaman peserta didik sendiri. Sejalan dengan pendapat Pizzini dkk di atas, Awang dan Ramly (2008, hlm. 22) menambahkan bahwa pada fase ini peserta didik mengartikulasikan pemikiran mereka, menerima umpan balik dan mengevaluasi solusi. Dengan adanya diskusi ini, peserta didik akan menguji hasil temuan serta mengembangkan

Fase/Tahap Langkah Penyelesaian masalah

argumennya dalam membuktikan suatu pernyataan. Pertanyaan-pertanyaan seperti : Apakah anda selalu bekerja seperti ini?, Adakah cara lain untuk membuktikannya?, Apakan anda sudah puas dengan pekerjaan anda ini?, dan sebagainya akan timbul pada fase ini.

Sumber : Awang dan Ramly (2008) 2. Metode Pembelajaran Konvensional

Metode pembelajaran konvensional yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah umumnya, yaitu didominasi oleh metode ceramah saat menyajikan materi ketenagakerjaan (permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya), tanya jawab dan diskusi dimana pendidik cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi peserta didik dan mereka cenderung pasif dalam menerima pelajaran., serta menjawab semua permasalahan yang diajukan peserta didik.

3. Kemampuan Berpikir Kreatif

Torrance (2002, hlm. 42) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai „the process of forming ideas or hypotheses, testing them, and comunicating the results “. Berdasarkan definisi tersebut bahwa dalam proses berpikir kreatif selalu melalui tahapan mendesain atau merencanakan suatu ide dan gagasan, kemudian menguji ide dan gagasan tersebut sampai pada tahapan mengkomunikasikan hasil pengujian gagasan dan ide tersebut. Guilford dan Torrance (dalam Filsaime, 2008, hlm. 21) menentukan empat karateristik berpikir kreatif sebagai berikut:

1) Keterampilan berpikir lancar (fluency), 2) Keterampilan berpikir luwes (flexibility), 3) Keterampilan berpikir orisinil (originality),


(33)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4) Keterampilan memperinci (elaboration).

D. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (1998) “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis”. “Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen teknik tes”. Arikunto (1998) menjelaskan bahwa “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bekal yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian digunakan alat tes berupa soal uraian terbuka untuk kemampuan berpikir kreatif. Tes ini diberikan pada tes awal (pretest) yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan dan tes akhir (postest) setelah perlakuan. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin mengamati sejauh mana perbedaan hasil belajar tersebut terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan pada kelas eksperimen. Pretest dilaksanakan untuk mengukur kemampuan awal peserta didik, sementara postest dilakukan setelah perlakuan pada kelas eksperimen.

Berikut pedoman penskoran untuk kemampuan berpikir kreatif yang dimodifikasi oleh Bosch (dalam Irwan, 2011, hlm. 28) dimana pemberian skor untuk masing-masing aspek tersebut diadaptasi antara 0 sampai 4. Pedoman pemberian skor untuk masing-masing kriteria berpikir kreatif secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif


(34)

58

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Elaborasi

(elaboration)

Memberi jawaban yang benar dan terinci Terdapat kesalahan dalam jawaban tapi disertai perincian yang lengkap

Terdapat kesalahan dalam jawaban tapi disertai perincian yang kurang lengkap

Terdapat kesalahan dalam jawaban dan tidak disertai perincian

4 3

2

1 Kelancaran

(fluency)

Memberi lebih dari satu ide yang relevan dan penyelesainnya benar dan jelas

Memberikan lebih dari satu ide yang relevan tetapi penyelesaiannya belum lengkap/selesai Memberikan sebuah ide yang relevan tapi penyelesaiannya salah

4

3

2

Aspek yang diukur Respon Peserta Didik Skor

Memberikan sebuah ide yang tidak relevan dengan pemecahannya yang salah

1 Keluwesan

(flexibility)

Memberikan jawaban lebih dari satu cara, proses perhitungan dan hasilnya benar

Memberikan jawaban lebih dari satu cara tapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan

Memberikan jawaban dengan satu cara, proses penghitungan dan hasilnya benar Memberikan jawaban hanya satu cara tetapi ada proses perhitungannya ada yang salah

4

3

2

1 Keaslian

(originality)

Memberi jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan dan hasilnya benar

Memberi jawaban dengan caranya sendiri tetapi terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah

Memberi jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan sudah terarah tetapi tidak selesai

Memberi jawaban dengan caranya sendiri tetapi tidak dapat dipahami

4

3

2

1


(35)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya sebagai pendukung dalam penelitian ini digunakan pula skala tanggapan yang disusun untuk mengetahui sejauh mana peserta didik dan guru memberikan tanggapannya terhadap metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create and share) yang digunakan pada kelas eksperimen diawali dengan pembuatan kisi-kisi yang selanjutnya dibuat menjadi butir-butir pernyataan dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

E. Uji Coba Instrumen

Suatu tes mempunyai ciri yang baik apabila alat pengukur tersebut memenuhi persyaratan tes, yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis (Arikunto, 2003). Selain itu, suatu soal dikatakan baik apabila mempunyai taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal yang baik (Arikunto, 2003).

Maka dari itu instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data pada subjek penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba pada kelas yang bukan subjek penelitian, kemudian dilakukan analisis data meliputi daya pembeda, tingkat kesukaran, reliabilitas, dan validitas butir soal. Butir soal tersebut dianalisis menggunakan program anates versi 4,0 untuk program uraian. Uji coba ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan instrumen tersebut untuk digunakan pada penelitian.

1. Validitas

Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes untuk mengukur suatu konsep tertentu (Arikunto, 2010). Alat ukur yang baik harus memiliki kesahihan yang baik. Menurut Kusnendi (2008) “Valid artimya secara empiris masing-masing indikator tepat mengukur variabel yang di ukur”. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. “Tinggi rendahnya validitas instrumen


(36)

60

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud” (Fathurokhman, 2014, hlm. 46).

Berdasarkan hasil uji coba soal terhadap validitas soal (Lampiran B1), maka validasi 10 soal kemampuan berpikir kreatif peserta didik hasilnya dapat di lihat pada Tabel 3.5.

2. Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran ini dimaksudkan untuk mengetahui sukar atau mudahnya soal yang digunakan. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran uji coba 10 soal kemampuan berpikir kreatif peserta didik (Lampiran B2) hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.5.

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal ini dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.(Arikunto, 2003). Berdasarkan hasil analisis daya pembeda 10 soal kemampuan berpikir kreatif peserta didik (Lampiran B3) hasilnya dapat di lihat pada Tabel 3.5.

4. Reliabilitas

Untuk memperoleh data yang dapat dipercaya, instrumen penelitian yang digunakan harus reliabel. Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik (Arikunto, 2003).Dari hasil uji coba instrumen soal uraian diperoleh data hasil perhitungan reliabilitas soal untuk kemampuan berpikir kreatif yaitu sebesar 0,79 (katagori tinggi) dapat dilihat pada (Lampiran B3). Dari hasil pengolahan uji coba 10 soal uraian kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Rekapitulasi Analisis Soal Uraian Kemampuan Berpikir Kreatif

No. Validitas Taraf

Kesukaran

Daya Pembeda

Reliabilitas Keputusan

1. Tidak

Signifikan

Sedang Cukup 0,79

(Kategori Tinggi)

Tidak Dipakai

2. Tidak

Signifikan

Sedang Cukup Tidak


(37)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Sangat

Signifikan

Sedang Baik Dipakai

4. Tidak

Signifikan

Sukar Jelek Tidak

Dipakai

5. Signifikan Sedang Cukup Dipakai

6 Tidak Sgnifikan Sedang Jelek Tidak

Dipakai

7. Tidak

Signifikan

Sedang Cukup Tidak

Dipakai

8. Signifikan Sedang Baik Dipakai

9. Signifikan Sedang Baik Dipakai

10. Tidak

Signifikan

Sukar Jelek Tidak

Dipakai Sumber : Hasil Uji Anava (Lampiran B1-B4)

Berdasarkan hasil analisis dari sepuluh butir soal uji coba instrumen kemampuan berpikir kreatif, maka peneliti menentukan sebanyak empat soal uraian kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari indikator kemampuan berpikir keaslian (orisionality) (soal no. 3), kemampuan berpikir keluwesan (fleksibelity) (soal no.5), kemampuan berpikir memperinci (elaboration) (soal no.8), dan kemampuan berpikir kelancaran (fluency) (soal no.9) yang digunakan peneliti sebagai alat untuk mengambil data dan terlebih dahulu melakukan revisi dengan bimbingan dosen pembimbing sebelum akhirnya digunakan untuk mengambil data pada subjek penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data kemampuan berpikir kreatif peserta didik dijaring dengan menggunakan soal uraian sebanyak empat butir soal yang mewakili indikator-indikatornya. Sementara tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share) dijaring juga dengan menggunakan instrumen skala tanggapan siswa dan guru, yang masing-masing secara berurutan terdiri dari 15 pernyataan terbuka tentang tanggapan peserta didik dan 18 pernyataan terbuka tentang tanggapan pendidik. Penilaiannya menggunakan Skala Likert Sangat Setuju (ST), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).


(38)

62

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Prosedur, Alur, dan Skenario Pembelajaran 1. Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam 5 pertemuan pada semeter genap tahun pelajaran 2014-2015. Setiap pertemuan menggunakan 2 X 45 menit. Adapun rancangan perlakuan penelitian ini yaitu memberikan perlakuan (treatment) kepada kelas eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share), sedangkan untuk kelas kontrol tidak diberikan perlakuan dengan metode baru melainkan dengan metode pembelajaran sebagaimana pendidik biasa mengajar di dalam kelas tersebut. Pretes dilakukan pada waktu sebelum pembelajaran berlangsung, sementara postes dilakukan pada saat pembelajaran telah selesai.

Penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Mengadakan pra penelitian untuk penjajagan awal menyangkut perijinan, keadaan sekolah, gambaran kreativitas peserta didik terutama tingkat berpikir kreatif siswa, dan diskusi dengan guru-guru IPS untuk penerapan metode pembelajaran yang akan digunakan pada kelas eksperimen.

2. Melakukan studi dokumentasi serta penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan cara diundi.

3. Melaksanakan uji coba instrumen yang kemudian instrumen tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui apakah alat instrumen tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur atau tidak.

4. Mensosialisasikan kepada pendidik mata pelajaran IPS mengenai metode pembelajaran yang ditawarkan baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

5. Memberikan tes awal (pretest) kepada peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengukur kemampuan awal mereka dengan menggunakan instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

6. Melaksanakan pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pembelajaran dilakukan oleh pendidik IPS kelas VIII pada SMP Negeri 2 Soreang dan peneliti sendiri bertindak sebagai observer ketika pendidik mengaplikasikan metode yang ditawarkan oleh peneliti kepada kelas


(39)

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang telah ditetapkan sekolah, sehingga tidak mengganggu suasana pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

7. Mengambil data-data yang diperlukan sebagai tambahan berupa dokumentasi ketika pembelajaran berlangsung baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

8. Memberikan tes akhir (posttest) kepada peserta didik baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

9. Mengolah data hasil penelitian di lapangan.

2. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian


(40)

64

Yati Suryati, 2015

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK

Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Skenario Pembelajaran

a. Skenario Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Persiapan Penelitian

Masalah

Studi Lapangan Studi Kepustakaan

Kelas Kontrol Penyusunan Instrumen

Kelas Eksperim

en Uji Coba Butir Soal

Hasil Revisi Butir Soal

Penentuan Subjek Penelitian

Pretes

Penyusunan Laporan Treatment Eksperimen: Metode

Pemecahan Masalah Tipe SSCS

Konttol:Metode Konvensional

Analisi Data Postes


(1)

Djamarah, Syaiful B dan Zain, Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Fathurokhman, Hadi. (2014). Pengaruh Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Berdasarkan Kemampuan Awal Peserta Didik Dalam Pembelajaran Ekonomi: Tesis Pada SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Fathurrohman, Pupuh & M. Sobry Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman KonsepUmum dan Islami .Bandung: Rafika Aditama. Filsaime, Dennis K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif.

Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.

Gagne, Robert M (Munandar. Penerjemah) (1992). Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. Jakarta. Depdikbud Dirjen Dikti.

Ghozhali, Imam (2008), Desain Penelitian Eksperimental. Semarang: Undip

Ginting, Abdurrahman. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Hamalik, O. (1992). Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mandar Maju.

Handani, S.S. (2012). Pengaruh Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah Tipe SSCS Terhadap Perilaku Kreatif Peserta Didik: Tesis pada SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Irwan. (2011) Peningkatan Kemampuan penalaran Matematis dan Berpikir Kreatif Maha Peserta Didik Melalui Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create and Share. Bandung: SPs UPI.

Jauhar, M. (2011), Implementasi PAIKEM, Jakarta, Prestasi Pustakaraya.

Jarolimek, J., & Parker, W. C. (1993). Social Studies in Elementary School. (9th ed.) New York: Macmillan Publishing Company.

Joyce, B, Weil, Marsha. (1972). Models of teaching. Prentice Hall, Inc.

Joyce, B. (2009). Model-model Pengajaran. Yogyakarta : Pustaka Belajar.


(2)

Maryani, E. (2011). “Kearifan Lokal sebagai Sumber Pembelajaran IPS dan Keunggulan Karakter Bangsa”. Dalam Suryadi, K., & Malihah, E., (ed.). Prosiding Konvensi Nasional Pendidikan IPS ke-1 Peranan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Pendidikan IPS untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI.

Mulyono , Tj. (1980). Pengertian dan Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Departemen P dan K, P3G.

Munandar, S.C.U. (1985) Mengembangjan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Guru dan Orangtua. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

--- , S.C.U. (1999). Mengembangjan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Guru dan Orangtua. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, S.C.U. (2002). Kreativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkaan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ormord, J.E. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Pizzini, E.L. (1991). SSCS Implementation Handbook Useful Problem Solving. Iowa City: The Univercity of Iowa.

Poerwadarminta W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Polya, G. (1973). How to Solve It. Princeton. New Jersey. Princeton Univercity Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 Thn 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BP Media Pustaka Mandiri.

Riswanti, Iis. (2013). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena Pada Materi Pencemaran air Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Tesis Pada SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.


(3)

Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabeta.

Sangidu. (2004). Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta:Unit Penerbitan Sastra Asia Barat UGM.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanusi, A. (1998).Pendidikan Alternatif. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sapriya.(2009) Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandung : PT Rosdakarya.

Sapriya. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung : Rosdakarya.

Saripudin, W. (1989). Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah, Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK Dirjen, Dikti, Depdikbud.

Semiawan. Conny, A.S. Munandar dan S.C.U. Munandar (1984). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah (Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua). Jakarta: PT. Gramedia

Semiawan, C. (2010). Kreativitas dan Keberbakatan: Mengapa, Apa dan Bagaimana. Jakarta : PT. Indeks.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Memperngaruhinya. Jakarta : Bina Aksara.

Somantri, M. Nu’man (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.

Starko, A.J. (2009). Creativity in the Classroom. London: Lawrence Erlbaum Associates.

Sudibyo, E. (2002). Beberapa model pengajaran dan Strategi Belajar dalam Pembelajaran Fisika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudrajat, A. (2009). Konsep pengembangan Bahan Ajar. Bandung: CV. Pustaka.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.


(4)

Sujana, N. (2002). Dasar-dasar Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: sinar Baru Algesindo.

Sujana, N. (2005). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Summaatmadja, Nursid. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung. Offset Alumni.

Sumaatmadja, N. (2007). Konsep Dasar IPS Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Supardan, Dadang. (2000). Kreativitas Guru Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Deskriptif-Analitis Terhadap Guru dan Implikasinya untuk Program Pengembangan Kreativitas Guru Sejarah Sekolah Menengah Umum di Kotamadya Bandung). Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan, dan Pengembangan: IPTEK. Bandung: Depdikbud – PT Alfabeta.

Supriadi, D. , (1997). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Torrance, E.P. (2002). The Manifesto:A Guide To Developing A Creative Career. Westport: Ablex Publishing.

Trianto. (2007). Metoda-metoda Pembelajaran Inofatif yang berorientasi Konstruktif, Jakarta, Tim Prestasi Pustaka.

Waney, M. H. (1989). Wawasan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

SUMBER INTERNET

Alexander, K.D. (2007). Effect of Instruction in Creative Problem Solving on Cognition, Creativity and Statisfaction among Ninth Grade Students in An Intruduction to World Agricultural Science and Tehnology Course. Disertation. The Graduate Faculty of Texas Teach Univrsity. [Online]. Tersedia : http://www.scirus.com [26 November 2014].

Awang, H dan Ramli. (2008). Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the


(5)

Enggineering Classroom. International Journal of Social, Management, Economics and Business Engineering Vol:2 No:4, 2008 International Science Index Vol:2, No:4, 2008 waset.org/Publication/15369 [Online]. Tersedia di : www.waset.org/journal/ijhss/v3/v3-1-3.pdf [ diakses 23 November 2014].

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Selatan : BSNP. (online). Tersedia: http://bsnp- indonesia.org/id/?page_id=103/ [24 November 2014].

Fenomena terkait masalah pembelajaran (Online) Tersedia di website

http://rintikilmu.blogspot.com/2013/09/kasus-fenomena-terkait-masalah-kualitas.html. [Diakses 22 November 2014]

Konsep-ips (Online) Tersedia di

http://ummah-ipsku.blogspot.com/2011/12/konsep- ips.html [diakses, 3 Desember 2014].

Perspektif IPS Menurut Beberapa Ahli (Online) Tersedian di website http://ummah-ipsku.blogspot.com/ 2011/12/konsep-ips.html [diakses, 23 November 2014]

Pizzini, E.L., dan Shepardson, D.P. (1990). A Comparison of the classroom dynamics of a problem – solving and traditional laboratory model of instruction using path analysis. Tersedia di website http:/adsabs.harvad.edu/abs/1992jrsCt..29...243 [20 November 2014].

Saptoto, R. (2008). Bagaimana Mengajari Siswa Agar Kreatif. [online]. Tersedia di website http://staff.ugm.ac.id/. [diakses,7 November 2014].

Tersedia di website https://hendraprijatna68.files.wordpress.com. [diakses, 3 Desember 2014].

Tersedia di website http://www.socialstudies.org/standards/execsummary [diakses, 3 Desember 2014].

Tersedia di website http://www.statistikian.com/2013/01/saphiro-wilk.html. [Akses tanggal 10 Maret 2015.]

Yasa, D.(2008). Pembelajaran Konvensional. (Online) Tersedia di website http://ipotes.wordpress.com/ 2008/05/14/ pembelajaran-konvensional.html. [diakses, 11 Januari 2015].


(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Sscs (Search, Solve, Create And Share) Untuk Meningkatkan Disposisi Matematik Siswa

21 139 156

Pengaruh model pmbelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

3 13 162

Pengaruh model search, solve, create and share terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis

1 18 214

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) BERBANTUAN KARTU MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VIII

0 40 387

Penerapan Model Pemecahan Masalah Matematis Tipe Search, Solve, Create and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Dasar.

1 2 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP : Penelitian Kuasi Eksperimen di salah satu SMP Negeri di Lembang.

0 2 40

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH TIPE SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI.

0 4 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA.

0 0 44

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung.

0 2 47

Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Topik Cahaya.

4 12 41