PENGGUNAAN TEKNIK PENCATATAN PEMETAAN KONSEP TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN OLEH SISWA KELAS VII SMPN 10 BANDAR LAMPUNG

(1)

ii ABSTRAK

PENGGUNAAN TEKNIK PENCATATAN PEMETAAN KONSEP TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN

KONSEP PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN OLEH SISWA KELAS VII

SMPN 10 BANDAR LAMPUNG

Oleh

DIAN YUSTIE ANGGRAENI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknik pencatatan pemetaan konsep terhadap peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok Organisasi Kehidupan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan sampel penelitian yaitu siswa kelas VII E dan kelas VII F SMP Negeri 10 Bandar Lampung yang dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling. Desain penelitian adalah pretest-posttest equivalen. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa yang dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik dengan uji t pada taraf kepercayaan 95%.


(2)

iii

Hasil penelitian menunjukkan aktivitas belajar siswa yang meliputi aktivitas mengajukan pertanyaan, membaca buku yang relevan, memberikan ide/pendapat, bertukar informasi dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok dengan menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep lebih tinggi yaitu 76,87% dengan kriteria aktivitas tinggi dibandingkan tanpa menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep. Penguasaan konsep oleh siswa juga mengalami peningkatan rata-rata antara nilai pretes dan postes yang diukur dengan N-gain, pada kelas eksperimen yaitu sebesar 72,44 lebih tinggi dibandingkan dengan N- gain kelas kontrol yaitu 63,47. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar dan signifikan terhadap penguasaan konsep oleh siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung pada materi pokok Organisasi Kehidupan.

Kata kunci: pemetaan konsep, aktivitas belajar, penguasaan konsep dan organisasi kehidupan


(3)

PENGGUNAAN TEKNIK PENCATATAN PEMETAAN KONSEP TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN

KONSEP PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN OLEH SISWA KELAS VII

SMPN 10 BANDAR LAMPUNG

Oleh

DIAN YUSTIE ANGGRAENI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukoharjo, pada tanggal 12 Agustus 1989, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Mulyadi dan Ibu Naswati. Penulis beralamat di Jl. Raya Sukoharjo 1 RT.02/RW.03, Sukoharjo, Pringsewu, Lampung. Penulis dapat dihubungi pada nomor 085279315562.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Sukoharjo 1 diselesaikan tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Pringsewu diselesaikan tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu diselesaikan tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Brigadir Muda (BRIGDA) BEM FKIP Unila tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Bandar Lampung dan pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian di SMP Negeri 10 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukoharjo, pada tanggal 12 Agustus 1989, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Mulyadi dan Ibu Naswati. Penulis beralamat di Jl. Raya Sukoharjo 1 RT.02/RW.03, Sukoharjo, Pringsewu, Lampung. Penulis dapat dihubungi pada nomor 085279315562.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Sukoharjo 1 diselesaikan tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Pringsewu diselesaikan tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu diselesaikan tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Brigadir Muda (BRIGDA) BEM FKIP Unila tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Bandar Lampung dan pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian di SMP Negeri 10 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur hanya milik Allah SWT karena atas izinNya karya ini dapat terselesaikan.

Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang yang kusayangi. Teristimewa untuk Bapak (Alm.) dan Ibu

Terima kasih untuk setiap lantunan do’a, cinta kasih sayang pengorbanan dan perjuangan dengan sepenuh hati untukku.

Guru dan dosenku yang telah mendidikku.

Adikku Indra Aji Pranata yang selalu mendoakan dan menyemangati. Almamater tercinta


(10)

MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Al Insyirah:6)

“Jadikan kejadian yang telah berlalu sebagai pelajaran hidup untuk hari ini dan hari esok yang lebih baik”


(11)

xi

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena dengan limpahan berkah dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PENGGUNAAN TEKNIK PENCATATAN PEMETAAN KONSEP TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN OLEH SISWA KELAS VII SMPN 10 BANDAR LAMPUNG”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi

Universitas Lampung dan Pembimbing II penulis. Terima kasih atas nasehat, bantuan dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini;

4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembimbing I dan Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas nasehat, kesabaran dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini;

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang diberikan hingga terselesaikannya skripsi ini;


(12)

xii

6. Dosen PMIPA UNILA, atas segala bantuan dan ilmu yang telah diberikan serta staf di FKIP Unila;

7. Hj. Nurhayati, S.Pd., selaku kepala sekolah SMPN 10 Bandar Lampung dan Rostina Dahlia, S.Pd., selaku guru mitra, siswa-siswi kelas VII E dan VII F, serta semua pihak di SMPN 10 Bandar Lampung atas kerjasama dan

bimbingannya;

8. Seluruh keluarga dan saudara semuanya terima kasih atas doa, perhatian, dukungan dan kasih sayangnya selama ini;

9. Saudara seperjuangan teman-teman Pendidikan Biologi, terimakasih atas kisah indah yang terjalin selama ini;

10.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ini dengan penuh keikhlasan.

Semoga karya terbaik penulis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis,


(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 7

G. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pemetaan Konsep ... 10

B. Penguasaan Konsep ... 15

C. Aktivitas Belajar Siswa ... 19

D. Organisasi Kehidupan ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Desain Penelitian ... 23

D. Prosedur Penelitian ... 24

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 29

1. Jenis Data Penelitian ... 29

2. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 30

1. Menghitung N-Gain ... 30

2. Uji Normalitas Data ... 30

3. Uji Homogenitas Data ... 31

4. Pengujian Hipotesis ... 31

G. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35


(14)

xiv

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Simpulan ... 44

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

LAMPIRAN ... 48

1. Perangkat Pembelajaran ... 49

2. Data Hasil Penelitian ... 76

3. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 85


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria penguasaan konsep . ... 19

2. Lembar observasi aktivitas siswa ... 33

3. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa ... 34

4. Hasil analisis statistik penguasaan konsep organisasi kehidupan ... 36

5. Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator penguasaan konsep organisasi kehidupan oleh siswa ... 38

6. Hasil rata-rata aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 39


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ... 8

2. Peta konsep bentuk pohon jaringan ... 14

3. Contoh peta konsep siklus ... 15


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

menyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Mutu pendidikan terutama di Indonesia saat ini masih sangat kurang memuaskan. Salah satu solusi yang ditawarkan oleh pemerintah untuk

meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menerapkan kurikulum baru yaitu KTSP, suatu kurikulum yang diharapkan dapat mengangkat kompetensi siswa secara utuh. Selain itu juga adanya peningkatan mutu komponen pendidikan, baik berupa fasilitas maupun tenaga pengajar (guru). Dalam sistem pendidikan peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pemimpin, administrator, dan melayani peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran, keyakinan, kedisiplinan dan tanggung jawab secara optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan siswa baik fisik maupun psikis (Hanafiah dan Suhana, 2009: 106).


(18)

2

Penerapan KTSP menjadi tantangan bagi guru untuk meningkatkan

kualitasnya sebagai tenaga pendidik. Guru dituntut mengoptimalkan seluruh peran yang harus dilaksanakannya dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan baik maka hendaknya guru

memahami dengan seksama hal-hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan, oleh karena itu guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan dan sikap saling terbuka. Demikian pula siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk belajar. (Trianto, 2010: 8)

Terdapat beberapa kelemahan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran biologi. Hal ini diperoleh berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung. Kelemahan tersebut diantaranya adalah siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, siswa tidak mempunyai kemauan dalam mata pelajaran biologi, konsentrasi siswa kurang terfokus pada pembelajaran biologi dan, kurangnya kesadaran siswa dalam pembelajaran biologi. Selain hal tersebut guru juga kurang memberikan variasi dalam belajar misalnya guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran yang

mengakibatkan siswa cenderung kurang tertarik untuk belajar. Hal tersebut terlihat dalam pembelajaran, guru lebih dominan menggunakan metode


(19)

3

ceramah dan kurangnya variasi belajar yang digunakan. Siswa lebih banyak menerima informasi dari guru sehingga siswa kurang termotivasi untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Diketahui pula bahwa selama ini guru kurang memberdayakan aktivitas belajar, misalnya mengajukan pertanyaan terhadap suatu materi pokok dan pemahaman suatu konsep oleh siswa secara optimal. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa salah satu pokok bahasan mata pelajaran biologi yang dibebankan pada siswa SMP kelas VII semester genap tahun ajaran 2010/2011, yaitu organisasi kehidupan terdapat 56% atau 19 siswa kelas VII yang tidak dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah, yaitu mencapai nilai 70.

Untuk mengatasi kelemahan di atas, guru dapat memilih dan menggunakan beberapa metode mengajar yang diperkirakan sesuai untuk diterapkan di dalam kelas. Dilihat dari beberapa kelemahan tersebut maka diperlukan suatu teknik pembelajaran yang dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran biologi sehingga dapat

meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep dalam mata pelajaran biologi. Berdasarkan analisis penulis, metode pembelajaran yang digunakan guru tidak dapat mencapai karakteristik materi organisasi kehidupan sehingga penulis memandang perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik antara lain dengan menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep. Menurut Martin (dalam Trianto, 2010: 157-158), peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan dengan


(20)

4

konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Peta konsep merupakan cara penyampaian materi pelajaran dengan memperlihatkan hubungan antara dua konsep atau lebih yang saling dikaitkan oleh kata penghubung sehingga menghasilkan suatu hubungan yang bermakna. Peta konsep

memvisualisasikan hubungan antara konsep-konsep dengan cara terintegrasi dan hierarki. Pembelajaran melalui peta konsep membelajarkan siswa untuk membentuk suatu pemahaman dari suatu informasi, fakta dan konsep. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Maryam (2009: ii) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam memahami konsep sistem pencernaan makanan dengan penerapan metode pembelajaran pemetaan konsep. Pembelajaran menggunakan peta konsep juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nurasiah (2011: iii) yang menunjukkan adanya perbedaan aktivitas belajar siswa untuk materi pokok ekosistem pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Persentase aktivitas belajar siswa menggunakan metode pemetaan konsep lebih tinggi yaitu 79,5% dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 60,3%.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian dengan menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep pada materi pokok organisasi kehidupan oleh siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung.


(21)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh dari penggunaan teknik pencatatan pemetaan konsep terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok organisasi kehidupan? 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan teknik pencatatan

pemetaan konsep terhadap penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok organisasi kehidupan?

3. Bagaimana rata-rata penguasaan konsep oleh siswa dengan menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep dengan rata-rata penguasaan konsep oleh siswa dengan menggunakan metode diskusi pada materi pokok organisasi kehidupan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui:

1. Pengaruh dari penggunaan teknik pencatatan pemetaan konsep terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok organisasi kehidupan.

2. Pengaruh yang signifikan dari penggunaan teknik pencatatan pemetaan konsep terhadap penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok organisasi kehidupan.

3. Rata-rata penguasaan konsep oleh siswa dengan menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep dengan rata-rata penguasaan konsep oleh siswa dengan menggunakan metode diskusi pada materi pokok organisasi kehidupan.


(22)

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Siswa, yaitu memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa.

2. Guru biologi, yaitu memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan teknik pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa.

3. Peneliti, yaitu menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

pembelajaran biologi menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep. 4. Sekolah, yaitu teknik pencatatan pemetaan konsep yang digunakan dalam

pembelajaran biologi diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa SMPN 10 Bandar Lampung.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas, maka batasan masalah yang berikan yaitu :

1. Teknik pencatatan pemetaan konsep merupakan suatu cara pelaksanaan kegiatan penyajian materi pelajaran dengan memperlihatkan hubungan antara dua konsep atau lebih yang dikaitkan oleh kata hubung secara berurutan, sehingga menghasilkan suatu hubungan yang bermakna. 2. Aktivitas belajar siswa, yaitu kegiatan siswa di dalam kelas saat proses

pembelajaran berlangsung meliputi aktivitas dalam mengajukan


(23)

7

ide atau pendapat, bertukar informasi dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

3. Penguasaan konsep marupakan hasil belajar dari ranah kognitif yang diperoleh dari selisih hasil pretes dan postes (N-gain) pada materi pokok organisasi kehidupan.

4. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIF sebagai kelas kontrol dan kelas

VIIE sebagai kelas eksperimen SMPN 10 Bandar Lampung semester genap

tahun pelajaran 2011/2012.

F. Kerangka Pikir

Rendahnya aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung pada mata pelajaran IPA biologi disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih didominasi oleh guru yang sebagian besar masih menggunakan metode seperti metode ceramah sehingga siswa menjadi tidak aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, penggunaan teknik pencatatan pemetaan konsep diharapkan dapat mempengaruhi cara berpikir siswa dan menciptakan proses pembelajaran yang kondusif, artinya siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini akan menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep. Penggunaan teknik pencatatan pemetaan konsep diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa karena dalam teknik ini siswa dituntut untuk terlibat aktif berpikir dan berkreasi dalam kelompoknya sehingga dengan keaktifannya tersebut siswa dapat menjadi lebih cepat memahami konsep yang diberikan oleh guru. Ketika


(24)

8

siswa sudah memahami konsep tersebut maka tanpa disadari bertambahlah pengetahuan dan penguasan konsep oleh siswa.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah teknik pencatatan pemetaan konsep, sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:

Keterangan: X = Teknik pencatatan pemetaan konsep; Y1 = Aktivitas belajar

siswa; Y2 = Penguasaan konsep oleh siswa;

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan teknik pencatatan pemetaan konsep terhadap penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok organisasi kehidupan.

H1 = Ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan teknik pencatatan

pemetaan konsep terhadap penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok organisasi kehidupan.

b. Ho = Rata-rata penguasaan konsep oleh siswa yang menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep lebih rendah dibandingkan dengan

X

Y2 Y1


(25)

9

menggunakan metode diskusi pada meteri pokok organisasi kehidupan.

H1 = Rata-rata penguasaan konsep oleh siswa yang menggunakan teknik

pencatatan pemetaan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode diskusi pada meteri pokok organisasi kehidupan.


(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemetaan Konsep

Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama.

Pemahaman terhadap suatu konsep dalam pembelajaran sangat diperlukan agar siswa dapat mengeneralisasikan konsep-konsep yang telah dikuasai dengan konsep yang akan dikuasai.

Peta konsep dapat memfasilitasi siswa agar dapat menguasai suatu konsep dengan cepat dan mudah. Menurut pendapat Novak (dalam Dahar, 1996: 122) peta konsep merupakan suatu diagram hierarki berdimensi dua yang

digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Suatu peta konsep dalam bentuknya yang paling sederhana hanya terdiri dari dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Oleh karena belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta


(27)

11

konsep harus disusun secara hierarki. Ini berarti, bahwa konsep yang lebih inklusif berada di puncak peta. Semakin ke bawah konsep-konsep diurutkan semakin menjadi lebih khusus.

Peta konsep menurut Martin (dalam Trianto, 2010: 157-158) adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan dengan konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Peta konsep merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna di dalam kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari.

Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide-ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1996: 125) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:

1. Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

2. Peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Peta konsep bukan hanya


(28)

12

menggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga hubungan antara konsep-konsep tersebut.

3. Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama, ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain. Konsep yang paling inklusif terdapat pada puncak, lalu menurun hingga sampai konsep-konsep yang lebih khusus atau contoh-contoh.

4. Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.

Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam

permasalahanya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan untuk memperkuat

pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru.

Dalam proses belajar bermakna, peta konsep memegang peranan penting. Oleh karena itu, siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menyusun suatu peta konsep menuru Dahar (1996: 126): 1. Memilih suatu bahan bacaan dari buku pelajaran


(29)

13

3. Mengelompokkan (mengurutkan ) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh

4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan di atas kertas, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.

5. Menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung.

6. Jika peta konsep sudah selesai dibuat, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya atau jika perlu diperbaiki dan disusun kembali agar menjadi lebih baik lagi.

Ada berbagai macam bentuk peta konsep. Menurut Nur (dalam Trianto, 2010: 160), peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan laba-laba (spider concept map).

1. Pohon Jaringan (Network Tree)

Pada peta konsep tipe ini, ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dituliskan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. Peta konsep tipe pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan


(30)

hal-14

hal yang menunjukan informasi sebab-akibat, suatu hirarki, prosedur yang bercabang, dan istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.

Berikut ini adalah salah satu contoh peta konsep pohon jaringan:

Gambar 2. Peta Konsep Bentuk Pohon Jaringan 2. Rantai Kejadian (Events Chain)

Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen. Peta konsep tipe rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal yang memerikan tahap-tahap suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur linier, dan suatu urutan kejadian.

3. Peta Konsep Siklus (Cycle Concept Map)

Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke


(31)

15

mengalami

membentuk mengalami

terbentuk

kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada

akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.

Berikut ini adalah salah satu contoh peta konsep siklus:

Gambar 3. Contoh peta konsep siklus 4. Peta Konsep Laba-Laba (Spider Concept Map)

Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal yang tidak menurut hirarki kecuali berada dalam suatu kategori, kategori yang tidak paralel dan hasil curah pendapat.

B. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu

Air

Kondensasi Evaporasi


(32)

16

kelas, objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Sedangkan menurut Carrol (dalam Kardi, 1997: 2) konsep adalah suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi merupakan proses pemusatan perhatian pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu serta mengabaikan elemen yang lain, sebagai contoh untuk membuat abstraksi tentang daun harus dipusatkan pada warna daun dan mengabaikan bahwa daun sebagai habitat ulat daun.

Berdasarkan pendapat Carrol tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa untuk dapat menguasai konsep maka seseorang harus mampu

membedakan antara benda yang satu dengan benda yang lainnya, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lainnya. Dengan menguasai konsep, siswa akan dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah dan sebagainya. Konsep-konsep itu sangat penting bagi seseorang dalam berpikir dan dalam belajar. Dengan menguasai konsep, siswa dapat memperoleh pengetahuan yang tidak terbatas. Konsep-konsep itu berkembang melalui satu seri tingkatan. Menurut

Klausmeier (dalam Dahar, 1996: 88), ada empat tingkat pencapaian konsep, yaitu:

1. Tingkat konkret. Seseorang telah mencapai konsep pada tingkat konkret bila orang tersebut mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. 2. Tingkat identitas. Seseorang akan mengenal suatu objek sesudah suatu


(33)

17

terhadap objek itu, atau bila objek itu ditentukan melalui suatu cara indera yang berbeda.

3. Tingkat klasifikatori. Seseorang mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama.

4. Tingkat formal. Untuk mencapai konsep tingkat formal seseorang harus dapat menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep.

Seorang siswa yang telah menguasai suatu konsep maka dia dapat dengan mudah menyelesaikan masalah dalam suatu bidang ilmu atau mengaitkan konsep yang satu dengan yang lainnya. Ada empat kemungkinan siswa untuk menggunakan konsep setelah menguasainya. (Slameto, 2003: 141). Empat kemungkinan tersebut yaitu:

1. Siswa dapat menggolongkan apakah contoh konsep yang dihadapi sekarang termasuk konsep yang sama atau dalam konsep lain. 2. Siswa dapat mengenal konsep-konsep lain.

3. Siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah. 4. Penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep lain.

Penguasaan konsep merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Arikunto, 2010: 117), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi bloom. Seringkali disebut aspek ingatan (recall), karena siswa diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana.


(34)

18

2. Pemahaman (Comprehension)

Kemampuan ini umumnya, siswa diminta membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. 3. Penerapan (Application)

Dalam jenjang kemampuan ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk memilih abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru secara benar.

4. Analisis (Analysis)

Dalam jenjang kemampuan ini seseorang diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar. 5. Sintesis (Synthesis)

Dalam jenjang ini seseorang diminta untuk dapat menggabungkan atau menyusun kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus.

Penguasaan konsep suatu pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan

mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (2001: 1), bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan dari suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya kemudian dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Tes adalah serentetan


(35)

19

pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 32).

Taraf penguasaan konsep siswa dapat diketahui kriterianya dengan kriteria penguasaan konsep yang dimodifikasi dari Thoha (1994 : 89) sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria Penguasaan Konsep

Taraf Nilai Rata-Rata Kualifikasi Nilai

≥ 66 Baik

55 – 65 Cukup

≤ 55 Kurang

C. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, karena tanpa aktivitas, belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Menurut Sardiman (2007: 99), aktivitas dalam proses belajar mengajar

merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Melalui aktivitas, siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.

Aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki peranan penting untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Diedrich (dalam Hamalik, 2009:


(36)

20

172), menyatakan bahwa aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan visual, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, melihat gambar-gambar, mengamati percobaan, mengamati pekerjaan orang lain atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, sebagai contoh, mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik atau pidato.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, mengerjakan tes.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat model, bermain, berkebun, menari. 7. Kegiatan-kegiatan mental, misalnya: merenungkan, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan emosional, seperti, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Selain berperan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, aktivitas dalam belajar juga memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik. (Hanafiah dan Suhana, 2009: 24). Nilai tambah tersebut adalah:


(37)

21

1. Peserta didik memiliki kesadaran untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal untuk belajar sejati.

2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral. 3. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.

4. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik.

5. Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat menumbuhkembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

6. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif di kalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi lebih hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

D. Organisasi Kehidupan

Semua tubuh makhluk hidup tersusun atas sel. Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil penyusun makhluk hidup. Semua aktivitas hidup dari makhluk hidup adalah perwujudan dari proses yang terjadi di dalam sel. Pada organisme uniseluler sebuah sel merupakan kesatuan utuh sebagai individu. Jadi segala aktivitasnya dilakukan oleh satu sel itu sendiri, misalnya respirasi, mencerna makanan, dan berkembang biak. Akan tetapi pada organisme multiseluler seperti manusia, sel-sel tubuh hanya merupakan bagian terkecil dari penyusun tubuh individu (Wasis dan Irianto, 2008: 204)


(38)

22

Sel-sel saling bekerja sama membentuk jaringan. Jadi jaringan merupakan sekelompok sel yang mempunyai bentuk, susunan dan fungsi yang sama, misalnya jaringan epidermis merupakan lapisan sel-sel yang terletak paling luar. Jaringan merupakan organisasi sel, namun suatu jaringan saja tidak dapat melakukan fungsi yang lebih besar tanpa bekerjasama dengan jaringan lainnya. Oleh karena itu, jaringan-jaringan saling bekerjasama membentuk organ. Misalnya organ daun tersusun atas jaringan parenkim palisade, parenkim spons, jaringan pengangkut, dan jaringan epidermis (Suyitno dan Sukirman, 2009: 64-68).

Beberapa organ kemudian bersatu dan saling bekerja sama dalam melakukan fungsi tertentu membentuk sistem organ. Sebagai contoh sistem organ adalah sistem pernapasan yang tersusun atas hidung, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru. Tubuh organisme tersusun atas beberapa sistem organ. Kemudian beberapa sistem organ akan bekerja sama membentuk organisme. Urutan tingkat organisasi dari sel yang membentuk jaringan, kemudian jaringan membentuk organ, organ membentuk sistem organ dan sistem organ

membentuk organisme inilah yang disebut organisasi kehidupan (Suyitno dan Sukirman, 2009: 70-72).


(39)

23

III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei semester genap tahun pelajaran 2011/2012, di SMP Negeri 10 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Sampel tersebut adalah siswa kelas VIIF yang berjumlah33 siswa sebagai kelas kontrol dan

kelas VIIE yang juga berjumlah 33 siswa sebagai kelas eksperimen. Sampel

dipilih dari populasi dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes ekuivalen. Kelas eksperimen maupun kelas kontrol menggunakan kelas dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan teknik pencatatan pemetaan konsep, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Hasil pretes dan postes pada kedua kelompok subyek lalu dibandingkan.


(40)

24

Struktur desainnya adalah sebagai berikut :

Kelompok pretes perlakuan postes I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan : I = Kelompok eksperimen; II = Kelompok kontrol; O1 = pretes;

O2 = postes; X = teknik pencatatan pemetaan konsep;

C = metode diskusi (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43) Gambar 4. Desain pretes-postes ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin untuk penelitian ke sekolah tempat diadakannya penelitian

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti, untuk mengetahui kondisi awal nilai siswa serta mendiskusikan

masalah-masalah yang dihadapi guru saat ini.

c. Menetapkan sampel penelitian sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) masing-masing untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(41)

25

e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes dan postes berupa soal uraian yang disesuaikan dengan penguasaan konsep oleh siswa, lembar observasi untuk pengamatan aktivitas belajar siswa.

f. Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Nilai diperoleh dari dokumentasi pada guru kelas.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep untuk kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas submateri pokok sel, pertemuan kedua membahas tentang submateri pokok jaringan dan organ dan pertemuan ketiga membahas tentang submateri pokok sistem organ dan organisme.

Kelas eksperimen (pembelajaran menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep)

a) Kegiatan Pendahuluan

1. Guru mengadakan pretes tertulis (pertemuan 1)

2. Guru menyampaikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan Tujuan Pembelajaran.


(42)

26

3. Guru memberikan apersepsi :

Hari ini kita mulai memasuki materi baru yaitu tentang organisasi kehidupan. Sebelumnya apakah kalian pernah mendengar istilah organisasi? Apakah organisasi itu? Taukah kalian bahwa tubuh kita juga merupakan suatu organisasi kehidupan? Apakah sajakah tingkatan organisasi kehidupan yang menyusun tubuh kita? 4. Guru memberikan motivasi:

Dengan mempelajari tentang materi organisasi kehidupan ini kita dapat memahami bahwa ternyata tubuh kita, tubuh hewan maupun tumbuhan merupakan suatu organisasi kehidupan yang kompleks tersusun oleh unit-unit kecil yang struktural dan fungsional yang saling bekerja sama. Serta terdapat banyak keragamannya. 5. Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 5 orang (Pertemuan 1-2). Kelompok bersifat heterogen dibentuk berdasarkan nilai akademik, kemudian siswa duduk dikelompoknya masing-masing.

6. Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran pemetaan konsep. b) Kegiatan Inti

1. Guru meminta siswa duduk dalam kelompoknya masing- masing. 2. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang relevan

dengan teknik pencatatan pemetaan konsep (Pertemuan 1-2). 3. Guru melakukan pengamatan selama proses pembelajaran


(43)

27

4. Membimbing siswa untuk memecahkan masalah melalui diskusi masing-masing kelompok.

5. Guru bersama siswa membahas dan memeriksa peta konsep yang telah disusun serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju dan menyusun peta konsep sel dan jaringan (pertemuan pertama), organ, sistem organ dan organisme (pertemuan kedua). 6. Guru membahas masalah-masalah yang ada di dalam LKS yang

belum dapat dipecahkan oleh siswa, serta bersama-sama siswa menarik kesimpulan (Pertemuan 1-2)

c) Kegiatan Penutup

1. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan (pertemuan 1-2)

2. Guru memberikan postes tertulis ( pertemuan 2)

3. Guru memberi informasi untuk mempelajari materi berikutnya yaitu organ, sistem organ dan organisme (pertemuan kedua)

Kelas kontrol (pembelajaran menggunakan metode diskusi) a) Kegiatan Pendahuluan

1. Guru mengadakan pretes tertulis (pertemuan 1)

2. Guru menyampaikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan Tujuan Pembelajaran

3. Guru memberikan apersepsi :

Hari ini kita mulai memasuki materi baru yaitu tentang organisasi kehidupan. Sebelumnya apakah kalian pernah mendengar istilah


(44)

28

organisasi? Apakah organisasi itu? Taukah kalian bahwa tubuh kita juga merupakan suatu organisasi kehidupan? Apakah sajakah tingkatan organisasi kehidupan yang menyusun tubuh kita? 4. Guru memberikan motivasi:

Dengan mempelajari tentang materi organisasi kehidupan ini kita dapat memahami bahwa ternyata tubuh kita, tubuh hewan maupun tumbuhan merupakan suatu organisasi kehidupan yang kompleks tersusun oleh unit-unit kecil yang struktural dan fungsional yang saling bekerja sama. Serta terdapat banyak keragamannya. 5. Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 5 orang (Pertemuan 1-2). Kelompok bersifat heterogen dibentuk berdasarkan nilai akademik, kemudian siswa duduk dikelompoknya masing-masing.

b) Kegiatan inti

1. Guru membagi kelompok diskusi kepada siswa.

2. Guru membagikan LKS kepada siswa, dan menyuruh siswa mengerjakannya.

3. Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi dan melakukan tanya jawab.

4. Guru membahas masalah-masalah yang ada di dalam LKS yang belum dapat dipecahkan oleh siswa, serta bersama-sama siswa menarik kesimpulan (Pertemuan 1-2).


(45)

29

c) Kegiatan Penutup

1. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan (pertemuan 1-2).

2. Guru memberikan postes tertulis ( pertemuan 2).

3. Guru memberi informasi untuk mempelajari materi berikutnya yaitu organ, sistem organ dan organisme (pertemuan kedua) E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Data

Data penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu penguasaan konsep oleh siswa yang diperoleh dari hasil pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dan nilai postes. Nilai tersebut disebut N-gain, lalu dianalisis secara statistik. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Pretes dan postes

Data penguasaan konsep berupa nilai pretes dan postes. Pretes diberikan sebelum pembelajaran pertama dan postes diberikan pada pertemuan terakhir. Pretes dan postes dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa enam soal uraian. Soal pretes maupun postes merupakan soal yang sama.


(46)

30

b) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati aspek kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi memberi tanda (v) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes dan N-gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan software SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Menghitung N-Gain

Untuk mendapatkan N-gain digunakan rumus Meltzer (dalam Colleta dan Phillips, 2005: 1172) sebagai berikut:

100 X Y Z Y X Gain N    

Keterangan: X= nilai rata-rata postes; Y= nilai rata-rata pretes; Z= skor maksimal

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga


(47)

31

3. Uji Homogenitas Data

Apabila masing- masing data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS 17. a. Hipotesis

H0 : kedua sampel memiliki varians yang sama

H1 : kedua sampel memiliki varians yang berbeda

b. Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

- Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 13). 4. Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis:

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel berbeda tidak signifikan

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel berbeda secara signifikan

2) Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak


(48)

32

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan

kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari

kelompok kontrol.

2) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 10)

c. Uji U Mann Whitney

Apabila ada salah satu data tidak berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan dengan uji U Mann Whitney pada program SPSS versi 17. 1) Hipotesis

Ho : Rata-rata nilai kedua sampal berbeda tidak signifikan H1 : Rata-rata nilai kedua sampel berbeda secara signifikan 2) Kriteria Uji

- Jika probabilitas (p) < 0,05 maka Ho ditolak

- Jika probabilitas (p) > 0,05 maka Ho diterima


(49)

33

G. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa

Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengambilan data aktivitas belajar siswa melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan kriteria persentase aktivitas belajar siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu : 1. Mengisi tabel observasi aktivitas siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dari mengisi tabel observasi aktivitas siswa dengan memberi tanda (v) sesuai aspek yang diamati selama pembelajaran.

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

dari Belina (dalam Ristina, 2011:28)

Keterangan:

A. Mengajukan Pertanyaan:

1. Tidak mengajukan pertanyaan saat berdiskusi dalam kelompok. 2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak sesuai dengan permasalahan

materi organisasi kehidupan

3. Mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan materi organisasi kehidupan

B. Membaca buku atau bahan belajar yang relevan: 1.Tidak membaca buku atau bahan belajar

2.Membaca buku atau bahan belajar, tetapi tidak sesuai dengan permasalahan materi organisasi kehidupan

3.Membaca buku atau bahan belajar yang sesuai dengan permasalahan materi organisasi kehidupan

C. Memberikan ide/ pendapat:

1. Tidak memberikan ide/pendapat (diam saja)

2. Mengemukakan ide/pendapat namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi organisasi kehidupan

3. Mengemukakan ide/pendapat sesuai dengan pembahasan pada materi organisasi kehidupan

No Nama Aspek yang diamati

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

2 3 dst


(50)

34

D. Bertukar informasi

1.Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja)

2.Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada materi organisasi kehidupan dalam LKS

3.Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk memecahkan permasalahan pada LKS sesuai dengan metode pembelajaran peta konsep atau pada materi organisasi kehidupan E. Bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok:

1. Tidak mau bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok 2. Mau bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok tetapi tidak

sesuai dengan permasalahan pada LKS

3. Mau bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS

2. Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus: Xi

X = x 100 n

Ket : X = Rata-rata skor aktivitas belajar siswa; Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh;

n = Jumlah skor aktivitas maksimum

3. Menafsirkan atau menentukan Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa Sesuai Kategori pada tabel

Setelah rata-rata skor aktivitas belajar setiap siswa dihitung, maka aktivitas belajar siswa dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3. Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa

Kategori Interpretasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Hake (dalam Colleta dan Phillips, 2005: 5)


(51)

44

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan teknik pencatatan pemetaan konsep berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Organisasi

Kehidupan oleh siswa kelas VII SMPN 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Penggunaan teknik pencatatan pemetaan konsep berpengaruh signifikan dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok Organisasi Kehidupan oleh siswa kelas VII SMPN 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012.

3. Rata-rata penguasaan konsep oleh siswa dengan menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep lebih tinggi dibandingkan rata-rata penguasaan konsep oleh siswa dengan menggunakan metode diskusi pada materi pokok organisasi kehidupan.


(52)

45

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut :

1. Dalam pelaksanaanya, guru harus dapat membimbing siswa dalam menyusun peta konsep dengan baik dengan cara mendatangi setiap kelompok, banyak memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya, lebih tegas agar siswa tidak melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran, lebih menguasai kelas saat siswa menyusun peta konsep di papan tulis dan memberikan tugas membuat peta konsep agar siswa lebih terlatih dalam membuat peta konsep.

2. Bagi guru atau peneliti yang hendak menerapkan teknik pencatatan pemetaan konsep hendaknya merancang kesesuaian waktu dengan materi pokok agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.


(53)

46

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Colleta, V.P dan J.A. Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain,

preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California: Department of Physics, Loyola Marymount University.

Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, S. B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Kardi,S dan M. Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press. Maryam, S. 2009. Pengaruh Metode Pemetaan Konsep Terhadap Hasil Belajar

Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan (Skripsi). Bandar Lampung: FKIP Unila.

Nurasiah, S. 2011. Pengaruh Penggunaan Peta Konsep Terhadap Penguasaan Materi Pada Materi Pokok Ekosistem Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010/2011 (Skripsi). Bandar Lampung: FKIP Unila.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 16. Jakarta: Bumi Aksara.

Priyatno, D. 2009. Lima Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Purwanto, M. N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(54)

47

Ristina, F. E. 2011. Pengaruh Media Komik Pembelajaran Biologi terhadap Penguasaan Konsep Materi Pokok Ekosistem pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung T.P 2010/2011 (Skripsi). Bandar Lampung: FKIP Unila.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyitno dan Sukirman. 2009. Biology. Jakarta: Yudhistira.

Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana..

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Mendiknas. 2003.


(1)

G. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa

Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengambilan data aktivitas belajar siswa melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan kriteria persentase aktivitas belajar siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu : 1. Mengisi tabel observasi aktivitas siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dari mengisi tabel observasi aktivitas siswa dengan memberi tanda (v) sesuai aspek yang diamati selama pembelajaran.

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

dari Belina (dalam Ristina, 2011:28)

Keterangan:

A. Mengajukan Pertanyaan:

1. Tidak mengajukan pertanyaan saat berdiskusi dalam kelompok. 2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak sesuai dengan permasalahan

materi organisasi kehidupan

3. Mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan materi organisasi kehidupan

B. Membaca buku atau bahan belajar yang relevan: 1.Tidak membaca buku atau bahan belajar

2.Membaca buku atau bahan belajar, tetapi tidak sesuai dengan permasalahan materi organisasi kehidupan

3.Membaca buku atau bahan belajar yang sesuai dengan permasalahan materi organisasi kehidupan

C. Memberikan ide/ pendapat:

1. Tidak memberikan ide/pendapat (diam saja)

2. Mengemukakan ide/pendapat namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi organisasi kehidupan

3. Mengemukakan ide/pendapat sesuai dengan pembahasan pada materi organisasi kehidupan

No Nama Aspek yang diamati

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

2 3 dst


(2)

LKS

3.Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk memecahkan permasalahan pada LKS sesuai dengan metode pembelajaran peta konsepatau pada materi organisasi kehidupan E. Bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok:

1. Tidak mau bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok 2. Mau bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok tetapi tidak

sesuai dengan permasalahan pada LKS

3. Mau bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS

2. Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus: Xi

X = x 100 n

Ket : X = Rata-rata skor aktivitas belajar siswa; Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh; n = Jumlah skor aktivitas maksimum

3. Menafsirkan atau menentukan Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa Sesuai Kategori pada tabel

Setelah rata-rata skor aktivitas belajar setiap siswa dihitung, maka aktivitas belajar siswa dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3. Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa Kategori Interpretasi 0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Hake (dalam Colleta dan Phillips, 2005: 5)


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan teknik pencatatan pemetaan konsep berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Organisasi

Kehidupan oleh siswa kelas VII SMPN 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Penggunaan teknik pencatatan pemetaan konsep berpengaruh signifikan dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok Organisasi Kehidupan oleh siswa kelas VII SMPN 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012.

3. Rata-rata penguasaan konsep oleh siswa dengan menggunakan teknik pencatatan pemetaan konsep lebih tinggi dibandingkan rata-rata penguasaan konsep oleh siswa dengan menggunakan metode diskusi pada materi pokok organisasi kehidupan.


(4)

sebagai berikut :

1. Dalam pelaksanaanya, guru harus dapat membimbing siswa dalam menyusun peta konsep dengan baik dengan cara mendatangi setiap kelompok, banyak memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya, lebih tegas agar siswa tidak melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran, lebih menguasai kelas saat siswa menyusun peta konsep di papan tulis dan memberikan tugas membuat peta konsep agar siswa lebih terlatih dalam membuat peta konsep.

2. Bagi guru atau peneliti yang hendak menerapkan teknik pencatatan pemetaan konsep hendaknya merancang kesesuaian waktu dengan materi pokok agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Colleta, V.P dan J.A. Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain,

preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California: Department of Physics, Loyola Marymount University.

Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, S. B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Kardi,S dan M. Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press. Maryam, S. 2009. Pengaruh Metode Pemetaan Konsep Terhadap Hasil Belajar

Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan (Skripsi). Bandar Lampung: FKIP Unila.

Nurasiah, S. 2011. Pengaruh Penggunaan Peta Konsep Terhadap Penguasaan Materi Pada Materi Pokok Ekosistem Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010/2011 (Skripsi). Bandar Lampung: FKIP Unila.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 16. Jakarta: Bumi Aksara.

Priyatno, D. 2009. Lima Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Purwanto, M. N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


(6)

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyitno dan Sukirman. 2009. Biology. Jakarta: Yudhistira.

Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana..

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Mendiknas. 2003.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK PENCATATAN MIND MAP TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK BIOTEKNOLOGI

1 9 57

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMPN 3 Tulang Bawang Tengah Tahun Ajaran 2011/2012)

0 8 58

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN KELAS VII SMPN 8 BANDAR LAMPUNG

1 13 52

PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung Ta

0 8 70

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

0 5 50

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK GERAK TUMBUHAN

2 24 55

Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok ekosistem

0 7 62

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK PERISTIWA ALAM DAN DAMPAKNYA

0 8 58

PENGGUNAAN PRAKTIKUM KONFRONTATIF UNTUK MEMFASILITASI PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS VII PADA POKOK BAHASAN KERAGAMAN PADA SISTEM ORGANISASI KEHIDUPAN.

0 1 59

PENGGUNAAN VIDEO ANIMASI DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA SUB POKOK BAHASAN ORGANISASI KEHIDUPAN DI KELAS VII SMPN 1 PALIMANAN - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 1 23