PENDAHULUAN Perkawinan Di Bawah Umur Dan Akibatnya(Studi Putusan Perceraian pada Pasangan di Bawah Umur di Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar).

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan menurut Prakoso dan Murtika,1 dikemukakan bahwa dalam kehidupan manusia di dunia ini, yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan) secara alamiah mempunyai daya tarik-menarik antara satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis dapat dikatakan untuk membentuk suatu ikatan lahir dan batin dengan tujuan menciptakan suatu keluarga/rumah tangga yang rukun, bahagia, sejahtera dan abadi.

Agama Islam sebagai agama yang sah di Indonesia, menjelaskan bahwa Allah SWT, menciptakan makhluk hidup secara berpasangan. Hal ini difirmankan dalam” (QS. Yaasiin (36) : 36)



































Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri

mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (QS. Yaasiin

(36) : 36)

Pada proses kelangsungan hidup manusia, ayat di atas ditegaskan lagi dalam QS. An Nisaa’ (4) : 1), yang berbunyi,

1

Djoko Prakoksa dan I Ketut Murtika. 1987. Asas-Asas Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta: Bina Aksara


(2)

















































































Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi

kamu” (QS. An Nisaa’ (4) : 1)

Berdasarkan nash Al Qur’an tersebut diketahui bahwa perkawinan sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Salah satu tujuan adanya pasangan tersebut adalah untuk melestarikan keturunan. Pelestarian keturunan terjadi jika adanya reproduksi yang akan terjadi di antaranya melalui proses perkawinan. Oleh karena itu, perkawinan mempunyai peran yang sangat penting dalam pelestarian keturunan. Namun demikian, perkawinan juga memiliki fungsi lain yaitu penyaluran hasrat seksual di kalangan manusia. Sebagaimana dipahami, perkawinan dapat menghindarkan terjadinya penyimpangan seksual atau kejahatan seksual.

Perintah untuk menjalin hubungan antara kaum laki-laki dan perempuan untuk berkembangbiak dalam pelaksanaannya terdapat persyaratan yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah persyaratan usia. Berdasarkan hukum perkawinan dicantumkan bahwa usia minimal yang diperkenankan menikah adalah laki-laki


(3)

19 tahun dan perempuan 16 tahun. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi:

“Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.”

Hal ini ditegaskan dalam kompilasi hukum Islam dalam Pasal 15 bagian kedua tentang calon mempelai ayat 1 dan 2, bahwa

(1) Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-undang No.1 tahun 1974 yakni calon suami kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun

(2) Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapati izin sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 ayat (2),(3),(4) dan (5) UU No.1 Tahun 1974.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan di atas, persyaratan dalam melakukan perkawinan adalah memenuhi ketentuan umur yang ditetapkan. Artinya, idealnya secara hukum perkawinan dapat dilangsungkan bila umur kedua mempelai telah memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yaitu yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun. Apabila calon mempelai belum memenuhi persyaratan umur yang telah ditetapkan maka calon mempelai harus mendapat ijin dari Pengadilan Agama untuk memperoleh dispensasi.

Tujuan perkawinan pada dasarnya adalah untuk melestarikan kelangsungan hidup manusia dengan berkembang biak. Dalam kompilasi hukum islam disebutkan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Perkawinan di bawah umur, sulit untuk mewujudkan tujuan perkawinan. Hal ini sebagaimana dikemukakan


(4)

oleh Mukson, yang menyatakan bahwa pernikahan dalam usia dini sering disebut sebagai salah satu hal yang menghalangi pasangan pengantin mewujudkan impain-impian indahnya. Mengapa demikian?, Karena menikah dalam usia dini biasanya tidak dibarengi dengan kematangan ekonomi, kematangan mental, dan bahkan dalam hal-hal tertentu, kematangan fisik. Kondisi demikian tentu cukup rentan konfik dan mudah terjebak dalam disharmoni.2

Penelitian terdahulu yang telah meneliti tentang perkawinan di bawah umur memaparkan kenyataan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia yang makin kompleks, muncul suatu permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, lunturnya moral value atau nilai-nilai akhlak yaitu pergaulan bebas di kalangan remaja dan hubungan zina menjadi hal biasa sehingga terjadi kehamilan di luar nikah. Akibatnya, orangtua menutupi aib tersebut dengan menikahkan anaknya tanpa mempertimbangkan lagi usia dan masa depan anaknya.3 Peneliti lain, menyatakan bahwa perkawinan di bawah umur dapat menyebabkan terjadinya perceraian. Pernikahan di bawah umur biasanya berkaitan dengan dampak psikologis, sosial dan angka kelahiran. Dampak psikologis pernikahan di bawah umur menyebabkan depresi dimana bisa membuat si remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul bahkan bisa menyebabkan kegilaan pada pasangan usia muda karena belum bisa mengontrol emosi. Dalam pernikahan di bawah umur sulit membedakan apakah remaja laki-laki atau remaja perempuan yang

2

Moh Mukson, “Tradisi Perkawinan Usia Dini di Desa Tegaldowo Kabupaten Rembang (Sebuah Refeksi Kehidupan Masyarakat Pedesaan)”. Jurnal Bimas Islam, Vol.6. No.1 (2013).

3 Bagya Agung Prabowo, “Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Dispensasi Perkawinan Dini

Akibat Hamil di Luar Nikah Pada Pengadilan Agama Bantul,” Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM No 2 Vol. (April, 2013).


(5)

biasanya tidak bisa mengendalikan emosi. Keadaan emosi mereka jelas labil, sulit kembali pada keadaan normal. Dampak psikologis ini berkaitan dengan keadaan fisik pasangan pernikahan di bawah umur dimana pasangan tersebut belum mampu dibebani suatu pekerjaan yang memerlukan keterampilan fisik untuk mendatangkan penghasilan dan bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya merupakan faktor yang berperan dalam mewujudkan dalam kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga. Jika kesejahteraan dan kebahagiaan di dalam pernikahan tidak ada maka akan menyebabkan keretakkan rumah tangga.4

Kasus pernikahan di bawah umur, telah terjadi di wilayah Kota Surakarta dan Karanganyar. Berdasarkan data awal, perkawinan di bawah umur yang tercatat dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta dari bulan Januari hingga Agustus 2014 sebanyak 2 orang mempelai laki-laki dan 49 orang mempelai perempuan. Artinya, pernikahan di bawah umur di masyarakat masih saja terjadi. Kejadian ini terjadi, bukan karena pemerintah kurang aktif dalam mensosialisasikan peraturan perundang-undangan, dan juga bukan karena masyarakat tidak paham atas peraturan perundangan-undangan tersebut. Sosialisasi ketentuan perkawinan telah berulangkali disampaikan oleh pemerintah dalam hal ini KUA melalui kegiatan perkawinan itu sendiri, diantaranya dicantumkan dalam buku nikah maupun acara tausiah dalam upacara pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa, ketika peraturan jelas-jelas menentukan pasangan yang

4

Ahadan Solehin,. “Pengaruh Perkawinan di Bawah Umur Terhadap Perceraian (Studi di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah”, Jurnal Ilmiah, (2013).


(6)

hendak melangsungkan perkawinan harus memenuhi umur yang telah ditentukan, namun kenyataanya tidak berjalan sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan.

Terjadinya perkawinan di bawah umur pada akhirnya membawa akibat dari perkawinan itu sendiri, baik akibat baik maupun akibat buruk. Akibat baiknya adalah terbinanya rumah tangga sebagaimana tujuan perkawinan, sedangkan akibat buruknya adalah terjadinya perceraian. Hal ini disebabkan, perceraian terjadi karena ada perkawinan. Perkawinan di bawah umur, melibatkan pasangan mempelai yang secara fisik maupun psikologis belum siap.

Umur pada saat menikah berhubungan erat dengan pola rumah tangga yang akan dijalankan oleh pasangan suami istri. Perkawinan yang dijalani oleh pasangan yang belum matang atau belum semestinya dari sisi umur dan pasangan yang telah matang, tentu sangat berbeda. Kematangan umur secara umum berkait pula dengan kematangan secara mental dan pengalaman. Kematangan usia biasanya juga berkaitan dengan kematangan ekonomi. Kematangan ekonomi ini erat kaitannya dengan kemampuan mencari nafkah, khususnya bagi suami yang memang memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarga. Apa yang bisa diharapkan dari pasangan pengantin yang dari segi pengalaman bekerja masih minim dan belum terbiasa memikul tanggung-jawab keluarga.5

Kesiapan psikis (mental) baik bagi laki-laki maupun perempuan tidak kalah penting dibanding kematangan fsik. Mengingat kehidupan keluarga tidak selamanya mulus dan ramah. Akan selalu ada problem dan kesulitan, baik yang

5 Moh Mukson, 2013, “Tradisi Perkawinan Usia Dini di Desa Tegaldowo Kabupaten Rembang

(Sebuah Refeksi Kehidupan Masyarakat Pedesaan”, Jurnal Bimas Islam, Vol.6. No.1 (2013), hal. 4.


(7)

sifatnya internal maupun eksternal. Terlebih bagi laki-laki yang menjadi suami dan sekaligus sebagai imam rumah tangga, tentu dibutuhkan kematangan dan kedewasaan yang lebih, agar upaya membimbing dan memimpin keluarga bisa berjalan dengan sukses dan selamat, lebih-lebih saat keluarga menghadapi banyak ujian.6

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang perceraian yang terjadi pada pasangan yang menikah di bawah umur, dalam penelitian dengan judul, PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DAN AKIBATNYA (Studi Putusan Perceraian pada Pasangan di Bawah Umur di Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar).

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Pembahasan perkawinan di bawah umur dan penyebab perceraian, perlu di batasi dan dirumuskan permasalahannya. Pembatasan dimaksudkan untuk memperoleh kajian yang mendalam dan konsisten, sedangkan rumusan dimaksudkan untuk menentukan acuan langkah-langkah penelitian.

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan batasan permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Ada 3 permasalahan dalam pembatasan masalah pada penelitian ini, yaitu permasalahan mengenai hal-hal berikut ini.

6


(8)

a. Perceraian sebagai akibat perkawinan di bawah umur.

b. Kasus yang terjadi di wilayah Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar

c. Terobosan hukum dalam penanggulangan perkawinan di bawah umur yang berakibat perceraian.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah a. Apakah perkawinan di bawah umur menyebabkan pasangan suami istri

melakukan perceraian?

b. Bagaimanakah terobosan hukum dalam upaya menanggulangi perkawinan di bawah umur yang berakibat perceraian?

C. Tujuan Penelitian

Analisis dan pembahasan penelitian mengenai perkawinan di bawah umur dan akibatnya mempunyai tujuan dan manfaat hasil penelitian. Hal ini dijelaskan dalam uraian berikut ini.

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui penyebab perkawinan di bawah umur melakukan perceraian dalam wilayah Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar.

b. Menemukan terobosan hukum dalam upaya menanggulangi perkawinan di bawah umur yang berakibat perceraian dalam wilayah Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar.


(9)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap semoga dapat mengembangkan pengetahuan dalam bidang hukum Islam dan menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang tentu lebih mendalam, khususnya mengenai permasalahan-permasalahan perceraian akibat dari perkawinan di bawah umur.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk mempersiapkan aspek psikologi dan fisik kepada pasangan yang hendak melangsungkan perkawinan di bawah umur.

b. Sebagai informasi bagi Pengadilan Agama dan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan dispensasi bagi pasangan yang akan melakukan perkawinan di bawah umur.

E. Kerangka Pemikiran

Di dalam masyarakat tidak jarang terjadi kegagalan dalam membina rumah tangganya yang disebabkan oleh masalah-masalah duniawi yang dialami oleh sepasang suami-istri. Sehingga sering timbul ketidak adanya kesepakatan dan pandangan hidup yang berbeda antara suami dan istri di dalam kehidupan rumah tangganya. Bahkan sampai menimbulkan perselisihan dan permusuhan antara suami dan istri, walaupun usaha damai telah diupayakan. Sering dijumpai di dalam masyarakat, suatu kehidupan perkawinan karena suatu sebab menjadi demikian buruknya sehingga tidak


(10)

dapat diperbaiki lagi, maka akan lebih baik bila perkawinan itu diputuskan dari pada berlangsung terus. Dengan diputuskannya tali perkawinan dipandang sebagai jalan terakhir bagi kedua belah pihak setelah diusahakan adanya upaya perdamaian yang gagal, sehingga perkawinan tersebut sudah tidak dapat dipertahankan lagi, dan timbulah perceraian.

Putusnya tali perkawinan disebabkan oleh adanya perceraian, dimana didalam perceraian tersebut ada berbagai macam alasan-alasan yang mendasari seseorang untuk bercerai. Salah satunya adalah perkawinan di bawah umur. Perkawinan di bawah umur merupakan suatu bentuk perkawinan yang tidak sesuai dengan yang diidealkan oleh ketentuan yang berlaku dimana perundang-undangan yang telah ada dan memberikan batasan usia untuk melangsungkan perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan di bawah umur merupakan bentuk penyimpangan dari perkawinan secara umum karena tidak sesuai dengan syarat-syarat perkawinan yang telah ditetapkan.

Suatu perkawinan yang dilaksanakan dengan calon mempelai yang masih muda, terutama bagi calon mempelai wanitanya, yaitu masih di bawah ketentuan batas umur minimal untuk kawin (19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita), berarti akan cenderung menimbulkan fertilitas yang cukup besar. Suatu keluarga dari pasangan mempelai yang masih muda biasanya kurang menyadari akan hal tersebut. Padahal dengan kelahiran anak yang banyak dalam suatu keluarga, apalagi dalam keluarga yang masih terlalu muda akan menimbulkan berbagai masalah yang sangat mengganggu kebahagiaan, ketentraman, dan kesejahteraan dalam keluarga. Akibatnya akan terjadi kesulitan ekonomi dan berkembang merusak harmonisasi dalam keluarga.


(11)

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diajukan, maka didalam penulisan hukum ini yang digunakan adalah jenis penelitian dalam bentuk penulisan hukum yang menggunakan pendekatan penelitian empiris.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian hukum ini, sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru.7

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah wilayah Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar.

4. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel

Populasi adalah seluruh obyek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.8 Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang melakukan perceraian akibat perkawinan di bawah umur. Penelitian tidak meneliti semua populasi, melainkan hanya mengambil beberapa sampel yang representative untuk menemukan kebenaran ilmiah. Teknik sampling yang

7

Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), hal. 10.

8

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal 44.


(12)

digunakan adalah purposive sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan tujuan penelitian.9

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam menunjang penulisan skripsi ini menggunakan data sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer merupakan data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.10 Data yang diperoleh melalui penelitian pada Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar. b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.11 Data diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari perundang-undangan, buku literatur, Quran, Al-Hadits, Yurisprudensi dan yang ada hubungannya dengan materi yang dibahas.

6. Metode Pengumpulan Data

Oleh karena itu didalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

9

Ibid. 51.

10

Sugiyono. 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, hal. 137.

11


(13)

a. Studi Dokumen

Merupakan salah satu cara yang untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan pokok bahasan melalui dokumen-dokumen dan mengkaji bahan-bahan yang bersangkutan dengan masalah-masalah yang diteliti.

b. Wawancara atau Interview

Mengadakan dialog langsung dengan Hakim serta seorang wakil panitera yang telah ditunjuk langsung oleh Ketua Pengadilan Agama untuk memberikan keterangan atau informasi yang diperlukan bagi penulis untuk penelitian ini agar mendapatkan hasil secara tepat dan akurat.

7. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan. Teknis analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan menggunakan metode interaktif.

Analisis data kualitatif merupakan pengolahan data berupa pengumpulan data, penguraiannya kemudian membandingkan dengan teori yang berhubungan masalahnya, dan akhirnya menarik kesimpulan. Metode interaktif adalah model analisa yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, maka data-data diproses melalui tiga komponen tersebut.12

12


(14)

8. Metode Uji Kesahihan (validitas) Data

Validitas atau keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk kepentingan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009: 178).13

Triangulasi menurut Moleong dibagi menjadi 4 (empat), yaitu: 14 a. Triangulasi Sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Data yang diperoleh berupa wawancara yang dilakukan lebih dari satu kali dalam periode waktu tertentu.

b. Triangulasi Metode, yaitu dengan menggunakan dua strategi; (1) pengecekan terhadap derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

c. Triangulasi Penyidik, yakni dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

d. Triangulasi Teori, yakni melakukan penelitian tentang topik yang sama dan datanya dianalisa dengan menggunakan beberapa perspektif teori yang berbeda.

13

Lexy Y. Moleong, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 178.

14


(15)

Variasi teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi model sumber. Hal ini dilakukan karena pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berlainan.

G. Jadwal Penelitian

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Unsur Pelaksana/ Waktu Bulan

September Oktober November Desember Penyusunan prapoposal **

Penyusunan proposal ***

Seminar proposal **

Pengumpulan data *** *****

Analisis data *** ***

Penyusunan Laporan ******

H. Sistematika Skripsi

Penulisan skripsi ini penulis membagi pokok masalah secara terperinci dan dimengerti secara jelas, maka dibuat suatu sistematika secara garis besar yang terdiri dari beberapa bagian atau bab-bab yang susunannya sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan, penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat hasil penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, jadwal waktu pelaksanaan, dan sistematika skripsi.


(16)

Bab II Landasan teoritis, penulis menguraikan mengenai beberapa landasan teoritis tentang hakekat perkawinan, syarat sahnya perkawinan, dan perkawinan di bawah umur.

Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan dalam hal ini penulis menguraikan tentang hasil pengolahan data, serta pembahasan mengenai perkawinan di bawah umur dan akibatnya pada studi putusan perceraian pada pasangan di bawah umur di pengadilan agama surakarta dan pengadilan agama karanganyar.

Bab IV Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini penulis menyampaikan kesimpulan dan saran-saran yang perlu diberikan.


(1)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diajukan, maka didalam penulisan hukum ini yang digunakan adalah jenis penelitian dalam bentuk penulisan hukum yang menggunakan pendekatan penelitian empiris.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian hukum ini, sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru.7

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah wilayah Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar.

4. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel

Populasi adalah seluruh obyek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.8 Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang melakukan perceraian akibat perkawinan di bawah umur. Penelitian tidak meneliti semua populasi, melainkan hanya mengambil beberapa sampel yang representative untuk menemukan kebenaran ilmiah. Teknik sampling yang

7

Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), hal. 10.

8

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal 44.


(2)

digunakan adalah purposive sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan tujuan penelitian.9

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam menunjang penulisan skripsi ini menggunakan data sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer merupakan data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.10 Data yang diperoleh melalui penelitian pada Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar. b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.11 Data diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari perundang-undangan, buku literatur, Quran, Al-Hadits, Yurisprudensi dan yang ada hubungannya dengan materi yang dibahas.

6. Metode Pengumpulan Data

Oleh karena itu didalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

9

Ibid. 51.

10

Sugiyono. 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, hal. 137.

11


(3)

a. Studi Dokumen

Merupakan salah satu cara yang untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan pokok bahasan melalui dokumen-dokumen dan mengkaji bahan-bahan yang bersangkutan dengan masalah-masalah yang diteliti.

b. Wawancara atau Interview

Mengadakan dialog langsung dengan Hakim serta seorang wakil panitera yang telah ditunjuk langsung oleh Ketua Pengadilan Agama untuk memberikan keterangan atau informasi yang diperlukan bagi penulis untuk penelitian ini agar mendapatkan hasil secara tepat dan akurat.

7. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan. Teknis analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan menggunakan metode interaktif.

Analisis data kualitatif merupakan pengolahan data berupa pengumpulan data, penguraiannya kemudian membandingkan dengan teori yang berhubungan masalahnya, dan akhirnya menarik kesimpulan. Metode interaktif adalah model analisa yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, maka data-data diproses melalui tiga komponen tersebut.12

12


(4)

8. Metode Uji Kesahihan (validitas) Data

Validitas atau keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk kepentingan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009: 178).13

Triangulasi menurut Moleong dibagi menjadi 4 (empat), yaitu: 14 a. Triangulasi Sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Data yang diperoleh berupa wawancara yang dilakukan lebih dari satu kali dalam periode waktu tertentu.

b. Triangulasi Metode, yaitu dengan menggunakan dua strategi; (1) pengecekan terhadap derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

c. Triangulasi Penyidik, yakni dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

d. Triangulasi Teori, yakni melakukan penelitian tentang topik yang sama dan datanya dianalisa dengan menggunakan beberapa perspektif teori yang berbeda.

13

Lexy Y. Moleong, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 178.

14


(5)

Variasi teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi model sumber. Hal ini dilakukan karena pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berlainan.

G. Jadwal Penelitian

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Unsur Pelaksana/ Waktu Bulan

September Oktober November Desember Penyusunan prapoposal **

Penyusunan proposal ***

Seminar proposal **

Pengumpulan data *** *****

Analisis data *** ***

Penyusunan Laporan ******

H. Sistematika Skripsi

Penulisan skripsi ini penulis membagi pokok masalah secara terperinci dan dimengerti secara jelas, maka dibuat suatu sistematika secara garis besar yang terdiri dari beberapa bagian atau bab-bab yang susunannya sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan, penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat hasil penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, jadwal waktu pelaksanaan, dan sistematika skripsi.


(6)

Bab II Landasan teoritis, penulis menguraikan mengenai beberapa landasan teoritis tentang hakekat perkawinan, syarat sahnya perkawinan, dan perkawinan di bawah umur.

Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan dalam hal ini penulis menguraikan tentang hasil pengolahan data, serta pembahasan mengenai perkawinan di bawah umur dan akibatnya pada studi putusan perceraian pada pasangan di bawah umur di pengadilan agama surakarta dan pengadilan agama karanganyar.

Bab IV Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini penulis menyampaikan kesimpulan dan saran-saran yang perlu diberikan.


Dokumen yang terkait

Hak Pemeliharaan Dan Kewajiban Memberi Nafkah Terhadap Anak Di Bawah Umur Akibat Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama Di Kota Binjai (Studi Putusan Pada Wilayah Hukum Pengadilan Agama Binjai)

1 42 105

DISPENSASI PENGADILAN AGAMA DALAM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR Dispensasi Pengadilan Agama Dalam Perkawinan Di Bawah Umur (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Karanganyar).

0 3 19

SKRIPSI Dispensasi Pengadilan Agama Dalam Perkawinan Di Bawah Umur (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Karanganyar).

0 2 13

PENDAHULUAN Dispensasi Pengadilan Agama Dalam Perkawinan Di Bawah Umur (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Karanganyar).

0 4 13

DAFTAR PUSTAKA Dispensasi Pengadilan Agama Dalam Perkawinan Di Bawah Umur (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Karanganyar).

0 2 4

PENDAHULUAN Pelimpahan Hak Asuh Anak di bawah Umur Akibat Perceraian (studi kasus Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 11

NASKAH PUBLIKASI Pelimpahan Hak Asuh Anak di bawah Umur Akibat Perceraian (studi kasus Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 17

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DAN AKIBATNYA (Studi Putusan Perceraian pada Pasangan di Bawah Umur Perkawinan Di Bawah Umur Dan Akibatnya(Studi Putusan Perceraian pada Pasangan di Bawah Umur di Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar).

0 2 16

SKRIPSI Perkawinan Di Bawah Umur Dan Akibatnya(Studi Putusan Perceraian pada Pasangan di Bawah Umur di Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar).

0 1 14

DISPENSASI PENGADILAN AGAMA DALAM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA PALU) Wahyuddin Arsyid Said Arsyad Ridwan

0 1 14