IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI REAKSI REDOKS KELAS X.

(1)

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL

PADA MATERI REAKSI REDOKS KELAS X

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh Andika Nopihargu

0902215

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks

Kelas X

Oleh Andika Nopihargu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Andika Nopihargu 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI REAKSI REDOKS KELAS X

Oleh

ANDIKA NOPIHARGU

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Sri Mulyani, M.Si NIP. 196111151986012001

Pembimbing II

Galuh Yuliani, Ph.D NIP. 198007252001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP. 196611211991031002


(4)

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks Kelas X” bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks dan mengetahui pengaruhnya pada penguasaan konsep siswa pada materi tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre eksperimen dengan bentuk one group pre-test and post-test design. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di salah satu SMA Swasta di kota Bandung sebanyak 31 orang. Implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks ini mencakup kegiatan pembelajaran, tanggapan siswa dan guru, dan kendala-kendala yang dialami selama proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara mempertautkan ketiga level representasi kimia (makroskopik, submikroskopik dan simbolik) untuk memfasilitasi siswa dalam memahami konsep reaksi redoks. Secara umum baik siswa maupun guru memberikan respon yang positif terhadap proses pembelajaran. Beberapa kendala yang muncul adalah terbatasnya ketersediaan alat LCD proyektor dan kurangnya pemahaman siswa pada konsep prasyarat ikatan kimia yang menyebabkan kesulitan dalam memahami beberapa konsep reaksi redoks. Implementasi strategi pembelajaran ini berdampak pada penguasaan konsep siswa. Dari hasil analisis pretest dan postest, penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks mengalami peningkatan dengan nilai N-gain sebesar 0,46 yang termasuk pada kategori sedang.

Kata kunci: reaksi redoks, representasi kimia, strategi pembelajaran intertekstual


(5)

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X ABSTRACT

This research entitled "Implementation of the Learning Strategies Intertextual material Redox Reaction Class X" aims to obtain information on the implementation of learning strategies intertextual on redox reactions and determine the effect on the students' mastery of concepts such material. In this

research, pre-experimental method which was one-group pretest-postest design was implemented. Subjects in this study were 31 students of class X in one of the private senior high school in Bandung city. Implementation of the learning strategy intertextual on redox reactions include learning activities, student and teacher responses, and the constraints experienced during the learning process. Learning activities conducted by third levels of chemical representation (macroscopic, submicroscopic and symbolic) to be able to understand the whole concept of redox reactions. In general, students and teachers responded positively to the learning process. Some problems were encountered the lack of availability of LCD proyektor and lack of understanding of students in chemistry concepts previously caused some difficulty in understanding the concept of redox reactions. Implementation of these learning strategies have an impact on students' mastery of concepts. The result from the analysis of pretest and posttest, students' mastery of concepts in the material redox reaction increased with N-gain values of 0.46 were included in medium criteria.

Keywords: chemical representation, learning strategies intertextual, redox reaction


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Penjelasan Istilah ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Representasi Kimia ... 8

B. Strategi Pembelajaran Intertekstual ... 10

C. Penguasaan Konsep ... 12

D. Deskripsi Materi Reaksi Redoks ... 16

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian ... 28

C. Desain Penelitian ... 28

D. Instrumen Penelitian ... 32

E. Proses Pengembangan Instrumen... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33


(7)

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Keterlaksanaan Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks ... 43

1. Kegiatan Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks ... 43

2. Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks ... 61

3. Kendala-kendala yang dialami Selama Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks ... 67

B. Penguasaan Konsep Siswa Terhadap Materi Reaksi Redoks Melalui Strategi Pembelajaran Intertekstual ... 67

1. Pemahaman Siswa pada Masing-Masing Konsep ... 67

2. Penguasaan Konsep Siswa Secara Keseluruhan ... 82

3. Penguasaan Konsep Siswa Berdasarkan Kelompok ... 83

4. Peningkatan Penguasaan Konsep ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 93


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Skala Kategori Kemampuan ... 35

3.2 Kategori Tingkat Pencapaian N-Gain ... 35

3.3 Penentuan Skor Jawaban Angket ... 36

3.4 Penggolongan Pernyataan Dalam Angket Tanggapan Berdasarkan Kategori ... 36

3.5 Penentuan Kategori Jawaban Angket ... 36

4.1 Rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 38

4.2 Rincian Indikator dan Konsep Sebelum Direvisi ... 38

4.3 Rincian Indikator dan Konsep Setelah Direvisi ... 41

4.4 Representasi Kimia pada Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen ... 46

4.5 Representasi Kimia pada Konsep Keterbatasan Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen ... 48

4.6 Representasi Kimia pada Konsep Reaksi Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Elektron ... 49

4.7 Representasi Kimia pada Konsep Keterbatasan Reaksi Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Elektron ... 53

4.8 Representasi Kimia pada Konsep Bilangan Oksidasi ... 54

4.9 Representasi Kimia pada Konsep Reaksi Redoks Berdasarkan Peningkatan dan Penurunan Bilangan Oksidasi... 56

4.10 Representasi Kimia pada Konsep Oksidator dan Reduktor dalam Aplikasi Reaksi Redoks ... 58

4.11 Representasi Kimia pada Konsep Tata Nama Senyawa ... 60

4.12 Persentase Penguasaan Konsep Setiap Kelompok Siswa pada Masing-masing Konsep ... 68


(9)

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

4.14 Persentase Siswa pada Pencapaian Nilai N-Gain ... 87 4.15 Data pencapaian Nilai N-Gain pada Tiap Kelompok ... 87


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Representasi Kimia ... 8

2.2 Gambaran Submikroskopis Reaksi Pembentukan Air ... 17

2.3 Gambaran Submikroskopis Reaksi Pembentukan Besi Oksida ... 18

2.4 Gambaran Submikroskopis Reaksi Penguraian Raksa Oksida ... 19

2.5 Gambaran Submikroskopis Reaksi Pembentukan Besi Klorida ... 20

2.6 Gambaran Submikroskopis Reaksi Fe dengan CuSO4 ... 24

3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Postest Design ... 29

3.2 Bagan Alur Penelitian ... 31

4.1 Hasil Angket Terhadap Proses Pembelajaran ... 63

4.2 Hasil Angket Terhadap Media Pembelajaran ... 64

4.3 Hasil Angket Terhadap Motivasi Belajar... 65

4.4 Hasil Angket Terhadap Penerapan pada Materi Lain ... 66

4.5 Jawaban Siswa Kelompok Sedang dan Beberapa Siswa Kelompok Rendah pada Soal Nomor 3 Uraian... 71

4.6 Jawaban Sebagian Besar Siswa pada Soal Nomor 4 Bagian a ... 74

4.7 Jawaban Sebagian Besar Siswa pada Soal Nomor 4 Bagian b ... 76

4.8 Jawaban Siswa Kelompok Sedang pada Nomor 2 dan 3 Pilihan Ganda ... 77

4.9 Jawaban Siswa Kelompok Rendah pada Nomor 2 dan 3 Pilihan Ganda ... 78

4.10 Jawaban Siswa Kelompok Tinggi pada Soal Nomor 5 Uraian Bagian a ... 79

4.11 Jawaban Siswa Kelompok Tinggi pada Soal Nomor 5 Uraian Bagian b ... 80

4.12 Jawaban Siswa Kelompok Tinggi pada Soal Nomor 4 Pilihan Ganda ... 80


(11)

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

4.13 Jawaban Siswa Kelompok Rendah dan Beberapa Siswa Kelompok

Sedang pada Soal Nomor 5 Uraian Bagian a ... 81

4.14 Jawaban Siswa Kelompok Rendah dan Beberapa Siswa Kelompok Sedang pada Soal Nomor 5 Uraian Bagian b ... 81

4.15 Jawaban Siswa Kelompok Rendah dan Beberapa Siswa Kelompok Sedang pada Soal Nomor 4 Pilihan Ganda ... 81

4.16 Hasil Pretes dan Postes Secara Keseluruhan... 83

4.17 Hasil Pretes dan Postes pada Kelompok Tinggi ... 84

4.18 Hasil Pretes dan Postes pada Kelompok Sedang ... 85


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A.1 Hasil Validasi Butir Soal ... 93

A.2 Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes ... 99

A.3 Analisis Materi Reaksi Redoks ... 108

B.1 Soal Pretes dan Postest ... 117

B.2 Format Observasi ... 120

B.3 Pedoman Wawancara ... 122

B.4 Format Angket Tanggapan ... 124

C.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 125

C.2 Media Power Point ... 154

D.1 Hasil dan Perhitungan Pretest- Postest ... 163

D.2 Hasil dan Pengolahan Angket Tanggapan ... 171

D.3 Hasil Observasi ... 176

D.4 Transkrip Wawancara ... 179

E.1 Surat Izin Permohonan Penelitian ... 184


(13)

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Topik kimia secara umum berhubungan dengan struktur senyawa dan konsep-konsep abstrak yang tidak dapat diamati oleh mata. Menurut Johnstone (Jansoon, et al. 2009) karakteristik ilmu kimia diperlihatkan oleh representasi kimia yang terdiri dari tiga level yaitu level makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Level makroskopik berisi representasi dari fenomena yang terjadi yang dapat diamati langsung. Level submikroskopik berisi level partikel yang dapat digunakan untuk menggambarkan partikulat dari suatu fenomena kimia seperti pergerakan elektron, molekul, dan atom. Level simbolik berisi representasi dari fenomena kimia yang menggunakan tanda, gambar, aljabar, persamaan kimia, dan bentuk perhitungan.

Menurut Sirhan (2007) pada dasarnya ketiga level representasi kimia yang terdiri dari level makroskopik, level submikroskopik dan level simbolik harus saling dikaitkan satu sama lain supaya dapat membangun konsep yang utuh dalam suatu materi kimia. Menurut Wu (2003) pertautan di antara representasi pada level yang berbeda-beda tersebut (makroskopik, submikroskopik dan simbolik) dapat dipandang sebagai hubungan intertekstual. Wu (2003) juga menyatakan bahwa membuat hubungan intertekstual di antara ketiga level representasi kimia sangat penting dalam pembelajaran kimia. Namun, pembelajaran kimia pada umumnya seringkali terbatas pada dua level representasi kimia, yaitu makroskopik dan simbolik. Level submikroskopik dipelajari secara terpisah, siswa diharapkan dapat mengintegrasikan sendiri pemahamannya pada level submikroskopik dengan melihat gambar-gambar di buku tanpa adanya pengarahan dari guru. Beberapa studi menunjukkan bahwa mayoritas siswa menengah atas mengalami kesulitan dalam menafsirkan


(14)

2

representasi kimia (Ben-Zvi, Eylon, & Silberstein, 1986, 1987, 1988; Kozma & Russell, 1997; Krajcik, 1991; Nakhleh, 1992 dalam Wu, 2003). Kesulitan ini dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia karena pada dasarnya fakta-fakta yang bersifat abstrak atau submikroskopik merupakan penjelasan bagi fakta-fakta dan konsep kongkrit. Selain itu, penguasaan konsep dalam kimia sangat penting untuk menunjang konsep-konsep berikutnya. Seperti yang diungkapkan oleh Dahar (1996) bahwa konsep merupakan batu-batu pembangun (building blocks) dalam berpikir. Oleh karena itu, pembelajaran kimia yang dalam proses pembelajarannya tidak melibatkan ketiga level representasi kimia tersebut akan menyebabkan kesulitan siswa dalam memahami konsep kimia.

Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat mempertautkan ketiga representasi kimia sehingga pemahaman konsep siswa dapat terbangun dengan baik. Salah satu strategi pembelajaran yang memiliki karakteristik tersebut adalah strategi pembelajaran intertekstual. Strategi pembelajaran ini diharapkan akan membantu siswa dalam memahami konsep kimia. Peneliti-peneliti sebelumnya telah melakukan implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada beberapa materi kimia dan menganalisis pengaruhnya terhadap penguasaan konsep siswa diantaranya Juwita (2010) melaporkan bahwa implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi hidrolisis garam mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi tersebut. Rahmawati (2010) melaporkan bahwa implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada pokok bahasan titrasi asam basa juga mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap materi tersebut pada soal-soal jenjang C3 dan C4 pada taksonomi Bloom.

Reaksi redoks merupakan salah satu topik penting dalam ilmu kimia. Silberberg (Osterlund, 2010) menyatakan bahwa reaksi redoks berperan penting dalam berbagai proses kimia seperti reaksi fotosintesis, reaksi pembakaran bahan bakar fosil, dan perkaratan logam. Selain itu, aplikasi reaksi redoks seperti penggunaan baterai dan aki banyak ditemukan pemakaiannya di masyarakat luas. Hal tersebut menunjukkan bahwa reaksi redoks dekat dengan kehidupan


(15)

sehari-3

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

hari. Dengan demikian, seharusnya topik reaksi redoks lebih mudah dipelajari oleh siswa, karena produknya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dapat dijadikan modal pengetahuan awal siswa untuk mempelajari reaksi redoks. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa reaksi redoks merupakan salah satu konsep kimia yang dianggap sukar untuk dipelajari siswa. Seperti yang diungkapkan oleh De Jong dan Treagust (Osterlund, 2009) bahwa siswa memiliki beberapa kesukaran dalam memahami reaksi redoks yaitu siswa menganggap reaksi oksidasi dan reduksi sebagai reaksi yang terpisah, siswa sulit dalam memahami makna dan menentukan bilangan oksidasi, serta mengidentifikasi reaktan yang termasuk oksidator ataupun reduktor. Schmidt (Osterlund, 2009) menyatakan bahwa banyak siswa yang meyakini bahwa oksigen selalu menyertai dalam semua reaksi redoks. Hal ini diduga karena adanya suku kata “oks” dalam

“redoks”. Sedangkan Soudani (Osterlund, 2009) menemukan bahwa siswa

memiliki kesulitan dalam menggunakan konsep redoks untuk menjelaskan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terjadi karena penjelasan yang diberikan oleh guru didominasi dengan pemecahan masalah algoritma dan siswa menerimanya sebagai sesuatu yang abstrak.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sunarti (2008) telah dikembangkan strategi pembelajaran intertekstual yang membangun ketiga level representasi kimia pada pokok bahasan reaksi redoks SMA kelas X. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran intertekstual tersebut diterapkan dalam proses pembelajaran reaksi redoks dan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks, maka strategi pembelajaran tersebut perlu untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran materi tersebut. Dari implementasi strategi pembelajaran intertekstual ini maka akan diketahui beberapa aspek yaitu keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual dan pengaruhnya terhadap penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks.


(16)

4

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu pembelajaran kimia terutama pada materi reaksi redoks pada umumnya belum dapat mempertautkan ketiga level representasi kimia dan masih didominasi oleh dua level yaitu makroskopik dan simbolik. Hal ini dapat menyebabkan pemahaman siswa terhadap konsep kimia menjadi tidak utuh. Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan strategi pembelajaran yang dapat mempertautkan ketiga level representasi kimia yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Salah satu strategi yang tepat adalah strategi pembelajaran intertekstual.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah utama yaitu:

“Bagaimana implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi

redoks?” Lebih rinci, rumusan masalah dalam penelitian ini diungkapkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks?

2. Bagaimana penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks melalui implementasi strategi pembelajaran intertekstual?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks kelas X sebagai bahan evaluasi bagi pengembangan strategi pembelajaran tersebut sehingga diperoleh strategi pembelajaran intertekstual yang lebih baik.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap beberapa pihak terkait, diantaranya.

1. Bagi guru, memberikan alternatif pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran intertekstual, khususnya pada materi reaksi redoks.


(17)

5

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

2. Bagi siswa, memberikan kemudahan dalam memahami konsep kimia mengenai materi reaksi redoks melalui ketiga level representasi kimia yang saling dipertautkan sehingga diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi tersebut.

3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan masukan yang berharga dalam mengembangkan penelitian lain mengenai strategi pembelajaran intertekstual.

E. Penjelasan Istilah

1. Strategi pembelajaran Intertekstual

Strategi pembelajaran intertekstual adalah strategi yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan mengkaitkan antara representasi kimia, pengalaman hidup sehari-hari dan kejadian-kejadian di dalam kelas yang dapat dibangun siswa untuk memahami ilmu kimia.

2. Representasi kimia

Representasi kimia dapat dipandang sebagai model dan gagasan teori dalam menginterpretasikan suatu fenomena alami (Hofman dan Laszlo, 1991 dalam Wu, et al, 2001).

3. Level makroskopik

Level makroskopik adalah representasi dari fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati langsung (Johnstone, 1991 dalam Jansoon, et al 2009).

4. Level submikroskopik

Level submikroskopik berisi level partikel yang dapat digunakan untuk menggambarkan partikulat dari suatu fenomena kimia seperti pergerakan elektron, molekul, dan atom ( Johnstone, 1991 dalam Jansoon, et al. 2009)

5. Level simbolik

Level simbolik adalah representasi dari fenomena kimia yang menggunakan tanda, gambar, aljabar, persamaan kimia, dan bentuk perhitungan (Johnstone, 1991 dalam Jansoon, et al 2009).


(18)

6

F. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi skripsi dalam penelitian ini dibagi ke dalam lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian Pustaka; Bab III Metode penelitian; Bab IV Hasil dan Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran. Berikut akan dipaparkan rangkuman pembahasannya.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas enam bagian sub bab meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah dan struktur organisasi skripsi. Pada latar belakang penelitian dipaparkan mengenai fakta yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, pentingnya masalah itu untuk diteliti, dan pendekatan dari sisi teoritis untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada sub bab identifikasi

dan perumusan masalah dijabarkan tentang permasalahan yang teridentifikasi dari

latar belakang yang telah diuraikan, selanjutnya masalah yang teridentifikasi tersebut dinyatakan dalam bentuk rumusan masalah utama dan sub rumusan masalah. Pada sub bab tujuan penelitian dijelaskan tentang informasi yang akan diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Pada sub bab manfaat penelitian dijelaskan manfaat yang akan diperoleh dari penelitian yang dilakukan baik bagi peserta didik, guru maupun bagi peneliti lain. Pada sub bab penjelasan istilah dijelaskan penjelasan mengenai istilah-istilah yang ada pada penelitian ini. Sub bab struktur organisasi berisi penjelasan secara rinci mengenai bagian bab dan sub bab dalam penulisan skripsi ini, sehingga keterhubungan satu sama lain menjadi jelas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai representasi kimia, strategi pembelajaran intertekstual, penguasaan konsep, deskripsi materi reaksi redoks yang merupakan pokok materi dari pembelajaran intertekstual yang dilakukan, dan penelitian terdahulu yang relevan tentang hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan implementasi strategi pembelajaran intertekstual.


(19)

7

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri atas delapan sub bab yang meliputi lokasi dan subjek penelitian yang memuat informasi tentang sekolah yang menjadi tempat penelitian dan jumlah siswa yang terlibat; desain penelitian yakni One Group

Pretest Postest Design; metode yang digunakan untuk melakukan penelitian

yakni metode pre eksperimental; instrumen penelitian yakni terdiri dari tes (pretest dan postest), lembar observasi, angket dan pedoman wawancara; proses pengembangan instrumen penelitian yang membahas cara validasi instrumen penelitian yakni melalui judgement para ahli yang kompeten; teknik pengumpulan data yang membahas cara-cara pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian dan analisis data yang membahas cara-cara pengolahan dan analisis data dari instrumen penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri atas keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks dan penguasaan konsep siswa terhadap materi reaksi redoks melalui implementasi strategi pembelajaran intertekstual. Pada sub bab keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual dijelaskan deskripsi kegiatan pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks, tanggapan guru dan siswa terhadap proses pembelajaran, serta kendala-kendala yang ditemui ketika penelitian. Pada sub bab penguasaan konsep siswa terhadap materi reaksi redoks melalui implementasi strategi pembelajaran intertekstual dijelaskan pemahaman siswa pada masing-masing konsep reaksi redoks, penguasaan konsep siswa secara keseluruhan, penguasaan konsep siswa berdasarkan kelompok, dan peningkatan penguasaan konsep siswa dilihat dari pencapaian nilai N-gain pada masing-masing kelompok siswa.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yakni keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual dan penguasaan konsep siswa, dan saran yang memuat beberapa saran yang didasarkan pada temuan dan hasil penelitian.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas X semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada salah satu SMA Swasta di Kota Bandung sebanyak 31 orang.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre

eksperimental. Metode pre eksperimental digunakan karena penelitian ini belum

memenuhi persyaratan eksperimen sesungguhnya, seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu, hal ini dapat terjadi karena tidak adanya kelompok kontrol dan sampel tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2010). Metode pre eksperimental adalah penelitian dimana kelompok tidak diambil secara acak, juga tidak memiliki kelas pembanding, tetapi hanya diberi tes awal dan tes akhir disamping perlakuan. Pada penelitian ini perlakuan yang dimaksud adalah penerapan strategi pembelajaran intertekstual. Melalui penelitian ini akan diperoleh informasi mengenai keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual dan penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group

Pretest Postest Design dimana hanya menggunakan satu kelompok subjek yang

terlebih dahulu diberi pretest (tes awal), lalu diberikan perlakuan dengan penerapan strategi pembelajaran intertekstual pada pokok bahasan reaksi redoks, kemudian di akhir pembelajaran diberi postest (tes akhir). Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan keadaaan sebelum dan sesudah pembelajaran. Desain ini digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin


(21)

29

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa setelah diterapkan strategi pembelajaran intertekstual dalam rangka mengevaluasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks sehingga diperoleh strategi pembelajaran yang lebih baik. Desain penelitian One Group Pretest Postest Design digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Postest Design Keterangan :

O1 = tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan (pretest) X = perlakuan yang diberikan menggunakan strategi pembelajaran intertekstual

O2 = tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan (postest)

Adapun prosedur penelitian dideskripsikan malalui alur penelitian yang terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian. Tahap-tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan materi yang akan dikaji oleh peneliti, materi yang dipilih

adalah “Reaksi redoks” yang merupakan materi kimia di kelas X. Materi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang terkandung dalam materi reaksi redoks.

b. Mengkaji strategi pembelajaran intertekstual pada pokok bahasan reaksi redoks yang telah dibuat sebelumnya oleh Sunarti (2008), kemudian di analisis kesesuaiannya dengan standar isi untuk materi reaksi redoks yang selanjutnya dilakukan perbaikan sesuai pertimbangan dosen pembimbing.


(22)

30

c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan perangkat pembelajaran dengan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran intertekstual yang telah disusun di dalam strategi pembelajaran.

d. Melakukan uji coba implementasi pada sekelompok siswa yang bukan termasuk kelas eksperimen sebagai tahapan persiapan dan perbaikan sebelum pelaksanaan penelitian.

e. Membuat instrumen penelitian yang berupa soal pretest dan postest, lembar observasi, dan pedoman wawancara.

f. Melakukan perbaikan instrumen penelitian, setelah dilakukan judgment terhadap soal pretest-postest (validasi isi) oleh validator.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest terhadap kelas eksperimen.

b. Implementasi strategi pembelajaran intertekstual yang mencakup proses pembelajaran.

c. Memberikan postest terhadap kelas eksperimen. d. Menyebarkan angket tanggapan kepada siswa

e. Melakukan wawancara dengan guru dan siswa mengenai proses pembelajaran.

3. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian meliputi analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan secara statistik sedangkan data kualitatif dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan analisis secara keseluruhan maka didapat kesimpulan penelitian.


(23)

31

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X Analisis Strategi Pembelajaran

Intertekstual pada Pokok Bahasan Reaksi Redoks

Penyusunan RPP dan Perangkat Pembelajaran

Penyusunan Instrumen Penelitian

Uji Coba Validasi Instrumen

Revisi Revisi

Pre-test

Implementasi Observasi

Post-test

Angket

Analisis Data

Temuan dan Pembahasan Wawancara

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian Penarikan Kesimpulan


(24)

32

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, lembar observasi, dan pedoman wawancara siswa dan guru dan angket. Rincian masing-masing instrumen tersebut sebagai berikut:

1. Tes Tertulis (Pretes dan Postes)

Lembar tes tertulis (pretes dan postes) digunakan untuk menjawab rumusan masalah kedua. Instrumen soal pretes dan postes didasarkan pada indikator pembelajaran untuk mengukur penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks. Perangkat tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda sebanyak 5 butir soal dan uraian sebanyak 5 butir soal.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran intertekstual. Lembar observasi ini bersifat tak berstruktur, yaitu semua kegiatan observer tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti namun, hanya berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran intertekstual.

3. Angket

Pemberian angket dilakukan untuk memperoleh data tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran reaksi redoks melalui strategi pembelajaran intertekstual.

4. Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa dan guru terhadap proses pembelajaran reaksi redoks melalui strategi pemebelajaran intertekstual. Wawancara yang dilakukan bersifat terstrukur karena format wawancara telah disusun terlebih dahulu dengan jenis pertanyaan bersifat terbuka, artinya sumber wawancara diberi keleluasaan untuk menjawab pertanyaan wawancara.

E. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian yang telah dibuat selanjutnya dilakukan pengembangan


(25)

33

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

sejauh mana instrumen sebagai alat ukur dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Pada penelitian ini validasi dilakukan dengan meminta pertimbangan

(judgement) para ahli yang berkompeten. Validasi tes tertulis dilakukan dengan

menimbang kesesuaian antara soal tes dengan indikator.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis, observasi, wawancara dan angket. Tes tertulis berupa pretest dan postest untuk memperoleh data mengenai penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran intertekstual. Pretest dilakukan sebelum pembelajaran sedangkan postest diberikan setelah dilakukannya proses pembelajaran.

Data keterlaksanaan pembelajaran intertekstual diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru berpengalaman dan rekaman video yang merekam aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran. Untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran dilakukan melalui wawancara terhadap wakil dari tiap-tiap kelompok subjek penelitian dan penyebaran angket yang dilakukan setelah proses pembelajaran. Sedangkan untuk memperoleh data mengenai tanggapan guru dilakukan melalui wawancara terhadap guru kimia yang mengajar di sekolah tersebut.

G. Analisis Data

Berdasarkan instrumen yang digunakan, maka teknik analisis data yang dilakukan adalah:

1. Tes

a. Menentukan kelompok siswa berdasarkan kriteria tinggi, sedang dan rendah

Pengelompokkan siswa dihitung menggunakan cara statistik. Cara pengelompokkan siswa dilakukan dengan menghitung rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran kimia dan standar deviasi. Rumus mencari rata-rata (mean) sebagai berikut:


(26)

34

Mean =∑�

� (Arikunto, 2012) Keterangan: ∑� : Jumlah skor

N: jumlah siswa

Rumus untuk mencari standar deviasi: SD = √∑�2

� − ∑�

� 2

(Arikunto, 2012) Keterangan:

SD : Standar deviasi ∑�2

� : Tiap skor dikuadratkan lalu djumlahkan kemudian dibagi dengan N

∑�

� 2 : Semua skor dijumlahkan, dibagi dengan N lalu dikuadratkan. Hasil perhitungan dengan menggunakan cara di atas akan menghasilkan tiga kategori kelompok siswa sebagai berikut:

1. Siswa yang memiliki nilai rata-rata ulangan harian > (mean+SD), digolongkan ke dalam kategori siswa kelompok tinggi.

2. Siswa yang memiliki nilai rata-rata ulangan harian antara (mean+SD) > (ulangan harian) > (mean-SD), digolongkan ke dalam kategori siswa kelompok sedang.

3. Siswa yang memiliki nilai rata-rata ulangan harian < (mean-SD), digolongkan ke dalam kategori siswa kelompok rendah.

b. Menentukan nilai pretest dan postest

Nilai Siswa = � �� �� � �

c. Mengelompokkan nilai siswa berdasarkan kriteria penguasaan konsep terhadap materi yang dipelajari menurut Arikunto (2012) yang ditunjukkan melalui Tabel 3.1 berikut.


(27)

35

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

Tabel 3.1 Skala Kategori Kemampuan

Nilai (%) Kategori

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat kurang

(Arikunto, 2012)

d. Menghitung peningkatan hasil belajar siswa dengan N-gain

� − ��� = Nilai � − Nilai � �

Nilai maksimum − nilai � �

e. Menafsirkan nilai rerata gain ternormalisasi yang diperoleh siswa berdasarkan kriteria N-gain seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kriteria Tingkat Pencapaian N-gain

Batasan Kategori Capaian

N-gain ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ N-gain < 0,7 Sedang N-gain < 0,3 Rendah

(Hake, 1998) 2. Data Observasi

Hasil observasi yang diperoleh dideskripsikan sebagai data dari keterlaksanaan strategi pembelajaran.

3. Data Angket

a. Mengolah data hasil angket dengan menggunakan skala Likert, dengan ketentuan seperti yang tertera pada Tabel 3.3 berikut.


(28)

36

Tabel 3.3 Penentuan Skor Jawaban Angket

Jawaban Kriteria Positif Kriteria Negatif

Sangat setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak setuju 2 4

Sangat tidak setuju 1 5

(Widoyoko, 2012) b. Mengelompokkan pernyataan dalam angket berdasarkan kategori seperti

pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Penggolongan Pernyataan Dalam Angket Tanggapan Berdasarkan Kategori

No. Kategori Nomor Pernyataan

1 Tanggapan terhadap proses pembelajaran 1, 5, 6, 8, 10, 11 2 Tanggapan terhadap media pembelajaran 3, 4 3 Tanggapan terhadap motivasi belajar 2, 7, 9 4 Tanggapan terhadap penerapan pada

materi kimia lain

12

c. Menghitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif pada angket kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 3.5 Penentuan Kategori Jawaban Angket

Nilai (%) Kategori

4,21-5,00 Sangat baik

3,41-4,20 Baik

2,61-3,40 Cukup

1,81-2,60 Kurang

1,00-1,80 Sangat kurang (Widoyoko, 2012)


(29)

37

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

4. Data Wawancara

Hasil wawancara yang diperoleh ditranskripsikan dalam bentuk narasi untuk mengetahui tanggapan guru terhadap pembelajaran dan tanggapan siswa serta kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh digunakan sebagai data pendukung dari temuan dalam penelitian.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Pada proses pembelajaran intertekstual ini setiap konsep disampaikan dengan menyajikan dan mempertautkan ketiga level representasi kimia (makroskopik, submikroskopik, dan simbolik). Level makroskopik disajikan melalui video percobaan reaksi pembentukan air dan reaksi pembentukan natrium klorida, melalui gambar reaksi pembentukan raksa oksida, reaksi pembentukan besi oksida, reaksi pembentukan besi klorida, dan demonstrasi reaksi antara logam besi dengan larutan tembaga sulfat yang memperlihatkan fenomena reaksi redoks. Level submikroskopik disajikan dengan cara memberikan pertanyaan yang mengajak siswa berfikir tentang fenomena yang diamati dengan dibantu animasi pada level simbolik. Selama proses pembelajaran, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan cukup baik dan antusias. Secara umum, tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran cukup baik. Menurut siswa media yang digunakan selain dapat menambah ketertarikan dalam belajar kimia juga dapat membantu dalam memahami konsep reaksi redoks. Guru juga memberikan tanggapan yang positif terhadap strategi pembelajaran intertekstual yang dipandang lebih efektif dan efisien serta sistematis dengan mempertautkan ketiga level representasi kimia sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep reaksi redoks. Hanya saja dalam implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks ini ditemukan beberapa kendala seperti keterbatasan LCD proyektor menyebabkan adanya waktu yang terbuang ketika pemindahan siswa dari ruang kelas ke ruang multimedia, kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep kimia pada bab sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat menjadikan siswa mengalami kesulitan dalam memahami beberapa konsep reaksi redoks.


(31)

89

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

2. Strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dengan nilai N-gain keseluruhan sebesar 0,46 yang termasuk kategori sedang. Adapun nilai N-gain untuk masing-masing kelompok diperoleh untuk kelompok tinggi sebesar 0,66; kelompok sedang sebesar 0,44 dan untuk kelompok rendah sebesar 0,30 dimana ketiganya termasuk pada peningkatan penguasaan konsep dengan kategori sedang.

B. Saran

Ada beberapa saran yang perlu disampaikan untuk menyempurnakan strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks, diantaranya adalah:

1. Dari segi konten materi, banyak siswa yang kurang memahami konsep prasyarat seperti konsep senyawa kovalen dan senyawa ionik serta proses pembentukan ion, menyebabkan kesulitan dalam memahami konsep reaksi redoks terutama konsep reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan elektron. Oleh karena itu, dalam pembelajaran konsep prasyarat tersebut sebaiknya dilakukan dengan menggunakan strategi yang dapat mempertautkan ketiga level representasi kimia sehingga diharapkan pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik.

2. Reaksi perkaratan besi sebaiknya tidak digunakan sebagai contoh dalam pembelajaran reaksi redoks kelas X karena reaksinya cukup kompleks bagi siswa kelas X.

3. Implementasi strategi pembelajaran intertekstual ini idealnya dilakukan di kelas yang sudah dilengkapi LCD proyektor, karena strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks ini menggunakan media komputer. Akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan cara membuat print-out gambar dan transparansi materi reaksi redoks.

4. Pada lembar observasi sebaiknya menggunakan rubrik penilaian yang didasarkan pada langkah-langkah pembelajaran supaya keterlaksanaannya menjadi lebih jelas.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G. (2000). Intertextuality. New York: Routledge.

Anderson, et al (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing A

Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York:

Longman.

Anitah, S. dkk. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.

Chittleborough, G.D. et al. (2002). Constrainst to the development of first year

university chemistry students mental models of chemical phenomena.

[Online]. Tersedia: http://www.ecu.edu.au/conferences/tlf/ 2002/ pub/does/ chittleborough.pdf. [23 Juli 2013]

Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006 Pedoman Khusus

Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Jakarta:

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dori, Y. J. dan Hameiri, M. (2003). “Multidimensional Analysis System for

Quantitative Chemistry Problem: Symbol, Macro, Micro and process

Aspects”. Journal of Research in Science Teaching. 40, (3), 278-302.

Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement versus traditional methods: A six

thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses”. American Journal of Physics. 66, (1), 64-74.


(33)

91

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

Hanafiah, N. dan Suhana, C. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Jansoon, N. et. al. (2009). “Understanding Mental Models of Dilution in Thai Students” International Journal of environmental & Science education. 4, (2), 147-168.

Juwita, F. (2008). Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi

Hidrolisis Garam. Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Luxford, J.C dan Stacey L.B. (2013). “Moving beyond definitions: what student

-generated models reveal about their understanding of covalent bonding and

ionic bonding”. Chemistry Education Research and Practice. 14, 214-222.

Osterlund, L. dan Margareta E. (2009). “Students’ Understanding of Redox

Reactions in Three Situations”. NORDINA. 5, (2), 115-127.

Purba. M. (2006). Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Rahmawati. (2008). Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada

Pokok Bahasan Titrasi Asam Basa. Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia

FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Riyanto, Y. (2008). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi

Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sirhan, G. (2007). “Learning Difficulties in Chemistry: An Overview”. Journal of


(34)

92

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuatitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunarti, R. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Intertekstualitas Pada Pokok Bahasan Reaksi Redoks SMA Kelas X.

Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Whitten, et al.(2004). General Chemistry, 7th Edition. Brooks Cole-Thomson Learning.

Widoyoko, E. P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wu, K.H., Krajcik J.S. and Soloway, E. (2001). “Promoting Conceptual

Understanding of Chemical Representations : Students’ Use of a

Visualization Tool in The Classroom”. Journal of Research Science

Teaching. 38, (7), 821-842.

Wu, H-K. (2003). “Linking The Microscopic View of Chemistry To Real Life

Experiences Intertextuality In A High School Science Classroom”. Journal


(1)

37

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu 4. Data Wawancara

Hasil wawancara yang diperoleh ditranskripsikan dalam bentuk narasi untuk mengetahui tanggapan guru terhadap pembelajaran dan tanggapan siswa serta kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh digunakan sebagai data pendukung dari temuan dalam penelitian.


(2)

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Pada proses pembelajaran intertekstual ini setiap konsep disampaikan dengan menyajikan dan mempertautkan ketiga level representasi kimia (makroskopik, submikroskopik, dan simbolik). Level makroskopik disajikan melalui video percobaan reaksi pembentukan air dan reaksi pembentukan natrium klorida, melalui gambar reaksi pembentukan raksa oksida, reaksi pembentukan besi oksida, reaksi pembentukan besi klorida, dan demonstrasi reaksi antara logam besi dengan larutan tembaga sulfat yang memperlihatkan fenomena reaksi redoks. Level submikroskopik disajikan dengan cara memberikan pertanyaan yang mengajak siswa berfikir tentang fenomena yang diamati dengan dibantu animasi pada level simbolik. Selama proses pembelajaran, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan cukup baik dan antusias. Secara umum, tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran cukup baik. Menurut siswa media yang digunakan selain dapat menambah ketertarikan dalam belajar kimia juga dapat membantu dalam memahami konsep reaksi redoks. Guru juga memberikan tanggapan yang positif terhadap strategi pembelajaran intertekstual yang dipandang lebih efektif dan efisien serta sistematis dengan mempertautkan ketiga level representasi kimia sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep reaksi redoks. Hanya saja dalam implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks ini ditemukan beberapa kendala seperti keterbatasan LCD proyektor menyebabkan adanya waktu yang terbuang ketika pemindahan siswa dari ruang kelas ke ruang multimedia, kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep kimia pada bab sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat menjadikan siswa mengalami kesulitan dalam memahami beberapa konsep reaksi redoks.


(3)

89

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

2. Strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dengan nilai N-gain keseluruhan sebesar 0,46 yang termasuk kategori sedang. Adapun nilai N-gain untuk masing-masing kelompok diperoleh untuk kelompok tinggi sebesar 0,66; kelompok sedang sebesar 0,44 dan untuk kelompok rendah sebesar 0,30 dimana ketiganya termasuk pada peningkatan penguasaan konsep dengan kategori sedang.

B. Saran

Ada beberapa saran yang perlu disampaikan untuk menyempurnakan strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks, diantaranya adalah:

1. Dari segi konten materi, banyak siswa yang kurang memahami konsep prasyarat seperti konsep senyawa kovalen dan senyawa ionik serta proses pembentukan ion, menyebabkan kesulitan dalam memahami konsep reaksi redoks terutama konsep reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan elektron. Oleh karena itu, dalam pembelajaran konsep prasyarat tersebut sebaiknya dilakukan dengan menggunakan strategi yang dapat mempertautkan ketiga level representasi kimia sehingga diharapkan pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik.

2. Reaksi perkaratan besi sebaiknya tidak digunakan sebagai contoh dalam pembelajaran reaksi redoks kelas X karena reaksinya cukup kompleks bagi siswa kelas X.

3. Implementasi strategi pembelajaran intertekstual ini idealnya dilakukan di kelas yang sudah dilengkapi LCD proyektor, karena strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks ini menggunakan media komputer. Akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan cara membuat print-out gambar dan transparansi materi reaksi redoks.

4. Pada lembar observasi sebaiknya menggunakan rubrik penilaian yang didasarkan pada langkah-langkah pembelajaran supaya keterlaksanaannya menjadi lebih jelas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G. (2000). Intertextuality. New York: Routledge.

Anderson, et al (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing A

Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.

Anitah, S. dkk. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.

Chittleborough, G.D. et al. (2002). Constrainst to the development of first year

university chemistry students mental models of chemical phenomena.

[Online]. Tersedia: http://www.ecu.edu.au/conferences/tlf/ 2002/ pub/does/ chittleborough.pdf. [23 Juli 2013]

Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006 Pedoman Khusus

Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Jakarta:

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dori, Y. J. dan Hameiri, M. (2003). “Multidimensional Analysis System for

Quantitative Chemistry Problem: Symbol, Macro, Micro and process

Aspects”. Journal of Research in Science Teaching. 40, (3), 278-302.

Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement versus traditional methods: A six thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses”. American Journal of Physics. 66, (1), 64-74.


(5)

91

Andika Nopihargu, 2014

Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Hanafiah, N. dan Suhana, C. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Jansoon, N. et. al. (2009). “Understanding Mental Models of Dilution in Thai Students” International Journal of environmental & Science education. 4, (2), 147-168.

Juwita, F. (2008). Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi

Hidrolisis Garam. Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Luxford, J.C dan Stacey L.B. (2013). “Moving beyond definitions: what student -generated models reveal about their understanding of covalent bonding and

ionic bonding”. Chemistry Education Research and Practice. 14, 214-222.

Osterlund, L. dan Margareta E. (2009). “Students’ Understanding of Redox

Reactions in Three Situations”. NORDINA. 5, (2), 115-127.

Purba. M. (2006). Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Rahmawati. (2008). Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada

Pokok Bahasan Titrasi Asam Basa. Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia

FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Riyanto, Y. (2008). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi

Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sirhan, G. (2007). “Learning Difficulties in Chemistry: An Overview”. Journal of


(6)

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuatitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunarti, R. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Intertekstualitas Pada Pokok Bahasan Reaksi Redoks SMA Kelas X.

Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Whitten, et al.(2004). General Chemistry, 7th Edition. Brooks Cole-Thomson Learning.

Widoyoko, E. P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wu, K.H., Krajcik J.S. and Soloway, E. (2001). “Promoting Conceptual

Understanding of Chemical Representations : Students’ Use of a

Visualization Tool in The Classroom”. Journal of Research Science

Teaching. 38, (7), 821-842.

Wu, H-K. (2003). “Linking The Microscopic View of Chemistry To Real Life

Experiences Intertextuality In A High School Science Classroom”. Journal