MANAJEMEN PENGEMBANGAN GURU.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...v

KATA PENGANTAR ………...vii

DAFTAR ISI ..……….…...…...ix

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

BAB I PENDAHULUAN …………...…...1

A. Latar Belakang Masalah ... ...1

B. Rumusan Masalah ... ...………...12

C. Tujuan Penelitian ...13

D. Manfaat Hasil Penelitian ... ...14

E. Kerangka Pikir Penelitian ... ...15

F. Hipotesis ...18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...20

A. Posisi Masalah Penelitian dalam Studi Administrasi Pendidikan ...20

B. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia ...24

C. Pengembangan Guru ...32

D. Kinerja Guru SMK ...60

E. Pendidikan Kejuruan ...88

F. Kesimpulan Hasil Kajian Teori ...105

G. Studi Terdahulu ...107

BAB III METODE PENELITIAN...118

A. Pendekatan Penelitian ...118

B. Lokasi, Populasi dan Sampel ...118

C. Definisi Konseptual dan Operasional Penelitian ...118

D. Instrumen Penelitian ...120


(2)

F. Teknik Pengumpulan Data dan Uji Instrumen ...123

G. Teknik Analisis Data ...128

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...137

A. Hasil Penelitian ...137

B. Pembahasan ...153

C. Strategi Pengembangan Guru ...162

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI ...169

A. Kesimpulan ...169

B. Rekomendasi ...172

C. Implikasi...173

DAFTAR PUSTAKA ...177

LAMPIRAN-LAMPIRAN I. INSTRUMEN PENELITIAN ...185

II. DATA HASIL UJI COBA ...222

III. DATA HASIL PENELITIAN ...228

IV. REKAPITLASI HASIL ANGKET ...240


(3)

DAFTAR TABEL

1.1. Kondisi Guru SMK di Majalengka ...6

2.1. Perbandingan antara Pendidikan, Pelatihan dan Forum Ilmiah ...59

3.1. Dimensi dan Indikator Variabel Pendidikan Lanjut ...120

3.2. Dimensi dan Indikator Variabel Pelatihan Profesi ...120

3.3. Dimensi dan Indikator Variabel Kesertaan pada Forum Ilmiah...121

3.4. Dimensi dan Indikator Variabel Kinerja Guru ...121


(4)

DAFTAR GAMBAR

1.1. Program Pendidikan di SMK ...10

1.2. Kerangka Pikir Penelitian ...17

2.1. Siklus Pengembangan Talenta ...37

2.2. Discovering an Individual Training Need ... ...38

2.3. Some Sources Contributing to Teachers Tasks and Behaviors...53

2.4. Alur Kinerja, Motivasi dan Abilitas Guru...64

2.5. Factors Affecting Employees’ Job Performance and Productivity...66

2.6. Proses Motivasi dari Gibson ...86

3.1. Prosedur Penelitian ...123

3.2. Diagram Jalur ...129

4.1. Model Diagram Jalur ...138

4.2. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Pertama ...140

4.3. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Kedua ...142

4.4. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Ketiga ...144

4.5. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Keempat ...145

4.6. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Kelima... ...147

4.7. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Keenam ...148

4.8. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Ketujuh.... ...150

4.9. Hasil Pengujian Hipotesis...152


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu alternatif pencapaian harapan masyarakat Indonesia sejahtera adalah berkembangnya dunia usaha dan dunia industri yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Peluang kerja dunia usaha dan dunia industri, khususnya untuk tenaga pelaksana sampai tingkat pengawas, secara teoritik cenderung mudah didapatkan oleh pencari kerja tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK).

Kecenderungan tersebut sejalan dengan pendapat Supriadi (2002:17), bahwa “pendidikan kejuruan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang produktif, yakni manusia kerja, bukan manusia beban bagi keluarga.” Malik Fajar sebagaimana dikutip oleh Supriadi (2002:iii) juga memiliki pandangan yang sama, bahwa ‘pendidikan kejuruan merupakan investasi yang mahal namun strategik dalam menghasilkan manusia Indonesia yang terampil dan berkeahlian dalam bidang-bidangnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa khususnya dunia usaha dan industri.’

Dalam kenyataannya, masih dijumpai keluhan atas lulusan SMK yang kurang terampil sehingga tidak siap untuk bersaing meraih pekerjaan. Hal itu disebabkan antara lain oleh ketidaksiapan lulusan untuk melaksanakan pekerjaan dan kesenjangan vokasional antara latar belakang keterampilan angkatan kerja lulusan SMK dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri. Ketidaksiapan lulusan SMK tersebut diperkuat oleh


(6)

ungkapan Sukmadinata (2003:1), bahwa “dalam bidang pendidikan kejuruan salah satu hal yang masih menjadi keprihatinan adalah kemampuan SMK untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja.”

Kondisi demikian menuntut dilakukannya upaya-upaya yang lebih serius untuk menyelaraskan pendidikan di SMK dengan tuntutan dunia kerja. Kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki lulusan SMK dengan kompetensi yang dipersyaratkan oleh pengguna lulusannya dapat dijembatani melalui pencurahan perhatian yang lebih intensif terhadap SMK. Dengan kata lain, memberikan solusi alternatif berupa pengembangan gurunya.

Tercapainya harapan akan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri, sangat bergantung pada ketersediaan dan kualifikasi tenaga pendidik, di samping memadainya prasarana, kurikulum, sumber-sumber belajar, dan media pendidikan. Oleh karena itu, guru merupakan komponen strategik sistem pendidikan SMK yang perlu ditingkatkan kualitasnya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan guru, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standarisasi Akademik dan Kompetensi Guru. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional. Untuk itu, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau diploma IV yang relevan, dan


(7)

menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sementara itu masih banyak guru yang belum berpendidikan sarjana atau diploma IV, untuk Jawa Barat guru SMK yang berkualifikasi minimal S-1/D-4 hanya 82 % (Rencana Strategis Depdiknas 2010-2014, 2009:31). Jumlah guru SMK yang berkualifikasi minimal S-1/D-4 tersebut belum dilihat dari faktor relevansinya. Karena kenyataan menunjukkan masih terdapat guru SMK yang latar belakang kualifikasi akademiknya tidak linier dengan mata pelajaran yang diampunya.

Seperti halnya guru pada bidang studi lain, guru SMK juga sebagai agen pembelajaran. Oleh karenanya guru senantiasa harus belajar. Melalui belajar bertambah wawasan dan ilmu pengetahuan sehingga ungkapan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan besok harus lebih baik dari hari ini dapat terpenuhi. Jika dikaitkan dengan filosofi Islam menuntut ilmu itu dimulai dari buaian hingga liang lahat, yaitu pendidikan sepanjang hayat. Selanjutnya masih menurut konsep Islam yang tertuang pada surat Al Mujaadilah (Al Quran, 058:011), bahwa “Alloh akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Landasan idiil berikutnya khususnya bagi kaum muslimin adalah hadis Nabi Muhamad SAW yang menyatakan: “Mereka yang meninggalkan rumah untuk mencari ilmu, berada di jalan Allah. Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim laki-laki maupun perempuan.”

Selain itu filosofi yang disampaikan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia yang masih relevan hingga hari ini, di antaranya ing

ngarso sung tulodo yang sejalan dengan falsafah Sunda bahwa guru merupakan


(8)

teladan di sekolah dan masyarakat guru harus selalu belajar. Tentu saja ilmu pengetahuan dimaksud dapat diraih melalui pengembangan, baik itu dalam format pendidikan formal, non formal ataupun informal.

Secara global Indonesia juga dihadapkan pada pemenuhan Komitmen Dakar mengenai Education For All (EFA), seperti tertulis pada Rencana Strategis Depdiknas 2010-2014 (2009:31), yaitu: (1) memperluas kesempatan pendidikan untuk usia dini, (2) menyediakan program wajib belajar pendidikan dasar gratis untuk semua penduduk, (3) mempromosikan pembelajaran dan pendidikan kecakapan hidup atau pendidikan keterampilan bagi anak remaja dan dewasa, (4) meningkatkan angka melek aksara bagi orang dewasa sebesar 50%, (5) meningkatkan paritas gender pada tahun 2005 dan kesetaraan gender pada tahun 2015, dan (6) meningkatkan mutu pendidikan. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, yang amat menarik dari komitmen Dakar di atas adalah komitmen ketiga sehubungan dengan pendidikan keterampilan yang merupakan wilayah kerja SMK dan komitmen keenam tentang peningkatan mutu pendidikan. Semua kondisi tersebut merujuk pada kebutuhan guru SMK yang berkompeten dalam bidangnya.

Dalam menyikapi urgensi tuntutan dan kebutuhan guru SMK yang kompeten, pemerintah pusat maupun daerah telah menempuh beragam upaya. Upaya tersebut dilaksanakan melalui program pengembangan guru berupa pendidikan lanjut, sertifikasi guru, pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, studi banding, dan jenis-jenis program lainnya. Khususnya Pemerintah Kabupaten Majalengka telah memberikan perhatian terhadap pengembangan


(9)

guru sejalan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tanggal 9 Juli 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan, bahwa tugas Pemerintah Daerah meliputi ”Pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan nonformal.” Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Perencanaan, Koordinator Pengawas, dan Kepala Sekolah, penulis mengidentifikasi bahwa belum ada perencanaan yang matang untuk pengembangan guru. Pengembangan guru yang sudah berlangsung bersifat pengembangan guru yang dilaksanakan pemerintah dan pengembangan guru secara individu. Pengembangan yang bersifat individu atau pengembangan diri, biayanya ditanggung secara swadana dari guru yang bersangkutan. Oleh karenanya guru yang mengikuti pendidikan lanjut mendapatkan izin dari atasan dengan catatan tidak meninggalkan tugas. Sehingga dalam mengikuti pendidikan lanjut mencari lembaga pendidikan yang lokasinya tidak jauh dari tempat kerja agar tidak meninggalkan tugas mengajar. Sementara itu di Kabupaten Majalengka sendiri perguruan tinggi masih terbatas. Keinginan guru SMK untuk mengikuti pendidikan lanjut cukup tinggi guna memenuhi tuntutan peraturan yang berlaku tentang kompetensi akademik guru. Oleh karena itu muncul masalah guru melanjutkan pendidikan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan sebelumnya.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(10)

Tabel 1.1

Kondisi Guru SMK Di Kabupaten Majalengka

NO SMK TOTAL KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN KEBUTUHAN KURANG TAHUN

GURU GT GTT DIP III S1/DIV S2 IDEAL RELEVAN BERDIRI

1 SMK AK - YPIB Majalengka 46 3 43 39 7 46 2003 2 SMK Analis Kimia YPPT 24 3 21 1 22 1 24 2006 3 SMK Ar-Rahmat 26 1 25 2 24 32 6 2008 4 SMK Bina Bangsa Talaga 24 18 6 8 16 24 12 2000 5 SMK Bina Insani 16 4 12 16 18 2 2009 6 SMK Global Jatitujuh 21 2 19 3 18 19 2008 7 SMK Infor MEC Majalengka 23 9 14 1 22 24 2 2004 8 SMK Kes Bhakti Kencana 26 26 2 23 1 26 2009 9 SMK Korpri Majalengka 63 9 54 6 52 3 64 1 1982 10 SMK Muhammadiyah 19 3 16 19 19 2003 11 SMK Par-PGRI Majalengka 19 1 18 7 11 1 19 2005 12 SMK Pelita Nusantara 22 22 22 22 2009 13 SMK Perjuangan Bangsa 16 5 11 2 14 16 2007 14 SMK PGRI Dawuan 34 12 22 1 32 1 34 1981 15 SMK PGRI Jatiwangi 42 11 31 6 35 1 42 9 1998 16 SMK PUI Cikijing 25 25 2 25 28 3 2007 17 SMK PUI Majalengka 42 10 32 2 37 3 57 15 1997 18 SMK Putera Nusantara 24 3 21 24 24 2006 19 SMK PW Nusantara 21 21 21 35 14 2007 20 SMK Rise Leuwimunding 16 14 2 6 9 1 16 3 2004 21 SMK Rise Majalengka 29 29 29 29 2004 22 SMK Tri Daya Budi Dawuan 23 2 21 4 16 3 20 7 1997 23 SMK Wahana Bakti 38 5 33 38 43 24 1996 24 SMK YIC Jatiwangi 21 2 19 1 19 1 21 1998 25 SMK YPPT Majalengka 23 14 9 2 21 23 2005 26 SMKN I Kadipaten 67 46 21 2 59 6 54 6 1969 27 SMKN I Kertajati 19 19 19 19 2008 28 SMKN I Maja 49 32 17 4 43 2 49 2 2002 29 SMKN I Majalengka 105 82 23 8 91 6 105 1980 30 SMKN I Palasah 50 20 30 1 49 43 1 2006 31 SMKN I Panyingkiran 51 21 30 1 48 2 51 2005


(11)

32 SMKN I Talaga 54 25 28 3 50 1 49 7 2006 33 SMKN II Kehutanan 105 82 23 8 91 6 105 2008 34 SMKN II Majalengka 77 61 16 18 58 1 77 6 1980 35 SMKN Lemahsugih 42 1 41 2 38 2 42 2006

J U M L A H 1302 501 800 103 1150 49 1319 120

PERSENTASE (%) 100 38.48 61.44 7.91 88.33 3.76 9.22

Sumber: Data Pokok SMK Negeri dan Swasta Tahun 2009, Depdik 2009

Pada tabel 1.1 di atas terlihat bahwa guru SMK berjumlah 1.302 orang, tetapi dari jumlah tersebut terjadi penghitungan ganda (double counting), yaitu banyak guru tetap pada suatu SMK yang mengajar sebagai guru tidak tetap pada SMK lain. Setelah penulis mengadakan penghitungan secara lebih cermat, yaitu hanya menghitung jumlah guru yang bekerja pada home base nya saja terdapat 937 orang guru SMK. Angka inilah yang digunakan sebagai populasi. Sedangkan kebutuhan idealnya sebanyak 1.319 orang. Selain jumlahnya masih kurang, guru SMK yang ada masih terdapat 103 orang (7,91 %) belum S1. Lebih dari itu sebanyak 120 orang (9,22 %) kurang relevan antara latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu. Dengan berbagai permasalahan di atas, dimungkinkan kinerja guru belum optimal.

Apabila dilihat dari kualitas pendidikan secara makro menyangkut pendidikan nasional, kondisinya masih memprihatinkan jika dibandingkan dengan kemajuan pendidikan di negara lain. Di negara-negara Asean sendiri pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal. Misalnya jika dibandingkan dengan pendidikan di Malaysia dan Singapura. Menurut Raka Joni (2008:39) ‘Keterpurukan kinerja sistem pendidikan nasional dapat dibaca secara luas


(12)

antara lain dalam peringkat HDI (Human Development Index) yang dipantau UNDP (tahun 1996, peringkat 102 dari 174 negara; tahun 1999 peringkat 105 dari 174 negara; tahun 2000 peringkat 109 dari 174 negara),’ kecenderungannya menurun terus.

Demikian juga pendidikan secara mikro yaitu pendidikan pada tingkat lembaga atau satuan pendidikan. Walaupun sudah banyak yang mencapai taraf standar pendidikan nasional bahkan ada yang telah mencapai standar pendidikan internasional, ternyata kesenjangan antar satuan pendidikan masih sangat tinggi. Seperti terlihat pada tabel 1.1, bahwa ada SMK yang telah memenuhi kecukupan tenaga pendidiknya, sedangkan di sisi lain masih terdapat SMK yang tenaga pendidiknya kurang relevan yang cukup signifikan bahkan ada yang kurang dari segi kuantitasnya.

Di pihak lain, hasil observasi awal yang penulis lakukan terhadap kondisi guru SMK di Kabupaten Majalengka dapat diidentifikasi sebagai berikut: jumlah guru belum memenuhi kebutuhan riil SMK; masih ditemukan guru yang mismacth antara latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang mereka ampu; dan masih ditemukan adanya guru-guru SMK yang belum memiliki kompetensi akademik, dalam arti baru berijazah Diploma III.

Melihat semangat pengembangan diri guru yang disebabkan oleh tuntutan peraturan bahwa guru harus sarjana atau diploma IV, tuntutan sosial, dunia usaha dan dunia industri serta belum terencananya secara matang pengembangan guru sebagaimana diutarakan dimuka, maka gagasan utama penelitian ini ingin menganalisis secara faktual pengaruh pengembangan diri


(13)

melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah yang pada gilirannya terformulasikan strategi pengembangan guru yang diharapkan lebih berhasilguna.

Di dalam struktur program kurikulum SMK memuat rumpun-rumpun: (1) pendidikan umum atau normatif; (2) dasar penunjang atau adaptif; (3) praktek keahlian produktif atau professional competencies. Rumpun ketiga ini terdiri atas (a) teori kejuruan yang dilaksanakan sepenuhnya di sekolah dan menjadi tanggung jawab sekolah; dan (b) praktek dasar kejuruan, dapat dilaksanakan di sekolah, industri/perusahaan atau di kedua tempat tersebut, dan menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah dengan industri atau perusahaan mitranya. Adapun praktek keahlian profesi dilaksanakan di industri/perusahaan dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab industri/perusahaan tersebut. Jika digambarkan secara skematik dapat dilihat seperti gambar di bawah ini :


(14)

Teori kejuruan Praktek

dasar kejuruan

Praktek keahlian

produktif

(professional

competencies

)

Kemampuan

normatif

(pembentukan watak)

Kemampuan

adaptif

(pengembangan diri)

Gambar 1.1

PROGRAM PENDIDIKAN DI SMK

Sumber: Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

Di dalam konstelasi program pendidikan SMK tersebut, posisi dan tugas guru SMK adalah mengajar dan melatihkan rumpun mata pelajaran baik yang normatif, adaptif maupun produktif atau vocational study. Oleh karena itu, kinerja guru SMK merupakan salah satu penentu kualitas dan kompetensi lulusan yang responsif terhadap perkembangan dan tuntutan dunia usaha dan industri. Sedangkan kinerja guru itu sendiri dipengaruhi banyak faktor, seperti: kemampuan, keterampilan, sikap, motivasi, iklim kerja, pendidikan, pelatihan, kepemimpinan, dll. Guna lebih fokus, penelitian ini dibatasi hanya membahas


(15)

faktor kurang optimalnya kinerja guru secara garis besar disebabkan oleh latar belakang pendidikan dan kompetensi guru yang tidak relevan dengan mata pelajaran yang diampu. Menurut Sapaat (2004) yang dikutip Suhendro (http://duniaguru.com, diakses 2009), menyatakan bahwa guru yang tidak menguasai bahan ajar, tidak menguasai landasan-landasan kependidikan, tidak menguasai psikologi belajar siswa dan kompetensi lainnya sudah tidak dapat diandalkan lagi dalam konteks pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru yang profesional.

Mewujudkan SMK yang bermutu tentu tidak mudah, dan karenanya memerlukan usaha dan kerja keras dari seluruh pelaku pendidikan termasuk siswa sebagai subjek dalam pendidikan. Kemampuan guru melaksanakan program pengajaran yang menarik menjadi penentu keberhasilan belajar siswa di sekolah. Siswa memerlukan suasana kondusif untuk benar-benar melakukan kegiatan belajar, dan memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Merupakan kewajiban guru untuk menciptakan pendidikan yang bermutu dengan mengeksploitasi segala kemampuannya yang memungkinkan siswa menyenangi dan termotivasi untuk belajar. Kualitas belajar yang baik dan menyenangkan sangat tergantung pada kemampuan guru. Untuk mengatasi permasalahan di atas pemerintah telah melakukan beberapa cara, seperti: melalui MGMP, seminar-seminar, semiloka, lokakarya, pelatihan-pelatihan, pendidikan lanjut, dll. Namun sampai saat ini hasil observasi awal di lapangan kegiatan tersebut belum optimal hasilnya.


(16)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah dan argumentasi di atas, penulis terdorong untuk meneliti kinerja guru SMK sebagai variabel yang terikat oleh aspek-aspek pengembangan guru melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi, dan kesertaan pada forum ilmiah.

Pokok masalah penelitian ini penulis rumuskan terhadap efektivitas manajemen pengembangan guru SMK melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi, dan kesertaan pada forum ilmiah. Pokok masalah tersebut selanjutnya penulis perinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh pendidikan lanjut terhadap kinerja guru? 2. Seberapa besar pengaruh pelatihan profesi terhadap kinerja guru?

3. Seberapa besar pengaruh kesertaan pada forum ilmiah terhadap kinerja guru?

4. Seberapa besar pengaruh pendidikan lanjut dan pelatihan profesi secara bersama-sama terhadap kinerja guru?

5. Seberapa besar pengaruh pendidikan lanjut dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru?

6. Seberapa besar pengaruh pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru?

7. Seberapa besar pengaruh pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama terhadap kinerja guru SMK di Kabupaten Majalengka?


(17)

8. Bagaimana tingkat efektivitas manajemen pengembangan guru SMK melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum di Kabupaten Majalengka?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini menelaah aspek-aspek pengembangan dan kinerja guru di SMK, yang merupakan salah satu bidang kajian dari disiplin ilmu administrasi pendidikan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis pengaruh pendidikan lanjut terhadap kinerja guru. 2. Menganalisis pengaruh pelatihan profesi terhadap kinerja guru.

3. Menganalisis pengaruh kesertaan pada forum ilmiah terhadap kinerja guru. 4. Menganalisis pengaruh pendidikan lanjut dan pelatihan profesi secara

bersama-sama terhadap kinerja guru.

5. Menganalisis pengaruh pendidikan lanjut dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

6. Menganalisis pengaruh pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

7. Menganalisis pengaruh pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama terhadap kinerja guru SMK di Kabupaten Majalengka.

8. Menganalisis tingkat efektivitas manajemen pengembangan guru SMK melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum di Kabupaten Majalengka.


(18)

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

1. Dimensi Teoritik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut, yang relevan dan mengarah pada konsep-konsep dan konteks program pengembangan guru serta kualitas kinerja guru SMK. Analisis pengembangan guru dan kinerja guru sebagai bagian yang tak terpisahkan dari manajemen tenaga pendidik, diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual bagi perkembangan disiplin ilmu administrasi pendidikan.

2. Dimensi Praktek

Dalam tataran praktek, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Untuk memperluas wawasan penulis khususnya mengenai pengembangan tenaga pendidik dan kinerja mengajar guru SMK, sekaligus sebagai temuan awal untuk penelitian-penelitian lanjutan yang relevan.

2) Sebagai bahan kajian bagi Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan para pengambil kebijakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka dalam menentukan kebijakan dan program-program pengembangan dan peningkatan kompetensi guru SMK.

3) Memberikan umpan balik untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka dalam menentukan kebijakan dan merencanakan pengembangan guru SMK.


(19)

E. KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Berdasarkan fokus dan konteksnya, maka kerangka pikir penelitian ini memuat hal-hal sebagaimana diuraikan berikut ini.

Pertama, konseptualisasi masalah dan penjelasan teoritik. Dalam tahap

ini penulis merumuskan konseptualisasi masalah penelitian, sebagaimana yang telah dituangkan di bagian muka. Selanjutnya penulis memberikan penjelasan teoritik terhadap konsep-konsep kunci yang terkandung di dalam masalah penelitian ini.

Menurut Sanusi (1998), teori berfungsi: (1) mengonfirmasi atau memfalsifikasi teori yang ada, dan hasilnya dipakai untuk mengidentifikasi dan mengurai unsur-unsur dari suatu satuan; (2) mendeskripsi; (3) menganalisis proses serta hubungan; (4) memprediksi; dan (5) membuat rencana, operasi, dan kontrol. Dengan demikian, penjelasan teoritik masalah penelitian, penulis maksudkan guna memfungsikan konsep dan teori untuk menerangi proses pemahaman masalah penelitian di wilayah empirik, agar masing-masing dimensi masalah penelitian mendapatkan penjelasan teoritik yang memadai sehingga dapat dicegah kemungkinan tersesat di wilayah empirik.

Kedua, deskripsi dan analisis temuan empirik. Setelah kategori masalah

penelitian mendapat penjelasan teoritik yang memadai, selanjutnya penulis memasuki wilayah empirik guna merekam data dan informasi yang mencerminkan gambaran nyata mengenai masalah penelitian. Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesis penelitian dan pemaknaan. Pada tingkat empirik, penelitian ini ingin mengungkapkan dan memaknai hasil pengujian hipotesis


(20)

hubungan determinatif faktor-faktor pengembangan guru dengan kinerja mengajar guru. Berdasarkan pengungkapan dan pemaknaan tersebut akan dikedepankan sebuah strategi pengembangan guru untuk mendukung peningkatan kinerja mengajar yang sesuai dengan tuntutan relevansi pendidikan SMK.

Ketiga, mengajukan strategi pengembangan guru. Strategi pengembangan guru diajukan berdasarkan fakta empirik yang ditemukan di lapangan, hasil pengujian hipotesis penelitian, perbandingan dengan telaah teoritik dan penelitian terdahulu. Untuk lebih ringkasnya, kerangka penelitian ini penulis sajikan secara skematik dalam gambar 1.2.


(21)

Gambar 1.2.

KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Pada gambar 1.2 di atas terlihat bahwa sesuai dengan undang-undang, peraturan dan kebijakan lainnya bahwa guru harus profesional. Salah satu

Tidak

Ya Ya Ya

PP SNP No. 19/2005

§ §

§ §

§ §

REGULASI :

UUSPN No. 20/2003

UUGD No. 14/2005 MASYARAKAT

Budaya Dunia Usaha Dunia Industri

Relevansi

Kualifikasi akademik

Jumlah guru kurang

Kesenjangan

MANAJEMEN PENGEMBANGAN GURU

Pendidikan Lanjut

v Kemampuan v Keterampilan v Sikap v Motivasi

KINERJA GURU

SMK

Evaluasi Program

Pelatihan Profesi Forum Ilmiah KONSEP / TEORI:

§

Kinerja Pengembangan


(22)

kriteria profesional adalah kompetensi akademik guru minimal sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Di sisi lain guru juga sebagai sumber daya manusia kependidikan perlu dikelola dengan baik sesuai dengan kaidah keilmuan manajemen sumber daya manusia, guna mengurangi kesenjangan kompetensi akademik guru SMK dilaksanakan beberapa program pengembangan. Di antaranya pengembangan melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah. Melalui program pengembangan tersebut selain kesenjangan kompetensi akademik dapat teratasi juga outputnya diharapkan memiliki kinerja mengajar sesuai harapan.

F. HIPOTESIS

Berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka pikir sebagaimana diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh pendidikan lanjut terhadap kinerja guru. 2. Terdapat pengaruh pelatihan profesi terhadap kinerja guru.

3. Terdapat pengaruh kesertaan pada forum ilmiah terhadap kinerja guru. 4. Terdapat pengaruh pendidikan lanjut dan pelatihan profesi secara

bersama-sama terhadap kinerja guru.

5. Terdapat pengaruh pendidikan lanjut dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

6. Terdapat pengaruh pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru.


(23)

7. Terdapat pengaruh pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMK di Kabupaten Majalengka.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan descriptive survey dan

explanatory survey yang menurut Singarimbun dan Effendi (1989:4), “yakni

untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.” Sementara itu J. Supranto (2004:17), menambahkan bahwa riset deskriptif dilakukan untuk mendapatkan informasi untuk menjawab pertanyaan: apa (what), siapa (who), di mana (where), kapan (when), bagaimana (how) atau berapa banyak/berapa jumlah (how much). Konsekuensi dari pendekatan ini memerlukan operasionalisasi variabel yang dapat diukur secara kuantitatif sehingga dapat diuji secara statistik.

B. LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Penelitian ini memilih lokasi pada 35 SMK negeri dan swasta di Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat. Populasinya adalah seluruh guru SMK, yang berjumlah 937 orang. Dengan asumsi bahwa dilihat dari kinerjanya semua guru mendapat kesempatan sama untuk dijadikan sampel. Oleh karena itu pengambilan sampel digunakan metode simple random sampling, yang menurut Sugiyono (2010:93), yaitu “pengambilan sampel dilakukan secara acak”. Dari 937 orang diurutkan namanya dan diambil dari daftar nama tersebut loncat setiap sembilan nomor sehingga didapat 104 orang. Jumlah sampel yang diambil mengacu pada pendapat Roscoe (1982:253) sebagaimana dikutip


(25)

Sugiyono (2010:102-103), yaitu ‘bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variable yang diteliti.’

C. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

Penelitian ini terdiri atas tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas berupa pendidikan lanjut (X1); diklat profesi (X2); dan kesertaan

pada forum ilmiah (X3). Sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja guru

SMK (Y). Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang diteliti. Menurut Singarimbun (2003:46-47) “definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel”. Semacam petunjuk pelaksanaan caranya mengukur suatu variabel. Berikut ini definisi operasional variabel penelitian.

(1) Pendidikan lanjut (X1), yaitu jenjang pendidikan yang diikuti oleh guru

SMK yang ketika diterima sebagai guru berlatar belakang pendidikan Diploma III melanjutkan ke jenjang Strata 1, dengan melihat aspek pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai.

(2) Diklat profesi (X2), berupa diklat profesi yang pernah diikuti oleh guru

SMK baik pra jabatan, pelatihan dalam jabatan, dan pengembangan teknis pendidikan, dengan melihat aspek keterampilan, kesinambungan, motivasi, dan keahlian baru.

(3) Kesertaan pada forum ilmiah (X3), yaitu keikutsertaan guru SMK pada


(26)

organisasi profesi, dengan melihat aspek profesionalisme dari sumber lain, penambahan ide-ide, implementasi ide-ide, berbagi ide-ide dan penemuan dalil-dalil, aksioma dan doktrin.

(4) Kinerja guru dalam penelitian ini adalah merupakan tingkat profesional guru dalam proses belajar mengajar selama periode tertentu, yang dapat dilihat melalui kemampuan, keterampilan, motivasi dan sikap profesionalisme guru.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket/kuesioner. Angket disusun berskala pengukuran ordinal mengingat angket yang disebarkan menggunakan Skala Likert dengan kisaran secara kontinus 1 – 5.

Tabel 3.1

Dimensi dan Indikator Variabel Pendidikan Lanjut (X1)

Variabel Dimensi Indikator Butir Jml

Pendidikan Lanjut

Pengetahuan 1. Bidang kajian utama 2. Keguruan

1, 2 3, 4 4 Kemampuan 1. Menyusun RPP

2. Menjawab pertanyaan siswa

5, 6 7, 8 4 Keterampilan 1. Mengajar

2. Menggunakan media belajar 3. Mengevaluasi

9, 10 11 12

4

Sikap 1. Berbicara

2. Berperilaku

13, 14 15, 16 4 Nilai-nilai 1. Etika

2. Sosial 3. Agama

17 18 19, 20

4


(27)

Tabel 3.2

Dimensi dan Indikator Variabel Pelatihan Profesi (X2)

Variabel Dimensi Indikator Butir Jml

Pelatihan Profesi

Keterampilan 1. Menggunakan alat praktek 2. Memberi contoh

1, 2

3, 4 4

Kesinambungan 1. Materi 2. Waktu

5, 6, 14

7, 8 5

Motivasi 1. Kerja 2. Berprestasi

9, 10

11, 12, 13, 15, 16 7 Keahlian 1. Wawasan teknologi terkini

2. Membuat alat peraga

17, 18

19, 20 4

Jumlah Butir Pernyataan/Pertanyaan 20

Tabel 3.3

Dimensi dan Indikator Variabel Kesertaan pada Forum Ilmiah (X3)

Variabel Dimensi Indikator Butir Jml

Kesertaan pada Forum Ilmiah

Profesionalisme dari sumber lain

1. Materi seminar

2. Wawasan kependidikan

1, 2

3, 4 4 Penambahan ide-ide 1. Teknik pembelajaran

2. Merancang media belajar

5, 6,

7, 8, 9 5 Implementasi ide-ide 1. Dalam pembelajaran

2. Pembuatan media belajar

10

11 2

Berbagi ide-ide 1. Membuat usulan dalam membuat kebijakan 2. Dalam MGMP

12, 13, 15 14

4 Penemuan dalil-dalil,

aksioma dan doktrin

1. Perubahan dalam pekerjaan 2. Mencoba hal baru

16, 17 18, 19, 20 5

Jumlah Butir Pernyataan/Pertanyaan 20

Tabel 3.4

Dimensi dan Indikator Variabel Kinerja Guru SMK (Y)

Variabel Dimensi Indikator Butir Jml

Kinerja Guru SMK

Kemampuan a. kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran

b. kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran (KBM)

c. kemampuan guru dalam melakukan penilaian hasil pembelajaran

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,

20 16, 17, 18, 19

20

Keterampilan a. keterampilan bertanya

b. keterampilan memberi penguatan c. keterampilan mengadakan variasi d. keterampilan menjelaskan

e. keterampilan membuka dan menutup pelajaran f. keterampilan membimbing diskusi kelompok

kecil

g. keterampilan mengelola kelas

h. keterampilan pembelajaran perorangan

21, 22, 23 24, 25, 26 27, 28 29, 30 31, 32 33, 34, 35 36, 37, 38

39, 40


(28)

Sikap profesional

a. panggilan jiwa atas profesinya b. tanggung jawab yang maksimal c. idealisme

d. komitmen profesi

e. kesetiaan terhadap organisasi.

41, 42, 43, 44 46, 47, 48, 58,

59 50, 51, 52, 60 45, 53, 55, 56 49, 54, 57

20

Motivasi kerja a. rasa aman dalam bekerja b. pengakuan dan penghargaan c. kesempatan

d. peningkatan kualitas diri e. tanggung jawab.

63, 68, 74, 76, 77 67, 70, 73 65, 71, 72, 75 69, 78, 79, 80 61, 62, 64, 66

20

Jumlah Butir Pernyataan/Pertanyaan 80

E. PENGEMBANGAN INSTRUMEN

Prosedur penelitian dalam kaitan penulisan ini dimaksudkan agar peneliti dapat memberikan hasil maksimal dengan langkah-langkah yang benar serta menepis kekeliruan yang sekecil-kecilnya. Di samping itu untuk menetapkan data yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.

Langkah awal diadakan persiapan yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah sampai hipotesis penelitian dan dilanjutkan dengan asumsi-asumsi dari kajian kepustakaan, membuat kisi-kisi penyusunan instrumen, menyusun pra instrumen penelitian, membuat model inventory dalam bentuk kuesioner sementara, lalu dijustifikasi inventori oleh promotor (pakar), setelah dinyatakan layak kemudian diujicobakan di SMKN 1 sebagian sampel. Kemudian data diolah menjadi data mentah hasil uji coba, dianalisis item dengan uji validitas dan reliabilitas instrumen dengan uji Alfa Cronbach. Apakah semua item sudah valid dan reliabel, kalau tidak diadakan koreksi atau dibuang, kalau benar-benar valid dan reliabel item tersebut digunakan. Kemudian item yang sudah valid dan reliabel dihimpun lalu diujikan atau disebarkan pada penelitian yang sebenarnya (guru SMK di Majalengka), dari


(29)

hasil angket yang disebarkan ditabulasi, selanjutnya menghasilkan data yang berbentuk data interval (Skala Likert). Data interval langsung diuji dengan korelasi sederhana maupun korelasi ganda, ditemukan (hasil temuan penelitian), dibahas dengan dimaknai (diinterpretasikan sesuai dengan analisis).

Akhirnya disimpulkan, implementasi dan rekomendasi. Prosedur penelitian dimaksud dapat dilihat pada skema pada gambar 3.1.

ASUMSI-ASUMSI DARI KAJIAN KEPUSTAKAAN ANALISIS JALUR (PATH ANALISIS) KISI-KISI PENUSUNAN INSTUMEN PENYUSUNAN PRA INSTRUMEN MODEL INVENTORI DALAM BENTUK KUESIONER SEMENTARA JUSTIFIKASI INVENTORI OLEH PROMOTOR UJI COBA INSTRUMEN PENELIIAN PADA GURU

SMKN I KADIPATEN PEROLEHAN DATA MENTAH

HASIL UJI COBA UJI VALIDITAS DAN REALIABILITAS INSTRUMEN

(ANALISIS ITEM)

APAKAH SEMUA ITEM SUDAH VALID DAN RELLIABEL

YA TIDAK ADAKAH KOREKSI ATAU DIBUANG KONSULTASI DENGAN PROMOTOR

APAKAH SEMUA ITEM SUDAH RELIABEL DENGAN UJI

ALFA CRNBACH

PERUMUSAN MASALAH DAN HIPOTES IS PENELITIAN

PENYEBARAN ANGKET KEPADA GURU SMK DI MAJALENGKA

HASIL TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLIKASI DAN REKOMENDASI KESIMPULAN

RELIABEL

Gambar 3.1


(30)

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN UJI INSTRUMEN

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah angket yang berisi pernyataan/pertanyaan yang harus dijawab oleh responden, dengan memilih jawaban yang telah tersedia. Pemilihan jawaban oleh responden didasarkan atas kesesuaiannya dengan persepsi, pengalaman, dan pertimbangannya.

Item-item angket mengacu pada skala yang dikembangkan oleh Osgood,

yaitu yang berbentuk semantic differensial. Sugiyono (2002) menjelaskan bahwa skala semantic differensial tersusun dalam satu garis kontinum, jawaban yang sangat positif terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya.

Pengukuran semua variabel penelitian ini berskala ordinal. Untuk kepentingan analisis data dengan Analisis Jalur (Path Analysis) yang mempersyaratkan pengukuran variabel sekurang-kurangnya interval, maka peningkatan pengukuran variabel berskala ordinal ke skala interval dilakukan melalui method of successive intervals (Al Rasyid, 2005). Prosedur penggunaan metode tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Perhatikan banyaknya (frekuensi) responden yang menjawab (memberikan) respons terhadap alternatif (kategori) jawaban yang tersedia.


(31)

(2) Bagi setiap bilangan pada frekuensi oleh banyaknya responden (N), kemudian tentukan proporsi untuk setiap alternatif jawaban responden tersebut.

(3) Jumlahkan proporsi secara beruntun sehingga keluar proporsi kumulatif untuk setiap alternatif jawaban responden

(4) Dengan menggunakan Tabel Distribusi Normal Baku, hitung nilai z untuk setiap kategori berdasarkan proporsi kumulatif pada setiap alternatif jawaban responden tadi.

(5) Menghitung nilai skala (scale value) untuk setiap nilai z dengan menggunakan rumus:

(6) Melakukan transformasi nilai skala (transformed scale value) dari nilai skala ordinal ke nilai skala interval, dengan terlebih dahulu menentukan angka indeks skala interval (SIx) yang diperoleh dari pengurangan angka

satu (diperoleh dari nilai skala yang nilainya kecil atau harga negatif terbesar yang kemudian diubah menjadi sama dengan satu) dengan SVi

terkecil (= SVMin). SIx = 1 - SVMin. Sehingga untuk setiap alternatif

jawaban, skala intervalnya dapat diketahui dengan rumus : SIx = SVi +

SIx

2. Uji Instrumen

Untuk menguji validitas setiap item instrumen digunakan rumus Koefisien Korelasi Product Moment dari Pearson, melalui prosedur sebagai

Density at lower limit - Density at upper limit Area under upper limit - Area under lower limit


(32)

berikut :

(1) Mengumpulkan data dari hasil uji coba.

(2) Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item instrumen.

(3) Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor. (4) Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang

diperoleh untuk setiap respondennya. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan/pengolahan data selanjutnya.

(5) Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden.

(6) Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap item instrumen dari data observasi yang diperoleh.

Rumus :

[

∑ ∑

][

]

− =

2 2

2 2

) ( .

) (

) ).( (

Y Y

N X X

N

Y X XY N rxy

Keterangan :

N = Jumlah Responden; Xi = Nomor item angket ke i

∑X i = Jumlah skor item nomor ke i ;

Xi2 = Kuadrat skor nomor item angket ke i

∑X i2 = Jumlah dari kuadrat nomor item angket ke i

Y = Jumlah skor yang diperoleh masing-masing responden. ∑Y = Total dari jumlah skor yang diperoleh masing-masing responden.

Y2 = Kuadrat dari jumlah skor yang diperoleh masing-masing responden.


(33)

responden.

∑XY = Jumlah hasil kali nomor item angket ke i dengan jumlah skor yang diperoleh masing-masing responden.

(7) Membandingkan nilai koefisien korelasi product moment hasil perhitungan dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat dalam tabel. Kriteria kesimpulan : Jika nilai rxy > r xy tabel, maka item

angket valid (sahih). (8) Membuat kesimpulan.

Sedangkan uji reliabilitas instrumen, yaitu untuk mengetahui konsistensinya digunakan Metode Alfa dengan prosedur sebagai berikut:

(1) Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh untuk setiap respondennya.

(2) Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden.

(3) Menghitung kuadrat jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden.

(4) Menghitung jumlah skor masing-masing item yang diperoleh.

(5) Menghitung jumlah kuadrat skor masing-masing item yang diperoleh. (6) Menghitung varians masing-masing item

(7) Menghitung varians total (8) Menghitung nilai koefisien Alfa

Rumus :         −     −

=

2

2

11 .1

1 t i k k r σ σ

; di mana

( )

N N x x

= 2 2 2 σ


(34)

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya item instrumen

2

i

σ = Jumlah varians item

2

t

σ = Varians total

N = Jumlah responden.

(9) Membandingkan nilai koefisien Alfa dengan nilai koefisien korelasi

Product Moment yang terdapat dalam tabel. Kriteria kesimpulan: Jika

nilai uji r11 > nilai tabel r, maka instrumen angket reliabel

(10) Membuat kesimpulan.

Koefisien reliabilitas hasil hitung, menurut Arikunto (1995) dapat diinterpretasi sebagai berikut: 0,000 – 0,199 (sangat rendah); 0,200 – 0,399 (rendah); 0,400 – 0,599 (sedang); 0,600 – 0,799 (kuat); dan 0,800 – 1,000 (sangat kuat).

G. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Rancangan Uji Hipotesis

Penelitian ini menganalisis hubungan kausal antara pendidikan lanjut, pelatihan profesi, dan kesertaan pada forum ilmiah dengan kinerja guru SMK di Kabupaten Majalengka. Untuk menganalisis hubungan kausal antara variabel bebas (exogenous variable) dan variabel terikat (endogenous variable) dalam penelitian ini digunakan Path Analysis Models. Proposisi hipotetik hubungan dan pengaruh antar variabel tersebut dapat digambarkan dalam diagram jalur sebagai berikut:


(35)

Gambar 3.2. DIAGRAM JALUR

Keterangan :

X1 = Variabel Pendidikan Lanjut

X2 = Variabel Pelatihan Profesi

X2 = Variabel Kesertaan pada Forum Ilmiah

Y = Variabel Kinerja Guru SMK

= Koefisien korelasi variabel X1 dengan X2, menggambarkan

intensitas keeratan hubungan antara variabel X1 dengan X2. 2 1x x

r

3 2x x r ε ε y y p p × p 1 yx 3 yx p p 2 yx ) , ( 2 2 1x x y R ) , ( 2 3 1x x y R ) , ( 2 3 2x x y R 3 1x x

r

ε

X

2

X

1

X

3

Y


(36)

= Koefisien korelasi variabel X1 dengan X3, menggambarkan

intensitas keeratan hubungan antara variabel X1 dengan X3.

= Koefisien korelasi variabel X2 dengan X3, menggambarkan

intensitas keeratan hubungan antara variabel X2 dengan X3.

= Koefisien jalur variabel X1 terhadap Y, menggambarkan besarnya

pengaruh langsung variabel X1 terhadap Y.

= Koefisien jalur variabel X2 terhadap Y, menggambarkan besarnya

pengaruh langsung variabel X2 terhadap Y.

= Koefisien jalur variabel X3 terhadap Y, menggambarkan besarnya

pengaruh langsung variabel X3 terhadap Y.

= Koefisien determinasi variabel X1 dan variabel X2 terhadap Y,

menggambarkan besarnya pengaruh variabel X1 dan variabel X2

terhadap Y.

= Koefisien determinasi variabel X1 dan variabel X3 terhadap Y,

menggambarkan besarnya pengaruh variabel X1 dan variabel X3

terhadap Y.

= Koefisien determinasi variabel X2 dan variabel X3 terhadap Y,

menggambarkan besarnya pengaruh variabel X2 dan variabel X3

terhadap Y.

= Koefisien determinasi variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y,

menggambarkan besarnya pengaruh variabel X1, X2 dan variabel

X3 terhadap Y.

ε = Variabel residu ε (variabel yang mempengaruhi variabel endogenous di luar variabel exogenous)

Pengujian hipotesis merujuk kepada langkah kerja sebagaimana yang disarankan oleh Daniel J. Mueller (1986) dari Al Rasyid (2003:133) dalam Sambas (2006:50), yaitu sebagai berikut:

(1) Menentukan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan hipotesis

penelitian yang diajukan.

(2) Menentukan taraf kemaknaan/nyata α ( level of significance α ).

(3) Mengumpulkan data melalui sampel peluang (probability sample/random

sampel).

(4) Menentukan statistik uji yang tepat.


(37)

(6) Menghitung nilai statistik uji berdasarkan data yang dikumpulkan. Lalu memperhatikan apakah nilai hitung statistik uji jatuh di daerah penerimaan atau daerah penolakan.

(7) Membuat kesimpulan statistik (statistical conclusion), dan kesimpulan penelitian (research conclusion).

(8) Menentukan nilai ρ (ρ - value).

2. Prosedur Analisis Statistika

Teknik analisis data dengan Path Analysis Models, menurut Al Rasyid (2005) dijalankan dengan langkah kerja sebagai berikut:

(1) Menggambar dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya.

(2) Menghitung matriks korelasi antar variabel.

Untuk menghitung koefisien korelasi digunakan Pearson’s

Coefficient of Correlation (Product Moment Coefficient) dari Karl

Pearson. Alasan penggunaan teknik koefisien korelasi dari Karl Pearson ini adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval. Rumus Pearson’s Coefficient of

Correlation (Product Moment Coefficient):

R =

… Xu

X2 X1             1 ... 1 ... 1 ... 1 2 1 2 1 u u x x x x x x r r r


(38)

( )(

)

( )

(

)

        −         − − =

= = = 2 1 2 2 1 2 1 n y y n x x n y x y x r i n i i i n i i i i n i i i

(3) Menghitung matriks korelasi variabel exogenous.

Menghitung matriks invers korelasi variabel exogenous.

(4) Menghitung semua koefisien jalur pxuxi, 1,2, … k; melalui rumus:

=               k u u u x x x x x x ρ ρ ρ ... 2 1             kk k k C C C C C C ... ... ... ... 2 22 1 12 11               k u u u x x x x x x r r r ... 2 1

(5) Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total variabel exogenous terhadap variabel endogenous secara parsial, dengan rumus:

Besarnya pengaruh langsung variabel exogenous terhadap variabel

endogenous = pxuxi x pxuxi

R = Xk X2 X1             1 ... 1 ... 1 ... 1 2 1 2 1 k k x x x x x x r r r

R1-1 =

… Xk

X2 X1             kk k k C C C C C C ... ... ... ... 2 22 1 12 11


(39)

Besarnya pengaruh tidak langsung variabel exogenous terhadap

variabel endogenous = pxuxi x rx1x2 x pxuxi

Besarnya pengaruh total variabel exogenous terhadap variabel

endogenous adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung dengan

besarnya pengaruh tidak langsung = [pxuxi x pxuxi] + [pxuxi x rx1x2 x

pxuxi]

(6) Menghitung R2xu(x1,x2...xk), yaitu koefisien determinasi total X1, X2, … Xk terhadap Xu atau besarnya pengaruh variabel exogenous secara

bersama-sama (gabungan) terhadap variabel endogenous dengan menggunakan rumus :

(

u u u k

)

k

u x x x xx xx xx

x

R ρ ρ ... ρ

2 1

2 1, ,... )

( 2 =               k u u u x x x x x x r r r ... 2 1

(7) Menghitung besarnya variabel residu, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel endogenous di luar variabel exogenous, dengan rumus :

1 2 u(1,2,...,k)

u x x x x

x R

p ε = −

(8) Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah (Al Rasyid, 2005):

1 ) 1

( 2 ( 12... )

− − − = k n C R p t ii x x x x x x k u i u dengan :


(40)

i = 1,2, … k

k = Banyaknya variabel exogenous dalam sub struktur yang sedang diuji.

t = Mengikuti tabel distribusi t-student, dengan derajat bebas (degrees

of freedom) n – k – 1

Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai

tabel t – student. (t0 > ttabel(n-k-1)).

(9) Menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur secara keseluruhan yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah (Nirwana Sitepu, 1994):

) 1 ( ) )( 1 ( ) ,... , ( 2 ) ,... , ( 2 2 1 2 1 k u k u x x x x x x x x R k R k n F − − − = dengan : i = 1,2, … k

k = Banyaknya variabel exogenous dalam sub struktur yang sedang diuji

t = Mengikuti tabel distribusi F – Snedecor, dengan derajat bebas (degrees

of freedom) k dan n – k – 1

Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung F lebih besar dari nilai

tabel F. (F0 > Ftabel(k, n-k-1)).

(10) Menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel

exogenous terhadap variabel endogenous, dengan statistik uji yang

digunakan adalah (Al Rasyid, 2005):

1

) 2 )(

1

( 2 3( 12)

2 3 1 3 − − − + − − = k n C C C R p p t ij jj ii x x x x x x x

Kriteria pengujian: Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai


(41)

3. Interpretasi Data

Untuk mengetahui tingkat koefisien korelasi penulis mencoba melihat beberapa kriteria yang telah disampaikan oleh para ahli. Di antaranya, Riduwan dan Akdon (2007:18) yang mengemukakan bahwa kriteria interpretasi skor terdiri dari:

Angka 0 % - 20 % = Sangat Lemah Angka 21 % - 40 % = Lemah

Angka 41 % - 60 % = Cukup Angka 61 % - 80 % = Kuat

Angka 81 % - 100 % = Sangat Kuat

Sementara itu, Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman (2007:128) mengemukakan tentang tingkat keeratan hubungan variable X dan Y, yaitu:

Nilai Korelasi Keterangan

0,00 - < 0,20 ≥ 0,20 - < 0,40 ≥ 0,40 - < 0,70 ≥ 0,70 - < 0,90 ≥ O,90 - ≤ 100

Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada) Hubungan rendah

Hubungan sedang/cukup Hubungan kuat/tinggi

Hubungan sangat kuat/tinggi

Sedangkan Sugiyono (2008:184), mengetengahkan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:


(42)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

Sekalipun maknanya tidak jauh barbeda, namun rentang derajat kriteria yang disampaikan Mohamad Ali (1985:188) dalam bukunya tentang Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi sebagai pembanding dalam rentang kriteria koefisien korelasi untuk memperkuat pemaknaan interpretasi hasil penelitian ini. Kriteria penafsirannya adalah:

± 0.00 s/d ± 0.20 tidak ada/hamper tidak ada korelasi ± 0.21 s/d ± 0.40 korelasi rendah

± 0.41 s/d ± 0.60 korelasi sedang ± 0.61 s/d ± 0.80 korelasi tinggi ± 0.81 s/d ± 1.00 korelasi sempurna

Berdasarkan beberapa kriteria yang disampaikan oleh para ahli di atas, penulis menginterpretasikan data hasil penelitian berkaitan dengan efektivitas pada penelitian ini, mengambil acuan kriteria interpretasi skor dari Sugiyono.


(43)

Disertasi, Bab V, Ipong Dekawati, NIM 0706379, Nopember 2009 |

BAB V

KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI

A. KESIMPULAN

Setelah mengadakan penelitian selama hampir enam bulan, yang selanjutnya diolah dan dianalisis. Penulis menyimpulkan bahwa pendidikan lanjut berpengaruh terhadap kinerja guru, secara langsung sebesar 0,0506. Sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar 0,0195. Sesuai dengan perhitungan pada halaman 141 menunjukkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh pendidikan lanjut sebesar 0,0701, maka hipotesis pertama diterima.

Sementara itu pelatihan profesi berpengaruh terhadap kinerja guru, secara langsung sebesar 0,3561. Sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar 0,0248. Sesuai dengan perhitungan pada halaman 143 menunjukkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh pelatihan profesi sebesar 0,3809. Maka hipotesis kedua dapat diterima.

Sedangkan kesertaan pada forum ilmiah berpengaruh terhadap kinerja guru, secara langsung sebanyak 0,1410, dan pengaruh tidak langsung sebesar 0,0243. Sesuai dengan perhitungan pada halaman 144 menunjukkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh kesertaan pada forum ilmiah sebesar 0,1653. Dengan demikian hipotesis ketiga diterima. Selanjutnya pengaruh pendidikan lanjut dan pelatihan profesi secara bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 0,3842, pengaruh pendidikan lanjut dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 0,2516, dan pengaruh pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah secara bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 0,4865. Dengan demikian hipotesis keempat, kelima dan keenam dapat diterima.

Selanjutnya secara bersama-sama ketiga faktor pengembangan guru yaitu pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah berpengaruh


(44)

terhadap kinerja guru sebesar 0,6162. Sesuai dengan perhitungan pada halaman 151 menunjukkan kinerja guru SMK di Kabupaten Majalengka dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmah sebesar 0,3838. Sehingga dapat dianalisis bahwa pelaksanaan pengembangan guru SMK di Kabupaten Majalengka secara parsial belum berhasil dengan optimal, maknanya bahwa pengembangan guru SMK secara parsial yang selama ini dilaksanakan dapat dimaknai kurang efektif. Hal ini dikarenakan belum terformulasinya perencanaan yang matang untuk pengembangan guru. Pengembangan guru yang sudah berlangsung mayoritas bersifat pengembangan guru yang dilaksanakan secara individu atau pengembangan diri, biayanya ditanggung secara swadana dari guru yang bersangkutan. Selain biaya pendidikan lanjut ditanggung secara mandiri oleh guru yang bersangkutan, guru yang mendapat izin belajar tidak diperbolehkan meninggalkan tugas. Maka dalam mengikuti pendidikan lanjut mereka mencari lembaga pendidikan yang lokasinya tidak jauh dari tempat kerja agar tidak meninggalkan tugas mengajar. Sementara itu di Kabupaten Majalengka sendiri perguruan tinggi masih terbatas. Keinginan guru SMK untuk mengikuti pendidikan lanjut cukup tinggi guna memenuhi tuntutan peraturan yang berlaku tentang kompetensi akademik guru. Oleh karena itu pendidikan lanjut yang diikuti kurang relevan dengan latar belakang pendidikan sebelumnya serta mata pelajaran yang diampunya. Sehingga pengembangan guru SMK berlangsung kurang efektif. Sesuai dengan kriteria yang dikemukakan Sugiyono (2008:184).


(45)

Namun jika dianalisis secara keseluruhan dari ketiga program pengembangan guru, yaitu pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah tingkat efektivitasnya termasuk kuat atau dapat dimaknai efektif, dengan pengaruh sebesar 0,6162. Sesuai kriteria interpretasi skor yang dikemukakan Sugiyono (2008:184) termasuk pada rentang interval koefisien 0,60 hingga 0,799 atau sama dengan kuat. Dengan demikian tingkat efektivitas pengembangan guru secara keseluruhan yakni pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah dapat dikategorikan efektif. Maka hipotesis ketujuh, yaitu terdapat pengaruh pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah terhadap kinerja guru SMK di Kabupaten Majalengka dapat diterima.

B. REKOMENDASI

Dari mulai pengumpulan, pengolahan data hingga analisis kemungkinan terdapat kelemahan namun penulis telah berusaha seoptimal mungkin dengan nilai akurasi data yang sahih. Beranjak dari kondisi tersebut penulis menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Mendekatkan kebutuhan akan pengembangan guru SMK dari kondisi yang ada dengan kompetensi yang diharapkan, menentukan calon peserta mengutamakan kebutuhan. Selanjutnya beri penghargaan (reward) setelah mengikuti pendidikan lanjut, pelatihan profesi atau kesertaan pada forum ilmiah dengan segera menyesuaikan akumulasi KUM mereka. Dengan demikian diharapkan tidak lagi asal melanjutkan pendidikan, tapi melanjutkan


(46)

pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan sebelumnya atau mata pelajaran yang diampu.

2. Dilakukan pembenahan dalam pengelolaan pengembangan guru SMK. Dengan membuat perencanaan pengembangan guru SMK jangka pendek dan jangka panjang disesuaikan tingkat akomodatif dan antisipatif kebutuhan pada masa yang akan datang.

3. Menyesuaikan kompetensi guru SMK dengan kurikulum melalui inventarisasi seluruh guru SMK di wilayah Majalengka, terutama guru produktif.

4. Dibuat matriks kompetensi (competency mattrix) untuk memberi ruang pengembangan guru dikaitkan dengan pertimbangan linieritas dan pemerataan.

5. Sebagai dasar untuk kesertaan pada program pendidikan lanjut, pelatihan profesi, dan forum ilmiah menggunakan analisis kesenjangan kemampuan dan keterampilan atau pendidikan (skill gap and development need analysis). 6. Menyusun perencanaan sumber daya manusia, dalam kaitan ini guru SMK

yang komprehensif disesuaikan dengan perkembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan (KTSP) setelah dikoordinasikan dengan pihak dunia usaha dan dunia industri.

7. Pendekatan manajemen yang tepat disesuaikan dengan kondisi daerah setempat guna pencapaian tujuan dan sasaran pengembangan guru SMK. 8. Dibuat strategi pengembangan guru yang baku namun adaptif terhadap


(47)

hendaknya tetap mengacu pada program pendidikan di SMK, yaitu mengakomodir rumpun normatif, adaptif dan produktif.

C. IMPLIKASI

Hasil temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan kesertaan pada forum ilmiah, baik secara terpisah maupun bersama-sama memiliki pengaruh terhadap kinerja guru SMK di Kabupaten Majalengka. Berbagai dimensi dari penelitian ini telah dianalisis dan disimpulkan. Beranjak dari hasil analisis yang ada maka dapat dirumuskan implikasi dengan beberapa penekanan sebagai berikut:

1. Upaya perluasan dan transparansi berkaitan informasi program pendidikan lanjut, pelatihan profesi dan forum ilmiah sehingga sebanyak mungkin informasi tersebut dapat diserap oleh guru SMK yang memerlukan dan menginginkan pengembangan melalui ketiga program di atas. Penyebaran informasi dapat dilakukan melalui alur informasi kedinasan (downward), media komunikasi internal dinas pendidikan dan pemerintah daerah, ataupun melalui mulut ke mulut dalam lingkungan pegawai dinas pendidikan. Dengan sebaran informasi yang menyentuh seluruh guru SMK yang ada di wilayah Kabupaten Majalengka sangat memungkinkan peluang guru SMK untuk mengikuti program pengembangan ini menjadi lebih terbuka.

2. Upaya mendekatkan relevansi antara latar belakang pendidikan sebelumnya atau dengan mata pelajaran yang diampu, diperlukan adanya seleksi awal untuk peserta program, baik itu pendidikan lanjut, pelatihan profesi maupun


(48)

kesertaan pada forum ilmiah. Dimensi relevansi sangat penting untuk diupayakan terus disinkronkan dengan mata pelajaran yang diampu agar menghasilkan kebermanfaatan yang optimal, terutama bagi peningkatan mutu proses pembelajaran yang pada gilirannya dapat meningkatkan kompetensi peserta didik.

3. Upaya peningkatan tingkat kepentingan atau esensialitas dilaksanakannya program seleksi melalui skala prioritas, yaitu program mana yang lebih dulu harus dikembangkan. Dalam pelaksanaannya dapat mengacu pada kebijakan dan tujuan nasional tentang pendidikan serta diadakan dialog dengan pihak dunia usaha dan dunia industri sebagai pengguna output SMK.

4. Upaya peningkatan manajemen atau kualitas pengelolaan ketiga program pengembangan di atas dapat dilakukan dengan melaksanakan fungsi manajemen yang sebenarnya, dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pemilihan pelaksana dan peserta, pengarahan, pengawasan serta evaluasi. Program pengembangan guru SMK hendaknya direncanakan dengan tepat baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat kepentingan tujuan pendidikan kejuruan itu sendiri sehingga diharapkan terdapat sinkronisasi antara kebutuhan tenaga kerja pada dunia usaha dan dunia industri dengan lulusan SMK. Selanjutnya fungsi pengorganisasian dan penetapan orang-orang yang akan melaksanakannya disesuaikan dengan perencanaan dan target yang hendak dicapai lengkap dengan pedoman atau petunjuk pelaksanaan dan uraian tugasnya. Samakan persepsi kegiatan melalui pengarahan, untuk selanjutnya dilaksanakan dan


(49)

dikendalikan melalui pengawasan yang cermat. Segera dilakukan penyesuaian jika terjadi penyimpangan situasional dalam pelaksanaannya. Terakhir setiap kegiatan selalu dievaluasi sebagai dasar untuk pelaksanaan kegiatan pengembangan guru SMK berikutnya.

Beberapa kelemahan yang terjadi pada program pengembangan guru SMK melalui pendidikan lanjut, pelatihan profesi serta forum ilmiah memerlukan perhatian khusus guna perbaikan di masa yang akan datang. Kondisi demikian tidak dapat dibiarkan begitu saja, perlu perhatian khusus untuk mengelola pengembangan guru SMK ini agar dana, waktu dan energi yang dikeluarkan dapat seimbang dengan manfaat yang dirasakan atau sesuai dengan tujuan dan harapan. Sekalipun memang untuk linieritas jenjang pendidikan ini tidak mudah karena tidak semua daerah memiliki jenjang dan program studi yang dibutuhkan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Adlan, Aidin (2000), Hubungan Sikap Guru Terhadap Matematika dan

Motivasi Berprestasi dengan Kinerja. Matahari No.1.

Anoraga, Panji (1997), Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi (1988), Organisasi dan Administrasi Pendidikan

Teknologi dan Kejuruan, Jakarta : Depdiknas

___________(1995), Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: Rineka Cipta

Bafadal, Ibrahim (1992), Supervisi Pengajaran; Teori dan aplikasinya Dalam

Membina Profesi Guru. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara..

Bahaudin, Taufik (2007), Brainware Leadership Mastery: Kepemimpinan

Abad Otak dan Milenium Pikiran, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Bangun, Djonni. (2009), Hubungan Pemberdayaan Guru dan Motivasi Kerja

dengan Kinerja Guru Profesional SMK Negeri di Kota Malang

(http://www.google.co.id/search?q=

Disertasi+kinerja+guru&btnG=Telusuri&hl=id&client=firefox-a&hs=c6x&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&sa=2 Bernardin, H. John & Russel, Joyce E.A. (1993), Human Resource

Management, Singapore: MacGraw Hill Inc.

Cascio, Wayne F. (1993), Managing Human Resources, Productivity, Quality

of Work Life, Profits, Fourth Ed, New York: Mac Graw Hill.

Castetter, William B. (1996), The Human Resource Funtion in Educational

Administration. Sixth Edition. New Jersey-Columbus, Ohio: Prentice

Hall

Covey, Stephen R. (1997), The Seven Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa Aksara.

Danim, Sudarwan (2003), Ekonomi Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia ___________ (2008), Kinerja Staf dan Organisasi, Bandung: Pustaka Setia


(51)

Dessler, Gary (2010), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Indeks. Dharma, Surya (2009), Manajemen Kinerja, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Drucker, Peter F. (1997), Managing i a time of Great Change. Terjemahan.

Jakarta : PT. Alex Media Komputindo

Engkoswara (1987), Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Erwin, Kontribusi Pelatihan Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kinerja

Alumni Diklat: Studi Deskriptif Diklatpin IV Balai Diklat Aparutur Sukamandi http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0104110-132310/ Fattah, Nanang (2008), Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Flippo, Edwin B. (1984), Manajemen Personalia. Jilid I, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gomes, Faustino Cardoso (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset

Hadari, Nawawi (1985), Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: PT. Gunung Agung

Hamalik, Oemar (2001), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara ___________ (1999), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara. Handoko, T. Hani (2002), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: Liberty.

Harahap, Baharuddin (2004), Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh

Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta:

Damai Jaya.

Hasibuan, Malayu SP. (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hill, Ann Marie (1994), Perspective on Philosophical Shifts in Vocational

Education : From Realism to Pragmatism and Reconstructionism, Jurnal of Vocational and Technical Education, Volume 10, November


(52)

Hornby, AS. (1987), Dictionary of Current English. London: Oxford University Press.

Hoy, Wayne K.dan Miskel, Cecil G. (2001), Educational Administration:

Theory, Research, and Practice, Singapore: McGraw-Hll ook Co.

Hunger, David. J, and Wheelen, Thomas J. (1993), Strategic Management, USA, Addison-Wesley Publishing Company.

Jenurdin, Hubungan Intensitas Keikutsertaan Pelatihan, Latar Belakang

Pendidikan, Pengalaman Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja

Penilik PLS di Kabupaten Sumedang,

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1213105-101452/

Joni, Raka T. (2008), Resureksi Pendidikan Profesional Guru, Malang: LP3UM – Cakrawala Indonesia

Laird, Dugan (1985), Training and Development. London: Penguin

Mangkunegoro, Prabu Anwar (2001), Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

McNergney, Robert F. dan Carrier, Carol A. (1981), Teacher Development, New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Moon, Philip (1994), Menilai Bawahan Anda, Terjemahan Hari Wahyudi, Jakarta: PT. Pustaka Binarman Presindo.

Muhidin, Sambas Ali dan Abdurahman, Maman (2007), Analisis Korelasi,

Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia

Mulyasa, E. (2004), Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Musanef (1991), Manajemen Kepegawaian Indonesia, Jakarta: CV. Haji

Masagung.

Notoatmodjo, S. (2003), Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rampersad, Hubert K. (2006), Personal Balanced Score Card, Seri SDM No. 9 Terjemahan Wydia dan Abdul Rosyid, Jakarta: PPM

Rasdi Ekosiswoyo (2003), Pengaruh Pemberdayaan, Kepemimpinan, dan

Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Eks SMEA Pembina di Jawa Tengah. http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0609105-122718/


(53)

Riduwan dan Akdon (2007), Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika, Bandung: Alfabeta.

Rifai, Moh. (2002), Adm inistrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : Jemm ar s.

Rivai, Veithzal, dkk. (2008) Performance Appraisal, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Rowe, Alan J., et al. (1990), Strategic Management : A Methodological

Approach, USA: Addison-Wesley Publishing Company.

Sanus i, Ac hmad (1998), Pendidikan Alternatif. Yo gyakart a: Grafindo Media Pratama.

Sastrohadiwiryo, B. Siswanto (2002), Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Siagian, P. Sondang (2002), Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: Singarimbun, Masri & Sofian Effendi (1989), Metode Penelitian Survai.

Jakarta: LP3ES.

Soeharto (1988), Disain Instruksional Sebuah Pendekatan Praktis Untuk

Pendidikan Teknologi Kejuruan, Bandung : Pustaka Setia

Sofo, Francesco (1999), Pengembangan Sumber Daya Manusia, Perspektif

Peran dan Pilihan Praktis, Surabaya: Airlangga University Press.

Solehuddin dan Ihat Hatimah (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: Pedagogian Press.

Somantri, Ating dan Muhidin, Sambas Ali (2006), Aplikasi Statistika Dalam

Penelitian, Bandung: CV. Pustaka Setia.

Stoner, James A.F, R. Edward Freeman, Daniel R. Gibert JR. (1996),

Manajemen. Terjemahan. Alex Sindoro. Jakarta: Prenhalindo.

Sudjana, Nana (2009), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono (2010), Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta

________(2008), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adlan, Aidin (2000), Hubungan Sikap Guru Terhadap Matematika dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja. Matahari No.1.

Anoraga, Panji (1997), Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi (1988), Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta : Depdiknas

___________(1995), Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: Rineka Cipta

Bafadal, Ibrahim (1992), Supervisi Pengajaran; Teori dan aplikasinya Dalam Membina Profesi Guru. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara.. Bahaudin, Taufik (2007), Brainware Leadership Mastery: Kepemimpinan

Abad Otak dan Milenium Pikiran, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Bangun, Djonni. (2009), Hubungan Pemberdayaan Guru dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru Profesional SMK Negeri di Kota Malang (http://www.google.co.id/search?q=

Disertasi+kinerja+guru&btnG=Telusuri&hl=id&client=firefox-a&hs=c6x&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&sa=2 Bernardin, H. John & Russel, Joyce E.A. (1993), Human Resource

Management, Singapore: MacGraw Hill Inc.

Cascio, Wayne F. (1993), Managing Human Resources, Productivity, Quality of Work Life, Profits, Fourth Ed, New York: Mac Graw Hill.

Castetter, William B. (1996), The Human Resource Funtion in Educational Administration. Sixth Edition. New Jersey-Columbus, Ohio: Prentice Hall

Covey, Stephen R. (1997), The Seven Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa Aksara.

Danim, Sudarwan (2003), Ekonomi Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia ___________ (2008), Kinerja Staf dan Organisasi, Bandung: Pustaka Setia


(2)

Dessler, Gary (2010), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Indeks. Dharma, Surya (2009), Manajemen Kinerja, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Drucker, Peter F. (1997), Managing i a time of Great Change. Terjemahan.

Jakarta : PT. Alex Media Komputindo

Engkoswara (1987), Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Erwin, Kontribusi Pelatihan Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kinerja Alumni Diklat: Studi Deskriptif Diklatpin IV Balai Diklat Aparutur Sukamandi http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0104110-132310/ Fattah, Nanang (2008), Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Flippo, Edwin B. (1984), Manajemen Personalia. Jilid I, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gomes, Faustino Cardoso (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset

Hadari, Nawawi (1985), Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: PT. Gunung Agung

Hamalik, Oemar (2001), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara ___________ (1999), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara. Handoko, T. Hani (2002), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: Liberty.

Harahap, Baharuddin (2004), Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya.

Hasibuan, Malayu SP. (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hill, Ann Marie (1994), Perspective on Philosophical Shifts in Vocational Education : From Realism to Pragmatism and Reconstructionism, Jurnal of Vocational and Technical Education, Volume 10, November 1994.


(3)

Hornby, AS. (1987), Dictionary of Current English. London: Oxford University Press.

Hoy, Wayne K.dan Miskel, Cecil G. (2001), Educational Administration: Theory, Research, and Practice, Singapore: McGraw-Hll ook Co. Hunger, David. J, and Wheelen, Thomas J. (1993), Strategic Management,

USA, Addison-Wesley Publishing Company.

Jenurdin, Hubungan Intensitas Keikutsertaan Pelatihan, Latar Belakang Pendidikan, Pengalaman Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja

Penilik PLS di Kabupaten Sumedang,

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1213105-101452/

Joni, Raka T. (2008), Resureksi Pendidikan Profesional Guru, Malang: LP3UM – Cakrawala Indonesia

Laird, Dugan (1985), Training and Development. London: Penguin

Mangkunegoro, Prabu Anwar (2001), Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

McNergney, Robert F. dan Carrier, Carol A. (1981), Teacher Development, New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Moon, Philip (1994), Menilai Bawahan Anda, Terjemahan Hari Wahyudi, Jakarta: PT. Pustaka Binarman Presindo.

Muhidin, Sambas Ali dan Abdurahman, Maman (2007), Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia

Mulyasa, E. (2004), Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Musanef (1991), Manajemen Kepegawaian Indonesia, Jakarta: CV. Haji

Masagung.

Notoatmodjo, S. (2003), Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rampersad, Hubert K. (2006), Personal Balanced Score Card, Seri SDM No. 9 Terjemahan Wydia dan Abdul Rosyid, Jakarta: PPM

Rasdi Ekosiswoyo (2003), Pengaruh Pemberdayaan, Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Eks SMEA Pembina di Jawa Tengah. http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0609105-122718/


(4)

Riduwan dan Akdon (2007), Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika, Bandung: Alfabeta.

Rifai, Moh. (2002), Adm inistrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung :

Jemm ar s.

Rivai, Veithzal, dkk. (2008) Performance Appraisal, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Rowe, Alan J., et al. (1990), Strategic Management : A Methodological Approach, USA: Addison-Wesley Publishing Company.

Sanus i, Ac hmad (1998), Pendidikan Alternatif. Yo gyakart a: Grafindo Media Pratama.

Sastrohadiwiryo, B. Siswanto (2002), Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Siagian, P. Sondang (2002), Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: Singarimbun, Masri & Sofian Effendi (1989), Metode Penelitian Survai.

Jakarta: LP3ES.

Soeharto (1988), Disain Instruksional Sebuah Pendekatan Praktis Untuk Pendidikan Teknologi Kejuruan, Bandung : Pustaka Setia

Sofo, Francesco (1999), Pengembangan Sumber Daya Manusia, Perspektif Peran dan Pilihan Praktis, Surabaya: Airlangga University Press. Solehuddin dan Ihat Hatimah (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung:

Pedagogian Press.

Somantri, Ating dan Muhidin, Sambas Ali (2006), Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, Bandung: CV. Pustaka Setia.

Stoner, James A.F, R. Edward Freeman, Daniel R. Gibert JR. (1996), Manajemen. Terjemahan. Alex Sindoro. Jakarta: Prenhalindo.

Sudjana, Nana (2009), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono (2010), Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta

________(2008), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta


(5)

________(2002), Statistika untuk penelitian, Cetakan IV. Bandung: CV Alfabeta.

Suhendro, Haryono (2007) “Problematika Guru SMK”, http://duniaguru.com, akses 2009.

Sukmadinata, Nana Syaodih (2003), Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumantri, Suryana (2001). Perilaku Organisasi. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Supranto, J. (2004), Peroposal Penelitian Dengan Contoh, Jakarta: UI Press Supriadi, Dedi (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia.

Jakarta: Depdiknas, Ditjen Pend. Dasar dan Menengah, Direktorat Pend. Menengah Kejuruan.

Sutermeister, Robert A. (1976) People and Productivity. New York: McGraw-Hill Book Company.

Sutisna, Oteng (2000), Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, Bandung: Angkasa.

Syah, Muhibbin (2008), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Syamsul Bahri (2009), Faktor yang mempengaruhi Kinerja Guru SD di Dataran Tinggimoncong Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. http://pps.uny.ac.id/index.php?pilih=pustaka&mod=yes&aksi=lihat&id=48 Terry, George R, and Rue, Leslie W. (2009), Dasar-dasar Manajemen, Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Thomas, Alan J. (1971) The Productive School, Canada: John Wiley & Sons Tilaar, H.A.R. (1999), Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung: Rosda Karya. Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana (2003), Total Quality Management,

Yogyakarta : Andi Offset

Uzer Usman (2008), Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Wardiman Djojonegoro (1998), Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta: Jayakarta Agung Offset.


(6)

Wenrich, Ralph, et.all. (1988), Administration Vocational Education, American Tchnical Publisher, Inc.

Wibowo (2008), Manajemen Kinerja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Winardi (2007), Motivasi:Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

Depdiknas (2003), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara.

Depdiknas (2005), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Depdiknas (2005), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Depdiknas (2009), Rencana Strategis Tahun 2010-2014, Sekjen Departemen Pendidikan Nasional Tanggal 17 September 2009

Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK (2008), Penilaian Kinerja Guru. Departemen Pendidikan Nasional, Juni 2008.

Ditjen Dikdasmen (2004), Standar Kompetensi Guru Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Otomotif. Jakarta : Diknas

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tanggal 9 Juli 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan