PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF FLEXIBILITY SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA.

(1)

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KETERAMPILAN

BERPIKIR KREATIF FLEXIBILITY SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

RISCA TRIA PUTRI 0903679

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2013


(2)

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KETERAMPILAN

BERPIKIR KREATIF FLEXIBILITY SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

Oleh Risca Tria Putri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Risca Tria Putri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

RISCA TRIA PUTRI

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KETERAMPILAN

BERPIKIR KREATIF FLEXIBILITY SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Drs. Rustono W.S, M.Pd. NIP. 19520628 198103 1 001

Pembimbing II,

Drs. Edi Hendri Mulyana, M.Pd. NIP. 19600825 198603 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD UPI KampusTasikmalaya

Drs. Rustono W.S, M.Pd. NIP. 19520628 198103 1 001


(4)

Risca Tria Putri,2013

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KETERAMPILAN

BERPIKIR KREATIF FLEXIBILITY SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peran guru dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yang cenderung masih dominan (teacher centered) dalam pelaksanaan pembelajaran. Sehingga dalam proses pembelajaran guru kurang menumbuhkan keterampilan berpikir, bekerja, memecahkan masalah, dan bersikap ilmiah atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang ditanyakan. Dengan demikian siswa kurang aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya, sehingga peneliti tertarik untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme di Sekolah Dasar. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SDN 1 Kawali Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis dengan jumlah sampel 32 siswa diantaranya 20 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa sebelum dan setelah menggunakan Pendekatan Konstruktivisme pada pembelajaran IPA. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen, tipe pre-experimental designs. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data mengenai pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA adalah tes subjektif sebanyak 11 butir soal, setelah data dikumpulkan kemudian diolah dan dijelaskan secara kuantitatif. Dari hasil pengolahan data maka diperoleh tingkatan keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme, data yang diperoleh menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa sebelum pembelajaran menggunakan Pendekatan Konstruktivisme berada pada kategori rendah dengan nilai rata rata 37,62 sedangkan setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan Konstruktivisme berada pada kategori sangat tinggi dengan nilai rata-rata 80,09. Hasil uji hipotesis diperoleh sig < α yaitu 0,000, yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima, maka terdapat perbedaan antara keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan Konstruktivisme pada pembelajaran IPA di kelas VA SDN 1 Kawali. Dengan adanya perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA di kelas VA SDN 1 Kawali Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis.


(5)

Risca Tria Putri,2013

Kata Kunci : Pendekatan Konstruktivisme, Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility.


(6)

Risca Tria Putri,2013

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...9

E. Struktur Organisasi Skripsi ...10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

B. Kerangka Pemikiran ... 34

C. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel/Subjek Penelitian ... 37

B. Desain Penelitian ... 38

C. Metode Penelitian... 39

D. Definisi Operasional Variabel ... 39

E. Instrumen Penelitian ... 42


(7)

Risca Tria Putri,2013

G. Teknik Pengumpulan Data ... 50

H. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

B. Pembahasan ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 98 RIWAYAT HIDUP


(8)

Risca Tria Putri,2013

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Tahap Pendekatan Konstruktivisme ... 16

2.2 Indikator Berpikir Kreatif ... 22

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 41

3.2 Kisi-kisi Instrument Observasi Pendekatan Konstruktivisme... 44

3.3 Kisi-kisi Instrument Berpikir Kreatif Flexibility... 46

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen untuk Mengukur Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility ... 48

3.5 Reliability Statistics ... 49

3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility ... 50

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.8 Rambu-rambu Interval Kategori Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility 54 3.9 Interval Kategori Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility ... 55

4.1 Rata-rata Nilai Pretest ... 63

4.2 Rata-rata Nilai Posttest ... 64

4.3 Data Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest ... 65

4.4 Rekapitulasi Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility ... 67

4.5 Kategori Interpretasi normal Gain ... 68

4.6 Distribusi Soal Berdasarkan Materi Gaya Magnet... 69

4.7 Interval Kategori Jumlah Siswa ... 71

4.8 Data Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility Indikator 1 ... 72

4.9 Data Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility Indikator 2 ... 74

4.10 Data Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility Indikator 3 ... 76

4.11 Data Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility Indikator 4 ... 77

4.12 Persentase Validasi Keterlaksanaan Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme ... 83


(9)

Risca Tria Putri,2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Langkah Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme ... 15

2.2 Gaya Tarik Magnet ... 30

2.3 Bagan Kerangka Berpikir ... 35

3.1 Pola One-Group Pretest-Posttest Design... 38

4.1 Grafik Frekuensi Pencapaian Nilai Pretest ... 64

4.2 Grafik Frekuensi Pencapaian Nilai Posttest ... 65

4.3 Diagram Batang Nilai Pretest dan Posttest Siswa Berdasarkan Indikator Aspek Keterampilan Bepikir Kreatif ... 78


(10)

Risca Tria Putri,2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A.Instrumen Penelitian……….. 99

A.1 Lembar Observasi Uji Keterlaksanaan Pendekatan Konstruktivisme ... 100

A.2 Kisi kisi instrumen Berpikir Kreatif Flexibility ... 106

A.3 UJI INSTRUMEN ... 107

A.4 Soal Pretest & Posttest ... 109

A.5 Rubrik Penilaian Instrumen Berpikir Kreatif Flexibility... 111

B.Hasil Uji Instrumen ... 116

B.1 Tabulasi Skor Uji Instrumen ... 117

B.2 Langkah-langkah Uji Validitas... 119

B.3 Output Uji Validitas Instrumen ... 121

B.4 Langkah-langkah Uji Reliabilitas ... 122

B.5 Output Uji Reliabilitas Instrumen ... 124

C. Perangkat Pembelajaran ... 125

C.1 RPP PEMBELAJARAN 1 ... 126

C.2 RPP PEMBELAJARAN 2 ... 143

C.3 RPP PEMBELAJARAN 3 ... 163

C.4 RPP PEMBELAJARAN 4 ... 177

D. Hasil Penelitian ... 194

D. 1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Konstruktivisme ... 195

D. 2 Tabulasi Nilai Pretest Siswa ... 207

D. 3 Tabulasi Nilai posttest Siswa ... 208

D. 4 Rekapitilasi Pre Post dan Gain ... 209

D.5, 6, 7, 8 Rekapitulasi Nilai Per Indikator ... 210

D.9 Langkah-langkah Uji Normalitas ... 214

D.10 Output Uji Normalitas ... 217

D.11 Kurva Uji Normalitas ... 218

D.12 Langkah-langkah Uji Homogenitas ... 219

D.13 Output Uji Homogenitas ... 222


(11)

Risca Tria Putri,2013

D.15 Output Uji Hipotesis t ... 226

E. Dokumentasi ... 227

E. 1 Profil SDN 1 Kawali ... 228

E. 2 Surat Keputusan Direktur UPI Kampus Tasikmalaya ... 231

E. 3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Upi Kampus Tasikmalaya ... 232

E. 4 Surat izin Penelitian dari Badan Kesbang, Politik, dan Kesmas ... 233

E. 5 Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Ciamis ... 234

E. 6 Surat Keterangan Penelitian dari SDN 1 Kawali ... 235

E. 7 Foto-foto Penelitian ... 236

E. 8 Hasil Pretest dan Posttest Siswa ... 240 E. 9 Video Pembelajaran


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang didapatkan manusia yang berlangsung sepanjang hayat, pendidikan tersebut diperoleh dengan sadar dan terencana sehingga menumbuhkembangkan potensi-potensi pembawaan. Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan yang layak, karena dengan pendidikan dapat mengubah prilaku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga akan menumbuhkan nilai-nilai atau norma-norma positif yang kemudian nanti dapat diwariskan pada generasi penerus untuk dikembangkan dalam kehidupannya. (Sagala 2012 : 1; Ihsan (2011: 2) Fredrick J Mc. Donald (Danim 2011: 4).

Pengertian pendidikan tercantum pula pada Pasal 1 ayat 1 Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Syarifudin, 2007:135) menerangkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, negara.

Seperti yang telah dikemukakan bahwa manusia berhak mendapatkan pendidikan yang layak, maka pendidikan dapat diperoleh dari berbagai lembaga, diantaranya lembaga formal, informal, dan nonformal. Adapun pendidikan yang harus didapatkan di lembaga formal yaitu mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.

Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan pada jalur pendidikan formal. Salah satu mata pelajaran dalam kurikulum SD adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Samatoa (2006:2) : Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” yang merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat disebut “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkutan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu


(13)

pengetahuan alam atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Pendapat tersebut terdapat keterkaitan dengan pandangan Mulyana (2011:7) “IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam semesta.” Maka dari itu pada pembelajaran IPA akan membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:124) dipaparkan bahwa:

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific incuiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Menurut T. Sarkim (Mulyana 2011: 9) ‘Hakikat pendidikan IPA meliputi dimensi proses, dimensi sikap, dan dimensi produk.’ Sesuai dengan paparan yang telah dikemukakan, maka dapat dijelaskan bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap, pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.

Dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator sehingga siswa lebih aktif berperan dalam proses belajar. Selain itu, pembelajaran IPA di SD harus disajikan sesuai dengan karakteristik pendidikan IPA dan karakteristik anak yang berada pada masa perkembangan kognitif operasional konkret. Carin & Sund (Mulyana 2011: 78) menyatakan bahwa ‘Peristiwa berpikir dan belajar anak pada tahap ini sebagian besar melalui pengalaman yang nyata.’ Maka dari itu siswa SD akan lebih mudah untuk memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh konkret dan mempraktikkan sendiri upaya penemuan konsep melalui benda-benda nyata. Untuk itu setiap pembelajaran IPA harus menggunakan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang variatif,


(14)

kemudian disesuaikan dengan tujuan pengajaran. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan, strategi, dan metode yang tepat akan memungkinkan siswa belajar secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan.

Pendekatan pembelajaran dapat dijadikan suatu pilihan, artinya guru memilih pendekatan pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran. Ketepatan seorang guru dalam memilih pendekatan pembelajaran akan menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru yaitu Pendekatan Konstruktivisme.

Menurut Trianto (2012:74) bahwa “Konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka.” Esensi dari pengertian tersebut bahwa anak akan dengan aktif mengkonstruksi pemahaman realita melalui pengalaman dan interaksinya.

Maka dari itu sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA, maka proses pembelajaran IPA harus menuntut keaktifan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya, sehingga pemahaman dalam pembelajaran yang didapatkan anak lebih bermakna.

Sutardi dan Sudirjo (2007:134) menjelaskan karakteristik Pendekatan Konstruktivisme sebagai berikut:

a. Mempertimbangkan bahwa pengetahuan awal siswa sangat berperan dalam pengalaman belajar mereka;

b. Pembelajaran dipandang sebagai proses transformasi konsepsi yang menyebabkan terjadinya perubahan konseptual pada diri siswa;

c. Pembelajaran perubahan konseptual atau pengetahuan dikonstruksi siswa melalui partisipasi aktif hands-on minds-on; dan

d. Perubahan konseptual dalam belajar akan terjadi secara efektif jika tersedia konteks yang mendukung bagi siswa.

Proses pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme menyebabkan terjadinya komunikasi berjalan dua arah sehingga antara guru dan siswa saling melengkapi dalam membangun pengetahuan yang sedang dipelajari oleh siswa. Dalam proses pembelajaran siswa diberikan kebebasan untuk


(15)

mengemukakan pendapatnya sesuai dengan apa yang dipahaminya, kemudian guru meluruskan pendapat siswa jika terjadi penyimpangan pada pendapat yang dikemukakan siswa.

Dilihat dari karakteristik Pendekatan Konstruktivisme, maka terdapat kesesuaian dengan karakteristik pembelajaran IPA, dalam pembelajaran IPA pengetahuan tidak hanya ditransfer dari guru ke siswa melainkan siswa harus belajar mengkonstruksi pengetahuan dengan sendirinya melalui keterampilan proses. Keterampilan proses menurut Mulyana (2012:39-44) meliputi : melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan, menafsirkan hasil pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, penyelidikan, dan penerapan konsep. Sehingga melalui keterampilan proses tersebut siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir terutama dalam memahami materi yang sedang dipelajari, hal ini didasarkan ketika pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme memperhatikan pengetahuan awal siswa yang disesuaikan dengan konsep yang sudah ada sehingga melalui penggunaan Pendekatan Konstruktivisme diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

Semakin siswa terlatih dalam mengkonstruksi pengetahuan maka semakin mengasah keterampilan berpikir siswa, sehingga akan menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar. Maka dari itu pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Menurut Sagala (2012 : 129) “Berpikir berarti meletakkan hubungan antar bagian pengetahun yang diperoleh siswa.” Esensi dari pendangan tersebut bahwa berpikir merupakan suatu proses penyatuan bagian-bagian pengetahuan yang diketahuinya untuk menjadi lebih sempurna.

Sedangkan berpikir kreatif dapat dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru, ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum


(16)

pernah diwujudkan. Seperti yang telah dikemukakan bahwa dengan memiliki keterampilan berpikir kreatif maka akan menumbuhkan kreativitas, kreativitas merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari berbagai dimensi (multi-dimensional), yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian), dan dimensi psikomotor (keterampilan kreatif). Masing- masing dimensi meliputi berbagai kategori, seperti dimensi kognitif dari kreativitas, yaitu berpikir divergen yang mencangkup antara lain : fluency, flexibility, originalitas dan elaborate (Munandar 2002 : 65).

1) Kemampuan berpikir lancar (fluency)

Kamampuan berpikir lancar berarti kemampuan untuk memunculkan ide-ide secara cepat dan ditekankan pada kuantitas dengan kata lain kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan dan jawaban. Dalam dimensi kognitif ini siswa yang memiliki kemampuan berpikir lancar yaitu yang lebih banyak menyelesaikan pekerjaan jika dibandingkan dengan siswa lain, misalnya melakukan praktikum kemudian jika terjadi suatu kesalahan dan kekurangan pada suatu objek atau situasi siswa ini cepat mengetahuinya.

2) Kemampuan berpikir luwes (flexibility)

Kemampuan berpikir luwes adalah kemampuan untuk memberikan sejumlah jawaban yang bervariasi atas suatu pertanyaan dan dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir luwes (flexibility) dapat memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar atau masalah dan dapat menerapkan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikan suatu masalah.

3) Kemampuan berpikir orisinal (originality)

Kemampuan berpikir orisinal adalah kemampuan memberikan respon-respon yang unik atau luar biasa mencakup mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, mampu membuat kombinasi-kombinasi pada bagian-bagian atau unsur-unsur.

Munandar mengatakan bahwa berpikir orisinal berkaitan dengan hasil belajar. Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir orisinil memiliki perilaku


(17)

diantaranya memikirkan masalah-masalah yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

4) Kemampuan berpikir memperinci (elaboration)

Kemampuan berpikir memperinci merupakan kemampuan mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan, memperinci detail-detail atau memperinci suatu objek atau gagasan sehingga menjadi menarik.

Sumaji, dkk. (Tresna 2012: 6) mengungkapkan bahwa ‘pendidikan sains (IPA) bukan semata-mata mengalihkan pengetahuan guru kepada anak, melainkan pembentukan pengetahuan pada anak dengan bekal pengetahun awal yang menanti untuk diperkaya dan diberdayakan’. Ungkapan Sumaji, dkk tersebut menunjukkan bahwa sains (IPA) menuntut adanya kreativitas dalam rangka memperkaya dan memberdayakan pengetahuan awal yang dimiliki siswa.

Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme pada proses pembelajaran akan memotivasi siswa untuk berpikir kreatif, hal ini dikarenakan Pendekatan Konstruktivisme merupakan pendekatan pembelajaran dimana pengetahuan yang didapat tidak ditransfer begitu saja oleh guru melainkan siswa sendiri yang harus mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dan disesuaikan dengan pengetahuan awal siswa sehingga siswa akan memunculkan ide-ide kreatifnya.

Berdasarkan studi pendahuluan, penggunaan pembelajaran konvensional masih mendominasi dalam pembelajaran IPA yang lebih menekankan pada pemindahan sejumlah fakta dan konsep yang kemudian menjadi bahan hapalan bagi siswa, sehingga pada proses pembelajaran siswa hanya menerima sejumlah informasi sedangkan, pemberian kesempatan kepada siswa untuk mencoba berinteraksi dengan benda-benda konkret masih kurang sedangkan pada pembelajaran IPA siswa dituntut melibatkan minds on dan hands on . Dengan demikian cara berpikir anak tidak akan berkembang dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, hal ini pula yang menjadikan pembelajaran menjadi kurang bermakna.

Berdasarkan latar belakang dan berkaitan dengan perlunya menggunakan Pendekatan Konstruktivisme yang dapat berpengaruh terhadap keterampilan


(18)

berpikir kreatif siswa, maka peneliti tertarik untuk menerapkan pendekatan tersebut dalam proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Penerapan pendekatan ini diaktualisasikan dalam penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility Siswa pada Pembelajaran IPA di Kelas VA SDN 1 Kawali”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah proses penelitian, ruang lingkup penelitian dibatasi baik dalam hal keluasan variabel maupun sampel penelitian. Variabel Pendekatan Konstruktivisme akan diukur dengan lembar observasi keterlaksanaan tahapan pada pendekatan tersebut yang akan dilaksanakan oleh guru pada SD penelitian, maka setelah guru mengobservasi akan didapatkan hasilnya apakah tahapan pada Pendekatan Konstruktivisme terlaksana dengan sempurna atau tidak. Variabel Keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA akan dilihat dari tes hasil belajar yang dalam penyelesaiannya menuntut jawaban yang beragam, kemudian untuk mengetahui adanya pengaruh maka dilihat dari nilai Gain. Sampel yang diambil adalah siswa kelas VA SDN 1 Kawali Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis.

2. Identifikasi dan Perumusan Masalah a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di kelas VA SDN 1 Kawali, diantaranya sebagai berikut:

1) Guru pada umumnya masih menerapkan pembelajaran secara konvensional. 2) Keterbatasan guru memahami Pendekatan Konstruktivisme

3) Guru belum sepenuhnya mengaplikasikan Pendekatan Konstruktivisme pada pembelajaran IPA.

4) Keterbatasan guru memiliki keterampilan mengajar untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA.


(19)

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil perumusan masalah, maka masalah yang fokus diteliti yaitu berkaitan dengan pengaruh penggunaan Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA kelas VA di SDN 1 Kawali Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis.

1) Pertanyaan Penelitian

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian, maka rumusan masalah pada penelitian ini dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a) Bagaimana keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA materi gaya magnet sebelum pembelajaran menggunakan Pendekatan Konstruktivisme ?

b) Bagaimana keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA materi gaya magnet setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan Konstruktivisme?

c) Bagaimana perbedaan keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA materi gaya magnet sebelum dan setelah menggunakan Pendekatan Konstruktivisme?

d) Bagaimana pengaruh penggunaan Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA materi gaya magnet sebelum dan setelah pembelajaran?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA materi gaya magnet di kelas V SDN 1 Kawali. Adapun secara khusus tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa kelas VA pada pembelajaran IPA materi gaya magnet sebelum pembelajaran menggunakan Pendekatan Konstruktivisme.


(20)

2. Untuk mengetahui keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa kelas VA pada pembelajaran IPA materi gaya magnet setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan Konstruktivisme.

3. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa kelas VA pada pembelajaran IPA materi gaya magnet sebelum dan setelah pembelajaran yang menggunakan Pendekatan Konstruktivisme.

4. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa kelas VA pada pembelajaran IPA materi gaya magnet.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa tentang materi gaya magnet di kelas VA SDN 1 Kawali Kecamatan Kawali Kabpaten Ciamis. Menurut Slavin (Trianto 2012 : 74) mengemukakan bahwa :

Pendekatan Konstruktivisme menganggap bahwa anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah terutama pada pembelajaran IPA.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa.

c. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan belajar IPA secara aktif, kreatif dan menyenangkan.


(21)

d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme dan acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan penulisan penelitian yang dikira masih kurang dan bisa jadi bahan referensi.

D. Struktur Organisasi Skripsi

Gambaran lebih jelasnya tentang isi keseluruhan skripsi disampaikan dalam sistematika penulisan yang pembahasannya disusun sebagai berikut:

1. Bab I pendahuluan. Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis. Bab ini menjelaskan tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis. 3. Bab III metode penelitian. Terdiri atas lokasi dan subjek populasi/ sampel

penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

4. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini mengemukakan tentang hasil penelitian yang dicapai dan pembahasannya.

5. Bab V kesimpulan dan saran. Bab kesimpulan dan saran menyajikan


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kawali Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis. SDN 1 Kawali berada di pusat kota Kawali yang berdampingan dengan Kantor Kecamatan Kawali. Tahun ajaran 2011/2012 SDN 1 Kawali merupakan SD RSBI. Adapun alamat lengkap SDN 1 Kawali Jalan Veteran No. 45 No. Tlp (0265) 791723 Kode Pos 46253.

2. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Menurut Riduwan (2012: 8) “Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.” Sejalan dengan pandangan Hadjar (Purwanto 2011:61) “Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama.” Berdasarkan pengertian tersebut populasi adalah wilayah keseluruhan objek/subjek yang akan dikenai generalisasi, mempunyai kualitas dan karakteistik tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas V pada gugus 1 di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis.

b. Sampel

Menurut Arikunto (2006:131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Pendapat tersebut sejalan dengan pandangan Purwanto (2011:63) “ sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri yang sama dengan populasi.” Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Sampel Nonprobabilitas dengan teknik sampling porposive. Menurut Sugiyono (2009: 124) menjelaskan Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Sampel ini mengandung pengertian bahwa hasil yang didapatkan dari penelitian dapat digeneralisasikan untuk populasi. Sampel dalam penelitian ini


(23)

terdiri dari 32 orang siswa kelas VA SD N 1 Kawali yang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki, dan 12 orang siswa perempuan. Penentuan siswa kelas V Sekolah Dasar dijadikan sampel penelitian dengan alasan bahwa secara psikologi siswa kelas V SD berapa pada tahap operasional konkret, artinya siswa dapat mempertimbangkan beberapa aspek dari permasalahan untuk bisa diselesaikan. B.Desain Penelitian

“Desain penelitian adalah sebuah rencana, sebuah garis besar tentang bagaimana peneliti akan memahami bentuk hubungan antara variabel yang diteliti”(Anggoro 2007: 17). Bentuk desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design. Desain ini belum merupakan eksperimen yang sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang berpengaruh.

Bentuk pre-experimental designs ada beberapa macam yaitu : One Shot Case Study, One –Group Pretest-Posttest Design, Intact-Group Comparison. Desain yang digunakan adalah one-group pretest-posttest design, pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan antara hasil sebelum perlakuan atau pretest dengan setelah perlakuan atau posttest.

Dalam hal ini perlakuan digunakan untuk mencari perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum menggunakan Pendekatan Konstruktivisme dengan keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa setelah menggunakan Pendekatan Konstruktivisme pada pembelajaran IPA di kelas VA SDN 1 Kawali Kecamatan Kawali Kabupa ten Ciamis.

Menurut Sugiyono (2009:111) desain dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Pola One-Group Pretest-Posttest Design Keterangan:

X : Treatment yang diberikan.


(24)

O1 : Skor pretest keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa sebelum menggunakan Pendekatan Konstruktivisme

O2 :Skor posttest keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa setelah menggunakan Pendekatan Konstruktivisme

Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa dapat dilihat dari skor posttest - pretest. Dari skor yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa treatment yang di berikan berpengaruh atau tidak terhadap suatu populasi. Pretest dilakukan diawal pembelajaran sedangkan posttest dilakukan di akhir pembelajaran

C.Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2009: 3) secara umum “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen. “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono 2009: 107).

Terdapat beberapa bentuk metode eksperimen, diantaranya yaitu Pre-Experimental Design, True Pre-Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Ekperimental Designs. Menurut Sugiyono (2009: 109) “Dikatakan Pre-Experimental Designs, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.” Dalam penelitian ini hanya satu kelas yang dijadikan objek penelitiaan yaitu kelas VA SDN 1 Kawali. D.Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah “segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono 2010: 60). Pada penelitian pengaruh penggunaan Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility sisa pada pembelajaran IPA mengenai gaya magnet di kelas VA SDN 1


(25)

Kawali Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis, terdiri dari dua variabel penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Variabel bebas (Independen)

Variabel bebas adalah variabel stimulus yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendekatan Konstruktivisme.

b. Variabel terikat (Dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kreatif flexibility.

2. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadi perbedaan dalam menginterpretasikan variabel yang diteliti dan kepentingan pengembangan instrumen maka dikemukakan definisi operasional variabel sebagai berikut:

a. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan Konstruktivisme adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengkonstruksi pengetahuan atau konsep secara aktif, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam proses pembelajaran, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterimanya dengan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Dengan demikian dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme menuntut keaktifan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.

Menurut Suparno (1997: 49) Pendekatan Konstruktivisme memiliki prinsip yaitu :

1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial, 2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan

keaktifan siswa sendiri untuk menalar,

3) Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah, dan

4) Guru hanya membantu penyediaan sarana dan menciptakan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan dengan lancar.


(26)

Instrumen untuk mengetahui keterlaksanaan penggunaan Pendekatan Konstruktivisme adalah dengan menggunakan lembar observasi yang akan dilaksanakan oleh guru kelas di SDN 1 Kawali.

b. Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility

Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan keterampilan untuk memecahkan masalah secara divergen. Terdapat empat aspek dalam keterampilan berpikir kreatif diantaranya : Fluency, Flexibility, Originality, Elaboration. Dalam penelitian ini kategori berpikir kreatif dibatasi hanya mangukur kategori berpikir kreatif flexibility.

Keterampilan berpikir luwes atau flexibility merupakan kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara berpikir yang baru. Keterampilan berpikir kreatif flexibility yang akan diukur dengan tes subjektif dalam bentuk soal uraian sebanyak 11 butir soal. Tes yang dilaksanakan ini berupa pretest dan posttest. Soal pretest sama dengan soal posttest. Untuk pretest dilakukan di awal pertemuan pertama dan posttest dilakukan di akhir pertemuan pembelajaran. Dari hasil pretest dan posttest akan diketahui tingkat keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa.

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Aspek/Indikator Instrument

1. Keterlaksanaan Pendekatan Konstruktivisme

a. Tahap apersepsi b. Tahap eksplorasi

c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep

d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep

Lembar observasi


(27)

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel (Lanjutan)

No. Variabel Aspek/Indikator Instrument

2. Keterampilan berpikir kreatif flexibility

a. Memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, masalah.

b. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya

c. Menggolongkan hal-hal menurut kategori yang berbeda-beda.

d. Mampu mengubah arah berpikir secara spontan

Tes subjektif

E. Instrument Penelitian

Sugiyono (2009:148) menyatakan bahwa “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.” Adapun instrumen yang digunakan oleh peneliti berupa perencanaan pembelajaran, sedangkan instrumen pengumpul data yaitu: format observasi keterlaksanaan pendekatan dan soal tes keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa mengenai gaya magnet, dengan rincian sebagai berikut:

1. Instrumen Pengembangan Bahan Ajar

Ketika melaksanakan suatu pembelajaran tentunya terdapat serangkaian kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa dalam interaksinya melaksanakan KBM. Serangkaian kegiatan tersebut, dapat berjalan menurut langkah-langkah yang sistematis apabila dilakukan melalui suatu perencanaan yang matang. Untuk itu, sebelum melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), peneliti terlebih dahulu membuat instrumen pengembang bahan ajar berikut alat peraga dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Adapun materi ajar yang dipilih yaitu pada materi ajar semester dua tahun ajaran 2012/2013 tentang gaya magnet. Pembelajaran dilaksanakan untuk empat kali pertemuan selama 2 x 35 menit dengan Standar


(28)

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang sama namun Indikator yang berbeda. RPP yang dirancang peneliti sesuai dengan pendekatan yang akan dilaksanakan ketika proses pembelajaran yaitu disesuaikan dengan tahapan Pendekatan Konstruktivisme. Sebelum merancang RPP peneliti menganalisis hasil pretest terlebih dahulu untuk menemukan miskonsepsi siswa pada materi gaya magnet. Setelah didapat miskonsepsi siswa peneliti mengidentifikasi kemudian merancang solusi yang akan diberikan agar miskonsepsi siswa menjadi terarah, kemudian apabila pemahaman siswa sudah baik peneliti merencanakan upaya untuk mengembangkan konsep anak. Begitu juga dengan LKS formatnya disesuaikan dengan pendekatan yang akan dilaksanakan. Untuk melihat RPP lebih rinci dapat dilihat pada lampiran C.

2. Instrumen Format Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Konstruktivisme Menurut Arikunto (2006: 157) Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) Observasi-non sistematis yaitu dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b) Observasi sistematis yaitu dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan uji kelayakan penggunaan Pendekatan Konstruktivisme, lembar observasi mengenai keterlaksanaan Pendekatan Konstruktivisme ini didiskusikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing yang kemudian dijelaskan pada observer. Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti mengujikan Pendekatan Konstruktivisme di SDN Cikalang 2 sebanyak 2 X pembelajaran. Peneliti mengajar dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme di kelas V SDN Cikalang 2 kemudian wali kelas menjadi observernya. Dalam observasi ini peneliti menggunakan observasi sistematis. Hal ini dilakukan agar observer tidak kesulitan melakukan pengamatan. Dalam pengamatannya, observer memberikan tanda check-list pada kolom validitas instrumen untuk memberikan penilaian sesuai pencapain kegiatan yang dilakukan pengajar (peneliti).


(29)

Untuk menyamakan persepsi dengan guru kelas mengenai kegiatan pembelajaran menggunakan Pendekatan Konstruktivisme, peneliti terlebih dahulu memberikan arahan mengenai tahapan-tahapan pembelajaran. Dalam hal ini, guru kelas bertindak sebagai observer untuk mengetahui keterlaksanaan Pendekatan Konstruktivisme. Setelah Pendekatan Konstruktivisme di uji coba dan hasilnya sesuai dengan tahapan Pendekatan Konstruktivisme maka peneliti melakukan penelitian di kelas VA SDN 1 Kawali pada Pembelajaran IPA materi gaya magnet dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. Untuk mengetahui ketercapaian tahapan dalam proses pembelajaran, maka dilaksankan pengamatan melalui lembar observasi yang diisi oleh guru kelas VA SDN 1 Kawali. Adapun untuk melihat lembar hasil uji keteralaksanaan Pendekatan Konstruktivisme dapat dilihat pada lampiran A.1.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrument Observasi Pendekatan Konstruktivisme

No. Dimensi Indikator Skor

1. Apersepsi  Guru melalui pertanyaan menggali pengetahuan awal siswa mengenai materi gaya magnet.

Interval

2. Eksplorasi  Guru membagikan LKS serta alat percobaan dan menugaskan siswa masing-masing kelompok untuk

mengkonstruksi pengetahuannya dengan melaksanakan eksperimen.

Interval

3. Diskusi dan penjelasan konsep

 Siswa secara berkelompok mendiskusikan hasil eksperimen.

 Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya serta menanggapi pertanyaan kelompok lainnya.

 Guru memberikan penguatan terhadap hasil observasi siswa, sehingga siswa yakin dengan konsep yang telah ditemukan.

Interval

4. Pengembangan aplikasi

 Siswa dapat mengaplikasikan

pemahaman konsepnya melalui hasil karya.


(30)

3. Instrument Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility

Riduwan (2012:57) mengemukakan “tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

“Bentuk tes ada dua yakni tes objektif dan tes subjektif berdasarkan bentuk pertanyaan yang ada di dalam tes tersebut (Arikunto 2002: 162)”. Tes objektif adalah tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang ada atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol. Sedangkan tes subjektif atau soal uraian merupakan bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau perintah yang memerlukan jawaban bersifat pembahasan atau uraian kata-kata yang relatif panjang.

Dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan adalah tes subjektif sebanyak 11 soal, 10 soal berupa tes tertulis dan satu soal berupa tes lisan. Pembuatan soal disesuaikan dengan indikator materi, kemudian disusun kisi-kisi soal beserta nilai rubrik pengskoran. Nilai rubrik untuk pengskoran soal menggunakan skor 4 = sangat tinggi, 3 = tinggi, 2 = sedang, 1 = rendah, 0 = sangat rendah, masing-masing skor tersebut mempunyai kriteria pencapaian jawaban. Sebelum digunakan dalam penelitian soal tersebut di uji validitas internal dan eksternal. Selanjutnya sebagai langkah untuk mengetahui validitas, reliabilitas maka pada bulan Maret 2013 dilaksanakan uji coba instrumen dengan jumlah responden 85 siswa.


(31)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrument Berpikir Kreatif Flexibility No Materi

Pokok Indikator Aspek yang diukur Pokok Soal

No. Soal 1. Gaya Magnet Luwes (flexibility) 1.Memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, masalah.

a. Mengemukakan

pemahaman awal siswa mengenai magnet melalui gambar. b. Menjelaskan sifat-sifat

magnet melalui suatu cerita.

c. Menjelaskan gaya tarik magnet yang senama dan tidak senama dengan diberikan suatu permasalahan.

1

2 3

2. Jika diberikan suatu masalah biasanya

memikirkan macam-macam cara yang

berbeda-beda untuk

menyelesaikannya.

a. Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan.

b. Menentukan kutub utara dan selatan magnet. c. Membuat magnet dengan

cara induksi, digosok, mengalirkan arus listrik.

7

6 5, 8, 9,10

3. Menggolongkan hal-hal menurut kategori yang berbeda-beda.

a. Mengelompokkan benda yang bersifat magnetis dan non magnetis.

4

4. Mampu mengubah arah berpikir secara spontan

a. Memberikan contoh penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari

11

Untuk melihat instrumen yang telah disusun, maka dapat dilihat pada lampiran A.3.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk mendapatkan data yang benar-benar valid atau dapat diandalkan dalam mengungkap data penelitian, maka dilakukan langkah-langkah pengembangan instrumen sebagai berikut:


(32)

1. Membuat kisi-kisi instrumen yang didalamnya menguraikan masing-masing variabel menjadi beberapa sub variabel dan indikator.

2. Berdasarkan kisi-kisi tersebut, langkah selanjutnya adalah menyusun pernyataan atau butir-butir item soal.

3. Melakukan uji coba jenis alat pengumpul data hasil judgement kepada siswa lain yang dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan kelas yang akan diujicobakan.

4. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Setelah tahapan-tahapan tersebut terlaksana maka peneliti melakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrument. Adapun rincian uji validitas dan uji reliabilitas sebagai berikut :

a. Uji validitas instrument

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrument. “Instrumen dikatakan valid berari instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur” (Sugiyono 2009:173).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengujian instrumen dengan validitas isi dan validitas konstruk. Instrumen tersebut diuji validitas isi dan validitas konstruknya oleh dosen pembimbing dan beberapa teman sejawat. Validitas isi disusun berdasarkan rancangan/program yang telah ada yakni, berdasarkan kesesuaian antara kisi-kisi soal dengan butir soal dan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Sedangkan validitas konstruk disusun berdasarkan teori yang relevan, tentang aspek-aspek yang akan diukur yaitu aspek kognitif berpikir kreatif flexibility siswa yang meliputi :1) Kemampuan memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, masalah; 2) Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya; 3) Menggolongkan hal-hal menurut kategori yang berbeda-beda; 4) Mampu mengubah arah berpikir secara spontan.


(33)

Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik Corrected Item-Total Correlation dengan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 16.0. Langkah-langkah untuk menghitung validitas instrumen merujuk pada Uyanto (2009: 222) dapat dilihat pada lampiran B.2

Setelah hasil pengolahan data didapatkan, selanjutnya dilihat valid atau tidak valid suatu instrumen dengan kriteria pengujian adalah membandingkan antara koefisien korelasi (rhitung) dengan nilai tabel korelasi Pearson Product Moment (r tabel).

Kaidah keputusan : Jika r hitung ≥ r tabel berarti valid, sebaliknya r hitung ≤ r tabel berarti tidak valid

Hasil pengujian instrumen yang didapat adalah sebagai berikut : Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen untuk Mengukur Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility No. No. Item

Soal r hitung r tabel Keterangan

1 1 0,785 0,213 Valid

2 2 0,833 0,213 Valid

3 3 0,782 0,213 Valid

4 4 0,673 0,213 Valid

5 5 0,765 0,213 Valid

6 6 0,702 0,213 Valid

7 7 0,653 0,213 Valid

8 8 0,690 0,213 Valid

9 9 0,593 0,213 Valid

10 10 0,700 0,213 Valid

11 11 0,516 0,213 Valid

Berdasarkan tabel 3.4 diperoleh hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 mengenai uji validitas soal. Untuk melihat taraf signifikansi maka dapat membandingkan r hitung dengan r tabel. Nilai r tabel dapat dilihat sesuai dengan jumlah responden, untuk responden 85 dengan taraf signifikan 5% maka didapat nilai r tabel 0,213. Setelah r tabel diperoleh maka bandingkan


(34)

dengan r hitung, jika nilai r hitung ≥ r tabel maka soal “valid”, dan jika r hitung≤ r tabel maka soal “tidak valid”. Dengan demikian dari 11 butir soal semuanya valid. Adapun output uji validitas dapat dilihat pada lampiran B.3

b. Uji Reliabilitas Instrument

Reliabilitas menurut Arikunto (2006: 178) adalah “sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Menurut Sugiyono (2009: 172) “instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”. Sedangkan Abdurrahman (2011:56) menyatakan bahwa “suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel apabila pengukurannya konsisten, cermat, dan akurat. Jadi uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsisitensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya”.

Peneliti menguji reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Pada program SPSS 16.0 teknik pengujian yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah menggunakan metode Croncach’s Alpha, yaitu dengan menggunakan input yang sama dengan uji validitas instrumen. Merujuk pada Uyanto (2009: 276) Langkah-langkah untuk menghitung reliabilitas instrumen dapat dilihat pada lampiran B.4

Setelah hasil output didapat, selanjutnya dilihat reliabel atau tidaknya pada nilai Alpha if Item Deleted.

Tabel 3.5 Reliability Statistics Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.895 11

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Alpha Cronbach. Kriterianya yaitu bila ada butir atau item pada kolom Alpha if Item Deleted memberi nilai koefisien yang lebih tinggi dari nilai Cronbach’s Alpha keseluruhan, maka butir soal tidak reliabel dan sebaiknya dihilangkan atau


(35)

direvisi, Uyanto (2009:275). Adapun rekapitulasi hasil pengujian reliabilitas soal tes dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility No. No. Soal Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha if

item deleted Keterangan

1 Soal 1 0.895 0.881 Reliabel

2 Soal 2 0.895 0.876 Reliabel

3 Soal 3 0.895 0.881 Reliabel

4 Soal 4 0.895 0.888 Reliabel

5 Soal 5 0.895 0.881 Reliabel

6 Soal 6 0.895 0.886 Reliabel

7 Soal 7 0.895 0.892 Reliabel

8 Soal 8 0.895 0.887 Reliabel

9 Soal 9 0.895 0.892 Reliabel

10 Soal 10 0.895 0.886 Reliabel

11 Soal 11 0.895 0.897 Tidak reliabel

Berdasarkan tabel 3.6 diperoleh hasil perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 16.0. Diketahui bahwa dari 11 butir soal terdapat 1 soal yang tidak reliabel, dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha if item lebih besar dari nilai Cronbach’s Alpha. Untuk soal yang tidak reliabel peneliti melakukan perbaikan soal dengan dosen pembimbing. Adapun output uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran B.5

G. Teknik pengumpulan data

Metode pengumpulan data menurut Riduwan (2011: 69) adalah “Teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.” Sejalan dengan pendapatnya Abdurahman (2011: 38) “Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.”

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April 2013 di kelas VA SDN 1 Kawali Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis, tahapan pengumpulan data ini adalah melakukan penelitian secara langsung ke objeknya melalui pembelajaran di


(36)

kelas. Selain itu teknik yang akan digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dan masalah dalam penelitian ini yaitu melalui tes keterampilan berpikir kreatif flexibility dalam bentuk tes subjektif dan dokumentasi pada saat proses pembelajaran IPA di kelas VA dengan materi gaya magnet.

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.7

Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Teknik

Pengumpulan Instrumen Sumber 1 Data pengamatan

terhadap penggunaan Pendekatan

Konstruktivisme

Pengisian lembar observasi

Lembar Observasi

Siswa kelas VA SDN 1

Kawali

2 Hasil belajar siswa Keterampilan berpikir kreatif flexibility

Tes Subjektif Tes Subjektif

Siswa kelas VA SDN 1

Kawali 1. Lembar Observasi

Sebelum peneliti menggunakan pendekatan konstruktivisme dalam penelitian, peneliti mengujikan pendekatan terlebih dahulu. Peneliti melakukan uji pendekatan dengan melaksanakan pembelajaran yang menggunakan Pendekatan Konstruktivisme pada pembelajaran IPA di kelas V SDN Cikalang 2 secara berulang-ulang. Kemudian untuk mengetahui kesesuaian tahapan dalam Pendekatan Konstruktivisme pada kelas penelitian maka salah satu guru menjadi observer. Instrumen ini menggunakan rating scale, yaitu pemberian tanda check list kemudian observer memberikan keterangan sesuai hasil observasinya.

2. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yakni dalam keterampilan berpikir kreatif flexibility dengan jumlah 11 butir soal. 10 soal


(37)

merupakan tes tulis dan 1 soal berupa tes lisan. Peneliti memilih tes sebagai alat pengumpul data yang berupa pretest dan posttest. Pretest diberikan sebelum melakukan proses pembelajaran, hal tersebut untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Sedangkan posttest diberikan setelah siswa melakukan pembelajaran, dengan demikian akan terlihat perbedaan hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ini bertujuan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, dalam proses pembelajaran kegiatan siswa beserta guru direkam melalui video serta foto-foto. Hal ini bertujuan untuk mengoreksi dan perbaikan dalam proses pembelajaran dipertemuan berikutnya. Dokumentasi ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

H. Analisis Data Penelitian

Sugiyono (2009:335) mengemukakan bahwa :

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahamioleh diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya setelah data terkumpul pengolahan data mulai dilakukan terhadap nilai pretest, posttest dan gain. Pengolahan data tersebut dimaksudkan untuk mengetahui keterampilan berpikir kreatif flexibility sebelum dan setelah diberi perlakuan dan untuk mengetahui adakah perbedaan signifikan keterampilan berpikir kreatif flexibility sebelum dan setelah diberi perlakuan. Sehingga nanti diketahui berpengaruh tidaknya Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility. Pengolahan data diolah melalui beberapa tahap diantaranya :

1. Persiapan

Kegiatan pada langkah persiapan ini antara lain: mengecek kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, dan mengecek isian data.


(38)

2. Tabulasi

Kegiatan pada tahap tabulasi ini antara lain: memberikan skor terhadap item-item soal, serta mentabulasikan setiap data yang berhasil dikumpulkan ke dalam tabel.

3. Analisis Hasil Penelitian

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data penelitian, maka pada proses selanjutnya adalah menganalisis data penelitian tersebut. Analisis data dilakukan dengan menggunakan data statistik. Data yang diperoleh adalah hasil belajar siswa, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perhitungan data statistik, hasil belajar siswa tentang gaya magnet diukur malalui tes subjektif dengan cakupan butir-butir soalnya dalam satu kompetensi dasar tentang gaya magnet dengan indikator-indikator sebagai berikut :mengemukakan pengetahuan awal mengenai gaya magnet melalui gambar, menjelaskan sifat-sifat magnet melalui cerita, menjelaskan gaya tarik magnet senama dan tidak senama melalui suatu masalah, menunjukkan kekuatan gaya dalam menembus beberapa benda melalui percobaan, menentukan kutub utara dan selatan, membuat magnet dengan cara induksi, digosok, aliran listrik; mengelompokkan benda yang bersifat magnetis dan non magnetis, memberikan contoh penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari. Dalam analisis ini, langkah-langkah yang dilakukan antara lain :

a. Analisis Deskriptif

Analisi deskriptif berkaitan dengan upaya menjawab rumusan masalah a dan b pada BAB I, yaitu sebagai berikut :

1) Bagaimana keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA materi gaya magnet sebelum pembelajarn menggunakan Pendekatan Konstruktivisme?

2) Bagaimana keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA materi gaya magnet setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan Konstruktivisme?


(39)

Untuk menjawab rumusan masalah a dan b , kegiatan yang dilakukan adalah mengolah data dari setiap variabel dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0, data yang diolah yaitu data hasil belajar keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa kelas VA SDN 1 Kawali. Untuk mengetahui tingkat keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa, maka peneliti memberikan tes berupa pretest dan posttest dengan cakupan butir-butir soal dalam indikator tentang gaya magnet. Kategori pencapaian keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa didasarkan pada interval kategori hasil belajar Rakhmat dan Solehudin (2006: 65) dengan ketentan sebagai berikut :

Tabel 3.8

Rambu-rambu Interval Kategori Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility No. Rambu-rambu Interval Nilai Kategori

1. X ≥ ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi

2. ideal + 0,5 Sideal ≤ X < ideal + 1,5 Sideal Tinggi 3. ideal - 0,5 Sideal ≤ X < ideal + 0,5 Sideal Sedang 4. ideal - 1,5 Sideal ≤ X < ideal - 0,5 Sideal Rendah 5. X < ideal - 1,5 Sideal Sangat Rendah

Penjelasan:

ideal = Xideal Xideal = 100 Sideal = ideal

Dari penjelasan tesebut maka diperoleh Xideal (nilai ideal) = 100, ideal = 50, dan Sideal = 16,67. Dengan demikian setelah dilakukan pembulatan desimal interval kategori keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa sebagai berikut.


(40)

Tabel 3.9

Interval Kategori Keterampilan Berpikir Kreatif Flexibility No. Interval Nilai Kategori Berpikir

Kreatif Flexibility

1. X ≥ 75 Sangat Tinggi

2. 58 ≤ X < 75 Tinggi

3. 42 ≤ X < 58 Sedang

4. 25 ≤ X < 42 Rendah

5. X < 25 Sangat Rendah

Untuk keperluan analisis kualitas keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa mengenai gaya magnet dilakukan perhitungan nilai pretest dan nilai posttest serta gain yang diperoleh.

b. Uji hipotesis

Pengolahan data untuk uji hipotesis berhubungan dengan menjawab rumusan masalah c dan d. Dalam penelitian ini, seluruh teknik pengolahan data untuk keperluan uji statistik (uji hipotesis) sepenuhnya menggunakan program aplikasi SPSS 16.0, rambu-rambu uji hipotesis tersebut sebagai berikut :

1) Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan untuk mengetahui jenis pengolahan data. Dari uji asumsi ini akan diperoleh data menggunakan parametrik atau non parametrik. Hal yang dilakukan dalam uji asumsi adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Jika hasil data menunjukkan berdistribusi normal dan homogen, maka pengolahan data menggunakan statistik parametrik.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Jika data tersebut berdistribusi normal, maka data yang akan dianalisis menggunakan statistik parametrik. Dan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka menggunakan statistik non parametrik. Pada penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan bantuan aplikasi program SPSS 16.0, pada kolmogorov-smirnov.


(41)

Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada Asymp. Sig (2-tailed). Untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak, maka kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut:

(1) Tetapkan tarap signifikansi uji misalnya a = 0,05. (2) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

(3) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

(4) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Merujuk pada Sarwono (2012: 97) langkah-langkah untuk uji normalitas dapat dilihat pada lampiran D.9

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas data akan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 16.0.

Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji homogenitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada (Sig.). Untuk menetapkan homogenitas digunakan pedoman sebagai berikut:

(1) Tetapkan tarap signifikansi uji, misalnya a = 0,05. (2) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

(3) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka varians setiap sampel sama (homogen).

(4) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka varians setiap sampel tidak sama (tidak homogen).

Merujuk pada Nurramdani (2012: 64) langkah-langkah untuk uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran D.11


(42)

2) Uji Hipotesis Statistik

a) Uji Komparasi

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas data, kemudian dilakukan uji hipotesis komparasi antara sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. Pengujian hipotesis menggunakan t-test. Bila sampel berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah perlakuan, atau membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen maka digunakan t test sampel related. Dan dalam penelitian ini membandingkan hasil pretest dan hasil posttest dengan menggunakan yang ada pada program SPSS 16.0 yaitu paired sample T Test (uji dua sampel berpasangan). Merujuk pada Santoso (2012: 263) langkah-langkah untuk uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran D.13

Langkah-langkah pengujian Paired Samples T Test adalah untuk menentukan hipotesis, menentukan tingkat signifikansi. Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika signifikansi 2 tailed > α atau signifiknsi 2 tailed > 0,05 dan Ha diterima jika signifikansi 2 tailed < α atau signifiknsi 2 tailed < 0,05.

b) Uji Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik pada penelitian ini tentang pengaruh penggunaan Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility ditetapkan kaidah pengambilan keputusannya sebagai berikut.

Hipotesis nol (Ho)

Tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif flexibility yang signifikan pada pembelajaran IPA sebelum dan setelah siswa kelas VA SDN 1 Kawali belajar dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme.

Hipotesis alternatif (Ha)

Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif flexibility yang signifikan pada pembelajaran IPA sebelum dan setelah siswa kelas VA SDN 1 Kawali belajar dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme.

H0 : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2


(43)

Keterangan:

µ1: Keterampilan berpikir kreatif flexibility sebelum siswa belajar dengan Pendekatan Konstruktivisme.

µ2: Keterampilan berpikir kreatif flexibility setelah siswa belajar dengan Pendekatan Konstruktivisme.

Ketentuan yang digunakan adalah jika µ1 = µ2, maka Ha ditolak dan H0 diterima, yaitu “tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa yang signifikan pada pembelajaran IPA sebelum dan setelah siswa pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme”. Dan jika µ1 ≠ µ2, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu “terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa yang signifikan pada pembelajaran IPA sebelum dan setelah siswa pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme”.

Setelah mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan dari hasil pengolahan data, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh penggunaan Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA di kelas VA SDN 1 Kawali Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis.


(44)

Risca Tria Putri,2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas VA SDN 1 Kawali Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendekatan Konstruktivisme berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa sebelum pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme berada pada kategori rendah dengan nilai rata-rata 37,62. Nilai rata-rata tersebut diperoleh dari 21 siswa kategori rendah dan 11 siswa berada pada kategori sedang. Sedangkan keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme berada pada kategori sangat tinggi dengan nilai rata-rata 80,09. Nilai rata-rata tersebut diperoleh dari 10 siswa kategori tinggi dan 22 siswa berada pada kategori sangat tinggi.

Berdasarkan pengujian hipotesis penelitian Paired Samples T Test dengan signifikansi α < 0,05 yaitu 0,000., maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa sebelum pembelajaran menggunakan Pendekatan Konstruktivisme dengan nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. Kemudian berdasarkan perhitungan normal gain diperoleh efektivitas siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme berada pada kualitas cukup efektif. Dengan demikian dapat dipastikan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan Pendekatan


(45)

Risca Tria Putri,2013

Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA di kelas VA SDN 1 Kawali Kabupaten Ciamis.

B.Saran

Dengan mengidentifikasi hasil penelitian dan pembahasan, maka untuk menyempurnakan penggunaan Pendekatan Konstruktivisme pada pembelajaran IPA, peneliti memberikan saran atau rekomendasi sebagai berikut :

1. Pada proses pembelajaran IPA hendaknya ciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, pengetahuan tidak hanya di transfer begitu saja oleh guru kepada siswa melainkan siswa yang aktif mengkonstruksi pengetahuannya dengan melibatkan alat indra. Dengan demikian pembelajaran yang didapatkan siswa akan menjadi bermakna dan tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal.

2. Dalam proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme guru sebaiknya lebih menekankan pada upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan kegaiatan aktif dalam upaya mendapatkan suatu konsep, prinsip, dan pengalaman langsung melalui penemuan dan diskusi.

3. Guru sebaiknya menjadi fasilitator dan motivator yang mendorong sifat ingin tahu siswa dalam memahami sesuatu ataupun menyelesaikan masalah. Dengan demikian siswa akan termotivasi dengan menemukan suatu konsep yang dapat mereka pahami sendiri.

4. Analisis dari keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa setelah menggunakan Pendekatan Konstruktivisme menunjukkan adanya peningkatan, dengan demikian guru dapat mempertimbangkan untuk menerapkan Pendekatan Konstruktivisme sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 5. Untuk peneliti lainnya, skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M dkk. (2011). Dasar-Dasar Metode Statistika untuk Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Anggoro dkk. (2007). Metode Penelitian (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka. Arends, Richard., (2008). Learning To Teach. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:

Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azmiyamwati, C dkk. (2008). IPA 5 Salingtemas. Jakarta: Depdiknas Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : ALFABETA. Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses Dan Sikap Ilmiah. Jakarta:

Depdiknas.

Cahyo, A N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: DIVA Press.

Danim, Sudarwan. (2011). Pengantar Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Peraturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Media Makmur Maju Mandiri.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Fahmi, Taufiq R (2012). Penerapan Model Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Fotosintesis Kelas V Sekolah Dasar: Skripsi pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya. Tidak diterbitkan .

Idris, J. (2002). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Pada Materi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Skripsi pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya. Tidak diterbitkan. Ihsan, Fuad. (2011). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Kartadinata, S (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.


(1)

58

Risca Tria Putri,2013

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF FLEXIBILITY SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

Keterangan:

µ1: Keterampilan berpikir kreatif flexibility sebelum siswa belajar dengan Pendekatan Konstruktivisme.

µ2: Keterampilan berpikir kreatif flexibility setelah siswa belajar dengan Pendekatan Konstruktivisme.

Ketentuan yang digunakan adalah jika µ1 = µ2, maka Ha ditolak dan H0

diterima, yaitu “tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif flexibility

siswa yang signifikan pada pembelajaran IPA sebelum dan setelah siswa pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme”. Dan jika µ1 ≠ µ2, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu “terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa yang signifikan pada pembelajaran IPA sebelum dan setelah siswa pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan

Konstruktivisme”.

Setelah mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan dari hasil pengolahan data, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh penggunaan Pendekatan Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA di kelas VA SDN 1 Kawali Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis.


(2)

Risca Tria Putri,2013

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF FLEXIBILITY SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas VA SDN 1 Kawali Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendekatan Konstruktivisme berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif

flexibility siswa pada pembelajaran IPA. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat

keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa sebelum pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme berada pada kategori rendah dengan nilai rata-rata 37,62. Nilai rata-rata tersebut diperoleh dari 21 siswa kategori rendah dan 11 siswa berada pada kategori sedang. Sedangkan keterampilan berpikir kreatif

flexibility siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan

Konstruktivisme berada pada kategori sangat tinggi dengan nilai rata-rata 80,09. Nilai rata-rata tersebut diperoleh dari 10 siswa kategori tinggi dan 22 siswa berada pada kategori sangat tinggi.

Berdasarkan pengujian hipotesis penelitian Paired Samples T Test dengan signifikansi α < 0,05 yaitu 0,000., maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif

flexibility siswa sebelum pembelajaran menggunakan Pendekatan

Konstruktivisme dengan nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. Kemudian berdasarkan perhitungan normal gain diperoleh efektivitas siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme berada pada kualitas cukup efektif. Dengan demikian dapat dipastikan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan Pendekatan


(3)

94

Risca Tria Putri,2013

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF FLEXIBILITY SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

Konstruktivisme terhadap keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa pada pembelajaran IPA di kelas VA SDN 1 Kawali Kabupaten Ciamis.

B.Saran

Dengan mengidentifikasi hasil penelitian dan pembahasan, maka untuk menyempurnakan penggunaan Pendekatan Konstruktivisme pada pembelajaran IPA, peneliti memberikan saran atau rekomendasi sebagai berikut :

1. Pada proses pembelajaran IPA hendaknya ciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, pengetahuan tidak hanya di transfer begitu saja oleh guru kepada siswa melainkan siswa yang aktif mengkonstruksi pengetahuannya dengan melibatkan alat indra. Dengan demikian pembelajaran yang didapatkan siswa akan menjadi bermakna dan tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal.

2. Dalam proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme guru sebaiknya lebih menekankan pada upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan kegaiatan aktif dalam upaya mendapatkan suatu konsep, prinsip, dan pengalaman langsung melalui penemuan dan diskusi.

3. Guru sebaiknya menjadi fasilitator dan motivator yang mendorong sifat ingin tahu siswa dalam memahami sesuatu ataupun menyelesaikan masalah. Dengan demikian siswa akan termotivasi dengan menemukan suatu konsep yang dapat mereka pahami sendiri.

4. Analisis dari keterampilan berpikir kreatif flexibility siswa setelah menggunakan Pendekatan Konstruktivisme menunjukkan adanya peningkatan, dengan demikian guru dapat mempertimbangkan untuk menerapkan Pendekatan Konstruktivisme sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 5. Untuk peneliti lainnya, skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan


(4)

Risca Tria Putri,2013

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF FLEXIBILITY SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M dkk. (2011). Dasar-Dasar Metode Statistika untuk Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Anggoro dkk. (2007). Metode Penelitian (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka. Arends, Richard., (2008). Learning To Teach. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:

Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azmiyamwati, C dkk. (2008). IPA 5 Salingtemas. Jakarta: Depdiknas Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : ALFABETA. Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses Dan Sikap Ilmiah. Jakarta:

Depdiknas.

Cahyo, A N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: DIVA Press.

Danim, Sudarwan. (2011). Pengantar Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Peraturan Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Media Makmur Maju Mandiri.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

untuk SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Fahmi, Taufiq R (2012). Penerapan Model Konstruktivisme Untuk Meningkatkan

Pemahaman Siswa Tentang Fotosintesis Kelas V Sekolah Dasar: Skripsi pada

FIP UPI Kampus Tasikmalaya. Tidak diterbitkan .

Idris, J. (2002). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Pada Materi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Skripsi pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya. Tidak diterbitkan.

Ihsan, Fuad. (2011). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Kartadinata, S (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.


(5)

96

Risca Tria Putri,2013

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF FLEXIBILITY SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kuta, N. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Mukaromah. (2009). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Dalam

Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Konstruktivisme. Skripsi pada FIP UPI

Kampus Tasikmalaya. Tidak diterbitkan.

Mulyana, E. (2011). Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di

Sekolah Dasar.Tasikmalaya: UPI Kampus Tasikmalaya.

Munandar, Utami. (2002). Kretivitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nurramdani, H. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif Produktif

Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Tentang Peristiwa Alam Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN 7 Ciamis Kabupaten Ciamis. Skripsi pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya. Tidak diterbitkan.

Poedjiadi, A. (2007). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Purwanto. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Rahmat, Cece dan Solehudin. (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar.

Bandung: Andira.

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2012). Dasar- dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : ALFABETA. Samatowa, U. (2006). Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:

Depdikbud.

Santoso, S. (2012). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta : Gramedia

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sulistiyanto dan Wiyono (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Depdiknas


(6)

Risca Tria Putri,2013

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF FLEXIBILITY SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suparno, Paul. (1997). Filasfat Konstruktivisme dalam Pendidikan.Yogyakarta: Kanisius.

Suparno, Paul. (2013). Miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan fisika. Jakarta: PT Grasindo

Supriyono, W dan Ahmadi, A. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta. PT RINEKA CIPTA.

Suryabrata, S. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Susilawati, D (2008). Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme Untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Tentang Energi Panas: Skripsi

pada FIP kampus Tasikmalaya. Tidak diterbitkan.

Suyono dan Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Syaripudin, T. (2007). Landasan Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan

Pembelajaran. Bandung: UPI Press.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Uyanto, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu. Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bandung:

Bumi Aksara.

Trianto (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi aksara.

Tresna, Y. (2012). Analisis Terhadap Kreativitas Siswa Berdasarkan Tipe

Kepribadian pada Pembelajaran IPA. Skripsi pada FIP kampus Tasikmalaya.