Studi Deskriptif Terhadap Motivasi Agresi Pada Suporter Klub Sepak Bola Persib Bandung Distrik "X" di Kota Bandung.

(1)

Universitas Kristen Maranatha kuesioner.

Motivasi agresi terdiri atas dua aspek yaitu motivasi agresi instrumental dan motivasi agresi emosional. Sedangkan faktor-faktor yang menunjang motivasi agresi antara lain frustrasi dan perasaan negatif, lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Motivasi Agresi yang disusun berdasarkan teori dari Leonard Berkowitz (1995). Kuesioner motivasi agresi ini terdiri atas 20 item motivasi agresi instrumental dan 20 item motivasi agresi emosional. Kemudian peneliti sendiri melakukan try out kuesioner kepada anggota supporter Persib Bandung distrik “X” sebanyak 40 orang. Validitas item-item motivasi agresi instrumental berkisar antara 0.378 sampai 0.752. Sedangkan validitas motivasi agresi emosional berkisar antara 0.330 sampai 0,812. Hal tersebut menunjukkan bahwa item-item tersebut layak digunakan. Reliabilitas dari item-item tersebut adalah 0.9. Hal tersebut menunjukkan bahwa item-item tersebut memiliki reliabilitas yang tergolong tinggi.

Hasil penelitian ini menunukkan bahwa sebesar 71% anggota dari supporter Persib Bandung distrik “X” memiliki motivasi agresi yang rendah, sedangkan 21% dari anggota supporter tersebut memilki motivasi agresi yang tinggi. Secara umum, supporter Persib Bandung distrik “X” memilki frekuensi yang cukup rendah untuk melakukan tindakan-tindakan kekerasan baik yang dilakukan dengan cara fisik maupun verbal.

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah agar melakukan penelitian mengenai hubungan antara motivasi agresi dan faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya tindakan agresi.


(2)

iv Universitas Kristen Maranatha LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI……… iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Identifikasi Masalah……….. 12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………. 12

1.4 Kegunaan Penelitian……….. 13

1.5 Kerangka Pikir………... 14

1.6 Asumsi………... 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi………... 24


(3)

v Universitas Kristen Maranatha

2.2.3 Aspek Motivasi Agresi………..……… 28

2.2.3.1 Aspek Instrumental……… 28

2.2.3.2 Aspek Emosional………... 29

2.2.4 Bentuk-bentuk Motivasi Agresi……… 29

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Agresi………… 30

2.2.5.1 Frustrasi dan Perasaan Negatif……….. 30

2.2.5.2 Lingkungan sekitar……….31

2.2.5.3 Pengaruh keluarga……….. 32

2.3 Perkembangan Emosional Dewasa Awal………... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian……….. 37

3.2 Bagan Rancangan Penelitian………37


(4)

vi Universitas Kristen Maranatha

3.4 Alat Ukur………. 39

3.4.1 Kuesioner Motivasi Agresi……….. 39

3.4.2 Data Pribadi dan data Penunjang……….. 40

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………. 42

3.4.3.1 Uji Validitas Alat Ukur………. 42

3.4.3.2 Uji Reliabilitas………... 44

3.5 Populasi Sasaran dan Penarikan Sampel……….. 45

3.5.1 Populasi Sasaran……… 45

3.5.2 Karakteristik Sampel………. 45

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel………. 45

3.6 Teknik Analisi Data……….……… 46


(5)

vii Universitas Kristen Maranatha

4.2 Gambaran Hasil Penelitian………. 48

4.3 Tabel Motivasi Agresi Instrumental dan Emosional……… 48

4.4 Faktor-faktor yang Menunjang……….. 49

4.5 Pembahasan ……….. 50 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 57

5.2 Saran .……….. 58

5.2.1 Saran Bagi Penelitian Lanjutan ……….. 58

5.2.2 Saran Guna Laksana ……… 58

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN


(6)

viii Universitas Kristen Maranatha

4.1 Tabel Gambaran Usia………..……….….47

4.2 Tabel Gambaran Hasil Responden... 48

4.3 Tabel Agresi Instrumental dan Emosional ………..……….48


(7)

(8)

x Universitas Kristen Maranatha

Skor Kuesioner Motivasi Agresi………. L3

Skor Data Penunjang………...… L4


(9)

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Tidak dipungkiri lagi bahwa sepak bola merupakan salah satu olah raga yang di gemari dan popular bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Hal ini dapat dilihat dari banyak berkembangnya klub sepak bola dan banyaknya jumlah supporter sepak bola di suatu klub, tumbuhnya industri yang berhubungan dengan sepak bola, berita seputar sepak bola selalu menghiasi media massa dan sebagainya. Bahkan saat ini sepak bola sudah menjadi budaya massa yang tidak dibatasi oleh golongan. Setiap orang dapat bermain sepak bola karena olah raga ini tidak mengenal usia, jenis kelamin, maupun status sosial ekonomi. Bukan hanya dilapangan sepak bola, digang-gang kecil, dilokasi bangunan yang belum jadi pun sering terlihat anak-anak bermain bola.

Sepak bola saat ini seperti telah menghipnotis para penggemarnya. Tidak sedikit orang yang mau mengeluarkan uang dan meluangkan waktunya untuk pergi ke stadion hanya untuk menyaksikan permainan ini. Menonton TV semalaman hanya untuk menyaksikan tim kesayangannya bermain. Bahkan penggemar sepak bola dari suatu klub atau supporter rela untuk berdesak-desakkan hanya untuk mendapatkan tiket pertandingan. Merekapun tidak ragu


(10)

Universitas Kristen Maranatha untuk turun ke jalan dan menggunakan kendaraannya demi mengawal tim pujaan mereka.

Di negara-negara dengan sepak bola yang kuat (Amerika Latin), keadaanya lebih bergairah. Melihat kefanatikan penggilanya dan rambahan pengaruhnya, tak heran jika sejumlah orang mengatakan sepak bola sebagai sebuah agama dengan nabi atau dewa bernama Pele dan Maradona. Bahkan di Argentina ada Iglesia Maradoniana (Gereja Maradona), sebuah agama parodi yang mendewakan si kuntet yang jago gocek itu. Pengikutnya cukup banyak, sekitar 15 ribu orang (The Land Of Hooligan, 2009)

Di Inggris, yang konon menjadi tempat lahirnya sepak bola, ada makanan tradisional sepak bola yang hanya dapat dipesan dari bangku tribun stadion saat pertandingan berlangsung. Stik, pai lonjong, dan Bovril (ekstrak sapi) adalah makanan khas itu. Sedang di Brazil ada sanduiche de calabresa (roti impit paparoni) yang dapat dibeli di sekitar stadion setelah pertandingan. Sepak bola juga membuat sejumah musisi internasional menelurkan karya, juga para sineas (mulai dari Bend it Like Beckham hingga Goal!). Di sejumlah negara, sepak bola juga punya koran harian dan kanal televisi khusus. Semuanya itu tentu untuk menampung gairah pada penonton. (The Land Of Hooligan, 2009)

Sepak bola memang telah mempertemukan manusia dari pelbagai penjuru dunia. Olah raga ini menjadi media egaliter dan pemersatu bagi manusia.


(11)

Liga-Universitas Kristen Maranatha liga sepak bola lebih sukses dibandingkan serangkaian konferensi yang dilakukan untuk menyatukan seluruh umat beragama di dunia. Tidak ada lagi sekat etnis, suku, agama, maupun warna kulit dalam permainan sepak bola. (The Land of Hooligan, 2009).

Sepak bola di Indonesia pun tidak kalah ramainya dibandingkan dengan dengan sepak bola di Eropa maupun di Amerika Latin, meskipun prestasinya sangat jauh berbeda. Animo masyarakat Indonesia tentang sepak bola sangat besar. Banyaknya klub dan sekolah sepak bola yang berdiri dan supporter yang fanatik di negeri ini adalah salah satu bukti bahwa sepak bola merupakan olah raga paling populer.

Tetapi sepak bola tidak selalu berdampak positif bagi penggemarnya. Salah satu fenomena yang sering terjadi didalam dunia sepak bola adalah terjadi kerusuhan antar supporter sepak bola. Fanatisme yang berlebihan yang dimiliki oleh supporter membuat mereka melakukan apa saja demi kepentingan timnya. Dengan sikap fanatisme itu, mereka rela berbuat kekerasan (agresi) untuk membela timnya atau sekedar melampiaskan kekesalan yang diterima akibat kekalahan timnya. (www.kr.co.id)

Seringnya terjadi perbuatan saling menghina dan tawuran bahkan sampai menimbulkan korban jiwa antar supporter klub sepak bola merupakan suatu hal yang menjadi pemandangan setiap kali menonton pertandingan sepak bola


(12)

Universitas Kristen Maranatha dilapangan. Menurut Berkowitz (1995) istilah agresi selalu mengacu pada beberapa jenis (perilaku baik secara fisik maupun simbolis) yang dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti seseorang. Sedangkan Brighan (1991) menyatakan bahwa agresi pada dasarnya merupakan perilaku yang bertujuan melukai secara fisik ataupun psikis terhadap seseorang. Dari pengertian tersebut, Suryanto dan Ancok (1997) merumuskan bahwa agresi penonton sepak bola diartikan sebagai tindakan penonton sepak bola untuk melukai baik fisik maupun psikis subjek lain yang berada pada situasi pertandingan sepak bola.

Sepak bola di tanah air memang lebih sering menimbulkan kerusuhan dibandingkan kebanggaan prestasi. Selain rendahnya disiplin, lemahnya wibawa, tiadanya jera, tingginya emosi, banyaknya kontak, juga jenisnya supporter, pasti akan saling berinteraksi dan berdampak buruk. Semua faktor tersebut akan meningkatkan risiko kerusuhan, apalagi dalam sepakbola juga telah dan akan terus terjadi arogansi mayoritas yang mereduksi sportivitas. Disiplin pengurus, pemain dan supporter yang rendah, akan menyebabkan terjadinya tindakan brutal, inkonsistensi aturan. Wibawa wasit di lapangan dan komite disiplin di forum organisasi yang lemah berpotensi menimbulkan penentangan dan pengabaian keputusan. Emosi yang tinggi dan mudah terpicu adalah ciri gelora anak muda yang belum matang jiwa. Banyaknya kontak fisik antar pemain, antar supporter dan antar keduanya adalah potensi lain terjadinya kerusuhan dalam sepakbola, meski juga harus diakui merupakan daya tarik lain dari sepakbola itu sendiri.


(13)

Universitas Kristen Maranatha Jenis supporter tertentu memang akan lebih mudah tersulut anarki, terutama yang berusia belasan, datang bergerombol, siswa yang kurang pintar di sekolah atau bahkan pengangguran. Aparat polisi di lapangan yang belia, tamtama dan hiper-reaktif, juga merupakan ujung tombak petugas keamanan yang tidak selamanya terkendali baik. (http://www.kr.co.id)

Salah satu faktor yang bisa memicu terjadinya tawuran antar supporter sepak bola adalah rasa frustrasi karena tim yang didukungnya kalah dari suatu pertandingan. Banyak klub sepak bola di Indonesia dengan kelompok supporter yang sangat fanatik membela tim kesayangannya diantaranya Persib Bandung (Viking), PSM Makassar (Maczman), Persebaya Surabaya (Bonek Mania), Persija Jakarta (The Jakmania), Arema Indonesia (Aremania) dan lain-lain.

Berdasarkan data dari harian “kompas.com”, sejak akhir Januari hingga pertengahan Maret 2010 tercatat sejumlah kerusuhan yang melibatkan pendukung Persija Jakarta, ”Jakmania”. Sabtu malam, tanggal 30 Januari 2010, sekelompok pendukung Persija Jakarta di Jalan TB Simatupang melempari mobil dengan batu. Sebelumnya, tawuran Jakmania dengan pendukung Persijap Jepara di Bundaran Pondok Indah. Malam itu juga terjadi tawuran antar-Jakmania di Bundaran Jalan Arteri Pondok Indah. Lalu, 3 Februari 2010 sekitar 20 pendukung Persija Jakarta merusak angkutan umum 06A di Jalan DI Panjaitan. (http://cetak.kompas.com/)


(14)

Universitas Kristen Maranatha Pada tanggal 19 Februari 2010, tawuran menggunakan benda tumpul dan lemparan batu terjadi antar sesama Jakmania (supporter klub Persija Jakarta). Pada 16 Maret 2010 kepolisian mengamankan sebanyak 38 Jakmania dengan barang bukti senjata tajam dan narkoba saat akan menyaksikan tim kesayangannya bertanding di Gelora Bung Karno. Di situ kerusuhan juga terjadi. Ratusan Jakmania terlibat tawuran dengan polisi. Di kawasan Jatinegara, Jakarta timur, terjadi bentrokan sesama Jakmania. Aksi tawuran yang melibatkan pendukung Persija juga terjadi di depan Kantor Wali Kota Jakarta Utara. (http://cetak.kompas.com). Selain itu, pada tanggal 4 September 2006 pendukung Persebaya Surabaya (Bonek Mania), beraksi pada pertandingan Copa Dji Sam Soe antara Persebaya dan Arema di Stadion Gelora 10 Nopember, Surabaya, menghancurkan kaca-kaca di dalam stadion, juga membakar sejumlah mobil. Pada akhir Januari 2010, Bonek Mania beraksi lagi ketika mendukung tim pujaan mereka bertanding melawan Persib di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung. (http://cetak.kompas.com/)

Catatan lain, kerusuhan yang dilakukan suporter Persib Bandung, ”Viking”, di Stadion Siliwangi, Bandung, Minggu, 20 Juli 2008, saat Persib bertanding melawan Persija. Setelah pertandingan, tindak kekerasan meluas, sejumlah pendukung Persib memukuli dan merusak mobil-mobil bernomor kendaraan Jakarta. (http://cetak.kompas.com/)


(15)

Universitas Kristen Maranatha Pada tanggal 23 Oktober 2010 setelah Persib Bandung kalah dari PSM Makassar, terjadi keributan di tribun sebelah selatan stadiun Siliwangi. Pada kejadian itu dua orang penonton terluka. (Hileud.com). Pada tanggal 23 Januari 2011, berlangsung pertandingan antara Persib melawan Arema, para supporter Persib Bandung mengamuk karena menganggap keputusan wasit yang tidak adil sehingga mereka melemparkan kembang api kearah lapangan dan berusaha masuk kedalam lapangan. (Liputan6.com)

Berdasarkan wawancara dengan ketua supporter Viking distrik “X”, diantara klub sepak bola di Indonesia, klub Persib Bandung adalah adalah salah satu klub sepak bola yang mempunyai kelompok supporter terbesar dan paling loyal di Indonesia. Salah satu komunitas pendukung garis keras klub Persib Bandung yang paling terkenal adalah Viking dan telah berdiri sejak tahun 1993. Komunitas Viking ini tersebar tidak hanya di lokasi Jawa Barat tetapi juga diluar Jawa Barat. Anggota dari Viking ini selalu mengawal Persib setiap bertanding. Di Bandung sendiri, Viking memiliki banyak distrik agar lebih mudah dalam mengontrol anggota-anggotanya. Para anggotanya pun rela berkorban apapun demi membela klub ini. Mereka juga yang selalu datang ke stadion untuk mendukung kesebelasan Persib Bandung ini. Bahkan mereka tidak ragu-ragu melakukan kekerasan hanya untuk menjaga kehormatan Persib Bandung ini.


(16)

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan wawancara dengan ketua Viking distrik “X”, dikota Bandung terdapat banyak distrik Viking yang tersebar diberbagai pelosok. Salah satu dari distrik-distrik tersebut adalah Viking distrik “X”. Viking distrik “X” ini berdiri pada tahun 1998 dan mempunyai visi yaitu “kampusnya para bobotoh Persib”, hal ini dikarenakan semua anggotanya merupakan mahasiswa yang selalu mendukung Persib Bandung. Sedangkan misi mereka adalah “menjadi bobotoh sayap kiri intelek” yang berarti anggota Viking distrik “X” ini akan selalu membela Persib Bandung tanpa dengan melakukan kekerasan.

Mereka berani mengkritik kebijakan Persib Bandung atau apapun yang mereka nilai merugikan tim Persib Bandung tanpa dengan cara-cara kekerasan. Misalnya apabila mereka melihat orang lain yang memakai atribut lawan dari Persib Bandung, maka mereka tidak akan melakukan kekerasan pada orang tersebut. Mereka hanya akan menjelaskan kepada orang tersebut bahwa tidak boleh memakai atribut tim sepak bola yang merupakan lawan Persib Bandung.

Namun berdasarkan wawancara dengan beberapa anggota Viking distrik “X” ini bahwa mereka pernah melakukan pemukulan kepada mahasiswa yang menggunakan atribut lawan Persib Bandung. Viking distrik ini juga mempunyai semboyan “struggle together stand as brother” yang menunjukkan persatuan yang kuat diantara para anggotanya. Mereka akan selalu duduk bersama-sama sewaktu menonton Persib bermain. Mereka juga rela melakukan perjalanan jauh


(17)

Universitas Kristen Maranatha untuk memberikan dukungannya apabila Persib Bandung melakukan pertandingan diluar kota Bandung. Pada saat menonton pertandingan tidak jarang mereka mengeluarkan kata-kata makian yang ditujukan baik pada wasit, tim lawan dan supporter lawan. Mulai dari menyanyikan lagu-lagu yang menyemangati pemain Persib Bandung sampai dengan nyanyian yang menyindir lawan dari Persib Bandung. Kaos yang mereka gunakan pun selalu bertuliskan kata-kata yang menggambarkan bahwa mereka berasal dari Viking distrik “X” ini.

Dari wawancara yang dilakukan pada 10 orang anggota Viking distrik “X” seluruhnya mengatakan bahwa dengan menonton Persib Bandung bermain maka mereka dapat mengekspersikan emosi yang dirasakan baik berupa kemarahan, kekecewaan, maupun rasa senang. Mereka dapat melampiaskan kemarahan kepada pemain lawan, supporter lawan, wasit maupun aparat keamanan.

Sebanyak 40% dari anggota yang di wawancarai, mereka telah menjadi anggota dari Viking sejak SMA sedangkan 60% masuk menjadi anggota Viking sejak masuk ke Universitas. Mereka menjadi anggota dari Viking mempunyai berbagai macam alasan untuk bergabung menjadi anggota. Sebanyak 20% merasa dirinya sebagai orang asli suku Sunda merupakan hal wajib mendukung Persib Bandung. Sebanyak 70% menjadi anggota dari Viking agar lebih mudah mendapatkan tiket pertandingan dan membentuk solidaritas antara sesama pendukung Persib Bandung. Sedangkan 10% mengatakan menjadi anggota


(18)

Universitas Kristen Maranatha Viking untuk menyalurkan sifat agresinya yaitu dengan melakukan kekerasan fisik pada supporter lawan.

Sebanyak 100% dari anggota yang diwawancarai merasa Persib Bandung adalah harga dirinya, oleh karena itu mereka selalu datang untuk mendukung Persib bermain. Menghina Persib sama saja dengan menghina harga diri anggota Viking.

Sebanyak 100% dari anggota yang diwawancarai akan melakukan agresi verbal seperti menggertak supporter dan pemain lawan, menghina aparat keamanan, menghina wasit dan sebagainya. Sedangkan untuk agresi fisik, sebanyak 70% dari anggota yang diwawancarai sering terlibat tawuran dan bentrokan fisik dengan supporter lawan. Hal itu dilakukan selain untuk menunjukkan loyalitas dan totalitas dalam mendukung Persib, juga untuk memperlihatkan pada supporter lawan bahwa Viking adalah suporter yang besar dan kuat. Sedangkan sebanyak 30% tidak pernah melakukan kekerasan fisik.

Sebanyak 70% dari anggota yang diwawancarai mengatakan kekalahan Persib dapat membuat mereka melakukan agresi baik secara fisik maupun verbal. Agresi itu dapat di tujukan pada lawan ataupun pemain Persib sendiri. Sedangkan sebanyak 30% dapat menerima kekalahan dengan sportif asalkan Persib bermain baik.


(19)

Universitas Kristen Maranatha Sebanyak 90% akan terpancing untuk melakukan agresi apabila supporter lawan yang memulai. Mereka menunggu sampai supporter lawan yang menghina klub Persib Bandung ini. Apabila supporter lawan telah memulai memancing maka anggota ini pun akan membalas baik secara agresi fisik maupun verbal. Sedangkan 10% tidak akan membalas supporter lawan yang menghina Persib karena dia menganggap hal seperti itu merupakan hal yang wajar dalam sepak bola.

Sebanyak 70% dari anggota yang diwawancarai melakukan tindakan agresi karena meniru Hooligan atau pendukung sepak bola garis keras di Inggris sedangkan 30% tidak meniru perilaku Hooligan tersebut.

Berdasarkan wawancara maka dapat disimpulkan bahwa tiap anggota Viking memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan emosinya pada saat menonton pertandingan. Selain itu mereka memiliki derajat motivasi agresi yang berbeda-beda. Sebagian besar dari mereka melakukan tindakan agresi untuk menunjukkan loyalitas dan totalitas dalam mendukung Persib. Jadi, berdasarkan fenomena-fenomena dan wawancara tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai derajat motivasi agresi pada suporter klub Persib Bandung distrik “X” di kota Bandung.


(20)

Universitas Kristen Maranatha 1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti ingin mengetahui seperti apakah gambaran motivasi agresi pada supporter Persib Bandung distrik “X” di kota Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang motivasi agresi pada supporter sepak bola Persib Bandung distrik “X” yang berada di kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang tinggi rendahnya motivasi agresi emosional dan motivasi agresi instrumental serta gambaran tentang faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya motivasi agresi pada supporter sepak bola Persib Bandung distrik “X” di kota Bandung.


(21)

Universitas Kristen Maranatha 1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

- Sebagai masukan bagi Ilmu Psikologi khususnya Psikologi Sosial yang berhubungan dengan motivasi agresi pada supporter sepak bola

- Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan bagi peneliti lain yang ingin meneliti topik motivasi agresi

1.4.2 Kegunaan Praktis

- Dapat memberikan informasi bagi klub Persib Bandung untuk mengetahui gambaran motivasi agresi para suporternya.

- Memberikan informasi bagi masyarakat umum tentang faktor-faktor yang bisa menyebabkan kerusuhan antar supporter

- Memberikan informasi bagi para orang tua, dosen, serta pemerintah terkait, mengenai kecenderungan berperilaku agresi pada anggota Viking Distrik “X” saat menyaksikan pertandingan sepak bola.


(22)

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pikir

Supporter tidak dapat dipisahkan dari dunia sepak bola. Peran supporter sangat besar sehingga supporter tidak bisa dianggap “orang luar” dalam pengelolaan suatu klub sepak bola. Tanpa adanya dukungan dari supporter, maka klub sepak bola akan sulit untuk meraih prestasi. Kehadiran supporter akan memberikan semangat tersendiri bagi tim untuk menampilkan permainan terbaik. Selain itu dengan adanya supporter, maka akan memberikan keuntungan tersendiri dari sisi finansial sebuah klub sepak bola. Oleh karena itu supporter selalu menuntut agar tim pujaannya selalu menampilkan permainan terbaik.

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh para supporter sepak bola yang fanatik ketika mendukung tim pujaannya. Salah satunya adalah menyalurkan agresi. Hal itu dapat dilihat dari sikap suporter yang fanatik seperti seringnya terjadi tawuran antar supporter, saling menghina antar para supporter, menyerang wasit dan aparat keamanan, tindakan vandalisme. Hal itu dapat dikategorikan sebagai bentuk fanatisme dan loyalitas yang berlebihan supporter terhadap klub yang didukungnya. Beberapa perilaku tersebut merupakan manifestasi dari motivasi agresi mereka.

Salah satu supporter garis keras yang cukup terkenal dikalangan pecinta sepak bola dalam negeri adalah “Viking”, yaitu supporter fanatik dari klub sepak bola Persib Bandung. (www.aneheira.com). Suporter selalu datang untuk mendukung tim kesayangannya baik ketika tampil di kandang sendiri maupun ke kandang lawan.


(23)

Universitas Kristen Maranatha Mereka juga tidak segan-segan untuk melakukan tindakan agresi demi mendukung Persib Bandung. Contohnya yang terjadi pada tanggal 3 September 2010, anggota Viking terlibat tawuran dengan warga di Solo setelah Persib mengalami kekalahan (bandung.detik.com).

Selain itu masih banyak lagi perilaku agresi yang dilakukan oleh Viking sewaktu mendukung Persib Bandung bermain. Motivasi untuk melakukan tindakan itu juga beragam, seperti membalas tindakan agresi supporter lawan, menunjukan loyalitas kepada Persib Bandung, meruntuhkan nyali baik pemain maupun supporter lawan atau sekedar balas dendam. Anggota dari pendukung Persib atau Viking distrik “X” berada pada tahap perkembangan dewasa awal yaitu berusia diantara 20 sampai 30 tahun.

Masa dewasa awal disebut juga sebagai masa ketegangan emosional. Apabila orang berada di suatu wilayah baru, maka orang itu akan berusaha memahami letak tanah itu dan mungkin sekali ia agak bingung dan mengalami keresahan emosional dimana emosi yang menggelora merupakan ciri tahun-tahun awal kedewasaan. Apabila seseorang merasa tidak mampu mengatasi masalah-masalah utama dalam kehidupannya, mereka sering sedemikian terganggu secara emosional (Hurlock, 1990).

Pada tahap ini mereka akan melalui tugas-tugas perkembangan antara lain adalah menjalin relasi sosial dengan orang lain. Masa dewasa awal merupakan waktu


(24)

Universitas Kristen Maranatha untuk melakukan eksplorasi sosial dan mengembangkan serta memperluas hubungan dengan orang lain. Relasi sosial mempengaruhi bagaimana individu menjalankan kehidupannya, dan bagaimana individu akan memaknakan suatu pengalaman (Antonucci & Akiyama, dalam Santrock 2002).

Salah satu cara untuk memenuhi tugas perkembangan itu adalah bergabung dengan suatu kelompok sehingga individu di dalamnya memiliki rasa keterikatan antara sesama anggotanya. Seseorang menjadi anggota resmi dari kelompok supporter sepak bola dapat memenuhi kebutuhan relasi sosialnya dan dapat dilihat dari seringnya anggota berkumpul bersama, menyaksikan pertandingan sepak bola secara bersama-sama, memiliki ciri khas yang menunjukan anggota dari kelompok tersebut, dan lainnya.

Sikap dan perilaku seseorang dapat didukung dan dikuatkan dengan perilaku orang yang memiliki kesamaan dengannya. Pada masa dewasa awal, individu akan lebih menemukan teman sejati. Persahabatan adalah salah satu bentuk hubungan dekat yang melibatkan kenikmatan, penerimaan, kepercayaan, hormat, saling menolong, menceritakan rahasia, mengerti dan spontanitas (Santrock, 2003).

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan ketua Viking distrik “X”, anggota Viking distrik “X” memiliki rasa keterikatan yang kuat antar sesama anggotanya. Misalnya, apabila seorang anggota menerima kekerasan dari supporter lain maka anggota lainnya akan langsung membantu anggota yang menerima


(25)

Universitas Kristen Maranatha kekerasan tersebut. Selain itu, keterikatan antar para suporter tampak dari pakaian yang mereka kenakan. Pakaian ini mencerminkan dari kesebelasan yang didukungnya. Dengan warna baju yang sama, mereka pergi ke stadion secara bersama-sama dan melakukan tindakan agresi secara bersama-sama. Apabila seorang suporter mengeluarkan kata-kata gertakan ataupun makian maka secara spontan sesama supporter lainnya akan ikut mengeluarkan kata-kata yang sama sehingga membuat suasana menjadi keruh.

Agresi menurut Berkowitz (1995) adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Sedangkan motivasi agresi itu sendiri dapat diartikan sebagai keinginan seseorang untuk melakukan agresi. Menurut Berkowiz (1995), agresi sendiri terdiri atas dua aspek, yaitu aspek instrumental dan aspek emosional. Aspek yang pertama adalah aspek instrumental, merupakan agresi yang dilakukan karena berkeinginan mempertahankan kekuasaan, dominasi, atau status sosial bukan karena ingin menyakiti seseorang sepenuhnya. Seseorang bisa melakukan perilaku agresi terhadap orang lain karena ingin melindungi keluarganya, membela harga dirinya atau hanya sekedar melakukannya demi uang dan hal-hal lainnya diluar menyakiti. Sedangkan aspek kedua yaitu aspek emosional merupakan agresi yang bertujuan untuk menyakiti objek yang dituju.

Aspek agresi instrumental pada supporter dapat dimunculkan melalui kecenderungan suporter untuk menunjukkan perilaku agresi yang bertujuan untuk


(26)

Universitas Kristen Maranatha menunjukkan dominasinya kepada supporter lawan, memperlihatkan kekerasan mereka sehingga supporter lawan merasa segan atau untuk membalas serangan atau perilaku agresi dari lawannya. Sedangkan aspek emosional, dapat ditunjukkan dalam hal melakukan tindakan agresi yang dilakukan untuk menyakiti supporter lawan ataupun siapa saja yang dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak menyenangkan.

Kedua aspek agresi diatas dapat dimunculkan melalui dua bentuk yaitu fisik maupun verbal. Agresi fisik dapat ditampilkan melalui tindakan secara fisik seperti melempar, menendang, berkelahi, dan sebagainya. Sedangkan agresi verbal dapat ditampilkan dalam bentuk kata-kata yang dikeluarkan baik berupa hinaan, umpatan, makian hingga ancaman.

Tindakan agresi fisik dari para supporter dapat dilihat dari seringnya terjadi aksi tawuran dan keributan baik didalam maupun diluar stadion. Sedangkan agresi verbal seperti menghina tim lawan, menghina wasit hingga menghina pemain dan pelatih sendiri juga sering terjadi di dunia sepak bola. Hal ini bukan hanya terjadi di dunia nyata tetapi juga dapat di lihat di media jejaring sosial seperti tindakan saling menghina antar supporter.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi agresi seseorang antara lain pengaruh keluarga, lingkungan sekitar dan juga frustrasi dan perasaan negatif. Peran keluarga dalam membimbing individu yang bersangkutan, akan turut mempengaruhi motivasi agresi seseorang.


(27)

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan sifat orang tua dan perilaku terhadap anaknya dapat diidentifikasi, bahwa hampir tiga perempat dari keseluruhan kasus, anak-anak tumbuh menjadi penjahat. Dengan kata lain, paling tidak bagi sebagian orang, pengalaman keluarga sewaktu kecil bisa membantu membentuk jalan hidup mereka setelah dewasa dan bahkan bisa mempengaruhi kemungkinan mereka menjadi pelanggar hukum. Kehidupan masa kecil mereka jelas sangat menentukan seberapa mudah dan seringnya mereka melakukan penyerangan ketika merasa ditantang atau terancam (Mc Cord, 1985 dalam Berkowitz, 1995).

Pada lingkungan sekitar, reward dan punishment yang terkadang diterima pada saat kecil hingga remaja akibat hasil dari perilakunya akan turut mempengaruhi agresivitas seseorang di masa dewasanya (Mc Cord, 1985 dalam Berkowitz, 1995). Lingkungan sekitar merupakan kondisi yang berhubungan erat dengan seseorang sehingga dapat mempengaruhinya untuk menampilkan perilaku agresi.

Munculnya motivasi agresi ini sendiri juga dapat dipicu oleh adanya suatu keadaan frustrasi. Frustrasi adalah kondisi eksternal yang membuat seseorang tidak dapat memperoleh kesenangan yang diharapkannya. Berkowitz (1995) sendiri berpendapat bahwa frustrasi dapat terjadi ketika seseorang berada dalam situasi kompetisi. Persaingan yang ketat dapat membuat suatu situasi yang tidak nyaman dalam diri individu, sehingga turut mempengaruhi motivasi agresi seseorang (Berkowitz,1995). Dalam dunia sepak bola, suporter selalu dihadapkan pada situasi persaingan. Suporter selalu ingin agar tim yang didukungnya memperoleh


(28)

Universitas Kristen Maranatha kemenangan. Apabila tujuan itu tidak tercapai maka akan membuat para suporter tadi menjadi frustrasi karena hasil buruk yang didapatkan oleh tim yang didukungnya dan melampiaskan kekesalan atau frustrasi itu melalui tindakan-tindakan kekerasan baik fisik maupun verbal. Sedangkan perasaan negatif akan muncul apabila suporter berada pada situasi yang tidak menyenangkan misalnya diserang oleh suporter lawan atau wasit yang dinilai berlaku tidak adil. Suporter akan merasa marah dan kesal apabila berada pada situasi ini. Sehingga para suporter pun akan semakin termotivasi untuk melakukan tindakan agresi sebagai usaha untuk lari dari situasi negatif ini.

Lebih lanjut Berkowitz (1995), agresi bisa dilakukan dengan dingin dan penuh perhitungan, suatu tindakan instrumental yang dilakukan dengan sengaja dan dengan tujuan bukan untuk menyakiti korban. Tetapi, bisa juga agresi merupakan reaksi emosional yang pada dasarnya didorong oleh keinginan untuk melukai seseorang. Penyerang mungkin benar-benar memikirkan bagaimana cara mencapai tujuan agresi, tetapi seringkali mereka berpikir secara impulsif dan tanpa banyak pertimbangan. Serangan mereka lebih sering didorong oleh agitasi emosional dari dalam dan ditambah, sampai pada tingkat tertentu dan secara cukup otomatis, oleh sifat sasaran yang ada. Tindakan agresif yang dilakukan untuk mendapatkan uang atau status sosial, membuat kesan bagus dimata orang, mengendalikan atau memaksa korban, atau mengangkat martabat diri merupakan berbagai contoh agresi instrumental, namun demikian agresor juga bisa menyerang sasaran terutama karena keinginan untuk menyakiti atau bahkan merusak mereka. Pada dasarnya, setiap orang


(29)

Universitas Kristen Maranatha pasti pernah mamunculkan baik motivasi agresi maupun emosional didalam kesehariannya bagaimanapun situasinya, dapat memungkinkan untuk memiliki kemungkinan untuk menyerang dan menyakiti orang lain (Berkowitz, 1995)

Seseorang suporter sepak bola dikatakan memiliki derajat motivasi agresi yang tinggi jika frekuensi motivasi agresi emosionalnya lebih banyak muncul daripada motivasi agresi instrumentalnya baik secara fisik maupun secara verbal. Sedangkan seorang suporter dikatakan memiliki derajat motivasi agresi yang rendah, jika frekuensi motivasi agresi emosionalnya lebih sedikit muncul daripada motivasi agresi instrumentalnya baik secara fisik maupun secara verbal.


(30)

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Anggota Viking Distrik “X” di kota Bandung

usia 20 – 30 tahun

Motivasi Agresi • Instrumental :

Fisik Verbal •Emosional :

Fisik Verbal

Motivasi Agresi Tinggi

Motivasi Agresi Rendah Faktor Internal :

- Frustrasi

- Perasaan Negatif

Faktor Eksternal :

- Pengaruh Lingkungan sekitar - Pengaruh Keluarga


(31)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

1. Semua anggota dari supporter Persib Bandung distrik “X” dikota Bandung memiliki motivasi agresi yang berbeda-beda.

2. Motivasi agresi yang dimiliki oleh anggota Viking distrik “X” terdiri atas dua aspek yaitu motivasi agresi instrumental dan motivasi agresi emosional

3. Baik motivasi agresi instrumental ataupun motivasi agresi emosional akan ditampilkan secara fisik atau verbal.

4. Motivasi agresi yang dimiliki oleh anggota Viking distrik “X” dipengaruhi oleh frustrasi dan perasaan negatif, lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar.

5. Seseorang suporter sepak bola dikatakan memiliki derajat motivasi agresi yang tinggi jika frekuensi motivasi agresi emosionalnya lebih banyak muncul daripada motivasi agresi instrumentalnya baik secara fisik maupun secara verbal. Sedangkan seorang suporter dikatakan memiliki derajat motivasi agresi yang rendah, jika frekuensi motivasi agresi emosionalnya lebih sedikit muncul daripada motivasi agresi instrumentalnya baik secara fisik maupun secara verbal.


(32)

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Sebagian besar (71%) anggota Viking distrik “X” dikota Bandung memiliki motivasi agresi rendah yang artinya frekuensi untuk melakukan tindakan kekerasan cukup rendah.

2) Sebagian besar anggota (lebih dari 57%) Viking distrik “X” dikota Bandung memiliki motivasi agresi yang rendah, baik itu motivasi agresi instrumental maupun motivasi agresi emosional.

3) Apabila dilihat dari faktor-faktor penunjangnya, maka motivasi agresi yang sebagian besar rendah, ini didukung oleh frustrasi dan perasaan negatif yang rendah, lingkungan keluarga yang cenderung kurang mendukung agresifitas demikian juga dengan lingkungan teman sebaya.


(33)

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Bagi Penelitiaan Lanjutan

1) Disarankan untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara motivasi agresi dan faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya agresi.

2) Disarankan untuk melakukan penelitian mengenai hubungan atau pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap motivasi agresi untuk dapat melihat gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan usia dan jenis kelamin terhadap motivasi agresi.

5.2.2 Saran Guna Laksana

1) Agar komunitas Viking distrik “X” ini tetap melakukan koordinasi terpadu dan berkesinambungan terhadap para anggotanya sehingga para anggotanya tidak terlibat tindakan-tindakan kekerasan khususnya saat mendukung Persib Bandung bertanding.

2) Agar para anggota Viking distrik “X” tetap menjunjung tinggi sportifitas dan melakukan kontrol diri sewaktu mendukung Persib Bandung bertanding sebagai upaya agar kekerasan yang kerap terjadi didunia sepak bola dapat dihindari.


(34)

Universitas Kristen Maranatha 3) Agar para orang tua anggota dari Viking distrik “X” menanamkan pengaruh-pengaruh positif pada anaknya untuk menghindari terjadinya tindakan-tindakan agresif pada saat mendukung Persib Bandung bertanding.


(35)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Berkowitz, Leonard 1995. Aggression: Its Causes, Consequences, And Control : Agresi 1 Sebab dan Akibatnya. PT Pustaka Binaman Pressindo

Nazir,Moh. 2003. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia

Papalia E Diane. 2008. Human Development : Psikologi Perkembangan Edisi ke 9. Jakarta : Kencana

Robin, Stephen. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi Jakarta Prehalindo

Santrock, Jonn W. 2003. Life Span Development. 5th : Perkembangan Masa Hidup

Edisi 5 Jilid 2 Jakarta : Erlangga

Wahyudi Hari. 2009. The Land of Hooligans : Kisah Para Perusuh Sepak Bola. Jogjakarta : Garasi


(36)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Renold Leonardus Sofian 2010. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Motivasi Agresi

Pada Mahasiswa Yang Bermain game Online “Counter Strike” di Universitas

„X” di Kota Bandung. Skripsi : Bandung : Fakultas Psikologi Univesitas Kristen Maranatha.

http://cetak.kompas.com/

http://surabaya.detik.com/kanal/466/news-surabaya

Siregar Amiruddin 2009. Hubungan Antara Frustrasi dan Agrsivitas pada Supporter

Sepakbola Pasoepati. Skripsi : Surakarta : Fakultas Psikologi Unversitas Muhammadiyah Surakarta

www.bataviase.co.id www.bola.net

www.detiknews.com www.koranbaru.com www.kr.co.id

www.ruangbaca.com


(1)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

1. Semua anggota dari supporter Persib Bandung distrik “X” dikota Bandung memiliki motivasi agresi yang berbeda-beda.

2. Motivasi agresi yang dimiliki oleh anggota Viking distrik “X” terdiri atas dua aspek yaitu motivasi agresi instrumental dan motivasi agresi emosional

3. Baik motivasi agresi instrumental ataupun motivasi agresi emosional akan ditampilkan secara fisik atau verbal.

4. Motivasi agresi yang dimiliki oleh anggota Viking distrik “X” dipengaruhi oleh frustrasi dan perasaan negatif, lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar.

5. Seseorang suporter sepak bola dikatakan memiliki derajat motivasi agresi

yang tinggi jika frekuensi motivasi agresi emosionalnya lebih banyak muncul daripada motivasi agresi instrumentalnya baik secara fisik maupun secara verbal. Sedangkan seorang suporter dikatakan memiliki derajat motivasi agresi yang rendah, jika frekuensi motivasi agresi emosionalnya lebih sedikit muncul daripada motivasi agresi instrumentalnya baik secara fisik maupun secara verbal.


(2)

57

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Sebagian besar (71%) anggota Viking distrik “X” dikota Bandung memiliki motivasi agresi rendah yang artinya frekuensi untuk melakukan tindakan kekerasan cukup rendah.

2) Sebagian besar anggota (lebih dari 57%) Viking distrik “X” dikota Bandung memiliki motivasi agresi yang rendah, baik itu motivasi agresi instrumental maupun motivasi agresi emosional.

3) Apabila dilihat dari faktor-faktor penunjangnya, maka motivasi agresi yang sebagian besar rendah, ini didukung oleh frustrasi dan perasaan negatif yang rendah, lingkungan keluarga yang cenderung kurang mendukung agresifitas demikian juga dengan lingkungan teman sebaya.


(3)

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Bagi Penelitiaan Lanjutan

1) Disarankan untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara motivasi agresi dan faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya agresi.

2) Disarankan untuk melakukan penelitian mengenai hubungan atau pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap motivasi agresi untuk dapat melihat gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan usia dan jenis kelamin terhadap motivasi agresi.

5.2.2 Saran Guna Laksana

1) Agar komunitas Viking distrik “X” ini tetap melakukan koordinasi terpadu dan berkesinambungan terhadap para anggotanya sehingga para anggotanya tidak terlibat tindakan-tindakan kekerasan khususnya saat mendukung Persib Bandung bertanding.

2) Agar para anggota Viking distrik “X” tetap menjunjung tinggi sportifitas dan melakukan kontrol diri sewaktu mendukung Persib Bandung bertanding sebagai upaya agar kekerasan yang kerap terjadi didunia sepak bola dapat dihindari.


(4)

59

Universitas Kristen Maranatha 3) Agar para orang tua anggota dari Viking distrik “X” menanamkan pengaruh-pengaruh positif pada anaknya untuk menghindari terjadinya tindakan-tindakan agresif pada saat mendukung Persib Bandung bertanding.


(5)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Berkowitz, Leonard 1995. Aggression: Its Causes, Consequences, And Control : Agresi 1 Sebab dan Akibatnya. PT Pustaka Binaman Pressindo

Nazir,Moh. 2003. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia

Papalia E Diane. 2008. Human Development : Psikologi Perkembangan Edisi ke 9. Jakarta : Kencana

Robin, Stephen. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi Jakarta Prehalindo

Santrock, Jonn W. 2003. Life Span Development. 5th : Perkembangan Masa Hidup Edisi 5 Jilid 2 Jakarta : Erlangga

Wahyudi Hari. 2009. The Land of Hooligans : Kisah Para Perusuh Sepak Bola. Jogjakarta : Garasi


(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Renold Leonardus Sofian 2010. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Motivasi Agresi

Pada Mahasiswa Yang Bermain game Online “Counter Strike” di Universitas

„X” di Kota Bandung. Skripsi : Bandung : Fakultas Psikologi Univesitas Kristen Maranatha.

http://cetak.kompas.com/

http://surabaya.detik.com/kanal/466/news-surabaya

Siregar Amiruddin 2009. Hubungan Antara Frustrasi dan Agrsivitas pada Supporter Sepakbola Pasoepati. Skripsi : Surakarta : Fakultas Psikologi Unversitas Muhammadiyah Surakarta

www.bataviase.co.id www.bola.net

www.detiknews.com www.koranbaru.com www.kr.co.id

www.ruangbaca.com