Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di Sekolah Dasar Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

(1)

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh Istuti NPM. 1422010045

PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2016 M/1437 H


(2)

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh Istuti NPM. 1422010045

PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2016 M/1437 H


(3)

(4)

ii

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Istuti

NPM : 14220100

Program Studi : Ilmu Tarbiyah

Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “PERAN GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KALIREJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH” adalah benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Bandar Lampung, 03 Maret 2016 Yang menyatakan,

Istuti NPM.1422010045


(5)

iii

Masalah penelitian ini muncul dari pengamatan pendahuluan (pra survey) yang telah dilaksanakan dengan data awal bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SDN 2 Kalirejo belum optimal dalam menjalankan peranannya sebagai pendidik, pengajar dan teladan, tetapi mayoritas peserta didiknya berakhlak mulia. Hal ini yang mendorong penulis untuk meneliti peranan guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik di SD Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan bagaimana peranan guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik dan bertujuan untuk manganalisis dan mendeskrifsikan peranan guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik di SD Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena pendekatannya berdasakan bukti-bukti kualitatif. Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan analisis data terdiri dari tiga langkah, yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 180 Peserta didik SD Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, terdapat rata-rata 16%, peserta didik yang berakhlak kurang baik sedangkan 84%, peserta didik yang berakhlak mulia diantaranya akhlak terhadap guru dan pegawai, akhlak terhadap sesama teman, akhlak terhadap lingkungan sekolah, akhlak tanggung jawab terhadap tugas dan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah. Berarti mayoritas peserta didik berakhlak mulia.

Peranan guru PAI sebagai pendidik dan pengajar belum optimal, disebabkan minimnya volume pertemuan antara guru PAI dengan peserta didik, kurang upaya guru PAI untuk memantau perkembangan peserta didik melalui penilaian portopolio , kurang intensifnya upaya penanaman nilai-nilai akhlak pada diri peserta didik, kurang menguasai bahan pembelajaran, tidak menyusun program pembelajaran dengan baik, tidak melaksanakan program pembelajaran secara optimal, tidak melaksanakan evaluasi hasil dan proses pembelajaran secara optimal.

Keteladanan guru PAI dalam perkataan, perilaku, dan berpakaian sudah baik, namun keteladana guru PAI dalam beribadah dan pelaksanaan tugas atau pekerjaan masih perlu diperbaiki lagi.

Walaupun peranan guru PAI sebagai pendidik, pengajar dan teladan kurang optimal, namun akhlak peserta didik SD Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah cukup baik dan salah satu faktor kesuksesan SD Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah dalam membina akhlak peserta didik , adalah komitmen semua guru untuk peduli dan selalu memantau perkembangan akhlak peserta didik.

Untuk memperbaiki peranan guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik di SD Negeri 2 Kalirejo Lampung Tengah yang belum optimal maka guru PAI harus meningkatkan aktivitas, kreativitas dan inovasi dalam pelaksanaan tugasnya terutama dalam merealisasikan peranannya sebagai pendidik, pengajar dan teladan.


(6)

iv

Judul Tesis : PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM PEMBINAAN AKHLAK PESERTA

DIDIK DI SD NEGERI 2 KALIREJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Nama Mahasiswa : Istuti

No. Pokok Mahasiswa : 14220100

Program studi : Ilmu Tarbiyah

Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Telah diujikan dalam ujian tertutup dan disetujui untuk diajukan dalam ujian terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Bandar Lampung, Maret 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Hasan Mukmin, M. A. Dr. Nasir, S.Pd, M. Pd.

NIP.196104211994031002 NIP. 196904052009011003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Tarbiyah Konsentrasi Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Achmad Asrori, M.A


(7)

v

Tesis yang berjudul “PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM PEMBINAAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI SD NEGERI 1 KALIREJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH”, ditulis oleh : Istuti, NPM.14220100 telah diujikan dalam Ujian Tertutup dan disetujui untuk diajukan dalam ujian terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji

Ketua : Prof.Dr.H.Sulthon Syahrir, M.A ………...

Sekretaris : Dr. Nasir, M. Pd ……….

Penguji I : Dr. H. Achmad Asrori, M. A .. ……….

Penguji II : Dr. Hasan Mukmin, M. A ……….


(8)

vi

Tesis yang berjudul “PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM PEMBINAAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI SD NEGERI 1 KALIREJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH”, ditulis oleh : Istuti, NPM.14220100 telah diujikan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji

Ketua : Prof.Dr.H.Sulthon Syahrir, M.A ………... Sekretaris : Dr. Nasir, M. Pd ………. Penguji I : Dr. H. Achmad Asrori, M. A .. ……….

Penguji II : Dr. Hasan Mukmin, M. A ……….

Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

Prof. Dr. Idham Kholid, M.Ag NIP : 196010201988031005


(9)

vii

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

Tidak dilambangkan

t .

b z

t ‘

.

s g

j f

h

. q

kh k

d l

.

z m

r n

z w

s h

sy ‘

s

. y

d .

Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harokat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harokat dan Huruf Huruf dan Tanda

- - a

-

- u

Pedoman Transliterasi ini dimodifikasi dari : Tim Puslitbang Lektur Keagamaan,

Pedoman Transliterasi Arab-Latin, Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan Agama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Depatemen Agama RI, Jakarta, 2003


(10)

viii

,

Tiada kata yang paling indah selain ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayahnya sehingga Tesis yang berjudul “ Peranan Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlak peserta didik Di SD Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Selatan” dapat terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Sholawat teriring salam disampaikan kepada teladan umat manusia, Nabi Muhammad SAW. Beserta para sahabat, keluarga dan para pengikutnya yang senantiasa Istiqomah dalam melaksanakan ajarannya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Dr. Moh. Mukri, MA., Rektor IAIN Raden Intan Lampung.

2. Prof. Dr. Idham Cholid, MA., Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

3. Dr.H.Achmad Asrori, M. A., Ketua Program Studi Ilmu Tarbiyah.

4. Dr. Hasan Mukmin,M. A, dan Dr. Nasir, M. Pd., Pembimbing I dan Pembimbing II dalam penulisan tesis ini.


(11)

ix

usaha yang telah membantu penulis mendapatkan data yang dibutuhkan untuk tesis ini

6. Seluruh Dosen, staf dan karyawan Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

7. Pimpinan dan seluruh staf administrasi perpustakaan Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

8. Saudara-saudaraku dan teman-temanku yang turut mendukung dan mendoakanku.

11.Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan tesis ini.

Selanjutnya dalam penulisan tesis ini penulis menyadari masih banyak kekurangan maupun kelemahannya, untuk itu saran maupun kritikan yang bersifat konstruktif dan positif sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini dimasa mendatang.

Insya Allah tesis ini bermanfaat dan mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Penulis,

Istuti.


(12)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ……….. ii

ABSTRAK……….. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… iv

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ………. v

HALAMAN PENGESAHAN ………. vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ………... vii

KATA PENGANTAR……… ..…... ... viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TABEL………... xiii

DAFTAR GAMBAR………. xv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah……….. 17

C. Rumusan Masalah………... 18

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……… 18


(13)

xi

A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Peranan Guru ……….………... 30

2. Peranan Guru dalam pembinaan akhlak ... 36

a. Peranan Guru Sebagai Pendidik ………. 37

b. Peranan Guru Sebagai Pengajar……….. 42

c. Peranan Guru Sebagai Teladan………... 45

B. Pendidikan Agama Islam ……….. 47

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ……….. 47

2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ……… 51

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ………... 56

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ……….. 61

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Guru PAI……. 64

C. Pembinaan Akhlak Peserta Didik ...………. 66

1. Pengertian Pembinaan...……….. 66

2. Pengertian Akhlak……… 67

3. Dasar dan Tujuan Akhlak....……… 71

4. Macam-macam Akhlak………... 74

5. Kriteria Manusia Berakhlak Mulia………... 79

6. Akhlak Peserta Didik…………..……….. 80


(14)

xii

A. Jenis Penelitian………... 97

B. Sumber Data………... 98

C. Teknik Pengumpulan Data……….. 101

D. Teknik Analisis Data……….. 101

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum SDN 2 Kalirejo ... 106 B. Peranan Guru PAI dalam Pembinaan Akhlak Peserta didik. .. 121

C. Keadaan Akhlak Peserta didik ………141

D. Analisis dan Pembahasan………... 150

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………. 156

B. Rekomendasi………... 159

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

xiii

Tabel Halaman

1. Persentase Peserta didik Bermasalah dan Peserta didik Tidak bermasalah.. 10 2. Pelaksanaan dan Kondisi Realita Aktivitas Guru PAI……….. 17 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Akhlak PAI…………. 68 4. Daftar Nama Guru SD Negeri 2 Kalirejo T.P. 2014/2015………118 5. Daftar Nama Pegawai SD Negeri 2 Kalirejo T.P. 2014/2015………….. 120 6. Daftar Jumlah Guru dan Pegawai SD Negeri 2 Kalirejo………..121 7. Daftar Jumlah Peserta Didik SD Negeri 2 Kalirejo Th. 2008-2015.……122 8. Daftar Jumlah Peserta Didik SD Negeri 2 Kalirejo T.P. 2014/2015……123 9. Jumlah Ruang/Sarana SD Negeri 2 Kalirejo T.P. 2014/2015…………...125 10.Peranan Guru PAI sebagai Pendidik dalam Pembinaan Akhlak Peserta

Didik...137 11.Peranan Guru sebagai Pengajar dalam Pembinaan Akhlak ...143 12.Peranan Guru PAI sebagai Teladan dalam Pembinaan Akhlak ...146 13.Perilaku Peserta Didik Terhadap Guru dan Pegawai Sekolah………...148 14.Perilaku Peserta Didik Terhadap Sesama Teman………..150 15.Perilaku Peserta Didik Terhadap Lingkungan Sekolah……….152

16.Perilaku Peserta Didik Terhadap Tugas……….154

17.Kedisiplinan Kehadiran Peserta Didik SD Negeri 2 Kalirejo…………...155 18.Kedisiplinan Berpakaian Peserta Didik SD Negeri 2 Kalirejo………….156


(16)

xiv

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian………. 32


(17)

xv

Lampiran

1. Pedoman Observasi Pada SD Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. 2. Pedoman Wawancara Pada SD Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung

Tengah.

3. Pedoman Studi Dokumen Pada SD Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

4. Daftar Nama Peserta Didik SD Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

5. Sumber Data yang diteliti

6. Tata Tertib SD Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. 7. Surat Mohon Izin Penelitian

8. Surat Keterangan Izin Penelitian 9. Riwayat Hidup


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia di muka bumi termasuk bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbanagan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.1

Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga

1Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar -dasar Penddidikan pada Umumnya dan Pendididkan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-2, h. 11


(19)

dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan adalah memilih arah atau tujuan yang akan dicapai.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai sistem maupun institusinya, merupakan warisan budaya bangsa, yang berurat berakar pada masyarakat bangsa Indonesia. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan Islam akan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional.2

Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, Berkenaan dengan ini, di dalam UUD'45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; "Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran". Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

2Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) Cet. Ke-4, h. 174

3


(20)

Dalam UUD 1945 Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan, pasal 31

ayat (3) termaktub : “Pemerintah mengusahakan dengan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”

Berdasarkan pasal di atas dapat dipahami bahwa akhlak mulia menjadi salah satu indikator utama, disamping iman dan taqwa dalam mewujudkan cita-cita

bangsa, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa” sebagaimana yang tertulis dalam

pembukaan (preambule) UUD 1945 itu sendiri. Lebih lanjut amanah UUD 1945 itu dituangkan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU Sisdiknas, pasal 3 ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “…untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”.4

Tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan sesuatu bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa lainnya, karena pandangan hidup mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi pada dasarnya pendidikan setiap bangsa tentu sama, yaitu semua menginginkan terwujudnya manusia yang baik yaitu manusia

4UU Sisdiknas, UU RI No. 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2003), Cet. Ke-1, h. 2


(21)

yang sehat, kuat serta mempunyai ketrampilan, pikirannya cerdas serta pandai, dan hatinya berkembang dengan sempurna.

Jelaslah sudah bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional adalah mendidik akhlak mulia. Karena mendidik akhlak mulia menjadi salah satu tujuan pendidikan nasional , maka semua guru sebagai pendidik mesti mengarahkan proses pembelajaran yang dilakukannya ke tujuan pendidikan.

Dengan demikian, tanggung jawab pendidikan bukan hanya ada pada pemerintah saja, tetapi juga sekolah (guru) dan masyarakat harus berperan aktif, sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al-Qur’an :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.5

Tujuan pendidikan nasional ini sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam yaitu: “untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”6

Dalam GBPP PAI di sekolah umum, dinyatakan bahwa “pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,

5

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya , (Jakarta: PT. Intermasa, 1993), h. 951


(22)

menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan/atau latihan”.7 Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan

keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan agama Islam tersebut diatas, akhlak mulia merupakan bagian yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut.

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.8

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :

Artinya : “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.9

7Ibid., h. 75

8Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), Cet. Ke-IV, h. 1 9Departemen Agama Republik Indonesia, Op. cit., h. 413


(23)

Dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan, tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan demikian, sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga. Dengan masuknya anak ke sekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak-anak.10

Dapat dimengerti betapa pentingnya kerjasama antara hubungan lingkungan itu. Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal. Contohnya guru dengan orang tua murid.

Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesama manusia. Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya.

Agama merupakan benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan, untuk itu sangat diperlukan penanaman pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelamatkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental.

10Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-2, h. 76


(24)

Pendidikan agama merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara.

Mengenai Pendidikan Agama Islam Drs. Ahmad D Marimba menerangkan sebagai berikut:

“Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah Kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.”11

“Pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melaui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.”12

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan al-Quran terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian muslim yang sempurna.

Agar anak mempunyai akhlak yang mulia, peserta didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupannya.

11Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke-2, h. 9 12Arifin H. M, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet Ke-1, h. 10


(25)

Untuk mewujudkan akhlak yang mulia pada diri peserta didik tentu saja memerlukan pembinaan yang optimal dan terarah. Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam memegang peranan yang sangat penting untuk mewujudkannya.

Pentingnya pendidikan agama Islam dapat juga ditinjau dari segi fungsinya,

yaitu: “Untuk membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa kepada Allah SWT

disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan juga memiliki kemampuan mengembangkan diri dalam bermasyarakat serta kemampuan untuk bertingkah laku berdasarkan norma-norma menurut ajaran agama Islam.”13

Pendidikan agama Islam di SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan akhlak peserta didik. Dimana masih ada perilaku yang tidak sewajarnya yang dilakukan oleh sebagian peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok. Perilaku yang tidak terpuji tersebut antara lain ; melawan guru, berkelahi dengan sesama teman, memeras sesama teman, merokok dilingkungan sekolah, tidak mengikuti pelajaran pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, bolos, meminum minuman keras dilingkungan sekolah, bersikap dan berkata yang tidak sopan, tidak patuh pada guru dan tidak disiplin.14

Berdasarkan buku agenda pribadi peserta didik atau buku catatan kasus peserta didik, hanya terdapat 58 orang peserta didik yang bermasalah pada tahun

13Arifin H. M, Hubungan Timbal Balik Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 13 14Hi.Suyatno, S. Pd. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Negeri I, Katibung, 12 September 2011


(26)

pembelajaran 2014/2015.15 Sedangkan keseluruhan peserta didik pada SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah berjumlah 180 orang.16 Hal ini berarti peserta didik yang bermasalah lebih kurang hanya 17 % dari keseluruhan peserta didik yang jumlahnya 180 orang. Dengan demikian 83 % peserta didik perilakunya tidak bermasalah atau baik. Perilaku yang dimaksud antara lain; Bersikap sopan santun kepada guru, berprasangka baik terhadap sesama, menghargai sesama teman, menghargai karya orang lain.17 Realita akhlak peserta didik SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Persentase Peserta didik Bermasalah dan Peserta didik Tidak Bermasalah

No Uraian Jumlah

Peserta didik Persentase

1. Peserta didik yang bermasalah 8 7 %

2. Peserta didik yang tidak bermasalah 172 93 %

Jumlah 180 100 %

15Buku catatan kasus siswa SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah TP. 2014/2015

16Data siswa pada papan tabel ruang tata usaha SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah Tahun2014/2015

17


(27)

Sumber: Buku Catatan kasus peserta didik SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak peserta didik, akan tetapi peranan guru sangat menentukan dan sangat besar dalam mewujudkan pendidikan berkualitas, Hal ini dinyatakan oleh Dedi Supriadi bahwa “mutu pendidikan bukan hanya ditentukan oleh guru, melainkan oleh mutu masukan (siswa), sarana, dan faktor-faktor instrumental lainnya. Tapi semua itu pada akhirnya tergantung kepada mutu pengajaran, dan mutu pengajaran

tergantung pada mutu guru.”18

Guru yang bermutu dan Profesional harus mampu melaksanakan peranannya dengan baik. Beberapa pendapat tentang peranan guru antara lain:

Sardiman, A. M menyatakan bahwa peranan guru antara lain:

sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing. Berkaitan dengan ketiga peranan tersebut maka dapat dirincikan lagi peranan guru antara lain; sebagai informator, organisator, motivator, pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator.19

Adapun peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak antara lain; sebagai pendidik (educator), pengajar (teacher), dan teladan.20

18Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita karya Nusa,1999), Cet. Ke-3, h. 97

19

Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. Ke-9, h. 141 - 144

20Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. Ke-15, h. 7 -8


(28)

Peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak sebagaimana ditegaskan oleh Muhammad Ali Quthb bahwa pembinaan akhlak dapat dilakukan dengan cara: melalui pemahaman dan pengertian, melalui anjuran dan himbauan dan latihan pembiasaan serta mengulang-ulang.21

Menurut Abdul Azis Abdul mazid, mengatakan untuk membina akhlak diperlukan pujian kepada anak “seorang guru yang baik, harus memuji muridnya. Jika ia melihat ada kebaikan dari metode yang ditempuhnya itu, dengan mengatakan kepadanya kata-kata “bagus”, “semoga Allah memberkatimu”, atau dengan ucapan

“engkau murid yang baik”.22

Sedangkan menurut Muhammad Ali quthb, dalam membina akhlak diperlukan pembiasaan yang merupakan metode pendidikan Islam yang dapat dilaksanakan

dengan cara “anak dibiasakan untuk melakukan sesuatu yang tertib dan teratur”.23

Adapun peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak di SMP Negeri I Katibung Kabupaten Lampung Selatan dalam penelitian ini adalah peranannya sebagai pendidik, pengajar, dan teladan dengan rincian sebagai berikut:

1. Peranan guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak sebagai pendidik , dimana guru memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikan dan

21M. Ali Quthb, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1983), h. 79

22Abdul Azis Abdul Mazid, Al-Qissah fi al-tarbiyah, penerjemah Neneng Yanti Kh. Dan Iip Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h. 4


(29)

menanamkan nilai-nilai (transfer of values) kepada anak didiknya. 24 Dengan indikator sebagai berikut:

a. Menyusun program tahunan dan program semester

b. Menyususn silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, rencana pembinaan akhlak siswa, baik yang tercakup dalam kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler

c. Melakukan pembinaan baik di dalam maupun di luar kelas.

d. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok. e. Memantau perkembangan prilaku siswa secara kontinyu.

f. Mampu memotivasi siswa.

g. Menanamkan kedisiplinan kepada diri siswa.

h. Melakukan pendekatan, memberikan nasehat, dan bantuan, terutama kepada siswa yang bermasalah.

i. Membimbing siswa melalui pengalaman-pengalaman praktis. j. Membimbing siswa dalam melakukan praktek ibadah.

k. Membimbing siswa untuk menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan.

l. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan melalui penilaian portofolio.

m. Melakukan penilaian hasil dan penilaian proses pembinaan25

2. Peranan guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak sebagai pengajar, dimana guru memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu (transfer of knowledge) kepada anak didiknya. 26 Dengan indikator sebagai berikut:

a. Menguasai bahan pengajaran.

1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan. 2) Meguasai bahan pengayaan.

b. Menyusun program pengajaran. 1) Menetapkan tujuan pembelajaran.

2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran. 3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar.

24AS. Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of current English, (London: Oxford University Press, 1987), h. 37

25Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya , (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-4, h. 100

26


(30)

4) Memilih dan mengembangkan media pembelajaran yang sesuai. 5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.

c. Melaksanakan program pengajaran.

1) Menciptakan iklim pembelajaran yang tepat. 2) Mengatur ruangan belajar.

3) Mengolah interaksi pembelajaran.

d. Menilai hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. 1) Menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran. 2) Menilai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.27

3. Peranan guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak sebagai teladan, dimana guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku. 28

Teladan adalah “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh tentang

perbuatan, kelakuan, sifat dan sebagainya.”29

Oleh karena itu guru harus memberkan contoh perbuatan, perilaku, dan sifat yang patut ditiru oleh peserta didiknya.

Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditujukan oleh peserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru, atau dengan perkataan lain, guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik. Untuk itulah guru harus dapat menjadi contah (suri tauladan) bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru.30

27Moh. Uzer Usman, Op. cit., h. 18-19

28

AS. Hornby, Loc. cit. 29

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. ke-10, h. 1025

30

Hamzah B. Uno, Op.cit., h. 17


(31)

Menurut Zakiyah Daradjad: “Teladan guru dimulai dari cara guru berpakaian, berjalan dan bergaul merupakan penampilan yang yang mempunyai pengaruh

terhadap anak didik”.31

Berkaitan dengan peranan guru sebagai teladan ini dapat dikemukakan indikator sebagai berikut:

a. Teladan guru dalam perkataan; mengucapkan kata-kata yang baik dan benar, bertutur kata dengan lemah lembut dan santun, menghindari kata-kata tercela, menghindari perkataan yang dapat menyinggung perasaan orang lain, menghindari membicarakan kejelekan orang lain, dan menghindari membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat.

b. Teladan guru dalam perbuatan; melakukan hal-hal yang baik dan benar, berperilaku yang sopan dan santun, suka menolong orang lain, menghindari perbuatan yang bertentangan dengan syariat Islam, hukum, dan norma sosial, dan menghindari perbuatan yang dapat menyakiti orang lain.

c. Teladan guru dalam berpakaian; berpakaian yang menutup aurat sesuai dengan syariat Islam, berpakaian yang sopan, berpakaian yang tidak berlebihan, pamer dan mencolok, dan memakai perhiasan yang wajar.

d. Teladan guru dalam beribadah; taat dalam beribadah, terutama yang fardhu, tidak melalaikan waktu sholat, dan gemar melaksanakan ibadah sunnah. e. Teladan guru dalam tugas/pekerjaan; disiplin waktu, bekerja dengan rajin dan

tekun, melakukan yang terbaik dalam pekerjaan, produktif dalam pekerjaan, kreatif dan inovatif dalam pekerjaan, dan selalu meningkatkan kemampuan.32

Sehubungan dengan peranan Guru pendidikan Agama Islam pada SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, Kepala SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah menyatakan bahwa belum optimalnya peranan guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan perannya. Hal ini dapat terlihat dari aktivitasnya yang hanya melakukan interaksi dikelas pada saat mengajar, dan guru yang bersangkutan hanya hadir apabila ada jam mengajar dengan alokasi 2 jam

31Zakiyah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: N.V. Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-II, h. 18 32Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 1999), Cet. Ke-3, h. 14-16


(32)

pembelajaran dalam 1 Minggu. Dengan jumlah jam pelajaran yang sedikit dan terbatas, maka sangat sulit bagi guru tersebut untuk mengenal dan memahami perkembangan peserta didiknya. Guru tersebut juga tidak melakukan pengembangan silabus dan tidak membuat RPP, methode yang digunakan hanya ceramah, kegiatan Rohis dan praktek-praktek ibadah tidak pernah terlaksana, bahkan mushola yang ada jarang sekali digunakan untuk melaksanakan sholat berjamaah. Kurangnya sumber dan sarana belajar yang menunjang kegiatan pembelajaran, baik media cetak maupun elektronik.33

Realita yang berkenaan dengan aktivitas guru PAI tersebut dapat digambarkan secara lebih rinci dalam tabel pada halaman berikut :

Tabel 2

Pelaksanaan dan Kondisi Realita Aktivitas Guru PAI

No Aktivitas Guru PAI Pelaksanaan dan Kondisi Realita Keterangan 1. Penyusunan program

tahunan dan semester

Belum dilaksanakan

2. Interaksi dengan

Peserta didik

Dilaksanakan hanya dikelas Belum optimal

3. Memonitor Peserta

didik

Dilaksanakan hanya dikelas Belum optimal 4. Pengembangan Silabus Belum dilaksanakan

5. Penyusunan RPP Belum dilaksanakan

6. Penerapan Metode

mengajar

Monoton Hanya ceramah

dan drill

33L. Maulana, Kepala SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, wawancara dan pra survey, 12 September 2015.


(33)

7. Sumber belajar (media cetak dan elektronik)

Sangat minim Buku-buku

sangat kurang,baik koleksi judul maupun

jumlahnya

8. Kegiatan praktek Belum terlaksana

9. Kegiatan Rohis Belum terlaksana

10. PHBI Sangat jarang terlaksana Dilaksanakan

oleh Osis 11. Sholat Zuhur berjamaah Sangat jarang terlaksana Musholla

belum

dimanfaatkan secara optimal

Sumber : Data hasil pra survey pada tanggal 12 - 28 September 2015

Selaian beberapa permasalahan diatas, juga masih terkendala dengan kurang intensifnya kerjasama antara guru dan orang tua peserta didik dalam upaya membina akhlak peserta didik.34

Berkaitan dengan permasalahan akhlak yang terjadi di SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, dan peranan guru pendidikan agama Islam yang sangat menentukan keberhasilan pembinaan akhlak peserta didik maka peneliti tertarik untuk mengkaji peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak peserta didik SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah. Dengan penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi guru pendidikan agama Islam dalam

34L. Maulana, Kepala SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, wawancara dan pra survey, 12 September 2015.


(34)

melaksanakan peranannya, dan dapat memberikan solusi untuk pembinaan dan perbaikan akhlak peserta didik SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

a. Guru pendidikan agama Islam di SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah belum optimal dalam melaksanakan peranannya sebagai pendidik, pengajar, dan teladan namun peserta didik berakhlak baik atau mulia.

b. Peserta didik berakhlak baik atau mulia, diantaranya : akhlak terhadap guru dan pegawai, akhlak akhlak terhadap sesama teman, akhlak terhadap lingkungan sekolah, akhlak tanggung jawab terhadap tugas, dan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah. Padahal dipihak lain guru pendidikan agama Islam di sekolah itu belum optimal dalam melaksanakan pembinaan akhlak kepada peserta didiknya.

c. Sumber belajar, baik media cetak maupun elektronik sudah cukup lengkap, namun guru PAI kurang optimal dalam memanfaatkannya. 2. Batasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang diteliti, maka penulis membatasi penelitian ini pada masalah: Faktor yang


(35)

menyebabkan belum optimalnya peranan guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik pada SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut :

Bagaimana peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak peserta didik di SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akkhlak peserta didik di SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

a. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperoleh data empiris mengenai peranan guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik di SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.

b. Secara Praktis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu pendidikan Islam melalui penerapannya dalam penelitian lapangan.


(36)

Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini agar mempermudah pemahaman tentang penelitian ini. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain : peranan, guru pendidikan agama Islam, pembinaan, akhlak, peserta didik, dan Akhlak peserta didik.

Peranan berasal dari kata “peran“ menurut terminologi peran adalah

“perangkat tingkah laku yang diharapkan dimilki oleh orang yang berkedudukan

dalam masyarakat”.35 Peran dalam bahasa Inggris disebut “role”, yang defenisinya

adalah “person’n task or duty in undertaking”.36 Artinya: ‘tugas atau kewajiban

seseorang dalam suatu usaha atau pekerjaan”.

Peranan menurut Soejono Soekanto merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.37

Menurut Dadi Permadi dan Daeng Arifin “Peranan menuntut tanggung jawab dan tanggung jawab akan menjadi beban yang harus dipikul oleh seseorang.”38

Konsep peranan dalam Tesis ini dibatasi pengertiannya pada seseorang yang karena kedudukanya (dalam hal ini guru) ia menjalankan aktivitas sesuai dengan apa

35 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Op. cit., h. 751

36 AS. Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of current English, (London: Oxford University Press, 1987), h. 37

37Soejono Soekanto, Patologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1986), h. 220

38Dadi Permadi dan Daeng Arifin, Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Komite sekolah, (Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa, 2007), Cet. ke-I, h. 78


(37)

yang menjadi tanggung jawabnya atau dapat diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang harus dimilki oleh guru.

Guru adalah “Orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)

mengajar”.39

Dalam kaitannya dengan pendidikan, menurut Agus Pahrudin:

Guru adalah : “Semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik, baik secara klasikal maupun individual (di sekolah maupun di luar sekolah). Guru yang dimaksud adalah semua guru, baik tingkat pertama sekolah (TK), hingga guru besar (Profesor) di perguruan tinggi,

baik yang berstatus negeri maupun swasta”.40

Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan”.41 Ahmad D. Marimba, mengatakan

“pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani rohani, berdasarkan

hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.42

Berdasarkan pengertian diatas dalam kontek penelitian ini, bahwa guru pendidikan agama Islam adalah seorang yang berwenang karena tugasnya memberikan pelajaran materi ajaran Islam kepada peserta didik. Adapun konsep

39

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Op. cit., h. 330

40Agus Pahrudin, Kompetensi Guru Dalam Pengajaran, (Bandar Lampung: Frandika, 1994), h. 4

41Muhaimin, Op.cit., h. 75

42 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), h. 23


(38)

peranan guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik adalah pelaksanaan seperangkat tingkah laku sebagai pendidik, pengajar, dan teladan , yang dilakukan secara praktis (praktek) oleh guru melalui usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dalam rangka pembinaan akhlak.

Peranan Guru PAI dalam pembinaan akhlak yang dimaksudkan dalam penelitian ini antara lain; sebagai pendidik (educator), pengajar (teacher), dan teladan,43 secara lebih rinci adalah sebagai berikut :

1. Peranan guru sebagi Pendidik

Peranan guru sebagai pendidik dalam pembinaan akhlak adalah: “Kegiatan guru dalam memberi contoh, tuntunan, petunjuk dan

keteladanan yang dapat diterapkan atau ditiru siswa dalam sikap dan perilaku yang baik (Akhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari. Adapun aspek yang dominan untuk dikembangkan dalam proses pendidikan ini adalah aspek afektif (sikap dan nilai)”.44

Peranan guru sebagai pendidik, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikan dan menanamkan nilai-niali (transfer of values) kepada anak didiknya.45

Dalam kontek penelitian ini, guru berkewajiban menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada peserta didik SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, sehingga peserta didik dapat

43

Moh. Uzer Usman, Loc. cit. 44Hadirja Paraba, Op. Cit., h. 15

45


(39)

menghayati dan mengamalkan dengan baik dan benar. Hal ini dilaksanakan dengan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Peranan guru sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dalam pembinaan akhlak adalah:

“Kegiatan yang dilakukan guru dalam mentransfer atau memberikan pengetahuan dan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa sesuai dengan pedoman dan petunjuk yang telah ditetapkan. Di dalam kegiatan mengajar ini tentu ada unsur pendidikan. Akan tetapi aspek yang dominan untk dikembangkan dalam mengajar adalah aspek Kognitif

(pengetahuan)”.46

Peranan guru sebagai pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu (transfer of knowledge) kepada siswanya.47

Dalam kontek penelitian ini, guru berkewajiaban menyampaikan ilmu berupa konsep-konsep atau teori-teori tentang akhlak kepada peserta didik SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, sehingga peserta didik dapat memahami dengan baik dan benar. Tugas ini guru laksanakan di dalam proses belajar mengajar di kelas

3. Peranan guru sebagai Teladan

Peranan guru sebagai teladan dalam pembinaan akhlak, adalah memberikan teladan yang baik kepada peserta didik. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku. 48 Dalam kontek penelitian ini, guru

46Hadirja Paraba, Loc. Cit.

47AS. Hornby, Loc. cit. 48 Muhaimin, Op. cit., h. 75


(40)

berkewajiban memberikan teladan melalui perbuatan atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari kepada peserta didik SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.

Berkenaan dengan makna pembinaan akhlak peserta didik, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian atau makna dari “pembinaan”, “akhlak”,

“peserta didik” dan “akhlak peserta didik.

Pembinaan secara etimologi berarti “proses, perbuatan cara membina”.

Sedangkan secara Terminologi, Pembinaan adalah “usaha, tindakan, dan kegiatan

yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.49

Perkataan Akhlaq berasal dari bahasa arab, jama’ dari khulqun yang menurut etimologi diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.50

Menurut Adib Bisri dan Munawwir A. Fatah berpendapat bahwa

“Akhlak berasal dari bahasa arab dari kata

,

yang bentuk mufrodnya

dan bentuk jamaknya

,

yang artinya “Tabiat” atau “budi

pekerti”51

Sedangkan menurut terminologi sebagaimana diungkapkan M. Shodiq bahwa Akhlak adalah “sikap mental atau watak, terjabarkan dalam bentuk :

berfikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya, sebagai ekspresi jiwa”.52

49

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op .cit, h. 134

50Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), (Bandung: CV. Diponegoro, 1983), h. 11

51Adib Bisri dan Munawwir A. Fatah, Kamus al-Bisri, (Surabaya: Pustaka Progressif,1999), h. 173


(41)

Menurut Rahmat Djatmika yang mengutip kitab Ihya U’lum al-Din karya Al-Ghazali, akhlak adalah “sifat yang tetap berada dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan pada fikiran.53

Berdasarkan penjelasan tersebut, yang disebut dengan akhlak adalah rangkaian budi pekerti, perangai, serta tingkah laku yang terlahir dari seseorang secara refleks tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Contohnya setiap masuk kelas secara refleks anak-anak mengucapkan salam, maka anak itu dikatakan berakhlak baik.

Peserta didik dalam pengertian umum adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.54

Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang swdang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang yang sedang belajar, baik pada lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga pendidikan non formal.55

53

Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), h. 8

54 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: FTP IKIP, 1986), h. 39 55Abuddin Nata, Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-5, h. 248


(42)

Peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang duduk di kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V dan kelasVI SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.

Adapun pengertian akhlak peserta didik adalah sebagai berikut:

Menurut Abuddin Nata yang dimaksud dengan Akhlak peserta didik adalah: “akhlak yang bukan hanya sekedar hal-hal yang berkaitan dengan ucapan, sikap, dan perbuatan yang harus ditampakkan oleh peserta didik dalam pergaulan di sekolah dan di luar sekolah, melainkan berbagai ketentuan lainnya yang memungkinkan

mendukung efektifitas proses belajar mengajar”56

“Akhlak perserta didik itu ada yang berkaitan dengan akhlak terhadap Tuhan, dengan sesama manusia dan alam jagat raya. Akhlak peserta didik terhadap Tuhan antara lain berkaitan dengan kepatuhan dalam melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Adapun akhlak peserta didik terhadap manusia, antara lain berkaitan dengan kepatuhan dalam melaksanakan semua perintah orang tua dan guru, menaati peraturan pemerintah, menghargai dan menghormati kerabat, teman dan manusia pada umumnya, adat istiadat dan kebiasaan positif yang berlaku di masyarakat. Adapun akhlak peserta didik terhadap alam, antara lain berkaitan dengan kepedulian terhadap pemeliharaan lingkungan alam dan lingkungan sosial, seperti peduli terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan, keamanan, dan kenyamanan.”57

Di samping akhlak secara umum sebagaimana tersebut di atas, terdapat pula akhlak yang secara khusus berkaitan dengan tugas dan fungsi sebagai peserta didik. Akhlak yang secara khusus ini penting dimiliki setiap peserta didik dalam rangka

56Abuddin Nata, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-I, h. 181

57


(43)

mendukung efektivitas atau keberhasilanya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Dikalangan para ahli pendidikan terdapat gagasan yang berkaitan dengan rumusan tentang akhlak yang khusus ini dengan menggunakan latar belakang pendekatan yang berbeda-beda. Dengan menggunakan pendekatan tasawuf dan

figh, Imam al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fathiyah Hasan Sulaiman misalnya: “Menganjurkan agar peserta didik memiliki niat ibadah dalam memuntut

ilmu, menjauhi kecintaan terhadap dunia (zuhud), bersikap rendah hati (tawadlu), menjauhkan diri dari pemikiran para ulama yang saling bertentangan, mengutamakan ilmu-ilmu yang terpuji untuk kepentingan akherat dan dunia, memulai belajar dari yang mudah menuju yang sukar, dari yang konkret menuju yang abstrak, dari ilmu yang farhu „ain menuju ilmu yang

fardhu kifayah, tidak berpindah pada pelajaran yang lain sebelum menuntaskan pelajaran yang terdahulu, mengedepankan sikap ilmiah (scientific) dalam mempelajari suatu ilmu agama daripada ilmu umum, mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, serta mengikuti nasehat pendidik.”58

Selanjutnya Abd. al-Amir Syams al-Din secara sistematis mengemukakan pendapat Ibn Jama’ah tentang tiga hal yang berkaitan dengan akhlak yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu:

“Pertama, akhlak terhadap diri sendiri, yang antara lain: memelihara dari perbuatan dosa dan maksiat, memiliki niat dan motivasi yang ikhlas dan kuat dalam menuntut ilmu, bersikap sederhana dan menjauhkan diri dari pengaruh duniawi. Kedua, akhlak terhadap pendidik, yang antara lain: mematuhi, memuliakan, menghormati, membantu, dan menerima segala keputusannya. Ketiga, akhlak terhadap kegiatan belajar mengajar yang antara lain: senantiasa memperdalam ilmu yang dipelajari dari guru, mempelajari ilmu secara bertahap serta berusaha mempraktikannya.”59

58

Fathiyah Hasan Sulaiman, al-Madzhab al-Tarbawi ind al-Ghazali, (Kairo: Maktabah Mishriyah, 1964), h. 52-58

59Abd. al-Amir Syams al-Din, al-Madzhab al-Tarbawi ind Ibnu Jama’ah, (Beirut: Dar Iqro’, 1984), h. 28-40; lihat pula Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), Cet. Ke-I, h. 94-95.


(44)

Selanjutnya, Mohammad Athiyah al-Abrasyi lebih jauh menyebutkan ada dua belas kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap peserta didik yaitu:

a. Membersihkan diri dari sifat-sifat tercela. b. Memiliki niat yang mulia.

c. Meninggalkan kesibukan duniawi.

d. Menjalin hubungan yang harmonis dengan guru. e. Menyenamgkan hati guru.

f. Memuliakan guru. g. Menjaga rahasia guru.

h. Menunjukkan sikap sopan dan santun kepada guru. i. Tekun dan bersungguh-sungguh dalam belajar. j. Memilih waktu belajar yang tepat.

k. Belajar sepanjang hayat.

l. Memelihara rasa persaudaraan dan persahabatan.60

Asma Hasan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu:

1. Seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah merupakan ibadah yang tidak sah dikerjakan kecuali dengan hati yang bersih.

2. Seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan bukan untuk mencari kemegahan dan kedudukan.

3. Seorang pelajar harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan bersedia pergi merantau.

4. Seorang anak murid wajib menghormati guru dan berusaha agar senantiasa memperoleh kerelaan dari guru, dengan mempergunakan bermacam-macam cara.61

Imam al-Zarnujiy dalam kitabnya “Ta’lim al-Muta’allim” berpendapa bahwa “akhlak seorang anak didik adalah seorang faqih yang wara’(menjaga diri dari

60

Mohd. ‘Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Penidikan Islam, (ter.) H. Bustami A.

Ghani dan Djohar Bahry L.I.S, dari judul asli al-tarbiyah al-Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), Cet. Ke-2, h. 140-141.

61Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), Cet. Ke-I, h. 175


(45)

yang haram dan subhat) adalah lebih ditakuti oleh syaithan daripada seribu orang yang beribadah. Sejalan dengan itu, seorang pelajar harus memelihara akhlak mulia, dan menjauhkan diri dari akhlak yang buruk seperti kikir, pengecut, sombong dan tergesa-gesa. Sebaliknya ia harus bersifat tawadlu’, memelihara diri,

dan menjauhi dari berbuat mubazzir dan terlampau kikir, karena sombong, kikir, pengecut dan berlebih-lebihan adalah haram dan tidak mungkin menjauhinya kecuali dengan mempelajari dan mengetahui ilmu yang sebaliknya.”62

Akhlak peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pengertiannya pada perilaku yang secara umum orang menyebut sebagai perbuatan akhlak baik atau mulia, seperti ketika ada peserta didik berjabat tangan dengan guru tidak mencium tangan, secara umum orang menganggap anak tersebut kurang berakhlak. Oleh karena itu berdasarkan berbagai teori diatas maka tesis ini membatasi akhlak peserta didik di lingkungan sekolah pada lima aspek saja yaitu:

1. Akhlak peserta didik terhadap Guru dan Pegawai. 2. Akhlak peserta didik terhadap sesama teman. 3. Akhlak peserta didik terhadap lingkungan sekolah 4. Akhlak Tanggung jawab peserta didik terhadap tugas. 5. Akhlak kepatuhan peserta didik terhadap tata tertib sekolah.

Jadi pembinaan akhlak peserta didik berarti usaha, tindakan, atau kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperbaiki tabiat, budi pekerti, sikap mental, atau watak, yang terjabarkan dalam bentuk : berfikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya, sebagai bentuk ekspresi jiwa peserta didik.

Dikaitkan dengan makna Peranan Guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik maka dapat diartikan sebagai pelaksanaan seperangkat tingkah laku, kewajiban

62


(46)

atau tugas sebagai pendidik, pengajar, dan teladan yang dilakukan oleh guru melalui usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dalam usaha, tindakan, atau kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperbaiki tabiat, budi pekerti, sikap mental, atau watakyang terjabarkan dalam bentuk: berfikir, berbicara, bertingkah laku, dan sebagainya, yang merupakan ekspresi jiwa.

Proses pelaksanan Peran guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik merupakan serangkaian proses pelaksanaan peran guru PAI sebagai pendidik, pengajar, dan teladan, dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai-nilai, yang dilakukan oleh guru melalui usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegaitan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dalam usaha, tindakan, atau kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperbaiki tabiat, budi pekerti, sikap mental, atau watak yang terjabarkan dalam bentuk: berfikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya, yang merupakan ekspresi jiwa. Input-nya adalah Guru PAI yang kurang berperan, melalui proses belajar mengajar di kelas, praktek/pelaksanaan dan keteladanan yang dilaksanakan oleh Guru PAI dalam menjalankan peranannya sebagai pendidik, pengajar, dan teladan, diharapkan akan dapat mewujudkan output berupa peserta didik yang berakhlak mulia. Rangkaian proses tersebut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dalam halaman berikut.


(47)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

a. Peranan

Peranan berasal dari kata “peran“ menurut terminologi peran

adalah “perangkat tingkah laku yang diharapkan dimilki oleh orang yang

berkedudukan dalam masyarakat”.1

Peran dalam bahasa Inggris disebut

“role”, yang defenisinya adalah “person’n task or duty in undertaking”.2

Artinya: ‘tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau

pekerjaan”.

Peranan menurut Soejono Soekanto merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.3

1Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. ke-10, h. 751

2AS. Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of current English, (London: Oxford University Press, 1987), h. 37

3


(48)

Menurut Dadi Permadi dan Daeng Arifin “Peranan menuntut tanggung jawab, dan tanggung jawab akan menjadi beban yang harus

dipikul oleh seseorang.”4

Dengan demikian, peranan guru PAI dapat diartiakan sebagai seperangkat tingkah laku dan tanggung jawab yang harus dimiliki guru PAI, atau tugas ataupun kewajiban guru PAI dalam pekerjaannya atau kedudukannya sebagai guru.

b. Guru

“Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang orang yag memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan”.5

c. Pendidik dalam konteks Pendidikan Islam

Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut murabbi, mu’allim, muaddib, mudarris, muzakki, dan ustadz.

1) Murabbi

Istilah murabbi merupakan bentuk (sigah) al-ism al-fa’il yang berakar dari tiga kata. Pertama, berasal dari kata rabba, yarbu,

yang artinya zad dan nama (bertambah dan tumbuh). Kedua, berasal dari kata rabiya, yarba yang mempunyai makna tumbuh dan menjadi besar. Ketiga, berasal dari kata rabba, yarubbu yang

4Dadi Permadi dan Daeng Arifin, Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Komite sekolah, (Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa, 2007), Cet. ke-I, h. 78

5


(49)

artinya, memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara.6

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan

penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".7

Istilah murabbi sebagai pendidik mengandung makna yang luas, yaitu a) mendidik peserta didik agar kemampuannya terus meningkat; b) memberikan bantuan terhadap peserta didik untuk mengembangkan potensinya; c) meningkatkan kemampuan peserta didik dari keadaan yang kurang dewasa menjadi dewasa dalam pola pikir, wawasan, dan sebagainya; d) menghimpun semua komponen-komponen pendidikan yang dapat mensukseskan pendidikan; e) memobilisasi pertumbuhan dan perkembangan anak; f) memperbaiki sikap dan tingkah laku anak dari yang tidak baik menjadi lebih baik; g) rasa kasih sayang mengasuh peserta didik, sebagaimana orang tua mengasuh anak-anak kandungnya; h) pendidik memiliki wewenang, kehormatan, kekuasaan, terhadap pengembangan kepribadian anak; i) pendidik merupakan orang tua kedua setelah orang tuanya di rumah yang berhak atas perkembangan dan pertumbuhan si anak. Secara ringkas term

murabbi sebagai pendidik mengandung empat tugas utama;

a) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa; b) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan; c) Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan; d) Melaksanakan pendidikan secara bertahap.8

2) Mu’allim

Muallim berasal dari al-Fi’l al-madi „allam, mudari’nya yu’allimu, dan masdarnya al-ta’lim. Artinya, telah mengajar, sedang mengajar, dan pengajaran. Kata mu’allim mmiliki arti pengajar atau orang yang mengajar. Mu’llim merupakan ism al-fa’il dari „allama yang artinya orang yang mengajar. Dalam bentuk

6Adib Bisri dan Munawwair A. Fatah, Op. cit., h. 229, dan lihat Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 139

7

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa, 1993), h. 428

8Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 140


(50)

tsulatsi mujarrod, masdar dari „alima adalah „ilmun, yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia disebut ilmu”.9

Berkenan dengan istilah mua’allim, terdapat dalam al-Qur’an, sebagai berikut:

Artinya: “Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”.10

Berdasarkan ayat diatas, maka mu’allim adalah orang yang mampu untuk merekonstruksi bangunan ilmu secara sistematis dalam pemikiran peserta didik dalam bentuk ide, wawasan, kecakapan, dan sebagainya, yang ada kaitannya dengan hakekat sesuatu. Mu’llim adalah orang yang memiliki kemampuan unggul dibandingkan dengan peserta didik, yang dengannya ia dipercaya menghantarkan peserta didik kearah kesempurnaan

3) Mu’addib

Muaddib merupakan al-ism al-fa’il dari madi-nya „addaba.

„Addaba artinya mendidik, sementara mu’addib artinya orang yang mendidik atau pendidik. Dalam wazan fi’il tsulasi mujarrod,

masdar „adduba adalah „addaban artinya sopan, berbudi baik. Al-„addabu artinya kesopanan. Adapun masdar dari „addaba adalah

ta’dib, yang artinya pendidikan”.11

9Al-Jurjani, al-Ta’rifat, (Tunisia: Dar al-Tunisiyat,tt), h. 82 10Departemen Agama Republik Indonesia, Op. cit., h. 38

11A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesaia Terlengkap, (Yogyakarta: Pondok pesantren al-Munawwir, 1984), h. 13


(51)

Secara etimologi mu’addib merupakan bentukan masdar dari kata „addaba yang berarti memberi adab, mendidik.12 Adab dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan tatakrama, sopan santun, akhlak, budi pekerti. Anak beradab biasanya dipahami sebagai anak yang sopan yang mempunyai tingkah laku yang terpuji.

Dalam kamus bahasa arab, al-Mu’jam al-Wasit istilah

mu’addib mempunyai makna dasar sebagai berikut: a) ta’dib berasal dari kata “’aduba-ya’dubu” yang berarti melatih, mendisiplin diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun; b) kata dasarnya

“„adaba-ya’dibu” yang artinya mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti berbuat dan berperiku sopan; c) „addaba mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan memberikan tindakan.13

Secara terminologi mu’addib adalah seorang pendidik yang bertugas untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menggerakkan peserta didik untuk berperilaku atau beradab sesuai dengan norma-norma, tata susila dan sopan santun yang berlaku dalam masyarakat.14

4) Mudarris

Secara etimologi mudarris besaral dari bahasa Arab, yaitu:

12

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya, 1990), h. 37

13al-Mu’jam al-Wasit, Kamus Arab, (Jakarta: Matha Angkasa, tt), h. 1


(52)

sigah al-Ism al-fa’il al-madi darrosa. Darrosa artinya mengajar, sementara mudarris artinya guru, pengajar.15 Dalam bentuk al-fi’il al -madi tsulatsi mujarrod, mudarris berasal dari kata darrosa,

mudhori-nya yadrusu, masdar-nya darsan, artinya telah mempelajari, sedang / akan mempelajari, dan pelajaran.16

Secara terminologi mudarris adalah:

“orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan”.17

5) Mursyid

Secara etimologi istialah mursyid barasal dari bahasa Arab, dalam bentuk al-Ism al-fa’il dari al-fi’il al-madi rasysyada artinya

„allama; mengajar. Sementara mursyid memiliki persamaan maksa dengan kata al-dalil dan mu’allim, yang artinya penunjuk, pemimpin, pengajar, dan instruktur. Dalam bentuk sulasi mujarrod masdar-nya adalah rusydan / rasyadan, artinya balagah rasyadahu

(telah sampai kedewasaannya). Al-rusydu juga mempunyai arti al-„aqlu, yaitu akal, pikiran, kebenaran, kesadaran, keinsyafan. Al-irsyad sama dengan al-dilalah, al-ta’lim, al-masyurah artinya petunjuk, pengajaran, nasehat, pendapat, pertimbangan, dan petunjuk.18

Secara terminologi mursyid adalah:

15A.W. Munawwir, Op. cit., h. 335 16Mahmud Yunus, Op. cit., h. 126

17Muhaimin, pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sekolah Madrasasah dan Perguruan tinggi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 50


(53)

“merupakan salah satu sebutan pendidik/guru dalam pendidikan Islam yang bertugas untuk membimbing peserta didik agar ia mampu menggunakan akal pikirannya secara tepat, sehingga ia mencapai keinsyafan dan kesadaran tentang hakekat sesuatu atau mencapai kedewasaan berfikir. Mursyid berkedudukan sebagai pemimpin, penunjuk jalan , pengaruh, bagi peserta didiknya agar ia memperoleh jalan yang lurus”.19

2. Peranan Guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik

Guru yang bermutu dan Profesional harus mampu melaksanakan peranannya dengan baik. Sardiman, A. M menyatakan bahwa peranan guru antara lain: sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing. Berkaitan dengan ketiga peranan tersebut maka dapat dirincikan lagi peranan guru antara lain; sebagai informator, organisator, motivator, pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator.20

Adapun peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak antara lain; sebagai pendidik (educator), pengajar (teacher), dan teladan.21

Peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak sebagaimana ditegaskan oleh Muhammad Ali Quthb bahwa pembinaan akhlak

19Ramayulis dan samsul Nizar, Op.cit., h. 143

20Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. Ke-9, h. 141 - 144

21Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. Ke-15, h. 7 -8


(54)

dapat dilakukan dengan cara: melalui pemahaman dan pengertian, melalui anjuran dan himbauan dan latihan pembiasaan serta mengulang-ulang.22

Menurut Abdul Azis Abdul mazid, mengatakan untuk membina akhlak diperlukan pujian kepada anak “seorang guru yang baik, harus memuji muridnya. Jika ia melihat ada kebaikan dari metode yang ditempuhnya itu, dengan mengatakan kepadanya kata-kata “bagus”, “semoga Allah

memberkatimu”, atau dengan ucapan “engkau murid yang baik”.23

Sedangkan menurut Muhammad Ali quthb, dalam membina akhlak diperlukan pembiasaan yang merupakan metode pendidikan Islam yang dapat

dilaksanakan dengan cara “anak dibiasakan untuk melakukan sesuatu yang

tertib dan teratur”.24

Adapun peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak di SMP Negeri I Katibung Kabupaten Lampung Selatan dalam penelitian ini adalah peranannya sebagai pendidik, pengajar, dan teladan dengan rincian sebagai berikut:

a. Peranan Guru Sebagai Pendidik

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap ada tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

22M. Ali Quthb, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1983), h. 79

23Abdul Azis Abdul Mazid, Al-Qissah fi al-tarbiyah, penerjemah Neneng Yanti Kh. Dan Iip Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h. 4


(55)

pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Pendidik adalah orang yang mendidik.25 Mendidik berarti mentransper nilai-nilai (transfer of values) kepada peserta didik. Nilai-nilai tersebut harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Mendidik adalah mengantarkan anak didik agar menemukan dirinya, menemukan kemanusiaannya. Mendidik adalah memanusiakan manusia.26

Pendidikan adalah usaha pendidik memimpin anak didik secara umum untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani, dan bimbingan adalah usaha pendidik memimpin anak didik dalam arti khusus misalnya memberikan dorongan atau motivasi dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik.27

Menurut Hamzah B Uno, tugas edukasional guru berkaitan dengan fungsinya sebagai pendidik, bersifat:

1) Motivasional 2) Pendisiplinan

3) Sanksi (reward and punishment).28

Sehubungan dengan beberapa fungsi yang dimiliki guru, maka terdapat beberapa aspek utama yang merupakan kecakapan serta pengetahuan dasar bagi guru, yakni;

1) Guru harus dapat memahami dan mnempatkan kedewasaannya. Sebagai pendidik harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan. Teladan dalam hal ini bukan berarti guru harus seorang yang

25Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan , Op. cit., h. 232

26 Sardiman, A.M, Op. cit , h 136 27 Ibid.

28


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abd. al-Amir Syams al-Din, al-Madzhab al-Tarbawi ind Ibnu Jama’ah, Beirut: Dar

Iqro’, 1984; lihat pula Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan

Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, cet. I, 2006

Abdul Aziz Abdul Majid, Al-Qissah fi al-tarbiyah, penerjemah. Neneng Yanti Kh dan Iip Dzulkifli Yahya, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001

Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet. I, 2004

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. V, 2003 _______, Ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet. I, 2010

_______, Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. V, 2003

Adib Bisri dan Munawwir A. Fatah, Kamus al-Bisri, Surabaya: Pustaka Progressif,1999

_______, dan lihat Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009

Agus Pahrudin, Kompetensi Guru Dalam Pengajaran, Bandar Lampung: Frandika, 1994

Ahmad D. Marimba, Metodik Khusus Islam, Bandung: PT. Al-Maarif, cet. V, 1981 _______, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980

Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994

Al-Jurjani, al-Ta’rifat, Tunisia: Dar al-Tunisiyat,tt

al-Mu’jam al-Wasit, Kamus Arab, Jakarta: Matha Angkasa, tt

Al-Tibawi, Islamic Education, London: Luzac & Company, 1972

Amru Khalid, Tampil menawan dengan Akhlak Mulia, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2008


(2)

An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1996

Arifin H. M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, cet. I, 1987 _______, Hubungan Timbal Balik Pendidikan, Jakarta : Bulan Bintang, 1976

_______, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1978

Arthur, J. Jones, Principles of Guidance, 1970

AS. Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of current English, London: Oxford University Press, 1987

Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, cet. I, 1974

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesaia Terlengkap, Yogyakarta: Pondok pesantren al-Munawwir, 1984

Barnawie Umary, Materi Akhlak, Solo: CV Ramadhani, 1991

Bey Arifin, dan Abdullah Saad, Rahasia Ketahanan Mental dan Bina Mental Dalam Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1981

Dadi Permadi, dan Daeng Arifin, Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Komite sekolah, Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa, 2007

Dahlan (Editor), Bimbingan Akhlak untuk Siswa SMTP, Jakarta: Cemerlang Abadi, 1986

Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita karya Nusa, cet. III, 1999

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemah, Jakarta: PT. Intermasa, cet. Edidsi Baru, 1993

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Edisi II, 1998


(3)

_______, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PAI Tingkat SMP, MTs, dan SMPLB, http://www.smantas.net/ Pendidikan%20 Agama%20Islam.pdf, 20 Februari 2012

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional, 1987

Djahiiri K, Menelusuri Dunia Apektif Pendidikan Nilai dan Moral, Bandung: Lab. PMP IKIP, tt

Fathiyah Hasan Sulaiman, Alam Pikiran al-Ghazali mengenai Pendidikan dan Ilmu, Bandung: Diponegoro, 1986

_______, al-Madzhab al-Tarbawi ind al-Ghazali, Kairo: Maktabah Mishriyah, 1964 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Jakarta: Gadjah Mada, Universty

Pres, 1988

Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Friska Agung Insani, cet. 3, 1999

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, cet. III, 2008

Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), Bandung: CV. Diponegoro, 1983

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. IV, 2005

Imam Nawawi, Shoheh Muslim, Mesir: Mathbau Al-Misriyatu wa Maktabtika,1924 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung:

Renaja Rosdakarya, 2001

Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001

Jusuf A. Faisal, Pokok-pokok Pikiran tentang Ilmu Pendidikan, Makalah yang disampaikan pada seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam

Departemen Pendidikan Agama Republik Indonesia, Jakarta: 6 Oktober 1994 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya, 1990


(4)

_______, Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983 M. Ali Quthb, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, Bandung: Diponegoro,

1983

M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1978

M. Harwijaya, Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Yogyakarta: elMatera Publising, 2007

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, cet. II, 2005

Mohd. ‘Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Penidikan Islam, (ter.) H. Bustami

A. Ghani dan Djohar Bahry L.I.S, dari judul asli al-tarbiyah al-Islamiyah, Jakarta: Bulan Bintang, cet. I, 1974

Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, cet. V, 2003

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. XV, 2003

M. Shodiq, Kamus Istilah Agama, Jakarta: Bonafida Cipta Pratama, 1991 Mudlor Achmad, Etika dalam Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1882

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001

_______, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sekolah Madrasasah dan Perguruan tinggi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005

Muhammad al-Naquib al-Attas, The Concept of Education in Islam, Malaysia: Art Printing Sdn, 1980

Muhammad Athiyah al-Abrasy, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1974

_______, Dasar-dasar Pokok Pendidikan islam , terjemahan Bustami Abdul Ghani dan Djohar Bahry, Jakarta: PT. Bulan Bintang, cet. V, 1987

Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma’arif, 1993


(5)

Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, cet. II, 1979

Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Penddidikan pada Umumnya dan Pendididkan di Indonesia, Jakarta: PT Raja rafindo Persada, cet. II, 2002

Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, cet. IV, 2004

_______, dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta, Raja Grafindo Persada,

cet. V, 2001

Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. IX, 2001

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Agama Anak dan Remaja, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1983

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, cet. IV, 2003

Sudjarwo M. S, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung: Mandar Maju, 2001 Soejono Soekanto, Patologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 1986

Sugiono, Metode Penelitian pendidikan, Bandung: Alfabeta, cet. III, 2007 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Bina Aksara, 1987

_______, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: FTP IKIP, 1986 Sutrisno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta: Aksara baru,1985

Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta: Aksara Baru, 1995 Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar, Bandung: Al-ma’arif, 1985


(6)

UU Sisdiknas, UU RI No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika Ofset, cet. I, 2003 Wardi Bactiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos,1997

Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1999 Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. I,

2004

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. II, 1992 _______, Kepribadian Guru, Jakarta: N.V. Bulan Bintang, cet. II, 1982

_______, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1973 Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama,

Surabaya: biro Ilmiah fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang), cet VIII, tt


Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI SD NEGERI 93 PARANDEAN KECAMATAN MASALLE KABUPATEN ENREKANG

0 0 103

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di Sekolah Dasar Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di Sekolah Dasar Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah - Raden Intan Repository

0 1 29

BAB II LANDASAN TEORI A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Peranan Guru Pendidikan Agama Islam - Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di Sekolah Dasar Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah - Raden Int

0 0 67

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian - Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di Sekolah Dasar Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah - Raden Intan Repository

0 0 9

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum SD Negeri 2 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah 1. Letak geografis - Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di Sekolah Dasar Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah - Ra

0 0 53

B. OBSERVASI (PENGAMATAN ) TERHADAP GURU PAI - Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di Sekolah Dasar Negeri 2 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah - Raden Intan Repository

0 0 26

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SD N 3 WATUAGUNG KECAMATAN KALIREJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH - Raden Intan Repository

0 0 95

Peranan guru pendidikan agama islam dalam pembinaan akhlak peserta didik di Sd Negeri 2 Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Peranan Guru Pendidikan Agama Islam - Peranan guru pendidikan agama islam dalam pembinaan akhlak peserta didik di Sd Negeri 2 Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur - Raden Intan Rep

0 0 65