Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Market Orientation dalam Manajemen dan Praktek Bisnis UMKM T2 912014029 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai latar
belakang, masalah penelitian, persoalan penelitian,
tujuan dan manfaat dari penelitian ini.
1.1

Latar Belakang Penelitian

Sebuah perubahan perdagangan di wilayah
ASEAN akan terjadi pada akhir 2015, yaitu dibukanya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau AEC (ASEAN
Economic Community). MEA ini merupakan single
market dan single production base, maka pada
penelitian ini, penulis mengangkat topik mengenai
orientasi
pasar
sebagai
strategi
bersaing

di
perdagangan bebas ASEAN. Memasuki era perdagangan
global yang semakin terbuka lebar, membuat kompetisi
produk-produk sejenis menjadi lebih ketat, karena
tidak hanya menjadi produk nasional namun juga
menjadi produk impor di negara mitra dagang (Wijaya,
2013). Aprianto, Yuwana, Falah & Kariyam (2015)
menjelaskan bahwa dengan dibukanya MEA dapat
menjadi tantangan dan sekaligus juga menjadi peluang
bagi pelaku bisnis di Indonesia, dan jika perusahaan
hanya berorientasi pada pasar domestik, maka hal ini
dapat menutup potensi bisnis terbuka di ASEAN. Lebih
lanjut dipaparkan pula bahwa MEA merupakan
realisasi integrasi ekonomi negara-negara anggota
ASEAN, di mana segala sesuatu didasari dengan
komitmen dan kepatuhan atas aturan yang berlaku,
bersifat inklusif, serta beriorientasi pasar, dan akan
menjadi basis produksi tunggal sehingga membuat
ASEAN lebih dinamis dan kompetitif.
Portal berita online BBC (2014) menjelaskan

bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak hanya
membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi
1

juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter,
pengacara, akuntan, dan profesi lainnya sebagai
dampak adanya penghapusan aturan-aturan yang
sebelumnya menghalangi masuknya produk dan jasa
asing. Dalam Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN
(2008) disebutkan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN
memiliki karakteristik kunci sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Pasar dan basis produksi tunggal
Wilayah ekonomi yang sangat kompetitif
Wilayah pembangunan ekonomi yang adil
Daerah terintegrasi ke dalam ekonomi global


Selanjutnya disebutkan bahwa pasar ASEAN dan basis
produksi tunggal terdiri lima elemen inti, diantaranya:
1. Gratis arus barang
2. Aliran bebas jasa
3. Aliran bebas investasi
4. Arus modal yang lebih bebas
5. Arus bebas tenaga kerja terampil
Dalam tulisan Arya Baskoro (2014), terdapat
empat hal yang akan menjadi fokus MEA yang bisa
menjadi peluang untuk Indonesia, diantaranya:
1. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan
dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis
produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan
basis produksi maka tidak ada hambatan bagi arus
barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang
besar, dan tenaga kerja ahli dari satu negara ke
negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
2. MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi
dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang

memerlukan suatu kebijakan yang meliputi
competition policy, consumer protection, Intellectual
Property Rights (IPR), taxation, dan E-Commerce.
Dengan demikian, akan tercipta iklim persaingan
yang adil; terdapat perlindungan berupa sistem
jaringan dari agen-agen perlindungan konsumen;
mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta;
menciptakan jaringan transportasi yang efisien,
2

aman, dan terintegrasi; menghilangkan sistem
Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan
dengan media elektronik berbasis online.
3. MEA akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki
perkembangan ekonomi yang merata, dengan
memprioritaskan pada Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM). Kemampuan daya saing dan
dinamisme UMKM akan ditingkatkan dengan
memfasilitasi akses mereka terhadap informasi
terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya

manusia dalam hal peningkatan kemampuan,
keuangan, serta teknologi.
4. MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap
perekonomian global. Dengan membangun sebuah
sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap
negara-negara anggota. Selain itu, partisipasi
negara-negara di kawasan Asia Tenggara akan
ditingkatkan pada jaringan pasokan global melalui
pengembangan paket bantuan teknis kepada
negara-negara Anggota ASEAN yang kurang
berkembang.
Hal
tersebut
dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan
industri
dan
produktivitas

sehingga
tidak
hanya
terjadi
peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional
namun
juga
memunculkan
inisiatif
untuk
terintegrasi secara global.
Wangke (2014) menyatakan dalam Global
Competitivenes Index, Indonesia masih berada di
peringkat ke 38 dari 148 negara, sementara Singapura
menempati posisi ke 2, Malaysia di posisi ke 24,
Thailand di posisi 37, Vietnam di posisi 70, dan Filipina
posisi 59. Menurutnya, salah satu cara untuk
meningkatkan daya saing di ASEAN adalah dengan
melakukan pembinaan UKM. Roadmap ASEAN
Community (2009) menguraikan rerangka kerja untuk

pengembangan UMKM di kawasan ASEAN yang terdiri
dari program kerja strategis yang bertujuan untuk:

3

a. Mempercepat
laju
pembangunan
UMKM,
mengoptimalkan pada keragaman Anggota Negara
ASEAN.
b. Meningkatkan daya saing dan dinamika UMKM
ASEAN dengan memfasilitasi akses mereka terhadap
informasi, pasar, pengembangan sumber daya
manusia
dan
kemampuan,
keuangan
serta
teknologi.

c. Memperkuat ketahanan UMKM ASEAN untuk dapat
lebih menahan makro ekonomi yang merugikan dan
kesulitan keuangan, serta tantangan lingkungan
perdagangan yang lebih liberal.
d. Meningkatkan
kontribusi
UMKM
terhadap
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Di Indonesia sendiri, website resmi Kementrian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia, melansir sampai dengan tahun 2012 total
UMKM sudah berjumlah 56.539.560 unit. Sementara
itu, pada tahun 2012 kontribusi UMKM terhadap
lapangan pekerjaan meningkat sebesar 9,16 persen
atau setara dengan 107 juta orang, dan berkontribusi
59,08 persen dari PDB Nasional (liputan6.com). Namun
sayangnya dari hasil penelitian Bank Indonesia (2014)
di Jawa Tengah sendiri hanya sekitar 58% pengusaha
UMKM yang sudah mengetahui rencana adanya

praktek MEA, 42% pengusaha lain masih belum
mengetahui, dan bahkan terdapat 34% pengusaha yang
tidak ambil pusing dengan pemberlakuan MEA. Kurang
paham dan ketidaktahuan para pengusaha tersebut
disebabkan
karena
kurangnya
sosialisasi
dari
pemerintah tentang rencana pemberlakuan MEA
kepada masyarakat luas (Aprianto, Yuwana, Falah &
Kariyam 2015).
Dalam rapat kerja nasional atau Rakernas
pemberdayaan
koperasi
dan
UMKM
yang
diselenggarakan pada tahun 2014, dijelaskan bahwa
demi dapat bersaing di dunia internasional, UMKM

harus berorientasi pada pasar guna memperkuat
ketahanan ekonomi domestik dan membangun
4

keunggulan global. Hasil penelitian oleh Wijaya (2013)
menyimpulkan
bahwa
orientasi
pasar
(market
orientation) berpengaruh terhadap keunggulan bersaing
(competitive advantage) di mana semakin baik orientasi
pasar suatu perusahaan, maka akan berdampak pada
tingginya keunggulan bersaing. Narver dan Slater
(1990) menyatakan bahwa keunggulan bersaing dapat
dicapai apabila perusahaan mampu memberikan nilai
yang lebih kepada pelanggan dari apa yang diberikan
oleh pesaingnya. Keunggulan bersaing dapat berasal
dari berbagai aktivitas perusahaan seperti dalam
mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan,

dan mendukung produknya. Masing-masing aktivitas
ini harus diarahkan untuk mendukung posisi biaya
relatif perusahaan dan menciptakan dasar untuk
menciptakan diferensiasi. Menurut Kohli dan Jaworski
(1990), orientasi pasar merupakan budaya perusahaan
yang bisa meningkatkan kinerja pemasaran. Narver dan
Slater (1990) mendefinisikan orientasi pasar sebagai
budaya organisasi yang paling efektif dan efisien untuk
menciptakan
perilaku
yang
dibutuhkan
untuk
menciptakan nilai superior (superior value) bagi pembeli
dan
menghasilkan
kinerja
superior
(superior
performance)
bagi
perusahaan,
apalagi
dalam
lingkungan yang bersaing ketat.
Selanjutnya, berikut ini adalah beberapa penelitian
terdahulu mengenai orientasi pasar:
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
Sumber

Judul Penelitian

Peubah

Hasil

Agus W.
Soehadi,
Susan Hart,
dan Steve
Tagg (2001)

Measuring Market
Orientation In The
Indonesian Retail
Context

Market
Orientation

Orientasi pasar
berpengaruh positif
terhadap partnership
dan kinerja ritel.

Sensi

Analisis

- Orientasi Pasar

5

1. Semakin tinggi
orientasi pasar,

Tribuana
Dewi (2006)

Pengaruh
Orientasi Pasar
Dan Inovasi
Produk Terhadap
Keunggulan
Bersaing Untuk
Meningkatkan
Kinerja
Pemasaran (Studi
Pada Industri
Batik Di Kota
Dan Kabupaten
Pekalongan).

- Inovasi Produk
- Keunggulan
Bersaing
- Kinerja
Pemasaran

Oscarius Y.A
Wijaya (2013)

The Role Of
Relationship
Learning As The
Mediator Of The
Market
Orientation
Impact Toward
Competitive
Advantage And
Marketing
Performance Of
The Furniture
Companies In
Java Island

- Orientasi Pasar
- Relationship
Learnings
- Keunggulan
Kompetitif
- Kinerja
Pemasaran

6

semakin tinggi
keunggulan
bersaing.
2. Semakin tinggi
inovasi produk,
semakin tinggi
keunggulan
bersaing.
3. Semakin tinggi
keunggulan
bersaing, semakin
tinggi kinerja
pemasaran.

1. Market Orientation
berpengaruh positif
terhadap
relationship
learning pada
perusahaan
furniture di wilayah
Jawa.
2. Market orientation
berpengaruh positif
terhadap
competitive
advantage pada
perusahaan
furniture di wilayah
Jawa.
3. Relationship
learning
berpengaruh positif
terhadap
competitive
advantage pada
perusahaan
furniture di wilayah
Jawa.
4. Market orientation
berpengaruh positif
terhadap kinerja
pemasaran pada
perusahaan
furniture di wilayah
Jawa.

5. Relationship
learning
berpengaruh positif
terhadap kinerja
pemasaran pada
perusahaan
furniture di wilayah
Jawa.
Maria
Mahadewi
Niken
Purwasari
dan Budi
Suprapto
(2014)

Pengaruh
Orientasi Pasar
Terhadap Kinerja
Café di
Yogyakarta

- Orientasi Pasar
- Kinerja
Perusahaan

Gusti R. Eka
Hapsari dan
Djumilah
Hadiwidjojo
Armanu
(2014)

Pengaruh
Pembelajaran
Organisasional,
Orientasi Pasar
dan Inovasi
Organisasi
terhadap
Keunggulan
Bersaing (Studi
pada PT Bank
Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk.
Cabang Malang
Raya

- Pembelajaran
Organisasiona
l
- Orientasi
Pasar
- Inovasi
Organisasi
- Keunggulan
Bersaing

Orientasi pasar
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap kinerja
perusahaan.

1. Pembelajaran
organisasional
berpengaruh
terhadap
keunggulan
bersaing.
2. Orientasi pasar
berpengaruh
signifikan terhadap
keunggulan
bersaing.
3. Inovasi organisasi
berpengaruh
signifikan terhadap
keunggulan
bersaing.

Yang dapat dipelajari dari penelitian-penelitian
terdahulu tersebut yaitu bahwa kebanyakan dari
penelitian terdahulu meneliti mengenai sebuah model
atau keterhubungan dan tidak ada penelitian yang
mengukur derajat atau tingkatan penerapan orientasi
pasar pada sebuah perusahaan ataupun organisasi.
Oleh karena itu ada kesempatan dan peluang untuk
meneliti tentang tingkat penerapan orientasi pasar di
suatu perusahaan mengingat masih belum ada
penelitian yang serupa.
7

Pada penelitian ini akan diteliti mengenai
besarnya orientasi pasar yang telah diterapkan oleh
salah satu UMKM di Salatiga. UMKM ini bergerak
dalam bidang produksi kecap. Dalam artikelnya,
Argotekno.net (2013) menyatakan tingginya permintaan
produk kecap menunjukkan bahwa industri kecap
memiliki prospek yang cukup menjanjikan sebagai
peluang bisnis. Lebih lanjut disebutkan bahwa saat ini,
produk-produk kecap lokal masih didominasi oleh
perusahaan-perusahaan besar seperti Kecap Bango (PT.
Unilever) dan Kecap ABC, sedangkan produk kecap
industri rumahan jumlahnya hanya sedikit, padahal
teknologinya sederhana dan investasin ya juga tidak
terlalu besar. Hal ini dimungkinkan karena pasokan
kedelai hitam masih sangat rendah, dan relatif mahal.
Oleh karena itu pemerintah diharapkan untuk terus
mengupayakan agar produksi kedelai hitam lokal dapat
maksimal dan terbebas dari impor kedelai dalam negeri
agar dapat mencukupi permintaan pasar yang nantinya
tidak hanya secara domestik, namun juga pasar
internasional.
Seperti yang dilansir oleh Kompas.com (2012),
kedelai hitam terbaik di dunia ada di Indonesia
sehingga pengembangan budidaya kedelai hitam
sebagai bahan pembuatan kecap lebih mungkin untuk
dilakukan karena kedelai kuning sudah sulit untuk
dikembangkan mengingat hasil produksinya yang terus
menurun. Kedelai adalah tanaman subtropis dan lahan
untuk menanam kedelai harus bersaing dengan jagung
dan tebu. Oleh karena itu dengan dibukanya ASEAN
Economic Community akan menjadi kesempatan bagi
Indonesia untuk memiliki produk unggulan di kancah
internasional dan dapat bersaing dengan negara-negara
ASEAN lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya akan
diuraikan mengenai masalah yang terdapat pada
penelitian ini.

8

1.2

Masalah Penelitian

Penerapan orientasi pasar dalam manajemen dan
praktek bisnis pada UMKM.
1.3

Persoalan Penelitian

Persoalan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Seberapa tinggi adopsi orientasi pasar yang telah
dilakukan oleh perusahaan kecap yang diteliti?
2. Komponen apa saja dari orientasi pasar yang
perlu ditingkatkan?
3. Bagaimana cara perusahaan dapat meningkatkan
komponen orientasi pasar yang relatif masih
rendah?
1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui seberapa tinggi adopsi orientasi
pasar.
2. Mengetahui apa saja komponen orientasi pasar
yang penerapannya masih rendah dan masih
perlu ditingkatkan.
3. Mengetahui cara untuk meningkatkan komponen
orientasi pasar yang relatif masih rendah.
Manfaat penelitian ini untuk para pihak terkait adalah
sebagai berikut:
1. Kepada perusahaan terkait dan para praktisi:
a. Mengetahui pentingnya penerapan orientasi
pasar
b. Menjadi masukan untuk mengaplikasikan
orientasi
pasar
untuk
meningkatkan
keunggulan bersaing
2. Kepada para akademisi:
9

a. Mengetahui
dan
mempelajari
mengenai
orientasi pasar sehingga dapat menjadi
referensi untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya.

10