PERLINDUNGAN HUKUM PEJALAN KAKI PADA JALAN-JALAN PROTOKOL DALAM KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN :Studi Kasus di Kota Bandung.

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM PEJALAN KAKI PADA JALAN-JALAN PROTOKOL DALAM KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Kasus di Kota Bandung)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh ESTER NIM. 1007114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PERLINDUNGAN HUKUM PEJALAN KAKI PADA JALAN-JALAN PROTOKOL DALAM KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Kasus di Kota Bandung)

Oleh Ester

S.H. UNPAR Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Ester 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. Drs. Astim Riyanto, S.H, M.H. NIP. 194904021976031001

Pembimbing II,

Dr. Sunatra R. S, S.H, M.Si.

Menyetujui, Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820198801001


(4)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM PEJALAN KAKI PADA JALAN-JALAN PROTOKOL DALAM KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di Kota Bandung)

Kota Bandung merupakan kota besar yang memiliki masalah mengenai kawasan atau daerah dan fasilitas bagi para pejalan kaki. Tata kota yang salah, pemberian izin usaha yang terlalu mudah, berkumpulnya kawasan usaha di satu tempat, padatnya tingkat kendaraan, perkir liar dan pedagang kaki lima membuat kota Bandung menjadi tidak teratur, kacau, dan membuat disfungsi trotoar mengakibatkan terlanggarnya hak pejalan kaki.

Kondisi yang dialami pejalan kaki di Kota Bandung menjadikan topik perlindungan hukum pada pejalan kaki menarik untuk diteliti. Tujuan umum penelitian untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh pejalan kaki di jalan-jalan protokol perkotaan; perbedaan yang terjadi antara peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bandung dengan peraturan perundang-undangan lainnya dengan kenyataan yang terjadi; untuk mengetahui dampak tidak teraturnya lalu lintas di Kota Bandung, termasuk pejalan kaki. Tujuan khusus untuk mengetahui akar permasalahan yang mengakibatkan banyak terlanggarnya hak-hak pejalan kaki di Kota Bandung; untuk mengetahui efektivitas peraturan-peraturan mengenai perlindungan pejalan kaki di Kota Bandung; untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh pejalan kaki.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriplif analitik dengan metode pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumen dan kepustakaan.

Penelitian ini menemukan bahwa buruknya penataan terhadap jalan dan trotoar berhubungan erat dengan penataan Kota Bandung yang tidak tepat. Faktor-faktor yang melatarbelakangi sulitnya penataan terhadap kota, maupun jalan dan trotoar ini antara lain: ruang Kota Bandung yang semakin sempit, faktor sosial ekonomi, tingginya pendatang, dan kebijakan Pemerintah Kota Bandung yang tidak tepat. Perlindungan hukum terhadap pejalan kaki Kota Bandung juga masih bersifat pasif, perlindungan hukum yang bersifat aktif masih belum terbina pada para pejalan kaki Kota Bandung, karena belum pahamnya pejalan kaki akan hak dan kewajibannya.


(5)

ABSTRACT

LAW PROTECTION UPON PEDESTRIANS ON PROTOCOL STREETS IN CIVICS CONSIDERABLE STUDY (Case Study in Bandung)

Bandung is a big city which has a problem on areas and facilities for pedestrians. Wrong city planning, easiness in granting business license, gathering of the business place in one area, the density level of the vehicle, illegal parking and street hawkers are making Bandung chaotic, and also make the sidewalks dysfunction resulting in violation of pedestrians’ rights.

Conditions experienced by pedestrians in the city of Bandung makes the topic of legal protection upon pedestrians interesting to study. The general objective of the research to find out the problems faced by pedestrians in the urban protocol streets; differences that occur between the regulations set by the Government of Bandung with other legislation with the way it is; to determine the impact of irregular traffic in Bandung , including pedestrians. Specific objectives: to determine the root causes that resulted in a lot of violation of the rights of pedestrians in the city of Bandung, to determine the effectiveness of the regulations regarding the protection of pedestrians in the city of Bandung, to know steps that need to be done by the appropriate authorities to solve the problem faced by pedestrians

This research use qualitative descriptive analytic approach with case study method. Data were collected by observation, interviews and document studies and literature.

The study found that the poor arrangement of the roads and pavements is closely related to the improper arrangement of city of Bandung. The factors underlying the difficulty of structuring the city, and the roads and sidewalks, among other things: Bandung space is increasingly narrow, socio-economic factors, high arrivals of people, and the policy of the City of Bandung is not appropriate. Legal protection of pedestrians Bandung is still passive, active protection of the law is still not built up on the pedestrian Bandung, because the


(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 4

DAFTAR GAMBAR ... 5

DAFTAR LAMPIRAN ... 6 BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Asumsi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Struktur Organisasi Tesis ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Pengertian Perlindungan Hukum Bagi Pejalan KakiError! Bookmark not defined.

B. Pengertian Hak dan Pemberian Hak Bagi Pejalan KakiError! Bookmark not defined.

C. Pengertian Kota ... Error! Bookmark not defined.

1. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Perkembangan KotaError! Bookmark not defined.

2. Struktur Tata Ruang Kota ... Error! Bookmark not defined. D. Guna Lahan ... Error! Bookmark not defined. 1. Jenis Penggunaan lahan ... Error! Bookmark not defined. 2. Perubahan Guna Lahan ... Error! Bookmark not defined. 3. Aksesibilitas ... Error! Bookmark not defined. E. Permasalahan Tata Ruang ... Error! Bookmark not defined. F. Tata Ruang Perkotaan dengan Pendekatan Aspek MasyarakatError! Bookmark not defined.

1. Demokratisasi Tata Ruang ... Error! Bookmark not defined. 2. Kota yang Berkelanjutan ... Error! Bookmark not defined. 3. Megatrend Reformasi ... Error! Bookmark not defined. 4. Pluralisme Budaya ... Error! Bookmark not defined. 5. Kota Dadakan ... Error! Bookmark not defined. 6. Keterlibatan Masyarakat ... Error! Bookmark not defined. G. Pengertian Jalan dan Jalan Protokol ... Error! Bookmark not defined. H. Pejalan Kaki ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pejalan Kaki ... Error! Bookmark not defined. 2. Kebijakan dan Pelayanan Publik ... Error! Bookmark not defined. 3. Pedoman Perencanaan ... Error! Bookmark not defined. a. Kebutuhan Dasar dan Perilaku ManusiaError! Bookmark not defined.


(7)

d. Jarak Tempuh Pejalan Kaki ... Error! Bookmark not defined. 4. Jalur Pejalan Kaki ... Error! Bookmark not defined. a. Definisi ... Error! Bookmark not defined. b. Halte ... Error! Bookmark not defined. 5. Fasilitas Bagi Pejalan Kaki ... Error! Bookmark not defined. 6. Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki .. Error! Bookmark not defined. a. Karakteristik Perjalanan Pejalan Kaki .. Error! Bookmark not defined. b. Asal dan Tujuan Perjalanan Pejalan KakiError! Bookmark not defined.

c. Kegiatan Berjalan ... Error! Bookmark not defined. d. Variasi Guna Lahan ... Error! Bookmark not defined. e. Teori Penghubung Fragmen-Fragmen KotaError! Bookmark not defined.

I. Pengertian dan Karakteristik Teori Pendidikan KewarganegaraanError! Bookmark not defined.

J. Demokrasi Dalam Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. K. Teori Efektivitas Hukum ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Pendekatan Penelitian Kualitatif ... Error! Bookmark not defined. B. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Subjek dan Lokasi penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Teknik Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Observasi ... Error! Bookmark not defined. 2. Wawancara ... Error! Bookmark not defined. 3. Studi Dokumentasi dan Kepustakaan ... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Tahap-Tahap Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Reduksi Data ... Error! Bookmark not defined. 3. Penyajian Data ... Error! Bookmark not defined. 4. Verifikasi Data ... Error! Bookmark not defined. 5. Pengambilan Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Temuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Kondisi Trotoar dan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Bandung:Error! Bookmark not defined.

2. Profil Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

3. Profil Dinas-Dinas Pemerintah Kota Bandung yang Mempunyai Kewenangan Terhadap Atribut Jalan dan Fasilitas Pejalan Kaki .... Error! Bookmark not defined.

a. Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota BandungError! Bookmark not defined.

b. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)...

Error! Bookmark not defined.

c. Dinas Perhubungan Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

d. Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota BandungError! Bookmark not defined.

e. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota BandungError! Bookmark not defined.

f. Polrestabes Bandung (unit LANTAS dan DIKYASA)Error! Bookmark not defined.

4. PengalamanPara Pejalan Kaki di Jalan-Jalan Protokol Kota BandungError! Bookmark not defined.

a. Profil Informan Jalan Merdeka ... Error! Bookmark not defined. b. Profil Informan Jalan Braga ... Error! Bookmark not defined.


(8)

c. Profil Informan Jalan Cihampelas ... Error! Bookmark not defined. d. Profil Informan Jalan Asia Afrika dan Seputar Alun-Alun Bandung ...

Error! Bookmark not defined.

e. Profil Informan Jalan Pasirkaliki ... Error! Bookmark not defined. f. Profil Informan Jalan Pajajaran ... Error! Bookmark not defined.

g. Profil Informan Jalan Jenderal Ahmad Yani dan TerusannyaError! Bookmark not defined.

h. Profil Informan Jalan Jenderal SudirmanError! Bookmark not defined.

i. Profil Informan Jalan Cipaganti ... Error! Bookmark not defined.

5. Pihak-Pihak Lain yang Bertanggung Jawab dan Berkepentingan atas Jalan dan Trotoar ... Error! Bookmark not defined.

a. Profil dan Keterangan Juru Parkir ... Error! Bookmark not defined. b. Profil dan Keterangan Pedagang Kaki LimaError! Bookmark not defined.

6. Komunitas Pejalan Kaki (KAKI) Sebagai Suatu Civic Community yang Mewadahi dan Memperjuangkan Hak-Hak Pejalan Kaki .. Error! Bookmark not defined. B. Analisis dan Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

1. Ketersediaan fasilitas pejalan kaki di jalan-jalan protokol Kota BandungError! Bookmark not defined.

2. Kondisi Fasilitas Pejalan Kaki di Jalan-jalan Protokol Kota BandungError! Bookmark not defined.

3. Pelaksanaan Perlindungan Hukum terhadap Hak-Hak Pejalan Kaki ... ... Error! Bookmark not defined.

4. Kendala yang Dihadapi dalam Pengadaan Fasilitas Pejalan Kaki yang Tertib dan Teratur ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 1. Kesimpulan Umum ... Error! Bookmark not defined. 2. Kesimpulan Khusus ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2. 1.: Tingkat Pelayanan Trotoar ... Error! Bookmark not defined.

3. 1.: Kisi-kisi instrumen penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2. 1.: Sudut jalan seharusnya mudah dicapai, bebas halangan dan pandangan terbuka.Error! Bookmark not defined.

2. 2.: Kebutuhan Ruang Manusia Dalam Posisi Berjalan. .. Error! Bookmark not defined.

2. 3.: Kebutuhan Ruang Bagi Penyandang Cacat. ... Error! Bookmark not defined.

2. 4.: Jarak Aman Pejalan Kaki Ketika Berpapasan. ... Error! Bookmark not defined.

2. 5.: Kebutuhan Ruang Setiap Zona-zona Trotoar. ... Error! Bookmark not defined.

2. 6.: Perletakan perabot jalan diJalan Merdeka di depan Bandung Indah Plaza Mal yang menghalangi pejalan kaki. ... Error! Bookmark not defined.

2. 7.: Peletakan Halte Di Pertemuan Jalan Simpang Empat.Error! Bookmark not defined.

2. 8.: Peletakan Halte Di Pertemuan Jalan Simpang Tiga. . Error! Bookmark not defined.

2. 9. : Tata Letak Halte Pada Ruas Jalan Dua Arah. ... Error! Bookmark not defined.

2.10.: Potongan Tipikal Zona Trotar di Kawasan Komersial.Error! Bookmark not defined.

4. 1. :Peta Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

4. 2. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Merdeka. ... Error! Bookmark not defined.

4. 3. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Braga.... Error! Bookmark not defined.

4. 4. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Cihampelas. ... Error! Bookmark not defined.

4. 5. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di seputar Alun-Alun Bandung.Error! Bookmark not defined.

4. 6. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Pasir Kaliki.... Error! Bookmark not defined.

4. 7. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Pajajaran. ... Error! Bookmark not defined.

4. 8. :Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Jendral Ahmad YaniError! Bookmark not defined.

4. 9. :Kondisi fasilitas pejalan kaki di area Terminal CicaheumError! Bookmark not defined.

4.10.: Kondisi fasiltas pejalan kaki di Jalan Jenderal SudirmanError! Bookmark not defined.

4.11.: Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Cipaganti. ... Error! Bookmark not defined.

4.12.: Kondisi Car Free Day di kawasan Dago dan MerdekaError! Bookmark not defined.


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Pertanyaan Wawancara Dinas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Pemerintah Kota Bandung

Lampiran 2: Daftar Pertanyaan Wawancara Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung

Lampiran 3: Daftar Pertanyaan Wawancara Dinas Perhubungan Pemerintah Kota Bandung

Lampiran 4: Daftar Pertanyaan Wawancara Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung

Lampiran 5: Daftar Pertanyaan Wawancara Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung

Lampiran 6: Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Informan Pejalan Kaki di Kota Bandung

Lampiran 7: Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Informan Juru Parkir di Kota Bandung

Lampiran 8: Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Informan Pedangang Kaki Lima (PKL) di Kota Bandung


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah bagi pejalan kaki yang mempunyai ukuran dan dimensi berdasarkan skala manusia (Nasution, M. Husni Thamrin; 2006). Upaya ke arah itu dapat dilakukan melalui pengembangan kawasan pejalan kaki di kawasan perkotaan, terutama di kawasan pusat kota, yaitu merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang sesuai dengan karakteristik dan tuntutan kebutuhan pejalan kaki dengan tujuan untuk mempertahankan pusat kota agar tetap manusiawi, menarik bagi warga kota untuk datang, tinggal, bekerja, dan melakukan kegiatan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Walaupun pembuatan area pejalan kaki didedikasikan untuk manusia, terutama: para pejalan kaki. Kenyataannya berbeda, prasarana pejalan kaki lebih banyak beralih fungsi, sehingga pejalan kaki menjadi tergeser dari ruang yang seharusnya menjadi haknya.

Kota Bandung contoh kota besar di Indonesia yang memiliki masalah mengenai kawasan

atau daerah dan fasilitas bagi para pejalan kaki.

(http://dbonny.blogspot.com/2011/01/penertiban-pkl-yang-tak-kunjung-usai.html). Berbagai macam daya tarik baik di bidang pariwisata, kuliner dan pusat perbelanjaan membuat Bandung menjadi tempat yang mendapat banyak kunjungan. Pengunjung tidak hanya berasal dari daerah sekitar, seperti Jakarta. Akan tetapi, pengunjung banyak berasal dari luar negeri. Jika berkunjung ke kota-kota besar di dunia, maka salah satu ciri yang menarik dan membuat nyaman pendatang kenyamanan berjalan kaki untuk menikmati suasana dan keindahan kota tersebut. Keadaan tersebut tidak akan pernah di jumpai di Kota Bandung.


(13)

Denny Zulkaidi, Planolog Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung memiliki tata kota yang terbilang baik, hanya implementasinya yang buruk (http://citizenmagz.com/?p=3555). Menurut pengamatan Denny, Pemerintah Kota Bandung memiliki prinsip yang salah persepsi. Prinsipnya Kota Bandung merupakan Kota Jasa. Denny menerangkan bahwa Pemerintah Kota Bandung memberikan izin untuk mendirikan usaha, yang menurut pemikiran Pemerintah Kota Bandung hanya bersifat musiman. Ternyata pemikiran itu salah sehingga lahan tempat komersil menjadi semakin banyak dan menumpuk. Lebih parah lagi tempat-tempat komersil ini disatukan dalam satu kawasan atau wilayah.

Pemerintah Kota Bandung mengabaikan hak-hak masyarakat untuk menikmati kota mereka. Motifnya diperkirakan ada tiga, pemerintah tidak sengaja, pemerintah kota memiliki tujuan sendiri namun merugikan orang lain, dan pemerintah terjebak dalam komersialisme.

Tempat komersil ini disatukan di satu wilayah, akibatnya dibutuhkan lahan parkir yang luas, karena lahan parkir yang tersedia tidak mencukupi, sehingga badan jalan dipakai untuk lahan parkir, dan Kota Bandung macet. Selain itu, kebutuhan lahan parkir ini pun turut merampas hak-hak pejalan kaki, trotoar yang seharusnya merupakan hak mereka.

Pertambahan volume kendaraan yang semakin tidak terkendali setiap harinya, mengakibatkan terlanggarnya hak pejalan kaki karena disfungsi trotoar oleh para pengendara motor yang melintasi trotoar untuk menghindari kemacetan. Keterbatasan sarana pejalan kaki menjadi kendala dalam hal ini, seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang dibangun oleh pihak swasta tanpa memperhatikan kelayakan guna bagi para pejalan kaki (karena hanya untuk kepentingan pemasangan reklame), zebra cross yang sudah pudar dan tidak diletakkan di tempat-tempat yang memadai, alat bantu penyeberangan bagi pejalan kaki (baik yang bersifat visual maupun audio), dan masih banyak masalah lain yang berhubungan dengan masalah sosial.


(14)

Fenomena-fenomena terlanggarnya hak-hak pejalan kaki di atas membuat masalah perlindungan hukum bagi pejalan kaki di Kota Bandung menarik untuk diteliti. Penelitian pendahuluan diadakan sebagai langkah awal, untuk mengetahui secara langsung permasalahan yang terjadi di lapangan. Berdasarkan data dari Unit Penyidikan dan Rekayasa Kepolisian Resor Kota Besar Bandung (Unit Dikyasa Polrestabes Bandung, informan: Brigadir Riki Iwan Permana) untuk mengetahui jalan mana saja yang disebut jalan protokol di Kota Bandung. Dari sekian banyak jalan protokol di Kota Bandung, maka didapatkanlah data jalan protokol untuk diteliti yang berkaitan dengan fasilitas pejalan kaki di Kota Bandung. Jalan-jalan protokol tersebut, yaitu: Jalan Merdeka, Jalan Cihampelas, Jalan Asia Afrika, Jalan Pasirkaliki, Jalan Pajajaran, Jalan Ahmad Yani di sepanjang pertokoan dan Terusannya, Jalan Braga, Jalan Jenderal Sudirman, dan Jalan Cipaganti. Data yang diperoleh adalah kondisi fasilitas pejalan kaki, seperti trotoar dan Jembatan Penyeberangan Orang. Dari daftar yang disebutkan ini dapat disimpulkan bahwa jalan protokol merupakan jalan-jalan utama di suatu kota atau wilayah, meskipun demikian umumnya jalan protokol lebih lazim digunakan di kota.

Jalan-jalan yang diteliti, yaitu: Jalan Merdeka, Jalan Cihampelas, Jalan Asia Afrika, Jalan Pasirkaliki, Jalan Pajajaran, Jalan Ahmad Yani di sepanjang pertokoan dan Terusannya, Jalan Braga, Jalan Jenderal Sudirman, dan Jalan Cipaganti, kondisi yang dijumpai, yaitu: 1. Kondisi trotoar yang tidak mulus/ rata, memerlukan manuver cukup banyak dari pejalan

kaki untuk dapat melewatinya.

2. Perbaikan trotoar terkesan asal-asalan. 3. Tingginya undakan trotoar.


(15)

5. Patokan trotoar yang tidak jelas, kadang-kadang tidak ada patokan trotar sama sekali, mengakibatkan pejalan kali seringkali hampir bersinggungan dengan kendaraan yang melaju di badan jalan ketika berjalan.

6. Terdapat kotak terminal jaringan telekomunikasi milik PT. Telkom dan kotak-kotak terminal sirkuit listrik milik Perusahaan Listrik Negara (PLN).

7. Cat penanda marka jalan dan zebra cross sudah pudar.

8. Beberapa bagian jalan yang seharusnya digunakan oleh pejalan kaki terpotong oleh bagian muka hampir di semua pusat perbelanjaan di daerah tersebut.

9. Pohon, tiang listrik, penghijauan serta rambu-rambu yang terpasang seringkali menghalangi keleluasaan pejalan kaki.

10. Pedagang kaki lima menghalangi laju pejalan kaki.

11. Sering pejalan kaki terganggu oleh arus kendaraan yang keluar dan masuk pertokoan yang berada di sepanjang jalan.

12. Terdapat gundukan dan bungkusan sampah yang menghalangi pejalan kaki. 13. Seringkali saluran air di jalan-jalan tersebut mengeluarkan aroma tidak sedap.

14. Kurangnya fasilitas peneduh untuk melindungi pejalan kaki dari terik matahari yang menyengat maupun guyuran hujan.

15. Pohon-pohon difungsikan sebagai peneduh seringkali tumbuh terlalu besar dan merusak trotoar.

16. Dipergunakannya jalur trotoar sebagai lahan parkir gedung gedung di daerah tersebut. 17. Banyak kendaraan yang parkir atau berhenti tidak pada tempatnya, yang menghalangi

laju pejalan kaki yang semakin tersisih.

Berdasarkan penelitian pendahuluan, baik melalui wawancara, maupun observasi langsung ke lokasi-lokasi jalan protokol, maka dapat dilihat bahwa pejalan kaki seringkali menghadapi suasana tidak nyaman dan aman untuk melintas. Pejalan kaki perlu dilindungi


(16)

hak-haknya oleh pemerintah berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, berdasarkan konstitusi negara Indonesia yang bertujuan melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, dan sebagai bagian yang integral dari masyarakat.

Melihat kondisi pejalan kaki di atas, penelitian secara lebih mendalam dan komprehensif untuk memberikan rekomendasi alternatif solusi untuk penegakkan perlindungan hukum para pejalan kaki dan perbaikan fasilitas pejalan kaki di jalan-jalan protokol Kota Bandung. Salah satu alternatif solusi dengan adalah sosialisasi terus menerus mengenai hak dan kewajiban para pejalan dan seluruh warga pengguna jalan dan fasilitasnya oleh Pemerintah Kota Bandung beserta dinas yang terkait di dalamnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan diskusi bersama antara seluruh pihak yang berkepentingan dengan penggunaan, pengaturan, dan pemeliharaan jalan dan fasilitasnya. Diperlukan perubahan paradigma dalam pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan bagi seluruh warga negara Indonesia pada umumnya dan warga Kota Bandung pada khususnya, mengenai pentingnya hak dan kewajiban sebagai warga negara maupun kota dalam kaitannya dengan pendidikan demokrasi modern.

B. Identifikasi Masalah

Pejalan kaki merupakan bagian dari lalu lintas, penelitian awal membuktikan bahwa pejalan kaki di jalan-jalan protokol tidak dapat menikmati kondisi nyaman dalam menikmati moda transportasi ini. Dalam mengatasi hal ini, pihak-pihak berwenang seolah tidak dapat berbuat apa-apa dan terkesan membiarkan kondisi ini. Melihat dari kondisi di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ketersediaan fasilitas pejalan kaki di jalan protokol tersebut? 2. Bagaimana kondisi fasilitas pejalan kaki di jalan protokol tersebut?


(17)

4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pengadaan fasilitas pejalan kaki yang tertib dan teratur?

C. Tujuan Penelitian

Melihat rumusan masalah di atas, beberapa tujuan penelitian ini, meliputi : 1. Tujuan Umum

a. Mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh pejalan kaki di jalan-jalan protokol perkotaan.

b. Mengetahui perbedaan antara peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota dengan peraturan perundang-undangan lainnya, yaitu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, sampai Peraturan Daerah dengan kenyataan yang terjadi.

c. Mengetahui hal-hal yang mengakibatkan tidak teraturnya lalu lintas di Kota Bandung, termasuk pejalan kaki.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui akar permasalahan yang mengakibatkan banyak terlanggarnya hak-hak pejalan kaki di KotaBandung.

b. Mengetahui efektivitas peraturan-peraturan mengenai perlindungan pejalan kaki di Kota Bandung.

c. Mengetahui langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pihak-pihak berwenang untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh pejalan kaki.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Secara teoretik, penelitian ini menambah wawasan atau cakrawala saya mengenai perlindungan hak-hak pejalan kaki, latar belakang permasalahan yang mengakibatkan


(18)

terlanggarnya hak-hak tersebut dari pejalan kaki, dan kaitannya dengan studi Pendidikan Kewarganegaraan.

Secara praktik, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi di antaranya:

1. Memperoleh data dan fakta tentang situasi yang dihadapi pejalan kaki di jalan-jalan protokoldi Kota Bandung.

2. Sebagai sumbang saran pada berbagai instansi Pemerintah yang mengatur berbagai hal yang berkenaan dengan pejalan kaki.

3. Sebagai upaya perbaikan fasilitas dan hak-hak pejalan kaki di Kota Bandung.

E. Asumsi Penelitian

Jalur pedestrian merupakan elemen penting dalam perancangan kota, karena tidak lagi berorientasi pada keindahan semata, akan tetapi juga pada masalah kenyamanan dengan didukung oleh kegiatan pedagang eceran yang dapa tmemperkuat kehidupan ruang kota yang ada. Sistem jalur pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di kawasan pusat kota, meningkatkan penggunaan pejalan kaki, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki lima yang lebih banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan tersebut. Selama ini pejalan kaki masih dianggap sebagai pengguna jalan kelas dua, melihat dari pembangunan sarana dan prasarana yang lebih banyak berpihak pada kendaraan bermotor.

Permasalahan yang dihadapi nampaknya jauh lebih kompleks daripada yang terlihat, bukan hanya lemahnya penegakkan peraturan yang seharusnya melindungi pejalan kaki, namun banyaknya jalur pejalan kaki yang menyulitkan untuk dilalui menandakan perancanaan dan standar pembangunan yang tidak terencana maupun terpelihara dengan baik

Kesulitan yang dihadapi oleh pejalan kaki ini nampaknya tidak bisa lepas dari faktor-faktor pendukung, tidak hanya dari penegakkan peraturan dan standar regulasi, melainkan


(19)

komersialisme, pembangunan pusat-pusat perbelanjaan skala besar yang mengundang keramaian berhubungan erat dengan ramainya Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai salah satu mata pencaharian masyarakat, dibarengi dengan tingginya angka pertumbuhan kendaraan, tingginya tarif parkir di pusat-pusat perbelanjaan yang ada mengakibatkan pejalan kaki semakin terjepit diantara banyak tuntutan.

F. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terdiri atas lima bab. Bab I berisi pendahuluan, terdiri atas latar belakang penelitian, Identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian dan struktur organisasi dari tesis.

Latar belakang membahas mengenai alasan mengapa masalah dalam tesis ini perlu diteliti, pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dan pendekatan mengatasi masalah tersebut baik secara teoritis maupun secara empiris. Identifikasi dan perumusan maslah berisi rumusan dan analisis masalah berdasarkan pemaparan pada latar belakang penelitian. Tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian dilakukan dan berhubungan dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan. Manfaat penelitian merupakan manfaat yang ingin diperoleh setelah penelitian dilakukan. Struktur organisasi tesis menjelaskan tentang urutan penelitian dari setiap bab dan bagian dalam bab.

Bab II Kajian Pustaka dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kajian pustaka dalam tesis ini secara garis besar terdiri atas teori tentang pejalan kaki, teori hukum dan teori pendidikan kewarganegaraan. Penelitian terdahulu merupakan kesimpulan dari hasil penelitian sebelumnya yang memiliki kajian yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam tesis.

Bab III Metode Penelitian, pada bab ini terdiri atas kajian tentang situs penelitian, sumber data, instrumen penelitian, tahapan penelitian dan teknik analisis data. Situs penelitian adalah lokasi tempat penelitian ini dilaksanakan, yang menjadi tempat dari sumber


(20)

data yang dikoleksi oleh peneliti. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Tahapan penelitian menjelaskan mengenai prosedur yang ditempuh oleh peneliti dalam proses penelitian dari mulai mengumpulkan data sampai dengan penarikan kesimpulan. Teknis analisis data berisi hal-hal yang dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis data yang terkumpul sebelum data ini disajikan.

Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan. Pada bab ini disajikan pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Bagian pembahasan berisi diskusi tentang temuan tersebut yang dikaitkan dengan teori-teori pada bab dua. Pembahasan ini merupakan refleksi terhadap teori yang dikembangkan oleh peneliti atau penelitian sebelumnya.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini disajikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan. Kesimpulan berhubungan dengan rumusan masalah pada bab satu, dimana kesimpulan ini berisi jawaban dari rumusan masalah. Saran berisi rekomendasi dari peneliti yang ditujukkan kepada para pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian yang bersangkutan dan kepada peneliti berikutnya.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Kualitatif

Penelitian ini dikelompokkan dalam penelitian deskriplif analitik dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Disebut penelitian deskriptif, karena penelitian ini akan mengungkapkan secara rinci dan sistematis bagaimana perlindungan hak pejalan kaki. Menurut Whitney (I960) (Nazir, 2005: 54) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Pendapat Nasution (1996:5) menyatakan penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka memang dunia sekitarnya. Dalam hal ini, penelitian naturalistik tidak peduli terhadap persamaan dari objek penelitian melainkan sebaliknya mengungkap tentang pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini didasari pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap orang (manusia) berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin umuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen. Lebih lanjut Lincoln dan Guba (1985:199) menyatakan bahwa "the human – as – instrument is inclined toward mefoods that are extensions of normal human activities: looking, listening, speaking, reading, and the like".


(22)

Dari pernyataan ini terlihat jelas bahwa keunggulan manusia sebagai instrumen dalam penelitian naturalistik karena alat ini dapat melihat, mendengar, membaca, merasa, dan sebagainya yang biasa dilakukan oleh manusia umumnya. Bogdan dan Biklen (1982; 2-3) mengistilahkan penelitian kualitatif sebagai payung dengan sejumlah strategi penelitian yang memberikan karakteristik-karakteristik tertentu. Penelitian ini disebui juga "field research"yang seringkali digunakan oleh para antropolog dan sosiolog. Istilah "field research" digunakan untuk membedakan proses penelitian ini dari penelitian yang dilakukan di dalam laboratorium atau penelitian lainyang tempat penelitiannya dikontrol. Dalam pendidikan, mereka menambahkan, bahwa penelitian kualitatif seringkali disebut"naturalistic" karena para peneliti menggantungkan pada peristiwa yang terjadi secara alamiah.Cresswell (1998) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut.

“Qualitative research is an inquiry process of understanding based ondistinct

methodological traditions of inquiry that explore a sosial or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting”.(Penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan iradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata,melaporkan pandangan-pandanganpara informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah).

Cresswell (1994) membedakan paradigma kualitatif dari kuantitatif dengan lima asumsi. Pertama, asumsi ontologis yang mempenanyakan "What is the nature of reality?". Dari perspektif kualitatif, realitas menurut partisipan dalam sebuah penelitian bersifat subyektif dan ganda. Kedua, asumsi epistemologis yang mempertanyakan "What is the relationship of

the researcher to that researched?”. Dari perspektif kualitatif, peneliti berinteraksi dengan

subjek yang sedang diteliti. Ketiga, asumsi aksiologis yang mempenanyakan "What is the role of values?'. Dari perspektif kualitatif, penelitian sarat dengan nilai dan bersifat bias. Keempat, asumsi retoris yang mempertanyakan "What is the language of research?”. Dari kelompok kecil atau individu-individu yang mungkin dapat mengetahui atau bersifat


(23)

informan tentang suatu fenomena atau pengalaman seseorang yang diperlukan (Mc. Millan dan Schumacher, 2001:433). Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel ini dimaksudkan untuk sebanyak mungkin memperoleh informasi dengan segala kompleksitas yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak pejalan kaki, dan dimaksudkan untuk mencari informasi secara rinci yang sifatnya spesifik yang memberikan citra khas dan unik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena metode ini sangat cocok untuk menelaah permasalahan yang dihadapi oleh pejalan kaki, dimana banyak faktor yang mengakibatkan terlanggarnya hak-hak pejalan kaki. Metode penelitian kualitatif memungkinkan peneliti mendapatkan gambaran holistik dari berbagai sudut pandang baik dari pihak pejalan kaki, peraturan-peraturan mengenai lalu lintas, dinas-dinas yang terkait dengan permasalahan lalu lintas, berbagai aspek sosial budaya yang melatar belakangi permasalahan tersebut, dan lain-lain.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus, atau penelitian kasus (case study; Nazir (2005: 57) mengemukakan bahwa:

Studi kasus, atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu spesific case atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930). Tujuan studikasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

Mulyana (2002: 201) menjelaskan bahwa peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Mereka sering menggunakan berbagai metode wawancara (riwayat hidup), pengamatan, penelaahan dokumen, (hasil) survei, dan data apa pun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci. Metode studi kasus yang digunakan peneliti merupakan bentuk penelitian yang mendalam terinci, menyeluruh (Nasution, 1995) mengenai perlindungan hak-hak pejalan kaki yang dijadikan subjek


(24)

penelitian. Hal tersebut sejalan dengan pandangan para ahli yang menyebutkan bahwa studi kasus dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu, segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial.

Alasan dipilihnya metode penelitian studi kasus dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Metode penelitian studi kasus merupakan salah satu bentuk metode yang tercakup di dalam metodologi penelitian kualitatif.

2. Melalui metode penelitian studi kasus diharapkan dapat memberikan keleluasaan dalam menggunakan beragam teknik pengumpulan data sebagai sarana untuk menjangkau dimensi otentik dari topik perlindungan hukum terhadap pejalan kaki.

3. Penggunaan metode penelitian studi kasus dalam penelitian ini memungkinkan peneliti meneliti pejalan kaki secara mendalam dan menyeluruh.

4. Penggunaan metode penelitian studi kasus, memungkinkan peneliti untuk memahami secara langsung dan mendalam tentang perlindungan hak-hak pejalan kaki di Kota Bandung.

5. Digunakannya metode penelitian studi kasus dalam penelitian ini diharapkan dapat melaksanakan penelitian secara efektif dan efisien.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian adalah peneliti sendiri sebagai peneliti langsung dan beberapa informan lainnya yang diperlukan dalam obeservasi dan wawancara dalam penelitian ini, yaitu para pejalan kaki yang sedang berjalan di lokasi penelitian, para PKL, dan juru parkir. Hal ini dilakukan untuk menggali data dan informasi yang penting dan dibutuhkan dalam penelitian ini.


(25)

alun dan sepanjang pusat pertokoan), Jalan Pasirkaliki, Jalan Pajajaran, Jalan Ahmad Yani (sepanjang pertokoan, pasar Cicadas, dan terminal Cicaheum), Jalan Braga, dan Jalan Cipaganti.

D. Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini, lentunya diperlukan data-data awal, yang nantinya akan digunakan sebagai bahan analisis. Data kualitatif yang dimaksudkan dan dihimpun di dalam penelitian ini adalah beragam keterangan atau informasi yang benar dan nyata, yang diperoleh dari sumber data berupa dokumen, arsip, catatan pribadi, biografi, wawancara, pengamatan, foto, artikel di media massa baik cetak maupun elektronik. Menurut Bogdan dan Biklen (1990: 92), data adalah bahan bahan kasar (mentah) yang dikumpulkan peneliti dari lapangan yang ditelitinya. Bahan-bahan itu berupa hal-hal khusus yang menjadi dasar analisis. Ditambahkan oleh Moleong (1989: 122) dan Nasution (1988: 56), data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa kata-kata, tindakan, dokumen, situasi, dan peristiwa yang dapat diobservasi. Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber baik manusia maupun bukan manusia. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan adalah teknik pengumpulan data kualitatif, yang meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Teknik Observasi ialah pengumpulan data dengan mengamati kondisi fasilitas pejalan kaki serta perilaku pejalan kaki ketika melintas/menggunakan jalur pejalan kaki tersebut. Dengan melalui kegiatan pengamatan ini, peneliti berharap dapat melihat gambaran jelas mengenai jalur pejalan kaki dan kondisi serta perilaku pejalan kaki yang sedang melintas.

Dengan prinsip observasi partisipatif dalam penelitian, dilakukan terhadap kejadian atau kegiatan subjek penelitian dalam konteks yang terkait dengan focusmasalah yang dapat


(26)

diamati secara langsung maupun tidak langsung (Patton: 1990). Jorgensen (1989) mendeskripsikan bahwa

"Through participant observation, it is possible to describe what goes on.who or what is involved, when and where things happen, how they occur,and why– at least from the standpoint of participants – things happen as they do in particular situations".

Artinya, melalui observasi partisipatif, dimungkinkan peneliti mendeskripsikan apa yang sedang terjadi, siapa dan apa yang terlibat, kapan dan dimana sesuatu itu terjadi, bagaimana mereka terjadi, dan mengapa sesuatu itu terjadi – paling tidak dari sudut pandang partisipan – ketika mereka melakukan sesuatu dalam situasi tertentu. Hal yang sama dikemukakan oleh Patton (1990:205) yang menamakan "Naturalistic Observations” yang dilakukan di lapangan

(field) sebagai sejumlah cara atau jenis metode untuk mengumpulkan data melalui observasi, yaitu "paticipant observation, field observation, qualitative observation, direct observation, or field research", walaupun setiap istilah ini tergantung pada kondisi dan tujuan analisis kualitatif. Istilah-istilah observasi yang dikemukakan Patton tersebut pada dasarnya memiliki karakteristik yang sama, yaitu observasi untuk kepentingan pengumpulan data kualitatif.

Ada sejumlah keuntungan jenis observasi kualitatif ini bagi peneliti sebagaimana dikemukakan Patton (1990: 203-205), sebagai berikut: pertama, bahwa dengan melaksanakan pengamatan langsung, maka peneliti akan mempunyai pemahaman tentang konteks yang lebih baik dalam program. Pemahaman konteks program sangat penting untuk perspektif keseluruhan; kedua, pengalaman pertama dengan program akan mendorong peneliti bersikap terbuka, berorientasi untuk menemukan sesuatu, dan mendekati permasalahan secara induktif; ketiga, peneliti mempunyai kesempatan melihat hal-hal yang mungkin tidak disadari oleh partisipan dan pihak terkait; keempat, peneliti dapat belajar tentang hal-hal yang mungkin tidak ingin dibicarakan partisipan pada saat wawancara terutama hal-hal yang sensitif; kelima, peneliti memungkinkan berpindah dari pendapat kebanyakan orang;


(27)

bantuan memahami dan menafsirkan program yang sedang diteliti. Dengan prinsip-prinsip observasi partisipatif dalam penelitian naturalistik, dan kemampuan peneliti dalam menangkap motivasi, kepercayaan, kepedulian, perhatian, perilaku yang tidak sadar dan kebiasaan subjek yang sedang diteliti, peneliti memungkinkan mendeskripsikan dan melihat sudut pandang subjek dalam menanggapi dunianya, mengemukakan persepsi, menceritakan pengalamannya, dan harapan-harapan kehidupannya di masa depan. Menurut Patton (1990:205-216), terdapat sejumlah ragam metode observasi.Dipandang dari keterlibatan observer, apakah sebagai partisipan (participant observer) atau hanya sebagai penonton (unlooker). Dalam penelitian ini, peneliti bukan hanya sekedar melihat suatu peristiwa dari luar (outside) melainkan sebagai partisipan dalam setting yang sedang dikaji. Peneliti sebagai observer yang partisipatif sepenuhnya terlibat dalam kegiatan peristiwa yang diteliti sesuai dengan kemampuan peneliti disamping berusaha memahami setting melalui pengalaman sendiri, pengamatan, dan perbincangan dengan partisipan tentang apa yang sedang terjadi.

Ragam lainnya adalah terkait dengan validitas dan reliabilitas data observasi yaitu dampak observer terhadap apa yang diobservasi. Masalah ini menghendaki jawaban apakah observasi itu terbuka (overt) atau tertutup (covert). Patton (1990:209) mengemukakan bahwa observasi tertutup (covert observations) lebih memungkinkan untuk menangkap apa yang sungguh sedang terjadi dibandingkan dengan observasi terbuka (overt observation) ketika orang-orang dalam setting menyadari bahwa mereka sedang diteliti. Namun demikian, lebih lanjut Patton (1990: 211) menyatakan bahwa "the evaluator alone cannot make the decision about the extent to which observations and research purposes will be kept secret".

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan melalui proses observasi terbuka namun pada saat tertentu, peneliti pun dapat bergeser pada observasi tertutup. Teknik observasi terbuka lebih banyak dilakukan untuk menghindari adanya perilaku atau tindakan yang tidak alamiah dari subjek karena kehadiran observer, maka peneliti berusaha melakukan pendekatan dalam


(28)

berbagai aktivitas sehingga mereka tidak merasa asing dengan peneliti yang bertindak sebagai observer partisipatif.

Teknik pengamatan atau observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan non-partisipan yang tidak terstruktur, yaitu suatu prosedur pengamatan yang dilakukan peneliti dengan cara mengamati subjek penelitian dalam keadaan alamiah tanpa melibatkan diri dalam lingkungan dan kegiatan yangdilakukan oleh subjek yang diteliti. Alasan penggunaan teknik nonpartisipan dalam penelitian ini didasarkan pada suatu pertimbangan bahwa keadaan data yang dipilih, ltelah dikerjakan sebelum pengamatan dilaksanakan sehingga secara otentik dapat mewakili situasi sebenarnya. Berkaitan dengan pengukuran terhadap ketepatan suatu pengamatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini, dicirikan dengan karakteristik hasil pengamatan sebagai berikut:

a. Mampu menangkap keadaan atau konteks sosial alamiah tempat terjadinya suatu perilaku.

b. Mampu menangkap peristiwa yang memiliki arti atau kejadian-kejadian yangmempengaruhi relasi sosial para partisipan.

c. Mampu menentukan realitas serta keteraturan yang didasari oleh falsafah atau pandangan hidup subjek yang diamati.

d. Mampu mengidentifikasi keteraturan dan gejala-gejala yang berulang dalam kehidupan subjek yang diamati tersebut (Black dan Champion, 1992: 286).

2. Wawancara

Teknik wawancara, ialah cara untuk menggali informasi, pemikiran, gagasan, sikap dan pengalaman para pejalan kaki di jalan protokol. Wawancara tatap muka dilakukan secara langsung antara peneliti dan narasumber secara dialogis, tanyajawab, diskusi dan melalui cara lain yang dapat memungkinkan diperolehnyainformasiyang diperlukan.Teknik wawancara ini


(29)

pengalaman informan (Nazir, 2005:193). Proses wawancara terhadap subjek penelitian pada penelitian inidilakukan dalam bentuk wawancara percakapan informal, yang berlangsung secara spontan dan informal di dalam alur interaksi yang wajar selama penemuan berlangsung serta wawancara yang dilakukan dengan pendekatan terarah untuk menjaring informasi mengenai pokok bahasan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pertanyaan wawancara yang diajukan peneliti senantiasa disesuaikan dengan situasi dan kondisi, namun tidak terlepas dari pedoman wawancara yangdisiapkan peneliti sebelumnya. Selain itu, wawancara dengan subjek penelitian dilakukan secara terbuka, dimana ditujukan untuk menjaring informasi mengenai hal yang lelah dipersiapkan oleh peneliti kepada subjek penelitiandengan tetap mengacupada fokus masalah penelitian.

Teknik wawancara yang dilakukan bersama dengan subjek penelitian, peneliti dapat memperoleh berbagai informasi, baik yang bersifat verbal ataupun yang bersifat nonverbal. Penggunaan teknik wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran pejalan kaki, termasuk perasaannya, kehendaknya, interpretasinya kondisi jalur pejalan kaki yang dilaluinya.

Tipe atau bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk wawancara terstruktur dan terbuka.Bentuk wawancara ini dipilih dengan harapan dapat diperoleh data yang lebih mendalam, lengkap, dan kaya isi maupunilustrasi sehingga memungkinkan dihasilkan suatu kepaduan hasil penelitian yang kaya makna. Subjek penelitian diberi kebebasan untuk menjawab penanyaan. Bila suatu topik diangkat, peneliti dan subjek penelitian terlibat dalam suatu dialog untukbertukar pandangan. Terkadang pertanyaan dimodifikasi dan topik baru yang relevan dengan penelitian dikembangkan selama wawancara berlangsung.Penggunaanwawancara tak terstruktur dalam penelitian ini, memberikan banyak kesempatan kepada responden untuk menggali ingatannya dan memvalidasi tanggapan yang diberikan. Hal ini juga dapat menghasilkan hasil wawancara


(30)

yang tepat dalam suasana santai dan tidak tergesa-gesa untuk tetap fokusnya proses wawancara dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan panduan wawancara. Panduan wawancara dipersiapkan dengan melakukan kaji dokumen awal mengenai topik yang akan diajukan, kemudian dapat digunakan secara fleksibel dan dapat diganti selama wawancara berlangsung.

3. Studi Dokumentasi dan Kepustakaan

Teknik studi dokumentasi dan kepustakaan, ialah cara untuk menggali, mengkaji, dan mempelajari sumber-sumber tertulis baik dalam bentuk buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, laporan penelitian, makalah, jurnal, klipping media massa, dan dokumen negara (pemerintah). Menurut Moleong (1989: 87), studi dokumentasi diartikan sebagai suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan terhadap beragam bahan tertulis berupa buku, jurnal, majalah, dokumen pribadi, dokumen resmi kelembagaan, artikel, surat kabar, majalah, dan sejenisnya. Dalam hal ini, penelitiadalah instrumen utama (key instrument) dalam pengumpulan data. Untuk mendukung ketersediaan data dan analisis data, peneliti memanfaatkan sumber-sumber lain berupa dokumen negara, catatan dan dokumen (non human resources). Menurut Lincoln dan Guba (1985: 276-277) catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Tujuan penggunaan teknik studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk melengkapi, mengoreksi, memperkokoh, memperkuat, membandingkan berbagai data yang diperoleh melalui kedua teknik pengumpulan data sebelumnya. Dengan demikian, penggunaan teknik studi dokumentasi dan kepustakaan iniberfungsi sebagai komplemen, suplemen, dan substitusi dari teknik observasi dan teknik wawancara. Dalam studi dokumentasi ini, peneliti akan memanfaatkan sumber kepustakaan berupa hasil penelitian,


(31)

dan pembahasan konseptual dengan menggunakan teknik analisis yang dikaitkan perlindungan hak-hak pejalan kaki.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan prinsip bahwa peneliti berperan sebagai instrumen (human instrument) yang utama (Lincoln dan Guba, 1984:39), yang secara penuh mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang dimasukinya, sehingga proses penelitian sangai penting daripada hasil yang diperoleh. Hal ini sangat tepat karena hanya penelitilah yang dapat secara fleksibel mengumpulkan data dari berbagai subjek penelitian yang mendalam.Human instrument ini dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri riset kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen(1990, 33-36), yaitu:

1. Riset kualitatif mempunyai lata ralami karena yang merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dari perisetnya.

2. Riset kualitatif itu bersifat deskriptif. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata.

3. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif. 4. Makna merupakan soal esensial untuk rancangan kualitatif.

Peneliti sebagai instrumen akan terlihat pelaksanaannya dalam pengamatan langsung dan proses wawancara yang mendalam, seperti yang banyak dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti secara langsung berhubungan dengan subjek penelitian sekaligus dengan peristiwa dan latar alamiahnya (setting naturalistic). Penelitian semacam ini tidak mungkin menggunakan instrumen berupa "benda mati" yang dilakukan secara khusus untuk aspek penemu seperti dalam penelitian kuantitatif (kuesioner, tes skala sikap, dan daftar isian). Akan tetapi, agar penelitian ini terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti


(32)

menyusun pedoman wawancara,observasi, dan studi dokumentasi. Sebagaimana tercantum dalam lampiran. Pedoman penelitian tersebut dalam pelaksanaannya dapat dikembangkan lagi sesuai dengan tuntutan realitas alamiah untuk mendapatkan data yang tepat, akurat, dan lengkap.

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Tabel 3. 1.: Kisi-kisi instrumen penelitian

Trotoar kemudahan akses lebar yang cukup keamanan

kesinambungan jalur kenyamanan lansekap memberi ruang intraksi

memperkuat identitas lingkungan

Kondisi

lingkungan jarak ideal fasilitas umum jarak ideal tempat parkir

jarak ideal penyeberangan jalan jarak tempuh ke TPKPU

Fasilitas kelengkapan fasilitas diperkeras

mampu memisahkan secara fisik dengan kendaraan

kesatuan jenis jalur pejalan kaki kesatuan dengan TPKPU

keberadaan lokasi perparkiran

keberadaan penyekat ruang dan waktu

kelengkapan perabot jalan pemeliharaan

Sudut Jalan keleluasaan


(33)

kelengkapan rambu kemudahan akses

pemisahan jalan dengan pengguna kendaraan

Halte rute/jalur

letak halte pada jalur pejalan kaki kedekatan dengan pusat pemukiman/ kegiatan

kelengkapan rambu kelancaran arus lalu lntas

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan runut dan bertahap, terdiri dari tahap persiapan, tahap uji coba, (tahap pelaksanaan, tahap penyusunan dan pengelompokan data, tahap evaluasi, dan tahap data pasti).

F. Teknik Analisis Data

Tujuan penelitian kualitatif adalah menghasilkan temuan-temuan (Patton, 1990:371) namun, proses pengumpulan data bukanlah akhir dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, kegiatan pengolahan dan analisis data dilakukan dalam seluruh rangkatan kegiatan penelitian lapangan yang dimulai sejak penelitian dilaksanakan secara berkesinambungan sampai dengan penelitian berakhir. Menurut Dayman dan Holloway (2008: 30), teknik analisis data adalah proses menguraikan data menjadi komponen-komponen yang membentuknya, untuk mengungkapkan struktur dan unsur khasnya. Aktivitas akhir dari penelitian kualitatif adalah analisis, interpretasi, dan penyajian sejumlahtemuan.

Dalam upaya untuk memenuhi hal tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secarabersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan verifikasi (Miles dan Huberman (1992: 16-18). Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus.


(34)

Masalah reduksi data, penyajian data, danpenarikan kesimpulan merupakan rangkatan kegiatan analisis yang saling susul menyusul.

Dalam hal ini, kesimpulan dilakukan secara bertahap, pertama berupa kesimpulan sementara, namun dengan bertambahnya data, maka perlu dilakukan verifikasi data, yaitu dengan mempelajari kembali data-data yang ada, baik yangdireduksi maupun yang disajikan. Disamping itu, dilakukan dengan cara memintapertimbangan dengan pihak-pihak yang berkenaan dengan penelitian ini. Setelah hal itu dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan keputusan akhir.

1. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam setiap proses penelitian kualitatif, batas antara satu tahapan dengan tahapan berikutnya sulit dinyatakan secara tegas. Hal itu sejalan dengan sifat emergen dari penelitian kualitatif, yaitu sifat yang senantiasa mengalami perubahan sepanjang penelitian dilaksanakan. Moleong (1989) terbagi penelitian kualitatif ke dalam empat tahapan, yaitu: a. Tahap sebelum ke lapangan, meliputi berbagai studi kepustakaan, membuat desain

penelitian, melaksanakan bimbingan intensif, menentukan lokasi penelitian, mengurus perizinan, melaksanakan uji coba penelitian, dan menyiapkan kelengkapan kegiatan penelitian lapangan.

b. Tahap pekerjaan lapangan, mencakup kegiatan mempelajari latar lokasi (setting) subjek yang diteliti, melakukan pengamatan, wawancara, membuat catatan lapangan, mengambil pola kejadian secara langsung, dan mengumpulkan pelbagai dokumen yang relevan. Persamaan dengan pelaksanaan tahap pekerjaan lapangan ini dilakukan pula kegiatan analisis data.

c. Tahap pengolahan dan analisis data, mencakup kegiatan-kegiatan mencari dan merumuskan tema, membuat hipotesis. Bekerja dengan hipotesis menafsirkan hasil


(35)

kepastiannya. Kemudian, diakhiri dengan kegiatan merumuskan temuan dan teori substansial.

d. Tahap penyajian laporan hasil penelitian berbentuk kegiatan pengetikkan naskah laporan, penggandaan, dan pencetakan naskah jadi, penyerahan naskah kepada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (SPs UPI). Untuk selanjutnya dijadwalkan untuk diuji oleh tim penguji yang ditetapkan oleh pimpinan SPs UPI.

2. Reduksi Data

Data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga memerlukan pencatatan secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dan penting.

Sebelum melaksanakan reduksi data, maka peneliti membaca, mengkaji, dan menelusuri seluruh jenis data yang berhasil dikumpulkan kemudian peneliti melakukan pencatatan secara terinci, kemudian peneliti merangkum data, memilih hal-hal yang pokok dan penting serta mendukung penelitian ini.

3. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi terhadap data yang dikumpulkan, maka peneliti menyajikan data dalam bentuk deskripsi yang berdasarkan aspek-aspek yang diteliti dan disusun kondisi jalur pejalan kaki, fasilitas pejalan kaki, dan opini pejalan kaki di Kota Bandung mengenai kondisi yang mereka alami.

4. Verifikasi Data

Verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan,alur sebab akibat atau proposisi. Penarikan kesimpulan sebenarnya


(36)

hanyalahsebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Menurut Miles(1992:20) kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya, yaitu yang merupakan validitasnya. Pada saat menarik kesimpulan awal, biasanya yang dikemukan masihbersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuatyang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yangditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel. Bila kesimpulan dinilai kurang, maka peneliti dapat kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data tambahan. Untuk dapat mengetahui kualitas data, seorang peneliti dapat menilai melalui beberapa metode seperti : mengecek; keterwakilan data; mengecek data dari pengaruh peneliti; mengecek melalui triangulasi; melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapatdipercaya; membuat perbandingan atau mengkontraskan data; dan penggunaan kasus ekstrim yang direalisasi dengan memaknai data negatif.

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330)

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115), yaitu wawancara, observasi dan dokumen.Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.


(37)

Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Selain itu, dalam riset kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh seorang peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam suatu penelitian. teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain. Model triangulasi diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang tepat.


(38)

Murti B., 2006 menyatakan bahwa tujuan umum dilakukan triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah riset. Dengan demikian triangulasi memiliki arti penting dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif dan kuantitatif, sedangkan menurut Yin R.K, 2003 menyatakan bahwa pengumpulan data triangulasi (triangulation) melibatkan observasi, wawancara dan dokumentasi.

5. Pengambilan Kesimpulan

Dalam hal ini kesimpulan dilakukan secara bertahap, pertama berupa kesimpulan sementara, namun dengan bertambahnya data maka perlu dilakukan veritikasi data, yaitu dengan mempelajari kembali data-data yang ada (yang direduksi maupun disajikan). Di samping itu, dilakukan dengan meminta pertimbangan dengan pihak-pihak yang berkenaan dengan penelitian ini, yaitu dinas-dinas yang berkewenangan dengan jalan dan fasilitas pejalan kaki, para informan pejalan kaki, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan jalan dan fasilitas pejalan kaki. Setelah hal tersebut dilakukan, maka peneliti baru dapat mengambil keputusan akhir. Langkah-langkah di atas diterapkan dalam proses analisis data penelitian ini hingga tercapainya deskripsi temuan penelitian sebagaimana disajikan dalam bab IV.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada pejalan kaki, dan wawancara kepada dinas-dinas terkait, maka ditarik kesimpulan:

a. Jalan-jalan protocol di Kota Bandung memiliki fasilitas pejalan kaki yang cukup lengkap, namun fasilitas penyeberangan (Jembatan Penyeberangan Orang, alat bantu penyeberangan elektronik yang bersifat audio maupun visual) dan aksesibilitas (halte, tempat menumpang/ turun dari kendaraan umum) masih belum banyak tersedia;

b. Kondisi fasilitas pejalan kaki jalan-jalan protokol Kota Bandung tidak terawat baik, perbaikan yang dilakukan Dinas Bina Marga dan Pengairan terkendala pendanaan yang tidak kontinu, selain itu parkir dan pedagang kaki lima yang mengambil lahan pejalan kaki belum dapat ditertibkan, kemacetan pun turut menyumbang terlanggarnya lahan pejalan kaki karena trotoar dijadikan perlintasan kendaraan;

c. Pelaksanaan perlindungan terhadap hak-hak pejalan kaki di Kota Bandung bersifat pasif, pemerintah Kota Bandung mengakui hak-hak pejalan kaki dan membentuk peraturan yang melindungi pejalan kaki Kota Bandung. Namun perlindungan hukum terhadap hak-hak pejalan kaki yang bersifat aktif masih belum terfasilitasi pemerintah. Belum terdapat sarana yang memungkinkan pejalan kaki terlibat aktif dalam pembentukan peraturan dan penentuan spesifikasi fasilitas pejalan kaki;

d. Kebijakan Pemerintah Kota Bandung yang kurang tepat. Pemerintah Kota Bandung masih belum melibatkan masyarakat secara aktif dalam penataan kota. Penataan ruang


(40)

yang tidak melibatkan masyarakat ini akan selalu menuai kegagalan. Rencana tata kota yang akan berhasil adalah rencana tata kota yang melibatkan masyarakat secara aktif untuk menentukan kotanya sendiri, lebih khusus lagi, dalam pembangunan fasilitas pejalan kaki, pejalan kaki pun harus dilibatkan secara aktif dalam pembentukan peraturan dan penentuan teknis pembangunan fasilitas pejalan kaki.

2. Kesimpulan Khusus

Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada pejalan kaki, dan wawancara kepada dinas-dinas terkait, maka ditarik kesimpulan khusus: a. Terlanggarnya hak-hak pejalan kaki di Kota Bandung disebabkan kurangnya ruang Kota

Bandung, Tingginya pendatang ke Kota Bandung sehingga Bandung semakin sempit, kepentingan ekonomi yang menyebabkan tingginya alih guna lahan menjadi lahan ekonomi, budaya pejalan kaki sendiri yang masih belum tertib, serta budaya

“nongkrong” masyarakat Bandung yang menyuburkan Pedagang Kaki Lima, serta

kebijakan penataan ruang Kota Bandung yang masih otoriter dan belum melibatkan masyarakat.

b. Berdasarkan observasi langsung, wawancara dengan pejalan kaki dan dinas-dinas terkait, disimpulkan bahwa peraturan-peraturan mengenai perlindungan pejalan kaki di Kota Bandung tidak efektif. Terbukti dari kondisi trotoar dan area pejalan kaki yang tidak terawat dan tertata dengan baik, dipenuhi oleh pedagang kaki lima, atau dijadikan tempat parkir atau perlintasan kendaraan bermotor. Peraturan-peraturan mengenai perlindungan terhadap pejalan kaki ini lemah dalam penegakkannya. Penegakkan peraturan-peraturan tersebut terkendalan oleh masalah ruang Kota Bandung dan masalah-masalah sosial. c. Pihak-pihak yang berwenang melakukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan


(41)

menilang dan menertibkan kendaraan yang melanggar peraturan lalu lintas seperti kendaraan yang berhenti di zebra cross, maupun menggunakan trotoar sebagai tempat melintas kendaraan. Unit Dikyasa Polrestabes Bandung mengatur dan merekayasa arus jalan untuk mencegah kemacetan agar kendaraan-kendaraan tidak terjebak macet dan terpicu menggunakan trotoar sebagai tempat melintas. Pihak Dinas Perhubungan membangun rambu-rambu, marka jalan, lampu lalu lintas, Jembatan Penyeberangan Orang, serta alat bantu penyeberangan. Pihak Dinas Bina Marga dan Pengairan membangun dan memperbaiki trotoar. Pihak Dinas Pertamanan dan Pemakaman menanam dan merawat pohon sebagai peneduh alami. Pihak BPPT mengatur lokasi reklame agar tidak mengganggu pejalan kaki.

Dinas-dinas tersebut mengalami kendala, baik pendanaan maupun jumlah personel yang kurang, sehingga hasilnya pun tidak optimal. Hal lain yang perlu dicermati adalah tindakan tersebut merupakan tindakan represif dan bukan preventif, tindakan yang mencegah agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran hak-hak pejalan kaki, sehingga pelanggaran hak-hak pejalan kaki dapat terulang.

Kunci mengatasi permasalahan ini terletak pada pemerintah Kota Bandung. Pemerintah Kota Bandung selama ini mengatur kotanya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung. Rencana ini masih belum melibatkan masyarakat secara aktif, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi masyarakat sebagai elemen yang paling terkait dengan Kota Bandung untuk turut serta mengatur kotanya dan memfasilitasi naluri dasar masyarakat Kota Bandung untuk mengatur daerah tempatnya bermukim. Hal inilah yang selalu mengakibatkan rencana penataan ruang Kota Bandung tidak terealisasi dengan baik.

B. Saran


(42)

Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung diharapkan memperbaiki kinerjanya, melakukan perawatan fasilitas pejalan kaki secara lebih teratur. Untuk mengatasi kendala dalam pembiayaan, Dinas Bina Marga dan Pengairan diharapkan dapat mengatur alokasi anggaran dengan lebih baik lagi, antara lain dengan memohon jumlah anggaran lebih besar, serta mengalokasikan penggunaan anggaran tersebut dengan lebih baik, sehingga penggunaannya dapat dioptimalkan. Koordinasi dengan dinas-dinas lain yang memiliki kewenangan terhadap fasilitas pejalan kaki dan dengan masyarakat, terutama pejalan kaki, dapat lebih dibina dengan baik.

2. Saran bagi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dengan masyarakat, terutama pemberian izin atas usaha-usaha yang dapat menarik pengunjung dalan jumlah besar, seperti pusat-pusat belanja, kafe atau restoran, tempat belanja oleh-oleh, hotel, mall, tempat –tempat hiburan, dan lain-lain. Tempat-tempat usaha tersebut seringkali menimbulkan kemacetan yang merugikan masyarakat, yang secara tidak langsung memicu digunakannya trotoar sebagai lahan parkir atau perlintasan kendaraan bermotor.

3. Saran bagi Dinas Perhubungan Kota Bandung

Dinas Perhubungan Kota Bandung diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawatan dan pembangunan fasilitas pejalan kaki, terutama fasilitas penyeberangan seperti pemeliharaan zebra cross dan pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang, serta fasilitas yang meningkatkan aksesibilitas pejalan kaki seperti halte juga diharapkan dapat dibangun lebih banyak, karena jumlahnya yang sangat kurang di jalan-jalan Kota Bandung.


(43)

Mengenai masalah perparkiran, Dinas Perhubungan juga diharapkan dapat memecahkan masalah ini, semisal dengan membangun gedung-gedung parkir, sehingga badan jalan dapat digunakan denan optimal sebagai tempat perlintasan kendaraan bermotor.

4. Saran bagi Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung diharapkan dapat melakukan pemeliharaan dan perencanaan yang lebih baik terhadap pohon-pohon/ penghijauan di kota Bandung. Banyak trotoar yang rusak akibat pertumbuhan pohon peneduh. Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung dapat mengatasi ini dengan merencanakan dan berkoordinasi dengan dinas terkait tentang bidang tumbuh pepohonan di trotoar Kota Bandung, sehingga pertumbuhannya tidak akan merusak trotoar yang ada.

5. Saran bagi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam mengatasi pelanggaran terhadap hak pejalan kaki Kota Bandung, terutama yang datang dari Pedagang Kaki Lima. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandungdapat mengatasi kendala kurangnya personel dengan mengadakan perekrutan dan pembinaan sehingga jumlah personel yang ada dapat ditingkatkan sehingga kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung akan lebih optimal.

Koordinasi dengan dinas-dinas lain, pendekatan persuasif, serta pengawasan secara terus menerus dapat mengatasi permasalahan Pedagang Kaki Lima yang sulit diatasi.

6. Saran bagi Unit Lalu Lintas dan Dikyasa Polrestabes Bandung

Unit Lalu Lintas Polrestabes Kota Bandung diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya dalam mengatasi pelanggaran lalu lintas, lebih khusus lagi pelanggaran Lalu Lintas yang melanggar hak-hak pejalan kaki, seperti pengendara kendaraan bermotor yang mengemudukan kendaraan di trotoar atau menggunakan zebra cross sebagai tempat berhenti kendaraan. Unit Lalu Lintas Polrestabes Bandung juga meningkatkan kinerja terutama


(44)

pengaturan lalu lintas pada jam-jam sibuk, sehingga arus lalu lintas lebih lancar dan pelanggaran dapat ditekan.

Unit Dikyasa diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam merencanakan dan merekayasa arus jalan Kota Bandung lebih baik lagi, sehingga dapat memecahkan kemacetan yang dihadapi kota Bandung selama ini.

7. Saran bagi Pemerintah Kota Bandung

Pemerintah Kota Bandung diharapkan dapat membenahi Kota Bandung menjadi kota yang dapat dinikmati oleh warganya pada umumnya dan oleh pejalan kaki pada khususnya pemerintah perlu merencanakan untuk menyusun ulang tata Kota Bandung. Pemerintah Kota Bandung dapat melibatkan masyarakat Kota Bandung dalam perencanaan tata ruang Kota Bandung, sehingga sesuai dengan kehendak masyarakat. Perlu diadakan dialog yang melibatkan pemerintah Kota Bandung, warga, Pedagang Kaki Lima, pemilik usaha, pejalan kaki dan dinas-dinas terkait, untuk dapat membuat sebuah rumusan bersama yang dapat memperbaiki kondisi Bandung menjadi tempat yang nyaman bagi warganya, dan bagi pejalan kaki pada khususnya.

8. Saran bagi masyarakat Kota Bandung

Masyarakat Kota Bandung diharapkan dapat membina inisiatif untuk turut berperan aktif dalam menata kotanya menjadi kota yang nyaman. Inisiatif untuk turut serta membangun kota ini memerlukan pengetahuan mengenai hak dan kewajiban sebagai warga kota Bandung, sehingga diharapkan pula masyarakat Kota Bandung tidak apatis dan terus memperkaya diri dengan pengetahuan mengenai hak dan kewajibannya.

9. Saran bagi Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaran diperlukan dalam konteks Pendidikan Demorasi yang menekankan pada pengenalan dan pemahaman hak dan kewajiban warga negara. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam menata kotanya dapat menjadi Pendidikan Kewarganegaraan


(1)

Ester, 2013

Perlindungan Hukum Pejalan Kaki Pada Jalan-Jalan Protokol Dalam Kajian Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus Di Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Mengenai masalah perparkiran, Dinas Perhubungan juga diharapkan dapat memecahkan masalah ini, semisal dengan membangun gedung-gedung parkir, sehingga badan jalan dapat digunakan denan optimal sebagai tempat perlintasan kendaraan bermotor.

4. Saran bagi Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung diharapkan dapat melakukan pemeliharaan dan perencanaan yang lebih baik terhadap pohon-pohon/ penghijauan di kota Bandung. Banyak trotoar yang rusak akibat pertumbuhan pohon peneduh. Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung dapat mengatasi ini dengan merencanakan dan berkoordinasi dengan dinas terkait tentang bidang tumbuh pepohonan di trotoar Kota Bandung, sehingga pertumbuhannya tidak akan merusak trotoar yang ada.

5. Saran bagi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam mengatasi pelanggaran terhadap hak pejalan kaki Kota Bandung, terutama yang datang dari Pedagang Kaki Lima. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandungdapat mengatasi kendala kurangnya personel dengan mengadakan perekrutan dan pembinaan sehingga jumlah personel yang ada dapat ditingkatkan sehingga kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung akan lebih optimal.

Koordinasi dengan dinas-dinas lain, pendekatan persuasif, serta pengawasan secara terus menerus dapat mengatasi permasalahan Pedagang Kaki Lima yang sulit diatasi.

6. Saran bagi Unit Lalu Lintas dan Dikyasa Polrestabes Bandung

Unit Lalu Lintas Polrestabes Kota Bandung diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya dalam mengatasi pelanggaran lalu lintas, lebih khusus lagi pelanggaran Lalu Lintas yang melanggar hak-hak pejalan kaki, seperti pengendara kendaraan bermotor yang mengemudukan kendaraan di trotoar atau menggunakan zebra cross sebagai tempat berhenti kendaraan. Unit Lalu Lintas Polrestabes Bandung juga meningkatkan kinerja terutama


(2)

Ester, 2013

Perlindungan Hukum Pejalan Kaki Pada Jalan-Jalan Protokol Dalam Kajian Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus Di Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pengaturan lalu lintas pada jam-jam sibuk, sehingga arus lalu lintas lebih lancar dan pelanggaran dapat ditekan.

Unit Dikyasa diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam merencanakan dan merekayasa arus jalan Kota Bandung lebih baik lagi, sehingga dapat memecahkan kemacetan yang dihadapi kota Bandung selama ini.

7. Saran bagi Pemerintah Kota Bandung

Pemerintah Kota Bandung diharapkan dapat membenahi Kota Bandung menjadi kota yang dapat dinikmati oleh warganya pada umumnya dan oleh pejalan kaki pada khususnya pemerintah perlu merencanakan untuk menyusun ulang tata Kota Bandung. Pemerintah Kota Bandung dapat melibatkan masyarakat Kota Bandung dalam perencanaan tata ruang Kota Bandung, sehingga sesuai dengan kehendak masyarakat. Perlu diadakan dialog yang melibatkan pemerintah Kota Bandung, warga, Pedagang Kaki Lima, pemilik usaha, pejalan kaki dan dinas-dinas terkait, untuk dapat membuat sebuah rumusan bersama yang dapat memperbaiki kondisi Bandung menjadi tempat yang nyaman bagi warganya, dan bagi pejalan kaki pada khususnya.

8. Saran bagi masyarakat Kota Bandung

Masyarakat Kota Bandung diharapkan dapat membina inisiatif untuk turut berperan aktif dalam menata kotanya menjadi kota yang nyaman. Inisiatif untuk turut serta membangun kota ini memerlukan pengetahuan mengenai hak dan kewajiban sebagai warga kota Bandung, sehingga diharapkan pula masyarakat Kota Bandung tidak apatis dan terus memperkaya diri dengan pengetahuan mengenai hak dan kewajibannya.

9. Saran bagi Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaran diperlukan dalam konteks Pendidikan Demorasi yang menekankan pada pengenalan dan pemahaman hak dan kewajiban warga negara. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam menata kotanya dapat menjadi Pendidikan Kewarganegaraan


(3)

Ester, 2013

Perlindungan Hukum Pejalan Kaki Pada Jalan-Jalan Protokol Dalam Kajian Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus Di Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

yang baik dan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Implementasi pendidikan demokrasi ini juga dapat dibina melalui pendidikan berbasis komunitas untuk dapat mentransformasi warga negara Indonesia dan warga Kota Bandung pada umumnya dan pejalan kaki pada khususnya.


(4)

Ester, 2013

Perlindungan Hukum Pejalan Kaki Pada Jalan-Jalan Protokol Dalam Kajian Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus Di Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

LITERATUR

Bogdan. R. C. dan Biklen. S.K.(1990). Qualitative Research For Education: An

Introduction to Theory And Methods. Penerjemah Munandir.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Cogan, J.J. (1999); Developing the Civic Society: The Role of Civic Education; Bandung: CICED

Darmawansyah, Dimas (2011). Permasalahan Manajemen Lalu Lintas Dan

Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Kota Bandung; Surabaya

Desyllas, J. et.al (2000) Planning For Movement: measuring and modeling

pedestrian flows in cities, Cutting Edge, London, Royal Institute of Chartered Surveyors. Dewar, Robert (1999) Road Users

Dewey, John (2001).Democracy and Education . A Penn State Electronic Classics Series Publication, The Pennsylvania State University

Koesnoe, Moh (1994). Hak-hak Persekutuan Hukum Adat Dalam Sistem Hukum

Indonesia AntaraHarapan dan Kenyataan. Pekanbaru: Universitas Islam Riau

Press.

Lincoln. Y.S. dan Guba, E.G. (1985).Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publications.

Miles, M. B and A.M Huberman (1992), Qualitative Data Anaylisis, A

Sourcebook of New Methods. SAGE. Beverly Hills

Moloeng, lexy J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya

Moleong,Lexy J. (2006).Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, Prof. Dr. S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Patton, M. Q. (1990), Qualitative Evaluation and Research Methods.(2nd Ed). London: Sage Publication Lid.

Soekanto, Soerjono dan Mustafa Abdullah (1982).Sosiologi Hukum Dalam

Masyarakat . Jakarta: Rajawali.

Soekanto, Soerjono (1982).Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat; Bandung: Alumni.

JURNAL

Budiharjo, Eko (2000). Sejarah Penataan Ruang Indonesia , Tata Ruang

Perkotaan dengan Pendekatan Aspek Masyarakat , Bab VI Penataan Ruang

dan Pembangunan Perkotaan, Hal VI.1.-1 s/d VI-1.9

(http://www.penataanruang.net/taru/sejarah/BAB%206.1%20footer.pdf) Erwingsih, Winahyu (1995). “Masalah-Masalah Tenaga Kerja di Sektor Informal

dan Perlindungan Hukumnya.”. Jurnal Hukum Vol. 1 Nomor 3. PSH UII. Yogyakarta


(5)

Ester, 2013

Perlindungan Hukum Pejalan Kaki Pada Jalan-Jalan Protokol Dalam Kajian Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus Di Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Nasution,M. Husni Thamrin; Analisa Pengembangan Ruang Publik (Public

Spaces) Dalam Upaya Menciptakan Masyarakat Madani (Civil Society) Di

Kota Medan;JurnalAnalisis Administrasi Dan Kebijakan

(http://repository.usu.ac.id/handle/

123456789/18011; ISSN: 1412-7377; Vol. 3 No. 2 Mei-Agustus 2006) Prior, Warren (2006), Ethos : Volume 14, Number 4, Australia

Rico, Handiman. Kebijakan Nasional Dalam Perencanaan Tata Ruang. Artikel Bakosurtanal, 08 Desember 2006

Suharto,Edi; “Penerapan Kebijakan Pelayanan Publikbagi Masyarakat Dengan

Kebutuhan Khusus Pengalaman Kementrian Sosial” Disampaikan Pada

Focused Group Discussion (Fgd) “Kajian Penerapan Pelayanan Khusus

(Service For Customers With Special Needs) Pada Sektor Pelayanan Publik,

Lembaga Administrasi Negara, Sahira Butik Hotel, Bogor 9 – 10 Oktober 2008

Toto Suharto, Muhammad Isnaini; Community-Based Education Dalam PerspektifPendidikan Kritis; sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/ pendidikankritis.pdf

ARSIP/DOKUMEN

Kementrian Perhubungan, Dirjen Perhubungan Darat (1996), Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum.

Direktorat Jendral Bina Marga (1990) Petunjuk Perencanaan Trotoar No.

007A7BNKT/1990, Jakarta.

Driver and Pedestrian Characteristic, Traffic Engineering Handbook, Institute of

Transportation Engineering, Prentice Hall, New Jersey.

Gehl, Jan (1987), Quantifying Pedestrian Friendliness-Guidelines for Assessing

Pedestrian Levelof Service (Road & Transport Research), Australia.

Pushkarev, Boris, Life Between Buildings Planning and Design Guidelines, New

Jersey. Portland Pedestrian Design Guide (1998), The City of Portland.

Zahnd, Markus (1999), Washington State Department of Transportation

(1997)Pedestrian Facilities Guidebook.Washington

TESIS

Marangkup Pr, Hubert and Eka Ulin S, M. Identifikasi Pola Pengembangan

Daerah Pinggiran Dan Pola Jaringan Jalan Kota Semarang. Undergraduate

thesis, 2006 . Fakultas Teknik Undip

Setiyono, Agus Budi (2008); Pembentukan Peraturan Hukum Daerah Yang

Demokratis Oleh Pemerintah Daerah; Universitas Diponegoro, Semarang,

Tesis

Suryani, Raden Lisa (2006); Pola Pergerakan Pejalan Kaki di Kota Medan, Universitas Sumatra Utara, Medan, Tesis


(6)

Ester, 2013

Perlindungan Hukum Pejalan Kaki Pada Jalan-Jalan Protokol Dalam Kajian Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus Di Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan

SITUS INTERNET

http://btlljpusjatan.comindex.phpoption=com_k2&view=item&id=34penyediaanp rasaranapejalankakisuatuupayaperwujudantransportasiperkotaanyangrama hlingkungan-

dan berkelanjutan.html http://citizenmagz.com/?p=3555

http://dbonny.blogspot.com/2011/01/penertiban-pkl-yang-tak-kunjung-usai.html http://goyangkarawang.com/2010/02/triangulasi-dan-keabsahan-data-dalam-

penelitian/

http://kupalima.wordpress.com/2008/02/21/hello-world/

http://library-teguh.blogspot.com/2009/12/metode-triangulasi-penculikan- sampel.html

http://ranahdamaiku.blogspot.com/2011/01/pendidikan-kewarganegaraan- masyarakat.html

http://www.inilahjabar.comreaddetail1774824dprd-sesalkan-trotoar-di-Bandung-disalahgunakan.htm