ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PRODUKSI TAHU.

(1)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PRODUKSI TAHU

(Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

TEGUH NUGRAHA 0806744

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PRODUKSI TAHU

(Studi Kasus pada Produsen Tahu Di Kabupaten Cirebon Bagian Timur)

Oleh Teguh Nugraha

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Teguh Nugraha 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PRODUKSI TAHU

(Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Skripsi ini telah di setujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS. NIP. 19611022 198603 1 002

Pembimbing II

Siti Parhah, S.Pd. M.SE. NIP. 19800907 200912 2 003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

Dr. Ikaputera Waspada, M.M. NIP. 19610420 198703 1 002


(4)

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Efficiency Analysis of usage of Production factors in the Tofu Production (Case study on the tofu manufacturers in the East of Cirebon District)

ABSTRACT

This research was distributed by inefficiency the usage of production factors on the tofu industry in the East of Cirebon District. As for this research intended to find out the level of efficiency from the tofu entrepreneurs in the East of Cirebon District during the usage of production factors.

The object of this research is tofu industries in the eastern of Cirebon district with a total of 73 companies. The method used is survey eksplanotory method which takes a sample of a population and use the questionnaire as a data collection. The sample type used is satuared sampling technique that is used as samples in all populations or often called a census. Data collection techniques used in this research is the question form, interview and observation. Data analysis is the analysis of the production efficiency of technical efficiency, price efficiency and economic efficiency with a Cobb-Douglas function approach.

The results showed that based on the efficiency analysis of the technical and economic efficiency, the usage of production factors has not been efficient and based on the analysis of the price efficiency, the usage of factors of production are not efficient. The Return to Scale of the usage of production inputs in the tofu industry in the East of Cirebon District remain on increasing return to scale, meaning that the proportion of additional factors of production will produce an additional production that its proportions are larger then the company needs to do in order to become input gain efficiency, so the company will be able to keep producing more efficient conditions.


(5)

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Produksi Tahu (Studi Kasus Pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon Bagian Timur)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tidak efisiensinya penggunaan faktor-faktor produksi pada industri tahu di kabuapeten Cirebon bagian Timur. Adapun penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat efisiensi para pengusaha tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur dalam menggunakan faktor-faktor produksi.

Objek penelitian ini adalah industri tahu yang berada di Kabupaten Cirebon bagian Timur dengan jumlah 73 perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode survey eksplanotory yaitu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Jenis Sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel atau sering juga disebut istilah sensus. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah angket, wawancara dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis efisiensi produksi yang terdiri dari efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi dengan pendekatan fungsi Cobb-Douglas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi, penggunaan faktor-faktor produksi belum efisien sedangkan berdasarkan analisis efisiensi harga, penggunaan faktor produksi tidak efisien. Skala hasil dari penggunaan input produksi pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur berada pada kondisi increasing return to scale, artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar maka perusahaan perlu melakukan penambahan input agar menjadi efisiensi, dengan begitu perusahaan akan mampu tetap memproduksi pada kondisi yang lebih efisien.


(6)

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not def KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not def DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not def

1.1. Latar Belakang ... Error! Bookmark not d 1.2. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not d 1.3. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not d 1.4. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not d

BAB II TINJAUAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESISError! Bookmark no

2.1. TINJAUAN TEORI ... Error! Bookmark not d 2.1.1. Pengertian dan Fungsi Produksi ... Error! Bookmark not d 2.1.1.1. Pengertian Produksi ... Error! Bookmark not d 2.1.1.2. Pengertian Fungsi Produksi ... Error! Bookmark not d 2.1.2. Fungsi Produksi dengan Satu input Variabel ... Error! Bookmark not d 2.1.2.1. Produk Total, Rata-Rata, dan Marginal ... Error! Bookmark not d 2.1.2.2. The Law of Diminishing Return dan Tahapan Produksi .... Error! Bookmark not d 2.1.3. Fungsi Produksi dengan Dua Input Variabel ... Error! Bookmark not d

2.1.3.1. Isoquant ... Error! Bookmark not d 2.1.3.2. Isocost ... Error! Bookmark not d

2.1.4. Fungsi Produksi Cobb-Douglass ... Error! Bookmark not d 2.1.4.1. Fungsi Produksi Cobb-Douglass Jangka Pendek... Error! Bookmark not d 2.1.4.2. Fungsi Produksi Cobb-Douglass Jangka Panjang ... Error! Bookmark not d 2.1.5. Elastisitas Produksi ... Error! Bookmark not d 2.1.6. Efisiensi Produksi ... Error! Bookmark not d


(7)

2.1.6.1. Efisiensi Teknik ... Error! Bookmark not d 2.1.6.2. Efisiensi Harga ... Error! Bookmark not d 2.1.6.3. Efisiensi Ekonomi ... Error! Bookmark not d 2.1.7. Skala Hasil ... Error! Bookmark not d 2.1.8. Modal ... Error! Bookmark not d 2.1.8.1. Definisi Modal ... Error! Bookmark not d 2.1.8.2. Jenis-jenis Modal ... Error! Bookmark not d 2.1.8.3. Sumber-sumber Modal ... Error! Bookmark not d 2.1.8.4. Hubungan antara Modal dengan Produksi ... Error! Bookmark not d 2.1.9. Tenaga Kerja ... Error! Bookmark not d 2.1.9.1. Hubungan antara Tenaga Kerja dengan Produksi... Error! Bookmark not d 2.1.10. Penelitian Sebelumnya ... Error! Bookmark not d 2.2. KERANGKA PEMIKIRAN ... Error! Bookmark not d 2.3. HIPOTESIS ... Error! Bookmark not d

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not def

3.1. Objek Penelitian ... Error! Bookmark not d 3.2. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not d 3.3. Operasional Variabel ... Error! Bookmark not d 3.4. Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not d 3.4.1. Populasi ... Error! Bookmark not d 3.4.2. Sampel ... Error! Bookmark not d 3.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not d 3.6. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not d 3.6.1. Model Fungsi Cobb-Douglas ... Error! Bookmark not d 3.6.2. Menghitung Efisiensi Produksi ... Error! Bookmark not d 3.6.2.1. Efisiensi Teknis ... Error! Bookmark not d 3.6.2.2. Efisiensi Harga ... Error! Bookmark not d 3.6.2.3. Efisiensi Ekonomi ... Error! Bookmark not d 3.6.3. Menghitung Skala Hasil... Error! Bookmark not d 3.7. Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not d


(8)

vi

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.7.1. Uji Multikolinearitas... Error! Bookmark not d 3.7.1.1. Cara Mendeteksi Multikolinearitas ... Error! Bookmark not d 3.7.1.2. Cara Penyembuhan Multikolinearitas ... Error! Bookmark not d 3.7.2. Uji Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not d 3.7.2.1. Cara Mendeteksi Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not d 3.7.2.2. Cara Penyembuhan Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not d 3.7.3. Uji Autokorelasi ... Error! Bookmark not d 3.7.3.1. Cara Mendeteksi Autokorelasi ... Error! Bookmark not d 3.7.3.2. Cara Penyembuhan Autokorelasi ... Error! Bookmark not d

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not def

4.1. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not d 4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian ... Error! Bookmark not d 4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... Error! Bookmark not d 4.1.3. Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... Error! Bookmark not d 4.1.4. Deskripsi Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not d 4.1.4.1. Produksi ... Error! Bookmark not d 4.1.4.2. Kedelai ... Error! Bookmark not d 4.1.4.3. Tenaga Kerja ... Error! Bookmark not d 4.1.4.4. Solar ... Error! Bookmark not d 4.1.4.5. Bahan Bakar ... Error! Bookmark not d 4.1.5. Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not d 4.1.5.1. Uji Multikolinearitas... Error! Bookmark not d 4.1.5.2. Uji Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not d 4.1.5.3. Uji Autokorelasi ... Error! Bookmark not d 4.1.6. Analisis Data ... Error! Bookmark not d 4.1.6.1. Model Fungsi Cobb-Douglas ... Error! Bookmark not d 4.1.6.2. Analisis Efisiensi Produksi ... Error! Bookmark not d 4.1.6.2.1. Efisiensi Teknis ... Error! Bookmark not d 4.1.6.2.2. Efisiensi Harga ... Error! Bookmark not d 4.1.6.2.3. Efisiensi Ekonomi ... Error! Bookmark not d


(9)

4.1.6.3. Skala Hasil (Return to Scale) ... Error! Bookmark not d 4.2. Pembahasan ... Error! Bookmark not d 4.2.1. Hipotesis pertama ... Error! Bookmark not d 4.2.2. Hipotesis Kedua ... Error! Bookmark not d 4.3. Implikasi Pendidikan ... Error! Bookmark not d

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not def

5.1. Kesimpulan ... Error! Bookmark not d 5.2. Saran ... Error! Bookmark not d

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not def LAMPIRAN ... Error! Bookmark not def RIWAYAT HIDUP ... Error! Bookmark not def


(10)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penggolongan Industri... Error! Bookmark not d Tabel 1.2 Pembagian Wilayah pada Industri Tahu ... Error! Bookmark not d Tabel 1.3 Produksi industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur ... Error! Bookmark not d Tabel 1.4 Perubahan Output, Perubahan Biaya dan Koefisien Elastisitas .... Error! Bookmark not d Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ... Error! Bookmark not d Tabel 3.1 Operasional Variabel ... Error! Bookmark not d Tabel 4.1 Responden Pengusaha Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur

berdasarkan Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not d Tabel 4.2 Responden Pengusaha Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur

berdasarkan Pendidikan... Error! Bookmark not d Tabel 4.3 Data Produksi Tahu per Tiap Kali Produksi di Kabupaten Cirebon

bagian Timur ... Error! Bookmark not d Tabel 4.4 Kualitas Kedelai yang Digunakan pada Industri Tahu di Kabupaten

Cirebon bagian Timur ... Error! Bookmark not d Tabel 4.5 Data Penggunaan Kedelai pada Produksi Tahu di Kabupaten Cirebon

bagian Timur per Tiap kali Produksi... Error! Bookmark not d Tabel 4.6 Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan pada Produksi Tahu di

Kabupaten Cirebon bagian Timur per Tiap Kali Produksi ... Error! Bookmark not d Tabel 4.7 Penggunaan Solar pada Produksi Tahu di Kabupaten Cirebon bagian

Timur per Tiap kali Produksi ... Error! Bookmark not d Tabel 4.8 Jenis Bahan Bakar yang digunakan pada Produksi Tahu di Kabupaten

Cirebon bagian Timur per Tiap Kali Produksi ... Error! Bookmark not d Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas ... Error! Bookmark not d Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Metode

Breusch-Pagan-Godfrey... Error! Bookmark not d Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi Menggunakan Breusch-Gogfrey ... Error! Bookmark not d Tabel 4.12 Hasil Regresi Industri Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Error! Bookmark not d


(11)

Tabel 4.13 Hasil Regresi Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

pada Industri Tahu di Kabupaten Cirebon Bagian Timur ... Error! Bookmark not d Tabel 4.14 Efisiensi Teknis Penggunaan Input pada Industri Tahu di Kabupaten

Cirebon bagian Timur ... Error! Bookmark not d Tabel 4.15 Efisiensi Harga pada Industri Tahu di Kabupaten Cirebon bagian

Timur ... Error! Bookmark not d Tabel 4.16 Efisiensi Ekonomi pada Industri Tahu di Kabupaten Cirebon bagian


(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva produksi total, produksi rata-rata dan produksi marjinal

(Sukirno, 2005: 198) ... Error! Bookmark not d Gambar 2.2 Kurva Isoquant (Ahman dan Rohmana, 2009:144) ... Error! Bookmark not d Gambar 2.3 Kurva Isocost (Ahman dan Rohmana, 2009: 146) ... Error! Bookmark not d


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor industri merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau bahkan barang jadi (manufacturing). Kegiatan pengolahan ini sendiri dapat bersifat manual maupun menggunakan mesin.

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia untuk memperbaiki keadaan ekonomi pada saat ini. Hal ini dikarenakan industri dan perdagangan merupakan tolak ukur bagi kemajuan suatu negara, apakah negara tersebut maju, berkembang atau miskin.

Di Indonesia sendiri banyak sekali wilayah yang merupakan kawasan industri, salah satunya yaitu Cirebon. Cirebon termasuk kedalam kawasan industri, hal ini dikarenakan banyaknya unit usaha yang ada di sana. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2006 saja total industri di Cirebon mencapai 848 unit usaha. Sedangkan untuk tahun 2007 jumlahnya mengalami peningkatan sebanyak 84 unit usaha sehingga totalnya menjadi 932 unit usaha. Naiknya jumlah unit usaha yang ada di Cirebon dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang menyangkut insentif dalam bentuk subsidi seperti kredit usaha.

Pada hakikatnya, tidak selamanya jumlah industri di Cirebon mengalami kenaikan. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah industi pada tahun 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 282 unit dan 123 unit. Salah satu faktor yang


(14)

2

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyebabkan menurunnya jumlah industri di Cirebon adalah kurangnya ketersediaan bahan baku yang sebagian dialami oleh industri kecil. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah industri di Cirebon kembali mengalami kenaikan sebesar 338 unit atau sekitar 39% dari tahun sebelumnya.

Dari total industri diatas, pembagiannya terdiri dari industri besar, industri sedang dan industri kecil. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Penggolongan Industri

Tahun Penggolongan Industri

Besar Sedang Kecil

2006 2007 2008 2009 2010 40 42 29 11 63 104 143 42 83 104 704 757 579 438 698

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon tahun 2009 dan 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa sebagian besar industri di Kabupaten Cirebon adalah industri kecil. Industri kecil disini termasuk juga industri dengan skala mikro dan rumah tangga, yang mana industri tahu termasuk kedalamnya.

Industri tahu merupakan industri yang tergolong ke dalam industri berskala mikro maupun rumah tangga. Hal ini dikarenakan jumlah modal dan tenaga tergolong sedikit, namun terkadang pemilik usaha juga bertindak sebagai pekerja. Ini dilakukan dengan alasan efisiensi yang mana tujuannya adalah mendapatkan keuntungan maksimal.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kabupaten Cirebon, jumlah industri tahu di Kabupaten Cirebon mencapai 192 unit usaha yang dapat dilihat pada tabel 1.2.


(15)

3

Tabel 1.2

Pembagian Wilayah pada Industri Tahu

Kabupaten Cirebon Jumlah Usaha Tahu (Unit Usaha) Bagian Timur

Bagian Tengah

73 119

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon tahun 2011

Pada penelitian kali ini, yang menjadi sorotan utama adalah industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur. Alasan mengapa Kabupaten Cirebon bagian timur menjadi objek penelitian adalah sebagian besar aktifitas masyarakat di Kabupaten Cirebon bagian timur adalah berniaga dan berwirausaha. Mereka cenderung membuat sebuah bentuk kegiatan usaha yang mana salah satunya yaitu usaha tahu namun skala usahanya tergolong skala kecil. Usaha tahu ini tergolong banyak jumlahnya dan mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian sekitar terutama dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang ikut andil dalam kegiatan usaha tahu.

Industri tahu tergolong kedalam usaha kecil ini dikarenakan tidak hanya dari modal dan jumlah tenaga kerja saja yang kecil akan tetapi laba atau keuntungan yang diperoleh dari industri ini cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pengusahanya, dan biasanya industri seperti ini rentan terhadap masalah efisiensi yang timbul akibat kurangnya memaksimalkan input untuk menghasilkan produk. Tidak efisiensinya pada industri tahu akan berpengaruh pada kelangsungan hidup industri tahu tersebut. Industri tahu di Kabupaten Cirebon tergolong industri yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.


(16)

4

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk mengetahui efisien atau tidaknya industri tahu yang ada di Kabupaten Cirebon bagian timur, maka sebelumnya perlu diketahui hasil produksi terlebih dahulu. Di bawah ini merupakan data produksi tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur dengan mengunakan metode sampling sebanyak 35 perusahaan dari tiap-tiap kecamatan periode Mei – Juni 2012 yang dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.3

Produksi industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur

No Responden Mei (Cetakan) Juni (Cetakan) Perubahan (%)

1 1500 1550 3,33

2 783 837 6,90

3 2232 2160 -3,23

4 10800 11160 3,33

5 2160 2240 3,70

6 3360 3480 3,57

7 928 896 -3,45

8 1395 1440 3,23

9 2784 2880 3,45

10 1728 1664 -3,70

11 432 448 3,70

12 864 832 -3,70

13 1560 1508 -3,33

14 980 945 -3,57

15 1740 1800 3,45

16 875 910 4,00

17 1200 1240 3,33

18 2030 2100 3,45

19 216 224 3,70

20 810 837 3,33

21 155 150 -3,23

22 290 300 3,45

23 1323 1372 3,70

24 2900 2800 -3,45

25 2520 2430 -3,57

26 2100 2030 -3,33

27 1305 1350 3,45

28 1595 1485 -6,90

29 1085 980 -9,68


(17)

5

31 1200 1120 -6,67

32 504 522 3,57

33 290 280 -3,45

34 336 324 -3,57

35 540 522 -3,33

Rata-rata -0,234

Sumber : Lampiran B

Dari data diatas dapat diketahui bahwa rata-rata produksi tahu pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur periode mei sampai juni 2012 mengalami penurunan sebesar 0,234. Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kabupaten Cirebon mengungkapkan bahwa menurunnya produksi pada industri tahu disebabkan oleh langkanya bahan baku yang berupa kedela. Kondisi ini disebabkan oleh bahan baku kedelai yang ada di Cirebon hampir seratus persen merupakan hasil impor dan pada saat itu pasokan kedelai dari negara produsen mengalami penurunan.

Namun masalah yang sebenarnya dihadapi para produsen tahu di Kabupaten Cirebon tepatnya bagian timur adalah masalah efisiensi. Para produsen tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur kurang jeli dalam melakukan penekanan biaya yang dilakukan dalam kegiatan produksi, sehingga hasilnya banyak sekali input yang terbuang secara percuma.

Berdasarkan penelitian awal ditemukan permasalahan antara besarnya perkembangan nilai output dengan biaya input. Apabila dibandingkan antara nilai output dengan biaya input maka kesimpulannya tidak seimbang. Dengan kata lain persentase perkembangan biaya input lebih besar dibandingkan dengan persentase nilai output yang dicapai. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1.4 di bawah ini.


(18)

6

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 1.4

Perubahan Output, Perubahan Biaya dan Koefisien Elastisitas

Perubahan Output

(%∆Q) Perubahan Biaya (%∆TC) Koefisien Elastisitas

-0,234 5,806 -0,0403

Elastisitas E<1 = Belum Efisien

Sumber : Lampiran B

Dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata perubahan produksi lebih kecil yaitu sebesar -0,234 dibandingkan dengan rata-rata perubahan biaya 5,806 sehingga nilai koefisensinya -0,0403, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai elastisitas sebagian besar produsen tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur kurang dari satu (< 1), hal ini menandakan belum efisiennya kegiatan industri tersebut. Secara keseluruhan industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur belum mencapai efisien, dikarenakan tingkat elastisitas industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur hanya mencapai rata-rata -0,0403. Belum efisiennya industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur dikarenakan kondisi biaya rata-rata yang meningkat sebagai akibat kenaikan produksi sehingga hasilnya return to scale mengalami penurunan. Serta ketika biaya rata-rata meningkat maka economies of

scale menjadi negatif (dercreasing return to scale).

Jika masalah ini dibiarkan maka akan merugikan para produsen karena dalam jangka panjang para produsen tidak akan mengalami keuntungan atau bahkan para produsen akan mengalami gulung tikar.

Berkaitan dengan harga bahan baku, semakin hari harga bahan baku semakin meningkat walaupun tidak secara drastis. Berdasarkan data yang tercatat di DISPERINDAG Jawa Barat, pada tahun 2011 harga kacang kedelai impor rata-rata Rp 8.300 per kg, sedangkan pada tahun 2012 terjadi kenaikan rata-rata-rata-rata


(19)

7

sebesar Rp 200 per kg sehingga menjadi Rp 8.500 per kg. Otomatis dengan naiknya harga bahan baku maka akan meningkatkan biaya produksi.

Menurut Papas dalam Mardiyani (2011) mengatakan bahwa “kenaikan harga bahan baku akan menaikan biaya produksi sedangkan menurunnya harga

bahan baku akan meningkatkan profitabilitas”. Namun yang menjadi masalah

adalah ketika harga bahan baku naik produsen tidak mampu menaikkan harga jual. Kondisi ini akan mengakibatkan para produsen tahu gulung tikar.

Berkaitan dengan tenaga kerja, Karl E Case & Ray C Fair dalam Mardiyani

(2011) mangatakan bahwa “...serikat-serikat buruh dapat menuntut upah yang lebih tinggi dan tunjangan yang lebih banyak, mogok, memaksa perusahaan untuk mengeluarkan biaya-biaya hukum dan melakukan tindakan-tindakan lain yang akan menaikan biaya produksi (itu tidak berarti bahwa serikat buruh itu buruk, melainkan bahwa kegiatan mereka seringkali menaikan biaya)”.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa perlu untuk meneliti permasalahan di atas. Dalam hal ini judul yang akan penulis angkat adalah:

“ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

PADA INDUSTRI TAHU (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten

Cirebon bagian Timur)”. 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka lingkup permasalahan dalam penelitian kali ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur sudah mencapai efisiensi optimum?


(20)

8

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Apakah skala produksi pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur berada pada tahap decreasing return to scale, constant return to scale atau

increasing return to scale? 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi tingkat efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur.

2. Untuk mengetahui skala hasil produksi pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis sebagai sumbangsih dalam memperkaya khasanah ilmu ekonomi terutama ekonomi mikro.

2. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk selanjutnya menjadi bahan referensi dan pertimbangan bagi para produsen tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur dalam pengambilan keputusan guna menentukan kebijakan bagi keberhasilan usaha.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Penelitian ini mengungkapkan tentang efisiensi penggunaan faktor produksi seperti modal dan tenaga pada industri tahu di Kabupaten Cirebon tepatnya wilayah bagian timur. Dengan demikian yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah efisiensi produksi.

3.2. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus menentukan metode yang akan digunakan dalam penelitiannya. Hal ini dikarenakan metode sangat diperlukan dalam menentukan keberhasilan penelitian untuk mencapai tujuan. Pendapat ini diperkuat oleh Surakhmad dalam Sri (2005 : 64) yang mengatakan bahwa :

Metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama tersebut dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang dirumuskan, maka metode yang digunakan adalah metode survey ekplanatory. Seperti yang diungkapkan oleh Singarimbun dalam Mardiyani (2011) mengatakan bahwa :


(22)

52

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Metode survey eksplanotory yaitu suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.

3.3. Operasional Variabel

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data Efisiensi Produksi

(Y) Definisi:

Ukuran yang

menunjukan

bagamana baiknya sumber-sumber daya ekonomi digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Tingkat Efisiensi Produksi

Tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam proses produksi yang ditunjukan oleh rasio antar perubahan output dengan perubahan biaya input. Maka dengan begitu kita bisa mengetahui tingkat efisiensi dari return to

scale nya. Return to scale

mencerminkan

keresponsifan produk total jika semua input ditingkatkan secara proporsional. Terdapat tiga kondisi return to

scale diantaranya yaitu decreasing return to scale, constant return to scale, dan increasing return to scale.

Data diperoleh dari responden yaitu para pengusaha tahu di Kabupaten Cirebon

bagian timur

mengenai jumlah produksi serta total

biaya yang

dikeluarkan untuk kegiatan produksi.

Kedelai (X1) Definisi:

Bahan utama yang dibutuhkan dalam setiap proses produksi tahu.

Kedelai Berupa penggunaan kedelai dalam kegiatan produksi (Kg), jenis kedelai yang digunakan serta harga kedelai per kilogram (Rupiah)

Data diperoleh dari responden yaitu para pengusaha tahu di Kabupaten Cirebon

bagian timur

mengenai jumlah

kedelai yang

digunakan beserta nilainya dalam setiap kegiatan produksi. Tenaga Kerja (X2)

Definisi:

Tenaga Kerja

Input tenaga kerja yang berupa jumlah tenaga kerja yang digunakan dan

Data diperoleh dari responden yaitu para pengusaha tahu di


(23)

53

setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

upah dalam kegitan produksi industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur.

Kabupaten Cirebon

bagian timur

mengenai jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi.

Solar (X3) Definisi:

Bahan bakar yang digunakan untuk menggerakan mesin giling kedelai dalam proses produksi tahu.

Solar Berupa penggunaan solar dalam kegiatan produksi (liter) serta harga solar per liter (Rupiah).

Data diperoleh dari responden yaitu para pengusaha tahu di Kabupaten Cirebon

bagian timur

mengenai jumlah

solar yang

digunakan beserta nilainya dalam setiap proses produksi Bahan Bakar

Definisi:

suatu materi yang mampu diubah menjadi energi.

Dummy Energi

Energi yang digunakan dalam proses produksi pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur, diantaranya adalah: -gas -batu bara -minyak solar -kayu bakar -serbuk kayu

Data diperoleh dari responden yaitu para pengusaha tahu di Kabupaten Cirebon

bagian timur

mengenai bahan

bakar yang

digunakan dalam proses produksi

3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi

Menurut Arikunto (2010 : 173) menyatakan bahwa “populasi adalah seluruh

subjek penelitian”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

produsen tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur dengan jumlah 73 unit usaha. Penentuan daerah penelitian tersebut dilakukan dengan sengaja (purposive)


(24)

54

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Cirebon bagian Timur terkenal dengan industri tahunya.

3.4.2. Sampel

Dalam penelitian ini, jenis pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Menurut Riduwan (2010: 64) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua sampel digunakan sebagai sampel dan dikenal dengan istilah sensus. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh dari populasi atau sebanyak 73 perusahaan tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur.

3.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Menurut Riduwan (2010 : 97) yang dimaksud dengan metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan lain-lain. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah :

1. Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.

2. Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasil langsung dari sumbernya.


(25)

55

3. Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

3.6. Teknik Analisis Data

3.6.1. Model Fungsi Cobb-Douglas

Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah Ordinary Least

Square (OLS), sedangkan teknik yang digunakan adalah regresi linear berganda

melalui fungsi Cobb-Douglass yang di transformasikan ke dalam bentuk logaritma, yaitu:

lnYi= lnβ1+ β2lnKi+ β3lnLi + ui

= β0+ β2lnKi+ β3lnLi+ui dimana β0= lnβ1

Adapun karakteristik dari fungsi produksi Cobb-Douglass tersebut adalah sebagai berikut:

a. β2 adalah elastisitas output (parsial) terhadap input tenaga kerja yang

mengukur perubahan persentase dari output dengan menganggap input modal konstan.

b. Demikian juga, β3 adalah elastisitas output (parsial) terhadap input modal,

dengan menganggap input tenaga kerja konstan.

c. Penjumlahan (β2+β3) menggambarkan return to scale, yaitu respon output


(26)

56

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3.6.2. Menghitung Efisiensi Produksi 3.6.2.1. Efisiensi Teknis

Secara matematis, efisiensi teknis dapat diketahui melalui elastisitas produksinya.

atau

(Mubyarto, 1989: 80) Dikarenakan ∆Y/∆X adalah Marjinal Physical Product (MPP) dan Y/X adalah Average Physical Product (APP).

Efisien teknis akan tercapai pada Ep = 1 yaitu:

atau MPP = APP

(Mubyarto, 1989 : 80) Efisiensi teknis selain dapat diketahui dari tingkat elastisitas produksi juga merupakan koefisien regresi dari fungsi Cobb-Douglas. Efisiensi teknis tercapai pada saat koefisien regresi = 1 atau pada saat produksi rata-rata tertinggi (Ep / Σ bi = 1 ). Menurut Soekartawi (1989: 40) untuk mengetahui efisiensi teknis faktor


(27)

57

a. Σ bi=1, berarti keadaan usaha pada kondisi ”Constant Returns to Scale”. Dalam keadaan demikian penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

b. Σ bi<1, berarti keadaan usaha pada kondisi ”Decreasing Returns to Scale”. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

c. Σ bi>1, berarti keadaan usaha pada kondisi ”Increasing Returns to Scale”. Ini artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

Efisiensi secara teknis terjadi apabila Ep = b = 1.

3.6.2.2. Efisiensi Harga

Untuk menghitung efisiensi harga, dapat dianalisis dengan memenuhi syarat kecukupan sebagai berikut :

(Mubyarto, 1989: 76) di mana :

MP = Marginal Product masing- masing faktor produksi P = Harga masing – masing faktor produksi

X1 = modal

X2 = tenaga kerja


(28)

58

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Secara matematis ditulis dengan persamaan sebagai berikut : Efisiensi Harga =

Produk Marginal =

(Mubyarto, 1989: 76) di mana:

MP = Tambahan hasil Produksi (Marginal Product) bi = Elastisitas produksi

Y = Rata-rata hasil produksi Xi = Rata-rata faktor produksi

Px = Harga Faktor Produksi

Efisiensi akan tercapai apabila perbandingan antara Produk Marginal (PM) dengan Harga Faktor Produksi (Px) = 1.

3.6.2.3. Efisiensi Ekonomi

Efisiensi ekonomi merupakan perbandingan antara nilai marjinal dengan harga faktor produksi, dari masing-msing faktor produksi yang digunakan. Secara matemtis efisiensi ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

MVP = Marginal Value Product

P = Harga masing-masing faktor produksi X1 = Kedelai

X2 = Tenaga Kerja

X3 = Solar


(29)

59

Kemudian rumus dari efisiensi ekonomi adalah :

Dimana bi merupakan koefisien regresi atau koefisien elastisitas. Untuk mengetahui efisiensi faktor produksi dengan menggunakan rasio antara Marginal

Value Product (MVP) dan nilai satu unit faktor produksi (Px), jika :

MVPx1 / Px1 > 1 artinya penggunaan input X belum mencapai efisiensi

optimum. Untuk mencapai efisien input X perlu ditambah.

MVPx1 / Px1 = 1 artinya penggunaan input X sudah mencapai efisiensi

optimum. Maka input X harus dipertahankan.

MVPx1 / Px1 < 1 artinya penggunaan input X sudah melebihi titik optimum

(tidak efisien). Untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi.

(Soekartawi, 1994: 42)

3.6.3. Menghitung Skala Hasil

Untuk menguji skala kenaikan hasil sama dengan satu atau tidak sama dengan satu yang dicapai dalam proses produksi maka digunakan jumlah elastisitas produksi (∑bi). Dari hasil penjumlahan tersebut ada tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu :

a. Jika Σbi > 1, berarti sistem produksi jangka panjang berada dalam kondisi

skala output yang meningkat (Increasing Returns to Scale).

b. Jika Σbi = 1, berarti sistem produksi jangka panjang berada dalam kondisi


(30)

60

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Jika Σbi < 1, berarti sistem produksi jangka panjang berada dalam kondisi

skala output yang menurun (Decreasing Returns to Scale).

(Soekartawi, 1994: 170)

3.7. Uji Asumsi Klasik 3.7.1. Uji Multikolinearitas

3.7.1.1. Cara Mendeteksi Multikolinearitas

Pada dasarnya multikolinearitas merupakan fenomena sampel, yang sering timbul pada data non eksperimen yang dikumpulkan dalam sebagian besar ilmu sosial, kita tidak memiliki salah satu metode unik untuk mendeteksi aturan mengenai kekuatannya.

Untuk itu ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan multikolinearitas pada suatu situasi dimana melibatkan model-model yang memiliki lebih dari dua variabel penjelas. Namun salah satunya cara untuk mendeteksi adanya

multikolinearitas adalah dengan cara melihat R2 nya.

Multikolinearitas terjadi jika R2 tinggi, katakanlah melebihi 0,8 maka uji F pada sebagian besar kasus akan menolak hipotesis yang menyatakan bahwa koefisien kemiringan parsial secara simultan sama dengan nol. Tetapi uji t individu akan menunjukkan bahwa tidak ada atau sangat sedikit koefisien kemiringan parsial yang secara statistik tidak nol.

3.7.1.2. Cara Penyembuhan Multikolinearitas

Terdapat banyak cara yang dilakukan untuk menghilangkan masalah

multikolenearitas, akan tetapi dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk


(31)

61

sampel. Hal ini dikarenakan multikolinearitas merupakan ciri-ciri sampel sehingga ada kemungkinan bahwa sampel lain melibatkan variabel kolinear yang sama, dengan kemungkinan permasalahan yang tidak serius seperti pada sampel yang pertama.

3.7.2. Uji Heteroskedastisitas

3.7.2.1. Cara Mendeteksi Heteroskedastisitas

Breusch Pagan Godfrey mengembangkan model yang tidak memerlukan penghilangan data c dan pengurutan data, sebagai alternatif dari model Golgfeld-Quandt. Metode Breusch Pagan Godfrey (BPG) ini bisa dijelaskan dengan model regresi sederhana sebagai berikut.

Diasumsikan bahwa varian dari residual mempunyai fungsi sebagai berikut.

adalah fungsi dari variabel nonstokastik Z. Kemudian diasumsikan bahwa:

adalah fungsi linier dari variabel Z. Jika , maka berarti nilainya konstan. Maka untuk menguji apakah adalah heteroskedastisitas maka hipoteis yang diajukan adalah bahwa .

Berikut ini langkang-langkah pengujian metode Breusch Pagan Godfrey ata

Lagrange Multiplier (LM):

1. Estimasi persamaan { } dengan OLS dan dapatkan residualnya (e).


(32)

62

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Mencari pi yang didepinisikan sebagai:

4. Regresi pi terhadap variabel Z (atau = X) sebagai berikut:

5. Dapatkan ESS (Exsplained Sum of Square) dari persamaan { } dan kemudian dapatkan:

Jika residual didalam persamaan { } terdistribusi normal maka ½ (ESS) akan mengikuti distribusi chi-square (χ2) sebagai berikut:

6. Ketentuannya jika ada variabel z berjumlah m maka ɸ akan mengikuti

distribusi χ2

dengan digree of freedom (m-1). Oleh karena itu:

 Jika nilai ɸ hitung lebih besar dari nilai kritis χ2 maka ada heteroskedastisitas.

 Jika nilai ɸ hitung lebih kecil dari nilai kritis χ2 maka tidak ada heteroskedastisitas (atau dalam kondisi homokedastisitas).

(Rohmana, 2010: 177)

3.7.2.2. Cara Penyembuhan Heteroskedastisitas

Cara yang digunakan untuk menyembuhkan gejala heteroskedasisitas dalam penelitian ini adalah metode White. Metode White dikenal juga dengan varian heteroskedastisitas terkorelasi (heteroscedasticity-corrected variances). Jika umpamakan kita memliki model sederhana seperti berikut :

Yi = β0+ β1 X1 + ei


(33)

63

Jika model mempunyai varian rsidual yang tidak sama, maka varian estimator tidak lagi efisien. Varian estimator ̂ menjadi :

( ̂ ) ∑

Karena σ i 2 tidak bisa dicari langsung, maka White mengambil residual kuadrat dari persamaan di atas sebagai proksi dari σ i 2. Maka kemudian varian estimator ̂ menjadi:

( ̂ ) ∑

Sebagaimana ditunjukkan oleh White, varian ( ̂) dalam persamaan sebelumnya adalah estimator yang konsisten dari varian dalam persamaan. Ketika sampel bertambah maka varian persamaan pertama akan menjadi varian persamaan kedua.

3.7.3. Uji Autokorelasi

3.7.3.1. Cara Mendeteksi Autokorelasi

Bruesch dan Godfrey mengembangkan uji autokorekasi yang lebih umum dan dikenal dengan Uji Lagrange Multiplier (LM). Untuk mengetahui Uji LM ini misalkan kita mempunyai model regresi sederhana berikut:

Sebenarnya kita bisa memasukan lebih dari satu variabel indevenden, ini hanya untuk memudahkan saja dulu. Kita asumsikan model residualnya mengikuti model autoregreif dengan order p atau disingkat AR(p) sebagai berikut:


(34)

64

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dimana dalam model ini mempunyai ciri E ; var ; dan cov

.

Sebagaimana uji DW untuk AR (1), maka hipotesis nul tidak adanya autokorelasi untuk model AR (p) dapat dirumuskan:

Jika kita menerima H0 maka dikatakan tidak ada autokorelasi dalam model.

Prosedur uji dari LM adalah sebagai berikut:

1. Estimasi persamaan yang ada dengan meode OLS dan kita dapatkan residualnya

2. Melakukan regresi residual eidengan variabel indevenden Xt (jika ada lebih dari satu variabel indevenden maka kita harus memasukan semua variabel indevenden) dan lag dari residual . Langkah kedua ini dapat ditulis sebagai berikut:

3. Jika sampel adalah besar, maka menurut Bruesch dan Godfrey maka model dalam persamaan { } akan mengikuti distribusi Chi-Squares dengan df sebanyak p. Nilai itung statistik Chi-Squares dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Jika (n – p) R2 yang merupakan Chi-Squares (χ) hitung lebih besar dari nilai kritis chi-squares pada derajat kepercayaan tertentu (α), kita menolak hipotesis nul (Ho), hal ini berarti paling tidak ada satu p dalam persamaan { } secara statistik signifikan tidak


(35)

65

sama dengan nol. Ini menunjukan adanya masalah autokorelasi dalam model, dan sebaliknya jika nilai Chi-Squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya maka kita menerima hipotesis nul. Artinya, model tidak mengandung unsur autokorelasi karena semua nilai p sama dengan nol. 4. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan melihat nilai

probabilitasnya.

 Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari (>) α = 5%, berarti tidak ada

autokorelasi.

 Jika nilai probabilitasnya lebih kecil atau sama dengan (≤) dari α = 5%, berarti ada autokorelasi.

3.7.3.2. Cara Penyembuhan Autokorelasi

Apabila data mengandung autokorelasi, data harus segera diperbaiki agar model tetap dapat digunakan. Terdapat beberapa alternatif menghilangkan masalah autokorelasi diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Jika struktur autokorelasi (ρ) diketahui, masalah autokorelasi dapat diatasi

dengan melakukan transformasi terhadap persamaan. Metode ini sering juga disebut dengan generalized difference equation. Misal kita memiliki model regresi sederhana berikut, dengan residual (et) mengikuti pola autoregresif tingkat pertama AR(1), seperti pada persamaan berikut ini.


(36)

66

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Diasumsikan residual vt memenuhi asumsi residual model OLS, yakni E (vt)=0,

var (vt)=σ2, dan cov (vt,vt-1)=0. Kemudian apabila persamaan di atas

didiferensikan satu periode akan menjadi:

Jika kemudian kedua sisi persamaan kita kalikan dengan ρ, maka menghasilkan persamaan:

Dilanjutkan dengan mengurangi persamaan awal dan akhir, akan diperoleh persamaan diferensi tingkat pertama berikut:

Dimana vt = et – ρet-1 dan sudah memenuhi asumsi OLS seperti pada

persamaan dengan . Persamaan dengan dapat ditulis menjadi persamaan sebagai berikut:

Dengan ( ) ( ) (Rohmana, 2010: 203) b. Jika struktur autokorelasi (ρ) tidak diketahui, masalah autokorelasi dapat

diatasi dengan mencari nilai ρ dengan menggunakan Metode Cochrane-Orcutt. Cochrane-Orcutt merekomendasikan untuk mengestimasi ρ dengan regresi


(37)

67

masalah autokorelasi dalam model. Adapun metode iterasi dari Cochrane-Orcutt dapat kita jelaskan sebagai berikut:

1. Estimasikan persamaan di atas untuk memperoleh residual êt.

2. Lakukan regresi untuk memperoleh nilai ̂ dengan persamaan berikut ini:

̂

3. Dengan ̂ yang kita dapatkan pada langkah kedua kemudian kita jalankan regresi persamaan berikut ini:

̂ ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ ̂

atau dapat disederhanakan menjadi persamaan berikut:

dimana: ̂

4. Karena kita tidak mengetahui apakah nilai ̂ yang diperoleh dari persamaan di atas adalah nilai estimasi yang terbaik, maka masukkan nilai

̂ dan yang diperoleh persamaan di atas ke dalam persamaan awal dan kemudian dapat residualnya sebagai berikut:

̂ ̂

5. Kemudian estimasi regresi sebagai berikut:

̂̂

̂̂ yang kita peroleh dari persamaan di atas (langkah 4) ini merupakan

langkah kedua mengestimasi nilai ρ.


(38)

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, maka pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian berikut ini :

1. Berdasarkan analisis efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi, penggunaan faktor-faktor produksi berupa kedelai, tenaga kerja dan solar pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur belum mencapai efisien sedangkan berdasarkan analisis efisiensi harga, penggunaan faktor-faktor produksi berupa kedelai, tenaga kerja dan solar pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur tidak efisien.

2. Skala hasil pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur dalam penggunaan faktor produksi sebesar 1,694. Nilai tersebut menunjukkan bahwa skala hasil industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur berada pada kondisi skala hasil yang meningkat (increasing returns to scale) artinya dalam jangka panjang setiap penambahan faktor produksi akan menghasilkan output yang melebihi proporsi dengan penambahan input.


(39)

98

5.2. Saran

Adapun saran yang penulis rekomendasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mencapai efisiensi optimum pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur perlu melakukan strategi dalam penggunaan faktor produksi kedelai, tenaga kerja dan solar agar mencapai efisiensi optimum. Faktor produksi kedelai (X1) nilai efisiensi ekonominya sebesar 1,385 maka strategi yang harus dilakukan untuk mencapai efisiensi optimum adalah pengusaha harus berproduksi pada titik optimum kedelai sebesar 0,007 dengan jumlah rata-rata biaya kedelai harus sebesar Rp 30.090.563,13. Faktor produksi tenaga kerja (X2) nilai efisiensi ekonominya sebesar 22,388 maka strategi yang harus dilakukan untuk mencapai efisiensi optimum adalah pengusaha harus berproduksi pada titik optimum tenaga kerja sebesar 0,290 dengan jumlah rata-rata biaya tenaga kerja harus sebesar Rp 2.118.958,15. Faktor produksi solar (X3) nilai efisiensi ekonominya sebesar 22,388 maka strategi yang harus dilakukan untuk mencapai efisiensi optimum adalah pengusaha harus berproduksi pada titik optimum solar sebesar 21,337 dengan jumlah rata-rata biaya solar harus sebesar Rp 2.223.481,79. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan sebelumnya mengenai nilai pembeda dari penggunaan bahan bakar, alangkah baiknya industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk perebusan aci, hal ini dikarenakan penggunaan kayu bakar mampu menghasilkan produksi yang lebih besar dibandingkan menggunakan bahan bakar lainnya, akan tetapi jika semua


(40)

99

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

usaha tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur menggunakan kayu bakar maka akan timbul dampak negatif yang berimbas pada penurunan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh berkurangnya jumlah pohon akibat dari permintaan kayu yang tinggi serta limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran tersebut yang cenderung tidak ramah lingkungan.

2. Untuk mencapai skala hasil (returns to scale) yang konstan (efisien) pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur diperlukan peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas berupa peningkatan kemampuan pengusaha dalam mengatur mengatur input faktor produksi secara tepat agar mencapai efisiensi optimum. Selain itu diperlukan juga pelatihan-pelatihan untuk aspek manajemen usaha baik dari aspek keuangan dan pengorganisasian tenaga kerja. 3. Mengingat objek penelitian ini yang hanya sebatas Kabupaten Cirebon bagian Timur, untuk penelitian selanjutnya diharapkan objek penelitian mencakup Kabupaten Cirebon. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai tingkat efisiensi pada industri tahu di kabupten Cirebon.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Eeng. dan Rohmana, Yana. (2009). Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung. Rizqi Press.

Alma, Buchari. (2008). Pengantar Bisnis. Bandung. Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.

Billas, Richard A. (1990). Teori Mikro Ekonomi. Jakarta. Erlangga.

Budiwati, Neti. dan Suzanti, Lizza. (2010). Manajemen Keuangan Koperasi:

Konsep dan Aplikasi. Bandung. Laboratorium Koperasi Universitas

Pendidikan Indonesia.

Gaspersz, Vincent. (2001). Ekonomi Manajerial : Pembuatan Keputusan Bisnis. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Gujarati, Damodar N. dan Porter Dawn C. (2010). Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta. Salemba Empat.

Karim, Adiwarman A. (2007). Ekonomi Mikro Islam. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta. LP3ES.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung. Alfabeta.

Rohmana, Yana. (2010). Ekonometrika : Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung. Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI. Salvatore, Dominick. (2005). Managerial Economics : Ekonomi Manajerial


(42)

xii

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Soekartawi. (1994). Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta. Rajawali Pers.

Sukirno, Sadono. (2005). Mikro Ekonomi : Teori Pengantar. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

JURNAL

Ardhi Hidayat, Yusmar (2012). “Efisiensi Produksi Kain Batik Cap”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 13, (1), 79 -95.

Muslim, Ahmad. (2008). “Analis Tingkat Efisiensi Teknis Dalam Usaha Tani

Padai Dengan Fungsi Produksi Frontir Stokastik”. Jurnal Ekonomi

Pembangunan. 13, (3), 191 – 206.

Astuti, Melani et al. (2010). “ Efisiensi Produksi Usaha Sapi Perah Rakyat (Studi

Kasus Pada Peternak Anggota Koperasi Usaha Peternakan dan Pemerahan

Sapi Perah Kaliurang, Sleman, Yogyakarta)”. Buletin Peternakan. 34, (1),

64 – 69.

Effendy. (2010). “ Efisiensi Faktor Produksi dan Pendapatan Padi Sawah di Desa

Masani Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso”. Jurnal Agroland. 17, (3),

233 – 240.

Adhiana. (2007). “Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Lidah Buaya (Aloe Vera di Kabupaten Bogor: Pendekatan Stochastic Frontier Production”. Jurnal Aplikasi Manajemen. 5, (1), 150 - 158.


(43)

xiii

Ulfah , Dewi W, et all. (2005). “Efisiensi Produksi pada Industri Rumah Tangga

Tahu (Studi Kasus di Kelurahan Margoangung Kecamatan Seyegan

Kabupaten Sleman)”. Agros. 6, (2), 110 – 121.

Tahir, Abdul Gaffar, et al. (2010). “Analisis Efisiensi Produksi Sistem Usahatani

Kedelai di Sulawesi Selatan”. Jurnal Agro Ekonomi. 26, (2), 133 – 151.

SKRIPSI

Ambarwati, Puji. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Hidup Usaha

Industri Sandal Karet Di Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon. Skripsi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Kurniasari, Panca. (2011). Analisis Efisiensi dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi Industri Kecil Kabupaten Kendal (Studi Kasus Pada Industri Kecil Genteng Press Di Desa Meteseh Kecamatan Boja).

Skripsi FE UNDIP. Tidak diterbitkan.

Mardiyani. (2011). Analisis Pengaruh Harga Bahan Baku, Upah Tenaga Kerja,

dan Penggunaan Teknologi Terhadap Skala Hasil Produksi Pada Produsen Sepatu Di Kota Bandung. Skripsi FPEB UPI. Tidak diterbitkan.

Sri R, Reni. (2005). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi

Pada Industri Sarung Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Skripsi

FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Suhasnan, Nanang. (2012). Analisis Efisiensi penggunaan Faktor-Faktor

Produksi Pada Produksi Gula (Studi Pada Petani Tebu PT PG Rajawali II Unit PG Sindang Laut Kab. Cirebon). Skripsi FPEB UPI. Tidak diterbitkan.


(44)

xiv

Teguh Nugraha, 2013

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu (Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Yulianty, Donna. (2005). Pengaruh Modal, Bahan Baku, Diferensiasi Produk dan

Saluran Distribusi Terhadap Laba (Kasus Pada Pengrajin Rumah Tangga Makanan Simping di Kelurahan Cipaisan Kabupaten Purwakarta).Skripsi


(1)

5.2. Saran

Adapun saran yang penulis rekomendasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mencapai efisiensi optimum pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur perlu melakukan strategi dalam penggunaan faktor produksi kedelai, tenaga kerja dan solar agar mencapai efisiensi optimum. Faktor produksi kedelai (X1) nilai efisiensi ekonominya sebesar 1,385 maka strategi yang harus dilakukan untuk mencapai efisiensi optimum adalah pengusaha harus berproduksi pada titik optimum kedelai sebesar 0,007 dengan jumlah rata-rata biaya kedelai harus sebesar Rp 30.090.563,13. Faktor produksi tenaga kerja (X2) nilai efisiensi ekonominya sebesar 22,388 maka strategi yang harus dilakukan untuk mencapai efisiensi optimum adalah pengusaha harus berproduksi pada titik optimum tenaga kerja sebesar 0,290 dengan jumlah rata-rata biaya tenaga kerja harus sebesar Rp 2.118.958,15. Faktor produksi solar (X3) nilai efisiensi ekonominya sebesar 22,388 maka strategi yang harus dilakukan untuk mencapai efisiensi optimum adalah pengusaha harus berproduksi pada titik optimum solar sebesar 21,337 dengan jumlah rata-rata biaya solar harus sebesar Rp 2.223.481,79. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan sebelumnya mengenai nilai pembeda dari penggunaan bahan bakar, alangkah baiknya industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk perebusan aci, hal ini


(2)

99

usaha tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur menggunakan kayu bakar maka akan timbul dampak negatif yang berimbas pada penurunan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh berkurangnya jumlah pohon akibat dari permintaan kayu yang tinggi serta limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran tersebut yang cenderung tidak ramah lingkungan.

2. Untuk mencapai skala hasil (returns to scale) yang konstan (efisien) pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur diperlukan peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas berupa peningkatan kemampuan pengusaha dalam mengatur mengatur input faktor produksi secara tepat agar mencapai efisiensi optimum. Selain itu diperlukan juga pelatihan-pelatihan untuk aspek manajemen usaha baik dari aspek keuangan dan pengorganisasian tenaga kerja. 3. Mengingat objek penelitian ini yang hanya sebatas Kabupaten Cirebon bagian Timur, untuk penelitian selanjutnya diharapkan objek penelitian mencakup Kabupaten Cirebon. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai tingkat efisiensi pada industri tahu di kabupten Cirebon.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Eeng. dan Rohmana, Yana. (2009). Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung. Rizqi Press.

Alma, Buchari. (2008). Pengantar Bisnis. Bandung. Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.

Billas, Richard A. (1990). Teori Mikro Ekonomi. Jakarta. Erlangga.

Budiwati, Neti. dan Suzanti, Lizza. (2010). Manajemen Keuangan Koperasi: Konsep dan Aplikasi. Bandung. Laboratorium Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia.

Gaspersz, Vincent. (2001). Ekonomi Manajerial : Pembuatan Keputusan Bisnis. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Gujarati, Damodar N. dan Porter Dawn C. (2010). Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta. Salemba Empat.

Karim, Adiwarman A. (2007). Ekonomi Mikro Islam. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta. LP3ES.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung. Alfabeta.

Rohmana, Yana. (2010). Ekonometrika : Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung. Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI.


(4)

xii

Soekartawi. (1994). Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta. Rajawali Pers.

Sukirno, Sadono. (2005). Mikro Ekonomi : Teori Pengantar. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

JURNAL

Ardhi Hidayat, Yusmar (2012). “Efisiensi Produksi Kain Batik Cap”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 13, (1), 79 -95.

Muslim, Ahmad. (2008). “Analis Tingkat Efisiensi Teknis Dalam Usaha Tani

Padai Dengan Fungsi Produksi Frontir Stokastik”. Jurnal Ekonomi

Pembangunan. 13, (3), 191 – 206.

Astuti, Melani et al. (2010). “ Efisiensi Produksi Usaha Sapi Perah Rakyat (Studi Kasus Pada Peternak Anggota Koperasi Usaha Peternakan dan Pemerahan Sapi Perah Kaliurang, Sleman, Yogyakarta)”. Buletin Peternakan. 34, (1), 64 – 69.

Effendy. (2010). “ Efisiensi Faktor Produksi dan Pendapatan Padi Sawah di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso”. Jurnal Agroland. 17, (3), 233 – 240.

Adhiana. (2007). “Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Lidah Buaya (Aloe Vera di Kabupaten Bogor: Pendekatan Stochastic Frontier Production”. Jurnal Aplikasi Manajemen. 5, (1), 150 - 158.


(5)

Ulfah , Dewi W, et all. (2005). “Efisiensi Produksi pada Industri Rumah Tangga Tahu (Studi Kasus di Kelurahan Margoangung Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman)”. Agros. 6, (2), 110 – 121.

Tahir, Abdul Gaffar, et al. (2010). “Analisis Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Kedelai di Sulawesi Selatan”. Jurnal Agro Ekonomi. 26, (2), 133 – 151.

SKRIPSI

Ambarwati, Puji. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Hidup Usaha Industri Sandal Karet Di Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon. Skripsi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Kurniasari, Panca. (2011). Analisis Efisiensi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Industri Kecil Kabupaten Kendal (Studi Kasus Pada Industri Kecil Genteng Press Di Desa Meteseh Kecamatan Boja). Skripsi FE UNDIP. Tidak diterbitkan.

Mardiyani. (2011). Analisis Pengaruh Harga Bahan Baku, Upah Tenaga Kerja, dan Penggunaan Teknologi Terhadap Skala Hasil Produksi Pada Produsen Sepatu Di Kota Bandung. Skripsi FPEB UPI. Tidak diterbitkan.

Sri R, Reni. (2005). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pada Industri Sarung Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Skripsi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.


(6)

xiv

Yulianty, Donna. (2005). Pengaruh Modal, Bahan Baku, Diferensiasi Produk dan Saluran Distribusi Terhadap Laba (Kasus Pada Pengrajin Rumah Tangga Makanan Simping di Kelurahan Cipaisan Kabupaten Purwakarta).Skripsi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.