PENGGUNAAN PRAKTIKUM KONFRONTATIF UNTUK MEMFASILITASI PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS VII PADA POKOK BAHASAN KERAGAMAN PADA SISTEM ORGANISASI KEHIDUPAN.

(1)

i

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Hipotesis Penelitian ... 9

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Praktikum dalam Pembelajaran Sains ... 12

1. Praktikum Secara Umum ... 13

2. Praktikum Konfrontatif... 14

3. Keterkaitan antara Konstruktivisme dengan Praktikum Konfrontatif dalam Pembelajaran Sains ... 17

B. Penguasaan Konsep dan Pembentukan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains ... 18

1. Penguasaan Konsep ... 18

2. Ketuntasan Belajar ... 19


(2)

ii

4. Memfasilitasi Peningkatan Penguasaan Konsep dan

Sikap ilmiah Siswa melalui Praktikum Konfrontatif ... 22

C. Pendekatan Konstruktivisme ... 24

1. Kaitan Teori Belajar dengan Konstruktivisme ... 25

2. Implikasi Konstruktivisme Terhadap Proses Pembelajaran ... 27

D. Tinjauan Konsep Keragaman pada Sistem Organisasi Kehidupan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Metode dan Desain Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

C. Instrumen Penelitian ... 39

1. Tes penguasaan konsep ... 39

2. Skala Sikap Ilmiah ... 46

3. Angket Siswa ... 51

4. Lembar Observasi ... 52

5. Wawancara ... 53

D. Pengembangan Bahan Ajar ... 54

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 62

F. Teknik Analisa Data ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69


(3)

iii

1. Penguasaan Siswa terhadap Konsep Keragaman

pada Sistem Organisasi Kehidupan ... 69

2. Sikap Ilmiah Siswa ... 76

3. Kuesioner Tanggapan Siswa terhadap Metode Pembelajaran ... 84

4. Hasil Observasi ... 88

5. Hasil Wawancara ... 91

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 106

B. Keterbatasan ... 107

C. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

LAMPIRAN ... 114


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Konsep Keragaman

pada Sistem Organisasi Kehidupan ... 27

3.1 Desain Penelitian ... 37

3.2 Komposisi Soal-soal Tes Penguasaan Konsep ... 40

3.3 Pedoman Pemberian Skor Tes Penguasaan Konsep Menggunakan Opsi Skala Rating ... 41

3.4 Klasifikasi Analisis Validitas Tes ... 42

3.5 Hasil Analisis Validasi Uji Coba Tes Penguasaan Konsep ... 42

3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 43

3.7 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ... 44

3.8 Rekapitulasi Analisis Daya Pembeda Tes Penguasaan Konsep ... 44

3.9 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 45

3.10 Rekaputulasi Tingkat Kesukaran Tes Penguasaan Konsep ... 45

3.11 Pedoman Penskoran Jawaban Pernyataan Sikap Ilmiah ... 47

3.12 Validitas Pernyataan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Pembelajaran ... 50

3.13 Komposisi Pernyataan Sikap Ilmiah ... 51

3.14 Hasil Penelusuran Pengetahuan Awal Siswa ... 55

4.1 Statistik Deskriptif Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

4.2 Persentase Kriteria Gain Ternormalisasi Penguasaan Konsep Siswa Kelas Eksperiman dan Kelas Kontrol ... 71

4.3 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes, dan Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 72

4.4 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 73

4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Pretes dan Postes ... 74


(5)

v

4.7 Statistik Deskriptif Skor Sikap Awal dan Sikap Akhir Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 76 4.8 Persentase Kriteria Gain Ternomalisasi Sikap Ilmiah ... 77 4.9 Hasil Uji Normalitas Skor Sikap Ilmiah Awal dan Akhir Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 78 4.10 Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Sikap Awal ... 80 4.11 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Skor Sikap Awal Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 81 4.12 Hasil Uji Mann-Whitney Skor Sikap Akhir dan Gain ... 82 4.13 Statistik Deskriptif Skor Sikap Ilmiah Setiap Indikator ... 83 4.14 Rata-Rata Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama

Pembelajaran... 89 4.15 Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran dengan Metode Praktikum


(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Perbandingan sel tumbuhan dengan sel hewan ... 29

2.2 Jaringan Otot Dibedakan atas tiga jenis yakni otot rangka, Otot Jantung dan Otot Polos ... 30

2.3 Beberapa macam jaringan pada manusia ... 31

2.4 Beberapa macam jaringan pada tumbuhan ... 31

2.5 Beberapa organ pada tubuh manusia ... 32

2.6 Organ daun disusun oleh berbagai macam jaringan ... 33

2.7 Beberapa sistem organ yang menyusun tubuh manusia ... 34

2.8 Sistem organ dan sistem fotosintesis pada tumbuhan... 35

3.1 Alur Penelitian ... 64

4.1 Diagram Batang Rata-Rata Nilai Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok... 70

4.2 Diagram Batang Rata-rata Skor Sikap Ilmiah Awal dan Akhir ... 77

4.3 Diagram Batang Rata-rata Skor Sikap Ilmiah Setiap Indikator Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 83

4.4 Intensitas Pelaksanaan Kegiatan Praktikum ... 84

4.5 Minat dan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Kegiatan ... 85

4.6 Persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan metode praktikum konfrontatif ... 86

4.7 Permasalahan yang dihadapi oleh siswa selama pelaksaaan kegiatan praktikum konfrontatif ... 87


(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Rencana Pembalajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 ... 114

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 ... 120

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 3 ... 128

4. Lembar Kerja Siswa Pembelajaran 1 ... 136

5. Lembar Kerja Siswa Pembelajaran 2 ... 145

6. Lembar Kerja Siswa pembelajaran 3 ... 152

B. Instrumen Penelitian 1. Kisi-Kisi Soal Tes Penguasaan Konsep ... 154

2. Soal-soal Penguasaan Konsep ... 161

3. Kisi-kisi Skala Sikap Ilmiah ... 166

4. Tes Skala Sikap Ilmiah ... 167

5. Kisi-kisi Angket Siswa ... 170

6. Angket Siswa Kelas Eksperimen ... 171

7. Format Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 175

8. Format Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen ... 177

9. Pedoman Wawancara Siswa Kelas Eksperimen ... 179

10.Pedoman Wawancara Guru ... 180

C. Hasil Ujicoba 1. Data Uji Coba Validasi Tes Penguasaan Konsep ... 181

2. Validitas Tes Penguasaan Konsep ... 182

3. Reliabilitas Tes Penguasaan Konsep ... 183

4. Tingkat Kesukaran Tes Penguasaan Konsep ... 184

5. Daya Pembeda Tes Penguasaan Konsep ... 185

6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Penguasaan Konsep ... 186

7. Data Ujicoba Skala Sikap Ilmiah ... 187

8. Hasil Uji Coba Skala Sikap Ilmiah dan Pedoman Pemberian Skor Setiap Item Angket Skala Sikap ... 189

9. Data Uji Reliabilitas Skala Sikap Ilmiah ... 191

10.Penyeleksian Tanggapan Sikap Ilmiah Siswa ... 193

11.Perhitungan Validitas dan Daya Beda Per Item Skala Sikap Ilmiah ... 195

D. Data Hasil Penelitian 1. Skor Pretes Penguasaan Konsep Kelas Kontrol ... 202

2. Skor Pretes Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen ... 203


(8)

viii

4. Skor Postes Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen ... 205

5. Ketuntasan Belajar dan Gain Penguasaan Konsep Kelompok Kontrol ... 206

6. Ketuntasan Belajar dan Gain Penguasaan Konsep Kelompok Eksperimen ... 207

7. Data Skor Tes Awal Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol ... 208

8. Data Skor Tes Akhir Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol ... 209

9. Data Skor Tes Awal Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperiman ... 210

10.Data Skor Tes Akhir Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperiman ... 211

11.Gain Sikap Ilmiah Kelas Kontrol ... 212

12.Gain Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen ... 213

13.Rekapitulasi Skor Netral dan Skor Respon Tes Awal Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol ... 214

14.Rekapitulasi Skor Netral dan Skor Respon Tes Akhir Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol ... 216

15.Rekapitulasi Skor Netral dan Skor Respon Tes Awal Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen ... 218

16.Rekapitulasi Skor Netral dan Skor Respon Tes Akhir Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen ... 220

17.Persentase Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran ... 222

18.Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 225

E. Pengolahan Data Penelitian 1. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Penguasaan Konsep ... 231


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan mendasar belajar sains adalah siswa belajar memahami konsep-konsep sains serta keterkaitannya secara benar dan mendalam. Sebagaimana dikemukakan dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003) bahwa salah satu tujuan pembelajaran sains di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, prinsip dan konsep sains serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat; memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah.

Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan (Dahar, 1996). Menurut Dahar (1996) konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun (building block) dalam berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Belajar konsep merupakan belajar tentang bagaimana klasifikasi atau pengelompokkan peristiwa-peristiwa atau objek-objek dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan ciri, karakter atau atribut yang dimiliki sehingga membedakannya dengan yang lain. Pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan lebih memudahkan siswa memahami konsep-konsep lainnya serta mengorganisasikan sehingga diharapkan pemahaman dan hasil belajarnya semakin meningkat.


(10)

Sehubungan dengan hal tersebut maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mengajarkan atau memperkenalkan suatu konsep yang baru kepada siswa? Secara lebih spesifik bagaimana desain pembelajaran yang mestinya dirancang oleh guru untuk memperkenalkan suatu konsep yang baru kepada siswa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka teori-teori belajar yang menjelaskan bagaimana siswa belajar suatu konsep dan berbagai hasil penelitian dijadikan sebagai rujukan.

Konstruktivime merupakan paradigma baru dalam pembelajaran. Menurut paham konstruktivisme keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar (Pines & West, 1985). Menurut Fensham (1994:5) bahwa makna yang dibangun bergantung pada pengetahuan yang sudah ada pada diri seseorang. Sehubungan dengan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran, Von Glaserfeld (Suparno, 1996) menyatakan bahwa anak sudah membawa “pengetahuan awal” dari lingkungan hidup mereka, pengetahuan awal yang mereka punyai adalah dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya.

Impilikasi pandangan konstruktivisme ini dalam pembelajaran sains yang dikembangkan harus memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (prior knowledge) yang mungkin diperoleh siswa dari luar sekolah seperti yang disarankan oleh Bell (1993:16) agar pengetahuan siswa dari luar sekolah di pertimbangkan sebagai sarana pembelajaran karena sangat di mungkinkan terjadinya miskonsepsi. Sebaliknya bila guru tidak mengindahkan gagasan atau


(11)

pengetahuan yang dibawa siswa maka tidak menutup kemungkinan miskonsepsi yang terjadi akan semakin kompleks.

Pernyataan lain yang memperkuat tentang pengetahuan awal siswa dikemukakan oleh Tytler (2002) “ students come in our classes with a range of prior idea or conceptions of the physical world. They are not’ empty vessels”. Oleh karena itu guru perlu memfasilitasi pengetahuan awal siswa tersebut agar menjadi konsep yang sesuai dengan konsep ilmiah melalui proses pembelajaran karena pengetahuan awal anak tidak dapat dikatakan salah, melainkan pemahaman mereka masih terbatas (Abdurahman, 2002). Dengan demikian menggali pengetahuan awal siswa sangatlah penting karena guru dapat mengawali pembelajarannya berdasarkan pengetahuan awal tersebut.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran di kelas yang dikembangkan oleh guru sering tidak memperhatikan pengetahuan awal siswa. Berdasarkan hasil observasi di lapangan selama melaksanakan studi kasus di sekolah, gambaran pembelajaran sains menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran bersifat satu arah, dimulai dari guru kepada siswa, interaksi antara siswa sangat jarang terjadi, (2) Tujuan pembelajaran sains seperti yang tercantum dalam kurikulum 2003 belum digunakan secara optimal sebagai pertimbangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran sains, (3) Pada umumnya dalam penyajian materi guru secara kaku mengikuti sitematika dalam buku teks dan beberapa buku penunjang lainnya dengan pertimbangan untuk mengantisipasi pertanyaan siswa yang mungkin muncul, (4) Guru belum pernah merancang tes yang khusus untuk menggali pengetahuan awal siswa. Tetapi upaya untuk mengungkap pengetahuan


(12)

awal siswa sudah dilakukan, yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada satu dua orang siswa pada awal pembelajaran (apersepsi); dan (5) Guru merasa kesulitan dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode yang tepat dengan materi yang di ajarkan.

Hasil wawancara dengan beberapa guru sains di salah satu sekolah diperoleh informasi sebagai berikut: (1) Guru tidak melaksanakan pembelajaran dengan praktikum karena sarana yang tersedia kurang mencukupi, waktu yang digunakan relatif lebih banyak, kurangnya keahlian guru biologi dalam melakukan praktikum, ataupun guru melaksanakan praktikum tetapi tidak memperhatikan pengetahuan awal siswa, (2) Dengan metode ceramah suasana kelas dapat dikendalikan, terlebih lagi bila jumlah siswa cukup banyak dalam satu kelas, (3) Dengan banyak mengerjakan soal-soal latihan, siswa dapat memperoleh nilai yang baik ketika ujian. Padahal menurut Rustaman (2005) praktikum merupakan salah satu cirikhas utama dari pembelajaran sains (biologi).

Berdasarkan hasil observasi dan informasi yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa saat ini hal yang mendesak yang perlu dilaksanakan oleh guru adalah mencari alternatif model pengajaran yang relevan yang dapat memfasilitasi pengetahuan awal siswa dalam mempelajari suatu konsep tertentu sehingga penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa dalam sains semakin meningkat.

Materi tentang Keragaman pada sistem organisasi kehidupan merupakan salah satu konsep penting dalam pembelajaran sains yang diajarkan kepada siswa sekolah menengah pertama. Hal ini disebabkan karena materi ini merupakan konsep dasar yang melandasi konsep-konsep lainnya seperti metabolisme,


(13)

reproduksi sel, bioteknologi yang akan dipelajari oleh siswa pada tingkat selanjutnya dan tidak cukup bila materi ini di sampaikan hanya dalam bentuk ceramah.

Selain itu, berdasarkan penelusuran pengetahuan awal siswa pada penelitian ini, diketahui bahwa umumnya siswa telah memiliki pemahaman tersendiri tentang pengertian sel, bentuk sel, fungsi sel, bagian-bagian sel, pengertian jaringan dan sebagainya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jawaban siswa sangat bervariasi, ada yang tepat dan ada pula yang kurang tepat. Beberapa jawaban siswa yang kurang tepat misalnya pengertian siswa tentang sel adalah bangunan yang sangat besar dan terdiri dari beberapa kamar berukuran kecil, jaringan merupakan alat untuk mempercepat proses komunikasi, organ tubuh merupakan alat pengiring lagu, dan sebagainya.

Untuk memperbaiki pengetahuan awal siswa tersebut maka peran guru sangat menentukan terutama dalam memilih metode pembelajaran yang tepat yang mampu memfasilitasi keberadaan pengetahuan awal siswa sehingga menjadi sebuah kebenaran ilmiah yang dapat diterima oleh umum. Untuk mencapai hal tersebut maka salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode praktikum. Metode praktikum memungkinkan siswa belajar suatu konsep secara langsung melalui observasi atau pengamatan, mencoba dan bereksperimen sehingga meningkatkan pemahaman konsep.

Hal tersebut didukung oleh Salomon (Widodo & Vidia, 2006:146) yang mengemukakan bahwa “…melalui praktikum guru berharap anak akan lebih paham akan konsep yang dipelajari, terbangkitkannya motivasi untuk belajar


(14)

sains, berkembang keterampilan sainsnya, dan tumbuh sikap ilmiahnya. Di pihak siswa, mereka juga bisa menikmati pengalaman-pengalaman baru untuk mengamati, mencoba, menggunakan alat, dan bereksperimen”. Oleh karena itu kegiatan praktikum dalam pembelajaran biologi merupakan hal yang sangat penting.

Usaha untuk memfasilitasi pengetahuan awal siswa menjadi suatu pengertian yang ilmiah melalui metode praktikum dapat diartikan sebagai pratikum konfrontatif atau praktikum yang khusus dirancang oleh guru untuk mengkonfrontir pengetahuan awal siswa. Misalkan pada contoh yang dikemukakan sebelumnya tentang pengetahuan awal siswa mengenai sel, maka untuk memperbaiki konsep tersebut siswa perlu mengamati bagaimana bentuk dan struktur sel tersebut secara langsung melalui kegiatan praktikum. Dengan demikian siswa mengalami proses “konflik kognitif” dan akhirnya pemahaman siswa sesuai dengan konsep ilmiah yang sebenarnya.

Berdasarkan fenomena yang dikemukakan di atas maka peneliti berkeinginan melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Praktikum Konfrontatif untuk Memfasilitasi Peningkatan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII pada Pokok Bahasan Keragaman pada Sistem Organisasi Kehidupan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(15)

“Bagaimanakah Peranan Praktikum Konfrontatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII pada Pokok Bahasan Keragaman pada Sistem Organisasi Kehidupan?”

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih terarah, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimanakah pengetahuan awal siswa pada materi keragaman pada sistem

organisasi kehidupan?

2) Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi keragaman pada sistem organisasi kehidupan setelah melalui proses pembelajaran praktikum konfrontatif?

3) Bagaimanakah ketuntasan belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran metode praktikum konfrontatif?

4) Bagaimanakah sikap ilmiah siswa sebelum menerima pembelajaran dengan metode praktikum konfrontatif?

5) Bagaimanakah sikap ilmiah siswa setelah belajar dengan metode praktikum konfrontatif?

6) Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan metode praktikum konfrontatif?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan metode pembelajaran biologi berbasis praktikum konfrontatif pada materi keragaman pada sistem organisasi kehidupan, yaitu:


(16)

2) Memfasilitasi peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi organisasi kehidupan melalui pembelajaran praktikum konfrontatif.

3) Menganalisis persentase pencapaian ketuntasan belajar siswa pada konsep keragaman pada sistem organisasi kehidupan.

4) Mengidentifikasi bagaimana sikap ilmiah siswa sebelum belajar dengan metode praktikum konfrontatif.

5) Mengidentifikasi bagaimana sikap ilmiah siswa setelah belajar dengan metode praktikum konfrontatif.

6) Mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan metode praktikum konfrontatif.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk:

1) Memberikan informasi tentang pengetahuan awal siswa pada materi keragaman pada sistem organisasi kehidupan, yang digunakan untuk menyusun metode mengajar yang sesuai sehinggga dapat memfasilitasi peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa.

2) Memberi alternatif pembelajaran biologi pada materi keragaman pada sistem organisasi kehidupan melalui metode praktikum konfrontatif.

3) Memberikan analisis bagaimana memfasilitasi pengetahuan awal siswa pada materi keragaman pada sistem organisasi kehidupan dan diharapkan berguna untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut.


(17)

4) Memberikan informasi tentang tingkat ketuntasan belajar siswa setelah melalui pembelajaran dengan praktikum konfrontatif.

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang perlu di uji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

1. Penguasaan konsep siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode praktikum konfrontatif lebih baik dari pada penguasaan konsep siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode praktikum biasa.

2. Sikap ilmiah siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode praktikum konfrontatif lebih baik dari pada sikap ilmiah siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode praktikum biasa.

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah praktikum konfrontatif, sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa setelah pembelajaran.

2. Definisi Operasional

Agar lebih fokus dan memperjelas ruang lingkup penelitian, berikut dijelaskan definisi-definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Praktikum konfrontatif merupakan praktikum yang khusus dirancang oleh guru


(18)

siswa yang terbentuk melalui belajar infomal dalam proses memahami pengalaman sehari-hari agar menjadi sebuah pengertian ilmiah dan dapat diterima oleh umum, pada konsep keragaman pada sistem organisasi kehidupan. Kegiatan praktikum konfrontatif ini dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu pada setiap pertemuan.

2. Praktikum biasa merupakan praktikum atau kegiatan pengamatan yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan hasil penelusuran pengetahuan awal siswa pada konsep keragaman pada sistem organisasi kehidupan. Praktikum yang dilaksanakan disesuaikan dengan kegiatan praktikum yang tercantum dalam buku paket siswa. Kegiatan praktikum dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu pada setiap pertemuan.

3. Penguasaan konsep merupakan nilai yang diperoleh siswa dari tes penguasaan konsep berbentuk pilihan ganda beralasan dan essay dalam konsep keragaman pada sistem organisasi kehidupan yang mencakup tingkat kognitif C1 (mengingat), C2 (pemahaman), dan C3 (Aplikasi). Soal tes penguasaan konsep hanya menyangkut tingkat kognitif C1, C2 dan C3 mengingat siswa kelas tujuh masih berada dalam masa peralihan tingkat perkembangan kognitif dari tingkat operasional kongkrit ke operasional formal.

4. Ketuntasaan belajar dapat dilihat dari dua hal yaitu ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Ketuntasan belajar individu dicapai seorang siswa bila telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah sebesar 52,5 pada skala 0-100. Ketuntasan belajar klasikal dalam penelitian ini apabila 85 persen siswa telah mencapai ketuntasan minimal. Kriteria


(19)

Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah merupakan nilai terendah yang diperoleh siswa untuk dikategorikan tuntas.

5. Sikap ilmiah merupakan sikap yang ditunjukkan oleh masing-masing siswa terhadap pembelajaran biologi baik yang bersifat bersifat positif atau negatif. Sikap ilmiah siswa tersebut merujuk pada hasrat ingin tahu tentang biologi, kerendahan hati, jujur dalam bekerja, objektif, praktis, kemauan untuk mempertimbangkan data baru, pendekatan positif terhadap kegagalan, determinasi, keterbukaan dan ketelitian. Sikap ilmiah dijaring melalui skala sikap yang berisi sejumlah pernyataan yang bersesuaian dengan indikator sikap ilmiah dengan opsi sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode “quasi eksperiment” (Wiersma (1994:132), dengan “static group pretes-postes design” (Fraenkel & Wallen, 2006). Menurut Wiersma penelitian quasi eksperimen adalah penelitian yang menggunakan kelompok subjek secara utuh dalam eksperimen yang secara alami sudah terbentuk dalam kelas dan tidak mengontrol semua variabel yang ada. Static group pretes-postes design (Fraenkel & Wallen, 2006) artinya pengambilan kelompok tidak secara acak, terdapat kelompok pembanding, masing-masing kelompok diberi tes awal dan tes akhir dengan perlakuan yang berbeda.

Penelitian dilakukan pada dua kelas yang memiliki kemampuan setara, satu kelompok kontrol dan satu kelompok eksperimen, diajarkan oleh satu orang guru. Pada kelas eksperimen menggunakan metode praktikum konfrontatif sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran praktikum biasa.

2. Desain Penelitian

Bentuk desain penelitian yang digunakan mengikuti pola sebagai berikut: Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2


(21)

Keterangan: O1 : Pretes

O2 : Posttest

X1 : Pembelajaran dengan menggunakan praktikum konfrontatif

X2 : Pembelajaran dengan menggunakan praktikum biasa.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Gunungsitoli Utara di Kabupaten Nias Propinsi Sumatera utara, semester genap tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 5 kelas. Penentuan sekolah sebagai tempat penelitian karena sekolah ini memiliki fasilitas laboratorium yang cukup memadai namun kegiatan praktikum jarang dilaksanakan. Populasi menurut Sugiyono, (2004:55) adalah subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling (Ruseffendi, 1994:47). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan tertentu yakni kedua kelompok memiliki kemampuan yang relatif sama, jumlah siswa < 40. Sehingga sampel yang dipilih dalam penelitian ini ada dua kelas yaitu kelas VII B (kelas kontrol) sebanyak 36 siswa dan Kelas VII C (kelas eksperimen) sebanyak 38 siswa. Kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan metode praktikum konfrontatif sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran dengan metode praktikum biasa. Pemilihan kelas VII C sebagai kelas eksperimen karena pada saat pemberian soal penelusuran pengetahuan awal, seluruh siswa pada kelas ini hadir sehingga informasi tentang pengetahuan awal yang diperoleh peneliti lebih lengkap dan pengetahuan awal tersebut dijadikan sebagai pertimbangan dalam merancang pembelajaran dengan metode praktikum konfrontatif.


(22)

C. Instrumen Penelitian

1. Tes penguasaan konsep

Tes penguasaan konsep terdiri dari pretes dan postes, berbentuk pilihan ganda beralasan dan essay. Selanjutnya penyekoran seluruh soal penguasaan konsep mengikuti pedoman penyekoran tes essay. Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa pada konsep keragaman sistem organisasi kehidupan. Langkah-langkah penyusunan tes penguasaan konsep adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan kisi-kisi soal yang tercakup dalam pokok bahasan keragaman pada sistem organisasi kehidupan.

b. Menyusun soal beserta kunci jawaban.

c. Soal dan kunci jawaban yang telah disusun di judgement oleh dosen pembimbing dan dosen ahli, hal ini bertujuan untuk mengetahui validasi isi, kesesuaian antara indikator dengan soal, dan kesesuaian soal dengan kunci jawaban.

d. Melakukan uji coba soal yang telah di judgement kepada siswa yang telah menerima materi keragaman pada sistem organisasi kehidupan,

e. Menghitung validasi tes, validasi item, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

Ranah kognitif yang diukur dalam soal-soal penguasaan konsep keragaman pada sistem organisasi kehidupan yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari C1, C2 dan C3, yakni aspek ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi


(23)

(C3). Keseluruhan butir soal yang dibuat difokuskan pada penguasaan konsep siswa.

Soal pilihan ganda beralasan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 11 butir dan soal essay sebanyak 5 butir. Materi yang diujikan meliputi materi tentang sel, jaringan, organ, sistem organ dan organisme. Sebelum digunakan dalam penelitian, seperangkat butir soal tersebut telah diujicobakan pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Bandung untuk mengetahui tingkat kesukaran, validasi, reliabilitas, daya pembeda, juga keterbacaan soal serta waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal secara keseluruhan. Dari 28 soal yang diujicobakan, maka terpilih 16 soal yang digunakan dalam penelitian.

Komposisi soal pilihan ganda beralasan dan soal essay, secara jelas disajikan dalam Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2

Komposisi Soal Tes Penguasaan Konsep

No Materi Jenjang Kemampuan/Nomor Soal/Bentuk Soal Jumlah

C1 C2 C3

1. Sel 1* 12 **, 2* 3* 4

2. Jaringan 11*, 5* , 8*, 16** 4* 6* - 6

3. Organ 7* 13 ** - 2

4. Sistem Organ - - 9 *, 14** 2

5. Organisme - 10* 15** 2

Jumlah 6 6 4 16

Keterangan: * : Pilihan ganda beralasan ** : Essay

Aturan pemberian skor soal penguasaan konsep untuk setiap jawaban siswa baik bentuk pilihan ganda beralasan maupun tes essay ditentukan berdasarkan pedoman penskoran seperti yang disajikan dalam tabel 3.3 berikut ini.


(24)

Tabel 3.3

Pedoman Pemberi Skor Tes Penguasaan Konsep Menggunakan Opsi Skala Rating

Kategori Skor Indikator

Skor Tinggi 5 Jawaban yang diberikan jelas, fokus, dan akurat. Poin-poin yang relevan dikemukakan (berhubungan dengan pertanyaan dalam soal) untuk mendukung jawaban yang diberikan. Hubungan antara jawaban dengan soal tergambar secara jelas.

Skor Sedang 3 Jawaban yang diberikan jelas dan cukup fokus, namun kurang lengkap. Contoh-contoh yang diberikan terbatas. Keterkaitan antara jawaban dengan soal kurang jelas.

Skor Rendah 1 Jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan apa yang dimaksudkan dalam soal, berisi informasi yang tidak akurat, atau menunjukkan kurangnya penguasaan terhadap materi. Poin-poin yang diberikan tidak jelas, tidak memberikan contoh yang mendukung.

0 Tidak ada jawaban

Catatan : Skor 2 dan 4 bisa digunakan bila jawaban siswa tidak berada tepat pada kategori 1, 3 dan 5

(Stiggins, 1994:152-153)

a. Analisis Validitas Tes

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes bentuk uraian dapat dihitung dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2002:72) sebagai berikut:

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi

n = Banyaknya subyek ∑ = Jumlah nilai tiap soal ∑ = Jumlah nilai total


(25)

Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi (Arikunto, 2002:75) validitas tes disajikan dalam Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Klasifikasi Analisis Validitas Tes

Setelah dilakukan penghitungan maka diperoleh koefisien validasi untuk setiap butir soal tes penguasaan konsep seperti pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Rekapitulasi Validitas Tes Penguasaan Konsep No Interpretasi

Validitas

Nomor

Soal Jumlah

Persentase (%)

1. Sangat Tinggi 4, 12, 16 3 18,75

2. Tinggi 1,2,5,6,7,8,9,10,11,13,15 11 68,75

3. Cukup 3,14 2 12,5

Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi digunakan uji-t (Sudjana, 1992:369) dengan rumus :

Keterangan:

t = Daya beda

r = Koefisien korelasi n = Banyaknya subyek

Nilai rxy Interpretasi

0,80< rxy≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi

0,60 < rxy≤ 0,80 Validitas Tinggi

0,40 < rxy≤ 0,60 Validitas Cukup

0,20 < rxy≤ 0,40 Validitas Rendah

0,00 < rxy≤ 0,20 Validitas Sangat Rendah


(26)

b. Analisis Reliabilitas Tes

Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan/kekonsistenan suatu instrumen bila diberikan kepada subyek yang sama meskipun oleh orang lain yang berbeda dan waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Untuk menentukan koefisien reliabilitas tes yang berbentuk uraian digunakan rumus Alpha - Cronbach (Suherman, 2003: 153-154) sebagai berikut:

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas tes keseluruhan

n = Banyaknya butir soal

s = Jumlah varians skor setiap butir soal s = Varians skor total

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas tes ini menggunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003:139) berikut ini:

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Nilai r11 Interpretasi

0,90 ≤ r11≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,70 ≤ r11 < 0,90 Reliabilitas tinggi

0,40 ≤ r11 < 0,70 Reliabilitas sedang

0,20 ≤ r11 < 0,40 Reliabilitas rendah

r11 < 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh koefisien reliabilitas tes penguasaan konsep secara keseluruhan dengan kategori tinggi yaitu sebesar 0,86.

c. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan


(27)

rendah (Arikunto, 2002:211). Untuk menghitung daya pembeda atau indeks diskriminasi adalah dengan membagi dua subyek masing-masing 50%. Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus:

Keterangan:

Dp = Indeks daya pembeda suatu butir soal.

SA = Jumlah skor yang dicapai siswa pada kelompok atas

SB = Jumlah skor yang dicapai siswa pada kelompok bawah.

N = Jumlah siswa pada kelompok atas dan kelompok bawah

Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal digunakan kriteria (Suherman 2003:161) sebagai berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda Nilai Dp Interpretasi

Dp≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < Dp≤ 0,20 Jelek

0,20 < Dp≤ 0,40 Cukup

0,40 < Dp≤ 0,70 Baik

0,70 < Dp≤ 1,00 Sangat Baik

Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh indeks daya pembeda untuk setiap butir soal tes penguasaan konsep seperti tampak pada Tabel 3.8 berikut (selengkapnya lihat pada lampiran).

Tabel 3.8

Rekapitulasi Daya Pembeda Tes Penguasaan Konsep

No Interpretasi Nomor Soal Jumlah Persentase (%)

1. Baik 1,4,7,9,10,12,15,16 8 50

2. Cukup 2,3,5,6,8,11,13,14 8 50

Dp = !


(28)

d. Analisis Tingkat Kesukaran

Untuk menghitung tingkat kesukaran dari setiap item soal dihitung berdasarkan proporsi skor yang dicapai siswa kelompok atas dan bawah terhadap skor idealnya. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal berbentuk uraian digunakan rumus berikut (Arikunto, 2002).

Keterangan:

TK = Tingkat kesukaran

SA = Jumlah skor siswa kelompok atas SB = Jumlah skor siswa kelompok bawah N = Jumlah siswa

Klasifikasi untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal digunakan kriteria (Suherman 2003:70) berikut ini.

Tabel 3.9

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Nilai TK Interpretasi

TK = 0,00 Soal Terlalu Sukar 0,00 < TK ≤ 0,30 Soal Sukar

0,30 < TK ≤ 0,70 Soal Sedang 0,70 < TK ≤ 1,00 Soal Mudah

TK = 1,00 Soal Terlalu Mudah

Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh bahwa tingkat kesukaran tes penguasaan konsep berada pada kisaran 0,25 - 0,71 dengan makna mudah, sedang, dan sukar seperti terlihat pada Tabel 3.10 berikut ini.


(29)

Tabel 3.10

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tes Penguasaan Konsep No Interpretasi Nomor Soal Jumlah Persentase (%)

1. Mudah 5,7,9 3 18,75

2. Sedang 1,3,4,6,8,10,11,12,15 10 62,5

3. Sukar 13,14,16 3 18,75

2. Skala Sikap Ilmiah

Skala sikap ilmiah digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan sikap ilmiah siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap pembelajaran biologi. Skala sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Likert model Ridwan, (2004:86) yaitu berisi pernyataan-pernyataan yang disusun berdasarkan indikator sikap ilmiah. Setiap pernyataan yang dibuat ada yang bersifat positip dan negatif. Setiap pernyataan dihubungkan dengan jawaban atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala sikap ilmiah diberikan pada saat pretes dan posttest, baik pada kelas esperimen maupun pada kelas kontrol. Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan sikap ilmiah siswa sebagai hasil dari penggunaan metode praktikum konfrontatif. Pedoman penskoran jawaban pernyataan skala sikap yang diberikan siswa dapat dilihat dalam Tabel 3.11 berikut.


(30)

Tabel 3.11

Pedoman Penskoran Jawaban Pernyataan Sikap Ilmiah

Jawaban Pernyataan Positif

Skor Jawaban Pernyataan

Negatif

Skor

Sangat setuju (SS) 5 Sangat setuju (SS) 1

Setuju (S) 4 Setuju (S) 2

Ragu-ragu (R) 3 Ragu-ragu (R) 3

Tidak setuju (TS) 2 Tidak setuju (TS) 4

Sangat tidak setuju (STS) 1 Sangat tidak setuju (STS) 5 (Ridwan, 2004:86) Langkah-langkah penyusunan skala sikap ilmiah siswa (Natawidjaja: 1986) adalah sebagai berikut:

a. Menentukan indikator pernyataan sikap ilmiah. Aspek yang ditelaah meliputi hasrat ingin tahu, kerendahan hati, jujur, objektif, praktis, kemauan untuk mempertimbangkan data baru, pendekatan positif terhadap kegagalan, determinasi, keterbukaan dan ketelitian.

b. Menyusun pernyataan berdasarkan indikator, masing-masing pernyataan memiliki kecenderungan positip atau negatif.

c. Konsultasi dengan pembimbing, untuk mendapatkan validasi isi, menelaah kesesuaian indikator dengan butir pernyataan.

d. Melakukan uji coba terhadap pernyataan yang telah disusun. Uji coba pernyataan sikap ilmiah ini diberikan kepada kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Bandung.

e. Menganalisis hasil uji coba untuk membakukan skalanya, sehingga skala dapat berharga 4-3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan 0-1-2-3-4 untuk setiap pernyataan negatif. Berdasarkan hasil ujicoba, dari 45 pernyataan sikap yang telah disusun, terdapat 28 pernyataan yang valid dan memenuhi kriteria skala


(31)

4-3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan skala 0-1-2-3-4 untuk setiap pernyataan negatif. Bobot skor yang telah dibakukan selanjutnya digunakan sebagai pedoman penyekoran pernyataan sikap ilmiah hasil penelitian.

Untuk menetapkan bobot skor setiap alternatif jawaban pernyataan dilakukan dalam beberapa tahapan (Sumarno, 1988:4) yaitu:

1) Menentukan frekuensi untuk setiap alternatif jawaban

2) Menghitung proporsi (p) dengan cara membagi setiap frekuensi dengan jumlah responden.

3) Menghitung proporsi kumulatif/cumulative propotion (cp), (cp1=p1, cp2=cp1+p2, cp3= cp2+p3, cp4=cp3+p4).

4) Menghitung nilai tengah proporsi kumulatif / mean cumulative propotion (mcp).

Dengan: mcp 1 = ½ cp1

mcp 2 = ½ (cp1+cp2)

mcp 3 = ½ (cp2+cp3)

mcp 4 = ½ (cp3+cp4)

5) Menentukan nilai z berdasarkan mcp yang telah diketahui dengan menggunakan tabel distribusi normal.

6) Menghitung nilai z+ nilai mutlak. Nilai mutlak diperolah dari nilai z yang paling rendah nilainya.

7) Membulatkan nilai z+ nilai mutlak.


(32)

Untuk menentukan daya pembeda setiap butir pernyataan dilakukan dalam beberapa tahapan berikut:

1) Menyusun skor skala sikap subjek yang telah diurutkan dari nilai tertinggi hingga nilai terendah.

2) Memilih siswa yang termasuk kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 27 %.

3) Menentukan nilai thitung, dengan rumus:

thitung =

,-. ,-/ ∑ 0.102. 3∑ 0/102/

4 41!

∑ 56− 5-6 = ∑ 56 - ∑ ,.

∑ 57− 5-7 = ∑ 57-∑ ,/ (Sumarno, 1988) Keterangan:

5-6 = Rata-rata kelompok atas 5-7 = Rata-rata kelompok bawah n = Banyak subyek

g. Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel, jika thitung > ttabel maka pernyataan

tersebut mempunyai daya pembeda dan valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

h. Menguji reliabilitas seluruh pernyataan skala sikap, dengan menggunakan rumus alpha berikut:

r11 = 8−18 91 − ∑:;

2

:12 = Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir soal atau pernyataan ∑:;2 = Jumlah varians butir


(33)

Hasil perhitungan validitas pernyataan sikap ilmiah disajikan dalam tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.12

Validitas Pernyataan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Pembelajaran

Reliabilitas pernyataan sikap ilmiah secara keseluruhan 0,90 artinya sangat tinggi. Komposisi pernyataan sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan dalam Tabel 3.13 berikut:

No.

Pernyataan thitung ttabel Validitas Keterangan

1 2,72 1,73 Valid Dipakai

2 4.59 1,73 Valid Dipakai

3 4,95 1,73 Valid Dipakai

4 2,74 1,73 Valid Dipakai

5 1,83 1,73 Valid Dipakai

6 2,03 1,73 Valid Dipakai

7 2,10 1,73 Valid Dipakai

8 3,16 1,73 Valid Dipakai

9 1,82 1,73 Valid Dipakai

10 2,70 1,73 Valid Dipakai

11 2.31 1,73 Valid Dipakai

12 7.40 1,73 Valid Dipakai

13 4,92 1,73 Valid Dipakai

14 3,88 1,73 Valid Dipakai

15 5,74 1,73 Valid Dipakai

16 4,15 1,73 Valid Dipakai

17 1,91 1,73 Valid Dipakai

18 4,33 1,73 Valid Dipakai

19 3,25 1,73 Valid Dipakai

20 4,80 1,73 Valid Dipakai

21 4,37 1,73 Valid Dipakai

22 2,28 1,73 Valid Dipakai

23 1,91 1,73 Valid Dipakai

24 1,90 1,73 Valid Dipakai

25 4,00 1,73 Valid Dipakai

26 5,4 1,73 Valid Dipakai

27 5,31 1,73 Valid Dipakai


(34)

Tabel 3.13

Komposisi Pernyataan Sikap Ilmiah

No Indikator Sikap Ilmiah

Jumlah Pernyataan

Pernyataan Sikap No

Positif Jumlah

No

Negatif Jumlah

1. Hasrat ingin tahu 6 1,3,6 3 2,4,5 3

2. Kerendahan hati 2 8 1 7 1

3. Jujur 2 9,10 2 - -

4. Objektif 5 11,13 2 12,14 2

5. Praktis 4 15,18 2 16,17,19 3

6. Kemauan 1 20 1 - -

7. Pendekatan positif

terhadap kegagalan 3 21,23 2 22 1

8. Determinasi 2 24,25 2 - -

9. Keterbukaan dan

ketelitian 3 27,28 2 26 1

Jumlah 28 17 11

3. Angket Siswa

Angket digunakan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran biologi yang menggunakan metode praktikum konfrontatif pada materi keragaman pada sistem organisasi kehidupan. Angket ini berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang pilihan jawabannya telah disediakan (angket terstruktur). Menurut Ridwan, (2004:100) angket terstruktur merupakan angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberi tanda silang atau tanda checklist.

Langkah penyusunan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran adalah menyusun kisi-kisi angket dan konsultasi dengan pembimbing. Konsultasi dengan pembimbing dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator dengan butir pernyataan tanggapan siswa dan aspek bahasa. Pernyataan dalam angket siswa yang digunakan dalam penelitian ini meliputi intensitas kegiatan praktikum yang dilaksanakan


(35)

sebelumnya, minat dan motivasi siswa terhadap kegiatan praktikum, persepsi siswa tentang pembelajaran dengan metode praktikum konfrontatif, permasalahan yang dihadapi oleh siswa selama pelaksaaan kegiatan praktikum konfrontatif, mengidentifikasi praktikum yang diharapkan oleh siswa. Angket hanya diberikan pada kelas eksperimen setelah seluruh materi keragaman pada sistem organisasi kehidupan dipelajari. Teknik pengolahan data angket dengan menggunakan persentase jumlah tanggapan siswa.

4. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lembar observasi guru (aktifitas guru dalam pembelajaran di kelas) dan siswa (aktifitas dan keterampilan proses siswa selama pembelajaran di kelas). Pedoman observasi yang digunakan berupa daftar ceklist ”ya” atau ”tidak” berdasarkan pernyataan-pernyataan yang telah disusun sebelumnya dalam lembar observasi. Checklist atau daftar cek merupakan daftar yang berisi aspek-aspek yang diamati, checklist dapat menjamin bahwa peneliti dapat mencatat tiap-tiap kejadian sekecil apapun yang dianggap penting (Ridwan, 2004:100)

Obsevasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung di kelas. Lembar observasi untuk guru digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru dalam menerapkan metode praktikum konfrontatif. Lembar observasi guru dalam kelas penekanannya adalah pada saat menggali pengetahuan awal siswa dan mengaitkannya dengan praktikum konfrontatif yang dilaksanakan, serta dalam mengarahkan dan membantu siswa untuk menguasai konsep.


(36)

Lembar observasi siswa digunakan untuk memperoleh gambaran aktifitas siswa, misalnya menyatakan pendapat dan kesetujuan, diskusi dan tanya jawab serta keterampilan proses siswa selama mengikuti proses pembelajaran misalnya melakukan observasi atau pengamatan. Hasil pengamatan yang dilakukan pada setiap aspek kegiatan siswa dalam observasi tersebut dinyatakan secara kualitatif dengan kategori penilaian baik, cukup dan kurang. Data kualitatif hasil pengamatan tersebut dikonversikan menjadi data kuantitatif. Kategori baik diberi skor 3, cukup diberi skor 2 dan kurang diberi skor 1. Rata-rata skor hasil pengamatan kemudian dibandingkan dengan rata-rata skor netral untuk mengetahui kecenderungan aktivitas siswa secara keseluruhan. Model lembar observasi yang digunakan dengan mengadopsi dari Ruseffendi (1991). Pertemuan sebanyak lima kali, setiap pertemuan selalu terintegrasi dengan kegiatan praktikum kecuali pada pertemuan pertama (pretes) dan pertemuan ke lima (postest).

5. Wawancara

Wawancara terdiri dari wawancara guru dan wawancara siswa. Wawancara terhadap guru digunakan untuk mengetahui pendapat guru tentang pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum konfrontatif serta beberapa hal yang berkaitan dengan kelebihan dan kelemahan metode praktikum ini. Sedangkan wawancara siswa digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai pengetahuan awal siswa terhadap materi organisasi kehidupan, perasaan dan sikap siswa terhadap pembelajaran biologi dengan menggunakan metode praktikum konfrontatif. Wawancara siswa juga


(37)

digunakan untuk mencocokkan beberapa data hasil angket dan skala sikap ilmiah, apakah mereka konsisten dengan jawaban yang diberikan. Wawancara siswa dilakukan dengan mengambil beberapa sampel siswa.

D. Pengembangan Bahan Ajar

Untuk menunjang pembelajaran melalui metode praktikum konfrontatif, maka setiap rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat dilengkapi dengan lembar kerja siswa (LKS) yang menyajikan hal-hal yang ingin diketahui berdasarkan beberapa soal penelusuran pengetahuan awal siswa yang menjadi subyek penelitian dan pengetahuan awal tersebut akan difasilitasi agar menjadi konsep yang sebenarnya serta mempertimbangkan konsep-konsep dari materi keragaman pada sistem organisasi kehidupan, partisipasi dan motivasi yang bersesuaian dengan pembelajaran berbasis praktikum konfrontatif.

Hasil penelusuran pengetahuan awal siswa yang menjadi subyek penelitian pada materi keragaman pada sistem organisasi kehidupan disajikan dalam Tabel 3.14 berikut ini dan pengetahuan awal siswa ini yang kemudian menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan kagiatan praktikum, khususnya pada kelas eksperimen.


(38)

Tabel 3.14

Hasil Penelusuran Pengetahuan Awal Siswa Responden : 70 orang siswa

No Konsep Pertanyaan Jawaban Siswa & Jumlah Siswa yang Menjawab 1. Sel a. Jelaskan apa

yang dimaksud dengan sel?

a. Sel adalah:

- Cairan yang ada di dalam tubuh (10) - Bagian yang sangat kecil di dalam tubuh (4) - Tempat orang yang berbuat salah (5) - Alat yang menjalankan darah (4)

- Sebuah alat yang terdapat di dalam perut manusia (3) - Makanan yang membawa gizi dalam tubuh kita (8) - Tempat mengumpulkan hewan-hewan liar (3) - Lapisan darah (4)

- Bagian terkecil penyusun tubuh makhluk hidup (5) - Jaringan yang dibutuhkan tubuh (2)

- Kamar-kamar yang terdapat dalam bangunan yang besar (2)

- Susunan yang terbentuk dari beribu-ribu molekul (4) - Sebuah penjara yang ada di dalam tubuh (2)

- Suatu organ yang ada di dalam tubuh (8) - Tidak menjawab (6).

b. Jelaskan pengertian membran semi-permeabel

b. Membran semipermeabel adalah:

- Tempat pertemuan zat dalam tubuh (13)

- Penghubung organ dalam tubuh agar tidak terpisah (6) - Membran yang dapat dilalui oleh zat apapun (4) - Lapisan tubuh (10)

- Membran didalam tubuh yang berguna untuk menghalangi agar organ tubuh lainnya tidak bercampur (4)

- Pelindung tubuh manusia yang sehat (2)

- Membran yang mendorong keluarnya suara manusia dan hewan. (9)

- Dinding keras yang terbuat dari kayu atau semen (5) - Tidak menjawab (17).

c. Apakah sel mengan-dung cairan? Jika ada, apa fungsinya?

c. - Ya, contohnya darah, fungsinya untuk mengedarkan zat makanan (9)

- Ya, untuk melumasi alat tubuh lainnya sehingga mudah bergerak (11)

- Ya, sebagai tempat menghukum orang yang bersalah (6)

- Ya, sebagai penolak penyakit di dalam sel (4) - Ya, untuk mencairkan sel (4)

- Ya, untuk mebunuh bakteri dalam darah (12)

- Ya, untuk mencuci sebuah sel sebelum ke sel yang lain (3)

- Ya, sebagai pelindung tubuh dari penyakit. (4) - Ya, untuk mencairkan darah (3)

- Ya, untuk melindugi sel (2)

- Tidak, karena hanya tempat menghukum orang dalam waktu yang tidak lama (8)


(39)

No Konsep Pertanyaan Jawaban Siswa & Jumlah Siswa yang Menjawab

d. Mengapa inti sel (nukleus) disebut sebagai bagian penting dari sel?

d. Karena:

- Sebagai tempat mengumpulkan informasi yang masuk kedalam tubuh (14)

- Sebagai tempat penawar racun (13) - Banyak mengandung darah (7)

- Banyak mengandung organ tubuh yang penting (5) - Sebagai pelindung isi sel (8)

- Bagiannya sangat penting (10) - Sebagai pusat pergerakan kita (5) - Tidak mejawab (8)

e. Mengapa tubuh hewan lebih lentur dari tumbuhan?

e. Karena:

- Hewan selalu bergerak sedangkan tumbuhan selalu diam (8)

- Hewan makhluk hidup sedangkan tumbuhan bukan (2) - Hewan dan tumbuhan jenisnya berbeda (5)

- Hewan bisa memakan tumbuhan sehingga hewan lebih kuat (8)

- Hewan memiliki otot dan darah sedangkan tumbuhan tidak (5)

Umur tumbuhan lebih tua dari pada hewan, sehingga tubuh tumbuhan tidak lentur (2)

- Hewan tidak memiliki dinding sel (10)

- hewan memiliki sel sedangkan tumbuhan tidak (8) - Hewan dan tumbuhan tidak bisa bergerak selincah

manusia (2)

- Tumbuhan selalu dibawah terik matahari (4)

- Hewan dibungkus oleh dinding seperti siput sedangkantumbuhan tidak demikian (1)

- Tumbuhan kuat sedangkan hewan lunak (3) - Hewan dan tumbuhan sama-sama tidak memiliki

dinding sel (6)

- Sumber makanan hewan banyak sedangkan tumbuhan hanya air dan udara (4)

- Hewan bernafas sedangkan tumbuhan tidak bernafas (1)

- Sel tumbuhan lebih banyak dari hewan sehingga tubuhnya menjadi keras (1)

f. Apakah bagian dan bentuk sel pohon durian sama dengan-kacang tanah?

f. - Berbeda, karena pohon durian sangat tinggi sedangkan kacang tanah sangat kecil (42)

- Sama, karena sama-sama tumbuhan (3)

- Berbeda jauh, karena besarnya, rasa buahnya jauh berbeda (5)

- Berbeda, sel pohon mangga sangat besar, sedangkan kacang tanah sel-selnya sangat kecil seperti biji kacang (19).

g. Apakah daun yang tidak berwarna hijau mengan-dung

g. - Ya, karena klorofil berguna untuk pertumbuhan (13) - Ya, karena semua daun harus memiliki klorofil (7) - Tidak, karena tidak berwarna hijau (14)

- Ya, bukan hanya klorofil yang menjadikan daun hijau tetapi juga air dan cahaya matahari (5)

- Ya, karena semua daun tumbuhan mengandung klorofil (6)


(40)

No Konsep Pertanyaan Jawaban Siswa & Jumlah Siswa yang Menjawab

klorofil? - Tidak (2)

- Ya, karena daun yang sudah tidak memiliki klorofil akan gugur (8)

- Ya, karena bila tidak ada klorofil maka tidak ada yang memasak makanannya (6)

Tidak, karena tidak semua daun memiliki sel untuk menghasilkan klorofil (9).

h. Apakah vakuola sel hewan sama dengan vakuola pada tumbuhan?

h. - Sama, karena sama-sama bentuk sel yang terdapat pada hewan dan tumbuhan (9)

- Berbeda karena fungsinya juga berbeda (15) - Berbeda, “tanpa alasan” (8)

- Berbeda, karena vakuola adalah sel yang ada pada tumbuhan saja (11)

- Tidak menjawab (28) 2. Jaringan a. Apa yang

dimaksud dengan jaringan pada tubuh makhluk hidup?

a. Jaringan adalah:

- Sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan dimasa depan (5)

- Suatu alat pembersih tubuh (6) - Salah satu bagian dari sel darah (4) - Peralihan menuju masa pubertas (2)

- Penghubung untuk dapat berbicara dengan orang lain (12)

- Penyaring darah dan udara kotor agar menjadi bersih (6)

- Suatu jaring yang menyaring cairan yang ada di dalam sel (10)

- Organ yang menyaring sel-sel yang baik dalam tubuh, yang rusak di buang (4)

- Perantara untuk melakukan suatu hubungan di daerah yang jauh (5)

- Organ yang terdapat di dalam tubuh manusia (3) - Penghubung antara organ dengan organ lainnya (8) - Bahan-bahan yang termasuk dalam sistem pencernaan

(3)

- Tidak menjawab (2) b. Apakah

darah termasuk jaringan atau organ tubuh? Mengapa?

b. - Jaringan, karena kalau tidak ada darah maka kita akan mati (5)

- Bukan, karena darah sangat encer (11) - Organ, karena darah itu sangat penting (5)

- Organ, karena tidak terbentuk dari beberapa jaringan (8)

- Jaringan, sehingga darah mengalir ke seluruh tubuh (5)

- Bisa dua-duanya, karena darah adalah pembangun tubuh (3)

- Bukan organ, karena organ terdiri dari beberapa macam lagi (4)

- Organ, karena tanpa darah manusia tidak dapat hidup. - Jaringan, karena kalau tidak ada darah maka kita akan

mati (5)

- Bukan, karena darah sangat encer (11) - Organ, karena darah itu sangat penting (5)

- Organ, karena tidak terbentuk dari beberapa jaringan (8)


(41)

No Konsep Pertanyaan Jawaban Siswa & Jumlah Siswa yang Menjawab

- Jaringan, sehingga darah mengalir ke seluruh tubuh (5)

- Bisa dua-duanya, karena darah adalah pembangun tubuh (3)

- Bukan organ, karena organ terdiri dari beberapa macam lagi (4).

- Organ, karena tanpa darah manusia tidak dapat hidup (7)

- Jaringan, karena darah mengalirkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh (8)

- Jaringan, karena darah memudahkan komunikasi dalam tubuh (6)

- Bukan organ dan bukan jaringan, melainkan hanya zat cair yang mengalir keseluruh tubuh (8).

b. Tuliskan jaringan apa saja yang terdapat pada tumbuhan

b. - Akar, untuk menyerap air dalam tanah (9) - Jaringan stomata (7)

- Vakuola yang terdapat pada hewan (12)

- Jaringan mulut daun untuk menyerap oksigen (3) - Akar dan batang, agar tumbuhan cepat besar (4) - Jaringan meristem dan jaringan permanen (9) - Klorofil unutk mengatur zat hijau daun (3) - Tidak menjawab (25).

c. Tuliskan jaringan yang terdapat pada hewan dan fungsinya

c. - Jaringan usus, untuk menyerap makanan (13) - Jaringan usus (3)

- Jaring ikan untuk menangkap ikan (4) - Vakuola yang terdapat pada tumbuhan (8) - Epitel untuk mengunyah makanan (4) - Jaringan, sel dll (9)

- Jaringan meristematik dan jaringan epitel (3) - Insang pada tubuh ikan berfungsi unutk bernafas (6) - Sangat banyak sehingga susah untuk di uraikan (2). - Tidak menjawab (18 )

d. Mengapa batang pohon durian semakin besar sedangkan batang pohon pinang tidak?

d. - Durian memiliki zat-zat yang mampu memperbesarkan batangnya (1)

- Pohon pinang batangnya kering dan tidak banyak mengandung air (4)

- Perkembangan kedua pohon berbeda (2)

- Akar, batang dan daun durian memiliki kambium (4) - Durian memiliki kambium yang membantunya untuk

terus tumbuh (12)

- Buah durian lebih besar dari buah pinang, sehingga ukuran tubuhnya disesuaikan untuk manopang buahnya (15)

- pohon pinang tidak memiliki jaringan sebanyak yang dimiliki pohon durian(2)

- Durian memiliki epidermis sedangkan pinang tidak memiliki epidermis (4)

- Batang pinang tidak memiliki jaringan di batangnya (7)

- Pohon durian dapat hidup dalam waktu yang sangat lama sehingga harus memiliki ukuran yang lebih besar (4)

- Pohon durian lebih sering dibersihkan terutama saat berbuah sedangkan pohon pinang selalu dibiarkan (3).


(42)

No. Konsep Pertanyaan Jawaban Siswa & Jumlah Siswa yang Menjawab

- Pinang memiliki kambium yang terlalu banyak sehingga menjadikan batangnya mengecil (10)

- Tidak menjawab (2).

3. Organ a. Jelaskan pengertian organ, berserta dengan contohnya.

a. Organ adalah:

- Sistem sel yang terdapat pada tubuh (9) - Kumpulan sel-sel dan jaringan (5) - Alat musik untuk mengiringi lagu (10)

- Susunan yang terbentuk dari beberapa jaringan (4) - Susunan yang terdapat pada jaringan (2)

- Bagian yang tersusun atas banyak sel (2) - Bagian terpenting dalam tubuh (10)

- Bagian tubuh yang memiliki bermacam-macam fungsi (7)

- Kumpulan jaringan yang membentuk sistem tertentu (3)

- Bagian-bagain tubuh manusia, hewan dan tumbuhan (13)

- Tidak menjawab (5) b. Tumbuhan

memiliki akar, batang dan daun. Apakah semua bagian itu merupakan organ pokok pada tumbuhan?

b. - Ya, karena bila tidak ada keseluruhan organ pokok tersebut maka tumbuhan akan mati (24)

- Tidak, karena beberapa tumbuhan yang tidak memiliki daun namun masih tetap hidup (15)

Bukan hanya akar, batang dan daun yang menjadi organ pokok tetapi terdapat buah sebagai makanan pokok manusia (9)

- Masih banyak organ pokok lainya yang sangat penting pada tumbuhan.(7)

- Bagian pokok yang dibutuhkan tumbuhan adalah air dan cahaya sebagai sumber makanannya (11)

- Tidak menjawab (3) c. Tuliskan

organ apa saja yang menyusun sistem pencernaan manusia

c. - Mulut, kerongkongan,usus besar, usus halus, usus dua belas jari, lambung dan anus (17)

- Mulut, kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, anus (12)

- Mulut, lambung dan darah (8)

- Mulut, darah, lambung dan usus buntu (4) - Lambung, usus besar, usus 12 jari (5) - Mulut, tenggorokan, hati, dan usus (2) - Mulut dan kerongkongan (7)

- Hati dan ginjal (3)

- Mulut, tenggorokan, lambung (5) - Tidak menjawab (7)

4. Sistem Organ

a. Manusia memiliki sistem peredaran darah untuk mengangkut sari makanan keseluruh tubuh. Apakah

a. - Tidak, karena tumbuhan tidak memiliki darah (5) - Ya, karena mengangkut makanan dari daun (7) - Ya, tapi bukan darah hanya air saja. (9)

- Tidak, karena sudah ada batang tempat makanannya (4)

- Sebagian ada seperti tebu. Fungsinya untuk mengalirkan makanan ke seluruh tubuh (7)

- Ya, karena tumbuhan dapat mengangkut makanan (4) - Punya, berfungsi untuk mencerna makanannya (6) - Tidak, karena tumbuhan memiliki rongga rongga


(43)

No Konsep Pertanyaan Jawaban Siswa & Jumlah Siswa yang Menjawab tumbuhan memiliki sistem seperti itu juga?

- Ya, karena setelah makanan dimasak di daun kemudian di edarkan ke semua batang (6) - Ya, berfungsi untuk pernafasannya (3) - Tidak menjawab (8).

b. Coba jelaskan bagaimana pengaruh kerusakan hati terhadap organ tubuh yang lain?

b. - Tubuh lainnya akan ikut sakit (11) - Peredaran darah menjadi tidak lancar (6) - Bagian tubuh lainnya tidak bermasalah (3)

- Bagian tubuh yang dekat dengan hati ikut rusak (4). - Terjadi perubahan pada bagian tubuh lainnya, seperti

mata menjadi kuning dan bibir menjadi hitam (8) - Tidak ada kerja sama lagi di dalam tubuh (1) - Orang tersebut akan jatuh sakit (3)

- Organ tubuh lainnya tidak bisa mencari makanan (8) - Menimbulkan kerusakan bagian tubuh lainnya (7) - Dapat memperbaiki sel-sel yang rusak (7) - Tidak menjawab (12)

5. Organis-me

a. Jelaskan pengertian dari organisme.

a. - Berbagai organ tubuh (10) - Makhluk hidup (10)

- Segala sesuatu yang terdapat di dalam tubuh makhluk hidup (6)

- Makhluk hidup yang terdiri dari manusia hewan dan tumbuhan (11)

- Organ yang terdapat dalam organisme (9) - Kata yang berhubungan dengan biologi (2) - Kumpulan dari makhluk hidup (12) - Hewan-hewan yang berukuran kecil (5) - Tidak menjawab (6).

b. Jelaskan apakah amoeba tergolong makhluk hidup atau bukan?

b. - Ya karena dia hidup (6)

- Iya, karena dapat bergerak dan bernafas (9)

- Ya, karena jika tidak hidup maka ia tidak dapat membelah diri (17)

- Iya, karena amoeba adalah pengurai (5)

- Ya, karena amoeba termasuk mikroorganisme (8) - Karena amoeba termasuk tumbuhan hydra (1) - Ya, karena amoeba dapat berkembang biak (3)

- Ya, karena makhluk hidup dapat bergerak sehingga dapat disebut sebagai makhluk hidup (9)

- Ya, karena amoeba merupakan salah satu hewan air yang dapat menyusui (11)

- Ya mahkluk hidup, sekalipun hanya terdiri dari satu sel (1).

Untuk memfasilitasi pengetahuan awal siswa terhadap konsep keragaman pada sistem organisasi kehidupan maka berikut ini diuraikan beberapa praktikum yang dilaksanakan berdasarkan pengetahuan awal siswa khususnya untuk kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:


(44)

2. Mengamati proses perpindahan air pada tingkat sel dengan memanfaatkan membran semipermiabel alami yang dimiliki oleh sebuah telur.

3. Mengidentifikasi perbedaan sel hewan dengan sel tumbuhan irisan bawang merah dan epitel pipi.

4. Mengamati berbagai jaringan hewan dan tumbuhan dengan bantuan mikroskop.

5. Mengamati klorofil pada jaringan daun yang tidak berwarna hijau.

6. Mengamati dan mengidentifikasi fungsi berbagai macam organ yang terdapat pada hewan dan tumbuhan.

7. Mengamati dan identifikasi beberapa sistem organ pada manusia.

Sedangkan untuk kelompok kontrol, pelaksanaan praktikum tidak berpedoman pada pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa tetapi berpedoman pada buku pelajaran biologi atau IPA yang menjadi pegangan siswa dan biasa digunakan sebelumnya. Beberapa bentuk praktikum yang diterapkan pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut:

1. Mengamati sel tanpa mikroskop

2. Mengamati perbedaan sel hewan dengan sel tumbuhan dengan menggunakan sel epitel pipi dan bawang merah.

3. Mengamati jaringan hewan dan jaringan tumbuhan

4. Mengamati berbagai macam organ dan sistem organ yang terdapat pada hewan dan tumbuhan.


(45)

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Ada tiga tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis data serta penyusunan laporan, sebagaimana diuraikan berikut ini:

a. Tahap persiapan

1) Melakukan studi pendahuluan berupa wawancara kepada guru untuk mengetahui permasalahan yang terdapat di lapangan sekaligus menentukan fokus permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian. Melakukan studi literatur terhadap jurnal, buku dan laporan penelitian mengenai metode praktikum untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Menganalisis kurikulum IPA 2006 dan materi pelajaran IPA (biologi) kelas VII yang berkaitan dengan standard kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan indikator pada konsep keragaman pada sistem organisasi kehidupan.

2) Memberikan sejumlah soal penelusuran pengetahuan awal kepada seluruh siswa yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian, soal yang diberikan berkaitan dengan materi keragaman pada sistem organisasi kehidupan. Berdasarkan hasil penelusuran pengatahuan awal, maka dirancang metode praktikum yang dapat memfasilitasi pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa dan menentukan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

3) Menyusun instrument penelitian yang meliputi penyusunan kisi-kisi soal penguasaan konsep dan sikap ilmiah, melakukan judgement kepada pakar.


(46)

4) Melakukan uji coba instrumen (tes penguasaan konsep dan skala sikap ilmiah) yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian. 5) Melakukan analisis butir soal untuk selanjutnya memilih soal-soal yang

memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian.

6) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penelitian. b. Tahap Pelaksanaan

1) Memberikan tes awal (pretest) terhadap subjek penelitian untuk mengetahui penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa sebelum mengikuti pembelajaran.

2) Melaksanakan pembelajaran dengan metode praktikum konfrontatif pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding menggunakan metode praktikum yang biasa diterapkan oleh guru dan tanpa mempertimbangkan pengetahuan awal siswa.

3) Memberikan tes akhir (postest) kepada subjek penelitian untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa setelah melalui proses belajar mengajar.

4) Memberikan angket kepada siswa kelas eksperimen untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran praktikum konfrontatif, melakukan wawancara kepada beberapa siswa dan juga kepada guru. c. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Laporan

Mengolah data hasil penelitian, kemudian melakukan analisis dan membahas hasil penelitian, menarik kesimpulan dan menyusun laporan penelitian. Alur pelaksanaan penelitian disajikan dalam gambar 3.1.berikut ini.


(47)

STUDI

PERUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN STUDI LITERATUR MERANCANG METODE PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KONFRONTATIF INSTRUMEN Kelas Eksperimen Pembelajaran dengan Metode Praktikum Konfrontatif Pembelajaran dengan Metode Praktikum Biasa JUDGMENT Kelas Kontrol Melakukan Uji Coba REVISI Format Observasi Angket Wawancara

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian P E L A K S A N A A N ANALISIS DATA & KESIMPULAN ANALISIS DATA KESIMPULAN PEMBAHASAN P E R S I A P A N Tes Awal (Pretes) Tes Akhir (Postes) Tes penguasaan Konsep Pedoman wawancara Skala Sikap Ilmiah Angket Siswa Format Observasi


(48)

F. Tehnik Analisis Data

1. Analisis Data Secara Statistik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data skor tes awal dan tes akhir berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Rumus yang digunakan adalah statistik

χ

2dengan rumus:

>2=@AB−ACD2

AB Ruseffendi, (1998:283)

Keterangan:

> = Koefisien chi kuadrat f& = Frekuensi observasi fU= Frekuensi estimasi

Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipotesis berikut: Ho : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Kriteria Uji: Terima H0 bila 2

χ

hitung < 2

χ

tabel b. Menguji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok, sama atau berbeda.

Hipotesis yang diuji adalah: H0 : :U = :W

H1 : :U ≠ :W

Dengan menggunakan rumus statistik Uji-F:

Fhitung =Z;B[\]

2


(49)

Keterangan:

2

b

s = Varian sample terbesar

2

k

s = Varian sample terkecil Kriteria Uji:

Terima H0 bila Fhitung < Ftabel c. Perhitungan Gain Ternormalisasi

Untuk mengetahui kategori peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran, dihitung dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi:

a = bcde bcfg

bhije bcfg (Meltzer, 2002:1260) Keterangan: Spre = Skor pretes

Spos = Skor postes Smaks = Skor maksimum

Kategori: Tinggi : g > 0,7 Sedang : 0,3 ≤ g ≤ 0,7 Rendah : g < 0,3

d. Uji Hipotesis dengan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata.

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan pengusaan konsep dan sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata.

Hipotesis yang diuji: Ho : qB= q8 H1 : qB> q8

Jika sebaran data normal dan homogen dan jumlah sampel ≥ 30 maka uji statistik yang dipakai adalah uji Z. Hal ini sesuai dengan Boediono dan Koster (2004:380) yang menyatakan bahwa bila banyaknya sampel n1 ≥ 30 dan n2 ≥ 30,


(50)

maka distribusi sampel beda dua rata-rata @X21− X22Dtersebut mempunyai distribusi normal sehingga menggunakan uji statistik Z dengan rumus:

Z = @X21− X22D− @μ1−μ2D

uZ12

v1+Z22v2

Z12 = v1∑5

2− ∑ 52

v1v1−1 dan Z2

2 = v2∑52− ∑ 52

v2v2−1 Keterangan:

X

21 = Skor rata-rata eksperimen

X

22 = Skor rata-rata kontrol

Z12 = Varians skor kelompok eksperimen Z22 = Varians skor kelompok kontrol n = Jumlah subyek

(Ruseffendi, 1998:280) Data yang diperoleh diuji normalitasnya, bila data berdistribusi normal maka dapat dijadikan parameter untuk standar deviasi populasi μ − μ dapat diabaikan.

Apabila data tidak berdistribusi normal, maka pengujiannya menggunakan uji statistik non parametrik pengganti uji-z yaitu uji statistik Mann-Whitney. Langkah-langkah pengujian Mann-Whitney adalah sebagai berikut:

a) Susun data berdasarkan peringkat. Berikan indeks a untuk kelompok eksperimen dan indeks b untuk kelompok lainnya (kelompok kontrol). b) Lebih dahulu cari nilai U dengan menggunakan rumus:

U = vyvz+ vy vy+ 1 - ∑ {y

Dengan Ra adalah peringkat unsur a (kelas eksperimen) c) Selanjutnya, cari nilai z dengan menggunakan rumus:

z = |−v\v;2 v\@v;D@v\ + v;+1D


(51)

d) Setelah mendapat nilai z, lalu bandingkan dengan tabel p pada taraf signifikansi α=0,05 dan tentukan nilainya.

e) Tolak Ho jika nilai zhitung > p tabel (Siegel, 1992:151-154)

2. Pengolahan Data Kualitatif

Analisis data secara kualitatif dilakukan terhadap hasil angket siswa, format observasi kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran dan hasil wawancara terhadap beberapa siswa kelas eksperimen dan wawancara guru. Data angket siswa disajikan dalam bentuk persentase untuk mengetahui kecenderungan jawaban siswa secara keseluruhan. Data hasil observasi kegiatan siswa dinilai secara kualitatif, selanjutnya dikonversikan dalam bentuk data kuantitatif dan dibandingkan dengan skor netral untuk menarik kesimpulan kecenderungan aktivitas siswa secara keseluruhan. Data hasil wawancara siswa dan guru disajikan secara deskriptif selanjutnya digunakan untuk menarik kesimpulan tentang ada tidaknya pandangan yang positif terhadap metode pembelajaran yang telah dilaksanakan.


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan praktikum konfrontatif dapat meningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa kelas VII SMP pada materi keragaman sistem organisasi kehidupan lebih baik dari pada siswa yang belajar dengan praktikum biasa. Pembelajaran dengan praktikum konfrontatif lebih difokuskan pada siswa sebagai subyek belajar yang telah memiliki pengetahuan awal sebelum belajar formal di kelas dan membangun pengetahuannya melalui pengamatan dan percobaan, interaksi dengan guru dan sesama teman. Secara khusus sesuai dengan pertanyaan penelitian dapat disimpulkan bahwa:

Pertama, sebelum proses pembelajaran, siswa pada umumnya telah memiliki pengetahuan awal tentang topik keragaman pada sistem organisasi kehidupan yang belum konsisten dengan konsep ilmiah. Kedua, peningkatan penguasaan konsep kelas eksperimen yang menggunakan metode praktikum konfrontatif (42,9) berbeda signifikan dengan kelas kontrol (35,9) yang menggunakan metode praktikum biasa. Kategori peningkatan penguasaan konsep kedua kelompok siswa berada pada kategori sedang. Ketiga, siswa yang belajar dengan metode praktikum konfrontatif belajarnya tuntas secara klasikal (87%) sedangkan siswa yang belajar dengan metode praktikum biasa belum tuntas secara klasikal (78%) akan tetapi sebagian besar telah tuntas secara individual.


(1)

sikap ilmiah siswa SMP kelas VII, masih perlu ada penelitian lainnya di berbagai sekolah yang berbeda.

2. Waktu yang relatif singkat serta keahlian siswa yang masih minim dalam melakukan kegiatan praktikum, sehingga hasilnya masih belum maksimal. 3. Peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa belum ditelaah

berdasarkan kategori kemampuan siswa (tinggi, sedang dan rendah).

C. Saran-Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis menyarankan:

Kepada guru biologi, disarankan memulai pembelajaran dengan memperhatikan pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh siswa serta mengangkat isu atau fenomena yang ada disekitar siswa untuk dijadikan sebagai awal pembahasan materi. Guru juga disarankan menggunakan metode praktikum konfrontatif ini sebagai alternatif untuk mengajarkan materi biologi lainnya. Selain itu guru harus teliti dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami miskonsepsi dan selanjutnya memberikan bimbingan kepada siswa tersebut untuk mengkonstruk pengetahuan.

Kepada peneliti lain, disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang efektifitas penerapan metode praktikum konfrontatif pada konsep biologi lainnya dan menganalisis miskonsepsi yang dialami siswa dalam memahami suatu konsep. Selain itu juga perlu dianalisis kinerja masing-masing siswa secara terperinci terutama dalam kelas besar atau kelas yang memiliki jumlah siswa yang banyak selama proses pembelajaran atau praktikum berlangsung.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. (2002). Efektivitas Model Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa SMU. Tesis Pada PPs-UPI: Tidak Diterbitkan Ahmadi, A. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Alit, M. (2004). Hakekat Pendidikan Sains. Bandung: PPPG IPA. Dirjen Pendasmen Depdiknas. Tidak diterbitkan.

Amien, M. (1998). Mengajar IPA dengan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud P2LPTK.

Amstrong, N. (2007). Cooperative Learning in Industrial-sized Biology Classes. CBE-Life Sciences Education. Vol. 6, 163–171.

Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, S. (1996). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara BSNP. (2006). Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2006/2007 dan Standar

Kompetensi. Jakarta: Depdiknas

Bell, B.F. (1993). Children’s Science, Construktivism and Learning in Science. Victoria: Deakin University Press.

Boediono & Coster, W. (2004). Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas; Sederhana, Lugas dan Mudah Dimengerti. Bandung: Remaja Rosdakarya. Campbell., & Mitchell, R. (2002). Biologi terjemahan. Jakarta: Erlangga

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (1994). Berbagai Permasalahan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di LPTK. Ujung Pandang: Seminar Nasional Hasil Penelitian Pendidikan MIPA III.

Dayakisni, T & Hudaniyah. (2006). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2002). UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2002). Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata


(3)

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Sains SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas

Driver, R. (1986). Student Thinking and The Learning of Science: A Constructivist View, Wellington, New Zealand: Beverley Bell.

Fraenkel, R.J, & Wallen, N.C,.(2006). How to Design and Evaluate Research in Education. London: Mc. Graw Hill, Inc.

Fensham, P.J. et al. (1994). The Content Of Science: A Constructivist Approach to it’s Teaching & Learning. Washington DC: The Falmer Press.

Flores. F. (2003). Representation Of the Cell and Its Prosses in high school students: An Integrated View. International Journal Of Science Education Mexico: Vol. 25. No. 2, 269-286.

Fuady, A. (2007). Paradigma Baru dalam Pendidikan dan Pembelajaran Learning is Fun. Bandung: P4TK-BMTI.

Garungan, W.A. (1998). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Insan. (2008). Pembelajaran Berbasis Laboratorium Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa pada Konsep Sistem Pencernaan. Tesis pada PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitlan.

Liliasari. (1999). Pengembangan Model Pembelajaran Berdasarkan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Makalah: Pusat Studi Komputer Sains IKIP Bandung: Tidak diterbitkan Maltin, M.W. (1994). Cognition (Third Edition). New York: Harcourt Brace

Publicer.

Meltzer, D.E (2002). The Relationship Between Mathemathics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores. Journal of am J Phys. 70 (12).1260.

Munandar, A. (1992). Dasar-dasar Pendidikan MIPA. IKIP Bandung. Diktat Kuliah.

Mungin, E.W. (2006). Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Makalah pada Pelatihan KTSP: Pekanbaru.

Natawidjaja, R. (1986). Penyusunan Instrumen Penelitian. Bandung: IKIP Bandung Press.


(4)

Nurhasnah. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah pada Sistem Respirasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA. Tesis pada PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Oakley, L. (2004). Cognitive Development. New York: Routlege.

Pabellon J.L & Mendoza A.B. (2000). Sourcebook on Practical Work for Teacher Trainers: High School Physics Volume 1. Science and Math Education Manpower Development Project (SMEMDP) University of The Filipina: Quezon City.

Pines & West. (1986). Conceptual Understanding and Science Learning: an Interpretation of Research Within a Sources-of-Knowledge Framework. Science Education. 70(5), 583-604.

Poedjiadi, A. (1994). Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pendidikan Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi. Ujung Pandang: Seminar Nasional Hasil Penelitian Pendidikan MIPA III.

Rahayuningsih. S. (2008). Psikologi Umum 2. (Online). Tersedia: http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/04/19/sikap-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi.pdf. (14 Juli 2009).

Rahman, T., et al. (2007). Kemampuan Calon Guru dalam Merencanakan Praktikum. Bandung: Seminar Nasional Pendidikan MIPA.

Ratnawulan, A. (2003). Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberdayaan Praktikum Biologi di SMU dan Upaya penaggulangannya. Tesis pada Program Studi Pendidikan IPA. Bandung: PPs UPI

Rejeki., S. (2002). Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Biologi: Makalah FPMIPA, Biologi-UPI Bandung.

Roth, W. (1993). Comment and criticism in the name of constructivism: Science education research and the construction of local knowledge. Journal of Research in Science Teaching. John Wiley & Sons, Inc., 30(7), 799-803.

Russefendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

Russefendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press


(5)

Rustaman, N., et al. (2007). Strategi Pembelajaran Biologi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Saktiyono. (2007). IPA Biologi 1 SMP SAN MTs Untuk Kelas VII. Esis: Jakarta. Semiawan. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

Siegel, S. (1992). Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia.

Starr, C. (1999). Biology: The Unity and Diversity of Life. California: Wadsworth Publishing.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: IKIP Bandung Press.

Suherman, E. et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jica. UPI : Bandung.

Sumarno, Utari. (1988). Menyusun dan Menganalisis Skala Sikap. mk Sem. Jur. Pend. Mat. FPMIPA-IKIP. Bandung.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

Sumaji, dkk., (1998). Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta : Kanisius Sutrisno, L. (1991). Konsep Awal Siswa dan Tradisi Construktivisme. Pontianak:

FKIP-Untan.

Stiggins, R.J. (1994). Student-Center Classroom Assessment. Assesment Traininng Institute. Macmilan Collage Publising Company: New York Syauki. (2000). Pengembangan Konsepsi Siswa Tentang Sistem Reproduksi

Manusia dalam Pembelajaran Biologi. Tesis pada PPS-UPI-Bandung: Tidak Diterbitkan.

Takari, E. (2007). Kamus Visual Manusia. Epsilon Group: Bandung

Tytler, R. (2002). Teaching for Understanding in Science: Student Conceptions Research, and Changing Views of Learning. Australian Science Teachers Journal, 48(3), 14-21

Vollmer, M. (2005). Learning Physics from Experiment. (Online) tersedia: http//Scitacion.aip.org/fpt. (27 Juni 2009)


(6)

Wasis., & Irianto, S. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas

Widodo, A., & Vidia, R. (2006). Analisis Kegiatan Praktikum Biologi Dengan Menggunakan Video. Bandung: Jurnal Pendidikan FKIP Universitas Pasundan.

Wiersma, W. (1994). Research Methods In Education. Massachusetts: A Simon and Schuster Company.

Winarsih, A., et al. (2008). IPA Terpadu Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Depdiknas.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMPN 3 Tulang Bawang Tengah Tahun Ajaran 2011/2012)

0 8 58

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN KELAS VII SMPN 8 BANDAR LAMPUNG

1 13 52

PENGGUNAAN TEKNIK PENCATATAN PEMETAAN KONSEP TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN OLEH SISWA KELAS VII SMPN 10 BANDAR LAMPUNG

0 4 54

PENERAPAN PETA KONSEP SEBAGAI INSTRUMEN EVALUASI PADA POKOK BAHASAN TEKANAN UNTUK MENDESKRIPSIKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP KELAS VIII

0 18 183

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN SISTEM PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINIER MELALUI STRATEGI TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) (

2 5 16

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI.

0 2 44

PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN ASESMEN ALTERNATIF ELEKTRONIK (AAE) DALAM MENILAI SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA KONSEP SISTEM PERTAHANAN TUBUH.

0 11 49

PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO ELEKTRONIK (APE) UNTUK MENILAI SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA LAPORAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN.

0 10 45

PENERAPAN PETA KONSEP SEBAGAI INSTRUMEN EVALUASI PADA POKOK BAHASAN TEKANAN UNTUK MENDESKRIPSIKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP KELAS VIII.

0 0 1

PENGGUNAAN VIDEO ANIMASI DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA SUB POKOK BAHASAN ORGANISASI KEHIDUPAN DI KELAS VII SMPN 1 PALIMANAN - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 1 23