PERAN PELATIH PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN BERMUSIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN MUSISI JALANAN Kasus di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung.
No. Daftar : 007/S//PLS/IV/2013
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERAN PELATIH PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN
BERMUSIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
KEMANDIRIAN MUSISI JALANAN
(Kasus di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Oleh :
Yuka Martlisda Anwika
0900449
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERAN PELATIH PROGRAM
PELATIHAN KETERAMPILAN
BERMUSIK DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
KEMANDIRIAN MUSISI JALANAN
(Kasus di Rumah Musik Harry Roesli
(RMHR) Kota Bandung)
Oleh
Yuka Martlisda Anwika
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Yuka Martlisda Anwika 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung)
(4)
ii Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik dalam Meningkatkan Motivasi dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus di Rumah Musik Harry
Roesli (RMHR) Kota Bandung).
Penelitian ini bertitik tolak dari permasalahan pokok yaitu bagaimana peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi dan kemandirian musisi jalanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang : 1) Untuk mendeskripsikan tentang gambaran motivasi dan kemandirian dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli 2) Untuk mendeskripsikan peran yang dilakukan oleh pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi dan kemandirian musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli 3) Untuk mengungkapkan tentang faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik demi meningkatkan motivasi dan kemandirian musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep pelatihan, konsep pendidikan luar sekolah, konsep peran, konsep peran pelatih, motivasi belajar, kemandirian berkreasi dan ekonomi kreatif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, serta teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka. Dengan pemilihan subjek penelitian menggunakan purposive sample, yaitu subjek 5 (lima) orang, yakni 5 orang musisi jalanan. Dari hasil analisis penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Gambaran motivasi belajar musisi jalanan dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik, yaitu untuk menambah ilmu dan dukungan dari pelatih, keluarga, teman dan perkembangan musik dunia, sedangkan gambaran kemandirian berkreasi musisi jalanan bahwa musisi jalanan telah mampu menghasilkan karya sendiri dalam bermusik dan adanya peningkatan keterampilan bermusik (2) Peran pelatih dalam meningkatkan motivasi belajar yaitu berupa pujian, menumbuhkan minat dan hasrat belajar dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sedangkan peran pelatih dalam meningkatkan kemandirian berkreasi berperan dalam pengelolaan pembelajaran (3) Faktor pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik terdiri atas faktor internal dan eksternal yaitu pelatih menguasai materi yang diberikan, sarana dan prasarana yang lengkap, sedangkan faktor penghambat yaitu kurangnya pemahaman pelatih dalam memahami karakter musisi jalanan, penggunaan istilah-istilah baru dan musisi jalanan yang tidak memiliki alat musik untuk latihan di rumah. Rekomendasi dari peneliti adalah bagi penyelenggara untuk dapat mengelola program pelatihan keterampilan bermusik dengan baik, sehingga dapat terorganisasi
(5)
iii Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan terstruktur, bagi pelatih agar dapat lebih memahami karakteristik musisi jalanan, bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lebih mendalam mengenai peran-peran lain yang dilakukan oleh seorang pelatih dalam pelatihan.
ABSTRACT
The Role of Trainer Musical Skill Training Program in Increase Motivation and Self-reliance of Street Musician (Case in Rumah Musik Harry Roesli (RMHR)
Bandung).
This research is based on the fundamental problem that how the role of trainer musical skill training program in increasing motivation and self-reliance of street musicians. The purpose of this research is to obtain data about: 1) to describe the overview of motivation and self-reliance from street musicians at Rumah Musik Harry Roesli. 2) to describe the role played by trainer of musical skill training program in increase motivation and self-reliance of street musicians at Rumah Musik Harry Roesli. 3) To reveal what factors are driving and inhibiting the role of trainer musical skills training program in order to increase motivation and self-reliance at Rumah Musik Harry Roesli. The foundation of the theory used in this research is the concept of training, the concept of non-formal education, the concept of role, the concept of the role of trainer, motivation to learn, creative independence and creative economic. This research used descriptive qualitative approach, as well as data collection techniques used, namely observation, interviews, documentation and literature studies. With the selection of research subjects using a purposive sample, which determines the sample with considerations and specific objectives, that is the subject of five people, namely five street musicians. From the results of research analyzes the following conclusions obtained: (1) a description of learning motivation street musicians influenced by factors intrinsic and extrinsic factors, namely to increase the knowledge and support of trainers, family, friends and the development of world music, while the describtion of creative independence that street musicians has been able to produce their own work in music and the increased musical skills (2) the role of trainer in improving learning motivation in the form of praise, foster interest and desire to learn and create a fun learning environment, while the role of trainer in improving the creative independence role in the management of learning (3) factors driving and inhibiting the role of trainer musical skills training program consisting of internal and external factors which trainer to master the material provided, facilities and infrastructure, while inhibiting factor is the lack of understanding of the trainer to understand the characteristics of the street musicians,
(6)
iv Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
the use of new terms and street musicians who do not have an instrument to practice at home. Recommendations from researchers are for the organizers to be able to manage skills training program be better, so it can be organized and structured, for trainers to be better understand the characteristics of street musicians, for further researcher are expected to examine more deeply about other roles performed by a trainer in training.
(7)
vi Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 7
D.Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A.Konsep Pelatihan ... 10
1. Pengertian Pelatihan ... 10
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan ... 12
3. Prinsip-prinsip Pelatihan ... 14
4. Jenis-jenis Pelatihan ... 17
5. Manajemen Pelatihan ... 18
6. Pelatihan sebagai Satuan Pendidikan Luar Sekolah ... 21
B.Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 23
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ... 23
2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 24
3. Ciri Pendidikan Luar Sekolah ... 25
4. Komponen Pendidikan Luar Sekolah ... 25
C.Konsep Peran ... 28
1. Pengertian Peran ... 28
2. Struktur Peran ... 29
3. Peran Pelatih dalam Pelatihan ... 29
D. Motivasi Belajar ... 32
(8)
vii Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pengertian Motivasi Belajar ... 34
3. Fungsi Motivasi Belajar ... 35
4. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 35
5. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar ... 37
E. Kemandirian Berkreasi... 38
1. Pengertian Kemandirian ... 38
2. Pengertian Kreativitas ... 39
3. Kemandirian dalam Berkreasi ... 40
4. Ciri-ciri Sikap Mandiri ... 40
5. Aspek-aspek Kemandirian ... 41
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 42
F. Konsep Ekonomi Kreatif... 43
1. Pengertian Ekonomi Kreatif ... 43
2. Pengertian Industri Kreatif ... 44
3. Pengembangan Ekonomi Kreatif ... 45
4. Subsektor Ekonomi Kreatif ... 48
BAB III METODE PENELITIAN ... 53
A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 53
1. Lokasi Penelitian ... 53
2. Subjek Penelitian ... 53
B.Desain Penelitian ... 55
1. Tahap Persiapan ... 55
2. Tahap Pelaksanaan ... 56
3. Tahap Pelaporan dan Penyelesaian ... 56
C.Metode Penelitian ... 57
D.Definisi Operasional ... 58
E. Instrumen Penelitian ... 64
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 65
1. Penyusunan Kisi-kisi ... 65
2. Penyusunan Pedoman Wawancara ... 65
3. Penyusunan Pedoman Observasi ... 66
G.Teknik Pengumpulan Data ... 66
1. Observasi ... 67
2. Wawancara ... 69
3. Studi Dokumentasi ... 71
4. Studi Kepustakaan ... 73
H.Analisis Data ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76
A.Gambaran Umum Rumah Musik Harry Roesli ... 76
B.Penyajian Data Kondisi Objektif Pelatihan keterampilan Bermusik di Rumah Musik Harry Roesli ... 86
(9)
viii Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Identitas Responden ... 88
2. Pendapat Informan ... 92
a) Peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli1 ... 93
b) Gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli. ... 97
c) Faktor yang menjadi pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik demi meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli ... 101
D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 103
1. Peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli1 ... 103
2. Gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli. ... 108
3. Faktor yang menjadi pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik demi meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli ... 113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117
A.Kesimpulan ... 117
B.Saran ... 119
DAFTAR PUSTAKA ... 121 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(10)
ix Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL No Nama Tabel
4.1 Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Rumah Musik Harry Roesli ... 78 4.2 Sarana dan Prasarana di Rumah Musik Harry Roesli ... 80 4.3 Tenaga Pendidik dan Kependidikan dalam Program Pelatihan
Keterampilan Bermusik ... 87 4.4 Identitas Diri Responden ... 89 4.5 Pendapatan Musisi Jalanan Sebelum dan Setelah Mengikuti Pelatihan
(11)
x Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
No Nama Gambar
2.1 Hubungan Fungsional antar Komponen-komponen Pendidikan Luar
Sekolah ... 26
2.2 Gelombang Peradaban Ekonomi ... 46
4.1 Struktur Organisasi Rumah Musik Harry Roesli ... 82
(12)
xi Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat-surat dalam Proses Penelitian
b. Surat Permohonan Mengadakan Penelitian
c. Surat Usulan Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi d. Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing e. Surat Permohonan Izin Penelitian
f. Surat Keterangan dari Lembaga 2. Lembar Bimbingan Skripsi 3. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian
a. Kisi-kisi Penelitian b. Pedoman Wawancara c. Pedoman Observasi
4. Data Peserta Hasil Program Pelatihan Keterampilan Bermusik di Rumah Musik Harry Roesli Tahun 2009
5. Dokumentasi
(13)
1 Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan manusianya, salah satu jalan mencapai keberhasilan pembangunan manusianya yaitu melalui pendidikan. Secara sederhana UNESCO mendefinisikan pendidikan sebagai “Proses belajar mengajar yang terorganisir dan terus menerus yang dirancang untuk mengkomunikasikan perpaduan pengetahuan, skill, dan pemahaman yang bernilai untuk seluruh aktivitas hidup” (Jaervis, 1990 : 105) dalam Kamil (2012 : 4). Pendidikan memiliki makna yang lebih luas. Pendidikan tidak saja dilakukan pada ruang lingkup persekolahan (formal), namun dapat dilaksanakan di luar persekolahan (nonformal) dan keluarga (informal). Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Hal ini terutama karena secara konsepsional pelatihan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, sebagaimana tercantum dalam Instruksi Presiden No.15 tahun 1974 dalam Kamil (2012 : 4), pengertian pelatihan dirumuskan sebagai berikut:
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori. Simamora (1995 : 287) mengartikan pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu. Pelatihan atau training
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dale S. Beach (1975) dalam Kamil (2012 : 4) mengemukakan, “The objective of training is to achieve a change in the
(14)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
behavior of those trained” (Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih). Sementara itu tujuan pelatihan yang dikemukakan oleh Edwin B.Flippo adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang (Kamil 2012 : 4). Sasaran pelatihan meliputi ruang lingkup luas, baik pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun pelatihan yang dilaksanakan oleh swasta atau pribadi. Semua itu tergantung pada pelatihan yang dilaksanakan. Salah satu sasaran pelatihan yang menjadi fokus penelitian ini yaitu musisi jalanan atau pengamen jalanan.
Musisi jalanan merupakan seniman musik yang berkarya di jalanan. Permasalahan yang dihadapi musisi jalanan diantaranya kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan, perlindungan, kasih sayang, kesehatan, makanan, minuman dan pakaian, serta kurangnya memiliki wadah dalam mengapresiasikan bakat dan minatnya lebih dalam di bidang musik. Maka, diperlukannya program yang dapat sekaligus memandirikan musisi jalanan, dimana didalamnya terdapat pembinaan serta pelatihan skill musik bagi musisi jalanan yang gunanya untuk kepentingan mereka di kemudian hari dalam meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik. Salah satunya yaitu melalui suatu lembaga pelatihan, kursus dan pemberdayaan masyarakat yaitu Rumah Musik Harry Roesli.
Rumah Musik Harry Roesli atau yang dikenal sebagai RMHR merupakan salah satu lembaga kursus dan pelatihan yang berada di Bandung, tepatnya di Jalan Supratman. Rumah Musik Harry Roesli didirikan pada tahun 1980 oleh Bapak Harry Roesli dan para sahabat. Pendirian Rumah Musik ini berawal dari kecintaan beliau dan para sahabatnya akan musik dan nilai-nilai yang ada dalam musik tersebut dan atas rasa kepedulian beliau yang amat tinggi kepada para pengamen jalanan yang memiliki bakat dan minat didunia musik.
Lembaga ini merupakan lembaga yang bergerak dibidang pelatihan, kursus dan pemberdayaan masyarakat melalui musik, salah satunya adalah
(15)
3
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melaksanakan pelatihan keterampilan bermusik khusus bagi para musisi jalanan berbakat dibidang musik. Program pelatihan ini mulai dilaksanakan pada tahun 1998 hingga berlangsung sekarang. Program pelatihan ini dilaksanakan sebagai program sosial dalam proses kemandirian musisi jalanan agar meningkatkan taraf hidupnya. Jumlah musisi jalanan yang telah dibina saat ini sebanyak 20 orang yang mayoritas berasal dari latar belakang musisi jalanan di Bandung. Musisi jalanan yang dibina berkisar antara umur 10 tahun hingga 35 tahun, yaitu 15 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.
Lembaga pelatihan ini telah memiliki nama yang besar di Bandung. Hal ini dikarenakan pendirinya adalah Bapak Harry Roesli sendiri yaitu seorang seniman besar di Bandung yang banyak berprestasi dibidang seni dan sekaligus Guru besar psikologi musik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung dan Universitas Pasundan, Bandung, melahirkan budaya musik kontemporer yang berbeda, komunikatif dan konsisten memancarkan kritik sosial khususnya dibidang musik. Inilah yang memperkuat nama Rumah Musik Harry Roesli dalam menarik musisi jalanan mengembangkan kreatifitasnya dan melahirkan musisi jalanan yang berbakat dalam bidang musik. Namun, Beliau meninggal di Jakarta, 11 Desember 2004 pada umur 53 tahun dan sekarang Rumah Musik beliau diteruskan oleh anak kembarnya yaitu Layala Roesli dan Lahami Roesli. Layala Roesli sebagai pengelola, penerus dan pengembang dalam pembinaan musisi jalanan melalui pelatihan keterampilan bermusik.
Berdasarkan data tahun 2009, dari 20 musisi jalanan yang dibina dan dibimbing oleh Rumah Musik Harry Roesli, 80% taraf hidup musisi jalanan meningkat dari sebelumnya dan telah mampu mandiri. Kemandirian dapat dilihat dari faktor ekonomi yaitu musisi jalanan yang dibina di Rumah Musik Harry Roesli tidak lagi mencari uang dari hasil ngamen dijalan, namun telah mencari uang dari hasil manggung di cafe sekitar Bandung, membuka privat les musik sendiri dan mampu menembus panggung nasional maupun internasional yang diselenggarakan. Salah satunya adalah festival javajazz oleh 57Kustik yang terdiri
(16)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari 5 musisi jalanan yang dibina di Rumah Musik Harry Roesli. Kemudian, kemandirian musisi jalanan dapat dilihat dari faktor kepribadian dan pola pikir yang berubah dari sebelumnya. Faktor kepribadian yaitu lebih menjaga kebersihan tubuh dan peduli akan penampilan fisik, sedangkan faktor pola pikir yaitu yang dari awalnya merasakan enak dijalanan mendapatkan uang untuk makan hari itu tanpa memikirkan makan untuk esok hari dan malas sekolah, namun telah berubah untuk memikirkan bekal masa depan dan ingin mencapai tujuan-tujuan hidup.
Keberhasilan yang telah dicapai oleh musisi jalanan dari hasil binaan Rumah Musik Harry Roesli tidak terlepas dari kontribusi peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik. Jumlah pelatih yang ada di Rumah Harry Roesli saat ini sekitar 13 orang yang terdiri dari lulusan jurusan seni musik dari berbagai universitas di Bandung, yaitu UPI, UNPAD dan lain-lain, serta memiliki skill di bidang musik. Menurut Sudjana (2007 : 236) pada umumnya pelatih berperan sebagai pengelola pembelajaran melalui tiga fungsi pengelolaan pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran dalam pelatihan. Pelatih melakukan pengelolaan pembelajaran yang mencakup pemahaman terhadap tujuan pelatihan, menguasai materi dan teknik penyampaian materi, pemahaman terhadap karakteristik peserta hingga mengevaluasi hasil belajar. Keberhasilan suatu pelatihan dipengaruhi oleh beberapa aspek, diantaranya adalah masukan sarana (instrumental input) berupa sumber belajar, masukan mentah (raw input) berupa peserta, masukan lingkungan (environment input) yaitu faktor lingkungan lokasi pelatihan, dan proses kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, sumber belajar atau pelatih lebih berperan penting dalam ketercapaiannya suatu tujuan pelatihan, karena sumber belajar atau pelatih berperan langsung dalam hal proses peningkatan kualitas perubahan sikap dan keterampilan, serta memfasilitasi peserta dalam proses pembelajaran.
Pelatihan ini dilaksanakan setiap dua kali seminggu selama 2 jam. Sistem evaluasi yang dilaksanakan pelatih bertahap, mulai dari tingkat dasar, terampil dan ahli. Ketika musisi jalanan telah dapat menguasai teknik dasar alat musik
(17)
5
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dipilihnya, maka menuju ke tahapan selanjutnya. Pelatih tidak hanya memberikan skill musik bagi musisi jalanan, namun juga membantu agar musisi jalanan dapat meningkatkan taraf hidupnya dan mandiri dalam berbagai aspek, khususnya aspek perekonomian, pola pikir dan kepribadian. Dalam hal pelaksanaan program pelatihan, musisi jalanan memiliki motivasi yang berbeda-beda dan ada pula musisi jalanan yang dibina mundur dan kembali ke jalanan. Hal ini karena sebagian peserta lebih memikirkan realistis untuk harus mendapatkan uang untuk makan dan kehidupan hari itu juga tanpa memikirkan bekal hidup dan masa depan. Namun ada pula yang bertahan mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan bermusik ini hingga sekarang dan sudah ada yang menjadi pelatih.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimanakah peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan yang diselenggarakan di Rumah Harry Roesli tersebut. Dengan ini, penulis mengajukan judul “ Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik dalam Meningkatkan Motivasi dan Kemandirian Musisi jalanan”sebagai judul skripsi yang akan penulis angkat. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Adapun identifikasi masalah berdasarkan beberapa fakta dilapangan, yaitu : 1. Musisi jalanan kurang memiliki wadah dalam mengembangkan bakat dan
minatnya dalam keahlian bermusik, sehingga hanya menggantungkan hidup dari jalanan.
2. Keberadaan Rumah Musik Harry Roesli yang berada di Jalan Supratman, Bandung sebagai wadah dan lembaga yang bergerak dibidang pelatihan, kursus dan pemberdayaan masyarakat melalui musik, salah satunya adalah melaksanakan pelatihan keterampilan bermusik bagi musisi jalanan yang berbakat di bidang musik.
3. Jumlah pelatih yang ada di Rumah Harry Roesli saat ini sekitar 13 orang yang memiliki latar belakang dalam dunia musik dari berbagai universitas di Bandung, yaitu UPI, UNPAD dan lain-lain.
(18)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Pelatihan ini dilaksanakan setiap dua kali seminggu selama 2 jam.
5. Jumlah musisi jalanan yang telah dibina saat ini sebanyak 20 orang yang mayoritas berasal dari latar belakang musisi jalanan di Bandung. Musisi jalanan yang dibina berkisar antara umur 10 tahun hingga 35 tahun, yaitu 15 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.
6. Musisi jalanan yang dibina di Rumah Musik Harry Roesli memiliki motivasi yang berbeda-beda dan ada pula musisi jalanan yang dibina mundur dan kembali ke jalanan. Hal ini karena sebagian peserta lebih memikirkan realistis untuk harus mendapatkan uang untuk makan dan kehidupan hari itu juga tanpa memikirkan bekal hidup dan masa depan. Namun ada pula yang bertahan mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan bermusik ini hingga sekarang dan sudah ada yang menjadi pelatih.
7. Pelatih memberikan keleluasaan bagi musisi jalanan untuk memilih jenis alat musik yang dipelajari berdasarkan minat dan bakat masing-masing dan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan jenis alat musik yang dipilih.
8. Pelatih membina ranah kognitif dan psikomotorik musisi jalanan dengan penyajian teori dan praktek. Dalam hal ini, praktek lebih dominan dilakukan langsung dengan jenis alat musik.
9. Sistem evaluasi yang dilaksanakan pelatih bertahap, mulai dari tingkat dasar, terampil dan ahli. Ketika musisi jalanan telah dapat menguasai teknik dasar alat musik yang dipilihnya, maka menuju ke tahapan selanjutnya. Apabila musisi jalanan belum juga menguasai suatu nada yang dimainkan dengan alat musik, maka pelatih memberikan kesempatan latihan pengulangan hingga bisa.
10.Pelatih selalu memberi PR (pekerjaan rumah) untuk musisi jalanan agar dapat latihan di rumah.
11.Pelatih program pelatihan keterampilan bermusik selalu memotivasi musisi jalanan, motivasi yang diberikan pelatih berupa pujian, mengajak ke acara musik dan penayangan musisi berbakat agar lebih termotivasi.
(19)
7
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12.Selain peningkatan skill bermusik, musisi jalanan yang dibina mampu mandiri dari sebelumnya. Terdapat indikasi adanya kemandirian dalam perubahan pola pikir, kepribadian dan faktor ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya pada musisi jalanan dari hasil binaan dan bimbingan pengelola program pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli.
Dari hasil perolehan identifikasi yang peneliti dapatkan di lapangan, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: “Bagaimana peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan?”
Agar fokus penelitian lebih terarah dan memperjelas lingkup penelitian, maka peneliti merumuskan masalah sebagai pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli?
2. Bagaimana peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli?
3. Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik demi meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang aktual dan jelas mengenai sejauh mana peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian
(20)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan tentang gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli.
2. Untuk mendeskripsikan peran yang dilakukan oleh pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli.
3. Untuk mengungkapkan tentang faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik demi meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli.
D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat penelitian dibagi atas dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai pelatihan sebagai salah satu pendidikan luar sekolah, serta berkontribusi dalam pengembangan sumber daya manusia dalam sektor industri kreatif.
2. Manfaat Praktis (Operasional) a) Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pelatihan, khususnya pelatihan keterampilan bermusik yang dilaksanakan di Rumah Musik Harry Roesli. Selain itu, menambah pemahaman peneliti tentang pengaruh peran pelatih program pelatihan demi tercapainya keberhasilan suatu pelatihan.
(21)
9
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan untuk pengembangan program, khususnya program pelatihan bagi para pelatih program, sehingga pelatihan yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan dirasakan manfaatnya.
c) Keilmuan
Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran dan informasi tentang peran pelatih program dalam penyelenggaraan suatu pelatihan, khususnya tentang pentingnya peran pelatih dalam penyelenggaraan pelatihan keterampilan bermusik yang dilaksanakan di Rumah Musik Harry Roesli.
E. Struktur Organisasi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut ini adalah rencana sistematika penulisan penelitian. Peneliti membagi pokok-pokok pembahasan yang terdiri dari :
BAB I Pendahuluan berisikan uraian tentang Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Struktur Organisasi
BAB II Tinjauan Pustaka merupakan gambaran umum mengenai dasar penelitian atau teori yang melandasi permasalahan dalam penelitian yaitu terdiri dari konsep Pelatihan, konsep Pendidikan Luar Sekolah, konsep Peran, konsep Peran Pelatih, Motivasi Belajar, Kemandirian Berkreasi dan Ekonomi Kreatif BAB III Metode Penelitian membahas tentang kegiatan atau metode penelitian yang meliputi Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
(22)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, menggambarkan tentang hasil penelitian yang meliputi : Gambaran umum Rumah Musik Harry Roesli, Penyajian Data Kondisi Objektif Pelatihan Keterampilan Bermusik di Rumah Musik Harry Roesli Hasil Penelitian, dan Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V Kesimpulan dan Saran, mengungkapkan tentang hasil simpulan yang didapat dari penelitian dan saran yang diberikan berdasarkan penelitian.
(23)
53 Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Lokasi penelitian tersebut merupakan tempat penelitian yang diharapkan mampu memberikan informasi yang peneliti butuhkan dalam penelitian yang diangkat. Adapun lokasi lokasi penelitian tentang peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan, penelitian dilakukan di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR), yang bertempat di Jalan Supratman No. 59 Kota Bandung, Jawa Barat.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau responden adalah orang yang diminta untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2006 : 145) subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jadi, subjek penelitian itu merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan. Penentuan subjek penelitian atau sampel dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2007 : 301) mengemukakan bahwa:
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
(24)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas dan mendalam. Penentuan subjek penelitian atau responden dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive sampling menurut Djam’an
Satori (2007 : 6) merupakan teknik pengambilan sampel yang ditentukan dengan menyesuaikan pada tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu. Djam’an Satori (2007 : 6) menambahkan bahwa “purposive sampling sering disebut juga sebagai
judgement sampling, secara sederhana diartikan sebagai pemilihan sampel yang disesuaikan dengan tujuan tertentu”. Ciri-ciri khusus sampel purposive menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2007 : 301), yaitu sebagai berikut:
1) Adjustment Emergent sampling design/sementara2) Serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju (snow ball) 3) Continuous or focusing of the sample/disesuaikan dengan kebutuhan 4) Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh
Jadi, pengambilan subjek penelitian atau responden dengan menggunakan
purposive sampling dinyatakan cocok dengan masalah penelitian yang peneliti bahas, yaitu penentuan subjek didasarkan atas tujuan peneliti dalam mengungkap masalah yang diangkat dalam penelitian. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan orang yang dianggap paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, sehingga akan memudahkan peneliti dalam menelusuri situasi yang diteliti.
Peneliti menentukan subjek penelitian berdasarkan permasalahan yang akan diteliti tentang peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan. Maka, subjek penelitiannya yaitu musisi jalanan yang telah mengikuti program pelatihan keterampilan tersebut. Sehingga, peneliti menentukan subjek utama dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, yaitu 5 musisi jalanan yang telah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik dari 20 orang musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli.
(25)
55
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelatih sebagai subjek pendukung dalam membandingkan dan menyamakan data dan informasi yang diperoleh dari subjek atau responden utama yaitu lima musisi jalanan.
Pemilihan subjek penelitian atau responden berdasarkan orang yang dianggap paling tahu dan atas pertimbangan tertentu memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. maka, alasan pengambilan lima musisi jalanan sebagai subjek penelitian berdasarkan bahwa lima orang musisi jalanan merupakan anggota musisi jalanan yang telah lama belajar musik dalam program pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli yang telah memiliki karya dalam bermusik, yaitu dalam 57kustik dan OTW59 dan subjek diantaranya telah memiliki usaha sendiri membuat les privat dalam bermusik., serta juga menjadi pelatih membantu mengajar di Rumah Musik Harry Roesli. Subjek penelitian sebanyak lima orang ini diharapkan dapat mengungkapkan informasi-informasi dan data yang lengkap dan terperinci tentang peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan dari aspek yang akan diteliti, yaitu tentang gambaran peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik, gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan, serta mengungkap faktor pendorong dan penghambat pelatih dalam menjalankan peran. B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan gambaran perencanaan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian. Adapun desain penelitian yang dilakukan oleh peneliti secara umum ada tiga tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan peneliti dalam merencanakan penelitian dan membuat rancangan penelitian yang akan dilaksanakan. Sebelumnya, peneliti menentukan tempat penelitian dan menentukan fokus permasalahan dalam penelitian
(26)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dirancang dengan observasi awal dan melakukan wawancara dalam menemukan permasalahan yang akan diteliti dan selanjutnya menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengajukan proposal penelitian tentang peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung. Jadi, tujuan peneliti untuk mengetahui sejauh mana peran yang dilakukan pelatih dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan. Selanjutnya, peneliti mengurus segala sesuatu yang dibutuhkan dalam perizinan untuk penelitian ke Rumah Musik Harry Roesli. 2. Tahap Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan merupakan tahapan peneliti untuk melakukan penelitian ke lapangan dengan memasuki situasi dan kondisi lapangan. Pada tahapan ini, peneliti berperan dalam mengumpulkan data dengan pedoman wawancara dan pedoman observasi, serta studi dokumentasi dan studi pustaka untuk melengkapi data penelitian. Pedoman wawancara dan pedoman observasi telah dirancang sebelumnya dalam aspek-aspek yang akan diteliti di lapangan, yaitu mengajukan pertanyaan dan mengamati tentang peran pelatih, gambaran motivasi belajar dan kemandirian musisi jalanan, serta faktor pendorong dan penghambat pelatih dalam menjalankan peran. 3. Tahap Pelaporan dan Penyelesaian
Tahapan laporan merupakan tahapan akhir dalam penelitian yang peneliti lakukan. Dalam tahapan pelaporan ini, peneliti mengolah data yang telah didapat melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka agar dapat dianalisis dengan mudah sesuai dengan kaidah olahan data dan analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Selanjutnya, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
(27)
57
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2011: 3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Maka, metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan secara sistematis dan terorganisir dalam ilmiah untuk memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian untuk memperoleh tujuan penelitian yang dipergunakan untuk suatu hal tertentu. Dengan adanya metode penelitian, maka akan mempermudah peneliti dalam hal memperoleh data dan mencapai tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, Metode yang digunakan peneliti menggunakan metode deskriptif dan melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya dan dideskripsikan dalam bentuk narasi. Hal ini diperjelas oleh Sugiono (2007:15), yang mengartikan metode penelitian kualitatif, sebagai berikut:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diuraikan bahwa yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas, sesuai dengan permasalahan yang
(28)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penulis teliti yaitu Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik dalam Meningkatkan Motivasi dan Kemandirian Musisi Jalanan. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian yang peneliti bahas yaitu memperoleh gambaran secara jelas dan mendalam tentang peran pelatih dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian musisi jalanan.
D. Definisi Operasional
Untuk memahami secara lebih jelas tentang permasalahan penelitian dan agar tidak terjadi salah pengertian, maka penulis menjelaskan beberapa definisi operasional sebagai berikut:
1. Pelatihan
Pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu (Simamora, 1995 : 287). Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang pelatihan keterampilan bermusik yang dilaksanakan di Rumah Musik Harry Roesli.
2. Peran Pelatih
Peranan adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status (kedudukan) (Soerjono Soekanto, 1990). Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan yang ada di Rumah Musik Harry Roesli. Menurut Sudjana (2007 : 236) pada umumnya pelatih berperan sebagai pengelola pembelajaran melalui tiga fungsi pengelolaan pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran dalam pelatihan. Pelatih melakukan pengelolaan pembelajaran yang mencakup pemahaman terhadap tujuan pelatihan, menguasai materi dan teknik penyampaian
(29)
59
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
materi, pemahaman terhadap karakteristik peserta hingga mengevaluasi hasil belajar. Indikator peran pelatih dalam 3 (tiga) fungsi tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Sudjana, 2007) :
a) Fungsi Perencanaan
Pelatih melakukan pengelolaan pembelajaran yang mencakup pemahaman terhadap :
1) Tujuan pelatihan, baik itu tujuan umum maupun khusus perlu dipahami oleh pelatih untuk mengarahkan perubahan peserta pelatihan sehingga memiliki perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan tersebut.
2) Karakteristik peserta pelatihan, karakteristik tersebut mencakup ciri-ciri internal maupun eksternal peserta pelatihan. Karakteristik internal adalah ciri-ciri psikis (seperti kebutuhan, potensi, minat dan pengalaman), ciri-ciri fisik (usia, jenis kelamin, tinggi, berat badan, dan kondisi kesehatan) dan ciri-ciri fungsional (pekerjaan, tugas, kegiatan, status dalam pekerjaan, dan status sosial). Sedangkan karakteristik eksternal mencakup lingkungan kerja, status sosial ekonomi keluarga, teman bergaul, dan sebagainya. Oleh karena itu dalam hal ini pelatih harus melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu.
3) Metode pembelajaran, teknik-teknik, dan media yang cocok digunakan dalam pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat bervariasi antara satu pelatih dengan pelatih lainnya.
b) Fungsi Pelaksanaan
Dalam kegiatan pelaksanaan pelatih melakukan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri atas pembinaan keakraban, evaluasi awal peserta pelatihan, dan proses pembelajaran partisipatif. Pembinaan keakraban sangat berguna untuk pengkondisian pembelajaran sehingga tidak terdapat hambatan psikologis yang dapat menghambat peserta pelatihan untuk berani menyampaikan gagasan, pendapat, pandangan, serta terbuka dan demokratis dalam proses pembelajaran. Evaluasi awal peserta pelatihan penting dilakukan untuk mengetahui keadaan dan tingkat perilaku peserta pelatihan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan/atau nilai-nilai yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang diikuti dalam pelatihan. Proses pembelajaran partisipatif merupakan peran pelatih untuk mengikutsertakan peserta pelatihan
(30)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran dalam pelatihan.
c) Fungsi Penilaian
Dalam fungsi evaluasi pembelajaran pelatih memiliki kemampuan untuk menyusun alat evaluasi akhir, pengolahan, dan pelaporan hasil evaluasi pembelajaran. Alat evaluasi akhir dapat disusun sama atau setara dengan alat evaluasi awal pelatihan. Alat evaluasi akhir disusun berdasarkan materi pembelajaran yang telah diikuti peserta dalam pelatihan. alat evaluasi akhir berisi ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik serta nilai-nilai yang menjadi indikator perubahan perilaku peserta pelatihan.
Sedangkan menurut Hamalik (2007) pelatih dalam kegiatan pembelajaran pelatihan berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, fasilitator, peserta aktif, ekspeditur, perencana pembelajaran, pengawas, motivator, evaluator, konselor, dan sebagai penyelidik sikap dan nilai.
a) Peranan sebagai pengajar; Pelatih berperan menyampaikan pengetahuan dengan cara menyajikan berbagai informasi yang diperlukan berupa konsep-konsep, fakta, dan informasi lainnya yang memperkaya wawasan pengetahuan para peserta dengan cara melibatkan mereka secara aktif untuk mencari sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan.
b) Peranan sebagai pemimpin kelas; Pelatih berperan sebagai pemimpin kelas secara keseluruhan, pemimpin kelompok dan sekaligus sebagai anggota kelompok.
c) Peranan sebagai pembimbing; Pelatih perlu memberikan bantuan dan pertolongan kepada peserta yang mengalami kesulitan atau masalah khususnya dalam kegiatan belajar, yang pada gilirannya diharapkan peserta lebih aktif membimbing dirinya sendiri. Bentuk bimbingan tersebut dapat berupa pengarahan, motivasi, membantu memecahkan masalah, dan kegiatan bimbingan lainnya.
d) Peranan sebagai fasilitator; pelatih berperan menciptakan kondisi lingkungan yang memungkinkan peserta belajar aktif. Fasilitas itu meliputi penyediaan alat, bahan, suasana yang merangsang dan menantang, pemberian masalah, sikap dan pribadi pelatih yang mengajak dan lain sebagainya. Dengan penataan lingkungan kelas yang baik, maka proses pembelajaran akan efektif.
e) Peranan sebagai peserta aktif; pelatih sering melaksanakan diskusi kelompok, kerja kelompok dalam rangka memecahkan masalah misalnya merumuskan masalah, mencari data dan membuat kesimpulan, dan
(31)
61
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kondisi yang menyebabkan debat yang tak kunjung berakhir. Pelatih dapat berperan serta sebagai peserta dalam kelompok diskusi dengan cara memberikan informasi, mengarahkan pemikiran, menunjukkan jalan pemecahan, dan menunjukkan sumber-sumber yang diperlukan.
f) Peranan sebagai ekspeditor; pelatih juga melaksanakan peranan dengan melakukan pencarian, penjelajahan, dan penyediaan mengenai sumber-sumber yang diperlukan oleh kelas atau kelompok peserta, baik dari sumber-sumber tercetak, masyarakat, lembaga atau instansi lainnya yang menunjang kegiatan belajar peserta.
g) Peranan sebagai perencana pembelajaran; pelatih berperan menyusun perencanaan pembelajaran mulai dari rencana materi pelatihan, perencanaan harian, sampai dengan perencanaan satuan acara pertemuan. h) Peranan pelatih sebagai pengawas; pelatih harus mengawasi kelas terus
menerus speran proses pembelajaran senantiasa terarah, kendala-kendala yang dihadapi oleh peserta dapat segera ditanggulangi, disiplin kelas dapat dibina dengan baik, dan semua kegiatan berlangsung dengan tertib dan berhasil.
i) Peranan pelatih sebagai motivator; pelatih perlu terus menggerakkan motivasi belajar para peserta, baik selama berlangsungnya proses pembelajaran maupun diluar kelas pada setiap kesempatan yang ada. j) Peranan pelatih sebagai evaluator; pelatih berkewajiban penilaian pada
awal pelatihan, selama berlangsungnya proses pembelajaran, dan pada akhir pelatihan, dengan cara memberikan tes tertulis, pertanyaan lisan, dan pengamatan.
k) Peranan pelatih sebagai konselor; konseling (penyuluhan) perlu dilakukan oleh pelatih. Kesulitan daam belajar sudah tentu kewajiban utama pelatih, namun jika perlu dan memungkinkan maka pelatih dapat juga memberikan penyuluhan tentang kesulitan pribadi dan sosial. Pelaksanaan konseling dapat berlangsung selama proses pembelajaran atau dilaksanakan secara khusus dalam kesempatan yang khusus.
l) Peranan pelatih sebagai penyelidik sikap dan nilai; sistem nilai yang dijadikan sebagai panutan hidup dan sikapnya perlu diselidiki, mengingat semua tenaga pelatih itu pada gilirannya akan didayagunakan sebagai tenaga kerja yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “Motif” yang berarti kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang, yang menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Motif diinterpretasikan dalam bentuk tingkah laku yang berupa
(32)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Hamzah B. Uno, 2006 : 3). Motivasi yang dimaksud adalah tentang motivasi belajar musisi jalanan dalam mengikuti program pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli. Pengertian motivasi belajar menurut Sardiman, (1986: 75) bahwa:
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Terdapat beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar pada diri individu siswa dalam melakukan aktivitas belajarnya. Menurut Nasution (1982:81) cara membangkitkan motivasi belajar antara lain:
a) Memberi Angka
Banyak siswa belajar yang utama justru untuk mencapai angka yang baik, sehingga biasanya yang dikejar itu adalah angka atau nilai. Oleh karena itu langkah yang dapat ditempuh guru adalah bagaimana cara memberi angka-angka dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan.
b) Memberi Hadiah
Hadiah dapat membangkitkan motivasi belajar seseorang jika ia memiliki harapan untuk memperolehnya, misalnya: seorang siswa tersebut mendapat beasiswa, maka kemungkinan siswa tersebut akan giat melakukan kegiatan belajar, dengan kata lain ia memiliki motivasi belajar agar dapat mempertahankan prestasi.
c) Hasrat Untuk Belajar
Hasil belajar akan lebih baik apabila pada siswa tersebut ada hasrat atau tekad untuk mempelajari sesuatu.
(33)
63
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d) Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil belajar yang selama ini dikerjakan, maka akan bisa menunjukan motivasi siswa untuk belajar lebih giat, kerana hasil belajar merupakan feedback (umpan balik) bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dalam belajar. e) Memberikan Pujian
Pujian sebagai akibat dari pekerjaan yang diselesaikan denga baik, merupakan motivasi yang baik pula.
f) Menumbuhkan Minat Belajar
Siswa akan merasa senang dan aman dalam belajar apabila disertai dengan minat belajar apabila disertai dengan minat belajar. Dan hai ini tak lepas dari minat siswa itu dalam bidang studi yang ditempuhnya.
g) Suasana yang Menyenangkan
Siswa akan merasa aman dan senang dalam belajar apabila disertai dengan suasana yang menyenangkan baik proses belajar maupun situasi yang dapat menumbuhkan motivasi belajar.
4. Kemandirian Berkreasi
Kemandirian (independence) merupakan suatu kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain.(Lamman dkk, 1988) dalam Yuna. A (2009) [online]. Kemandirian yang dimaksudkan peneliti adalah kemandirian berkreasi musisi jalanan yang mengikuti program pelatihan keterampilan bermusik.
Dalam penelitian ini, kemandirian berkreasi difokuskan pada musisi jalanan yang mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli. Yang dimaksud kemandirian berkreasi dalam penelitian ini adalah suatu keadaan seseorang yang dapat menentukan sendiri dan dapat memutuskan sesuatu secara mandiri dalam mengembangkan skill bermusik yang telah didapat, serta berkarya
(34)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tanpa bantuan orang lain untuk menghasilkan sebuah karya seni dan berkreasi di bidang musik.
5. Ekonomi Kreatif
Ekonomi Kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya (Arif : 2010) [online]. Ekonomi kreatif yang peneliti maksudkan adalah musik sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif dalam penelitian yang diangkat.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2007 : 307), Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun sendiri langsung ke lapangan untuk melakukan pengumpulan data, analisis data dan kesimpulan. Sebagaimana dinyatakan oleh Nasution (1988) dalam Sugiyono (2007 : 306):
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Selanjutnya Nasution (1988) dalam Sugiyono (2007 : 306), mengemukakan ciri-ciri peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa sebagai berikut:
(35)
65
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan. Jadi, peneliti berperan sebagai instrumen penelitian secara keseluruhan proses penelitian dalam menentukan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan dari data yang telah diperoleh dari lapangan. Sehingga, peneliti berupaya dalam menjalankan peran dalam memperoleh kualitas hasil penelitian yang baik.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Proses pengembangan instrumen adalah proses yang dilakukan peneliti dalam mengembangkan instrument yang disiapkan untuk mengumpulkan data di lapangan dengan melakukan beberapa tahapan pengembangan, yaitu:
1. Penyusunan kisi-kisi
Penyusunan kisi-kisi dalam penelitian dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam menyusun pedoman wawancara dan pedoman observasi. Kisi-kisi penelitian tentang peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan menjadi acuan peneliti
(36)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk mengembangkan aspek-aspek yang akan diteliti dan diamati dalam wawancara dan observasi. Penyusunan kisi-kisi terdiri dari beberapa kolom yang disusun yaitu: judul, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, aspek yang diteliti, indikator, sumber data dan teknik pengumpulan data.
2. Penyusunan pedoman wawancara
Penyusunan pedoman wawancara merupakan hal penting yang dipersiapkan sebelum melakukan pengumpulan data dengan wawancara. Dengan adanya pedoman wawancara, maka wawancara yang dilaksanakan dapat mempermudah aspek-aspek yang digali dan diteliti secara mendalam dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan. Sehingga, peneliti menemukan fakta-fakta dan informasi yang dibutuhkan. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu tentang peran pelatih, gambaran motivasi dan kemandirian musisi jalanan dan faktor pendukung dan pendorong pelatih menjalankan peran. Sumber data yang diperlukan yaitu dua orang pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dan tiga orang musisi jalanan yang telah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik.
3. Penyusunan pedoman observasi
Penyusunan pedoman observasi meliputi indikator dan sub indikator apa saja yang akan diamati dan dilihat secara langsung di lapangan. Dalam penelitian ini, pedoman observasi yang disusun mengacu pada sub indikator peran pelatih, gambaran motivasi dan kemandirian musisi.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian. karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid dan tujuan utama dari penelitian adalah untuk
(37)
67
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Menurut Lofland dan Lofland (1984 : 47) dalam Djam’an Satori (2007 : 39), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. Sebagaimana yang dijelaskan oleh (Sugiyono, 2007 : 309) yaitu:
“Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang paling utama adalah dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi atau pengamatan langsung, studi dokumentasi dan lainnya digunakan sebagai teknik pendukung untuk melengkapi data yang akan diperoleh di lapangan. Maka, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Secara umum, observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2007 : 203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Selanjutnya, Sugiyono (2007 : 203) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
(38)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jadi, teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi merupakan suatu teknik yang dilakukan dalam kegiatan mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung suatu kegiatan atau peristiwa yang ada di lapangan. Menurut Patton dalam Nasution (1988), manfaat observasi adalah sebagai berikut:
a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi social, jadi akan diperoleh pandangan yang holistic atau menyeluruh.
b) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
c) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
d) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
e) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan ha-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi social yang diteliti.
Teknik pengumpulan data dengan observasi ini dibagi menjadi beberapa jenis, sebagaimana yang diklasifikasikan oleh Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiyono (2007 : 310), observasi diklasifikasikan menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan convert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.
(39)
69
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi jenis observasi partisipatif dalam mengumpulkan data di lapangan. Dengan observasi partisipatif ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh sumber data yang diamati. Peneliti ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan dalam pelatihan keterampilan bermusik yang dilaksanakan di Rumah Musik Harry Roesli, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan pembelajaran musik yang dilaksanakan di ruang kelas dan ruang studio, peneliti terlibat langsung dalam kegiatan latihan musik musisi jalanan, peneliti ikut serta pula dalam kegiatan rapat, dan peneliti ikut serta melihat kegiatan manggung yang dilaksanakan musisi jalanan di cafe dan acara-acara tertentu.
Objek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dalam Sugiyono (2007 : 314) dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities ( aktivitas).
a) Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung. Dalam pendidikanbisa di ruang kelas, lan dan bengkel.
b) Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu, seperti guu, kepala sekolah, pengawas, orangtua murid.
c) Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung, seperti kegiatan belajar mengajar.
Maka, objek yang diamati dalam penelitian ini yaitu peran pelatih dan perilaku musisi jalanan, serta kegiatan yang dilaksanakan dalam pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli. Observasi ini digunakan dengan mengamati tentang respon musisi jalanan dalam mengikuti pelatihan keterampilan bermusik, sikap dan tindakan pelatih dalam meningkatkan motivasi musisi jalanan dan bagaimana peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan kemandirian musisi jalanan.
(40)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan menggunakan teknik pengumpulan data ini untuk mencatat proses, hal-hal, perilaku, tindakan, perkembangan, dan sebagainya tentang perilaku musisi jalanan dan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan.
2. Wawancara
Menurut Djam’an Satori (2007 : 44) bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Esterberg (2002) dalam Djam’an Satori (2007 : 44) mendefinisikan bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Jadi, wawancara merupakan suatu kegiatan yang didalamnya terdapat percakapan antara si penanya dan si penjawab dalam bertukar informasi dan ide tentang sesuatu hal untuk tujuan tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2007 : 17).
Berdasarkan pendapat Sugiono diatas, wawancara dilakukan saat studi awal pendahuluan penelitian dan saat penelitian berlangsung ke lapangan. Wawancara dilakukan pada saat studi awal pendahuluan penelitian untuk menemukan masalah
(1)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Setelah mengkaji permasalahan dalam penelitian khususnya peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi dan kemandirian musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Penyelenggara di Rumah Musik Harry Roesli
Diharapkan penyelenggara di Rumah Musik Harry Roesli, khususnya bagi penyelenggara program pelatihan keterampilan bermusik bagi musisi jalanan dapat mengelola program pelatihan tersebut dengan baik, sehingga dapat terorganisasi dan terstruktur .
2. Pelatih di Rumah Musik Harry Roesli
Diharapkan pelatih program pelatihan keterampilan bermusik yang ada di Rumah Musik Harry Roesli dapat lebih memahami karakteristik musisi jalanan dengan cara membaca buku-buku, artikel dan diskusi dengan orang yang lebih ahli tentang musisi jalanan. Sehingga, dengan adanya pemahaman tentang karakter dan kebutuhan belajar musisi jalanan, maka pengoptimalisasian sumber daya manusia dapat tercapai dengan baik, khususnya dalam dunia musik sebagai salah satu industri kreatif.
3. Peneliti Berikutnya
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lebih mendalam mengenai peran-peran lain yang dilakukan oleh seorang pelatih dalam suatu pelatihan yang dilaksanakan. Sehingga, temuan-temuan peran baru yang dilakukan oleh pelatih dapat memperkaya referensi hasil penelitian dan
(2)
121
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keilmuan, serta pelatih selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam tentang peran baru yang dilakukan oleh pelatih tersebut.
(3)
121
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Apipah. (2012). Pengertian Penelitian Kualitatif. Tersedia: http://diaryapipah.blogspot.com/2012/05/pengertian-penelitian-kualitatif.html [diakses : 25 Mei 2012]
Arif.2010. Ekonomi Kreatif. Tersedia : http://arifh.blogdetik.com/ekonomi-kreatif/ [diakses : 15 Juni 2013]
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Davis, K & J.W. Newstrom. (1990). Perilaku dalam Organisasi. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud, (1983) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Esti, Sri.1989 .Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo
Fahmi, Mird. (2013). Pengertian Ekonomi Kreatif. Tersedia: http://fahmipane14.blogspot.com/2013/03/pengertian-ekonomi-kreatif.html Franco Ernesto. A. (1991), Training How to Book For Trainer, National Book.
StroreTeacher, Manila
Friedman, Marilyn M. (1992). Family Nursing. Theory & Practice. 3/E. Debora Ina R.L. (1998) ( alih bahasa ). Jakarta: EGC
GBHN 1998, Ketetapan MPR RI beserta GBHN MPR RI 1998-2003, Citra Umbara, Bandung.
(4)
122
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.S.D (2006).Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hamalik, Oemar. 2007. Pengembangan SDM Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan
Pendekatan Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamzah B Uno. (2006). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Kamil, Mustofa. 2012. Model pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi). Bandung : Alfabeta
Mangkunegara, Anwar Prabu., 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Refika Aditama.
Marzuki, M.S, (1992), Strategi dan Model Pelatihan, Malang : IKIP Malang. Maslow. Abraham. H. 1994. Motivasi dan Kepribadian (Terjemahan Nurul Imam).
Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Mathis R.L dan Jackson J.H, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat.
Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman. (1984). Qualitative Data Analysis, Saga Publications, Beverly Hills.
Moleong, L. J. (1991). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya ____________(2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung
Moekijat, T.(1991). Perilaku Karyawan di Perusahaan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
__________(1993). Evaluasi Pelatihan Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas.
Mandar Maju. Bandung.
Nasution. (1982). Teknologi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara
________(1988) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito.
Nawawi, H, (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Gajah Mada Universitas Press.
(5)
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1991. tentang Latihan Kerja. Jakarta: Depnaker RI
Priyitno, Elida. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: P2LPTK
Riadi, Muslihin. (2013). Motivasi Belajar. Tersedia : http://www.kajianpustaka.com/2013/04/motivasi-belajar.html
Sardiman. (1986). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Satori, Djam’an. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Siagian, Sondang P. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, Jakarta : Bumi Aksara
Simamora, Henry. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Bagian Penerbit. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Soehartono, Irawan. Dr.. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sudjana. (1996). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi para Penelitian.
Bandung: Tarsito
________(2000), Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah, Perkembangan,
Falsafah dan Teori Pendukung Asas,Bandung: Falah Production.
________(2004). Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan,
Falsafah, Teori Pendukung, Azas. Bandung : Falah Production.
.(2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi. Bandung : Falah Production.
Sugiyono, (2007), Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kualitatif, Kualitatif
(6)
124
Yuka Martlisda Anwika, 2013
Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
_________(2011). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sumantri, S. (2000), Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung, Fakultas Psikologi Unpad.
Susan Stainback; William stainback ; Understanding & Conducting Qualitative
Research; Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, lowa; 1988.
Tjiptono, Fandy, dan Anastasia Diana, 1995. Total Quality Management, Andi Offset, Yogyakarta
Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : UPI Press.
Veithzal Rivai. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Cetakan Pertama. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Wisono, (2013), Pengertian Peran Definisi Menurut Para Ahli. Tersedia : http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertian-peran-definisi-menurut
para.html
Yoder, D, (1962), Personel Principles and Policies, Prentice Hall Inc, Maruzen Company Ltd, Second Edition.
Yuna, Ayumi. (2009). Kemandirian. Tersedia :
http://wa2cantique.blogspot.com/2009/03/kemandirian.html [diakses : 24 November 2012]