KOMPETENSI SOSIAL DAN KOMPETENSI KEPRIBA

KOMPETENSI SOSIAL DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN
GURU DALAM PERSFEKTIF PENDIDIKAN BERASRAMA
PROGRAM PROFESI GURU PASCA SM-3T
(Analisis Indikator Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru
Pendidikan Berasrama Program PPG Pasca SM-3T)
Oleh
Mia Muslimah
Program Studi Pedagogik
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Tahun 2016
ABSTRAK
Pendidikan bagi guru dengan pola berasrama di Indonesia sudah dimulai
sejak zaman Kerajaan Islam pada abad ke 13 M dan berlangsung
berabad-abad lamanya. kemudian disadur oleh Pemerintah Belanda
dengan mendirikan Kweekschool yang hanya bertahan selama sepuluh
tahun selama 1960-1970. Melalui amanat Permendikbud No. 87 Tahun
2013 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan, pendidikan
guru kembali menerapkan sistem berasrama setelah 41 tahun lamanya.
Tenaga guru menjadi keahlian yang direspon sungguh-sungguh oleh
pemerintah segingga guru disetarakan dengan program profesi lainnya.
Untuk mewujudkan keprofesionalannya, maka perlu disusun pola

pendidikan berasrama yang berorientasi pada pembentukan komptenesi
sosial dan kepribadian. Kajian terhadap prinsip dan kurikulum
pendidikan guru berasrama PPG Pasca SM-3T menyimpulkan bahwa
indicator dari kompetensi kepribadian guru ialah ketaatan beragama,
jujur, bertanggung jawab, sopan/santun, mandiri, kreatif, disiplin, cinta
tanah air, tangguh/handal, dan adil. Sedangkan indicator kompetensi

sosialnya adalah mampu bekerja sama, memiliki jiwa kepemimpinan,
bersikap inklusif dan toleran, serta peduli.
Kata kunci: PPG Pasca SM-3T, Pendidikan Berasrama Guru, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Sosial
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia mendulang masa kejayaannya pada masa
Kerajaan Islam sekitar abad 13 M, dimana para santri pergi meninggalkan
rumahnya dan membangun funduq (tempat tinggal kecil) di dekat rumah
Ulama[ CITATION Poe08 \l 1033 ]. Sistem pendidikan yang disebut
dengan pesantren ini mulai terstruktur dengan rapi pada masa penyebaran
Agama Islam oleh Wali Songo pad abad ke 14 M[ CITATION Joh06 \l
1033 ]. Para santri yang telah cukup ilmunya kemudian kembali ke tanah

masing-masing dan membuat pesantren-pesantren turunannya. Begitulah
awal mula estafet kecakapan pendidik di Indonesia. Pola pendidikan
seperti ini terus bertahan hingga pertengahan abad ke 19 M, Belanda
mendirikan Kweekschool, yakni sekolah pendidikan bagi calon guru
dengan menerapkan pendidikan berasrama[ CITATION Rud16 \l 1033 ].
Di dalam asrama, para calon guru dididik disiplin sangat ketat, layaknya
pelatihan bagi tentara. Tujuannya, agar para guru memiliki integritas yang
tinggi secara kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun setelah merdeka,
sekolah milik Belanda itu ditutup. Kemudian pada tahun 1960 Pemerintah
di bawah pimpinan Presiden Soekarno resmi mendirikan kembali Sekolah
Guru B (SGB) dengan sistem berasrama. Tidak bertahan lama, sepuluh
tahun kemudian SGB berubah menjadi Sekolah Pendidikan Guru (SPG)
dan tidak menerapkan pendidikan berasrama[ CITATION Rud16 \l 1033 ].

Indonesia

melakukan

banyak


perubahan

sejak

71

tahun

kemerdekaannya. Dengan banyaknya tantangan dari arus globalisasi,
semua aspek kehidupan mengalami penyesuaian. Pendidikan menjadi
salah satu focus utama untuk menjawab tantangan globalisasi tersebut.
Menyadari hal tersebut, Pemerintah mengambil langkah strategis terhadap
pembenahan pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan upgrading
kualifikasi guru sebagai senjata utama bagi penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia. Pada peradaban manapun, termasuk Indonesia, guru bermakna
strategis karena memiliki peran langsung terhadap proses memanusiakan
manusia. Empat standar konpetensi guru (professional, pedagogic,
kepribadian dan sosial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kompetensi


perdik

baik

kognitif,

afektif,

maupun

psikomotornya[ CITATION Put12 \l 1033 ][ CITATION Jay13 \l 1033 ]
[ CITATION Sol13 \l 1033 ][ CITATION Eli06 \l 1033 ][ CITATION
Rah11 \l 1033 ][ CITATION Sah13 \l 1033 ][ CITATION Eko06 \l 1033 ].
Bukti akan keseriusan pendidikan bagi guru kemudian diwujudkan dalam
Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang penyelenggaraannya termaktub
dalam landasan hukum berikut:
1.
2.
3.
4.


UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No.19 Tahun 2005

5.
6.

tentang Standar Nasional Pendidikan.
PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi

7.

Akademik dan Kompetensi Guru.
Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi

8.


Akademik dan Kompetensi Konselor.
Permendikbud No. 87 Tahun 2013 tentang Program Pendidikan
Profesi Guru Prajabatan.

9.

Permenristek Dikti No. 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional

Pendidikan Tinggi.
10. Surat Keputusan Direktur
17g/DIKTI/Kep/2013

Jenderal

tentang

Pendidikan

Penetapan


Tinggi

Perguruan

No.

Tinggi

Penyelenggara Rintisan Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan.
Setelah 42 tahun berlalu, pendidikan berasrama bagi guru kini
diterapkan kembali melalui PPG. Hal tersebut perlu dilakukan menyadari
bahwa adanya keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program
pendidikan pada sekolah non-asrama[ CITATION Die16 \l 1033 ]. Pada
empat kompetensi guru, pendidikan berasrama PPG berfokus pada
pembentukan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru. Untuk
mewujudkan keuda kompetensi tersebut, pemerintah menyusun pedoman
pelaksanaan pendidikan berasrama. Pertanyaan paling mendasar yang
menelisik dari program pendidikan guru berasrama adalah: Apakah
sebenarnya kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru yang
berasrama? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tulisan ini akan

mengidentifikasi indicator-indikator dari kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial guru.
Ada beberapa pola PPG berasrama yakni PPG S1 Basic Science, PPG
Terintegrasi, PPG SMK Kolaboratif, PPG S1 PGSD Berasrama, dan PPG
Pasca SM-3T. pola pendidikan asrama yang menjadi bahan kajian ini
adalah Pola PPG Pasca SM-3T.
Rumusan Masalah
Untuk memberikan pemahaman terhadap kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial guru berasrama, maka diajukan sebuah pemikiran
berikut:

“Apakah indicator kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru
berbasis berasrama PPG Pasca SM-3T?”
Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan alasan logis tentang pembentukan
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru melalui pendidikan
asrama. Kajian ini disusun secara terstruktur melalui dua tujuan:
1.

Mengidentifikasi indicator-indikator kompetensi kepribadian dan

kompetensi sosial guru berbasis asrama PPG Pasca SM-3T.

Manfaat
Kajian

ini

bermanfaat

bagi

para

praktisi/calon

praktisi

pendidikan, pengelola lembaga pendidikan, dan aktivis pendidikan dalam
memahami dan mengkritisi pola pendidikan guru berbasis asrama. Melalui
publikasi ini diharapkan akan lebih banyak lagi kontribusi dan ide

terhadap pendidikan guru berasrama untuk membentuk kompetensi
kepribadian dan sosial guru.
PEMBAHASAN
Pendidikan berasrama merupakan program pendidikan yang
komperhensif-holistik mencakup pendidikan keagamaan, pengembangan
akademik, life skills (soft skill-hard skills), memupuk wawasan
kebangsaan dan membangun wawasan global, yang digunakan sebagai
bagian integral dalam sistem penyelenggaraan program PPG untuk
menghasilkan calon guru professional yang memiliki kompetensi utuh,
unggul dan berkarakter. Untuk menyiapkan calon guru yang professional,
unggul dan berkarakter, disusunlah prinsip pendidikan berasrama
[ CITATION Die16 \l 1033 ] yakni: (1) keteladanan; (2) latihan dan

pembiasaan; (3) ibrah, mengambil hikmah/lesson learnt; (4) pendidikan
melalui nasihat; (5) kedisiplinan; (6) kemandirian; dan (7) persaudaraan
dan persatuan. Selain itu, prinsip-prinsip tersebut perlu dilakukan secara
bertahap yang runtut dan progresif, proses yang intensif, pendampingan
yang dialogis melalui sistem among, dan output memenuhi criteria yang
diinginkan. Selama menjalani program pendidikan, peserta dibimbing dan
dikembangkan dalam tahap-tahap pembentukan kepribadian. Tahapan

pembentukan kepribadian calon guru dalam pendidikan berasrama
menurut skema berikut:

skema tahap pembentukan kepribadian pendidikan berasrama
modifikasi [ CITATION Die16 \l 1033 ]
Tahap persiapan. Pada tahap ini, nilai dasar diperkenalkan
melalui dinamika kehidupan nyata; menghargai orang lain dan perbedaan,
kebersamaan dalam keberagaman, kepedulian, kepemimpinan dan
kedisiplinan. Tahap orientasi pribadi. Tahap ini dimaksudkan untuk
mengenali diri agar dapat menerima, mencintai, dan mensyukuri diri,
mencitrai diri dengan positif, bermuara pada rasa percaya diri danmampu
mengelola dirinya. Dalam proses ini ditekankan akan panggilan profesinya
sebagai guru. Tahap orientasi sosial. Tahap ini dimaksudkan untuk
mengarahkan kepedulian dan perhatian ke luar dirinya. Program yang
dilaksanakan berupa analisis sosial, live in¸bakti sosial, dan kunjungan
sosial. Proses live in diarahkan kepada keluarga guru agar memperkuat
panggilan profesi keguruan. Tahap peantapan panggilan. Pada tahap ini

kegiatan ditekanan pada aspek spiritualitas panggilan profesi. Dalam
proses ini diperlukan sebuah refleksi akhir yang mendalam tentang
karirnya.
Kurikulum yang dikembangkan di asrama bersifat komplementer
dengan pendidikan akademik di kampus. Focus dinamika kehidupan
asrama lebih pada pengambangan soft skills, seperti: kemampuan
berkomunikasi, sikap moral, tanggung jawab, sikap sosial, kerja sama,
kepemimpinan, dan sejumlah keterampilan yang mendukung profesi.
Kurikulum asrama dapat dipahami sebagai segala bentuk aktifitas baik
yang bersifat rutin harian yang terjadwal sebara teratur dan sistematis
maupun aktivitas khusus yang diprogramkan pengelola asrama untuk
membentuk kompetensi kepribadian dan sosial.
Berdasarkan uraian tersebut, aspek kepribadian dan sosial guru dapat
disusun indicator sebagai berikut:
Indikator kompetensi kepribadian dan sosial guru pendidikan
berasrama PPG Pasca SM-3T
Kompetensi Kepribadian
Ketaatan beragama
Tanggung jawab
Sopan-santun
Kemandirian
Kreatifitas
Kedisiplinan
Jujur
Mandiri
Cinta tanah air
Tangguh/handal
Adil

KESIMPULAN DAN SARAN

Kompetensi Sosial
Toleransi
Kerja sama
Kepemimpinan
Kepedulian
Komunikasi

Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
indicator dari kompetensi kepribadian guru berbasis pendidikan berasrama
PPG Pasca SM-3T adalah ketaatan beragama, jujur, bertanggung jawab,
sopan/santun, mandiri, kreatif, disiplin, cinta tanah air, tangguh/handal,
dan adil. Sedangkan indicator kompetensi sosialnya adalah mampu bekerja
sama, memiliki jiwa kepemimpinan, bersikap inklusif dan toleran, serta
peduli.
Saran
Kajian ini mengarahkan saran pada pertanyaan lanjutan sebagai bahan
pengembangan kajian. Apakah perbedaan antara kompetensi kepribadian
dan sosial PPG berasrama dengan PPG non-asrama?

DAFTAR PUSTAKA
Devianti, P. (2012). Pengaruh Persepsi Guru tentang Pembelajaran Inklusi
terhadap Prestasi belajar Siswa di SD. Karya Ilmiah UM.ac.id , --.
Fitriyanto, J. S. (2013). Pengaruh Pesepsi Siswa tentang Keterampilan
Guru terhadap Motivasi Prestasi Siswa SD. Perpus IAIN Salatiga .
Marwan, S. (2013). Pengaruh Persepsi Siswa tentang Kompetensi
Pedagogik Guru terhadap Hasil Belajar IPS Sejarah Siswa SMP. Jurnal
Penelitian Universitas Negeri Semarang .
Murwani, E. D. (2006). Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis
Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur - No. 06/Th. V/Juni 2006 , 59-68.
Pembelajaran, D. (2016). Panduan Asrama Pendidikan Profesi Guru
2016. Jakarta: Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Poesponegoro, M. D., & Notosusanto, N. (2008). Sejarah Nasional
Indonesia III: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahayu, M., Fachruddin, C., Widhiastuti, R., & Badaruddin. (2011).
PEngaruh Persepsi Guru tentang Lingkungan Terhadap Perilaku Siswa.
Repository USU , --.
Renard, J. (2006). Thales of God's Fried: Islamic Hagiography in
Translation. California: Universiti of California Press.
Sahidin, L., & Jamil, D. (2013). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan
Persepsi Siswa tentang Cara Guru Mengajar Terhadap Hasil Belajar
Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika Volume 4 Nomor 2 , 211.
Sirat, R. (2016). Dari Isola ke Bumi Siliwangi: Menyusuri Jejak-Jejak
PTPG Bandung, FKIP Unpad, IKIP Bandung, Hingga Universitas
Pendidikan Indonesia. Depok: Komodo Books.
Wiyodoko, E. P. (2006). Analisis Pengaruh Kinerja Guru terhadap
Motivasi Belajar Siswa. 1-16.