Penerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV pada konsep struktur tumbuhan dan fungsinya : penelitian tindakan kelas di MI Miftahul Huda Tebet Jakarta Selatan
KONSEP STRUKTUR TUMBUHAN DAN FUNGSINYA
(Penelitian Tindakan Kelas Di MI Miftahul Huda Tebet Jakarta Selatan)Skripsi
Ditujukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH : KARMILAH NIM : 809018300325
PROGRAM DUAL MODE SYSTEM
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2014
(2)
(3)
(4)
(5)
i
Karmilah NIM 809018300325, “Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV Pada Konsep Struktur Tumbuhan dan Fungsinya” Jurusan PGMI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dengan penerapan model pembelajaran pendekatan Konstruktivisme pada konsep struktur tumbuhan dan fungsinya siswa kelas IV MI Miftahul Huda. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran pendekatan Konstruktivisme. Subjek penelitian tindakan kelas ini sebanyak 16 siswa kelas IV MI Miftahul Huda, Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument test, wawancara, dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran pendekatan Konstruktivisme mengalami peningkatan yang signifikan, peningkatan tersebut dapat dilihat pada hasil pretest dan postest pada pra siklus dan siklus. Pada pra siklus hasil posttest nilai rata – rata 48,2 sedangkan hasil posttest nilai rata – rata mencapai 68,7. Sementara pada pelaksanaan siklus hasil yang dicapai adalah sebagai berikut : pretes nilai rata – rata 50,8 dan posttest nilai rata – rata mencapai 78,2. Persentase hasil nilai siswa yang sudah memenuhi KKM sebesar 87,5%. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran pendekatan Konstruktivisme memberi konstribusi yang besar dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas I MI Miftahul Huda.
Kata Kunci : Hasil Belajar IPA, Penerapan Model Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme
(6)
ii ilmu,
Berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Konstruktivisme untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV pada Konsep Struktur Tumbuhan dan Fungsi nya.” penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami saat menjalani proses penyelesaian skripsi. Namun berkat bimbingan dan pengarahan dari dosen pembimbing serta kesungguhan hati dan dorongan dari berbagai pihak semuanya dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
1. Nurlena Rifai MA, Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, MA, Ketua Prodi PGMI Dual Mode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Nengsih Junaengsih, M. Pd sebagai dosen pembimbing yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis serta memberi motovasi selama proses penyusunan skripsi.
4. Seluruh dosen yang mengajar PGMI Dual Mode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ust. Ahmad Fikriansyah .SS. Kepala sekolah MI Miftahul Huda yang telah memberikan ijin kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian.
6. Rini Fuazianti. S.Pd., obsever yang telah membantu dalam melaksanakan proses penelitian.
7. Sahabat-sahabatku kelompok bimbingan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Romelah, Iis Dahlia, Halimah, Abdullah, dan Ai Suryani. Dan
(7)
iii
do’a yang tidak henti-hentinya kepada penulis.
9. Ida Mustafida, S.Pd, yang telah banyak membantu dalam proses penulisan skripsi sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan serta do’a yang telah diberikan
mendapat imbalan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi seluruh pembaca sekalian, serta lembaga pendidikan sebagai infomasi dalam peningkatan mutu pendidikan.
Jakarta, Juli 2014
(8)
v
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. Identifikasi Area danFokusPenelitian... 4
C. PembatasanFokusPenelitian ... 4
D. PerumusanMasalahPenelitian ... 4
E. TujuandanKegunaanHasilPenelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... 6
A. AcuanTeoritis Area danFokus yang Diteliti ... 6
1. HakikatBelajar ... 6
a. PengertianBelajardanPembelajaran ... 6
b. TujuanBelajar ... 8
c. TeoriBelajar ... 9
d. Prinsip – prinsipBelajar ... 11
e. Faktor-faktor yang MempengaruhiBelajar ... 13
2. BentukdanTipeBelajar ... 13
a. BentukPerbuatanBelajar ... 14
b. TipeHasilBelajar ... 16
3. HakikatPembelajaranKonstruktivisme ... 19
(9)
vi
B. HasilPenelitianyangRelevan ... 26
C. HipotesisTindakan ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. TempatdanWaktuPenelitian ... 28
B. MetodePenelitiandanRancanganSiklusPenelitian ... 28
C. SubyekPenelitian ... 29
D. PerandanPosisiPenelitiDalamPenelitian ... 30
E. TahapInterventasiTindakan ... 30
F. HasilInterventasiTindakan yang Diharapkan ... 30
G. Data danSumber Data ... 32
H. Instrument Pengumpulan Data ... 33
I. TeknikPengumpulan Data ... 34
J. Analisis Data danInterpretasi Data ... 35
K. PengembangandanPerencanaanTindakan ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Deskripsi Data ... 36
Siklus I ... 37
Siklus II ... 48
B. Pembahasan ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 60
(10)
vii
Tabel 3.2 Jenis Data, InstrumendanSumberData ... 33
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrument PenelitianStrukturAkar&Fungsinya ... 33
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrument StrukturDaundanFungsinya ... 34
Tabel 4.1 HasilTesKemampuanSiswaSiklus I ... 40
Tabel 4.2 KategoriHasilTesdanKemampuanSiswaSiklus I ... 40
Tabel 4.3 PersentaseKetercapaian KKM pada Pretest Siklus I ... 41
Tabel 4.4 PersentaseKetercapaian KKM padaProttestSiklis I ... 41
Tabel 4.5 Data ObservasiKegiatan Guru Siklus I ... 42
Tabel 4.6 PersentaseHasilObservasiKinerja Guru ... 43
Tabel 4.7 Data ObservasiKomponenSiswaSiklus I ... 44
Tabel 4.8 PersentaseHasilObservasiSiswa ... 44
Tabel 4.9 IndikatorCatatanLapanganPadaSiklus I ... 45
Tabel 4.10 HasilWawancaraPembelajaran IPA denganMetodeKonstruktivisme ... 45
Tabel 4.11 HasilTesKemampuanSiswaSiklus I ... 50
Tabel 4.12 KategoriHasilTesKemampuanSiswaSiklus II ... 50
Tabel 4.13 PersentaseKetercapaian KKM pada Pretest Siklus II ... 51
Tabel 4.14 PersentaseKetercapaian KKM padaProttestSiklus II ... 51
Tabel 4.15 Data ObservasiKegiatan Guru Siklus II ... 52
Tabel 4.16 PersentaseHasilObservasiKinerja Guru dalam Proses Pembelajaran IPA padaStrukturTumbuhandanFungsinya ... 53
Tabel 4.17 Data ObservasiKomponenSiswaPadaSiklus II ... 53
Tabel 4.18 PersentaseHasilObservasiSiswaKelas IV MI Miftahul Huda Pada Proses Pembelajaran IPA ... 54
Tabel 4.19 IndikatorCatatanLapanganPadaSiklus II ... 55
Tabel 4.20 HasilWawancaraPembelajaran IPA denganMetodeKonstruktivismepadaKonsepStrukturTumbuhandan Fungsinya ... 56
(11)
viii
Gambar 2.2 Tahap-tahapImplikasidan Model Konstruktivisme ... 24 Gambar 2.3 BaganAlurPenelitianTindakanKelas ... 29
(12)
ix
Lampiran 2 RPP Siklus II………..72
Lampiran 3 LKS Siklus I………...87 Lampiran 4 LKS Siklus II……….89 Lampiran 5 InsturmenTes Siklus I………...91 Lampiran 6 InstrumenTes Siklus II……….97
Lampiran 7 Pedoman Wawancara Siswa………...102
Lampiran 8 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I……….104
Lampiran 9 Lembar Observasi PTK Siklus I………106
Lampiran 10 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II………...107
Lampiran 11 Lembar Observasi PTK Siklus II………..109
Lampiran 12 Soal Tes Siklus I………..110 Lampiran 13 Soal Test Siklus II………113 Lampiran 14 UjiValiditas, Realibilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Uji Coba Siklus I…………...116
Lampiran 15 UjiValiditas, Realibilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Uji Coba Siklus II………...118
Lampiran 16 Analisis Butir Soal Pretest Siklus I………120
Lampiran 17 Analisis Butir Soal Posttest Siklus I………121
Lampiran 18 Analisis Butir Soal Pretest Siklus I1………..122
Lampiran 19 Analisis Butir Soal Posttest Siklus I1……….123
Lampiran 20 Hasil Pretest dan Posttest Siklus I………..124
(13)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada abad XXI adalah abad globalisasi, dimana pasar bebas mulai diberlakukan dan pembauran terjadi dalam banyak aspek kehidupan. Pada abad ini persaingan antar bangsa semakin ketat khususnya dalam perdagangan dan penguasaan Iptek. Perubahan abad ini begitu cepat, segala sesuatunya bergerak dan bergerak, sehingga untuk menghadapi persaingan yang sedemikian bebas dan ketat di butuhkan kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Persoalan mutu SDM tentu tidak terlepasdari pendidikan, karena keunggulan di bidang SDM bisa di capai bila terdapat keunggulan dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu mutu pendidikan menjadi sangat penting dan perlu mendapat perhatian yang serius terutama pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Hal ini menuntut agar pemerintah lebih bijaksana dalam mengembangkan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang dalam UUSPN No 20 tahun 2003 tercantum pada pasal 3 secara lengkap berbunyi sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupang bangsa, bertujuan untk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”1
Ilmu pengetahuan alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengelaman melalui serangkaian proses ilmiah. Sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal. Kemampuan siswa dalam mengunakan metode ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan
1
Depdiknas, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan),hal.6
(14)
masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetati juga merupakan suatu proses penemuan.”2
Oleh karena itu dalam proses pembalajaran guru harus dapat menggunakan strategi dalam mengajar dan alat peraga yang dapat menarik dan memotivasi siswa untuk belajar sungguh-sungguh terutama dalam pelajaran IPA yang merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting dalam mengenal lingkungan alam dan sekitar kita dengan baik sehingga hasil belajarnya meningkat.
Hasil belajar IPA khususnya kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda masih sangat rendah, hal ini terbukti berdasarkan data yang diperoleh dari hasil ulangan IPA semeter ganjil tahun 2012/2013 ternyata hanya 8 siswa dari 16 siswa kelas satu yang memperoleh nilai mencapai KKM, jadi hanya 50 % saja yang mencapaiKKM yang ditetapkan sekolah. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA, ini terlihat pada proses belajar mengajar, pada saat mengikuti pembelajaran IPA siswa nampak tidak serius dan bersifat fasif, siswa lebih banyak mengobrol dengan teman-temanya atau berjalan-jalan dikelas daripada mendengarkan penjelasan guru. Dengan model pembelajaran seperti diatas maka hasil yang didapat siswa tidak dapat bertahan lama yang menyebabkan kebosanan dalam belajar. Mereka kurang diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat, tetapi hanya langsung menerima transfer materi dari guru, sehingga siswa tidak memiliki pengalaman dalam proses belajar.
Dalam pembelajaran IPA peserta didik dituntut untuk dapat menemukan pengertian sendiri, apakah itu berarti mereka diharuskan menemukan kembali prinsip-prinsip sains sejak awal, jawabannya tentu terletak pada pemahaman konsep bahwa dalam pengajaran sains yang paling utama ialah penekanan pada self construction dalam belajar dan tentu saja tidak mungkin peserta didik dituntut untuk menemukan kebenaran sains secara mutlak, dengan menerapkan penemuan dalam tahap-tahap penemuan eksploratif, penemuan bebas dan eksperimentasi,
2
(15)
maka sedikit demi sedikit self constrruction tersebut dapat dikembangkan.Untuk itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalamkegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Guru hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga tersebut.3
Berdasarkan penjabaran diatas, maka dalam proses belajar mengajar sains perlu digunakan model pembelajaran tertentu yang lebih efektif dan disesuaikan kepada materi yang diberikan. Diantara benyak model pembelajaran sains yang lebih dirasakan dapat merangsang siswa untuk berfikir kreatif dan lebih mempunyai tanggung jawab serta dapat memiliki kecakapan hidup dalam bersosialisasi dengan lingkungannya adalah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan adalah (konstruksi) bentukan sendiri. Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil kontruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat stuktur, kategori, konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.
Pendekatan pembelajaran konstruktivisme ini termasuk pendekatan yang dapat mengaktifkan dan menyenangkan siswa, namun tidak boleh membuat siswa kesulitan atau membebani mereka. Tetapi diharapkan dengan pembelajaran konstruktivisme ini dapat meningkatkan hasil belajardan dapat memotivasi siswa dalam belajar serta bertujuan agar guru dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengajar. Berdasarkan latar belakang itulah, penulis mencoba untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran konstruktivisme dengan mengambil
judul skripsi “Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV Pada Konsep Struktur Tumbuhan dan Fungsinya”.
3
(16)
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasararkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa rendah karena siswa kurang mampu memahami konsep materi pembelajaran IPA.
2. Kurangnya keterlibatan siswa dalam memperoleh pengetahuan.
3. Suasana pembelajaran IPA kurang menarik sehingga siswa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.
C. PembatasanFokus Penelitian
Mengingat luasnya ruang lingkup dan keterbatasan waktu, agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka penulis memberi alternatif dan prioritas pemecahan masalah dalam penelitian ini, yaitu melalui pendekatan Konstruktivisme dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, antara lain:
1. Pendekatan konstruktivisme yang diterapkan adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Piaget.
2. Materi yang diajarkan adalah materi tentang struktur tumbuhan dan fungsinya.
3. Aspek yang diukur adalah aspek kongitif, yaitu jenjang C1-C3
4. P TK yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK menurut Kurt Lewin
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada konsep struktur tumbuhandan fungsinya setelah diterapkan pembelajaran konstruktivisme?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:
(17)
Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa Kelas mVIMI Miftahul Huda Tebet Jakarta Selatan pada pembelajaran IPA dengan menggunan model pembelajaran pendekatan konstruktivisme.
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Guru
Sebagai masukan agar lebih memperkaya ilmu pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan kreatifitas dalam proses pembelajaran, untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Sekolah
Sekolah dapat memberikan proses pembelajaran terbaik kepada seluruh siswa dan dapat memberikan masukan kepada guru-guru untuk bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
(18)
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teoritis Area Dan Fokus Yang Diteliti 1. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.Lingkungan akademik seperti di lingkungan sekolah, pelajar, siswa dan siswi serta mahasiswa yang mempunyai tugas belajar.Kegiatan belajar adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari mereka.
Konsep tentang belajar sendiri telah banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:4
- Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses dimana suatu organism berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
- Menurut Driscroll, belajar yaitu perubahan yang terus-menerus dalam kinerja atau potensi kinerja manusia
- James LM, belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri.
- Garry dan Kingsley berpendapat bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan.
- Robert dan Davis, belajar adalah perubahan perilaku yang relativf permanen sebagai suatu fungsi praktis atau pengalaman.
- Oemar Hamalik berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
- Menurut Nana Syaodih belajar adalah segala perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif maupun psikomotor dan terjadi melalui proses pengalaman.
Maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
4
Masitoh dkk, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dirjend Pendidikan Islam Depag RI, 2009), hal.3
(19)
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, daya fikir, dan lain-lain dalam berbagai bidang.
Jadi secara umum definisi belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan yang didasari dan timbul akibat praktek, pengalaman, latihan bukan secara kebetulan. Belajar berbeda dengan pertumbuhan kedewasaan, dimana perubahan yang terjadi dalam individu berasal dari bawaan genetiknya. Perubahan tingkahlaku individu sebagai hasil belajar ditunjukan didalam berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi atau gambaran dari aspek-aspek tesebut. Sedangkan pengertian belajar berbeda dengan pembelajaran. Kalau pengertaian belajar lebih mengarah pada hasil sedangkan pengertian pembelajaran lebih mengarah pada prosesnya.
Pengertian pembelajaran oleh Piaget dalam bukunya Dimyati dan Mujiono, yang menyatakan bahwa :
Pembelajaran terdiri dari empat langkah yaitu: 1) Menentukan topikyang akan dipelajari sendiri, 2) Memilih atau mengembangkan aktifitas kelas dengan topik tersebut, 3) Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk menemukan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah, 4) Melaksanakan penilaian tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan dan melakukan revisi.5
Sedangkan Nata wijaya dan Moesa membuat rumusan tentang pengetian pembelajaran adalah upaya pembimbingan terhadap siswa agar siswa itu secara sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang bersangkutan.6
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka arti pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu proses infasilitasi peserta didik yang berupa susunan informasi dan lingkungan, berisi topik dan langkah-langkah belajar untuk mengembangkan aktifitas yang harus dilakukan peserta didik serta penilaian pelaksanaan tipa-tiap kegiatan, penilaian tingkat keberhasilan dan perbaikan untuk memperoleh hasil belajar yang sebaik-baiknya.
5
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2002), hal.14-15
6
(20)
b. Tujuan Belajar
Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diuasahakan untuk mencapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan intructional effects, yang biasa berbentuk keterampilan dan pengetahuan. Sedangkan tujuan-tujuan yang lebih
merupakan hasil sampingan yaitu: tercapai karena siswa “menghidupi” (to live in) suatu sistem belajar tertentu seperti contohnya, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain.
Ditinjau secara umum, maka tujuan belajar ada tiga jenis : 1) Untuk Mendapat Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir, pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan.
2) Pemahaman Konsep Keterampilan
Pemahaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani, keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini masalah-masalah tehnik dan pengulangan, sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak.
3) Pembentukan Sikap
Dalam interaksi belajar-mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswanya. Dari proses observasi siswa juga mungkin menirukan perilaku gurunya, sehingga diharapkan terjadi proses internalisasi yang dapat menumbuhkan proses penghayatan pada setiap siswa yang kemudian diamalkan.
(21)
c. Teori Belajar
Beberapa teori belajar yang dikutip dari para ahli pendidikan sebagai berikut:
1) Teori Behavioristik
Teori belajar perilaku (behavioristik) merupak teori belajar yang mengobservasi perilaku individu dalam belajar, baik perilaku eksternal dan terbuka. Dalam teori belajar ini dikenal beberapa teori belajar yaitu :
a) Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang dikembangkan oleh Edward L Thorndike (1874-1949) dalam syah berdasarkan eksperimen dengan menggunakan hewan seperti kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Dari hasil eksperimennya ia berpendapat bahwa belajar adalah hubungan stimulus dan respon dan disebut pula “S-R Bond Teory” dan S-R bond teory dan S-R
psychology of learning”.7
b) Teori pembiasaan klasik
Teori pembiasaan klasik (clasical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dikembangkan oleh Ivan Valvov (1849-1936) seperti yang dikutip oleh Syah. Dalam eksperimennya Ivan Palvov mengunakan anjing untuk mengetahui hubungan antara conditionined stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCR), conditioned respon (CR), dan unconditioned respon (UCR). Dari hasil eksperimennya ini menghasilkan hukum-hukum belajar yaitu law of Respondent Conditioning dan Law of Respondent Extinction, menurut Hitzman kedua hukum tersebut mempunyai makna :
(1) Law ofRespondent Conditioning (hukum pembiasaan yang dituntut) jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi reinforcer), maka refleks dan simultan lainnya akan meningkat.
7
Muhibun Syah, Psikolodi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hal.105.
(22)
(2)Law of Respondent Extinction (hukum pemusnahan yang dituntut) jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer maka kekuatanya akan menurun.8
2) Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif adalah Jerome Bruner dan Jean Piget, teorinya didasarkan pada asumsi bahwa: (1) Individu mempunyai kemampuan memproses informasi, (2) Kemampuan memproses informasi tergantung pada faktor kognitif yang perkembangannya berlangsung secara bertahap sejalan dengan tahapan usianya, (3) belajar adalah proses internal yang kompleks berupa pemerosesan informasi, (4) Hasil belajar adalah berupa perubahan struktur kognitif.9
3) Teori Belajar Humanisme
Tokoh teori Humanisme antara lain Carl Rogers. Teorinya didasarkan pada asumsi bahwa: (1) Individu adalah pribadi utuh, (2) Individu mempunyai hasrat untuk mengetahui (curiosity) hasrat untuk bereksplorasi dan mengasimilasi pengalamannya, (3) Belajar adalah fungsi seluruh kepribadian individu, (4) belajar akan bermakna jika melibatkan seluruh kepribadian individu (jika relevan dengan kebutuhan individu, dan melibatkan aspek intelektual dan emosional individu).10
4) Teori konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Von Glaserveld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan, pengetahuan bukan gambaran dari dunia nyata yang ada, tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.11
8
Ibid, hal.109
9
Tatang Saripudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan, 2009), hal.112
10
Ibid, h.114
11
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2011), hal.37
(23)
d. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar adalah konsep-konsep ataupun asas (kaidah dasar) yang harus diterapkan dalam proses belajar mengajar, jadi prinsip-prinsip belajar adalah landasn berfikir, landasan berpijak dan sumber motivasi, dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses belajar antar anak didik dan pendidik yang dinamis dan terarah.
1) Prinsip-prinsip Belajar Menurut Slameto
Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar:
- Dalam belajar setiap siswa harus diusahan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai instruksional.
- Belajar harus dapat menimbulkan “Reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
- Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar aktif.
- Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari :
- Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
- Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuia dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.
- Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
- Repetisi, dalam proses belajar perlu latihan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
2) Prinsip-prinsip Belajar menurut Gestalt -Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu materi pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih dimengerti daripada bagian-bagiannya.
(24)
-Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah datang menerima bahan pelajarannya itu. Manusia sebagai organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa, batiniah, tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman.
-Siswa sebagai organisme keseluruhan
Siswa belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga emosional dan jasmaninya. Dalam pengajaran modern guru disamping mengajar, juga mendidik untuk membentuk pribadi siswa.
-Terjadi Transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting pada penyesuaian pertama adalah memperoleh respons yang tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan bila dalam suatu kemampuan telah dikuasi betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain.
-Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Anak kena api, kejadian ini menjadi pengalaman bagi anak. Belajar itu baru timbul bila seseorang menemui suatu situasi atau soal baru. Dalam menghadapi itu ia akan mengunakan segala pengalaman yang telah dimiliki, siswa mengadakan analisis reorganisasi pengalamannya.
-Belajar Harus Dengan Insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertian tentang sangkut paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
-Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa
-Hal ini terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
(25)
-Belajar berlangsung terus menerus
Siswa memperoleh pengetahuan tidak hanya disekolah tetapi juga diluar sekolah, dalam pergaulan memperoleh pengalaman-pengalaman sendiri-sendiri, oleh karena itu sekolah harus bekerjasama dengan orang tua di rumah dan di masyarakat, agar semua turut serta membantu perkembangan siswa secara harmonis.12
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu (1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. (2) Faktor ekternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. (3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning),yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.13
2. Bentuk dan Tipe Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang/mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar-mengajar keberhasilanya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari prosesnya. Artinya, seberapa jauh tipe hasil belajar yang dicapai siswa. Tipe hasil belajar harus Nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan instruksional), sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh belajar mengajar.
Peristiwa belajar-mengajar adalah alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Ada beberapa pendapat yang melihat proses belajar. Dari semua pendapat tersebut dapat dibagi menjadi tiga sudut pandang, yakni (a) Melihat belajar sebagai proses, (b) Melihat belajar sebagai hasil (c) Melihat belajar sebagai fungsi. Ketiga caratentang ini perlu bagi guru, karena tugas guru adalah membina/membimbing
12
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenda Media Group, 2010), hal. 62-63
13
(26)
dan mengarahkan kegiatan belajar siswa, agar memperoleh hasil yang telah dirancang sebelumnya. Dalam uraian ini peristiwa belajar akan dipandang dari segi hasil.
Howard Kingsley (Sudjana, 2004) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.14
Sedangkan Gagne (Sudjana,2004) mengemukakan lima kategori tipe hasil belajar, yakni (a) verbal information (b) intelektual skill (c) cognitive strategy (d) Attitide dan (e) motoric skill. Sementara Benyamin Bloom berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang hendak kita capai digolongkan atau dibedakan (bukan dipisahkan) menjadi tiga bidang, yakni, (a) bidang kognitif, (b) afektif dan (3) bidng psikomotor.
Dalam tulisan ini, hanya akan dibahas tipe hasil belajar menurut Gagne dan Benyamin Bloom. Sekalipun dalam system pendidikan kita menganit teori yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom, namun ada baiknya dikemukakan pendapat Gagne sebagai bahan perbandingan, sekaligus dapat memperkaya pembaca, sebab pendapat keduanya banyak persamaannya.
a. Bentuk Perbuatan Belajar
Gagne berpendapat, bahwa belajar dapat dilihat dari segi proses dan dapat pula dilihat dari segi hasil. Dari segi proses, menurut Gagne ada delapan tipe perbuatan belajar, yakni:15
1) Belajar signal. Bentuk belajar ini paling sederhana yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang.
2) Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan.
3) Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala/faktor yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan (rangkaian) yang berarti.
14
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), hal.45
(27)
4) Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya.
5) Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya.
6) Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. 7) Belajar kaidah atau belajar prinsip yaitu menghubung-hubungkan beberapa
konsep.
8) Belajar memecahkan masalah, yaitu mengabungkan beberapa kaidah atau prinsip, untuk memecahkan persoalan.
Kedelapan tipe diatas, disusun mulai dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Dengan kata lain mempunyai hubungan hirarki. Belajar ditinjau dari proses, seperti dikemukakan diatas memberi petunjuk bagaimana belajar itu dilakukan, atau bagaimana terjadinya perbuatan belajar. Bukan pada petunjuk mengenai hasil belajar yang harus dicapai siswa.
Sedangkan belajar yang berkenaan dengan hasil, (dalam pengertian banyak hubunganya dengan tujuan pengajaran), Gagne mengemukakan ada lima jenis atau lima tipe, yakni:
1) Belajar kemahiran intelektual (Kognitif)
Dalam tipe ini termasuk belajar diskriminasi belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi, yakni belajar kesanggupan membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu.Untuk itu diperlukan pengamatan yang cermat dan ciri-ciri objek tersebut seperti bentuknya, ukuran, warna, dan lain-lain.Kemampuan membedakan objek dipengaruhi oleh kematangan, pertumbuhan, dan pendidikannya.
2) Belajar informasi verbal
Pada umumnya belajar, berlangsung melalui informasi verbal, apalagi belajar di sekolah, seperti membaca, mengarang, bercerita, mendengarkan uraian guru, kesanggupan, menyatakan pendapat dalam bahasa lisan/tulisan, berkomunikasi, kesanggupan memberi arti dari setiap kata/kalimat dan lain-lain.
(28)
Tipe belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif dalam memecahkan persoalan.Ada dua aspek penting dalam tipe belajar ini, yakni prinsip pemecahan masalah dan langkah berpikir, dalam pemecahan masalah problem solving prinsip pemecahan masalah memerlukan kemahiran intelektual seperti belajar diskriminasi,belajar konsep dan belajar kaidah. Kemahiran intelektual tersebut, pada gilirannya akan membentuk satu kumpulan intelektual yang lebih tinggi, yakni langkah-langkah berpikir dalam pemecahan masalah. Dengan kata lain, kemampuan memecahkan masalah merupakan aspek kognitif tingkat tinggi. 4) Belajar sikap
Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu apakah berarti atau tidak bagi dirinya.Itulah sebabnya sikap berhubungandengan pengetahuan, dan perasaan seseorang terhadap objek.Sikap juga dapat dipandang sebagai kecenderungan seseorang untuk berperilaku (Predisposisi).Hasil belajar sikap Nampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan perasaan dan lain-lain. Sikap dapat dipelajari dan dapat diubah melalui proses belajar.
5) Belajar keterampilan motorik
Belajar keterampilan motorik banyak berhubungan dengan kesanggupan menggunakan gerakan badan, sehingga memiliki rangkaian gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar.Misalnya belajar melakukan eksperimen dalam IPA. Belajar motorik memerlukan kemahiran intelektual dan sikap, sebab dalam belajar motorik bukan semata-mata hanya gerakan anggota badan, tetapi juga memerlukan pemahaman dan penugasan akan prosedur yang harus dilakukan.
b. Tipe Hasil Belajar
Tujuan belajar yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang, yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), serta bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku), ketiga aspek ini tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki.
(29)
Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar:
1) Tipe Hasil Belajar Kognitif
Adapun tingkatan belajar tipa bidang kognitif, meliputi: a) Tipe hasil Belajar Pengetahuan Hapalan (knowledge)
Pengetahuan hapalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dari Bloom, cakupan dalam pengetahuan hapalan termasuk juga pengetahun yang sifatnya faktual,disamping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus dan laian-lain.
b) Tipe Hasil Belajar Pemahaman (comprehension)
Tipe hasil belajar ini lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hapalan pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep.Untuk itu diperlukan hubungan atau pertauatan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama pemahan terjemahan, kedua pemahaman penafsiran, dan ketiga pemahaman ekstrapolasi (kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat, dan tersurat)
c) Tipe Hasil Belajar penerapan Aplikasi
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabtraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru
d) Tipe Hasil Belajar Analisis
Analisis adalah kesanggupan memecahkan, mengurai suatu integrita (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan/hirarki.
e) Tipe Hasil Belajar Sintesis
Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas f) Tipe Hasil Belajar evaluasi
(30)
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan terkadang semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya
2) Tipe Hasil Belajar Afektif
Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar.Tingkatan tersebut dimulai dari tingakatan yang sederhana/dasar sampai tingkatan yang kompleks.15
a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada diri siswa.
b) Responding (jawaban), yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar
c) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi
d) Organisasi, yakni pengembangan nilai kedalam suatu system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain dan kemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkahlakunya.
3) Tipe Hasil Belajar Psikomotorik
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6 tingkatan, yakni:
a) Gerakan refleks (Keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) b) Kterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c) Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.
(31)
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai keterampilan yang kompleks.
f) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan akspresif dan interpretative.16
3. Hakikat Pembelajaran Konstruktivisme
Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut :
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, melainkan selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. b. Subjek membentuk skeme kognitif, kategori konsep dan struktur yang perlu
untuk pengetahuan.
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan jika konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
Jadi yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah dalam proses pembelajaran, pembelajaran yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus akatif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pengajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.17
4. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.18
Model belajar konstruktivisme adalah model pembelajaran yang menekankan pada penegetahuan pengetahuan awal siswa sebgai tolak ukur dalam
16
Ibid, hal.54
17
Elin Rosalin,Gagasan Merancang Pembelajaran Konstektual, (Jakarta: PT Karsa Mandiri Persada, 2010), hal.5
18
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal.266
(32)
belajar. Prinsip yang paling umum dan paling esensial dari konstrukrivis adalah siswa memperoleh banyak pengetahuan diluar sekolah bukan dari bangku sekolah. Model pembelajaran konstruktivisme bermula dari teori perkembangan intelektual Piaget, yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (Self Regulation) yang dilakukan sesorang dalam mengatasi konnflik kognitif. Konflik timbul pada saat terjadi ketidak selarasaan (disequbilration) antara informasi yang diterima siswa dengan stuktur kognitif yang dimilikinya. Adapun pengetahuan sendiri adalah proses internal untuk mencapai keselarasan (equlibration) yang dilakukan melalui dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.
Konflik kognitif muncul saat terjadi interaksi antara pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa dengan penomena baru yang tidak dapat dipadukan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan atau modfikasi stuktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima penegetahuan baru.
Masuknya informasi dalam stuktur kognitif (skemata) menurut Piaget melalui dua mekanisme yaitu asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi seseorang menggunakan stuktur kognitif dan kemampuan yang sudah ada untuk beradaftasi dengan masalah atau informasi baru atau masalah yang dihadapi sesorang mengandung kesamaan dengan stuktur mental yang sudah ada, sementara pada akomodasi melibatkan modifikasi stuktur pengetahuan agar lebih sesuai atau mengakomodasi stuktur kognitif.
Menurut Ausubel faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah apa yang telah diketahui siswa atau konsep awal siswa. Hal ini mengetahui agar terjadi pembelajaran bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam stuktur kognitif siswa. Selain pengetahuan awal siswa, menurut Ausubel ada beberapa konsep dan prinsip lain yang perlu diperhatikan agar pemebalajaran menjadi bermakna antara lain. Pengatur awal, diferrensial progresif, penyesuaian integratif, dan belajar super ordinat.
Menurut Harlen seseorang memiliki pengetahuan pribadi yang merupakan pemahaman sendiri tentang keadaan disekitarnya. Pengetahuan ini dapat bersifat
(33)
ilmiah yaitu dapat tahan uji terhadap kenyataan dan sebagian bersifat sehari-hari, ada pula pengetahuan bersifat umum yaitu pengetahuan external yang dimiliki masyarakat. Pengetahuan ini pun dapat bersifat ilmiah dan sebagaian bersifat sehari-hari.
Para siswa sebelum memperoleh pembelajaran, sebenarnya sudah mempunyai gagasan tentang peristiwa-peristiwa ilmiah yang terbentuk melalui proses belajar informal dalam memahami pengalaman sehari-hari, saat siswa memasuki ruang kelas, siswa telah membawa gagasan atau konsep awal yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, gagasan atau konsep awal tersebut perlu disadari oleh guru dalam kegiatan pembelajaran agar proses pembelajaran tidak hanya memindahkan gagasan guru kepada siswa, melainkan sebagai proses untuk mengubah gagasan yang ada melalui pengalaman di kelas.19
Proses terjadinya modifikasi stuktur kognitif dapat dilihat dari gambar 2.1 sebagai berikut.20
19
Ari Widodo.dkk. Pendidikan IPA di SD,(Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan-UPI. 2008), hal.50.
20
(34)
Hal Baru
Hasil interaksi dengan lingkungannya ( Dalam pembelajaran )
Diadopsi Skemata
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Modifikasi Struktur Kognitif
a. Ciri utama model kontruktivis, antara lain :21
1) Menekankan pada penegetahuan awal siswa yang diperoleh dari luar bangku sekolah melalui interaksi sosial dan interaksi dengan lingkungannya.
2) Pada saat belajar ditekankan pada kegiatan mind-on dan hand-on
3) Ada perubahan konseptual saat belajar yang menjembantani antara konsepsi awal siswa dan penegetahuan baru.
4) Siswa secara aktif membangun pengetahuannya sehingga siswa harus terlibat dalam proses pembelajaran.
21
Ibid, hal. 52
Dibandingkan dengan konsepsi
Tidak cocok COCOK
AKOMODASI Ketidak seimbangan
COCOK Jalan Buntu
KESEIMBANGAN Alternatif strategi lain
ASIMILASI MENGERTI
(35)
5) Dalam proses pembelajran terjadi interaksi sosial antara sisiwa dengan siswa dan siswa dengan guru.
b. Implikasi dari model belajar kontruktivis dalam pembelajaran meliputi empattahapan yaitu :
1) Tahap Pengetahuan Awal
Pada tahap ini siswa didorong untuk mengungkapkan pengetahuan awal tentang konsep yang akan dipelajari. Bila guru memancing dengan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengkaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut.
2) Tahap ekplorasi
Pada tahap ini siswa diajak untuk menemukan konsep melalui penyelidikan, pengumpulan data, dan penginterpretasikan data melalui suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Kegiatan ekplorasi dapat berupa pengamatan, percobaan, diskusi, tanya jawab, mencari informasi melaui buku atau surfing di internet secara berkelompok. Pada tahap ini dirancang agar rasa ingin tahu siswa tentang fenomena alam disekelilingnya dapat terpenuhi secara keseluruhan. Pada tahap ini guru memberi kebebasan pada siswa untuk mengekplorasi rasa keingin tahuannya.
3) Tahap Diskusi dan Penjelasan Konsep
Pada tahap ini siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya. Tugas guru memberikan penguatan bukan informasi. Dengan demikian siswa sendiri membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Bila konsepnya/pengetahuan awalnya benar, maka siswa menajdi tidak ragu-ragu tentang konsepsinya. Bila pengetahuan awalnya salah, maka ekplorasi akan merupakan jembatan antara konsepsi siswa dengan konsep baru.
(36)
4) Tahap Pengembangan dan Aplikasi Konsep
Pada tahap ini guru berusaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konsepnya. Guru memunculkan isu-isu di lingkungan yang dapat dipecahkan melalui pemahaman konsep yang telah diperoleh. Dengan demikian diharapkan konsep yang dipelajarinya akan menjadi bermakna.22
Tahap-tahap tersebut digambarkan dalam gambar 2.2 sebagai berikut23
Mengungkapkan Konsep awal untuk membangkitkan motivasi
Gambar 2.2 Tahap-tahap Implikasi dan Model Pembelajaran Konstruktivisme c. Aplikasi
Konstruktivisme merupakan salah satu teori belajar yang berkembang dari teori behaviorisme yang mangakaji perubahan tingkah laku dan kognitivisme yang mengkaji tentang cara manusia belajar dan memperoleh pengetahuan yang menekankankan pada aktifitas mental. Menurut Bruner (1960) teori konstruktivisme menekankan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses dimana siswa membina ide baru atau konsep berdasarkan pengetahuan dan pengalaman awal yang dimiliki siswa. Siswa memilih dan menginterpretasikan pengetahuan, membina hipotesis dan membuat keputusan yang melibatkan
22
Ibid, hal.26
23
Ibid,hal.52
Ekplorasi
Diskusi dan pembelajaran konsep
(37)
pengetahuan mental, memberikan makna dan membentuk penegalaman individu. Hasil dari pemeblajaran ini dikenal dengan discovery learning.
5. Model Pembelajaran Konstruktivisme
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan Pengetahuan) diawalidengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (Self regulation). Pada akhir proses belajar, penegetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Konflik kognitif terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif (skema) untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.24
Untuk memperbaiki hasil belajar siswa yang belum optimal, maka penulis melakukan perbaikan pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan perbaikan ini dilakukan 2 siklus untuk mata pelajaran IPA.
Proses penulisan laporan ini berdasarkan hasil refleksi penulis dan diskusi dengan teman sejawat yang membantu memberikan masukan-masukan demi perbaikan proses pembelajaran yang konstruktivisme.
6. Kelebihan dan Kekurangan Konstruktivisme a. Kelebihan
Murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjadi ide dan membuat keputusan.Pahamkarena murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi. Selain itu murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
24
Nengsih Juanengsih, Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dasar dalam Bidang Sains, sebuah Ontologi dalam Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, (Jakarta: PIC IISEP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), hal. 69.
(38)
Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru; Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri; Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya; Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap; Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri; Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
b. Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya.25
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Banyak penelitian yang telah dilakukan dalanm rangka meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.Penelitian tersebut telah membuktikan adanya pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan konstruktivisme. Diantara penelitian yang dilakukan tersebut adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rahmina Haerunisa dalam judul skripsi: Pengaruh Pembelajaran Kontruktivisme dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Tentang Sistem koloid (Penelitian Tindakan Kelas di MA Al-Baqiyatusholihat TenjoBogor).26 Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Maret-18 April 2008, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatakan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
2. Penelitianyang dilakukan oleh Asep Suryadi dengan judul skripsi:Pengaruh Pembelajaran Kotruktifisme Terhadap Hasil Belajar Sains Siswa MI Nurul Islamiyah Ciseeng Bogor Pada Pokok Pembahasan Sistem peredaran Darah
25
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-konstruktivisme-406224.html
26
Siti Rahmina Haerunnisa: Pengaruh Pembelajaran Kontruktifisme Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Tentang Sistem koloid (Penelitian Tindakan Kelas di MA AL – Baqiyatusholihat TenjoBogor).
(39)
Manusia.Penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran konstruktivisme berpengaruh terhadap prestasi belajar sains.27
3. Penelitian yangdilakukan oleh Amanah dengan judul skripsi:Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas III Pada Konsep Sumber Energi Dan Perubahannya (Kuasi Eksperimen Di MI Al-Hidayah Lebak Bulus). Menyimpulkan bahwa pendekatan Konstruktivisme berpengaruh terhadap hasil belajar pada konsep sumber energi dan perubahanya. Hal ini ditunjukan oleh hasil uji t hitung (-5.461)< t tabel (2.086). Adapun jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 orang (95%) dari jumlah keseluruhan siswa kelas III yaitu 22 orang.28
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas IVMI Miftahul Huda pada konsep Struktur Tumbuhan dan Fungsinya
27
Asep Suryadi : Pengaruh Pembelajaran Kotruktifisme Terhadap Hasil Belajar Sains Siswa MI Nurul Islamiyah Ciseeng Bogor Pada Pokok Pembahsan Sistem peredaran Darah Manusia.
28
Amanah: Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Hasil belajar IPA Kelas III Pada Konsep Sumber Energi dan Perubahanya (Kuasi Eksperimen di MI Al-Hidayah Lebak Bulus)
(40)
28 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di MI Miftahul Huda kecamatan Tebet Jakarta Selatan, pada semester Genap Bulan Mei Tahun Ajaran 2012-2013.
B.Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (Classroom action research), yaitu penelitian yang dikembangkan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas.29Penelitian tindakan kelas yang di lakuka dalam penelitian ini menggunakan model PTK menurut Kurt Lewin yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu, perencanaan (planning), tindakan pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). 30Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus I menggunakan sub konsep struktur akar dan fungsinya dan siklus II menggunakan sub konsep stuktur daun tumbuhan dan funginya.Siklus akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai. Model penelitian tindakan kelasnya adalahsebagia berikut :
29
Wijaya Kusumah dkk, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2010), hal. 19
30
(41)
SIKLUS I
Siklus II
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Tindakan Kelas
C.Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah Siswa kelas IV MI Miftahul Huda Kecamatan Tebet Jakarta Selatan yang berjumlah 16 orang yang terdiri dari 10 siswa laki – laki dan 6 siswa perempuan.
Identifikasi Permasalahan
Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan I)
Rencana Tindakan II
Refleksi Hasil Analisi Tindakan I
Analisis Hasil Observasi Tindakan I
Observasi Aktifitas Guru dan Siswa Pelaksanaan tindakan I : Sub konsep dari berbagai benda langit dengan Model Konstruktivisme
Refleksi Hasil Analisis Tindakan II
Analisis Hasil
Observasi Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II : Sub Konsep Cuaca
Oservasi Aktivitas Guru dan Siswa
(42)
D.Peran dan Posisi Penelitian Dalam penelitian
Peran dan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai guru yang merencanakan, maka sebelum penelitian terlebih dahulu mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPA di kelas IV, kemudian perencanaan tindakan dibantu oleh teman sejawat yang disebut kolabolator.
E.Tahapan Intervensi Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana hasil belajar siswa pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Jika pada penelitian siklus I terdapat perkembangan maka diberikan pada siklus II lebih diarahkan pada perbaikan dan penyempurnaan hal-hal yang dianggap kurang pada silklus I.
Tabel 3.1
Tahapan Intervensi Tindakan Siklus I
Tahap Kegiatan
Perencanaan - Menyiapkan Kelas tempat penelitian
- Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menggunakan pendekatan konstruktivisme
- Mendiskusikan RPP dengan Dosen pembimbing dan korabolator
- Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme
- Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, alat peraga, wawancara, catatan lapangan serta keprluan observasilainya - Menyiapkan soal latihan pada setiap pertemuan tentang
sturktur akar dan fungsinya.
- Menyiapkan soal untuk pretest dan postest - Menyiapkan alat dokumentasi
(43)
Pelaksanaan - Penelitian melaksanakan proses belajar-mengajar
- Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran pendekatan konstruktivisme
- Guru memberikan tugas pada siswa untuk menyebutkan struktur tumbuhan dengan alat peraga gambar
- Guru memberikan hadiah dan pujian pada siswa terbaik Observasi Memberikan angket hasil belajar dan wawancara untuk
mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa dengan membandingkan hasil belajar dan wawancara siklus I. Hasil belajar dan wawancara dianalisis dengan menggunakan metode yang sama.
Refleksi Mengevaluasi perkembangan kondisi siswa setelah dilakukan tindakan kedua dengan melihat hasil lembar observasi hasil bekajar dan wawancara dan diskusi dengan kolabolator terhadap hasil yang telah didapat dalam setiap instrumen penelitian, mengidentifikasi penyebab ketidak berhasilan penelitian pada siklus II membandingkan hasil sebelum dan sesudah tindakan
Siklus II
Perencanaan - Memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I - Menyiapkan kelas tempat penelitian
- Menyusun RPP berdasarkan pendekatan konstruktivisme sesuai dengan hasil refleksi
- Mendiskusikan RPP dengan dosen pembimbing dan kolabolator
- Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan
- Menyiapkan soal latihan pada seriap pertemuan tentang materi yang akan dipelajari.
(44)
Pelaksanaan / Tindakan
- Penelitian melaksanakan proses belajar-mengajar
- Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran pendekatan konstruktivisme
- Guru memberikan pertanyaan pada siswa untuk menyebutkan berbagai macam daun tanaman dengan alat peraga gambar. - Guru memberikan pujian pada siswa terbaik.
Obsevasi Memberikan angket hasil belajar dan wawancara untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa dengan membandingkan hasil belajar dan wawancara siklus I. Hasil belajar dan wawancara dianalisis dengan menggunakan metode yang sama.
Refleksi Mengevaluasi perkembangan kondisi siswa setelah dilakukan tindakan kedua dengan melihat hasil lembar observasi hasil belajar dan wawancara dan diskusi dengan kolabolator terhadap hasil yang telah didapat dalam setiap instrumen penelitian, kemudian membandingkan hasil sebelum dan sesudah tindakan.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Pencapaian keberhasilan dari setiap tindakan yang dilakukan dalam kajian pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Konstruktivisme diharapkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut.
Kriteria keberhasilan kemamapuan yang akan digunakan adalah sebagai berikut,jika85% siswa mampu mencapai skor belajar Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) 70,00 (IPA Sekolah tesebut).
G. Data dan Sumber Data
Pengertian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dianalisis berdasarkan hasil belajar serta hasil wawancara terhadap guru dan siswa. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah guru sebagai peneliti, siswa dan observer.
(45)
Tabel 3.2
Jenis Data, Instrumen, dan Sumber Data
Data Sumber Data Instrumen
Hasil Belajar Siswa Tes Objektif
Kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM)
Siswa dan Guru Lembar Observasi
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan antara lain :
1. Tes obyektif (Pretest dan postest). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes pilihan ganda (Multiple Choice). Soal-soal yang diajukan berupa materi yang akan dibahas dalam pelaksanaan pembelajaran. Bentuk penilaian adalah dengan memberikan nilai 1 apabila siswa menjawab dengan benar dan nilai 0 apabila siswa menjawab salah.
Tabel 3.4
Kisi – kisi Intrumen Penelitian Konsep Stuktur Akar Tumbuhan Dan Fungsinya
No Indikator Ranah kognitip Jmlh Soal Digunakan
C1 C2 C3
1 Menyebutkan fungsi akar
5*, 16, 21 15*, 17, 19*
6 soal 3 soal 2 Menyebutkan
bagian-bagian akar
1*,2,3,6, 18*, 22
4* 7 soal 3 soal
3 Menjelaskan dua system perakaran pada tumbuhan
7, 25* 8,9*, 14, 20
6 soal 2 soal
4 Menjelaskan macam-macam akar
11*,13* 10*,12*, 23*, 24*
6 soal 6 soal
(46)
Tabel 3.4
Kisi – kisi Intrumen Penelitian Konsep Stuktur Daun Tumbuhan Dan Fungsinya
No Indikator Ranah kognitip Jmlh Soal Digunakan
C1 C2 C3
1 Menjelaskan fungsi daun
17, 18*, 19*, 22, 23*, 25*
20, 24* 21 9 soal 5 Soal
2 Menyebutkan bagian-bagian daun
1, 16 2*, 6 4 soal 1 Soal
3 Menjelaskan macam-macam daun berdasarkan susunan tulang daun 4*, 7*, 8*, 9* 3, 10*, 14, 15
8 soal 5 Soal
4 Menjelaskan macam-macam daun berdasarkan helai daun
5*, 12 11*, 13 4 soal 2 Soal
Jumlah 14 10 1 25 15
2. Lembar observasi proses kegiatan belajar mengajar. Untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai aktivitas siswa pada proses belajar mengajar dikelas.
3. Lembar wawancara dengan guru dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan dan kendala-kendala yang dihadapi guru pada pembelajaran konsep benda langit dengan menerapkan pembelajaran konstruktivisme.
I. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan melakukan tes untuk melihat sejauh mana hasil belajar yang diperoleh selama dilakukan tindakan, selain tes ada juga pengamatan yang dilakukan oleh subjek/partisispan yang terlibat dalam penelitian ini, serta dokumentasi.
(47)
Pengembangan instrument ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1) menyusun dimensi dan indikator varibel penelitian (2) menyususn kisi-kisi instrumen (3) melakukan uji coba (4) Melakukan pengujian validitas dan reabilitas intrumen (dibuat oleh penelitian berdasarkan buku metodologi).
J. Analisa Data dan Interpretasi Data
Pengujian teknik analisis data mengunakan analisi deskriptif dari tiap siklus dan dengan mengunakan N-gain untuk melihat selisih antara postest dan pretest pada setiap siklus.
Normal Gain
Gain adalah selisih antara nilai postest dan pretest, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan olehguru. Uji normal gain digunakan untuk menghindari bisa pada penelitian dan mengunakan rumus Meltzer30:
Skorpostest - skorpretest N – Gain =
Skor ideal - skor pretest Dengan kategorisasi perolehan :
G – tinggi : nilai ( <g> ) > 0.70 G – sedang : nilai 0.70 – 0.30 G – rendah : nilai ( <g> ) < 0.30
Data diperoleh dari pengukuran normal gain ini dapat dijadikan acauan untuk perhitungan neo parametik.
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Apabila setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa maka akan ditindaklanjuti dengan melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran.
30
David E.Meltzer, Addendum to : The Relationship between Mathematicpreparation and conceptual learning Gain in Physic. Dari Http : physic, iastet,edu/per/docs/Addendum on normalized gain. Pdf.
(48)
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Hasil penelitian tindakan kelas ini dilakukan peneliti di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda, yang berlokasi di Jl. Tebet Timur Dalam X C No.20, Tebet Timur Jakarta Selatan. Kondisi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda cukup baik dengan sarana prasarana yang cukup tersedia dan didukung oleh guru-guru yang pendidikannya sampai sarjana. Hal ini sangat memungkinkan hasil pembelajaran di MI Miftahul Hudadapat menjadi lebih baik jika para tenaga pendidiknya menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan efektif serta disukai oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan..
Sebelum diadakan penelitian, penulis melakukan penelitian kebutuhan terlebih dahulu.Dari analisis kebutuhan diperoleh gambaran mengenai situasi, kondisi dan hasil belajar dari sekolah tempat diadakannya penelitian.
Analisis kebutuhan yang dilakukan yaitu : a) Diskusi dengan guru
Diskusi dengan guru dilakukan pada tanggal 31 Desember 2013. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui kondisi hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA serta kendala apa yang dihadapi pada saat pembelajaran IPA itu berlangsung. Selain itu sebelum diadakan penelitian terlebih dahulu dilakukan wawancara untuk menggali informasi mengenai tinggi rendahnya hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA.
Dari hasil wawancara diperoleh data yaitu pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang terlibat secara aktif dalam belajar, hal ini akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
b) Wawancara dengan siswa
Wawancara dengan siswa dimaksudkan untuk mengungkapkan kesulitan apa yang dialami siswa dalam mempelajari IPA selain itu wawancara ini juga bertujuan untuk mengetahui pendapat mereka mengenai proses pembelajaran yang mereka terima dikelas.
(49)
Berdasarkan wawancara dengan siswa diperoleh hasil bahwa sebagian siswa kurang tertarik dengan pelajaran IPA dengan alasan sulit dan kurang menarik sehingga mereka merasa bosan dan mengantuk bahkan mereka lebih senang bermain dengan temannya saat pelajaran itu berlangsung.Hal ini dikarenakan metode belajar yang digunakan guru kurang tepat dan variatif, siswa tidak diikutsertakan untuk aktif berinteraksi dengan guru dan teman dalam belajar.
c) Observasi proses pembelajaran
Observasi dilakukan pada tanggal 31 Desember 2013 dan 7 Januari 2013. Dari observasi tersebut diperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisis belajar siswa.Hasil yang diperoleh pada observasi awal adalah kondisi dan situasi belajar, dimanaterlihat bahwa sebagian besar siswa kurang perhatian dan tertarik dengan pembelajaran IPA.Dimana pada saat proses pembelajaran berlangsung, ada siswa yang bercanda dengan temannya, ada yang melamun bahkan mengantuk. Masalah lainyang ditemukan selama observasi awal yaitu siswa kurang aktif, tidak ada interkasisiswa dengan guru dan temannya, siswa belum berani dan merasa takut untuk bertanya pada guru.
Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus I dimulai dengan mengidentifikasikan permasalahan yang terdapat di kelas. Berdasarkan hasil observasi ada beberapa permasalahan yang ditemukan diantaranya rendahnya hasil belajar IPA kelas IV, kurangnya motivasi belajar siswa, media serta penggunaan metode belajar yang kurang tepat.
Dari permasalahan tersebut, peneliti mencoba untuk menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Konstruktivisme.
(50)
1) Telaah kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang akan disampaikan dengan metode pembelajaran Konstrutivisme.
2) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan penggunaan metode Konstruktivisme..
3) Pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS), dengan mengunakan metode Konstruktivisme..
4) Pembuatan instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas.
b. Tindakan yang dilakukan
Tahapan tindakan siklus I di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda .pada Januari 2014 semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dengan subjek penelitian kelas IV MI Miftahul Huda, Tebet pada tanggal 14 Januari 2014 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Adapun materi yang diberikan pada siklus pertama ini meliputi struktur akar tumbuhan dan fungsinya. Adapun langkah-langkah tindakan siklus pertama sebagai berikut :
1) Pertemuan pertama
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Konstrutivisme pada pertemuan siklus I ini adalah sebagai berikut :
a. Peneliti memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki siswa sebelum pemberian treatment dengan menggunakan instrument tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 14 soal. Pembelajaran dimulai dengan menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan apersepsi dan motivasi kepada siswa yang sesuai konsep yang akan dibahas pada pertemuan ini. b. Peneliti membuka pembelajaran dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran
c. Guru memancing respon siswa dengan mengadakan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari
d. Siswa membentuk kelompok sesuai instruksi guru
e. Setiap kelompok mengambil tanaman kecil yang telah disediakan oleh guru dan melakukan diskusi berdasarkan pengamatan terhadap tanaman tersebut.
(51)
f. Setiap kelompok mencatat hasil pengamatan dan melaporkan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
g. Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari
h. Diakhir pembelajaran peneliti memberikan posttest pilihan ganda sebanyak 14 soal untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pada konsep struktur akar tumbuhan dan fungsinya dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme.
i. Untuk materi awal siswa belum terlalu mengalami kesulitan. Kemudian peneliti mewawancarai siswa, berikut kutipan wawancaranya :
Guru : “Apakah kalian senang belajar dengan cara berkelompok
seperti ini?”
Siswa (Syafiq) : “Ya sangat senang”.
Siswa (Salsa) : “Senang bu, besok belajarnya diskusi kelompok seperti ini
lagi bu ?”
Siswa (Sarah) : “Senang bu, kita semua dapat belajar bersama tentang tumbuhan dengan mengamati langsung tumbuhanya,saya
senang sekali”.
Dari kutipan wawancara diatas, terlihat siswa merasa senang belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
j. Menutup pembelajaran dan menegaskan kesimpulan tentang konsep struktur akar tumbuhan dan fungsinya dengan memberikan contoh srtuktur akar tumbuhan yang berbeda.
c. Tahap pengamatan
Melalui tahapan pengamatan terdapat hal-hal yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya masih ada siswa tidak ikut berdiskusi dengan teman kelompoknya, siswamasih malu-malu dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok di hadapan teman-temannya. Dan dari hasil penilaian pretest dan posttest diketahui keberhasilan model pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan hasil belajar IPA di kelas IV.
(52)
Pedoman observasi siswa digunakan untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar IPA pada setiap kegiatan pembelajaran sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran konstruktivisme
Adapun pengamatan pada siklus I adalah sebagai berikut :
Soal pretest pembelajaran IPA pada konsep sturktur akar tumbuhan dan fungsinyapada siklus ini berbetuk pilhan ganda dengan jumlah 14 butir soal.Dan nilai pretest dilihat sebelum siswa mempelajari materi dengan penggunaan model pembelajarankonstruktivisme. Nilai postest diperoleh dari hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajarankonstruktivisme. Skor pretest dan posttest siswa digunakan untuk mencari skor N-gain. Pengolahan data hasil skor pretest dan posttest terdapat dalam lampiran sedangkan nilai rata-rata hasil test dengan skala penilaian 0–100 disajikan pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Hasil Tes Kemampuan Siswa
Data Hasil Test Pretest Posttest N-Gain
Nilai Maksimal 71 86 0,08
Nilai minimal 36 50 0,76
Rata-rata 48,2 68,7 0,41
Standart Deviasi 12,17 11,81 0,32
Untuk hasil belajar pada siklus I dapat disimpulkan pada Tabel 4.2.berikut ini: Tabel4.2
Kategori Hasil Tes Kemampuan Siswa
Kategori Siklus I
≥ 0.70 = Tinggi 1
0.30 – 0.70 = Sedang 10
≤ 0.30 = Rendah 5
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.1 dapat diketahui nilai N-gain rata-rata sebesar 0,32 dengan kategori sedang. Sehingga dapat dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelahditerapkannya model pembelajaran konstruktivisme. Dimana sebelum diterapkannya metode pembelajaran konstruktivisme, rata-rata hasil belajar siswa 48,2 sedangkan setelah
(53)
diterapkannya metode pembelajaran konstruktivismehasil belajar siswa meningkat dengan rata-rata sebesar 68,7
Tabel 4.3
Presentase Ketercapaian KKM pada Pretest siklus I
No Kriteria Ketuntasan Data hasil test Presentase
1 Sudah memenuhi KKM 2 50 %
2 Belum tercapai KKM 14 50 %
Tabel 4.4
Presentase Ketercapaian KKM pada Posttest siklus I
No Kriteria Ketuntasan Data hasil test Presentase
1 Sudah memenuhi KKM 8 50 %
2 Belum tercapai KKM 8 50 %
Pada tabel 4.4 diatas, dapat dilihat Persentase Ketercapaian KKM siswa padasiklus I baru mencapai63%.Hal ini berarti ketuntasan belajar pada siklus I belum memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan 85 %. Tidak tercapainya KKM sesuai kriteria yang diharapkan disebabkan proses pembelajaran masih belumkondusif dan masih banyak siswa belum fokus terhadap materi yang disampaikan.
1. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi, wawancara, dan catatan lapangan yang telah dibuat, berikut ini disajikan data yang diperoleh dalam tahap observasi. a. Observasi Guru
Kegiatan guru selama proses pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar observasi, untuk melihat keterlaksanaannyaRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.Berikut ini merupakan hasil observasi guru yang sedang mengajar
(54)
Tabel 4.5.
Data Observasi kegiatan Guru Siklus I
Tabel 4.5.menunjukan penilaian kegiatan guru dalam mengajar yang dinilai oleh observer. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru harus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disiapkan dalam tahap perencanaan. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kegiatan guru
No Aspek Yang Diamati Penilaian
Siklus I I Pengamatan KBM
a. Pendahuluan
1. Mempersiapkan siswa untuk belajar
2. Memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3 3 3 II b. Kegiatan Inti
1. Mempersiapkan materi pembelajaran
2. Mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok 3. Menjelaskan tugas kelompok yang harus dilakukan siswa 4. Membimbing siswa dalam mengerjakan tugas
kelompoknya
5. Memotivasi siswa untuk berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok
6. Memberikan kesempatan untuk bertanya atau memberikan tanggapan kepada siswa terhadap hasil diskusi kelompok-kelompok lain
7. Memberikan evaluasi
8. Memberi penghargaan pada kelompok yang pekerjaannya bagus. 3 3 3 3 3 3 4 III c. Penutup
1. Memberikan penguatan pada siswa dari materi yang telah dipelajari selama proses pembelajaran
2. Membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran 3. Memberikan tugas diakhir pelajaran
3 3 3 d. Suasana Belajar
1. Siswa antusias 2. Guru antusias
3. Waktu sesuai alokasi
4. KBM sesuai dengan skenario RPP
3 3 3 3
Jumlah 55
Persentase Penilaian Observer siklus I (%) 76 %
(55)
yang sudah dilaksanakan pada siklus I dapat dikategorikan sedang yaitu sebesar 76%
Tabel 4.6
Persentase Hasil Observasi kinerja Gurudalam Proses Pembelajaran IPApada Konsep Bagian-bagian dan Fungsi Tumbuhan
Skor penilaian Frekwensi Presentase
Terlaksana tapi tidak sesuai - -
Terlaksana tapi kurang tepat dan tidak sistematis - - Terlaksana dengan tepat tapi kurang sistematis 17 94 % Terlaksana dengan tepat dan sistematis 1 6 %
Total 18 100 %
Hasil tabel tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru yang sudah terlaksana dengan tepat dan sistematis, baru mencapai 6 %, sedangkan yang terlaksana dengan tepat tapi kurang sistematis 94%
b. Hasil Observasi Siswa
Dari hasil observasi yang dilaksanakan selama pembelajaran, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.7.
Data Observasi Komponen Siswa Pada Siklus I
No Hal yang diamati Skor
Siswa Penilaian
1 Keaktifan Siswa
a. Siswa aktif mencatat materi pelajaran b. Siswa aktif bertanya
c. Siswa aktif mengajukan ide
2 2 2 2 Perhatian siswa
a. Mendengarkan presentasi teman b. Terfokus pada materi
c. Antusias
2 2 3 3 Kedisiplinan
a. Kehadiran/ absensi b. Datang tepat waktu c. Pulang tepat waktu
4 2 4
(56)
4 Penugasan/resitasi
a. Mengerjakan semua tugas
b. Ketepatan mengumpulkan tugas sesuai waktunya c. Mengerjakan sesuai dengan perintah
2 1 4
Jumlah 30
Persentase Penilaian Observasi Siswa Siklus I 63 %
Kategori Sedang
Pada tabel 4.7.menunjukkan persentase kegiatan siswa pada siklus I dalam mengikuti pembelajaran yang dinilai oleh observer dapat dikategorikan sedang dengan nilai 63% siswa melaksanakan kegiatan belajarnya dengan baik. Hal ini belum sesuai dengan harapan 85% siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan sangat baik, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat terutama pada pembelajaran IPA.
Berikut ini, persentase hasil observasi siswa kelas IV pada proses pembelajaran berdasarkan skor penilaian observasi siswa yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.8.Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas IV MI Miftahul Huda pada Proses Pembelajaran IPA
Skor Penilaian Frekwensi Prosentase
Sangat tidak baik - -
Tidak Baik 1 8 %
Baik 8 67 %
Sangat Baik 3 25 %
Total 12 100 %
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa skor penilaian proses belajar siswa kelas IV MIMiftahul Hudaadalah 25 % sangat baik, 67 % baik, dan 8 % tidak baik. Hal ini perlu ditingkatkan kembali pada siklus selanjutnya agar hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran IPA dapat lebih meningkat.
3.Catatan Lapangan
Pengamatan selama proses prmbelajaran berlangsung dimuat dalam catatan lapangan. Uraian lengkap pada lembar catatan lapangan dapat dilihat pada tabel 4.9.di bawah ini :
(57)
Tabel 4.9.
Indikator Catatan Lapangan Pada Siklus I
Indikator Uraian
Kegiatan Siswa 1. Tahapan mengembangkan pemikiran siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri Siswa aktif menjawab pertanyan guru 2. Tahapan Melaksanakan model pembelajaran
Konstruktivisme
Siswa melakukan model pembelajaran Konstruktivisme dengan baik
Dapat bekerja sama dengan kelompoknya.
3. Sebagian siswa sudah menguasai materi yang dipelajari 4. Tahap mengembangkan sikap ingin tahu dan bertanya.
Beberapa siswa ada yang bertanya ketika tidak mengerti
Beberapa siswa fasif dalam pembelajaran. 5. Tahapan menciptakan masyarakat belajar.
Bebrapa siswa aktif berdiskusi
Siswa aktif menanggapi persentasi kelompok lain. 6. Tahapan menghadirkan permodelan
Siswa menyampaikan hasil pengamatan dengan baik 7. Tahapan melakukan refleksi
Siswa aktif serta terlihat senang ketika menyimpulkan materi yang disampaikan 8. Tahapan melakukan penilaian
Terlihat bebrapa siswa yang tidak serius dan bercanda.
Indikator Uraian
Kegiatan guru 1. Tahapan mengembangkan pemikiran siswa mengkostruk pemikirannya sendiri.
Guru sudah baik dalam mengkonstruk pengetahuan siswa.
2. Tahapan melaksanakan kegiatan Konstruktivisme
Guru sudah baik memfasilitasi proses pembelajaran siswa
Guru sudah baik memberikan arahan selama proses belajar berlangsung
Guru sudah baik dalam mengkondisikan siswa selama proses pembelajaran.
3. Tahapan mengembangkan sikap ingin tahu dan bertanya Guru sudah baik dalam memberikan kesempatan
bertanya pada siswa.
(1)
Lampiran 21
Hasil Pretest dan Posttest Siklus II
No Nama Siswa Nilai Pretest Nilai Posttest N-Gain
1 Abdur Rahman 40 73 0,55
2 Akbar 47 80 0,62
3 Aminah 47 73 0,49
4 Aulia Salsabila 40 87 0,78
5 Faizah Amani 60 93 0,82
6 Haikal. A 33 53 0,29
7 Haikal. S 40 73 0,55
8 Indah 47 73 0,49
9 M. Fadli 40 67 0,62
10 M. Rizky 53 80 0,57
11 M. Syafiq 67 87 0,61
12 Nur Awalia 53 73 0,42
13 Prinsesa 60 93 0,82
14 Sarah 53 73 0,42
15 Tia Herlina 63 93 0,74
16 Zakiah 60 80 0,50
Jumlah Nilai 813 1251 9,29
Rata-rata 50,8 78,3 0,56
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)