KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN KONFORMITAS TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER USIA DEWASA KLUB SEPAK BOLA LIGA EROPA DI KOTA BANDUNG.
KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN KONFORMITAS TERHADAP PERILAKU AGRESIF
PADA SUPORTER USIA DEWASA KLUB SEPAK BOLA LIGA EROPA DI KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Jurusan Psikologi
Oleh
Oleh
Arsyad Kasyafi Aziz 0901623
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2014
(2)
Oleh
Arsyad Kasyafi Aziz 0900731
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Arsyad Kasyafi Aziz Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
(4)
(5)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1
B. RumusanMasalahPenelitian ... 8
C. TujuanPenelitian ... 8
D. ManfaatPenelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. KecerdasanEmosional ... 10
1. PengertianEmosi ... 10
2. PengertianKecerdasanEmosional ... 11
3. Aspek-AspekKecerdasanEmosional ... 13
4. Faktor-Faktor yang MempengaruhiKecerdasanEmosional... 26
B. Konformitas ... 28
1. PengertianKonformitas ... 28
2. Dasar-DasarKonformitas... 30
3. Aspek-AspekKonformitas ... 30
4. Faktor-Faktor yang MempengaruhiKonformitas ... 32
(6)
3. Perkembangan Perilaku Agresif ... 44
4. Jenis-Jenis Perilaku Agresif ... 45
5. Kecenderungan PerilakuA gresif ... 49
D. Dewasa ... 50
E. Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa ... 51
F. Kerangka Berpikir ... 52
G. Hipotesis ... 54
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 55
B. Metode Penelitian... 56
C. Variabel dan Definisi Operasional ... 56
1. Variabel Penelitian ... 56
2. Definisi Operasional... 56
D. Instrumen Penelitian ... 59
1. Instrumen Kecerdasan Emosional ... 60
2. Instrumen Konformitas ... 62
3. Instrumen Perilaku Agresif ... 64
E. Kategorisasi Skala ... 66
1. Kategorisasi Skala Kecerdasan Emosional ... 66
2. Kategorisasi Skala Konformitas ... 68
3. Kategorisasi Skala Perilaku Agresif... 70
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 72
1. Validitas ... 72
2. Uji Coba Instrumen ... 72
3. Analisis Item ... 73
(7)
G. Teknik Pengumpulan Data ... 82
H. Analisis Data ... 82
1. Uji Normalitas ... 82
2. Uji Lineritas ... 84
3. Uji Korelasi ... 85
4. Uji Koefisien Determinasi ... 86
I. TahapanPenelitian ... 87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 88
1. Gambaran Kecerdasan Emosional Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 88
2. Gambaran Konformitas Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 95
3. Gambaran Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 102
B. Uji Statistik ... 108
1. Uji Korelasi ... 108
2. Analisis Regresi Kecerdasan Emosional dan Konformitas Terhadap Perilaku Agresif ... 112
C. Pembahasan ... 116
1. Gambaran Umum Kecerdasan Emosional Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 116
2. Gambaran Umum Konformitas Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 120
3. Gambaran Umum Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 123
4. Hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 126
5. Hubungan Konformitas terhadap Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 127
(8)
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 132 B. Rekomendasi ... 133
DAFTAR PUSTAKA...135 LAMPIRAN
(9)
ABSTRAK
Arsyad Kasyafi Aziz (0901623). Kontribusi Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Terhadap Perilaku Agresif Pada Suporter Usia Dewasa Klub Sepak Bola Liga Eropa Di Kota Bandung. Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI (2014).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dan konformitas dengan perilaku agresif yang diukur berdasarkan kluster-kluster dari kecerdasan emosional dan dimensi dari konformitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Sampel penelitian yang digunakan berjumlah 60 orang yang dipilih dengan teknik
quota sampling. Instrumen yang digunakan berupa angket/kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) kecerdasan emosional, konformitas dan perilaku agresif supporter sepak bola klub liga Eropa di kota Bandung berada pada kategori atau tingkat sedang. (2) untuk sampel penelitian, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan perilaku agresif. (3) terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konformitas dengan perilaku agresif suporter. (4) kontribusi yang diberikan oleh kecerdasan emosional dan konformitas terhadap perilaku agresif suporter sebesar 25,4%. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah: (1) kelompok suporter dapat membuat aturan yang tegas mengenai perilaku anggotanya sehingga tidak ada lagi suporter yang berlaku anarkis. (2) suporter mampu memilih kelompok mana yang akan diikuti sehingga sesuai dengan norma yang berlaku dan nilai yang ada pada diri. (3) peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut mengenai kecerdasan emosoional, konformitas dan agresifitas dengan subjek dan metode yang berbeda dan lebih beragam.
(10)
Education, Indonesia University of Education, Bandung (2014).
The aim of this research was to reveal the relationship between Emotional Intelligence and Conformity with aggressive behavior as measured by the clusters of emotional intelligence and the dimensions of conformity . This research used quantitative approach with correlational method. The samples used in this research was 60 peoples were selected by quota sampling technique . The instrument used in this research was questionnaire. The results showed that: (1) Emotional Intelligence, Conformity and aggressive Behavior of suporter were in the average category. (2) for sampling research there was no significant relationship between Emotional Intelligence and aggressive behavior. (3) There was a significant negative relationship between conformity and aggressive behavior. (4) contributions made by emotional intelligence and conformity to the aggressive behavior of fans by 25.4%. Moreover, the suggestions of this research are: (1) group of supporters can make strict rules regarding the behavior of its members so that no prevailing anarchist supporters . (2) the fans were able to choose which groups should be followed so that according to the prevailing norms and values in themselves. (3) next researcher can find another methods and different subject for next research about relationship between emitonal intelligence and conformity with aggressive behavior.
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Saat ini, sepakbola sudah menjadi konsumsi publik setiap hari lewat tontonan atau memainkannya secara langsung dilapangan oleh semua kalangan baik itu oleh orang tua, remaja, bahkan anak kecil, laki-laki atau perempuan.
Pada bulan Juli 2013, banyak tim papan atas Eropa seperti Arsenal, Liverpool dan Chelsea datang ke Indonesia untuk melakukan pertandingan persahabatan dengan timnas Indonesia. Seperti yang dilansir oleh BBC, para pemain dari tim Eropa yang datang ke Indonesia merasa takjub dengan antusias pada fans masing-masing tim yang rela datang untuk menyaksikan idolanya bertanding. Ditambah dengan pesatnya teknologi internet seperti media sosial twitter dan facebook yang memudahkan para fans untuk memperoleh berita tentang tim kesayangannya. Hal itu menjadikan Indonesia sebagai negara yang mempunyai fans sepakbola terbanyak khususnya para pendukung klub liga Eropa. Para petinggi klub melakukan cara lain yaitu dengan membuat website resmi berbahasa Indonesia. Tujuannya yaitu selain untuk mendapatkan fans juga untuk menjadi jembatan antara fans dan klub idolanya. Karena selain dengan menonton pertandingan lewat televisi fans bisa mengetahui info terbaru dengan megakses website resmi yang dipermudah dengan bahasa Indonesia. Berikut merupakan jumlah fans dari Indonesia yang mendukung klub liga Eropa. Jumlah fans dihitung berdasarkan jumlah follower dari twitter resmi klub yang bersangkutan per-tanggal 1 November 2013. Akun twitter dari klub Manchester United, mempunyai jumlah fans 268.471 follower. Milanisti Indonesia yang merupakan fans dari AC Milan yang berbasis di Italia, mempunyai jumlah follower sebanyak 5.700 follower. Manchester City yang merupakan klub asal Inggris
(12)
memperoleh follower sebanyak 8.900 yang merupakan fans dari Indonesia (Pinta, 2013).
Sumber lain menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan fans klub Liverpool terbanyak di dunia bahkan melebihi fans dari negeri asalnya yaitu Inggris. Dengan fans lebih dari 1,3 juta Indonesia menjadi negara dengan Liverpudlian (julukan fans Liverpool) terbanyak. Liverpudlian sendiri merupakan panggilan dari fans Liverpool dan fans Liverpool Indonesia tergabung dalam kelompok yang disebut dengan Bigreds (DuniaSoccer, 2013).
Salah satu klub spanyol yang terbilang sukses meraih banyak fans di Indonesia yaitu klub Barcelona. Seperti yang ditulis oleh goal.com, fans Barcelona dari Indonesia berjumlah lebih dari tujuh juta yang 80% diantaranya merupakan pria diatas 35 tahun (Yanuar,2010).
Setiap suporter tentu memiliki tujuan masing-masing, salah satunya yaitu untuk selalu mendukung tim kesayangannya serta menginginkan klub yang didukungnya menang. Oleh karena itu biasanya mereka memberikan dukungan dengan cara menonton pertandingan secara langsung. Menonton secara langsung atau nonton bareng merupakan cara para suporter untuk mendukung klubnya semaksimal mungkin. Namun demikian, ketika sepakbola yang diharapkan menjadi pemersatu bangsa, malahan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perpecahan yang diakibatkan oleh kerusuhan beberapa oknum suporter klub sepakbola.
Kekerasan atau kerusuhan yang terjadi tidak lepas dari apa yang dinamakan dengan agresi. Kita sering mendengar istilah agresif.Mungkin terlintas dalam pikiran kita segala tindakan yang berbentuk negatif, berupa kekerasan atau perilaku-perilaku aktif. Secara umum agresif dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh organisme terhadap organisme lain, objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri (Dayakisni & Hudaniah, 2003).
Agresi merupakan kata sifat dari agresif. Istilah agresif seringkali digunakan secara luas untuk menerangkan sejumlah besar tingkah laku yang memiliki dasar
(13)
3
motivasional yang berbeda-beda dan sama sekali tidak mempresentasikan agresif, atau tidak dapat disebut agresif dalam pengertian yang sesungguhnya. Dengan penggunaan istilah agresif yang simpang siur atau tidak konsisten, penguraian tingkah laku khususnya tingkah laku yang termasuk kedalam kategori agresif menjadi kabur, dan karenanya menjadi sulit untuk memahami apa dan bagaimana sesungguhnya yang disebut tingkah laku agresif atau agresi itu (Koeswara,1988).
Banyak diberitakan oleh media massa mengenai kerusuhan yang terjadi antar suporter. Mungkin biasa saja apabila kerusuhan itu dilakukan oleh para suporter klub lokal. Hal ini menjadi menarik ketika ternyata yang melakukan tindakan agresif merupakan pada pedukung yang hanya bisa mendukung tim kesayangannya lewat layar kaca dan media sosial. Dan kebanyakan kerusuhan itu terjadi karena alasan yang sederhana, namun tidak adanya kontrol emosi yang baik dari masing-masing suporter mengakibatkan kerusuhan tidak dapat dihindari.
Terdapat beberapa kasus kekerasan yang melibatkan suporter klub liga eropa di Indonesia.Salah satu kasus yaitu seperti yang terjadi di Makassar pada tanggal 7 Oktober 2012. Kejadian terjadi didepan warung kopi yang merupakan markas dari para pendukung real Madrid. Hal ini dipicu oleh aksi provokatif beberapa pendukung Barcelona dan real Madrid yang saling ejek ketika noton bareng. Merasa terpancing, Barcelona dengan sengaja membakar jersey atau kaos kebanggaan dari real Madrid di depan para pendukung real Madrid. Hal tersebut berakhir dengan adu jotos antar kedua suporter walaupun tidak lama kemudian pihak kepolisian datang untuk mengamankan suasana (Dheny, 2012).
Kasus lain diberitakan oleh situs berita olahraga detik.com, pada tanggal 2 Maret 2013, terjadi tawuran antara fans real Madrid dan Bercelona dan kabarnya tawuran ini hampir menyamai seperti halnya tawuran ala suporter klub lokal. Tawuran ini terjadi di kota Yogyakarta ketika menyaksikan pertandingan el clasico antara real Madrid dan Bercelona. Kedua suporter saling gontok-gontokan dan berakhir pada aksi tawuran yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Kasus selanjutnya
(14)
terjadi pada tanggal 30 Maret 2013 lalu di kota Manado, terjadi bentrok antara para pendukung juventus yang dikenal dengan juventini dan para pendukung inter Milan atau yang disebut interisti. Hal ini terjadi setelah acara nonton bareng yang dihadiri oleh kedua kelompok suporter.Setelah acara selesai dengan hasil 2-1 untuk kemenangan juventus, kedua suporter saling ejek dan berimbas pada aksi saling pukul dan saling melempar batu (Suhandi, 2013).
Berdasarkan dari beberapa fakta diatas, terdapat beberpa persamaan yaitu setiap kejadian tersebut terjadi karena adanya faktor provokasi dari satu kelompok ke kelompok lain, dan hal tersebut dilakukan tidak oleh satu orang melainkan oleh beberapa orang yang kemudian melibatkan kelompok.Menurut Lorenz (Dayaksini & Hudaniah, 2009) hal tersebut diakibatkan olehadanya deindividuasi.
Ketika berada dalam suatu kelompok, seseorang akan cenderung untuk melakukan deindividuasi. Seseorang dapat berperilaku agresif secara leluasa dan intens karena mengenyampingkan peran dari aspek identitas diri atau personalitas idividu serta lebih mengikuti pada norma yang ada dalam kelompok sampai akhirnya perilaku agresif dilakukan dengan mengatasnamakan kelompok (Lorenz dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009; Myers, 2012).
Myers (2012) menyebutkan bahwa ketika seseorang berada dalam suatu kelompok yang cukup besar, maka orang tersebut akan lebih fokus pada situasi disekitarnya daripada dirinya sendiri. Dengan kata lain, individu akan lebih memberikan perhatian pada apa yang terjadi disekitarnya, termasuk dengan apa yang dilakukan dengan anggota kelompok yang lain dibanding dengan dirinya sendiri, sehingga timbul pemikiran bahwa karena semua orang melakukan hal yang sama maka individu tersebut akan mengikuti situasi yang ada termasuk mengikuti apa yang dilakukan oleh anggota kelompok yang lain dibandingkan dengan apabila melakukan suatu hal sendiri atau berbeda dengan orang lain.
Myers (2002) mengatakan bahwa tidak semua anggota kelompok ingin melakukan aksi kekerasan seperti yang dilakukan oleh anggota kelompok yang lain.
(15)
5
Namun tekanan yang begitu kuat dari kelompok serta keinginan untuk tetap berada dan diterima oleh kelompoknya, maka terjadi perubahan perilaku yang sama dengan anggota kelompok yang lain. Hal itu dinamakan dengan konformitas.
Konformitas merupakan upaya yang sering dilakukan oleh seseorang agar dapat diterima pada kelompoknya. Misalnya dengan berpenampilan yang sama dengan kelompoknya atau bergabung dengan perkumpulan tertentu (Santrock, 2003). Tidak jarang seseorang dapat merubah pola perilaku serta norma yang dianutnya agar tidak terlihat berbeda dengan kelompoknya. Perubahan tersebut terjadi akibat adanya interaksi dan pengaruh dari pihak lain dalam hal ini perngaruh dari lingkungannya. Suatu tekanan yang dapat memodifikasi apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan seseorang sehingga dapat sesuai dengan apa yang dikatakan dan dilakukan orang lain adalah suatu tekanan konformitas (Middlebrook, 1980).
Seseorang yang agresif akan sedikit dikucilkan secara sosial oleh teman sebayanya, maka bersama dengan orang-orang agresif lain mereka berkemungkinan memasuki sistem sosial seperti ikut bergabung kedalam suatu kelompok tertentu yang sering melakukan tindakan yang mengarah pada perilaku agresif. Hal ini akan mendorong seseorang untuk lebih berperilaku agresif dan menyebabkan seseorang terperangkap dalam situasi, dimana penerimaan sosial bergantung pada komitmen mau atau tidaknya seseorang melakukan tindakan agresif (Krahe, 2005).
Salah satu ciri dari suatu konformitas yaitu adanya kedekatan serta timbulnya persahabatan satu orang dengan orang lain. Kedekatan yang terjalin antarsuporter banyak dipengaruhi oleh ikatan emosional dikarenakan kesamaan tujuan, kesenggangan, dan kepentingan.Kemudian mereka membuat sebuah kelompok dan memainkan peran sosialnya sebagai suporter. Hal tersebut memberikan kepuasan kepada anggotanya dan kemudian sesama anggota akan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga seseorang yang tergabung dalam kelompok suporter ini cenderung akan mengikuti norma-norama yang berlaku pada kelompok yang ia ikuti (Utomo dan Warsito, 2012).
(16)
Pada dasarnya, salah satu hal yang mendorong seseorang untuk berperilaku adalah adanya keinginan untuk diterima oleh kelompoknya atau orang-orang disekitarnya (Mappiare, 1982). Konformitas akannampak pada saat individu lain hadir dan pada saat itulah seorang individu akan meniru perilaku orang lain sesuai dengan yang diharapkan dan perilaku yang berbeda akan terlihat ketika orang lain itu tidak ada. Menurut Zanden (1984), terkadang individu konform tanpa memikirkan dampak dari konformitas yang dilakukannya.
Salah satu penyebab terjadinya agresi oleh kelompok suporterdapat diakibat-kan karena tidak mampunya suporter mengontrol diri atas rasa kecewa dan frustrasi yang ada. Kecewa dan frustrasi bisa muncul ketika tim yang didukungnya kalah. Menurut Atkinson (2010) frustrasi timbul ketika seseorang mendapat hambatan dalam meraih tujuannya.Oleh karena itu, suporter diharapkan mampu untuk mengontrol impuls untuk dapat menekan tindakan agresi yang diakibatkan oleh frustrasi. Untuk dapat melakukan hal tersebut maka diperlukan apa yang dinamakan dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional sangat diperlukan untuk mengatur emosi diri sendiri yang diakibatkan baik dari faktor internal maupun internal. Karena apabila emosi sangat tinggi melebihi batas wajar, emosi akan termanifestasi menjadi hal-hal yang menekan kecemasan, amarah yang meluap-luap bahkan bisa menimbulkan depresi (Goleman, 1997:79), hal ini berhubungan dengan tindakan agresif yang terjadi akibat tidak mampunya seseorang mengendalikan emosinya.
Menurut Sears, Taylor dan Peplau (1997), perilaku agresif remaja disebabkan oleh dua faktor utama yaitu adanya serangan serta frustrasi. Serangan merupakan salah satu faktor yang paling sering menjadi penyebab agresif dan muncul dalam bentuk serangan verbal atau serangan fisik. Hal tersebut merupakan respon dari serangan yang muncul. Faktor penyebab agresi selanjutnya adalah frustrasi. Frustrasi terjadi bila seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, penghargaan atau tindakan tertentu.
(17)
7
Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional merupakan pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta mampu untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, dan kemampuan untuk menyelesaikan konflik serta untuk memimpin.
Terdapat beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Ghinaya Ummul pada tahun 2011 dengan judul hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku agresif pada siswa kelas 2 SMK 45 Lembang sebanyak 81 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan perilaku agresif yang rendah dan mendapatkan nilai korelasi yang negative sebesar -0.572.Ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki siswa maka semakin rendah perilaku agresifnya.
Penelitian lain dilakukan oleh Halimah pada tahun 2013 tentang hubungan antara konformitas teman sebaya terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas XII SMA PGRI 2 Sindang Indramayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konformitas berada pada kategori sedang yaitu sebesar 65.30% yang berarti siswa cukup mampu membuat keputusan untuk mengikuti atau tidak suatu nilai yang ada dalam kelompok dan tingkat kenakalan remaja berada pada kategori sedang yaitu 66.32% yang berarti bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak menjurus pada tindakan kriminal. Angka koefisien korelasi dengan cronbach’s alpha sebesar 0.340 hal ini menunjukkan adanya hubungan searah antara kedua variabel.
Fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa kecerdasan emosi dan konformitas diperkirakan menjadi faktor penyebab terjadinya perilaku agresif pada suportersepak bola.Perilaku agresif yang dilakukan oleh suporter mungkin akan menimbulkan kerugian seperti rusaknya fasilitas umum, serta rusaknya moral para suporter yang
(18)
sering berperilaku agresi dengan mengatasnamakan kesetiakawanan serta maksud untuk membela tim kesayangannnya sehingga menimbulkan pandangan negatif terhadap suporter sepak bola, khususnya di Indonesia.Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai masalah itu sehingga peneliti mengambil judul penelitian “kontribusi kecerdasan emosional dan konformitas terhadap perilaku agresif pada suporter usia dewasa klub sepak bola liga Eropa di kota Bandung”. B.Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena dilapangan bahwa banyak suporter yang terlibat dalam aksi-aksi anarkis, baik didalam atau diluar lapangan, maka peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kecerdasan emosi pada suporter sepak bola dewasa klub liga Eropa di kota Bandung?
2. Bagaimana gambaran konformitas pada suporter sepak bola dewasa klub liga Eropa di kota Bandung?
3. Bagaimana gambaran perilaku agresif suporter sepak bola dewasa klub liga Eropa di kota Bandung?
4. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada suporter sepak bola dewasa klub liga Eropa di kota Bandung?
5. Apakah terdapat hubungan antara konformitas dengan perilaku agresif pada suporter sepak bola dewasa klub liga Eropa di kota Bandung?
6. Seberapa besar kontribusi kecerdasan emosional dan konformitas terhadap perilaku agresif pada suporter sepak bola dewasa klub liga Eropa di kota Bandung?
C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
(19)
9
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan umum dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kecerdasan emosi dan konformitas dengan perilaku agresif pada suporter klub liga Eropa di kota Bandung dan seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh kecerdasan emosional dan konformitas terhadap perilaku agresif suporter.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilaksanakannya penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui profil kecerdasan emosi pada suporter klub liga Eropa di kota Bandung.
b. Untuk mengetahui gambaran konformitas pada suporter klub liga Eropa di kota Bandung.
c. Untuk mengetahui sejauh mana perilaku agresif suporter klub liga Eropa di kota Bandung.
d. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada suporter klub liga Eropa di kota Bandung.
e. Untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku agresif pada suporter klub liga Eropa di kota Bandung.
f. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kecerdasan emosional dan konformitas terhadap perilaku agresif pada suporter usia dewasa klub liga Eropa di kota Bandung.
D.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini mempunyai manfaat yaitupenelitian ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi pengembangan ilmu psikologi sosial khususnya, terutama untuk materi yang membahas kecerdasan emosional,
(20)
konformitas serta perilaku agresif yang merupakan faktor dari tindakan kekerasan antar suporter.
(21)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah di Kota Bandung. Penelitian dilakukan di area nonton bareng atau tempat dimana para suporter klub sering berkumpul atau melakukan pertemuan.
Alasan peneliti melakukan penelitian di kota Bandung karena kota Bandung meruakan salah satu kora besar yang ada di jawa Barat khususnya. Selain itu, di Kota Bandung terdapat beberapa kelompok suporter (Suporter Club) yang sudah resmi dengan kara lain sudah memiliki lisensi atau izin dari klub yang bersangkutan.
Populasi dalam penelitian ini adalah suporter klub liga eropa yang berjenis kelamin laki-laki atau perempuan dan sudah dewasa dan sudah tergabung dalam kelompok suporter. Menurut Hurlock (1999) masa dewasa awal terjadi mulai usia 18 sampai dengan usia 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan berkurangnya kemampuan reproduktif serta pada masa dewasa individu sudah mampu untuk mengatur kehidupan pribadinya serta sudah mampu untuk mengatur diri dan emosinya.
Karena jumlah populasi yang tidak jelas dan jumlah anggota yang setiap hari terus bertambah, maka untuk teknik pengambilan sampling, peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling dengan teknik sampling menggunakan kuota sampling. Kuota sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan ciri-ciri tertentu sampai dengan jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan berjumlah 60 orang baik laki-laki maupun perempuan yang merupakan anggota dari kelompok suporter klub liga eropa yang ada di Bandung.
(22)
B.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pedekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti sampel atau populasi tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009).
Metode yang digunakan peneliti adalah metode penelitian deskriptif dengan teknik korelasional dimana teknik ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih (Arikunto, 2009). Dalam penelitian ini, kecerdasan emosional dan konformitas merupakan variabel bebas (independent
variabel) dan perilaku agresif menjadi variabel terikat (dependent variabel). Merujuk
pada hal tersbeut, berarti variabel kecerdasan emosional dan variabel konformitas merupakan variabel yang berpengaruh terhadap variabel perilaku agresif.
C.Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009), variabel penelitian adalah suatu nilai, atribut atau sifat dari orang, objek atau kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diteliti yaitu variabel kecerdasan emosional dan konformitas sebagai variabel independen dan variabel perilaku agresif sebagai variabel dependen.
2. Definisi Operasional
a. Definisi Operasional Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional kemampuan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi masalah, memiliki kemampuan untuk mengendalikan impuls, dapat emotivasi diri,
(23)
57
mampu mengatur suasana hati, memiliki kemampuan untuk berempati dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain (Goleman, 2009). Derajat skor subjek diperoleh subjek dari alat ukur mengenai kecerdasan emosional yang disusun berdasarkan 5 dimensi sebagai berikut:
1) Kesadaran diri
Kesadaran diri yaitu kemampuan individu dalam mengetahui kesadaran dirinya, penilaian diri dan kepercayaan diri.
2) Pengaturan Diri
Kesadaran sosial yaitu kemampuan individu untuk melakukan pengaturan diri yang meliputi pengelolaan emosi, sifat dapat dipercaya, keluwesan terhadap perubahan, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
3) Motivasi Diri
Motivasi diri yaitu kemampuan individu yang meliputi dorongan untuk breprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis.
4) Kesadaran sosial
Kesadaran sosial adalah kemampuan seseorang yang meliputi empati, orientasi membantu orang lain, mengembangkan orang lain, kesadaran politik dan kemampuan dalam menerima perbedaan.
5) Kemampuan sosial
Kemampuan sosial adalah kemampuan individu yang meliputi kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, kemampuan komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, kemampuan dalam manajemen konflik, kemampuan dalam mengatur hubungan, kolaborasi dan kooperasi, dan kapabilitas dalam tim.
b. Definisi Operasional Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau keyakinan sebagai hasil dari tekanan yang diberikan oleh kelompok teman sebaya baik itu secara
(24)
nyata atau tidak Myers (2002).Derajat skor diperoleh subjek dari alat ukur konformitas yang disusun berdasarkan indikator sebagai berikut:
1. Menghindari penolakan
Menghindari penolakan yaitu kecenderungan individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan periaku kelompok termasuk aktifitasnya agar dapat diterima oleh kelompok.
2. Pemenuhan harapan kelompok
Pemenuhan harapan kelompok berarti kesediaan individu untuk menerima perlakuan, pendapat, kebiasaan kelompok serta mengikuti aturan kelompok.
3. Daya tarik kelompok
Daya tarik kelompok berarti ketertarikan individu pada anggota, aktifitas dan norma kelompok.
4. Kepercayaan
Kepercayaan yaitu kepercayaan individu terhadap anggota dan aturan kelompok serta adanya kerjasama dalam kelompok.
5. Pendapat
Pendapat disini berarti pendapat individu terhadap anggota dan aturan kelompok serta pendapat individu mengenai kesesuaian aktifitas individu dengan aktifitas kelompok.
c. Definisi Operasional Perilaku Agresif
Dalam penelitian ini, perilaku agresif merupakan jenis perilaku yang dilakukan oleh subjek yang tergambar dari derajat skor skala perilaku agresif yang diperoleh dari jawaban item pertenyaan mengenai lima komponen utama perilaku agresif, yaitu physical aggression, verbal aggression, Anger
dan hostility.
(25)
59
Physical Agression merupakan perilaku agresif yang dapat terlihat serta
dapat diobservasi. Physical aggression adalah kecenderungan individu untuk melakukan tindakan penyerangan secara fisik sebagai ekspresi dari kemarahan atau bentuk ekspresi dari emosi negatif lain. Contoh dari
physical aggression yaitu memukul, menendang, mendorong, dan
lain-lain.
2. Verbal Aggression
Verbal Aggression merupakan bentuk penyerangan kepada orang lain
secara verbal yaitu melalui kata-kata. Contoh dari verbal aggression antara lain: mencaci, mengancam, mengumpat, mengucapkan kata-kata kasar.
3. Anger
Marah dan kesal merupakan contoh dari anger. Termasuk didalamnya adalah irratibility yaitu meliputi sikap temperamental, kecenderungan untuk cepat marah, serta tidak mampunyai kemampuan untuk mengendalikan amarah.
4. Hostility
Hostility adalah jenis agresi yang tidak terlihat. Hostility terbagi kedalam
dua bagian yaitu resentment dan suspicion. Contoh dari resentment adalah adanya rasa cemburu dan iri terhadap orang lain. Dan yang termasuk kedalam suspicion adalah adanya ketidakpercayaan, kekhawatiran, dan proyeksi dari rasa permusuhan terhadap orang lain.
D.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu fenomena yang diamati. Fenomena tersebut kemudian disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono, 2012).
(26)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisoner yang berisi pernyataan mengenai kecerdasan emosional yang diukur menggunakan teori yang dikembangkan oleh Goleman dan disusun menggunakan skala Likert. Kemudian yang diukur selanjutnya adalah mengenai konformitas dan yang terakhir peneliti mengukur mengenai perilaku agresif yang diukur berdasarkan teori dari Buss dan Perry (1992) yang disusun menggunakan skala Likert dengan menyertakan empat pilihan jawaban, yaitu: SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan TS (Tidak Sesuai).
1. Instrumen Kecerdasan Emosional
Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur kecerdasan emosional adalah kuesioner yang disusun berdasarkan pada lima dimensi kecerdasan emosional dari The Consortium for Research on Emotional
Intelligence in Organizations. Kelima dimensi tersebut antara lain, kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi diri, kesadaran sosial dan kemampuan sosial. Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(27)
61
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Emosional
No Dimensi Kompetensi Jumlah Item ∑
Fav Unfav
1 Kesadaran Diri Kesadaran emosi 1, 2, 3, 10 9 5
Penilaian diri secara teliti 4, 11 5, 12 4
Percaya diri 6, 13 0 2
2 Pengaturan diri Kontrol diri 7, 8, 14 15 4
Sifat dapat dipercaya (transparan)
16, 17, 24 25 4
Adaptabilitas 18, 19, 26 27 4
Inofatif 20, 21, 28 29 4
Berhati-hati 22, 30 31 3
3 Motivasi diri Dorongan berprestasi 23, 32, 33, 34
44 5
Komitmen 35, 36, 45 37, 46 5
Inisiatif 38, 47 48 3
Optimisme 39, 40, 49,
50
41 5
4 Kesadaran sosial Empati 42, 43,
51,52
0 4
Orientasi membantu orang lain
53, 61 54 3
Mengembangkan orang lain
55, 56, 62, 63
64 5
Kesadaran politis 57, 58, 65, 66
67 5
Menerima perbedaan 59, 60, 68 69, 77 5
5 Kemampuan
sosial
Pengaruh 70, 71, 78 79 4
Komunikasi 72, 80 73, 81 4
(28)
83
Katalisator perubahan 76, 84, 85 93 4
Manajemen konflik 86, 94 87 3
Membangun hubungan 88, 95 96 3
Kolaborasi dan kooperasi 89, 97 90, 98 4 Kapabilitas dalam
kelompok
91, 92, 99 100 4
Jumlah 73 27 100
Pada penelitian ini, responden diminta untuk mengisi kuesioner yang berisi beberapa pernyataan yang telah diberikan oleh peneliti. Setiap pernyataan memiliki empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Responden diminta untuk memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang ada pada kuesioner dengan cara
memberikan tanda ceklis (√) pada pilihan jawaban yang diinginkan.
Penyekoran dilakukan dengan memberikan skor untuk masing-masing pernyataan yang sudah dijawab oleh responden. Pemberian skor dilakukan dengan mengacu pada pola yang dapat dilihat pada tabel 3.2. Kemudian setelah diperoleh skor dari masing-masing pernyataan, skor dijumlahkan sehingga diperolah skor total dari setiap responden. Langkah selanjutnya yaitu menghitung mean dan deviasi standar dan membuat kategori skala kecerdasan emosional
Tabel 3.2
Skoring Instrumen Kecerdasan Emosional
No Pilihan Jawaban Nilai
Favorable Unfavorable
1 SS (Sangat Sesuai) 4 1
2 S (Sesuai) 3 2
3 TS (Tidak Sesuai) 2 3
4 STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 4
(29)
63
Kuesioner yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur tingkat konformitas dari responden adalah koesioner yang berisi mengenai beberapa pernyataan mengenai konformitas yang berdasarkan pada teori dari Myers (2002). Kuesioner terdiri dari 5 dimensi yaitu, menghidari penolakan, pemenuhan harapan kelompok, daya tarik kelompok, kepercayaan dan pendapat. Adapun kisi-kisi instrumen konformitas yang telah disusun oleh peneliti adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Konformitas
No Dimensi Indikator Item ∑
Fav Unfav
1 Menghindari penolakan
Kecenderungan untuk menyesuaikan perilaku individu dengan perilaku kelompok
1, 2, 23 37 4
Kecenderungan untuk menyesuaikan aktivitas individu dengan aktivitas kelompok
3, 4, 24 38 4
2 Pemenuhan
harapan kelompok
Kesediaan individu untuk
mengikuti aturan kelompok 25 5 2
Kesediaan individu untuk
menerima perlakuan kelompok 6, 7 39 3
Kesediaan individu untuk
menerima pendapat kelompok 8 26 2
Kesediaan individu untuk menghabiskan waktu bersama kelompok
9, 40 27 3
3 Daya tarik kelompok
Ketertarikan terhadap anggota kelompok
10, 41,
42 0 3
Ketertarikan terhadap aktivitas
kelompok 11, 12 28 3
Ketertarikan individu terhadap norma atau aturan kelompok
13, 29,
30 0 3
4 Kepercayaan Kepercayaan individu terhadap
(30)
Kepercayaan individu terhadap
aturan kelompok 16 43 2
Kepercayaan individu tetang adanya kerjasama dalam kelompok
17, 18 44 3
5 Pendapat Pendapat individu terhadap
anggota kelompok 32 19, 33 3
Pendapat individu terhadap
aturan kelompok 34, 35 20 3
Pendapat individu mengenai
aktivitas kelompok 21, 22 36 3
Jumlah 44
Cara mengisi instrumen ini yaitu dengan memberikan tanda ceklis (√) pada
salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Setiap pernyataan mempunyai empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
Penyekoran dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan skor pada masing-masing pernyataan yang sudah dijawab oleh responden dengan mengacu pada pola yang bisa dilihat pada tabel 3.4.sehingga akan diperoleh skor total dari masing-masing responden. Langkah selanjutya yaitu mencari
mean dan deviasi standar dan membuat kategori skala konformitas.
Tabel 3.4
Skoring Instrumen Konformitas
No Pilihan Jawaban Nilai
Favorable Unfavorable
1 SS (Sangat Sesuai) 4 1
2 S (Sesuai) 3 2
3 TS (Tidak Sesuai) 2 3
4 STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 4
3. Kuesioner Perilaku Agresif
Kuesioner yang disusun oleh peneliti dalam mengukur perilaku agresif adalah kuesioner yang mengacu pada teori dari Buss dan Perry (1992) yang
(31)
65
mengatakan bahwa terdapat 4 hal yang termasuk kedalam perilaku agresif yaitu, Physical Aggression, Verbal Aggression, Anger, dan Hostility.
Adapun kisi-kisi instrumen perilaku agresif yang telah disusun oleh peneliti adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Agresif
No Dimensi Indikator Item ∑
1 Psychical Aggresion Kecenderungan individu
untuk melakukan
penyerangan secara fisik.
1, 2, 3, 19,
20, 21 6
2 Verbal Aggression Melakukan penyerangan
keada orang lain secara verbal atau menggunakan kata-kata.
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 22, 23, 24, 25, 26,
27, 28
15
3 Anger Kecenderungan untuk cepat
marah
12, 13, 14, 29, 30, 31 6 Individu tidak mampu
mengndalikan amarah.
15, 16, 17,
32, 33 5
4 Hostility Adanya rasa cemburu dan
iri terhadap orang lain (Resentment).
18, 34 2
Adanya ketidakpercayaam terhadap orang lain sebagai bentuk dari permusuhan (Suspicion)
35, 36 2
Jumlah 36
Kuesioner diisi dengan memberikan tanda ceklis (√) pada salah satu
(32)
Setiap pernyataan mempunyai empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
Teknik skoring pada instrumen ini dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing pernyataan yang telah dijawab oleh responden. Pemberian skor mengacu pada pola yang bias dilihat pada tabel 3.6. kemudian skor dari maing-masing responden dijumlahkan sehingga diperolah skor total untuk masing-masng responden.
Tabel 3.6
Skoring Instrumen Perilaku Agresif
No Pilihan Jawaban Nilai
Favorable
1 SS (Sangat Sesuai) 4
2 S (Sesuai) 3
3 TS (Tidak Sesuai) 2
4 STS (Sangat Tidak Sesuai) 1
E.Kategorisasi Skala
Tujuan dari kategorisasi skala ini adalah untuk menempatkan individu kedalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Banyakya kategori diagnosis yang dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang namun tidak kurang dari tiga jenjang. Azwar (2009).
1. Kategorisasi Skala Kecerdasan Emosional
Peneliti mengelompokkan sampel kedalam tiga kategori skala untuk kecerdasan emosional dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 3.7
Rumusan Tiga Kategori Skala Kecerdasan Emosional
(33)
67
Tinggi X > μ + 1σ
Sedang μ - 1 σ X μ + 1σ
Rendah X < μ - 1 σ
(Azwar, 2007) Keterangan:
X= Skor subjek
µ = Mean (nilai rata-rata)
σ= Standard Deviation (Deviasi standar)
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan mean dan deviasi standar, maka didapatkan perhitungan statistik deskriptif dari instrumen kecerdasan emosional seperti pada tabel berikut ini:
Berdasarkan tebel 3.8 Variabel kecerdasan emosional memiliki rata-rata dan standar deviasi sebesar 148, 35 dan 11,47. Maka berdasarkan data tersebut diperoleh kategori skala sebagai berikut:
Tabel 3.9
Kategori Skala Kecerdasan Emosional
Kategori Rentang
Tinggi X > 159,82
Sedang 136,87 X 159,82
Rendah X < 136,87
Tabel 3.8
Statistik Deskriptif Kecerdasan Emosional
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi Kecerdasan
Emosional
60 127.00 186.00 148.3500 11.47854
(34)
Untuk lebih memperjelas mengenai kategorisasi skala kecerdasan emosional, maka kategorisasi skala tersebut diuraikan berdasarkan kompetensi
– kompetensinya sebagai berikut:
Tabel 3.10
Statistik Deskritif Tiap Dimensi Kecerdasan Emosional
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
Kesadarandiri 60 12.00 19.00 15.7667 1.46561
Pengaturandiri 60 25.00 37.00 30.1667 2.82343
Motivasidiri 60 22.00 32.00 26.3000 2.35278
Kesadaransosial 60 24.00 36.00 28.3833 2.40826
Kemampuansosial 60 37.00 63.00 47.7333 4.63175
Valid N (listwise) 60
Tabel 3.11
Kategori Skala Tiap Dimensi Kecerdasan Emosional
Kategori Rentang
Kesadaran diri Pengendalian diri Motivasi diri Kesadaran sosial Kemampuan sosial Tinggi X >17,23 X >32,99 X >28,65 X >30,79 X >52,36 Sedang 14,30 X 17,23 27,34 X 32,99 23,94 X 28,65 25,97 X 30,79 43,10 X 52,36 Rendah X <14,30 X <27,34 X <23,94 X <25,97 X <43,10
2. Kategorisasi Skala Konformitas
Peneliti mengelompokkan sampel kedalam tiga kategori skala untuk kecerdasan emosional dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 3.12
Rumusan Tiga Kategori Skala Konformitas
Kategori Rentang
Tinggi X > μ + 1σ
Sedang μ - 1 σ X μ + 1σ
Rendah X < μ - 1 σ
(35)
69
Keterangan: T = Skor subjek
µ = Mean (nilai rata-rata)
σ = Standard Deviation (Deviasi standar)
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan mean dan deviasi standar, maka didapatkan perhitungan statistik deskriptif dari instrumen kecerdasan emosional seperti pada tabel berikut ini:
Berdasarkan tebel 3.13 Variabel kecerdasan emosional memiliki rata-rata dan standar deviasi sebesar 74,30 dan 7,45. Maka berdasarkan data tersebut diperoleh kategori skala sebagai berikut:
Tabel 3.14
Kategori Skala Konformitas
Kategori Rentang
Tinggi X > 81,75
Sedang 66,85 X 81,75
Rendah X < 66,85
Untuk lebih memperjelas mengenai kategorisasi skala konformitas, maka kategorisasi skala tersebut diuraikan berdasarkan dimensi-dimensinya sebagai berikut:
Tabel 3.15
Statistik Deskriptif Tiap-Tiap Dimensi Konformitas
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
Tabel 3.13
Statistik Deskriptif Konformitas
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
konformitas 60 59.00 94.00 74.3000 7.45222
(36)
Menghindaripenolakan 60 4.00 8.00 6.2333 .78905 Pemenuhanharapankelomp
ok
60 14.00 23.00 18.4667 2.11104
Dayatarikkelompok 60 13.00 20.00 15.5833 1.60815
Kepercayaan 60 12.00 20.00 15.5000 2.01267
Pendapat 60 13.00 24.00 18.5167 2.18230
Valid N (listwise) 60
Tabel 3.16
Kategori Skala Tiap Dimensi Konformitas
Kategori
Rentang Menghindari
Penolakan
Pemenuhan Harapan Kelompok
Daya Tarik Kelompok
Kepercayaan Pendapat
Tinggi X >7,02 X >20,57 X >17,19 X >17,51 X >20,69 Sedang 5,44 X 7,02 16,35 X 20,57 13,97 X 17,19 13,48 X 17,51 16,33 X 20,69 Rendah X <5,44 X <16,35 X <13,97 X <13,48 X <16,33
3. Kategorisasi Skala Perilaku Agresif
Peneliti mengelompokkan sampel kedalam 3 kategori skala untuk kecerdasan emosional dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 3.17
Rumusan Tiga Kategori Skala Perilaku Agresif
Kategori Rentang
(37)
71
Sedang μ - 1 σ X μ + 1σ
Rendah X < μ - 1 σ
(Azwar, 2007) Keterangan:
X= Skor subjek
µ = Mean (nilai rata-rata)
σ = Standard Deviation (Deviasi standar)
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan mean dan deviasi standar, maka didapatkan perhitungan statistik deskriptif dari instrumen kecerdasan emosional seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.18
Statistik Deskriptif Perilaku Agresif
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
perilakuagresif 60 24.00 81.00 45.6333 12.59939
Valid N (listwise) 60
Berdasarkan tabel 3.18 Variabel kecerdasan emosional memiliki rata-rata dan standar deviasi sebesar 45,63 dan 12,59. Maka berdasarkan data tersebut diperoleh kategori skala sebagai berikut:
Tabel 3.19
Kategori Skala Perilaku Agresif
Kategori Rentang F %
Tinggi X > 58,23 7 11,67%
Sedang 33,03 X 58,23 43 71,67%
Rendah X < 33,03 10 16,67%
(38)
Untuk lebih memperjelas mengenai kategorisasi skala kecerdasan emosional, maka kategorisasi skala tersebut diuraikan berdasarkan kompetensi
– kompetensinya sebagai berikut:
Tabel 3.20
Statistik Deskriptif Dimensi Perilaku Agresif
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
Physical Aggression 60 4.00 13.00 6.6667 2.39113
Verbal Aggression 60 10.00 35.00 18.6500 6.38012
Anger 60 7.00 23.00 12.8833 3.80496
Hostility 60 3.00 11.00 7.4333 2.07786
Valid N (listwise) 60
Tabel 3.21
Kategori Skala Tiap Dimensi Perilaku Agresif
Kategori Rentang
Physical Aggression Verbal Aggression Anger Hostility Tinggi X >9,05 X >25,03 X >16,68 X >9,51 Sedang 4,27 X 9,05 12,26 X 25,03 9,07 X 16,68 5,35 X 9,51 Rendah X <4,27 X <12,26 X <9,07 X <5,35
F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Validitas
Validitas penting digunakan untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur yang akan digunakan. Suatu alat ukur atau suatu instrumen dikatakan memilki validitas yang tinggi apabila mampu memberikan hasil pengukurann yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2012).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan validitas isi untuk menguji validitas dari alat ukur yang akan digunakan. Uji validitas dilakukan dengan
(39)
73
professional judgement oleh dosen Jurusan Psikologi UPI Bandung. Pada
proses uji validitas ini, dilakukan seleksi item dari instrumen yang telah disusun oleh peneliti sehingga diketahui item mana saja yang layak dan bias digunakan serta item mana saja yang tidak layak dan harus dibuang.
2. Uji Coba Instrumen
Mutu hasil penelitian dapat diketahui berdasarkan data yang diperoleh dari instrumen yang telah memenuhi kriteria sebagai alat ukur yang valid dan reliabel. Sebelum digunakan, terlebih dahulu akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap instrumen yang telah disusun oleh peneliti. Tahapan ini bertujuan untuk memastikan bahwa instrumen yang dibuat dapat memenuhi fungsinya ketika digunakan (Azwar, 2010).
3. Analisis Item
Analisis item dilakukan dengan melihat corrected item total
correlation.Corrected item total corelation adalah korelasi antara skor item
dengan skor total dari sisa item lainnya. Item yang dipilih menjadi item final dan bisa digunakan adalah item yang memiliki rix ≥ 0,30. (Ihsan, 2009). Namun
apabila item yang diinginkan dirasa belum cukup oleh peneliti maka peneliti dapat menurunkan skor menjadi 0,25 sehingga item yang dibutuhkan oleh peeliti dapat terpenuhi (Azwar, 2010).
Untuk menghitung korelasi distribusi skor item dengan distribusi skor skala, peneliti menggunakan teknik pearson product moment dengan bantuan software SPSS versi 19.00. adapun rumus pearson product moment adalah sebagai berikut:
r
xy = ∑ ∑ ∑(40)
(Azwar, 2011:48) Keterangan:
X = Angka pada variabel pertama Y = Angka pada variabel kedua N = Banyaknya subjek
Menurut Azwar (2011:148), item-item yang mencapai koefisien korelasi rix ≥ 0,30 atau rix ≥ 0,25 dianggap sebagai item yang memiliki daya diskriminasi
yang baik. Dalam penelitian ini, batas koefisien korelasi yang digunakan adalah 0,25
a. Analisis Item Istrumen Kecerdasan Emosional
Hasil analisis item instrumen kecerdasan emosional yang dilakukan terhadap 60 responden dapat dilihat pada tabel 3.22.
Tabel 3.22
Hasil Analisis Item Instrumen Kecerdasan Emosional
Item Layak Item Tidak Layak
1, 4, 6, 7, 8, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98,
99, 100.
2, 3, 5, 9, 10, 11, 24, 28, 40, 44, 45, 54, 61, 68, 90, 91
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan software SPSS versi 19.00, dari 100 item yang telah disusun dapat diketahui bahwa terdapat 84 item layak dan dapat digunakan dan 16 item masuk kedalam kategori tidak layak sehingga item tersebut harus dieliminasi dan tidak dapat digunakan.
(41)
75
Selanjutnya, peneliti melakukan eliminasi kepada beberapa pernyataan yang memiliki kemiripan dan kesamaan. Sehingga, kisi-kisi instrumen kecerdasan emosional setelah dilakukan uji coba dan eliminasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.23
Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba
No Dimensi Kompetensi Jumlah Item ∑
Fav Unfav
1 Kesadaran Diri
Kesadaran emosi 1 0 1
Penilaian diri secara teliti 4 12 2
Percaya diri 13 6 2
2 Pengaturan diri
Kontrol diri 7, 8 0 2
Sifat dapat dipercaya (transparan)
16 25 2
Adaptabilitas 18 27 2
Inofatif 20, 21 0 2
Berhati-hati 30 31 2
3 Motivasi diri Dorongan berprestasi 23, 32 0 2
Komitmen 36 46 2
Inisiatif 47, 38 0 2
Optimisme 49 41 2
4 Kesadaran sosial
Empati 51, 52 0 2
Orientasi membantu orang lain
(42)
Mengembangkan orang lain
62, 55 0 2
Kesadaran politis 57, 66 0 2
Menerima perbedaan 59 77 2
5 Kemampuan
sosial
Pengaruh 70, 78 0 2
Komunikasi 80 73 2
Kepemiminan 75, 83 0 2
Katalisator perubahan 76, 85 0 2
Manajemen konflik 86, 94 0 2
Membangun hubungan 88, 95 0 2
Kolaborasi dan kooperasi 89 98 2
Kapabilitas dalam kelompok
92, 99 0 2
(43)
77
b. Analisis ItemInstrumen Konformitas
Hasil analisis item instrumen konformitas yang telah dilakukan terhadap 60 subjek adalah sebagai berikut:
Tabel 3.24
Hasil Analisis Item Instrumen Konformitas
Item Layak Item Tidak Layak
4, 5, 6, 7, 8, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 27,28, 29, 30, 31, 32, 33, 35,
36, 38, 39, 40, 41, 43
1, 2, 3, 9, 10, 12, 13, 22, 23, 34, 37, 42, 44
Berdasarkan hail perhitungan dengan bantuan program SPSS 19.0, dari 44 item dapat diperoleh bahwa terdapat 31 item layak dan dapat digunakan dan 13 item dinyatakan tidak layak sehingga tidak dapat digunakan dan harus dihapus. Selanjutnya peneliti melakukan eliminasi lanjutan kepada beberapa pernyataan yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Sehingga, pada tabel 3.25 dapat dilihat kisi-kisi instrumen konformitas setelah dilakukan uji coba.
(44)
Tabel 3.25
Kisi-Kisi Instrumen Konformitas Setelah Uji Coba
No Dimensi Indikator Item ∑
Fav Unfav
1 Menghindari
penolakan
Kecenderungan untuk menyesuaikan perilaku individu dengan perilaku kelompok
0 0 0
Kecenderungan untuk menyesuaikan aktivitas individu dengan aktivitas kelompok
24 38 2
2 Pemenuhan
harapan kelompok
Kesediaan individu untuk
mengikuti aturan kelompok 25 0 1
Kesediaan individu untuk
menerima perlakuan kelompok 6 39 2
Kesediaan individu untuk
menerima pendapat kelompok 8 26 2
Kesediaan individu untuk menghabiskan waktu bersama kelompok
0 27 1
3 Daya tarik kelompok
Ketertarikan terhadap anggota
kelompok 41 0 1
Ketertarikan terhadap aktivitas
kelompok 11 28 2
Ketertarikan individu terhadap
norma atau aturan kelompok 29, 30 0 2
4 Kepercayaan Kepercayaan individu terhadap
anggota kelompok 31 15 2
Kepercayaan individu terhadap
aturan kelompok 0 43 1
Kepercayaan individu tetang adanya kerjasama dalam kelompok
17, 18 0 2
5 Pendapat Pendapat individu terhadap
anggota kelompok 32 19 2
Pendapat individu terhadap
aturan kelompok 35 20 2
(45)
79
aktivitas kelompok
Jumlah 24
c. Analisis Item Insrumen Perilaku Agresif
Hasil analisis item untuk instrumen perilaku agresif dapat dilihat pada tabel 3.26 berikut ini.
Tabel 3.26
Hasil Analisis Item Instrumen Perilaku Agresif
Item Layak Item Tidak Layak
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, 34, 35, 36
5, 18
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 19.0, dapat diketahui bahwa terdapat 34 item layak pada instrumen perilaku agresif dan hanya 2 item tidak layak sehingga harus dibuang dan tidak dapat digunakan. Selanjutnya, peneliti melakukan eliminasi terhadap item yang masuk kedalam kategori layak karena memiliki kesamaan. Adapun kisi-kisi instrumen perilaku agresif setelah uji coba adalah sebagai berikut.
(46)
Tabel 3.27
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Agresif Setelah Uji Coba
No Dimensi Indikator Item ∑
1 Psychical Aggresion Kecenderungan individu
untuk melakukan
penyerangan secara fisik.
2, 19, 20,
21 4
2 Verbal Aggression Melakukan penyerangan
keada orang lain secara verbal atau menggunakan kata-kata.
4, 8, 10, 22, 23, 24, 25, 26, 27,
28
10
3 Anger Kecenderungan untuk cepat
marah 29, 30, 31 3
Individu tidak mampu mengndalikan amarah.
15, 16, 17,
32 4
4 Hostility Adanya rasa cemburu dan
iri terhadap orang lain (Resentment).
34 1
Adanya ketidakpercayaam terhadap orang lain sebagai bentuk dari permusuhan (Suspicion)
35, 36 2
Jumlah 24
4. Reliabilitas
Menurut Sugiono (2005) reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Sebuah instrumen atau alat ukur yang baik adalah alat ukur yang reliabel (reliable), yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan error pengukuran yang kecil (Azwar, 2012).
Reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS 19.0. perhitungan dilakukan pada item-item yang telah valid. Adapun rumus serta kriteria reliabilitas
(47)
81
dikategorikan berdasarkan kriteria yang dibuat oleh Guilford (Subino, 1987), yaitu sebagai berikut:
( Ihsan, 2009:104) Keterangan:
= Koefisien Reliabilitas Instrumen
n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Vi = Jumlah varians butir
Vt = Varians skor total
Tabel 3.28 Kriteria Reliabilitas
Derajat Reliabilitas Interpretasi
0,91 - 1,00 Sangat tinggi
0,71 - 0,90 Tinggi
0,41 - 0,70 Sedang
0,21 - 0,40 Rendah
< 0,20 Sangat rendah
a. Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Emosional
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan tekhnik cronbach’s alpha, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,913 dengan besar koefisien tersebut berarti instrumen kecerdasan emosional memiliki reliabilitas yang sangat tinggi sehingga dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Berikut adalah hasil perhitungan reliabilitas menggunakan program SPSS 19.0.
Tabel 3.29
Reliability StatisticsKecerdasan
Emosional
(48)
b. Reliabilitas Instrumen Konformitas
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap instrumen konformitas dengan menggunakan tekhnik cronbach’s alpha diperoleh koefisien reliabilitas instrumen sebesar 0,894. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen konformitas mempunyai reliabilitas yang tinggi sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Berikut ini merupakan hasil perhitungan reliabilitas instrumen konformitas menggunakan program SPSS 19.0.
c. Reliabilitas Instrumen Perilaku Agresif
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas terhadap instrumen perilaku agresif dengan menggunakan tekhnik cronbach’s alpha diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,955. Koefesien tersebut menunjukan bahwa instrumen perilaku agresif memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi sehingga instrumen ini dapat digunakan sebagai pengumpul data. Berikut merupakan hasil perhitungan reliabilitas terhadap instrumen perilaku agresif menggunakan program SPSS 19.0.
Cronbach's
Alpha N of Items
.913 48
Tabel 3.30
Reliability StatisticKonformitas
Cronbach's
Alpha N of Items
(49)
83
Tabel 3.31
Reliability
StatisticPerilaku Agresif Cronbach's
Alpha N of Items
.944 24
G.Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen yang berupa kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan susunan pernyataan kepada responden untuk selanjutnya dijawab oleh responden (Sugiyono, 2012).
Untuk mengumpulkan data, peneliti akan memberikan langsung kuesioner yang telah disiapkan kepada responden agar peneliti dapat menentukan sendiri responden yang cocok dan peneliti mendapatkan responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk mejadi sampel dalam penelitian. Selain itu, peneliti melakukan hal tersebut untuk membangun hubungan dengan responden agar responden dengan sukarela dan senang hati dalam menjawab kuesioner yang diberikan. Peneliti akan memberikan kuesioner kepada suporter sepakbola klub liga Eropa di kota Bandung.
H.Analisis Data
Pada penelitian ini, analisis korelasi digunakan untuk abalisis data. Analisis korelasi ini menghubungkan satu variabel dengan variabel lain atau variabel X dan variabel Y untuk melihat arah dan kekuatan hubungan linear antara dua variabel tersebut.
Kekuatan hubungan di antara kedua variabel tersebut dinyatakan oleh koefisien korelasi rxyuntuk dijadikan parameter korelasi pada populasinya, sedangkan
(50)
arah hubungan terlihat dari tanda negatif atau positif rxy(Azwar, 2010). Adapun
langkah-langkah dalam teknik analisis data ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
software SPSS dengan metode uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dimana
jika nilai signifikansi > 0,05 (nilai Asym. Sig (2tailed) > 0,05) maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai sigifikansi kurang dari 0,05 maka data dikatakan berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu dari uji normalitas ini dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:
Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal
Jadi , apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > dari 0,05 maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal (Ho diterima). Begitu sebaliknya apabila nilainya < dari 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal (Ha diterima).
Hasil perhitungan dibawah menunjukan nilai signifikansi (Asymp. Sig. 2-tailed) dari variabel kecerdasan emosional sebesar 0,848. Nilai signifikansi konformitas sebesar 0,596 dan nilai signifikansi variabel perilaku agresif sebesar 0,825. Nilai signifikansi dari ketiga variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data dari ketiga variabel berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat ada tabel dibawah ini.
Tabel 3.32
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Kecerdasan
emosional konformitas
Perilaku agresif
(51)
85
N 60 60 60
Normal Parametersa,b
Mean 150.4333 75.8833 43.9833
Std. Deviation 13.29122 7.43581 10.59180
Most Extreme Differences
Absolute .079 .099 .081
Positive .056 .099 .081
Negative -.079 -.079 -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .612 .769 .628
Asymp. Sig. (2-tailed) .848 .596 .825
2. Uji Kelinieran/Linearitas
Uji lineritas dilakukan untuk mengetahui lineritas hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat juga untuk mengetahui taraf signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Apabila nilai penyimpangan tersebut tidak siignifikan, maka hubungan yang terjadi antar variabel adalah linier (Hadi, 2000:14).
Suatu data dikatakan linear jika F hitung lebih besar dari F tabel.Jika F hitung <F tabel atau probabilitas dengan taraf signifikansi 0,05, maka H0
diterima.Jika F hitung >F tabel atau probabilitas dengan taraf signifikansi 0,05, maka H0 ditolak. Adapun hipotesis dari uji linearitas ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan linear antara variabel kecerdasan emosional
dan konformitas dengan variabel perilaku agresif.
Hα :Terdapat hubungan linear antara variabel kecerdasan emosional dan konformitas dengan variabel perilaku agresif.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, menunjukan bahwa F hitung sebesar 9,69 dengan tingkat signifikansi yaitu 0,000. Berdasarkan tabel distribusi F, dengan nilai df penyebut sebesar 57dan df pembilang sebesar 2
(52)
diperoleh F tabel sebesar 3,15. Dari hasil diatas, diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar daripada Ftabel (9,69 > 3,15) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan linear antara variabel kecerdasan emosional dan konformitas dengan variabel perilaku agresif.
3. Uji Kolerasi
a. Teknik Korelasi
Data yang dihasilkan pada penelitian ini berdasarkan hail perhitungan SPSS versi 19.0 merupakan data berdistribusi normal, maka dari itu teknik yang digunakan dalam uji korelsi dalam penelitian ini yaitu uji korelasi
pearson product-moment yang perhitungannya dibantu oleh software SPSS
versi 19.0. pearson product-moment digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.
Menurut Sugiyono (2009), pedoman untuk menginterpretasi koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.33 Uji Linearitas
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1680.608 2 840.304 9.699 .000a
Residual 4938.375 57 86.638
Total 6618.983 59
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosional, Konformitas b. Dependent Variable: Perilaku Agresif
Tabel 3.34
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
(53)
87
(Sugiyono, 2009)
b. Uji Signifikansi
Uji sinifikansi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antar variabel. Dalam penelitian ini uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel kecerdasan emosional dan konformitas dengan variabel perilaku agresif. Untuk mengetahui hubungan tersebut, dapat dilihat dari tingkat signifikansi 0,05 yang mengacu pada kriteria dibawah ini:
Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan antara variabel kecerdasan emosional dan
konformitas dengan variabel perilaku agresif.
Hα : Terdapat hubungan antatra variabel kecerdasan emosional dan konformitas dengan variabel perilaku agresif.
Tabel 3.35
Kriteria signifikansi variabel Kriteria
Probabilitas > 0,05 H0 diterima
Probabilitas < 0,05 H0 ditolak
(Sugiyono, 2009)
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
(54)
4. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel X terhadap Y. Koefisien determinasi ini biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (%). Untuk mengetahui koefisien determinasi, digunakan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100% Keterangan :
KD : Koefisien determinasi r : Koefisien korelasi Pearson
I. Tahapan Penelitian 1. Tahap Persiapan
a. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian
b. Studi pendahuluan atau studi pustaka, untuk mendapatkan gambaran yang benar dan tepat mengenai kecerdasan emosional dan perilaku agresif suporter sepakbola klub liga eropa di kota Bandung.
c. Menentukan dan menyusun instrumen kecerdasan emosi dan perilaku agresif.
2. Tahap pengambilan data
a. Menghubungi pihak yang akan dijadikan objek penelitian. b. Menentukan sampel penelitian.
c. Memberikan penjelasan dalam pengisian kuesioner. d. Melakukan pengambilan data.
3. Tahap pengolahan data
a. Menghitung dan mentabulasi data yang didapat.
b. Pengolahan dengan pengujian statistik untuk menguji hipotesis penelitian dan korelasi antar variabel penelitian.
c. Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan dari hasil pengujian statistik.
(55)
89
4. Tahap pembahasan
a. Menginterpretasikan dan membahas hasil anailsis statistik berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian terdahulu yang diajukan.
b. Membuat kesimpulan dan hasil penelitian. 5. Tahap akhir
a. Menyusun laporan hasil penelitian
b. Memperbaiki dan menyempurnakan laporan hasil penelitian secara menyeluruh.
(56)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan pengujian yang dilaksanakan mengenai kontribusi kecerdasan emosional dan konformitas terhadap perilaku agresif suporter usia dewasa klub sepak bola liga Eropa di kota Bandung, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum, kecerdasan emosional suporter sepakbola klub liga Eropa di kota Bandung berada pada kategori sedang atau rata-rata. Artinya, suporter sudah mampu menguasai kelima aspek dari kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivas diri, kesadaran sosial, dan kemampuan sosial. Namun hal tersebut masih perllu dilatih dan dikembangkan agar suporter semakin menguasai dari kelima aspek tersebut.
2. Suporter sepakbola klub liga Eropa di kota Bandung, pada umumnya memiliki tingkat konformitas yang sedang atau rata-rata. Hal ini berarti, suporter sudah mampu untuk memilah-milah nilai dan norma kelompok yang baik yang sesuai dengan dirinya. Perubahan perilaku yang terjadi tidak serat merta menghilngakan nilai individu yang sudah ada pada dirinya atau idividualitasnya.
3. Agresifitas suporter sepakbola klub liga Eropa di kota Bandung pada umumnya berada pada tingkat sedang atau rata-rata. Artinya, suporter masih mampu mereduksi atau menekan agresifitasnya sehingga masih berada pada tingkat sedang. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa faktor lain yang mampu mereduksi agresifitas subjek.
4. Terdapat dua dimensi atau kluster dari kecerdasan emosional yang memiliki hubungan negatif dan signifikan yaitu kluster pengaturan diri dan motivasi diri.
(57)
133
5. Semua dimensi dari konformitas memiliki korelasi negatif dan signifikan dengan perilaku agresif. Kelima dimensi tersebut yaitu menghindari penolakan, pemenuhan harapan kelompok, daya tarik kelompok, kepercayaan dan pendapat. 6. Tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku agresif
suporter sepakbola klub liga Eropa di kota Bandung. Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa dimensi atau kluster dari kecerdasan emosional yang tidak signifikan. Artinya, tinggi rendahnya kecerdasan emosional suporter tidak dapat dijelaskan oleh perilaku agresif suporter. Dengan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
hipotesis yang menyatakan bahwa “terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku agresif” ditolak.
7. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konformitas dengan perilaku agresif suporter sepakbola klub liga Eropa di kota Bandung. Artinya, tinggi rendahnya perilaku agresif suporter dapat dijelaskan oleh bagaimana konformitas suporter. Dengan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
menyatakan bahwa “terdapat hubungan antara konformitas dan perilaku agresif”
diterima.
8. . Besarnya kontribusi kecerdasan emosional dan konformitas terhadap perilaku agresif suporter sebesar 25,4%. Artinya 74,6% adalah faktor lain yang mampu mempengaruhi perilaku agresif suporter.
B.Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, berikut merupakan beberapa rekomendasi yang dapat diberikan oleh peneliti kepada beberapa pihak yaitu:
1. Bagi Kelompok Suporter
Dengan masih adanya suporter yang melakukan tindakan agresif, kelompok diharapkan mampu membuat aturan tegas mengenai periaku suporter. Sehingga diharapkan tidak ada lagi suporter yang berlaku anarkis dan merugikan orang lain. Dan kelompok suporter diharapkan mampu untuk memanfaatkan antusiasme
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, A.G. (2007). Rahasia Sukss Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual:
The ESQ way 165. Jakarta: ARGA.
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2009). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., Bem, D. J., Nolen, H,S. (2010).
Pengantar Psikologi Jilid 1. Terjemahan: Kusuma Widjaja. Tangerang:
Ingteraksara.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bahri, S. (1994). Kecenderungan Agresif Siswa SMA Ditelaah Dari Kehidupan
Keluarga dan Sekolah. Bandung : Tesis PPS IKIP.
Baron, R.A.& Byrne, D. (1994). Social Psychology: Understanding Human
Interaction. Boston: Allyn & Bacon.
Baron, R. A.& Byrne, D. (2003). Psikologi Sosial Jilid 2. Terjemahan: Ratna Juwita, dkk. Jakarta: Erlangga.
Baron, R A.& Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Jilid 1 Edisi 10. Terjemahan: Ratna Juwita, dkk. Jakarta: Erlangga.
Berk, L.E. (2010). Development Trough The Lifespan (vol. 5). Yogyakarta: Pustaka Utama.
Buss, A.H. (1961). The Psychology Of Aggression. New York: John Willey.
Buss, A.H., & Perry, M. (1992). The Aggression Quistionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 63, 452-459.
Brilian, P. M. (2013). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Perilaku Asertif
Dengan perilaku agresif Siswa Kelas XI SMA N 1 Ngaglik. E-Jurnal
Bimbingan dan Konseling Vol. 2 No. 5 Tahun 2013.
Cervone, D & Lawrence, A. P. (2010). Kepribadian Teori dan Penelitian Edisi 10
(2)
Compas, B. E., Jaser. S. S., Dunn, J. M.,Rodriguez. E.M. (2012). Coping with
Chronic Illness in Childhood and Adolescence. NIH Public Access Journal
Annual Review of Clinical Psychology 27 April 2012; 8: 455-480.
Cooper, R.B & Sawaf, A. (1998). Executive EQ: Kecerdasan Emosional dalam
Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Covey , S. R. (2005). The 8 Habit Melampaui Efektifitas, Menggapai Keagungan. Terjemahan: Wandi S Brata & Zain Isa. Jakarta: PT Gramedia.
Davidoff. (1991). Psikologi Suatu Pengantar. (Jilid 1 edisi 2). Jakarta: Erlangga. Dayaksini, T., & Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Edisi 2 Cetakan 2. Malang:
UMM Press.
Dayaksini, T., &Hudaniah. (2006). Psikologi Sosial Edisi Revisi. Malang: UMM Press
Dayaksini, T.,& Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Deniz, S. (2013). The Relationship Between Emtional Intelligence and Problem
Solving Skill In Prospective Teachers. Academic Journal Vol. 8(24), 23
Desember 2013 ISSN 1990-383
Desmita. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja Rosda karya. Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Desniwati, R. (2008). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Konsep
Tingkah Laku Agresi Pada Remaja Madya. Skripsi Jurusan Psikologi
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.
Dheny, S. (2012). Pembakaran Jersey Real Madrid Oleh Fans Barcelona. [Online]. Tersedia di http://dhenysetiawanpartii.blogspot.com/2012/10/pembakaran-jersey-real-madrid.html. Diakses pada 28 November 2013.
Dunia Soccer. (2013). Daftar Fans Liverpool Terbanyak di Dunia: Indonesia No.1.
[Online]. Tersedia di
http://www.duniasoccer.com/Duniasoccer/Tribun/Lifestyle/Daftar-Fans-Liverpool-Terbanyak-di-Dunia-Indonesia-No.1. Diakses pada 27 Desember 2013.
Feldman, R. S. (2003). Essentials Of Understanding Psychology 5th Edition. New
(3)
Friedman, H. S. & Miriam, W. S. (2008). Kepribadian Teori Klasik dan Riset
Modern Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Goleman, D. (a.b. T. Hermaya). (2002). Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Goleman, D. (1997). Emotional intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D. (2007). Kecerdasan Emosional: Mengapa EI Lebih Penting daripada
IQ. Terjemahan: Hermaya, T. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Goleman, D. (2009).Emotional Intellegence. Terjemahan: Hermaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistic In Psychology and Education. McGraw-Hill: New York.
Haber, A & Runyon, R.P. (1984). Psychology of Adjusment. Illinois: The Dorsey Press.
Hadi, S. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Hude, M. D. (2006). Emosi : Penjelajahan Religio Psikologis Tentang Emosi
Manusia Di Dalam Al-Quran. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. B. (1898). Personality Development. New York: Mc. Graw Hill Book Company.
Hurlock,E.B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. B. (1995). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Ihsan, H. (2009). Metode Skala Psikologi (Buku Bahan Ajar). Bandung : Tidak diterbitkan.
Iskandar, A. (2009). Perilaku Agresif Pelajar ( Hubungannya dengan Perhatian
Terhadap Tayangan Film Aksi di Televisi dan Tingkat Afiliasi Kelompok Agresif. Bandung : Sonagar Press
Kagan, J. (1972). Psychology. New York: Harcourt Brace Javanovich Ernest Havemen.
(4)
Koeswara, E. (1998). Agresi Manusia. Bandung : PT. Eresco. Krahe, B. (2005). Perilaku agresif. Yogyakarta: Pustaka belajar.
Lanawati, S. (1999). Hubungan Antara Emotional Itelligence (EI) dan Intelligensi
(IQ) dengan Prestasi Belajar Siswa SMU Methodist di Jakarta. Tesis pada
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok: Tidak Diterbitkan.
Middlebrook, P. N. (1980). Social Psychology And Modern Life. New York: Alfred A Knopf.
Mu’tadin. (2002). Faktor Penyebab Peilaku Agresi. (Online). Tersedia:
http://www.e-psikologi.com. (10 November 2012).
Myers, D.G. (2002). Social Psychology. 7th Edition. North America: McGraw-Hill,
Inc.
Myers, D.G. (2005). Social Psychology. 6th Edition. North America: McGraw-Hill.
Myers, D.G. (2012). Exploring Social Psycholgy. 6th Edition. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Papalia, D.E.,Old,S.W.,&Feldman,R.D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: kencana.
Patton, P. (a.b. Hermes). (1998). EQ Kecerdasan Emosional : Untuk Meraih Sukses
Pribadi dan Karier. Mitra Media.
Prawitasari, J.E. (1998). Kecerdasan Emosi. Buletin Psikologi 1998, jilid VI (1). Pinta, K. (2013). Klub Raksasa Raih Pasar Indonesia Melalui Media Sosial. [Online].
Tersedia di http://hot.detik.com/read/2013/11/01/201359/2402057/935/klub-raksasa-raih-pasar-indonesia-melalui-media-sosial. Diakses pada 30 November 2013
Rakhmat, J. (1999). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Posdaya
Rakos, R.F. (1991). Assertive Behavior: Theory, Research & Training. New York: Routledge, Chapman & Hall Inc.
Rashotte, L. (2007). Social Influence. Blackwell Publishing.
Respati, W. S, dkk., (2007). Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Berbakat Di
(5)
Rohiat. (2008). Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: PT. Refika Aditama.
Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development (edisi dua). Jakarta: Erlangga.
Sarwono. W. S. (2002). Psikologi Sosial: psikologi kelompok dan psikologi terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Sarwono, S.W. & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Schneiders, A. A. (1964). Personality Adjusment and Mental Health. New York: Holt, Rinehart & Winston.
Sears, David. O., Freedamn, J.l., & Peplau, L.A. (1994). Psikologi Sosial Jilid 2 edisi
5. Jakarta: Erlangga.
Sears. (2010). Social Psychology. Jakarta: Erlangga.
Seligman, M. E. P. (1991). Learned Optimism. New York: Alfred A Knopf Inc. Stein, S. J. & Book, H.E. (2002). Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Meraih Sukses. Bandung: KAIFA.
Steinberg, R.J. (2001). Psychology: In Search of the Human Mind. Third Edition. Orlando: Harcourt College Publisher.
Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes (Suatu Pengantar kepada Teori Tes dan
Pengukuran). Jakarta: Depdikbud.
Sugiyono. (2009). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suhandi, A. (2013). Fans Layar Kaca. [Online]. Tersedia di http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2013/04/04/091722/2211107/425/1/ fans-layar-kaca. Diakses pada 15 Desember 2013.
Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Taylor, S.E., Peplau, L.A., Sears, D.O. (1997). Social Psychology. New Jersey: Prentice Hall.
(6)
Tentama, Y. (2012). Perilaku Anak Agresif : Asesmen dan Intervensinya. Jurnal KES MAS UAD Vol. 6, No. 2, Juni 2012 ISSN 1978-0575.
Tosang, M. A., dkk., (2013). Relationship Between Self Esteem and Emotional
Intelligence and Marital Satisfaction Among Women. World Of Science
Journal Vol.1 Issue 11, 2013 ISSN 2307-3071.
Utomo. H. & waristo . H., 2012. Hubungan Antara Frustasi Dan Konformitas
Dengan Perilaku Agresi Pada Suporter Bonek Persebaya. Jurnal Penelitian
Psikologi . Vol. 1 . No. 2.
Wade, C. & Carol, T. (2007). Psikologi Edisi ke-9. Jakarta: Erlangga. Walgito, B. (2002). Pengantar Psikologi Umum Edisi 3. Yogyakarta: Adi.
Watson, D. L, Debortali-Tregrthan, G. & Frank, J. (1994). Social Psychology:
Science and Application III. Nois: Scott, Foresman and Company.
Wolff, S. B. (2005). Emotional Competency Inventory Technical Manual. [Online].
Tersedia di
http://www.eiconsortium.org/pdf/ECI_2_0_Technical_Manual_v2.pdf. diakses pada januari 2014
Yanuar, M. (2010). Indonesia Runer Up Untuk Jumlah Fans Terbanyak Barcelona. [Online]. Tersedia di http://www.goal.com/id-ID/news/1357/sepakbola-
spanyol/2010/11/25/2230642/indonesia-runner-up-untuk-jumlah-fans-terbanyak-barcelona. Diakses pada 28 November 2013.
Yudiani, E. (2005). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Masa Kerja dengan
Penjualan Adaptif. Jurnal Psikologika. Vol 10, No.19.
Yulisubandi. 2009. Kecerdasan emosi menurut Daniel Goleman. [online]. Tersedia di http://yulisubandi.blog.binusian.org/2009/10/19/kecerdasan-emosi-menurut-daniel goleman/. Diakses pada tanggal 13 November 2013.
Zamzami, A. ( 2007). Agresifitas Siswa SMK DKI Jakarta.Jurnal Pendidikan dan Kebuduayaan. No. 069 tahun ke-13. Hal 942-967.
Zanden, James. W Wander. (1984). Social Psychology 3th edition. New York: Random House.