PENGARUH RANSUM YANG MENGANDUNG AMPAS TAHU DIFERMENTASI DENGAN Saccharomyces Sp. TERHADAP KOMPOSISI FISIK KARKAS BROILER UMUR 6 MINGGU.

(1)

i SKRIPSI

PENGARUH RANSUM YANG MENGANDUNG AMPAS TAHU

DIFERMENTASI DENGAN Saccharomyces Sp. TERHADAP KOMPOSISI

FISIK KARKAS BROILER UMUR 6 MINGGU

NI MADE LISA PURNAMA SARI 1207105018

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

ii PENGARUH RANSUM YANG MENGANDUNG AMPAS TAHU

DIFERMENTASI DENGAN Saccharomyces sp. TERHADAP KOMPOSISI

FISIK KARKAS BROILER UMUR 6 MINGGU

Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Universitas Udayana

NI MADE LISA PURNAMA SARI NIM. 1207105018

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETRNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA


(3)

iii LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Ransum yang Mengandung Ampas Tahu Difermentasi dengan Khamir Saccharomyces sp. Terhadap Komposisi Fisik Karkas Broiler Umur 6 minggu

NAMA MAHASISWA : Ni Made Lisa Purnama Sari

NIM : 1207105018

PROGRAM STUDI : Peternakan

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL ………

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. I G N G Bidura, MS NIP. 19610319 198601 1 001

Pembimbing II

Dr. Ir. Ni WayanSiti, M.Si NIP. 19620504 198702 2 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar

Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS NIP. 19590312 1986 01 1 001


(4)

iv PENGARUH RANSUM YANG MENGANDUNG AMPAS TAHU

DIFERMENTASI DENGAN KHAMIR Saccharomyces Sp. TERHADAP

KOMPOSISI FISIK KARKAS BROILER Ni MADE LISA PURNAMA SARI

Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana Jln. Pb. Sudirman, Denpasar, Bali

e-mail : Lisa_adex@ymail.com RINGKASAN

Penggunaan probiotik dalam ransum dapat meningkatkan aktifitas enzim dan penyerapan zat makanan. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ransum yang mengandung ampas tahu yang difermentasi dengan Saccharomyces sp. sebagai sumber probiotik terhadap komposisi fisik karkas broiler umur 6 minggu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan enam kali ulangan. Ketiga perlakuan tersebut adalah : ayam yang diberi ransum tanpa ampas tahu terfermentasi oleh khamir Saccharomyces sp. sebagai kontrol (A), ayam yang diberi ransum dengan penambahan 5% ampas tahu yang difermentasi oleh khamir Saccharomyces sp. (B) dan Ayam yang diberi ransum dengan penambahan 10% ampas tahu difermentasi oleh khamir Saccharomyces sp. (C). Variabel yang diamati adalah persentase daging karkas, persentase tulang karkas, persentase lemak subkutan termasuk kulit, dan konsumsi lisin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ransum yang mengandung ampas tahu difermentasi dengan khamir Saccrharomyces sp. sebagai sumber probiotik di level 5% - 10% dalam ransum nyata (P<0,05) dapat meningkatkan daging karkas dan konsumsi lisin dibandingkan dengan kontrol (A). Persentase tulang menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dibandingkan kontrol (A), persentase lemak subkutan termasuk kulit memberikan hasil berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah di bandingkan kontrol (A), dan penggunaan ampas tahu difermentasi khamir Saccharomyces sp. pada level 5%-10% dalam ransum dapat meningkatkan konsumsi asam amino lisin. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh pemberian ransum yang mengandung ampas tahu difermentasi dengan kultur Saccharomyses sp. di level 5% - 10% dapat meningkatkan persentase daging karkas, konsumsi lisin dan menurunkan persentase lemak subkutan termasuk kulit, namun belum berpengaruh terhadap persentase tulang karkas ayam broiler umur 6 minggu.


(5)

v THE EFFECT OF RATION WHICH CONTAIN FERMENTED TOFU WASTE WITH KHAMIR Saccharomyces sp. TO PHYSICAL CARCASSCOMPOSITION OF

BROILER 6 WEEKS OLD Ni MADE LISA PURNAMA SARI

Livestock Studies Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University Jln. Pb. Sudirman, Denpasar, Bali

e-mail : Lisa_adex@ymail.com SUMMARRY

Probiotics are a food that is not digested and provide benefits to the host through simulation selective growth activity of one or a number of bacteria found in the digestive tract. The use of probiotics in the diet can in increase enzyme activity and absorption of food. Based on this research, this study aims to determine the effect of given ration which contain fermented tofu waste with khamir Saccharomyces sp. to physical carcass composition of broiler 6 weeks old. The design use is (CRD) with 3 treatments and 6replications. These are 3 treatments are: chickens fed rations without tofu fermented by yeasts Saccharomyces sp. Control (A), chickens fed a diet with the addition of 5% pulp are fermented by the yeast Saccharomyces sp. (B) and chickens were given feed with the addition of 10% ration fermented by yeasts Saccharomyces sp. (C). Variable observed is the percentage of carcass meat, bones carcass percentage, the percentage of subcutaneous fat, including skin, and the consumption of lysine. The results showed that given ration which contain fermented tofu waste with khamir Saccharomyces sp. as a source of probiotics at the level of 5% - 10% in the ration significantly different (P <0.05) can improve carcass meat and lysine consumption compared with the control (A). The percentage of bone showed results that were not significantly different (P> 0.05) compared with controls (A), the percentage of subcutaneous fat including leather give significantly different results (P <0.05) higher compared to the control (A), and the use of tofu fermented Saccharomyces sp. at the level of 5% -10% in the ration can increase the consumption of amino acid lysine. Based on these results it can be concluded that the effect of given the effect of ration which contain fermented tofu waste with khamir saccharomyces sp. at the level of 5% - 10% can increase the percentage of meat carcasses, lysine consumption and lower percentage of subcutaneous fat, including skin, but do not affect the percentage of bone broiler chicken carcass 6 weeks old.


(6)

vi SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL

Ketua : Prof. Dr. Ir. I Gst. Nym. Gede Bidura, MS Sekretaria : Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS Penguji Utama : Dr. Ir. Ni Wayan Siti, M.Si

Penguji Kedua : 1. Ir. I Dewa Gede Alit Udayana, MS 2. Eny Puspani, S.Pt, M.Si


(7)

vii RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 6 April 1994 di Dusun Cekik, Desa Berembeng, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, dan merupakan Anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan I Wayan Suka (Ayah) dan Ni Wayan Karyawati (Ibu). Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 1 Berembeng pada tahun 2000 dan lulus tahun 2006.

Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Selemadeg pada tahun 2006 dan lulus tahun 2009. Pada tahun 2012 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Selemadeg. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Peternakan Universitas Udayana, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan sebagai anggota kegiatan yang dilakukan oleh Badan Presidium Mahasiswa (BPM) Fakultas Peternakan dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan Universitas Udayana.


(8)

viii UCAPAN TERIMAKASI

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Ransum yang Mengandung Ampas Tahu Difermentasi dengan Khamir saccharomyces sp. Terhadap Komposisi Fisik Karkas Broiler Umur 6 Minggu” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada :

1. Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS selaku dekan Fakultas Peternakan, Universitas Udayana dan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika SpPD KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Peternkan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana dan telah memberikan kemudahan-kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. I Gst Nym. Gde Bidura, MS selaku pembimbing pertama dan Dr. Ir. Ni Wayan Siti, M.Si selaku pembimbing kedua yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama berlangsungnya penelitian maupun selama penyusunan skripsi ini.

3. Ir. I Dewa Gede Alit Udayana, MS selaku pembahas pertama dan Eny Puspani, S.Pt., M.Si selaku pembahas kedua yang telah memberi masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.


(9)

ix 4. Seluruh guru mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi serta semua pihak yang namanya tidak bisa disebut satu persatu yang telah sabar dan penuh pengertian membimbing penulis.

5. Kedua orang tua I Wayan Suka dan Ni Wayan Karyawati, Kakak Ni Wayan Nika Armawati dan Saudara-saudara, serta keluarga besar tercinta atas bimbingan, dukungan moral dan bantuan material serta doa yang tulus sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Teman-teman yang baik dan selalu ada Rita Noviani, Novi, Marza Ayu, Suartiningsih Pravita Pande, Mela, Dewi, Marna, Iluh, Wulan , Bernika, Juliantara, Selamet, Soma yang selalu memberikan semangat, motivasi dan doa selama penyusunan skripsi.

7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, teman-teman perjuangan selama penelitian (Pravita pande, Somadiarsa, Yosa Wijaya, Andika Wicaksana, Januarta, Diki Andika, Wahyu Diatmika, Dewa Kurnia) yang telah memberikan dukungan serta bantuan selama penelitian maupun selama penyusunan skripsi ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu memberi rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar, Juni 2016


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN ... iii

SUMMARRY ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

UCAPAN TERIMAKASI ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Hipotesis ... 3

1.5Manfaat Penelitian ... 3

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Ayam Pedaging (Broiler) ... 5

2.2 Ampas Tahu ... 6


(11)

xi

2.4 Probiotik ... 9

2.5 Khamir Saccharomyces sp. sebagai sumber Probiotik ... 13

III. MATERI DAN METODE ... 16

3.1 Materi ... 16

3.1.1 Ayam Pedaging ... 16

3.1.2 Khamir Saccharomyces sp. ... 16

3.1.3 Kandang dan Perlengkapan... 17

3.1.4 Ransum dan Air Minum... 17

3.1.5 Peralatan ... 19

3.2 Metode ... 20

3.2.1 Tempat dan Lama Penelitian ... 20

3.2.2 Rancangan Percobaan ... 20

3.2.3 Pengacakan Ayam ... 20

3.2.4 Pencampuran Ransum ... 21

3.2.5 Pemberian Ransum dan Air Minum ... 21

3.2.6 Penanganan Penyakit ... 22

3.2.7 Variabel yang Diamati ... 22

3.2.8 Analisis Data ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil ... 24

4.2 Pembahasan ... 26

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 30


(12)

xii 5.2 Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 37


(13)

xiii DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Komposisi Pakan Dalam Ransum Ayam Broiler Umur 0-6 ... 18 2. Komposisi Zat-Zat Makanan dalam Ransum Ayam Broiler Umur 0-6 ... 18 3. Pengaruh Ransum yang Mengandung Ampas Tahu Difermentasi dengan

Khamir Saccharomyces Sp. Terhadap Komposisi Fisik Karkas Broiler Umur 6 Minggu ... 24


(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Gambar DOC ... 16

2. Gambar Kandang Sistem Colony Battery ... 17

3. Gambar Pencampuran Ransum ... 21


(15)

xv DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Analisis Statistik Persentase Daging (% Berat Karkas) ... 36

2. Analisis Statistik Persentase Lemak Subkutan Termasuk Kulit (% Berat Karkas)... 39

3. Analisis Statistik Persentase Tulang (% Berat Karkas) ... 42

4. Analisis Statistik Konsumsi Lisin (g/ekor) ... 44


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan masyarakat, serta kesadaran akan pentingnya makanan bergizi, maka kebutuhan terhadap protein hewani juga meningkat. Salah satu produk peternakan yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani adalah daging ayam broiler. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur (Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2013).

Pertumbuhan broiler yang cepat harus diimbangi dengan pemberian ransum dengan kandungan nutrien yang mencukupi untuk kebutuhan pada masa pertumbuhan, aktivitas dan produksi. Pada umumnya pemberian ransum komersial masih tetap dibutuhkan karena ransum komersial telah memenuhi standar kebutuhan zat-zat makanan yang ditetapkan. Kandungan protein yang tinggi dalam ransum komersial menyebabkan harga ransum relatif mahal. Hal ini merupakan masalah dalam usaha peternakan. Upaya untuk meningkatkan produktivitas ayam pedaging, faktor kualitas dan efesiensi penggunaan ransum sangat menentukan, karena biaya ransum untuk ternak unggas merupakan biaya produksi terbesar, yaitu sekitar 60-70% (Murtidjo, 1993).

Usaha untuk menekan biaya ransum, yaitu dengan cara mencari bahan pakan yang tidak bersaing dengan manusia, dengan harga murah dan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, tersedia secara kontinyu, disukai ternak serta tidak membahayakan bagi ternak. Untuk mengatasi masalah ini, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan ampas tahu, sehingga dapat menekan biaya ransum.


(17)

Ampas tahu merupakan limbah dari pembuatan tahu yang memiliki kelebihan yaitu kandungan protein yang cukup tinggi (Masturi et al., 1992). Namun, ampas tahu memiliki kelemahan sebagai bahan pakan yaitu kandungan serat kasar dan air yang tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk dicerna oleh unggas dan kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan daya simpannya menjadi lebih pendek (Masturi et al., 1992 dan Mahfudz et al., 2000).

Proses fermentasi akan menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga dapat meningkatkan nilai gizinya. Bahan pakan yang telah mengalami fermentasi akan lebih baik kualitasnya dari bahan baku yang tidak mengalami fermentasi (Bidura, 2007). Pemberian ampas tahu untuk mengetahui kualitas karkas broiler dilakukan oleh Sofrianti (2001) bahwa pemberian ampas tahu ke dalam ransum broiler sampai level 36% tidak menurunkan kualitas karkas broiler. Salah satu cara untuk mengurangi kandungan serat kasar ampas tahu adalah dengan fermentasi memanfaatkan jasa mikroba yang mampu berperan sebagai probiotik..

Penggunaan probiotik dalam ransum ternyata dapat meningkatkan kandungan gizi yang terserap dalam saluran pencernaan unggas (Wiharto, 1995). Owings et al. (1990) menyatakan bahwa penambahan suplemen probiotik sebanyak 0,1% dalam ransum ternyata dapat meningkatkan kualitas karkas dan kandungan lemak rendah. Menurut Fuller (1992) dan Karspinska et al (2001), probiotik adalah imbuhan pakan berupa mikroba yang mampu memperbaiki keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan.

Bidura (2014) melaporkan bahwa suplementasi kultur khamir Saccharomyces sp. yang diisolasi dari feses sapi dalam ransum sebagai sumber probiotik yang dapat mendegradasi serat kasar ampas tahu pada ayam. Salah satu mikroba yang terkandung didalam feses sapi adalah khamir Saccharomyces sp. Berdasarkan uraian di atas sangat menarik untuk di teliti pengaruh


(18)

pemberian ampas tahu difermentasi dengan Saccharomyces sp. sebagai sumber probiotik dalam ransum terhadap komposisi fisik karkas broiler umur 6 minggu.

1.2Rumusan Masalah

Apakah pengaruh ransum yang mengandung ampas tahu difermentasi khamir Saccharomyces sp. dapat mempengaruhi komposisi fisik broiler umur 6 minggu.?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ransum yang mengandung ampas tahu difermentasi khamir Saccharomyces sp. terhadap komposisi fisik karkas broiler umur 6 minggu.

1.4Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan ransum yang mengandung ampas tahu difermentasi dengan khamir Saccharomyces sp. dapat meningkatkan jumlah daging, dan menurunkan lemak subkutan termasuk kulit karkas broiler.

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah untuk penelitian-penelitian lebih lanjut tentang penggunaan ransum yang mengandung ampas tahu difermentasi khamir Saccharomyces sp. terhadap komposisi fisik karkas broiler umur 6 minggu, di samping itu juga dapat memberi informasi kepada petani peternak tentang penggunaan ampas tahu difermentasi yang dapat meningkatkan persentase daging karkas


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Pedaging (Broiler)

Ayam pedaging (broiler) adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 4-5 minggu dengan tujuan menghasilkan daging. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai 4 - 6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat, sedangkan kelemahan adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relative lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987).

Siregar dan Sabrani (1980) menyatakan bahwa broiler merupakan ayam ras unggul dari hasil persilangan antara bangsa ayam Cornish dan bangsa ayam white play mountg rock yang khusus untuk memproduksi daging dan bisa dijual pada umur 4-6 minggu dengan berat badan antara 1,5 -2 kg. Menurut Rasyaf (2002), broiler merupakan salah satu sumber pemenuh kebutuhan akan protein hewani dimasyarakat dan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lainnya. Kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging yang relatif singkat atau sekitar 4-6 minggu sudah dapat dipasarkan dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Ayam Broiler termasuk ke dalam klasifikasi ekonomi yang memiliki


(20)

sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi (Siregar et al. (1980).

Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur di bawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal.

Scott et al., (1982), membedakan pemeliharan ayam broiler menjadi 3 fase, yaitu fase pre stater umur 0-2 minggu, fase stater, grower umur 2-6 minggu dan umur 6 minggu sampai dipasarkan fase finisher. Menurut Resya (2004), dalam beternak broiler dikenal 2 masa pemeliharaan awal atau stater (umur 1-28 hari), yaitu masa DOC sampai anak ayam tersebut kuat untuk hidup layak. Masa pemeliharaan akhir dan finisher, merupakan saat terakhir kehidupan ayam broiler, dimana pada periode inilah ayam broiler siap untuk dijual atau siap untuk dipotong. Masa akhir ini meliputi umur lebih dari 28 hari.

2.2 Ampas Tahu

Ampas tahu merupakan limbah dari proses pengolahan kedelai menjadi tahu. Dalam keadaan basah bentuknya padat, namun lembek, berwarna putih. Baunya yang khas kacang kedelai segar. Keberadaan ampas tahu di Bali cukup melimpah, mengingat tahu menjadi menu sebagian besar masyarakat Indonesia karena harganya relatif murah. Ampas tahu merupakan limbah pembuatan tahu, masih mengandung protein dengan asam amino lisine dan metionin serta kalsium yang cukup tinggi. Akan tetapi, kandungan serat kasar dan air pada ampas tahu tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas penggunaannya dalam ransum ayam (Mahfudz, 1997).


(21)

Oleh karena itu, untuk memberdayakannya ampas tahu perlu diberi perlakuan dan salah satunya adalah dengan fermentasi.

Proses fermentasi dengan menggunakan ragi tape yang mengandung kapang Rhizopus oligusporus dan R. oyzae dapat menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizi. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasarnya (Mahfudz et al., 1996).

Teknologi probiotik dapat meningkatkan kualitas dari bahan pakan, khususnya yang memiliki serat kasar dan antinutrisi yang tinggi. Probiotik dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan melalui penyederhanaan zat yang terkandung dalam bahan pakan oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroba (Bidura et al., 2008).

Ampas tahu sebelum dipakai sebagai bahan pakan penyusun ransum, terlebih dahulu difermentasi dengan ragi yang mengandung kapang Rhizopus oligusporus dan R. oyzae. Ada tiga tahap pembuatan ampas tahu difermentasi, yaitu tahap persiapan ampas tahu melalui pencucian, pengepresan, dan pengukusan, inokulasi dengan kapang pencetakan dan inkubasi selama 40 jam dan pembuatan tepung yang dimulai mengiris tipis ampas tahu, menjemur dan menggiling.

Menurut Mahfudz (2006), tepung ampas tahu difermentasi mengandung protein kasar 21,66%, energi termetabolisme 2830 kkal/kg, Ca 1,09%, dan mineral fosfor 0,88%. Dilaporkan juga bahwa penggunaan ampas tahu difermentasi dengan ragi pada level 10%, 15% dan 20% dalam ransum ayam pedaging nyata meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan berat badan dan efisiensi penggunaan ransum. Penggunaan ampas tahu terfementasi pada level 10% tidak berpengaruh nyata terhadap berat karkas dan persentase karkas, akan tetapi pada level 15% dan 20% nyata meningkatkan berat dan persentase karkas ayam. Proses fermentasi akan memecah


(22)

protein dan karbohidrat menjadi asam amino, nitrogen, dan karbon terlarut yang diperlukan untuk sintesis protein (Rahayu et al., 1989). Meningkatnya kecernaan protein juga mempermudah metabolism protein, sehingga secara langsung juga meningkatkan sintesis protein daging.

Mahfudz et al. (1996) menyatakan bahwa meningkatnya nafsu makan dengan adanya penggunaan ampas tahu difermentasi dalam ransum disebabkan karena proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan asam glutamat yang dapat meningkatkan nafsu makan ayam. Proses fermentasi akan memecah protein dan karbohidrat menjadi asam amino, N, dan karbon terlarut, yang diperlukan untuk sintesis protein (Rahayu et al., 1989).

2.3 Karkas

Karkas merupakan tubuh ayam tanpa bulu, darah, kaki, kepala dan jejeroan (USDA, 1977). Prakkasi (1983) komposisi fisik karkas terdiri dari komponen daging, tulang, dan lemak subkutan termasuk kulit. Semua komponen karkas tersebut akan tumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan umur ayam itu sendiri (Barhiman, 1976). Morran dan orr (1970) menyatakan bahwa ayam betina mempunyai proporsi dada yang lebih besar, tetapi presentase paha lebih kecil. Bertambahnya umur ayam menyebabkan presentase daging bagian paha dan sayap menurun.

Komponen yang mempengaruhi komposisi fisik karkas (tulang, daging dan lemak) adalah makanan, umur, dan jeis kelamin. Ayam yang diberi ransum dengan imbangan energi protein yang melebihi akan menimbulkan timbunan lemak dari pada ayam yang diberikan ransum dengan imbangan energi protein yang sedikit. Daging ayam mempunyai kandungan protein yang tinggi, komposisi protein sangat baik karena mengandung semua asam amino esensial yang


(23)

mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, akan tetapi daging ayam juga mempunyai kadar lemak yang cukup tinggi dibandingkan hewan ternak lainnya ( Surisdiantaro dan Koentjoko, 1990).

Persentase karkas dipengaruhi oleh berat badan, bangsa ternak, jenis kelamin, jeroan, dan mutu ransum (Seemen, 1981). Murtidjo (1987) menyatakan bahwa presentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubunganya dengan bobot hidup. Dimana semakin bertambah bobot hidup maka produksi karkas semakin meningkat dan peresentase karkas ayam jantan lebih besar dibandingkan persentase karkas betina. Persentase karkas adalah perbandingan antara berat karkas dengan berat hidup dikalikan 100% ( Rizal, 2006).

2.4 Probiotik

Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan oleh Lily dan Stillwell (1965) dalam Jin et al,. (1997) untuk mendeskripsikan faktor utama pemacu pertumbuhan yang diproduksi oleh mikroorganisme. Probiotik itu sendiri tergolong dalam makanan fungsional, yaitu bahan makanan mengandung kompoonen-komponen yang dapat meningkatkan kesehatan ternak dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ternak. Pemberian probiotik mempunyai beberapa tujuan, yaitu meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan produksi telur, meningkatkan kecernaan pakan dan meningkatkan pertumbuhan mikroba yang menguntungkan (Fuller, 1992).

Mulder (1996) mendefinisikan probiotik sebagai kultur mikroorganisme yang dapat berproliferasi di dalam saluran pencernaan induk semang sehingga menghasilkan suatu keseimbangan mikroflora. Probiotik tersebut terutama terdiri dari Lactobacilli, Streptococci, Bifidobacteria, Bacilli, dan Yeast.


(24)

Penggunaan probiotik juga dapat dipertimbangkan untuk mengurangi penggunaan antibiotika dosis rendah yang umumnya digunakan untuk pencegahan suatu penyakit. Padahal penggunaan antibiotika dalam dosis pencegahan tersebut mempunyai efek negatif terhadap Lactobacilli yang merupakan bagian terbesar dari mikroflora aerobik saluran pencernaan dan bakteri penghasil asam laktat lain yang sangat rentan terhadap antibiotika (Mulder, 1996)

Cole (1991) mengatakan probiotik merupakan salah satu pilihan pakan tambahan pada ternak yang sehat dan aman bagi lingkungan. Probiotik merupakan bahan makanan yang tidak tercerna dan memberikan keuntungan pada inang melalui simulasi yang selektif terhadap pertumbuhan aktivitas dari satu atau sejumlah bakteri yang terdapat di dalam kolom (Roberfoid, 2000). Haryanto (2004) mengatakan bahwa probiotik adalah produk penyokong kehidupan yang berisi bakteri atau mikroorganisme lain yang tergolong non pathogen.

Probiotik bekerja menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan hewan inang. Mikroorganisme probiotik mampu mengatur sistem kekebalan inang dari berbagai aspek, kemampuan mikroorganisme probiotik dalam meningkatkan kekebalan hewan inang adalah dengan cara mengeluarkan toksin yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pathogen dalam saluran pencernaan. Toksin-toksin yang dihasilkan tersebut merupakan antibiotik bagi mikroorganisme patogen, sehingga penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme tersebut dapat hilang dengan sendirinya. Hal ini merupakan keuntungan terhadap inang sehingga tahan terhadap serangan penyakit (Budiansyah, 2004). Pada unggas probiotik akan menambah jumlah mikroorganisme yang menguntungkan dan menekan mikroorganisme yang merugikan dengan cara berkompotisi untuk hidup didalam saluran pencernaan.

Mikroba yang digunakan sebagai probiotik yang efektif harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :


(25)

o Dapat bertahan hidup selama persiapan sampai produksi dengan sekala industri o Dapat bertahan hidup, mampu bersaing, tidak hanya sekedar tumbuh dalam saluran

pencernaan

o Mampu menimbulkan efek yang menguntungkan bagi inang

o Stabil dan tetap hidup dalam jangka waktu lama pada periode penyimpanan dan kondisi lapang. ((Jin et al., 1997)).

Dengan berbagai persyaratan diatas , keuntungan dari penggunaan probiotik adalah :

o Memperbaiki penggunaan nutrisi pakan. Hal ini dapat terjadi melalui peningkatan efisiensi proses pencernaan atau peningkatan kecernaan senyawa-senyawa yang awalnya tidak tercerna. Sebagai contoh suplementasi Ent. Faecium akan meningkatkan kecernaan selulosa pada ayam.

o Meningkatkan kesehatan. Terjadi resistensi inang terhadap penyakit infeksi, baik secara

langsung melalui mekanisme antagonis maupun melalui status kekebalan.

o Meningkatkan pertumbuhan ternak. Peningkatan pertumbuhan terjadi sebagai hasil dari

menurunnya subklinis akibat tertekannya pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit.

Dampak probiotik yang bervariasi di berbagai lokasi atau sistem pemeliharaan dimungkinkan, karena probiotik bukan merupakan faktor tunggal,tetapi banyak faktor yang mempengaruhi kinerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja probiotik antara lain : komposisi mikrobiota inang, cara pemberian probiotik, umur dan jenis inang , kualitas dan jenis pobiotik yang digunakan (Jin et al., 1997).


(26)

Pada ternak unggas, probiotik akan bekerja efektif pada crop atau bagian awal saluran pencernaan, dan bekerja secara langsung pada caeca (Sudirman, 2004). Pada kelompok pertama ini, kultur Lactobacillus diduga dapat membentuk koloni pada crop dan usus halus (Fuller, 1992). Kelompok ini diduga dapat menghasikan performans unggas secara keseluruhan.

2.5 Khamir Saccharomyces sp. sebagai Sumber Probiotik dan Pengaruhnya terhadap Ayam

Saccharomyces sp merupakan khamir sejati yang tergolong eukariot yang secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnta. Saccharomyces sp. dapat berkembang biak dengan membelah diri melalui “ budding cell ”. Reproduksinya dapat dipengaruhu oleh keadaan lingkungan, serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel. Penampilan makroskopik khamir Saccharomyces sp. mempunyai koloni bentuk bulat, warna kuning muda, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak, dan memiliki sel bulat dengan askkospora sebanyak 1-8 buah (Nikon, 2004 dalam Ahmad, 2005).

Khamir Saccharomyces sp. termasuk golongan fungi yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Aonynmous, 2006).

Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Sub Phylum : Saccharomycotina Kelas : Saccharomycetes Bangsa : Saccharomycetales Suku : Saccharomycetaceae


(27)

Strain : Saccharomyces

Spesies : Saccharomyces Cerevisiae

Buckle et al., (1987) menyebutkan, khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5-20 mikron, biasanya berukuran5-10 kali lebih besar dari bakteri dan terdapat berbagai macam bentuk dalam feses sapi. Ada yang bentuk oval, bulat dan memanjang. Khamir dapat tumbuh dalam media cair dan padat. Perbanyakan sel secara aseksual dengan pembentukan tunas, suatu proses yang merupakan sifat khas dari khamir. Suhu petumbuhan optimum adalah 250C sampai 300 dengan kisaran pH 4-4,5 (Buckle at al., 1987).

Shin et al., (1989) menyatakan Saccharomyces cerevisiae termasuk salah satu mikroba yang umumnya dipakai untuk ternak sebagai probiotik, bersama-sama dengan bakteri dan cendawan lainnya seperti Aspergillus niger, A.oryzae, Bacillus pumilus, B. centus, Laktobacillus acidophilus, Saccharomyces crimers, Streptococcus lactis dan S. Termophilus

Menurut Mangunwidjaja dan Suryani (1994) dalam Rokhmawati (2004) menambahkan produksi etanol dengan subtract gula oleh khamir Saccharomyces sp merupakan proses fermentasi dengan sangat sederhana, karena hanya melibatkan 1 fase pertumbuhan dan produksi, dimana pada fase tersubut glukosa diubah secara simultan menjadi biomassa etanol dan CO2.

Sumplementasi Saccharomyces cerevisiae dalam pakan ayam mendapat hasil yang positif, yaitu bobot badan meningkat setelah pemberian Saccharomyces cerevisiae. Pemberian Saccharomyces cerevisiae juga meningkatkan bobot ayam dan secara in vitro menekan pertumbuhan Styphimurium meski secara in vitro tidak memberikan hasil yang signifikan (Istiana et al., 2002). Demikian pula dengan penggunaan Saccharomyces cerevisiae sebagai bahan imunostimulan. Imunostinulan berfungsi untuk meningkatkan kesehatan tubuh dengan


(28)

cara meningkatkan sistem pertahanan terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan bakteri, cendawan, virus dan lainnya, sedangkan penggunaan antibiotik hanya membunuh bakteri.

Dilihat dari keberhasilan penelitian-penelitian di atas maka Saccharomyces sp. digunakan sebagai probiotik namun beberapa faktor harus diperhatikan sebagai bahan pertimbangan, seperti aspek ekonomi, pengaruh buruk terhadap ternak yang terkandung di dalamnya. Dari segi ekonomi harus diperhitungkan ongkos dalam sekala besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh.


(1)

mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, akan tetapi daging ayam juga mempunyai kadar lemak yang cukup tinggi dibandingkan hewan ternak lainnya ( Surisdiantaro dan Koentjoko, 1990).

Persentase karkas dipengaruhi oleh berat badan, bangsa ternak, jenis kelamin, jeroan, dan mutu ransum (Seemen, 1981). Murtidjo (1987) menyatakan bahwa presentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubunganya dengan bobot hidup. Dimana semakin bertambah bobot hidup maka produksi karkas semakin meningkat dan peresentase karkas ayam jantan lebih besar dibandingkan persentase karkas betina. Persentase karkas adalah perbandingan antara berat karkas dengan berat hidup dikalikan 100% ( Rizal, 2006).

2.4 Probiotik

Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan oleh Lily dan Stillwell (1965) dalam Jin et al,. (1997) untuk mendeskripsikan faktor utama pemacu pertumbuhan yang diproduksi oleh

mikroorganisme. Probiotik itu sendiri tergolong dalam makanan fungsional, yaitu bahan makanan mengandung kompoonen-komponen yang dapat meningkatkan kesehatan ternak dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ternak. Pemberian probiotik mempunyai beberapa tujuan, yaitu meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan produksi telur, meningkatkan kecernaan pakan dan meningkatkan pertumbuhan mikroba yang menguntungkan (Fuller, 1992).

Mulder (1996) mendefinisikan probiotik sebagai kultur mikroorganisme yang dapat berproliferasi di dalam saluran pencernaan induk semang sehingga menghasilkan suatu keseimbangan mikroflora. Probiotik tersebut terutama terdiri dari Lactobacilli, Streptococci, Bifidobacteria, Bacilli, dan Yeast.


(2)

Penggunaan probiotik juga dapat dipertimbangkan untuk mengurangi penggunaan antibiotika dosis rendah yang umumnya digunakan untuk pencegahan suatu penyakit. Padahal penggunaan antibiotika dalam dosis pencegahan tersebut mempunyai efek negatif terhadap Lactobacilli yang merupakan bagian terbesar dari mikroflora aerobik saluran pencernaan dan

bakteri penghasil asam laktat lain yang sangat rentan terhadap antibiotika (Mulder, 1996)

Cole (1991) mengatakan probiotik merupakan salah satu pilihan pakan tambahan pada ternak yang sehat dan aman bagi lingkungan. Probiotik merupakan bahan makanan yang tidak tercerna dan memberikan keuntungan pada inang melalui simulasi yang selektif terhadap pertumbuhan aktivitas dari satu atau sejumlah bakteri yang terdapat di dalam kolom (Roberfoid, 2000). Haryanto (2004) mengatakan bahwa probiotik adalah produk penyokong kehidupan yang berisi bakteri atau mikroorganisme lain yang tergolong non pathogen.

Probiotik bekerja menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan hewan inang. Mikroorganisme probiotik mampu mengatur sistem kekebalan inang dari berbagai aspek, kemampuan mikroorganisme probiotik dalam meningkatkan kekebalan hewan inang adalah dengan cara mengeluarkan toksin yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pathogen dalam saluran pencernaan. Toksin-toksin yang dihasilkan tersebut merupakan antibiotik bagi mikroorganisme patogen, sehingga penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme tersebut dapat hilang dengan sendirinya. Hal ini merupakan keuntungan terhadap inang sehingga tahan terhadap serangan penyakit (Budiansyah, 2004). Pada unggas probiotik akan menambah jumlah mikroorganisme yang menguntungkan dan menekan mikroorganisme yang merugikan dengan cara berkompotisi untuk hidup didalam saluran pencernaan.

Mikroba yang digunakan sebagai probiotik yang efektif harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :


(3)

o Dapat bertahan hidup selama persiapan sampai produksi dengan sekala industri o Dapat bertahan hidup, mampu bersaing, tidak hanya sekedar tumbuh dalam saluran

pencernaan

o Mampu menimbulkan efek yang menguntungkan bagi inang

o Stabil dan tetap hidup dalam jangka waktu lama pada periode penyimpanan dan kondisi lapang. ((Jin et al., 1997)).

Dengan berbagai persyaratan diatas , keuntungan dari penggunaan probiotik adalah :

o Memperbaiki penggunaan nutrisi pakan. Hal ini dapat terjadi melalui peningkatan efisiensi proses pencernaan atau peningkatan kecernaan senyawa-senyawa yang awalnya tidak tercerna. Sebagai contoh suplementasi Ent. Faecium akan meningkatkan kecernaan selulosa pada ayam.

o Meningkatkan kesehatan. Terjadi resistensi inang terhadap penyakit infeksi, baik secara langsung melalui mekanisme antagonis maupun melalui status kekebalan.

o Meningkatkan pertumbuhan ternak. Peningkatan pertumbuhan terjadi sebagai hasil dari menurunnya subklinis akibat tertekannya pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit.

Dampak probiotik yang bervariasi di berbagai lokasi atau sistem pemeliharaan dimungkinkan, karena probiotik bukan merupakan faktor tunggal,tetapi banyak faktor yang mempengaruhi kinerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja probiotik antara lain : komposisi mikrobiota inang, cara pemberian probiotik, umur dan jenis inang , kualitas dan jenis pobiotik yang digunakan (Jin et al., 1997).


(4)

Pada ternak unggas, probiotik akan bekerja efektif pada crop atau bagian awal saluran pencernaan, dan bekerja secara langsung pada caeca (Sudirman, 2004). Pada kelompok pertama ini, kultur Lactobacillus diduga dapat membentuk koloni pada crop dan usus halus (Fuller, 1992). Kelompok ini diduga dapat menghasikan performans unggas secara keseluruhan.

2.5 Khamir Saccharomyces sp. sebagai Sumber Probiotik dan Pengaruhnya terhadap Ayam

Saccharomyces sp merupakan khamir sejati yang tergolong eukariot yang secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnta. Saccharomyces sp. dapat berkembang biak dengan membelah diri melalui “ budding cell ”. Reproduksinya dapat dipengaruhu oleh keadaan lingkungan, serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel. Penampilan makroskopik khamir Saccharomyces sp. mempunyai koloni bentuk bulat, warna kuning muda, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak, dan memiliki sel bulat dengan askkospora sebanyak 1-8 buah (Nikon, 2004 dalam Ahmad, 2005).

Khamir Saccharomyces sp. termasuk golongan fungi yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Aonynmous, 2006).

Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Sub Phylum : Saccharomycotina Kelas : Saccharomycetes Bangsa : Saccharomycetales Suku : Saccharomycetaceae


(5)

Strain : Saccharomyces

Spesies : Saccharomyces Cerevisiae

Buckle et al., (1987) menyebutkan, khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5-20 mikron, biasanya berukuran5-10 kali lebih besar dari bakteri dan terdapat berbagai macam bentuk dalam feses sapi. Ada yang bentuk oval, bulat dan memanjang. Khamir dapat tumbuh dalam media cair dan padat. Perbanyakan sel secara aseksual dengan pembentukan tunas, suatu proses yang merupakan sifat khas dari khamir. Suhu petumbuhan optimum adalah 250C sampai 300 dengan kisaran pH 4-4,5 (Buckle at al., 1987).

Shin et al., (1989) menyatakan Saccharomyces cerevisiae termasuk salah satu mikroba yang umumnya dipakai untuk ternak sebagai probiotik, bersama-sama dengan bakteri dan cendawan lainnya seperti Aspergillus niger, A.oryzae, Bacillus pumilus, B. centus, Laktobacillus acidophilus, Saccharomyces crimers, Streptococcus lactis dan S. Termophilus

Menurut Mangunwidjaja dan Suryani (1994) dalam Rokhmawati (2004) menambahkan produksi etanol dengan subtract gula oleh khamir Saccharomyces sp merupakan proses fermentasi dengan sangat sederhana, karena hanya melibatkan 1 fase pertumbuhan dan produksi, dimana pada fase tersubut glukosa diubah secara simultan menjadi biomassa etanol dan CO2.

Sumplementasi Saccharomyces cerevisiae dalam pakan ayam mendapat hasil yang positif, yaitu bobot badan meningkat setelah pemberian Saccharomyces cerevisiae. Pemberian Saccharomyces cerevisiae juga meningkatkan bobot ayam dan secara in vitro menekan pertumbuhan Styphimurium meski secara in vitro tidak memberikan hasil yang signifikan (Istiana et al., 2002). Demikian pula dengan penggunaan Saccharomyces cerevisiae sebagai bahan imunostimulan. Imunostinulan berfungsi untuk meningkatkan kesehatan tubuh dengan


(6)

cara meningkatkan sistem pertahanan terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan bakteri, cendawan, virus dan lainnya, sedangkan penggunaan antibiotik hanya membunuh bakteri.

Dilihat dari keberhasilan penelitian-penelitian di atas maka Saccharomyces sp. digunakan sebagai probiotik namun beberapa faktor harus diperhatikan sebagai bahan pertimbangan, seperti aspek ekonomi, pengaruh buruk terhadap ternak yang terkandung di dalamnya. Dari segi ekonomi harus diperhitungkan ongkos dalam sekala besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh.