PENGELOLAAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (SCR) PENDIDIKAN DARI PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATU BARA.

(1)

Ahmad Juhaidi, 2012

Pengelolaan Dana Corporate Social ....

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 19

D. Tujuan Penelitian ... 22

E. Manfaat Penelitian ... 23

G. Sistematika Penulisan Disertasi ... 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 26

A. Pembangunan dan Pendidikan ... 26

1. Arah dan Indikator Pembangunan ... 26

2. Makna Pendidikan bagi Pembangunan Bangsa ... 30

3. Sekolah dan Keberhasilan Pendidikan ... 35

B Hubungan Biaya dan Output Pendidikan ... 40

C Konsep-Konsep dalam Pembiayaan Pendidikan ... 45

1. Konsep Biaya ... 45


(2)

ii

3. Biaya Satuan Pendidikan ... 50

4. Cost Driver ... 52

5. Manajemen Biaya ... 52

6. Strategi Penganggaran ... 53

7. Efesiensi dalam Pendidikan ... 55

8. Tanggung Jawab Pembiayaan ... 62

D. Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Sebagai Sumber Pembiayaan Pendidikan 70 1. Pengertian CSR ... 72

2. Prinsip-Prinsip CSR ... 75

3. Kriteria Efektifitas Program CSR Pendidikan ... 78

E. Proses dalam Pembiayaan Pendidikan ... 80

F. Model-Model Pembiayaan Pendidikan ... 98

G. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 104

H. Paradigma Penelitian ... 112

I.. Kerangka Pikir Penelitian ... 113

BAB III METODE PENELITIAN ... 117

A. Desain Penelitian ... 117

B. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 121

C. Teknik Pengumpulan Data ... 124

D. Definisi Operasional ... 127

E. Instrumen Penelitian ... 129

F. Analisis Data ... 131

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 135

A. Hasil Penelitian ... 135

1. Proses Penyusunan dan Penetapan Perencanaan ... Program CSR Pendidikan PT. Adaro Indonesia


(3)

iii

2. Mekanisme dan Proses Penyaluran Dana CSR Pendidikan PT. Adaro Indonesia

147

3. Distribusi dan Alokasi Dana CSR Pendidikan PT. Adaro Indonesia

... 151

a. Kabupaten Balangan ... 151

b. Kabupaten Tabalong ... 162

4. Penggunaan Dana CSR Pendidikan PT. Adaro Indonesia ... 172

a. Penggunaan oleh Departemen CSR PT. Adaro Indonesia ... 172

b. Penggunaan oleh Pihak Ketiga ... 174

c. Penggunaan oleh Sekolah/ Madrasah ... 176

5. Pertanggungjawaban Sekolah/Madrasah Penerima Dana CSR Pendidikan PT. Adaro Indonesia ... 180

a. Kabupaten Balangan... 180

b. Kabupaten Tabalong ... 183

6. Pengawasan terhadap Pengelolaan Dana CSR Pendidikan PT. Adaro Indonesia ... 189

a. Kabupaten Balangan ... 189

b. Kabupaten Tabalong ... 192

7. Hasil dan Dampak Program CSR Pendidikan PT. Adaro Indonesia ... 198

a. Kabupaten Balangan ... 198

b. Kabupaten Tabalong ... 210

8. Rangkuman Hasil Penelitian ... 223

B. Pembahasan ... 225

1. Proses Penyusunan dan Penetapan Perencanaan ... Program CSR Pendidikan 225 2. Mekanisme dan Proses Penyaluran Dana CSR ... 239

3. Distribusi dan Alokasi Dana CSR Pendidikan ... 231

4. Penggunaan Dana CSR Pendidikan ... 264 5. Pertanggungjawaban Madrasah/Sekolah ...


(4)

iv

6. Pengawasan terhadap Pengelolaan ... Program CSR Pendidikan

275

7. Hasil dan Dampak Program CSR Pendidikan ... 280

a. Kabupaten Balangan ... 280

b. Kabupaten Tabalong ... 283

5. Rangkuman Pembahasan ... 291

C. Strategi Pengelolaan Dana CSR Pendidikan Berbasis Kebutuhan, Pemerataan, dan Keadilan : Sebuah Model ... 293

1. Rasional ... 293

2. Landasan Filosofis ... 294

3. Pengertian ... 295

4. Tujuan ... 296

5. Prinsip-Prinsip ... 297

6. Unsur-Unsur ... 299

7. Prosedur Pelaksanaan Model... 301

a. Penetapan Anggaran Total CSR Pendidikan ... 303

b. Penetapan Distribusi dan Alokasi Dana pada ... Sekolah/Madrasah 304 c. Program Pengembangan Sekolah/Madrasah ... 311

d. Implementasi dan Penggunaan Dana Program ... 316

e. Pengawasan Program ... 318

f. Pertanggungjawaban Sekolah/Madrasah ... 319

g. Evaluasi terhadap Pelaksanaan dan Hasil Program ... 320

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 324

A. Kesimpulan ... 324

B. Rekomendasi ... 328

RUJUKAN ... 331


(5)

v

DAFTAR TABEL

Tabel H

1.1 Perkembangan Anggaran Pendidikan dalam APBN 2

1.2 Jumlah Penduduk Kalimantan Selatan 4

1.3 Cadangan dan Sumber Daya Batu Bara (Juta Ton) 6

1.4 Unit Cost Sekolah di Kabupaten Balangan dan Standar Nasional 10

1.5 Jumlah Sekolah dan Madrasah di Kabupaten Balangan dan Tabalong 15

1.6 Berkembangan Jumlah Siswa di Kabupaten Balangan dan Tabalong 16

1.7 Peringkat Hasil UN Kabupaten Balangan dan Tabalong serta Peringkat (Rank) Se-Kalimantan Selatan

18


(6)

vi

2.2 Cost Effectiveness Pembelajaran 59

2.3 Alokasi BOS Per Siswa 65

2.4 Komponen Biaya untuk Pendidikan 89

3.1 Madrasah dan Sekolah Lokasi Penelitian 122

4.1 Alokasi Dana CSR PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Balangan 151

4.2 Alokasi pada Lokasi Penelitian di Kabupaten Balangan 156

4.3 Alokasi Dana CSR PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong 163

4.4 Alokasi pada Lokasi Penelitian di Kabupaten Tabalong 165

4.5 Hasil dan Dampak Umum Program CSR Pendidikan di Kabupaten Balangan 199

4.6 Rata-rata Nilai UASBN/UN Kabupaten Balangan serta Peringkat Se-Kalimantan Selatan

204

4.7 Rata-rata Nilai UASBN/UN Sekolah/Madrasah dan Ekskul di Kabupaten Balangan 206

4.8 Nilai, Peringkat, Tahun Akreditasi Sekolah/Madrasah di Kabupaten Balangan 209

4.9 Hasil dan Dampak Umum Program CSR Pendidikan di Kabupaten Tabalong 211

4.10 Rata-rata Nilai UASBN/UN Kabupaten Tabalong serta Peringkat Se-Kalimantan Selatan

205

4.11 Rata-rata Nilai UASBN/UN Sekolah/Madrasah dan Ekskul di Kabupaten Tabalong 219

4.12 Nilai, Peringkat, Tahun Akreditasi Sekolah/Madrasah di Kabupaten Tabalong 221

4.13 Alternatif 1 Perhitungan UnitCost Program CSR Pendidikan 306

4.14 Alternatif 2 Perhitungan Unit Cost Program CSR Pendidikan 308

4.15 Rencana Program Pengembangan 313

4.16 Posisi CSR dalam Pembiayaan Pendidikan Sekolah/Madrasah 316

4.17 Form Laporan Hasil Evaluasi Program CSR Pendidikan 321


(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar H.

2.1 Pilihan Kebijakan 62

2.2 Proses Penyusunan Anggaran Sekolah 83

2.1 Kerangka Pikir Penelitian 116

3.1 Objektivitas Penelitian Kualitatif 136

4.1 Mekanisme Pengelolaan CSR Pendidikan PT. Adaro Indonesia 147

4.2 Alur Proses Penyaluran Dana CSR Pendidikan PT. Adaro Indonesia 149

4.3 Kemampuan Pemerintah dan Peran Program CSR 220

4.4 Posisi Pemerintah bagi Perusahaan 230

4.5 Alokasi CSR Pendidikan dan Hasil UASBN SD/MI di Kabupaten Balangan 281

4.6 Alokasi CSR Pendidikan dan Hasil UN SMP/MTs di Kabupaten Balangan 282

4.7 Alokasi CSR Pendidikan dan Hasil UN SMA/MA di Kabupaten Balangan 283

4.8 Alokasi CSR Pendidikan dan Hasil UASBN SD/MI di Kabupaten Tabalong 284

4.9 Alokasi CSR Pendidikan dan Hasil UN SMP/MTs di Kabupaten Tabalong 285

4.10 Alokasi CSR Pendidikan dan Hasil UN SMA/MA di Kabupaten Tabalong 286


(8)

viii

dan Keadilan

4.12 Alur Proses Pengelolaan Dana CSR Pendidikan 303

4.13 Proses dan Prosedur Pengelolaan CSR Pendidikan 323

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Surat Keputusan Direktur SPS UPI Bandung Nomor 0451/UN40.7/PL/2012 tentang Perpanjangan Tugas Pembimbing Penulisan Disertasi SPS UPI Angkatan Tahun 2008

348

2 Surat Permohonan Izin Melakukan Studi Lapangan 350

3 Surat izin melakukan studi lapangan/observasi dari PT. Adaro Indonesia 351

4 Susunan Tim Perumus Kabupaten Balangan Tahun 2010 352

5 Susunan Tim Perumus Kabupaten Tabalong Tahun 2010 354

6 Desa-Desa Wilayah Tambang dan Angkutan Batu Bara Ring I dan II PT. Adaro Indonesia

355

7 Distribusi dan Alokasi CSR Pendidikan PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Balangan 357

8 Distribusi dan Alokasi CSR Pendidikan PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong 359

9 Profil Singkat Lokasi-Lokasi Penelitian 361

10 Dokumentasi Foto 402

11 Contoh Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan CSR PT. Adaro Indonesia oleh Sekolah/Madrasah

407

12 Statement Kerahasiaan 408

13 Pedoman Wawancara/dokumentasi 409

14 Proses Pengolahan Data 421


(9)

(10)

x

Untuk Ibunda yang selalu menyayangi, Isteri tercinta, Dewi Sarastuti, dan bidadari kecil tersayang, Nasywa F. Huwaida,


(11)

xi

Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan orang

orang

yang menuntut ilmu (Q.S. Al Mujadilah : 11)

Pisang silat pisang timbatu

Kuganganakan bacampur cuka

Amun jadi tulak apa sanguku

Sahibar doa iman didada

(Pisang silat pisang timbatu

Kusayur dicampur cuka

Kalau berangkat apa bekalku

Hanya doa iman didada)

“Sangu Batulak, Anang Ardiansyah”


(12)

Ahmad Juhaidi, 2012

Pengelolaan Dana Corporate Social ....

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 menjadi tonggak penting pembiayaan pendidikan di Indonesia. Pada amandemen keempat UUD 1945 pasal 31 ayat 4 disebutkan bahwa “negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang –kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”. Implementasi undang-undang dasar tersebut baru dapat dilaksanakan pada tahun anggaran 2009 setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa pemerintah wajib mematuhi UUD 1945 pasal 31 ayat tersebut. Keputusan MK tersebut merupakan hasil uji materi yang diajukan oleh Mohammad Surya dan orang tua murid terhadap APBN tahun 2008 yang hanya menganggarkan 15,6 % APBN untuk pendidikan.

Keputusan MK berdampak terhadap meningkatnya anggaran pendidikan di Indonesia pada tahun anggaran 2009. Pada tahun 2009, pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar Rp 207.413.531.763.000,00 yang merupakan perbandingan alokasi anggaran pendidikan terhadap total anggaran belanja negara sebesar Rp 1.037.067.338.120.000,00. (Depkeu, 2008) Tahun sebelumnya, APBN 2008, anggaran pendidikan sekitar Rp 48 triliun atau 12,3 persen dari APBN (Antara, 2007), sedangkan tahun 2007 sebesar 11,8 persen. (Suara Karya, 2007)


(13)

Perkembangan anggran pendidikan di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut

TABEL 1.1

PERKEMBANGAN ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM APBN

Total Anggaran Pend BOS BOS/Siswa/Thn

TAHUN

2007 43.498.000.000.000,- (11,8%) 9.841.117.952.000,-

254.000,-(SD) 354.000,- (SMP) 2008 154.200.000.000.000,- (15,6%) 11.200.000.000.000,-

254.000,-(SD) 354.000,-(SMP)

2009 207.413.531.763.000,- (20%) 16.000.000.000.000,-

397.000.-(SD kab) 400.000,- (SD kota) 570.000,- (SMP kab) 575.000,- (SMPkota)

2010 221.400.000.000,- (20%) 16.600.000.000.000,-

397.000.-(SD kab) 400.000,- (SD kota) 570.000,- (SMP kab) 575.000,- (SMPkota)

Sumber:

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0701/13/nas04.html

http://www.republika.co.id/koran/35/23463/Anggaran_Pendidikan_dalam_Ancaman_Korupsi http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=565

http://pkln.diknas.go.id/program2008/news.php?id=2

http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/situs/index.php?mod=bos&read=4

Pembiayaan pendidikan tidak hanya bersumber dari pemerintah, tetapi dapat diperoleh dari beragam sumber. Dalam PP Nomor 48 Tentang Pendanaan Pendidikan disebutkan bahwa pendanaan pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Istilah masyarakat dalam peraturan tersebut mencerminkan orang tua dan pihak lain yang peduli atas pendidikan. Pada


(14)

beberapa daerah yang menjadi kawasan industri, pengusaha merupakan sumber dana pendidikan pendukung, disamping dari pemerintah dan orang tua.

Keterlibatan pengusaha dalam pendidikan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 74 menyebutkan bahwa perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Salah satu tanggung jawab sosial tersebut termanifestasi dalam pengembangan pendidikan disekitar wilayah perusahaan.

Keterlibatan perusahaan dalam pengembangan masyarakat, termasuk pendidikan, merupakan fenomena yang terjadi di beberapa kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Kalsel dikenal sebagai penghasil batu bara terbesar kedua setelah Kalimantan Timur. Di Kalsel, terdapat 378 perusahaan pemegang Kuasa Pertambangan (KP) yang diterbitkan oleh Bupati dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) 22 perusahaan (BKPMD Kalsel, 2012). Batu bara tersebut yang telah banyak mencetak orang-orang kaya baru di provinsi selatan Borneo tersebut. Dalam term “pengusaha batu bara” yang dipahami masyarakat berarti orang kaya, memiliki mobil berpuluh-puluh serta mewah, punya istri muda, dan segala simbol kemewahan.

Provinsi Kalimantan Selatan berdiri sejak tanggal 14 Agustus 1950 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1950. Provinsi ini terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan dengan batas-batas: sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa dan di sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan


(15)

Timur. Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di antara 114 19" 33" BT - 116 33' 28 BT dan 1 21' 49" LS 1 10" 14" LS, dengan luas wilayah 37.377,53 km² atau hanya 6,98 persen dari luas pulau Kalimantan.

Kalimantan Selatan terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan dengan luas wilayah 37.530,52 km² atau 3.753.052 ha. Sampai dengan tahun 2004 membawahi kabupaten/kota sebanyak 11 kabupaten/kota dan pada tahun 2005 menjadi 13 kabupaten/kota sebagai akibat dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara dengan Kabupaten Balangan dan Kabupaten Kotabaru dengan Kabupaten Tanah Bumbu. Jumlah penduduk Kalimantan Selatan dan sebarannya di setiap kabupaten dapat dilihat dari tabel berikut

TABEL 1.2

JUMLAH PENDUDUK KALIMANTAN SELATAN

Kabupaten/Kota Regency/Municipality

Jumlah Penduduk/ Number of Population

2006 2007 2008

Tanah Laut 255 188 265 629 270 091

Kotabaru 261 104 272 000 276 574

B a n j a r 459 748 480 010 489 056

Barito Kuala 258 682 269 448 272 332

T a p i n 149 332 152 077 153 066

Hulu Sungai Selatan 203 635 207 402 208 571

Hulu Sungai Tengah 236 021 242 189 244 192

Hulu Sungai Utara 209 107 214 191 216 181

Tabalong 185 889 191 000 193 082

Tanah Bumbu 210 287 221 304 226 208

Balangan 100 466 101 860 102 296

Kota/ Municipality

Banjarmasin 589 115 615 570 627 245

Banjarbaru 152 839 164 000 167 737

Kalimantan Selatan 3 271 413 3 396 680 3 446 631


(16)

Sebagai penghasil batu bara, royalti yang diterima Provinsi Kalsel pada tahun 2008 hanya sekitar Rp. 85 Milyar. Royalti batu bara tersebut adalah 13,5% dari hasil tambang. Namun, dari 13,3% tersebut dibagi lagi 4,5% untuk daerah tempat tambang beroperasi (60% dari 3% tersebut untuk kabupaten dan 40% untuk pemerintah provinsi) dan sisanya untuk pemerintah pusat. (Frasetiandy, 2009, 11,07 : 28)

Produksi batu bara terbesar dihasilkan oleh PT. Adaro Indonesia. Total produksi pada tahun 2008 mencapai 38 juta ton, meningkat menjadi 40,6 juta ton pada 2009 dan pada tahun 2010 produksi batu bara Adaro mencapai 42,2 juta ton. Produksi tersebut jauh lebih besar daripada perusahaan yang juga pemegang PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Batu Bara), PT. Arutmin, yang hanya berkisar 10 juta ton di tahun 2008. PT. Adaro Indonesia (selanjutnya disebut Adaro) melakukan eksplorasi sejak tahun 1982 di wilayah Kabupaten Tabalong dan mendapat konsesi tambang sampai tahun 2022. Wilayah konsesi tambang tersebut berada di dua kabupaten: Tabalong dan Balangan. Areal tambang terletak di daerah Tutupan, Paringin, Balangan, merupakan tambang single pit (hanya satu lokasi) terbesar di Indonesia.

Kandungan batu bara pada wilayah Tabalong dan Balangan yang akan diekploitasi PT. Adaro Indonesia tergambar pada tabel berikut


(17)

TABEL 1.3

CADANGAN DAN SUMBER DAYA BATU BARA (JUTA TON)

Tutupan Paringin Wara Total

Reserves 659 - 328 987

Resources 1453 264 1086 2803

Sumber : PT. Adaro Indonesia

Keterangan

Reserves : Bagian dari batu bara yang telah di ketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak tambang. Resources : Bagian dari endapan batu bara yang diharapkan dapat dimanfaatkan.

Sumber : Badan Standardisasi Nasiona, SNI Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

PT. Adaro Indonesia tidak hanya diberikan konsesi tambang tetapi juga bertanggung jawab atas pengembangan masyarakat di sekitarnya. Hal itu sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 74 menyebutkan bahwa perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab tersebut dikenal dengan corporate social responsibility (CSR).

Corporate social responsibility (CSR) adalah sebuah hubungan antara sebuah korporasi dengan stakeholdernya, juga masyarakat secara umum. (Aras & Crowther, 2009 : 23). Lebih jauh, Blowfield and Frynas (2005) menjelaskan bahwa CSR dapat dikenali dengan:

(a) that companies have a responsibility for their impact on society and the natural environment, sometimes beyond that of legal compliance and the liability of individuals; (b) that companies have a responsibility for the behaviour of others with whom they do business (e.g., within supply chains); and (c) that business needs to manage its relationship with wider society, whether for reasons of commercial viability or to add value to society. (Frynas, 2009 : 6)


(18)

Penjelasan Frynas tersebut menunjukkan CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan atas dampak usaha mereka terhadap masyarakat dan lingkungan. CSR juga mencerminkan sebuah tanggung jawab perusahaan kepada pihak rekan bisnis mereka. Di lain sisi, CSR dapat pula dimaknai sebagai sebuah kebutuhan perusahaan untuk membangun hubungan dengan masyarakat yang lebih luas, untuk komersial atau untuk menambah nilai bagi masyarakat. Pendapat lain menyebut bahwa CSR merupakan bentuk dari etika dan moral perusahaan. (Frynas, 2005 : 5)

Corporate Social Responsibility (CSR) meliputi banyak aspek kehidupan masyarakat. Menurut Soelistijo (2007), ruang lingkup CSR meliputi community service (pelayanan kepentingan umum, termasuk pendidikan), community empowerment/pemberdayaan masyarakat (memberikan akses yang lebih luas untuk menunjang kemandirian masyarakat), dan community relation/hubungan masyarakat (pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada pihak terkait).

Konteksnya dengan CSR tersebut, Priyadi, General Manager Operation, PT. Adaro Indonesia, Dahai, Balangan, menyebutkan bahwa Adaro pada tahun 2008 menyisihkan 37 miliar rupiah untuk Community Development sekitar wilayah tambang. (Pemprov Kalsel : 2009). Dana CSR tersebut ditingkatkan pada tahun 2009 menjadi 51 milyar rupiah. (www.adaro.com/csr/49) Kabupaten yang mendapat bantuan dana CSR tersebut adalah Balangan, Tabalong, dan Hulu Sungai Utara di Provinsi Kalimantan Selatan sedangkan di Provinsi Kalimantan Tengah adalah Kabupaten Barito Selatan. Sebagai daerah yang terkena dampak


(19)

langsung tambang, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong merupakan kabupaten yang mendapat prioritas dibandingkan kabupaten lain. Jumlah desa yang menjadi terdampak pada dua kabupaten ini relatif paling banyak daripada kabupaten lain. Dua kabupaten ini masing-masing mendapat dana CSR sebesar sekitar 15 milyar rupiah pada tahun 2010.

Menurut informasi masyarakat, corporate social responsibility (CSR),

yang dulu lebih populer disebut CD (comunity develpoment) kepada pemerintah kabupaten di sekitar tambang sebesar 4 milyar rupiah. Khusus untuk bidang pendidikan, pada tahun 2009 PT. Adaro Indonesia memberikan dana 2,5 Milyar. Dana itu khusus digunakan untuk bimbingan belajar bekerja sama dengan sebuah lembaga bimbingan belajar, Primagama. Fenomena yang terlihat adalah dana CSR pendidikan tersebut belum berpengaruh secara nyata terhadap kualitas proses pendidikan. Padahal, seperti disebut diatas bahwa pembiayaan pendidikan punya pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pendidikan.

Selain untuk bimbingan belajar, CSR juga dialokasikan untuk beasiswa. Pada tahun 2007, pemberian beasiswa pada 190 sekolah dan 17 Perguruan Tinggi dengan total siswa 1.057 orang dengan total dana Rp. 480.000.000,- . Pada 2008 lalu, jumlah tersebut bertambah menjadi 248 sekolah dan 17 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan PTS dengan penerima beasiswa berjumlah 1.822 siswa dengan total dana beasiswa mencapai Rp. 800.000.000,-. Pada tahun 2010, nilai tersebut bahkan meningkat menjadi 1,2 miliar rupiah.

Secara kuantitas, pemberian beasiswa memang menunjukkan peningkatan yang signifikan tetapi program beasiswa tidak menyentuh secara adil pada kepada


(20)

masyarakat sekitar tambang. Menurut seorang penduduk Kabupaten Tabalong, proses seleksi penerima beasiswa tidak dilakukan secara benar, lebih banyak mengutamakan kepentingan pejabat dan keluarganya. Sebuah madrasah tsanawiyah juga hanya menerima alokasi beasiswa untuk 5 orang siswanya pada tahun 2009. Bahkan, sebuah MIN di Kabupaten Balangan hanya pernah menerima beasiswa hanya pada tahun 2006/2007.

Pada observasi awal penelitian ini terlihat bahwa dana bantuan dari perusahaan tidak dapat memberikan dampak bagi daya saing dan kualitas sekolah dan madrasah. Dengan kata lain, sekolah/madrasah di wilayah tambang tidak lebih baik dalam proses belajar mengajar daripada sekolah/madrasah lain di daerah non tambang. Pada SDN Dahai Paringin misalnya, sumber dana sekolah ternyata total bergantung pada dana dari pemerintah yaitu Bantuan Operasional Sekolah dan gaji pegawai. Sumber utama dana adalah dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp. 397.000,- persiswa pertahun dan belanja pegawai. Total penerimaan pada tahun 2010 adalah Rp. 326.673. 200- Sedangkan pengeluaran total adalah Rp. 326.673. 200--

Dengan demikian unit cost per siswa pada SDN Dahai adalah Rp. 326.673. 200,- dibagi 134 orang yaitu Rp. 2.437.680, pertahun. Angka tersebut cukup besar, tetapi itu termasuk gaji pegawai/guru yang mendominasi pengeluaran. Jika gaji tidak termasuk dalam perhitungan karena diasumsikan tidak untuk operasional pembelajaran unit cost per siswa per tahun atau biaya operasi non personalia per siswa pertahun adalah Rp. 397.000,- yang sepenuhnya bersumber


(21)

dari dana BOS. Sedangkan untuk distribusi dan alokasi pengeluaran tidak jauh berbeda dengan sekolah lain yang juga bersumber dari dana BOS.

Demikian juga pada tingkat SMP dan SMA. Sumber biaya dan pengeluaran tidak jauh berbeda. Pada SMPN 3 Paringin, yang merupakan sekolah yang berada di Ring I, sumber dana hanya dari BOS yaitu Rp. 570.000,/siswa per tahun dan gaji guru PNS. Pada tingkat SMA, biaya operasional diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Balangan sebagai bagian dari sekolah gratis sampai tingkat SMA/MA. SMAN 1 Paringin misalnya, mendapat alokasi Bantuan Operasioanl Manajemen Mutu Rp. 143.910.000,-. Dengan demikian, unit cost pada sekolah tersebut adalah Rp. 241.055,-

Biaya operasi nonpersonalia pada SDN Dahai tersebut jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 1.4

UNIT COST SEKOLAH BALANGAN DAN STANDAR NASIONAL

No Sekolah/Madrasah Biaya Operasi Nonpersonalia Sekolah

Standar Biaya Operasi Nonpersonalia

Indeks Kabupaten

1 SDN Dahai 370.000,-/siswa Rp. 580.000 1,028 2 SMPN 3 Paringin 570.000,-/siswa Rp. 710.000 1,028 3 SMA 1 Paringin 241.055/siswa Rp. 960.000,- 1,028

Dari tabel tersebut, tampak bahwa CSR tidak berdampak pada meningkatnya biaya operasional sekolah. Di Kabupaten Balangan, Program CSR dilaksanakan dan langsung diterima sekolah berupa bantuan tas untuk siswa SD,


(22)

pembuatan lapangan sekolah, dan bantuan fisik lain. Demikian juga pada Kabupaten Balangan. Pada tahun 2010, dana CSR yang diterima SDN Dahai, menurut kepala sekolah, berbentuk tas untuk seluruh siswa dan alat tulis, serta sebuah komputer untuk operasional kantor. Dari informasi pihak Dinas Diknas, harga tas ransel tersebut sekitar Rp. 100.000,- perbuah sehingga total yang dana yang dikeluarkan untuk 134 orang adalah Rp. 13.400.000,- . Tas yang diberikan kepada siswa itu dominan berwarna orange disertai variasi warna merah pada beberapa bagian.

Pada sisi lain, proses pembelajaran tidak menunjukkan kualitas proses belajar mengajar yang lebih baik dari sekolah dasar lain. Proses pembelajaran masih menggunakan kapur tulis. Di dinding kelas tidak tampak hiasan-hiasan yang menonjol atau karya siswa. Dinding kelas tampak sudah lama tidak cat ulang sehingga terlihat kotor pada bagian bawahnya. Jendela kaca juga tidak memakai kain gorden atau tirai dan lantai masih berupa semen tanpa dilapisi keramik. Di bagian belakang ruang kelas, digunakan untuk menumpuk meja dan kursi yang tidak terpakai. Sementara pada depan kelas disediakan tempat air untuk mencuci tangan.

Pada tahun 2009/2010, prestasi sekolah pada Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) masih kurang memuaskan. Pada tiga mata ujian UASBN rata-rata jumlah nilai siswa adalah 17,07, rata-rata per mata ujian hanya 5,9. Secara prestasi non akademik, sekolah ini juga tidak melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler.


(23)

Gambaran sekolah tersebut menjadi tanda tanya besar jika melihat jumlah dana CSR pendidikan Adaro yang diklaim telah disalurkan. Sekolah hanya mendapat tas untuk siswa dan satu unit komputer. Dana CSR pendidikan bermilyar-milyar pada tingkat kabupaten tidak berdampak pada sumber pembiayaan pada sekolah. Jika merujuk pada pernyataan salah satu pernyataan staf CSR PT. Adaro Indonesia bahwa yang terkena dampak langsung menjadi prioritas CSR, semestinya sekolah ini mendapat perhatian dan menjadi prioritas CSR perusahaan. Pada level mana mekanisme dan proses penyaluran hingga alokasi dana ditetapkan menjadi pertanyaan yang menarik dicari jawabannya.

Informasi tersebut, paling tidak, menunjukkan bahwa program CSR sangat sedikit perhatiannya kepada sekolah tingkat dasar. Hal itu sejalan dengan laporan

Asian Development Bank (1998) yang menyimpulkan bahwa di Indonesia, anggaran untuk sekolah dasar sangat sedikit. Padahal, investasi pada pendidikan dasar akan memberikan return terbesar daripada level sekolah diatasnya. (Bray and Thomas, 1998 : 110)

Kasus SDN Dahai tersebut mencerminkan belum tepatnya distribusi dan alokasi dana CSR. Hal itu juga menjadi cerminan dari pengabaian prinsip equity

dan equality dalam pendidikan dan dalam pengelolaan CSR. Aras dan Crowther (2009) menjelaskan bahwa equity (keadilan) menjamin semua orang dalam sebuah komunitas merasa berada dalam komunitas tersebut. Sedangkan equality

lebih mencerminkan kesamaan dalam hal kualitas dan kuantitas yang diterima. Dalam konteks CSR PT. Adaro Indonesia, semua siswa yang tinggal di lokasi terkena dampak langsung tambang berhak atas pendidikan (equity) dan mereka


(24)

berhak mendapat atas yang berkualitas dan mendapat dana CSR yang proporsional (equality).

Fenomena tersebut merupakan anomali dari teori-teori dalam pembiayaan pendidikan. Penelitian-penelitian yang menjadi mainstream tentang hubungan berbagai input sekolah dan prestasi siswa menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran biaya berhubungan signifikan dengan meningkatnya prestasi. (Greenwald, R., Hedges, L., & Laine, R, 1996). Wenglinsky (1997) menegaskan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara uang dan prestasi. Misalnya, setiap USD 1 per siswa yang digunakan untuk pembelajaran berhubungan dengan meningkatnya 1 poin nilai mata pelajaran matematika. Penelitian Molly (2011 : 357) yang di lakukan di Vermont menyimpulkan bahwa peningkatan pengeluaran biaya berdampak pada hasil kelulusan tes matematika. Menurutnya, 10% peningkatan pengeluaran uang akan meningkatkan nilai kelulusan matematika sekitar 2 sampai 6 poin. Dia mengakui bahwa peningkatan hasil juga terjadi pada mata pelajaran lain tetapi peningkatan paling besar ditemukan pada pelajaran matematika.

Bagaimana pembiayaan pendidikan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran juga sangat jelas disebutkan dalam riset Fattah (2006: 137) yang di lakukan di Bandung. Riset itu menyimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar. Lebih jauh, dia mengatakan bahwa komponen biaya yang berkorelasi signifikan dengan proses belajar mengajar (PBM) adalah (1) gaji dan kesejahteraan pegawai, (2)biaya pembinaan guru, (3)pengadaan bahan pelajaran


(25)

(4)pembinaan kesiswaan, dan (5)biaya pengelolaan sekolah. Menurut Fattah, komponen yang cenderung tidak memberikan kontribusi secara signifikan adalah (1)pengelolaan alat pelajaran (2)pengadaan sarana kelas (3)biaya perawatan ruang belajar, dan (4)biaya pengadaan sarana sekolah.

Selain itu, Elliott (Ross, et.all. 2007 : 481) juga menemukan bahwa lebih tinggi pengeluaran per-murid di sebuah distrik, lebih tinggi pula nilai tingkat efektivitas pengajaran dan lebih baik peralatan kelas, dan lebih tinggi efektivitas pengajaran serta peralatan kelas yang lebih baik, lebih tinggi prestasi di bidang matematika serta sains. Studi Elliot itu memberikan memberikan bukti untuk meyakinkan bahwa teori keefektifan pengajaran dari sumber pengeluaran: pengeluaran per siswa akan meningkatkan prestasi siswa jika biaya digunakan untuk membayar guru dan melatih guru yang berkualitas dalam metode pengajaran yang efektif.

Anomali yang terjadi pada sekolah di Kabupaten Balangan tersebut, memberikan dasar untuk menggali lebih jauh tentang biaya dan kualitas pendidikan. Pada konteks CSR ini, dana yang relatif banyak dalam ukuran daerah/kabupaten lain, belum dapat dikatakan punya pengaruh secara nyata terhadap kualitas proses dan peningkatan mutu pendidikan madrasah dan sekolah di wilayah sekitar tambang. Hubungannya dengan CSR pula, klaim atas “bantuan” untuk pendidikan menjadi sangat rumit dan kompleks yang terkait dengan kebijakan pemerintah kabupaten, perusahaan, dan lembaga swadaya masyarakat. Persoalan itu juga merupakan sesuatu yang menarik untuk dikaji lebih mendalam dalam perspektif efektivitas biaya dan optimalisasi dana CSR untuk pendidikan.


(26)

Peran CSR pada bidang pendidikan juga berhubungan dengan keadaan madrasah dan sekolah secara kuantitas. Jumlah sekolah dan madrasah yang berada di sekitar wilayah tambang terdekat: Kabupaten Balangan dan Tabalong, dapat dilihat pada tabel berikut

TABEL 1. 5

JUMLAH SEKOLAH DAN MADRASAH DI KABUPATEN BALANGAN DAN TABALONG

Sumber : BPS Balangan (2009), BPS Tabalong (2009),

Kemenag Balangan (2009), dan Kemenag Tabalong (2009)

JENIS SEKOLAH

BALANGAN TABALONG

MIN 7 11

MIS 20 24

SDN 160 232

SD swasta - 3

MTsN 3 19

MTsS 9 12

SMPN 21 30

SMP swasta 1 8

MAN 2 4

MA swasta 4 5

SMAN 9 11

SMA swasta - 2


(27)

Jumlah siswa pada madrasah/sekolah di dua kabupaten tersebut menunjukkan perkembangan dari tahun ke tahun. Hal itu dapat di lihat dari tabel berikut

TABEL 1. 6

PERKEMBANGAN JUMLAH SISWA

Sumber : BPS Balangan dan Tabalong (2009), Kemenag Balangan (2009), dan Kemenag Tabalong (2009)

Pada tabel tersebut tampak bahwa jumlah total siswa madrasah dan sekolah di dua kabupaten adalah 74.857 orang. Mereka mempunyai hak yang tidak jauh berbeda terhadap dana dari program CSR PT. Adaro Indonesia. Dengan kata lain, dana pendidikan yang diberikan PT. Adaro Indonesia harus dinikmati secara adil dan proporsional oleh seluruh siswa di dua kabupaten tersebut. Akan tetapi, fakta emperik menunjukkan dana bantuan tersebut tidak dinikmati oleh seluruh siswa yang berada di dua kabupaten tersebut, terutama oleh siswa yang tinggal di desa terdampak.

JENJANG BALANGAN TABALONG

2006 2007 2008 2006 2007 2008

MI 1987 1998 2145 2534 2589 2607

SD 18056 18126 18276 22412 23700 24834

MTs 3102 3128 3174 4346 4464 4488

SMP 5431 5472 5494 6301 6635 6671

MA 1023 1072 1125 1414 1388 1323

SMA 1808 1879 1921 2786 2789 2799


(28)

Seorang kepala madrasah ibtidaiyah mengatakan bahwa bantuan dari PT Adaro Indonesia tidak ada diberikan kepada madrasah yang dipimpinnya. PT. Adaro Indonesia hanya memberikan bantuan beasiswa kepada siswa mereka. Hal itu juga terjadi di sekolah lain. Bahkan, dia mengatakan, “Pemda umpat bacari

(Pemda ikut mencari nafkah)” dari dana community development. Pernyataan tersebut tidak memiliki argumen yang jelas tetapi cukup memberikan gambaran bahwa CSR masih dijalankan tidak diatas prinsip pengelolaan CSR. Padahal literatur-literatur yang membicarakan tentang CSR menekankan bahwa program CSR dibangun atas prinsip suistanability, accountabilty, dan transparency. (Aras and David Crowther, 2009).

Persoalan lain yang sangat menarik dicermati, selain dana bantuan yang tidak langsung ke proses pendidikan, adalah ketidaksamaan perlakuan antara sekolah dengan madrasah. Padahal, masyarakat (baca: siswa) yang menempuh pendidikan di madrasah juga merasakan dampak negatif dari eksplorasi batu bara. Keberpihakan program CSR terhadap madrasah sangat kurang jika dibandingkan dengan alokasi yang didistribusikan kepada sekolah.

Pada penelitian ini, pengelolaan dana CSR pendidikan di sekitar wilayah tambang batu bara tersebut dicermati dari sudut pembiayaan pendidikan. Fakta emperis sementara yang bisa dilihat adalah bantuan dari CD PT Adaro Indonesia tidak menunjukkan dampak yang maksimal bagi kemajuan pendidikan di sekitar wilayah tambang, terutama terkait dengan proses belajar mengajar di madrasah dan sekolah. Tidak hanya persoalan akademik, kegiatan non akademik (ekstra kurikuler) juga tidak menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada daerah lain.


(29)

Jika mencermati rata-rata nilai Ujian Nasional tingkat SMP dan SMA, pada tahun dapat dilihat bahwa terjadi penurunan rata-rata nilai. Pada tabel berikut dapat dilihat prestasi UN Kabupaten Balangan dan Tabalong yang disusun berdasarkan peringkat Provinsi Kalimantan Selatan

TABEL 1.7

PERINGKAT HASIL UN BALANGAN DAN TABALONG SERTA PERINGKAT (RANK) SE-KALIMANTAN SELATAN

NO KABUPATEN

2009 2010

RATA2 RANK RATA2 RANK

1 BALANGAN

SMP/MTs/SMPT 7,13 5 6,89 13

SMA/MA 7,32 1 6,62 13

2 TABALONG

SMP/MTs/SMPT 7,11 6 7,16 10

MA/SMA 6,94 9 6,98 11

Sumber : Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kemendiknas (2010)

Hasil tersebut memberikan gambaran alokasi CSR untuk bimbingan belajar sebesar Rp. 3.000.000.000,- tidak berdampak dengan hasil UN. Kabupaten lain, yang tidak mendapat dana CSR, mencapai hasil yang lebih baik. Terlepas dari kritik terhadap pelaksanaan UN, data tersebut paling tidak dapat menjadi pijakan awal penelitian ini.


(30)

Uraian diatas menjadi titik berangkat untuk mempertanyakan tentang bagaimana pengelolaan dana corporate social responsibilty (CSR) pendidikan PT Adaro di dua kabupaten : Balangan dan Tabalong. Oleh karena itu, penelitian ini diberi topik “Pengelolaan Dana Corporate Social Responsibilty (CSR) Pendidikan Perusahaan Pertambangan Batu Bara (Studi tentang Pengelolaan Dana CSR Pendidikan untuk Sekolah dan Madrasah Sekitar Area Tambang PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Balangan dan Tabalong Kalimantan Selatan).


(31)

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pada daerah tambang, khususnya di Kabupaten Balangan dan Tabalong Kalimantan Selatan, sumber biaya pendidikan tidak hanya dari pemerintah dan orang tua, biaya pendidikan juga bersumber dari corporate social responsibilty

(CSR) perusahaan pertambangan, dalam hal ini PT. Adaro Indonesia. Akan tetapi, bantuan dana yang diberikan PT. Adaro Indonesia melalui program CSR pendidikan untuk masyarakat sekitar tambang tidak menunjukkan dampak yang signifikan terhadap proses dan hasil pendidikan. Sekolah dan madrasah di sekitar area tambang, tidak menunjukkan peningkatan kualitas pendidikan.

Hal itu menunjukkan bahwa dana program CSR pendidikan tidak memberikan dampak yang maksimal terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Hal itu menunjukkan bahwa titik dasar permasalahan adalah efektifitas pengelolaan pembiayaan pendidikan dalam corporate social responsibility (CSR). Oleh karena itulah, fokus masalah penelitian ini adalah bagaimana pengelolaan dana CSR pendidikan PT Adaro Indonesia pada madrasah dan sekolah sekitar wilayah tambang batu bara PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Balangan dan Tabalong, Kalimantan Selatan.

Bertolak dari hal tersebut, pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ini adalah


(32)

1. Bagaimana proses penyusunan dan penetapan perencanaan program CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia?

2. Bagaimana mekanisme dan proses penyaluran dana CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia dari perencanaan sampai pertanggungjawaban?

3. Bagaimana distribusi dan alokasi dana CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia yang digunakan oleh sekolah dan madrasah?

4. Bagaimana penggunaan dana CSR pendidikan dari PT. Adaro Indonesia? 5. Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban sekolah dan madrasah dalam

pemanfaatan dana CSR pendidikan dari PT. Adaro Indonesia?

6. Bagaimana pengawasan dilakukan agar pengelolaan dana CSR pendidikan dari PT. Adaro Indonesia dilaksanakan secara profesional?

7. Apa hasil dan dampak program CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia terhadap proses pendidikan pada tingkat sekolah dasar (SDN/MIN), sekolah menengah pertama (SMPN/MTsN) dan tingkat atas (SMA/MAN) di Kabupaten Balangan dan Tabalong?

8. Bagaimana “Model Strategi Pengelolaan Dana Corporate Social Responsibility (CSR) Pendidikan Berbasis Kebutuhan, Pemerataan, dan Keadilan” dikembangkan agar pengelolaan dana CSR pendidikan dilaksanakan secara efektif dan efesien?


(33)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Mengetahui tentang proses penyusunan dan penetapan perencanaan program CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia

2. Menggali lebih mendalam tentang mekanisme serta proses penyaluran dana CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia.

3. Mengetahui dengan komprehensif dan tepat tentang distribusi dan alokasi dana CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia

4. Mengetahui tentang penggunaan dana CSR pendidikan dari PT. Adaro Indonesia.

5. Mengetahui tentang mekanisme pertanggungjawaban pihak madrasah dan sekolah penerima dana CSR PT. Adaro Indonesia.

6. Mengetahui tentang pengawasan terhadap pengelolaan dana CSR PT. Adaro Indonesia

7. Mengetahui tentang hasil dan dampak program CSR pendidikan terhadap proses dan hasil pendidikan pada madrasah dan sekolah sekitar tambang batu bara PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Balangan dan Tabalong

8. Mengembangkan Model Strategi Pengelolaan Dana Corporate Social Responsibility (CSR) Pendidikan Berbasis Kebutuhan, Pemerataan, dan Keadilan.


(34)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua sisi: 1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat bermanfaat dalam membangun, mengembangkan, atau memodifikasi teori-teori administrasi pendidikan yang sudah mapan, terutama terkait dengan pembiayaan pendidikan. . Penelitian ini juga bermanfaat dalam melihat cakrawala yang lebih komprehensif tentang pembiayaan pendidikan. Lebih khusus, penelitian ini menambah khazanah kajian pembiayaan pendidikan yang bersumber dari program CSR perusahaan pertambangan, khususnya pertambangan batu bara.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengambil kebijakan untuk mengembangkan pendidikan, terutama terkait dengan pengelolaan dana CSR pendidikan dari perusahaan pertambangan. Penelitian ini juga menghasilkan model pembiayaan pendidikan yang bersumber dari corporate social responsibility yang memposisikan semua lembaga pendidikan sama dalam kerangka otonomi daerah. Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi awal studi lebih lanjut tentang pembiayaan pada sekolah dan madrasah di sekitar tambang yang lebih detil dan komprehensif.


(35)

E. Sistematika Penulisan Disertasi

Disertasi ini terdiri dari lima bab yaitu bab satu pendahuluan, bab dua landasan teoritis, bab tiga metode penelitian, bab empat hasil penelitian dan pembahasan, serta bab lima kesimpulan dan saran.

Pada bab satu pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan disertasi.

Bab dua berisi tentang kajian psutaka. Bab ini membahas tentang pembangunan dan pendidikan, hubungan biaya dan output pendidikan, pembiayaan pendidikan, corporate social responsibility (CSR) perusahaan sebagai sumber pembiayaan pendidikan, model-model pembiayaan pendidikan, dan diakhiri dengan paradigma penelitian, serta kerangka pikir penelitian.

Selanjutnya bab tiga yang mengemukakan tentang metode penelitian yang berisi tentang desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan dan sumber data, instrumen penelitian, pengolahan data dan tahap-tahap penelitian.

Bab empat menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian berisi proses penyusunan dan penetapan perencanaan program CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia, mekanisme dan proses penyaluran dana CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia, distribusi dan alokasi dana CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia, penggunaan dana CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia, pertanggungjawaban sekolah/madrasah penerima dana CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia, pengawasan terhadap pengelolaan dana CSR pendidikan PT.


(36)

Adaro Indonesia, dan tentang hasil dan dampak program CSR pendidikan PT. Adaro Indonesia.

Pada bab yang sama juga dibahas tentang pembahasan yang berisi tentang proses penyusunan dan penetapan perencanaan program CSR pendidikan, mekanisme dan proses penyaluran dana CSR pendidikan, distribusi dan alokasi dana CSR pendidikan, penggunaan dana CSR pendidikan, pertanggungjawaban sekolah/madrasah penerima dana CSR pendidikan, pengawasan terhadap pengelolaan dana CSR pendidikan, serta pembahasan tentang hasil dan dampak program CSR pendidikan, dan terakhir rangkuman pembahasan.

Pada akhir bab empat dibahas tentang model hipotetik Strategi Pengelolaan CSR Pendidikan Berbasis kebutuhan, Pemerataan, dan Keadilan yang membahas tentang rasional, landasan filosofis, pengertian, tujuan, prinsip-prinsip, unsur-unsur, dan prosedur pelaksanaan model.

Bab terakhir adalah kesimpulan dan rekomendasi yang berisi kesimpulan dan rekomendasi kepada PT. Adaro Indonesia, pemerintah, sekolah/madrasah, dan masyarakat. Pada bagian akhir disertasi ini adalah rujukan dan lampiran-lampiran.


(37)

Ahmad Juhaidi, 2012

Pengelolaan Dana Corporate Social ....

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada bagian ini akan dibicarakan mengenai metode penelitian, meliputi : desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, sumber dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, pengolahan data, tahap-tahap penelitian.

Penelitian ini dirancang menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Riset kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. (Catherine Marshal & Gretchen B Rossman, 1995). Proses dalam melakukan penelitian merupakan penekanan dalam riset kualitatif, oleh karena itu dalam melaksanakan penelitian, peneliti lebih berfokus pada proses dari pada hasil akhir. Denzin dan Lincoln (2009 : 3) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan brikolase yaitu serangkaian praktik yang disatupadukan dan disusun secara rapi sehingga menghasilkan solusi bagi persoalan dalam situasi nyata. Penelitian kualitatif, menurutnya, menghasilkan sebuah ciptaan yagn kompleks, padat, reflektif, dan mirip kliping yang mewakili citra, pemahaman, dan interpretasi peneliti mengenai dunia atau fenomena yang sedang dianalisis. Hal itu menunjukan bahwa penelitian kualitatif pada dasarnya adalah memahami dan memaknai apa yang terjadi pada individu, sebuah masyarakat, atau objek lain.

Penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi berusaha memahami arti (mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang


(38)

biasa dalam situasi tertentu (Moleong. 2001: 9). Dengan kata lain penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi adalah penelitian yang berusaha mengungkap makna terhadap fenomena perilaku kehidupan manusia, baik manusia dalam kapasitas sebagai individu, kelompok maupun masyarakat luas.

Cresswel (2008 : 46) menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti menyandarkan diri pada pandangan responden, bertanya dengan mendalam, pertanyaan umum, mengumpulkan data berupa “kata” dari responden, menggambarkan dan menganalisis data tersebut serta melakukan penyelidikan secara subyektif. Model paradigma naturalistik, menurut Noeng Muhadjir (2000: 147) disebut sebagai model yang telah menemukan karakteristik kualitatif yang sempurna, artinya bahwa kerangka pemikiran, filsafat yang melandasinya, ataupun operasionalisasi metodologinya bukan reaktif atau sekedar merespons dan bukan sekedar menggunggat yang kuantitatif, melainkan membangun sendiri kerangka pemikirannya, filsafatnya dan operasionalisasi metodologinya.

Penelitian yang menggunakan metode kualitatif ini, memakai logika berpikir induktif, suatu logika yang berangkat dari kaidah-kaidah khusus ke kaidah yang berifat umum. (Silalahi, 2006) Dari sedikit deskripsi tersebut, implementasi nyata dari metode ini berangkat dan identik dengan mahzab postpositivistik. Hal itu berdasarkan fakta bahwa metode kualitatif dalam penelitian sosial berangkat dari paradigma postpositivisme dimana setiap aspek dalam realitas sosial dilihat secara holistik sebagai satu kesatuan alamiah yang perlu diinterpretasi secara mendalam, terlebih realitas sosial dipahami sebagai realitas yang majemuk. Atas dasar inilah kemudian metode kualitatif lebih


(39)

menekankan pada aspek pencarian makna dibalik empirisitas dari realitas sosial sehingga pemahaman mendalam akan realitas sosial sangat diperhatikan dalam metode ini. Metode kualitatif lebih dipahami sebagai metode yang datanya berupa pernyataan-pernyataan atau data yang dihasilkan berupa data deskriptif mengenai subjek yang diteliti, yaitu berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan. (Hariwijaya, 2007) Hal ini karena aspek numerik-statistikal sangat jarang ditemui dalam laporan penelitian yang menggunakan metode ini. Kalaupun ada, data numerikal tersebut hanyalah sebagai data pelengkap terhadap pernyataan-pernyataan yang ada.

Denzin dan Lilcoln (2009 : 6-7) menjelaskan beberapa hal mendasar dalam penelitian kualitatif yang membedakan dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif juga menggunakan alat ukur, metode, dokumen statistik sebagai sarana untuk menempatkan kelompok subyek ke dalam populasi yang lebih besar, tetapi jarang sekali melaporkan temuan-temuan dari sudut jenis alat ukur atau metode statistik komplek.

Selain itu, tulis Denzin dan Lilcoln, peneliti kualitatif mencari kesan alami, emosionalitas, tanggung jawab pribadi, etika kepedulian, praksis politik, teks multi pesan, dan dialog dengan subjek penelitian. Penelitian kualitatif dapat mendekati sudut pandang pelaku melalui wawancara dan observasi terinci. Penelitian kuantitatif jarang sekali mampu memahami sudut pandang objek penelitian karena mereka harus menggantungkan diri pada data-data emperis yang lebih abstrak dan melalui proses kesimpulan.


(40)

Di samping itu, lanjut mereka, peneliti kualitatif lebih berpeluang menghadapi tekanan-tekanan dunia sosial. Penelitian kualitatif berusaha menemukan sesuatu yang emis (apa adanya), idiografis, dan berbasis kasus yang mengarahkan pada karakteristik tertentu. Mereka juga mengemukakan bahwa penelitian kualitatif selalu mengupayakan deskripsi yang beragam mengenai sebuah fenomena. Hal itu tidak begitu menjadi perhatian dalam penelitian kuantitatif .


(41)

B. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua kabupaten: Balangan dan Tabalong yang merupakan dua kabupaten terdekat dan terkena dampak langsung tambang batu bara PT. Adaro Indonesia (Adaro). Madrasah dan sekolah di dua kabupaten tersebut dipilih untuk dijadikan sampel berdasarkan lokasi madrasah dan sekolah terdekat dengan operasional mining site (lokasi penambangan) dan haul road

(jalan pengangkutan hasil tambang). Pada Kabupaten Tabalong, sekolah dipilih karena merupakan sekolah model yang dibina PT. Adaro Indonesia sedangkan pemililihan madrasah lebih didasarkan kepada kedekatan lokasi sekolah dengan operasional tambang. Pada Kabupaten Balangan, pemilihan madrasah/sekolah berdasarkan lokasi sekolah yang terletak di desa terdampak tambang atau pada daerah terdekat dengan desa terdampak.

Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pendapat Hamidi (2004 : 69) yang menyarankan bahwa pemilihan lokasi penelitian harus memperhatikan (1)menyebutkan tempat, (2)mengemukakan alasan adanya fenomena sosial atau peristiwa yang terjadi di lokasi, (3)mengemukakan adanya kekhasan lokasi yang akan diteliti.

Lebih spesifik, sekolah yang menjadi lokasi penelitian dapat dilihat dari tabel berikut


(42)

TABEL 3. 1

SEKOLAH DAN MADRASAH LOKASI PENELITIAN

NO NAMA MADRASAH/SEKOLAH KABUPATEN

1 MIN Layap Balangan

2 SDN Dahai Balangan

3 MTsN Layap Balangan

4 SMPN 3 Paringin Balangan

5 MAN 1 Paringin Balangan

6 SMAN 1 Paringin Balangan

7 MIN Limau Manis Tanta Tabalong

8 SDN Laburan Tabalong

9 MTs Ar Raudlah Tanta Tabalong

10 SMPN 2 Tanta Warukin Tabalong

11 MAN 1 Tanjung Tabalong

12 SMAN 1 Tanta Tabalong

Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan metode penarikan sampel purposive. Purposive sampling merupakan penetapan sampel yang paling dominan dalam penelitian kualitatif. (Hoepfl, 2007 : 4) Purposive sampling dilakukan dengan mengambil subyek atas strata, random atau area untuk mendapatkan informasi yang terbanyak atau tujuan tertentu berdasarkan penilaian peneliti dapat mewakili. (Berg, 2001 : 32) Lokasi tersebut dianggap tepat dengan anggapan mereka mewakili sekolah yang terkena dampak langsung tambang. Metode

purposive sampling juga dikenal dengan istilah judgemental sampling, yaitu memilih sample berdasarkan tipe atau karakteristik yang ditetapkan peneliti.


(43)

Konsekuensi sampling purposive adalah keharusan peneliti untuk menjelaskan alasan pemilihan sampel tersebut kepada pembaca. (Fogelman dan Crish Comber, 2007 : 135)

Oleh karena itulah, penelitian ini menetapkan bahwa pemilihan lokasi berdasarkan letak madrasah/sekolah. Dengan kata lain, lokasi pada penelitian ini, seperti sudah disebut di atas, dipilih karena madrasah dan sekolah tersebut menerima bantuan PT. Adaro Indonesia dan berada pada lokasi yang terkena dampak langsung atau berada pada lokasi terdekat dengan lokasi tambang (mining site) PT. Adaro Indonesia.


(44)

C. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini metode wawancara mendalam merupakan teknik utama yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi. Dengan wawancara mendalam, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pertanyaan yang diajukan tidak terikat secara mutlak pada daftar pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berubah secara spontan sesuai dengan perkembangan situasi wawancara itu sendiri.

Wawancara mendalam bukan untuk menjawab sebuah pertanyaan, bukan untuk mentes hipotesis, dan bukan mengevaluasi. Pada dasarnya, wawancara mendalam adalah sebuah ketertarikan dalam memahami pengalaman hidup orang lain dan makna yang mereka ambil. (Seidman, 2006: 9) Dengan demikian, inti wawancara adalah sebuah ketertarikan tentang cerita orang lain, karena itu berharga. Dengan teknik ini peneliti berharap wawancara berlangsung bisa lebih terbuka, percakapan tidak membuat jenuh kedua belah pihak, sehingga diperoleh informasi yang lebih kaya. Metode wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada responden. Ini hanya untuk memudahkan dalam melakukan wawancara, penggalian data dan informasi, dan selanjutnya tergantung improvisasi di lapangan.

Satu hal yang penting dalam wawancara adalah rekaman wawancara. Seidman (2006 : 114 ) menyarankan peneliti untuk menggunakan perekam yang kecil dengan mik terpisah sehingga tidak menarik perhatian responden. Meskipun demikian, alat perekam memiliki kelebihan dalam menangkap hasil


(45)

wawancara lebih terpercaya daripada tulisan cepat, dan dapat memudahkan peneliti untuk fokus pada wawancara. (Hoepfl, 2007 : 5)

Wawancara dilakukan dengan perekam digital setelah meminta izin kepada responden. Beberapa responden merasa tidak nyaman dengan penggunakan perekam tersebut sehingga mengakibatkan informasi yang diberikan tidak terbuka, terutama menyangkut “dana”. Pada kondisi demikian, peneliti mencatat wawancara sambil menyimak penuturan responden. Peneliti juga mengkonfirmasi ulang (member check) catatan wawancara kepada responden. Sebagian besar responden menyetujui catatan tersebut dan beberapa orang mengoreksi pada bagian yang dianggapnya tidak sesuai.

Wawancara dilakukan peneliti dengan responden yang dianggap terkait dengan permasalahan penelitian, yaitu

1. Kepala madrasah/ sekolah serta pengelola keuangan, dan guru pada madrasah/sekolah yang menjadi lokasi penelitian.

2. Manajer Corporate Sosial Responsibility PT. Adaro Indonesia 3. Humas PT. Adaro Indonesia

4. Kepala Dinas Pendidikan Balangan 5. Kepala Dinas Pendidikan Tabalong.

6. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Balangan 7. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tabalong

8. Masyarakat dan tokoh masyarakat di desa tempat madrasah dan sekolah. Dokumentasi juga digunakan sebagai metode pengumpulan data pada penelitian ini. Analisis terhadap dokumen dapat dilakukan terhadap data


(46)

perusahaan, surat, surat kabar buku harian, laporan harian/bulanan/tahunan, dan dokumen yang relevan lain. Dokumentasi lebih berhubungan dengan data-data yang bersifat kuantitatif seperti antara lain jumlah siswa, jumlah sekolah, dan anggaran. Pada penelitian ini dokumentasi sangat berperan dalam mengumpulkan data terkait distribusi serta alokasi dana CSR PT. Adaro Indonesia. Data ini tidak bisa diambil dengan wawancara.

Selain wawancara, observasi digunakan pula dalam penelitian ini. Observasi dipakai untuk mengamati perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden tidak terlalu besar. Jika wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, observasi tidak terbatas pada orang, tetapi pada obyek-obyek alam lain. (Sugiyono,2008: 166) Observasi dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam daripada wawancara saja, karena observasi memberikan sebuah pengetahuan dari konteks sebuah kejadian. Peneliti dapat melihat sesuatu yang tidak disadari oleh responden atau sesuatu yang tidak dibicarakan. Observasi dapat dilakukan dengan melihat dari luar saja. Observasi juga dapat dilakukan dengan kehadiran pasif dan tidak berinteraksi dengan responden. Observasi juga bisa dengan interaksi terbatas atau dengan observasi yang aktif sepenuhnya.


(47)

D. Definisi Operasional

Definisi berikut dikemukakan untuk menyamakan pandangan dan pemahaman terhadap istilah-istilah dalam penelitian ini yaitu.

1. Pengelolaan adalah penataan atau pengaturan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

2. Corporate social responsibility (CSR) adalah bentuk tanggung jawab perusahaan atas dampak operasionalnya terhadap masyarakat berdasarkan regulasi, moral, dan komitmen pembangunan berkelanjutan yang melintas batas aturan yang berlaku.

3. Corporate social responsibility (CSR) pendidikan adalah program CSR yang dilaksanakan perusahaan untuk mendukung upaya peningkatan kualitas pendidikan.

4. Dana corporate social responsibility (CSR) pendidikan adalah dana yang yang diberikan melalui program CSR penddikan untuk mendukung proses pencapaian tujuan pendidikan.

5. Area sekitar tambang adalah wilayah daerah di sekitar mining Site yang meliputi lokasi tambang PT. Adaro Indonesia serta termasuk pula sekitar haul road yaitu jalan khusus tambang yang digunakan untuk mengangkut hasil eksploitasi batu bara dari lokasi tambang ke Pelabuhan Kelanis Sungai Barito, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah

6. Sekolah/madrasah di desa ring 1 adalah sekolah/madrasah yang terletak pada desa ring 1 yaitu desa yang bersentuhan atau akan bersentuhan dengan operasional dan atau dampak operasional perusahaan pertambangan batu bara


(48)

7. Sekolah/madrasah di desa ring 2 adalah sekolah/madrasah yang terletak di desa ring 2 yaitu desa yang rentan dengan berbagai kebutuhan berkaitan dengan operasional perusahaan pertambangan batu bara.

8. Siswa dari desa terdampak adalah siswa sekolah atau madrasah yang tinggal di desa ring 1 atau ring 2 (daftar desa pada lampiran 6)


(49)

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus menganalisis data (memahami makna yang terkandung dalam data) langsung di lapangan dan menentukan macam dan jumlah data yang akan dikumpulkan untuk berulang kali menguji hipotesis (simpulan sementara atas dasar data yang telah dianalisis, bukan jawaban sementara yang bersifat teoritis seperti dalam penelitian kuantitatif). Latief (2009) menjelaskan bahwa hal itu menyebabkan pengumpulan data tidak bisa diserahkan kepada orang lain, tetapi harus dikerjakan sendiri oleh peneliti

(human instrument). Instrumen disiapkan untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data tetapi pengumpulan data ini harus dilakukan sendiri oleh peneliti, tidak bisa diserahkan kepada orang lain. Sebagai human instrument, peneliti harus mampu mengobservasi perilaku dan harus mempertajam keahlian yang diperlukan bagi observasi dan wawancara face to face secara langsung. (Janesick, 2009 : 268) Peneliti harus menyiapkan pedoman wawancara, pedoman dokumentasi, dan pedoman observasi untuk memudahkannya bertindak sebagai

human instrument tersebut.

Terkait dengan human instrument, ada beberapa alasan lain mengapa peneliti sendiri harus bertindak sebagai pengumpul data, antara lain; peneliti sendirilah yang paling mengetahui apa yang sedang diteliti, data apa dan seberapa banyak yang perlu dikumpulkan, peneliti (manusia) mampu menangkap makna yang tersirat, yang tersembunyi atau yang ditutup-tutupi, mampu melihat apakah responden jujur atau berbohong, sedang takut atau sungkan, mampu menggali


(50)

lebih jauh informasi yang kurang lengkap, dan bisa merekam konteks saat informasi diperoleh.

Pengumpulan data yang dilakukan sendiri oleh peneliti dengan melibatkan diri pada konteks, kegiatan, atau habitat sumber informasi (disebut participant observation) menuntut peneliti menjaga obyektivitas dirinya. Objektivitas tersebut dapat dicapai dengan kenetralan peneliti. Data penelitian kualitatif menunjukkan objektivitas dengan konfirmabilitas data. Konfirmabilitas data sangat tergantung peneliti. Menurut Latief (2009) peneliti tidak boleh berada dalam suasana ketakutan (atau menakutkan bagi sumber informasi), sungkan, membenci atau sangat mencintai konteks dari, habitat dari, atau bahkan responden atau anggota komunitas yang sedang diteliti. Peneliti tidak boleh membawa praduga, baik praduga positif atau praduga negatif terhadap informasi yang akan atau sedang dikumpulkan. Peneliti tidak boleh membawa pesan sponsor yang mengurangi tingkat orisinalitas, obyektivitas, dan kealamiahan informasi.


(51)

F. Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Creswell (2010 : 274) mengemukakan bahwa proses analisis data secara keseluruhan melibatkan usaha memaknai data yang berupa teks atau gambar. Analisis dengan dilakukan dengan menghubungkan tema/deskripsi dan menginterpretasikan data-data tersebut.

Analisis terhadap teks (transkrip atau dokumen) dilakukan dengan metode

content analysis. Makna utama yang ditemukan melalui content analysis disebut sebagai pola atau tema. Misalnya, dokumen anggaran program CSR dianalisis dengan content analysis sehingga dapat ditemukan tema atau pola bahwa alokasi langsung untuk sekolah dan madrasah sangat sedikit. Pada proses content analysis

tersebut, peneliti menggunakan metode induktif yang menemukan pola, tema, dan kategori dalam sebuah data dan temuan muncul melalui pemahaman terhadap data tersebut. Analisis induktif merupakan salah satu ciri utama penelitian kualitatif. (Patton, 2002 : 453-454) Akan tetapi, metode deduktif juga dipakai ketika mengkonfirmasi data dengan teori yang telah dibangun.

Proses pengolahan data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya Data dalam penelitian kualitatif tersebut ditata dan diatur dalam unit tertentu, mensintesis data, mencari


(52)

pola dari data-data tersebut, menemukan yang penting dan perlu dipelajari, dan memutuskan apa yang perlu disampaikan kepada publik. (Hoepfl, 1997 : 6)

Pengolahan data kualitatif pada penelitian ini melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.(Huberman dan Miles, 2009 : 592) Ketiga tahapan dilakukan secara paralel pada masa pengumpulan data. Tiga tahap pengolahan data tersebut dilakukan sekaligus pada tiap analisis data.

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan memilih, menyederhanakan, pengabstrakan dan transformasi data pada catatan lapangan. Proses ini dilakukan selama penelitian berlangsung. Pada penelitian kualitatif, data perlu untuk direduksi dan diubah untuk menjadikan data tersebut siap dibaca, dipahami, dan menjadi terlihat berbagai tema dan pola. (Berg, 2001: 35) Pada tahap ini, peneliti melakukan perangkuman data, pengkodean, merumuskan tema-tema, pengelompokkan, dan penyajian secara tertulis.

2. Penyajian Data

Pada prinsipnya, penyajian data merupakan reduksi data pada tingkatan yang lebih tajam. Penyajian data pada prinsipnya menyampaikan data disajikan dengan teratur, informasi singkat tersusun yang memudahkan untuk ditarik simpulan. (Berg, 2001: 36) Penyajian data pada penelitian kualitatif pada umumnya berbentuk narasi. Catatan lapangan yang sulit diberi makna sehingga pada display data inilah data akan mudah dipahami.


(53)

3. Menarik Simpulan/Verifikasi

Data yang dikumpulkan merupakan bahan untuk mencari hubungan, persamaan, tema, pola, pertentangan atau memberi refleksi dalam suatu bentuk keteraturan atau konfigurasi. Setiap data yang telah direduksi dan disajikan merupakan simpulan yang masih parsial, tentatif, kabur diragukan. Verifikasi data merujuk kepada dua pertimbangan, pertama, simpulan dari data harus dikonfirmasi untuk menjamin data itu benar dan tidak merupakan bagian dari pikiran peneliti. Kedua, verifikasi menjamin bahwa semua prosedur yang digunakan telah dengan jelas disebutkan. Peneliti lain dapat melakukan pula mengkaji dan menganalisis, dan menbuat kesimpulan. Implikasinya, penelitian kualitatif harus memiliki arsip dokumentasi yang baik sebagai sebuah proses.

Data banyak dari sumber beragam akan menjadi verifikasi terhadap keabsahan penelitian. Simpulan-simpulan tersebut diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan menambah data baru atau metode lain.

Seperti telah disebut diatas objektivitas penelitian kualitatif ditunjukkan dengan konfirmabilitas data. Konfirmabilitas data pada penelitian ini tercermin dari field note, catatan wawancara, serta tabel pengolahan data. Selain itu, sebagai upaya menjamin kredibilitas data dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa hal yaitu

1. Memperpanjang Waktu Keikutsertaan

Usaha peneliti dalam memperpanjang waktu keikutsertaan dengan responden atau sumber data adalah dengan cara meningkatkan frekuensi


(54)

pertemuan dan menggunakan waktu seefisien mungkin. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan berkali-kali kunjungan ke madrasah/sekolah untuk menjamin kecukupan data.

2. Melakukan Pengamatan Secara Tekun

Pengamatan seeara tekun dan terus-menerus dilaksanakan untuk menemukan ciri-ciri atau unsur spesifik yang sesuai dengan situasi yang diteliti, secara lebih cermat, teliti dan mendalam. Melalui pengamatan secara tekun, peneliti dapat membedakan hal-hal yang bermakna dan tak-bermakna.

3. Triangulasi

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lainnya pada saat yang berbeda, atau data yang diperoleh dari satu sumber dengan pendekatan yang berbeda, untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang telah dikumpulkan. Triangulasi tidak sekedar mengkombinasikan data-data yang berbeda, tetapi berusaha membuat hubungan antar data tersebut sehingga mencegah hilangnya validitas setiap data. (Berg, 2001 :5)

Data-data yang diperlukan pada penelitian, sering tidak dapat diperoleh pada satu sumber, terutama menyangkut informasi alokasi dana. Oleh karena itu, peneliti melakukan mencari data tersebut ke pihak lain yang punya keterkaitan dengan itu.

4. Mengupayakan Referensi yang Cukup

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan itformasi yang diperlukan dengan menggunakan dukungan bahan referensi secukupnya, baik dari


(55)

media cetak maupun media lainnya. Mengupayakan referensi yang cukup adalah menyediakan semaksimal mungkin sumber data dari buku, jurnal, majalah, koran, makalah, kertas kerja dan brosur, media elektronika (alat rekam), serta realitas di lapangan seperti catatan observasi dan foto dokumentasi.

5. Melakukan Membercheck

Seperti halnya dengan cara pemeriksaan data yang lain, membercheck

juga dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan. Membercheck dilakukan pada setiap akhir kegiatan wawancara dengan responden. Dalam hal ini peneliti berusaha mengulangi kembali dalam garis besarnya, berdasarkan catatan peneliti, dengan maksud agar mereka memperbaiki bila ada kekeliruan dan menambahkan apa yang masih kurang. Membercheck bertujuan agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh responden. Setelah melakukan wawancara, peneliti kemudian mengkonfirmasi ulang poin-poin penting yang diperoleh dari wawancara. Mayoritas hasil wawancara disetujui oleh responden serta sebagian kecil responden lain meminta untuk diperbaiki. Beberapa hal yang menyangkut orang lain, responden meminta agar itu dirahasiakan.

Objektivitas dan tingkat kepercayaan penelitian kualitatif dapat diperoleh dengan melakukan multimetode. Hal itu dapat dilihat pada gambar berikut


(56)

GAMBAR 3. 1

OBJEKTIFITAS PENELITIAN KUALITATIF

Sumber : Dikembangkan dari http://jan.ucc.nau.edu/mid.edr.725/

Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kepercayaan penelitian kualitatif atau kesesuaian dengan realitas dapat dicapai dengan keberagaman responden dalam pengumpulan data, metode pengumpulan data yang beragam, serta dengan lokasi dan kasus yang juga beragam.

Realitas responden yang

beragam

Prosedur pengumpulan data

yang beragam Kasus atau

setting/lokasi yang beragam


(57)

Ahmad Juhaidi, 2012

Pengelolaan Dana Corporate Social ....

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Bertolak dari hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya penelitian ini menemukan beberapa fakta emperik yang menunjukkan bahwa pengelolaan bantuan dana pendidikan dari program corporate social responsibility (CSR) pendidikan PT Adaro Indonesia masih menghadapi permasalahan-permasalahan sehingga tidak efektif dan efesien jika ditinjau dari pembiayaan pendidikan. Terkait dengan itu, penelitian ini menyimpulkan

1. Perencanaan program CSR pendidikan peran pemerintah kabupaten, melalui tim perumus, sangat dominan dan sangat menentukan dalam pengambilan keputusan. Pada fase perencanaan ini, tim perumus menetapkan anggaran program CSR tidak berdasarkan pedoman/standar/kriteria-kriteria tertentu sehingga terbuka peluang untuk memanfaatkan dana CSR untuk kepentingan politik. Selain itu, partisipasi sekolah/madrasah serta Kementerian Agama Kabupaten Balangan/Kabupaten Tabalong sangat minim sehingga sehingga realitas kebutuhan sekolah/madrasah sering diabaikan.

2. Mekanisme dan proses penyaluran CSR pendidikan diawali oleh penetapan alokasi total program CSR yang diusulkan oleh perusahaan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Alokasi yang telah disetujui Kementerian ESDM dibagi untuk kabupaten secara proporsional. Alokasi tersebut menjadi dasar untuk menyusun draft program CSR dengan memperhatikan aspirasi masyarakat. Draft tersebut dibahas dalam Tim Perumus Pemerintah


(58)

Kabupaten untuk menetapkan anggaran program CSR di tingkat kabupaten yang dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Bupati. Setelah anggaran ditetapkan melalui SK Bupati, program dilaksanakan oleh pihak CSR perusahaan untuk program pembangunan fisik, pihak ketiga, atau sekolah/madrasah yang menerima langsung dana CSR. Pertanggungjawaban penggunaan dana tersebut menjadi bahan review perusahaan untuk kebijakan di tahun selanjutnya. Seluruh proses dan mekanisme penyaluran tersebut tidak memiliki pedoman/standar/kriteria yang harus menjadi pegangan semua pihak dalam melaksanakan program CSR sehingga membuka peluang terjadinya penyalahgunaan dana CSR.

3. Implikasi dari fase perencanaan, distribusi dan alokasi dana CSR pendidikan masih sedikit yang langsung diberikan kepada sekolah dan madrasah di desa ring 1 dan ring 2. Distribusi dan alokasi ini lebih banyak diberikan kepada pihak ketiga, sehingga mengurangi alokasi yang sampai ke proses pendidikan. Hal itu berpengaruh kepada dampak dari program CSR bagi pendidikan.

4. Penggunaan dana CSR pendidikan berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan tim perumus dan dituangkan dalam sebuah SK bupati. Penggunaan untuk pembangunan fisik dilakukan oleh pihak CSR perusahaan. Selain itu, penggunaan dana CSR dilakukan oleh pihak ketiga. Penggunaan oleh pihak ketiga menjadi cost driver sehingga dana yang digunakan untuk program CSR berkurang dan berisiko menurunkan kualitas program. Pada tingkat sekolah/madrasah, dana CSR digunakan untuk keperluan sekolah/madrasah


(59)

sesuai dengan proposal yang telah dikirim sekolah/madrasah dan disetujui tim perumus. Penggunaan dana CSR tersebut tidak memiliki petunjuk yang bersifat teknis dan standar-standar biaya yang harus dipenuhi penerima. Selain itu, transparansi penggunaan dana tidak ditemukan dalam program CSR ini sehingga banyak guru juga publik yang tidak mengetahui berapa alokasi bantuan di sekolah/madrasah. Implikasi dari penggunaan dana seperti itu adalah rentannya terjadi penyelewengan dalam pengunaan dana.

5. Pertanggungjawaban dalam penggunaan dana CSR yang dilakukan oleh sekolah/madrasah dengan cara membuat laporan berisi rincian penggunaan dana dan disertai dengan bukti fisik berupa kuitansi. Sekolah/madrasah yang menerima bantuan berupa barang/bangunan fisik, pertanggungjawaban sekolah/madrasah hanya menandatangani berita acara serah terima. Laporan pertanggungjawaban tersebut tidak diperiksa melalui audit serta tidak memperhatikan prinsip transparansi sehingga pertanggungjawaban tersebut rentan menjadi tidak akuntabel. Perusahaan tidak memiliki pedoman dan standar yang dapat mengurangi peluang penyalahgunaan dana CSR.

6. Pengawasan dalam program CSR pendidikan tidak optimal. Pengawasan yang tidak optimal membuka peluang bagi penyelewengan dan ketidaktepatan dalam pengelolaan dana CSR pendidikan yang berimplikasi kepada ketidakberhasilan program CSR pendidikan.

7. Hasil program CSR pendidikan terlihat pada bantuan fisik dan masih sedikit yang dapat mendukung secara langsung proses pendidikan. Oleh karena itu, dampak bagi peningkatan kualitas pendidikan masih rendah dan tidak


(60)

konsisten seperti yang diharapkan pada sekolah/madrasah. Efektifitas pengelolaan dana CSR pendidikan masih tidak maksimal sehingga output yang dihasilkan cenderung tidak sesuai dengan dengan input biaya. Hal itu terkait dengan kurangnya keterlibatan sekolah/madrasah, ketidaktepatan distribusi dan alokasi dan pengawasan yang tidak optimal.

8. Model Strategi Pengelolaan Dana CSR Pendidikan Berbasis Kebutuhan, Pemerataan, dan Keadilan merupakan solusi yang ditawarkan agar pengelolaan CSR pendidikan perusahaan pertambangan lebih konprehensif, tepat dan benar. Model ini fokus kepada kebutuhan siswa, pemerataan, dan keadilan bagi siswa yang tinggal pada desa terdampak. Ciri khas model ini adalah perhitungan alokasi dana CSR pada sebuah sekolah/madrasah yang berdasarkan jumlah siswa dari desa ring 1 dan ring 2. Model ini memberikan peluang yang sangat besar bagi partisipasi dan inisiasi sekolah/madrasah dalam seluruh proses program CSR dengan didukung oleh perusahaan melalui yayasan, pemerintah, dan masyarakat.


(61)

B. Rekomendasi

Bertolak dari kesimpulan diatas, peneliti mengajukan rekomendasi kepada semua pihak yang berwenang dan berkepentingan untuk mengimplementasikan Model Strategi Pengelolaan Dana CSR Pendidikan Berbasis Kebutuhan, Pemerataan, dan Keadilan sebagaimana dijelaskan pada bab empat bagian C halaman 293-323. Dengan model pengelolaan tersebut program CSR pendidikan akan berdampak lebih maksimal bagi peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu, secara khusus, rekomendasi disampaikan kepada

1. PT Adaro Indonesia

Campur tangan pemerintah yang sangat dominan harus direduksi tanpa menghilangkan sama sekali hubungan koordinasi. Penetapan distribusi dan alokasi harus tetap didasari oleh prioritas desa terdampak sebagai substansi dari program CSR. Beberapa hal yang dapat dilakukan PT Adaro Indonesia adalah a. Menyusun pedoman dan standar-standar dalam program CSR pendidikan,

terutama terkait dengan kriteria efektifitas biaya yang berhubungan dengan alokasi, standar biaya umum dalam penggunaan dana CSR oleh sekolah/madrasah serta pihak ketiga.

b. Melibatkan konsultan/pengawas independen yang akan mendampingi pengelolaan dana CSR pendidikan sejak perencanaan sampai implementasi di sekolah/madrasah.


(1)

US Departement of Education. (16.11.2011). What are Indirect Costs? (Online) tersedia http://www2.ed.gov/about/offices/list/ocfo/intro.html (20 Januari 2012)

Zuhdi, Muhammad (2005). “The 1975 Three-Minister Decree And The

Modernization Of Indonesian Islamic Schools”, American Educational

History Journal. Greenwich: 2005. Vol. 32, Iss. 1; pg. 36, 8 pgs (Online) tersedia

http://search.proquest.com/docview/230085430/fulltext/1334CC60BD331 2F6EEE/1?accountid=35150


(2)

Undang-Undang/Peraturan/Kebijakan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU Nomor 22 Tahun 1999 diundangkan, yang kemudian disempurnakan dengan

UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang pemerintah daerah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan Surat Keputusan Bupati Balangan Nomor 188.45/98/Kum Tahun 2010 tentang

Penetapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Adaro Indonesia dan Mitra Kerja dan Pembentukan Tim Perumus, Pelaksana Program dan Pengawas Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Adaro Indonesia dan Mitra Kerja Tahun 2010 di Kabupaten Balangan Surat Keputusan Bupati Tabalong Nomor 188.45/261/2010 tentang Pembentukan

Tim Perumus, Pelaksana, dan Pengawas serta Penggunaan Anggaran dan Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Adaro Indonesia dan Partner Tahun 2010 Kabupaten Tabalong


(3)

Dokumen

Adaro Indonesia (2010). Laporan Keberlanjutan PT. Adaro Indonesia 2009, Jakarta : PT. Adaro Indonesia

Adaro Indonesia. (tth). Profil Perusahaan PT. Adaro Indonesia, Jakarta : PT. Adaro Indonesia

African Union Convention on Preventing and Combating Corruption, 2003

Badan Akreditasi Sekolah Nasional/BASN. (2003). Bahan Rapat Koordinasi Nasional Akreditasi Sekolah, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Buku Inventaris Barang SMAN 1 Tanta

Daftar kolektif Hasil UN MAN 1 Tanjung tahun 2008 sd. 2010 Daftar kolektif Hasil UN SMAN 1 Tanta tahun 2008 sd. 2010 Daftar kolektif Hasil UN SMP 2 Tanta tahun 2008 sd. 2010 Data Pendukung DIPA MAN 1 Paringin Layap Tahun 2010

Dinas Pendidikan Kabupaten Tabalong, (2011). Rekapitulasi Hasil UN SMP/MTs, SMA/MA Kabupaten Tabalong tahun 2008 sd. 2010

Direktorat Pembinaan TK dan SD Depdiknas RI. (2010). Potret Hasil UASBN Tahun Pelajaran 2009/2010

Laporan Bulanan SMAN 1 Tanta Maret 2011

Laporan Penggunaan Bantuan Penyelesaian Mushala MIN Limau Manis Tahun 2009

Laporan Pertanggungjawaban Bantuan PT. Adaro Indonesia SMAN 1 Paringin OMB (Office of Management and Budget USA) . (2004). Circular A-21. Revised

05/10/2004 (online) tersedia

http://www.whitehouse.gov/sites/default/files/omb/assets/omb/circulars/a0 21/a21_2004.pdf (21 Januari 2012)

Profil dan Instrumen MTs Ar Raudlah Tanta Tabalong Profil MAN 1 Tanjung Tabalong

Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas RI, (2010) “Hasil UN


(4)

Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas RI, (2011) “Hasil UN

SMP/MTs dan SMA/MA serta SMK Tahun 2010 (CD interaktif)

Rekapitulasi Calon Penerima Beasiswa Adaro-Pama di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan Tahun 2009

Rekapitulasi Hasil UN SMP/MTs, SMA/MA Kabupaten Balangan tahun 2008 sd. 2010

Surat Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan kepada MAN Paringin Nomor 420/376/Dikdas/Disdik/2009, 28 April 2009, tentang Beasiswa Program Community Development PT. Adaro -Pama


(5)

Surat Kabar/Berita Online

Antara News. (23.11.2010). Beasiswa CSR Adaro (online) tersedia http://kalsel.antaranews.com/berita/577/beasiswa-csr-adaro, (26 Januari 2011)

Antara. (2007). Menkeu: Anggaran Pendidikan 2008 Kemungkinan 12 Persen, (Online).tersedia http://www.antara.co.id/arc/2007/10/1/menkeu-anggaran-pendidikan-2008-kemungkinan-12-persen/, (26 Januari 2011)

Banjarmasin Post (2011, 09.06). “BOS Terlambat Cair”, Banjarmasin : SKH

Banjarmasin Post

Banjarmasin Post. (2009, 22.03) “PGRI : Pemda Diskriminatif”, Banjarmasin :

SKH Banjarmasin Post.

BKPMD Kalsel, (2012). Pertambangan dan Energi, (Online) tersedia http://bkpmd.kalselprov.go.id/potensi-daerah/pertambangan-dan-energi. (23 Januari 2012)

Departemen Keuangan. (2008). Anggaran Pendidikan Dalam APBN 2009, (Online), tersedia http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-print-list.asp?ContentId=565. (30 Maret 2009)

http://www.disdik-kotasmg.org/ Pembiayaan Pendidikan dari BOS dan PENDAMPING BOS (BPP/BPPP). Sabtu, 04 April 2009 [Online] Kamis, 23 April 2009.

Husni Rahim.(2008). Keunikan Madrasah. (Online) tersedia . http://pendis.depag.go.id/madrasah/Insidex.php?i_367=at02100022, (25 April 2009)

Kompas (2011, 22, 7) Pengawasan Anggaran Pendidikan Lemah (Online) tersedia http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/22/02280774/Pengawasan.Angga ran.Pendidikan.Lemah

Kompas, (2009, 30, 03) Guru Madrasah Dirugikan: 12.000 Guru Belum Mendapat Tunjangan Profesi Sebesar Satu Kali Gaji, 30 Maret 2009, h. 12.

Kompas. (2009, 31, 03). Tunjangan Profesi Tetap Dibayarkan : Pemerintah Jamin Aturan Segera Selesai. 31 Maret 2009. h.12

Pemprov Kalsel (2009). Website Pemerintah Provinsi Kalsel (online), tersedia http://www.kalselprov.go.id/berita/royalti-batubara-minimal-30-persen, (11 November 2010)


(6)

Republika, (2009, 29,5), “Depag akan Negerikan 450 Madrasah Swasta”,

Republika, 29 Mei 2009, (Online), tersedia http://republika.co.id/berita/53250/Depag_akan_Negerikan_450_Madrasa h_Swasta, (11 November 2010)

Suara Karya. (2007). RUU APBN 2008 Disepakati,Anggaran Pendidikan Rendah. (Online), tersedia http://els.bappenas.go.id /upload/kliping/RUU% 20APBN% 202008.pdf. (30 Maret 2009)

Yunanto, Kurniawan Tri. (2008, 23,12). ICW: Pemerintah Berkelit Penuhi Hak Pendidikan. (Online), tersedia http://www.vhrmedia.com/vhr-news/berita,ICW-Pemerintah-Berkelit-Penuhi-Hak-Pendidikan-3142.html. (01 Januari 2009).

Fakultas Ekonomi UI. (2011). Promosi Doktor Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi (PPIA) FEUI: Dr. Yosefa Sayekti (online) tersedia http://www.fe.ui.ac.id/index.php/berita/449-promosi-doktor-ppia-dr-yosefa-sayekti (6 Januari 2012)