Peranan Corporate Social Responbility Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Toba Samosir

(1)

PERANAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TOBA SAMOSIR

(Studi pada Kecamatan Parmaksian) D

I S U S U N O L E H :

ERNY ELISABET H.S. (070903063)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

PERANAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY PT. TOBA PULP LESTARI Tbk. TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TOBA SAMOSIR

(Studi Pada Kecamatan Parmaksian) Skripsi ini disusun oleh :

Nama : Erny Elisabeth H.S. NIM : 070903063

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin, M.Si

Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di sekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan. Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Perusahaan selain mengejar keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan dirinya, juga memerlukan alam untuk sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan menggunakan pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial

Penelitian ini ingin melihat bagaimana peranan Corporate Soxial Responbility PT. Toba Pulp Lestari Tbk terhadap kesejahteraan masyarakat. Metode yang digunakan dalam

penelitin ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian menggunakan kuesioner yang dibagi kepada masyarakat di Kecamatan Parmaksian , infroman kunci yaitu kepala Humas, Kepala bidang CSR, Kepala Desa, Mitra bisnis PT TPL.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CSR PT Toba Pulp Lestari masih mengangap CSR sebagai biaya dan belum dianggap sebagai Investasi sosial. Tingkat keterliabatan masyrakat dalam pembuatan program CSR masih rendah. CSR telah berperan dalam bidang pendidikan yaitu dengan adanya perbaikan gedung-gedung sekolah dan adanya pemberian beasiswa. Peran CSR dalam bidang kesehatan yaitu melalui pengobatan gratis dan perbaikan fasilitas di puskesmas.. Untuk memberdayakan masyarakat perusahaan memberikan bantuan dalam pemberian ternak dan pertanian. Untuk lebih mensejagterahkan masyarakat PT Toba Pulp Lestari melakukan pembangunan infrastruktur di Kecamatan Parmaksian berupa perbaikan jalan, jembatan dan pengadaan air bersih.

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah seharusnya dalam pembuatan program CSR seharusnya perusahaan dapat lebih melibatkan masyarakat dan pemerintah agar program-program yang di akan dilaksnakan dapat menjawab permasalahan-permasalahab yang ada dalam masyarakat, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat lebih diringkatkan.

Kata Kunci : Corporate Social Responbility, Community Development, Kesejahteraan masyarakat


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR TABEL……… iii

DAFTAR LAMPIRAN……… xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Perumusan Masalah……….. 8

1.3.Tujuan Penelitian……… 8

1.4. Manfaat Penelitian………. 8

1.5. Sistematika Penulisan……… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responbility(Tanggung Jawab Social Perusahaan)………... 11

2.1.1. Pengertian Corporate Social Responbility………. 11

2.1.2. Penerapan CSR di Indonesia……… 23

2.2. Community Development (Pengembangan Masyarakat)…………... 30

2.3. Kerjasama tripartif (Pemerintah-Perusahaan-Masyarakat)…………. 36

2.4. Kesejahteraan Masyarakat……….. 43

2.5. Kerangka Pemikiran……… 47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian ………... 49

3.2. Lokasi Penelitian ……….... 49

3.3. Populasi dan Sampel ……….. 49

3.4. Konsep Penelitian ………... 50

3.5. Teknik Pengumpulan Data……….. 52

3.5.1. Data Primer………. 52

3.5.2. Data Sekunder ……… 52


(4)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Kecamatan Parmaksian ………. 54

4.1.1. Kondisi Geografis Kecamatan Parmaksian……… 54

4.1.2. Pemerintahan……… 56

4.1.3. Kondisi Demografi……….. 57

4.1.4. Kondisi Sosial Ekonomi………. 57

4.2. PT. Toba Pulp Lestari Tbk. ……… 4.2.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan………. 57

4.2.2. Profil Perusahaan ……… 62

4.2.3. Visi dan Misi Perusahaan………... 63

4.2.4. Struktur Organisasi Perusahaan……… 64

4.2.5. Konsep Corporate Social Responbility PT Toba Pulp Lestari….. 66

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Identitas Responden ………. 80

5.2. Pengetahuan Responden Mengenai CSR………. 82

5.3. Peranan CSR Terhadap Kesejahteraan Mayarakat……….. 88

5.4. Pembahasan……….. 95

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan……… 107

6.2. Saran………... 108 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Fokus dan Jenis Kegaiatan bidang CSR………. 72

Tabel 5.1 Identitas responden berdasarkan jenis kelamin……… 78

Tabel 5.2 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan……… 78

Tabel 5.3 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan………. 79

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Mengenai Istilah Corporate Social Responbility (CSR)……….. 81

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Program Tanggung Jawab Sosial PT. Toba Pulp Lestari……… 81

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Darimana Mengetahui Adanya Program Tanggung Jawab Sosial……….. 82

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden tentang tingkat Keseringan bantuan PT Toba Pulp Lestari kepada masyarakat……….. 83

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Musyawarah yang dilakukan oleh PT Toba Pulp Lestari………. 83

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Program Pembangunan Infrastruktur yang Dibangun PT. Toba Pulp Lestari….. 84

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kegiatan Oleh Pihak PT. Toba Pulp Lestari Didukung Peran Serta Dari Instansi Daerah……… 85

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan kegiatan yang dilibatkan dalm program CSR PT. Toba Pulp Lestari……… 85

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Program Bidang Pendidikan Yang Dilaksanakan PT Toba Pulp Lestari………. 86


(6)

Tabel 5.14 Ditribusi Responden Berdasarkan Jenis Bantuan Pendidikan yang Diberkan… 87 Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan pembangunan fasilitas pendidikan………. 88 Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Manfaat Dari Bantuan Pendidikan………. 89 Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Program di

Bidang Kesehatan……… …… 90 Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Manfaat Bantuan Kesehatan………. 91 Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat berobat………. 91 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Bantuan Langsung Dari PT Toba

Pulp Lestari……… 92 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Bantuan yag Diterima……….. 93


(7)

ABSTRAK

PERANAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY PT. TOBA PULP LESTARI Tbk. TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TOBA SAMOSIR

(Studi Pada Kecamatan Parmaksian) Skripsi ini disusun oleh :

Nama : Erny Elisabeth H.S. NIM : 070903063

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin, M.Si

Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di sekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan. Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Perusahaan selain mengejar keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan dirinya, juga memerlukan alam untuk sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan menggunakan pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial

Penelitian ini ingin melihat bagaimana peranan Corporate Soxial Responbility PT. Toba Pulp Lestari Tbk terhadap kesejahteraan masyarakat. Metode yang digunakan dalam

penelitin ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian menggunakan kuesioner yang dibagi kepada masyarakat di Kecamatan Parmaksian , infroman kunci yaitu kepala Humas, Kepala bidang CSR, Kepala Desa, Mitra bisnis PT TPL.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CSR PT Toba Pulp Lestari masih mengangap CSR sebagai biaya dan belum dianggap sebagai Investasi sosial. Tingkat keterliabatan masyrakat dalam pembuatan program CSR masih rendah. CSR telah berperan dalam bidang pendidikan yaitu dengan adanya perbaikan gedung-gedung sekolah dan adanya pemberian beasiswa. Peran CSR dalam bidang kesehatan yaitu melalui pengobatan gratis dan perbaikan fasilitas di puskesmas.. Untuk memberdayakan masyarakat perusahaan memberikan bantuan dalam pemberian ternak dan pertanian. Untuk lebih mensejagterahkan masyarakat PT Toba Pulp Lestari melakukan pembangunan infrastruktur di Kecamatan Parmaksian berupa perbaikan jalan, jembatan dan pengadaan air bersih.

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah seharusnya dalam pembuatan program CSR seharusnya perusahaan dapat lebih melibatkan masyarakat dan pemerintah agar program-program yang di akan dilaksnakan dapat menjawab permasalahan-permasalahab yang ada dalam masyarakat, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat lebih diringkatkan.

Kata Kunci : Corporate Social Responbility, Community Development, Kesejahteraan masyarakat


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, para pemimpin perusahaan menghadapi tugas yang menantang dalam menerapkan standar-standar etis terhadap praktik bisnis yang bertanggungjawab. Perusahaan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk mendapatkan keuntungan yang optimal supaya dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Namun dalam usaha untuk mencapai keuntungan yang optimal ini perusahaan juga harus memperhatikan lingkungan sekitar perusahaan yaitu masyarakat setempat dan pemerintah.

Perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaam manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan CSR dari Surat perusahaan dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah praktek yang dikenal sebagai "Investasi bertanggung jawab sosial" (socially responsible investing).

Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait,


(9)

utamanya masyarakat di sekelilingnya dan lingkungan sosial dimanaperusahaan tersebut berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secaraberkelanjutan

Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan "perbuatan baik", namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan di masa lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian bea siswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan dalam mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik dimata komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas.

Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan(stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.

Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Perusahaan selain mengejar keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan dirinya, juga memerlukan


(10)

alam untuk sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan menggunakan pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial. Dengan demikian keberlangsungan usaha tersebut dapat berlangsung dengan baik dan secara tidak langsung akan mencegah konflik yang merugikan.

Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.

Perihal penerapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan dan keputusan menteri, yaitu UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal LNNo.67 TLN No.4274, UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Mewajibkan CSR merupakan salah satu upaya pemerintah dan menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi. Setelah sepuluh tahun terakhir ini CSR telah menjadi salah satu isyu sosial maupun isyu pembangunan, yang menggelilitik begitu banyak pihak di Indonesia, kemudian negara memutuskan untuk mengaturnya melalui UU No. 40 mengenai Perseroan Terbatas pada tahun 2007. Melalui undang-undang tersebut CSR lebih difokuskan kepada kewajiban perusahaan untuk melaksankan Tanggung Jawab sosial dan Lingkungan (TSL) yaitu


(11)

perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam ataupun kegiatannya terkait dengan sumber daya alam sehingga undang-undang tersebut dirasakan diskriminatif sementara di lain pihak, hal ini membahagian bagi perusahaan-perusahaan yang merasa bahwa bidang usahanya tidak terkena kewajiban untuk melakukan CSR. (anggusti, martono. 2010:15)

PT TPL (PT Toba Pulp Lestari) yang sebelumnya bernama PT Inti Indorayon Utama (PT IIU atau Indorayon) yang didirikan 26 April 1983 di Sosor Ladang, Porsea, kabupaten Tobasa.yang didirikan oleh Pengusaha kaya Sukanto Tanoto. Keluarga Sukanto Tanoto sebagai pemilik saham terbesar di PT IIU/TPL dan memiliki berbagai perusahaan properti seperti PT Nusantara Puspa Utama, PT Raja Garuda Mas Lestari, PT Supra Uniland Utama, PT Kawasan Industri Belawan, United City Bank, dan berbagai bisnis keuangan mereka. Kelompok Raja Garuda Mas milik keluarga Tanoto ini bersama kongsinya Sinar Mas dan Salim, merajai produksi pulp dan kelapa sawit di Indonesia. PT. Inti Indorayon Utama sekarang bernama PT. Toba Pulp Lestari Bergerak di bidang industri pabrik bubur Kertas. Untuk menjalankan proses produksinya perusahaan membutuhkan bahan baku berupa kayu. Untuk itu perusahaan mengeksploitasi hutan-hutan yang ada di daerah sekitar Daerah Tapanuli. Namun pengambilan kayu-kayu tersebut berakibat konflik terhadap masyarakat sekitar. Masyarakat Menuntut Bahwa PT. Toba Pulp Lestari Telah Merusak lingkungan dengan penebangan pohon Dan membuang limbah sembarangan. Tekanan masyarakat yang terus menerus membuat PT. Inti Indorayon Utama (Toba Pulp Lestari) sempat berhenti beroperasi. Sebelum Tahun 2003 beroperasi kembali dan namanya diganti menjadi PT.Toba Pulp Lestari. Namun PT Toba Pulp Lestari membuat perubahan dalam meningkatkan manajemen terhadap tanggung jawab social Perusahaan terhadap lingkungan sekitar.

Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PT TPL yaitu dengan memberikan dana konstribusi sosial untuk pengembangan masyarakat sebesar 1% dari net sales per tahun. Dana


(12)

CSR dialokasikan untuk membiayai program pemberdayaan masyarakat di kawasan terdekat dengan wilayah kerja perusahaan, di delapan kabupaten, yakni Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Pakpak Bharat, Samosir, Simalungun dan Tapsel. Dan khusus untuk daerah Toba samosir dana yang didapatkan 50 % dari dana hasil 1% keuntungan perusahaan. Hal ini disebabkan Kabupaten Toba Samosir merupakan kabupaten tempat beroperasinya PT. Toba Pulp Lestari dan Kabupaten ini secara langsung mendapat dampak negatif yang ditimbulkan dari beroperasinya perusahaan ini. PT. Toba Pulp Lestari yang sejak berdirinya tidak diterima oleh masyarakat di sekitarnya perlahan-lahan mulai terima karena perusahaan ini mulai memperlihatkan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat sekitar.

Kecamatan Parmaksian merupakan kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Porsea. Luas Kecamatan Parmaksian yaitu 46,43 km2 (4.643 ha), 1.234 ha merupakan areal persawahan dan sisanya 3.409 ha merupakan tanah kering termasuk areal perumahan. Kecamatan Parmaksian terdiri dari 9 desa dan 1 kelurahan. Jumlah penduduk di kecamatan ini berjumlah 8.164 jiwa yang terdiri dari 4.017 jiwa laki –laki dan 4.147 perempuan. Jumlah rumah tangga di Kecamatan Parmaksian pada tahun 2009 berjumlah 1.983 Rumah Tangga.

Masyarakat di kecamatan ini lebih banyak menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Karena sebagian besar penduduknya berkerja sebagai petani. Pertanian di daerah parmaksian hanya berlangsung 2 kali dalam setahun. Sehingga pada saat pasca panen masyarakat tidak memiliki pekerjaan yang dapat membantu atau menopang kehidupan mereka. Selain itu mata pencarian masyarakat sangat bertentangan dengan kegiatan perusahaan, dimana masyarakat menganggap bahwa aktivitas perusahaan dapat merusak lingkungan yang akan berdampak pada pertanian mereka.


(13)

Dari segi pendidikan penduduk di desa ini masih pada tahap SMA sehingga apabila bekerja pada PT Toba Pulp Lestari maka jabatan yang mereka dapatkan yaitu jabatan yang masih renadah.

Dana CSR yang akan diberikan oleh PT. Toba Pulp Lestari kepada masyarakat tidak lepas dari peran pemerintah daerah. Dana yang diberikan PT. Toba Pulp Lestari dalam bentuk 1% dari keuntungan bersih di berikan kepada pemerintah setempat. Pemerintah akan menggunakan dana tersebut untuk membangun fasilitas-fasilitas umum yang berguna untuk masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Toba Pulp Lestari terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi pada Kecamatan Parmaksian)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan di jawab melalui penelitian ini adalah “Bagaimana peranan Corporate Social Responbility PT.Toba Pulp Lestari terhadap Kesejahteraan Masyarakat

kabupaten Toba Samosir (Studi : Kecamatan Parmaksian)”?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh tentang:

1. Untuk mengetahui peranan CSR PT.TPL terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Parmaksian.


(14)

2. Untuk mengetahui format dan konsep CSR yang telah diimplementasikan PT. Toba Pulp Lestari di Kecamatan Parmaksian..

1.4. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, sebagai tambahan wawasan untuk mengetahui apakah dampak Program CSR PT. Toba Pulp Lestari terhadap kesejahteraan masyarakat kecamatan Parmaksian kabupaten Toba Samosir.

2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya, sekaligus untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan dalam hal penelitian bagi penulis.

3. Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian yang relevan yang telah ada dan sebagai acuan kepeda peneliti yang hendak melakaukan penelitian yang bahannya sama di masa mendatang.

4. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut untuk meneliti topik yang sama.

5. Bagi para pengambil kebijakan pada manajemen PT. Toba Pulp Lestari, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dalam menghasilkan perencanaan yang lebih baik dalam Penerapan CSR Perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.


(15)

BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini berisi teori-teori dan referensi lain yang dipakai selama penelitian. Teori-teori di sini tidak berfungsi untuk membangunkerangka berpikir, tetapi lebih berfungsi sebagai bekal peneliti untuk memahami situasi politik sosial yang ada.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian, sejarah singkat dan visi misi organisasi.

BAB V : PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang dianalisi.

BAB VI : PENUTUP


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN)

2.1.1 Pengertian Corporate Social Responbility (CSR)

Corporate social respobility (CSR) menjadi tuntutan tak terelakkan seiring dengan bermunculannya tuntutan komunitas terhadap korporat. Korporat sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada disekelilingnya. Ini artinya, telah terjadi pergeseran hubungan antara korporat dan komunitas. Korporat yang semuka memposisikan diri sebagai pemberi donasi melalui kegiatan charity dan phylantropy, kini memposisikan komunitas sebagai mitra yang turut andil dalam kelangsungan eksistensi perusahaan.

Sekitar 50 tahun yang lalu, H.R. bowen berpendapat bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Pendapat bowen tersebut telah memberikan kerangka dasar bagi pengembangan konsep tanggung jawab sosial ( social responbility). (Ismail solihin, 2008:1)

Yang menarik, sebagai sebuah konsep yang makin populer, CSR ternyata belum memiliki definisi yang tunggal. The World Bussines Council for Sustainable Development (WBCSD), mendefinisikan CSR sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak


(17)

secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dam masyarakat secara lebih luas.

Selain itu, ISO 2006 mengenai guidance on social Responbility juga memberikan defenisi CSR yaitu tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

Menurut Edi Suharto, pendefinisian CSR yang relatif lebih muda dipahami dan bisa dioperasionalkan untuk kegiatan audit adalah dengan mengembangkan konsep Tripple bottom line dan menambahkan nya dengan satu lines yaitu procedure. Dengan demikian defenisi CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (pfofit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional. (martono anggusti,2010:11)

Pada dasarnya bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat beraneka ragam dari yang bersifat charity sampai pada kegiatan yang bersifat pengembangan komunitas, dari yang bernuansa abstrak sampai pada bentuk yang konkrit. Akan tetapi dari keseluruhan kegiatan tersebut, pada dasarnya tidak terkait dengan produk dari yang dihasilkan oleh perusahaan. Kegiatan program yang dilakukan oleh perusahaan dalam konteks tanggung jawab sosialnya dapat dikategorisasikan dalam tiga bentuk (bambang rudito & melia famiola.2007 :210)


(18)

1. Public relations

Usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan perusahaan. Biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali dengan produk yang dihasilkan oeh perusahaan yang bersangkutan. Bentuk ini lebih ditekankan pada penanaman persepsi tentang perusahaan dengan si perusahaan membuat suatu kegiatan sosial tertentu dan khusus sehingga tertanam dalam image komunitas bahwa perusahaan tersebut banyak melakukan kegiatan sosial sampai anggota komunitas tidak mengetahui produk apa yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Atau sebaliknya anggota komunitas mengetahui produk yang dihasilkan oleh perusahaan, akan tetapi tertanam di benak anggota komunitas bahwa perusahaan yang bersangkutan selalu menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kegiatan sosial.

Kegiatan atau usaha ini lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan komunitas, khususnya menanamkan sebuah persepsi yang baik tentang perusahaan terhadap komunitas. Pekerjaan untuk model public relations ini lebih banyak menjadi tugas dari unit kerja hubungan komunitas dalam sebuah perusahaan.

2. Strategi defensif

Usaha yang dilakukan oleh perusahaan guna menangkis anggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan terhadap karyawan dan biasanya untuk melawan ‘serangan’ negatif dari anggapan komunitas yang sudah terlanjur berkembang. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan sasaran yang berbeda dengan anggapan yang telah berkembang atau bertolak belakang dengan persepsi-persepsi yang ada di komunitas pada umumnya. Prinsipnya hampir sama dengan bentuk kegiatan public relations, akan tetapi berbeda pada proses kejadiannya.


(19)

Pada public relations, pada dasarnya menjalin hubungan yang belum ada, sedangkan pada strategy defensif mengarah pada proses melawan kejadian yang pernah dialami, artinya angggapan komunitas terhadap perusahaan sudah ada sebelumnya dan anggapan ini biasanya bernada negatif yang pada umumnya bicara tentang aktivitas dari perusahaan yang bersangkutan yang negatif terhadap sesuatu hal. Usaha CSR yang dilakukannya adalah untuk merubah angggapan yang berkembang sebelumnya dengan menggantinya dengan yang baru sebagai suatu anggapan baru yang bersifat positif.

Sehingga usaha dari perusahaan yang melakukan CSR dari bentuk ini adalah seakan merupakan perlawanan terhadap pandangan orang luar terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perlawanan ini tentunya harus ditunjang dengan modal yang tidak sedikit, hal ini berkaitan dengan usaha membersihkan nama baik yang telah beredar secara luas di dalam kehidupan komunitas, sedangkan untuk mengganti secara menyeluruh seperti mengganti logo tidak memungkinkan dan bahkan menjadi kerugaian yang besar.

3. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari visi perusahaan itu.

Melakukan program untuk kebutuhan komunitas atau komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan perusahaan yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri. Kegiatan perusahaan dalam konteks ini adalah sama sekali tidak mengambil suatu keuntungan secara materil tetapi berusaha untuk menanamkan kesan baik terhdap komunitas tau komunitas berkaitan dengan kegiatan perusahaan.

Biasanya bentuk keinginan tulus suatu perusahaan dalam kegiatan tanggung jawab sosialnya adalah berkaitan erat dengan kebudayaan perusahaan yang berlaku (corporate culture). Kegiatan


(20)

CSR dari perusahaan yang bersangkutan didorong oleh kebudayaan yang berlaku perusahaan, sehingga secara otomatis dalam kegiatan CSR perusahaan yang bersangkuatan sudah tersirat etika dari perusahaan tersebut.

Substansi keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat di sekitarnya. Ada enam kecenderungan utama yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin, posisi negara yang semakin berjarak kepada rakyatnya, semakin mengemukanya arti kesinambungan, semakin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik yang terkadang bersifat anti-perusahaan, tren ke arah transparansi, harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi.

Lantos menggunakan klasifikasi Carrol sebagai dasar untuk melihat pelaksanaan CSR pada perusahaan yaitu:

1. Tanggung Jawab Ekonomi

Tanggung jawab ekonomi artinya bahwa tetap menguntungkan bagi pemegang saham, menyediakan pekerjaan yang bagus bagi para pekerjanya, dan menghasilkan produk yang berkualitas bagi pelanggannya.

2. Tanggung Jawab Hukum

Setiap tindakan perusahaan harus mengikuti hukum dan berlaku sesuai aturan permainan


(21)

Menjalankan bisnis dengan moral, mengerjakan apa yang benar, apa yang dilakukan harus fair dan tidak menimbulkan kerusakan

4. Tanggung Jawab Filantropis

Memberikan kontribusi secara sukarela kepada masyarakat, memberikan waktu, dan uang untuk pekerjaan yang baik

Dari klasifikasi Caroll tersebut di atas, Lantos membuat klasifikasi yang berkaitan dengannya yaitu:

1. Ethical CSR

Secara moral perusahaan memilih untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan dari segi ekonomi, hukum, dan etika.

2. Altruistic CSR

Memenuhi tanggung jawab filantropik perusahaan, melakukan pencegahan timbulnya kerusakan, untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa memperhitungkan apakah hal itu menguntugkan perusahaan atau tidak

3. Strategic CSR

Memenuhi tanggung jawab filantropik yang menguntungkan perusahaan melalui publikasi positif dan goodwill. (Ati Harmoni: 2008)

Corporate Social Responbility adalah elemen penting dalam kerangka keberlanjutan usaha suatu industri yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya. Definisi secara luas yang ditulis sebuah organisasi dunia World Bisnis Council for sustainable


(22)

Development (WBCD) menyatakan bahwa CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya serta seluruh keluarga. Sedangkan menurut Nuryana CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.

CSR dapat dikatakan sebagai tabungan masa depan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh bukan hanya sekedar keuntungan secara financial namun lebih pada kepercayaan dari masyarakat sekitar dan para stakeholders berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Penelitian yang dilakukan Sandra Waddock dan Samuel Graves membuktikan bahwa perusahaan yang memperlakukan stakeholders mereka dengan baik akan meningkatkan kelompok mereka sebagai suatu bentuk manajemen yang berkualitas.

Stakeholders bukan hanya masyarakat dalam arti sempit yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi perusahaan melainkan masyarakat dalam arti luas, misalnya pemerintah, investor, elit politik, dan lain sebagainya. Bentuk kerjasama yang dibentuk antara perusahaan dan stakeholders hendaknya juga merupakan kerjasama yang dapat saling memberikan kesempatan untuk sama-sama maju dan berkembang. Program-program CSR yang dibuat untuk kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya akan berbalik arah yaitu memberikan keuntungan kembali bagi perusahaan tersebut. Diharapkan perusahaan dengan seluruh stakeholders dapat bersama-sama bekerjasama mengembangkan CSR sehingga keberlanjutan perusahaan baik itu keuntungan ekonomi (keuntungan financial) keuntungan sosial maupun keuntungan lingkungan dapat terwujud.


(23)

CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan (firm’s behaviour), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci:

1. Good corporate governance: etika bisnis, manajemen sumberdaya manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja;

2. Good corporate responsibility: pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community development), perlindungan hak azasi manusia,perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya.

Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memerhatikan dan melibatkan shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR seringkali dimaknai sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekadar kepatuhan terhadap hukum.

CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial- ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Pengertian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah dengan mengembangkan konsep Tripple Bottom Lines (profit, planet dan people) yang digagas Elkington (1998). Istilah triple bottom line dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997. Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang


(24)

ingin berkelanjuta haruslah memperharikan “3P”. Selain mengejar profit perusahaan juga mesti memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkonstribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).

Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi financial-nya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial lingkungannya.

1. Profit (keuntungan)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambahan semaksimal mungkin.

Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja melalui penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Termasuk juga menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.


(25)

Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tidak terpisahakan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakt sekitar. Karenanya pula perusahaan perlu untuk melakukan berbagi kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyrakat.

Dalam hal ini, bentuk tanggung jawab sosial perusahaan bersifat syarat perlu yang didasarkan atas pilihan sendiri bukan karena “:dipaksa” oleh aturan atau “tekanan” masyarakat dan datang dari niat baik yan tulus.

Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa depan. Artinya CSR bukan lagi dilihat sebagi sentra baiya (cost centre) melainkan sentra laba (profit centre) di masa mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan.

3. Planet ( Lingkungan )

Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan kita. Hubungan kita dengan lingkungan adalah hubungan sebab akibat, di mana jika kita merawat lingkungan, maka lingkungan pun akan memberikan manfaat kepada kita. Sebaliknya, jika kita merusaknya, maka kita akan menerima akibatnya.

Keuntungan merupakan inti dari bisnis dan ini merupakan hal yang wajar. Maka, kita melihat banyak pelaku industri yang hanya mementingkan bagaimana menghasilkan uang


(26)

sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya apapun untuk melestarikan lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan, mereka akan memperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, disamping ketersediaan sumberdaya yang lebih terjamin kelangsungannya.

Sebaliknya, kurangnya kepedulian terhadap lingkungan kerap harus dibayar dengan harga yang mahal dengan timbulnya bermacam penyakit, bencana lingkungan atau kerusakan alam lainnya. Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan memang penting, namun tak kalah pentingnya juga memperhatikan kelestarian lingkungan.

2.1.2 PENERAPAN CORPORATE RESPONBILITY DI INDONESIA

Konsep mengenai CSR mulai hangat dibicarakan di Indonesia sejak tahun 2001 dimana banyak perusahaan maupun instansi-instansi sudah mulai melirik CSR sebagai suatu konsep pemberdayaan masyarakat. Sampai saat ini, perkembangan tentang konsep dan implementasi CSR pun semakin meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hal ini terbukti dari banyaknya perusahaan yang berlomba-lomba untuk melakukan CSR. Pelaksanaannya pun semakin beranekaragam mulai dari bentuk program yang dilaksanakan, maupun dari sisi dana yang digulirkan untuk program tersebut.

Contoh kegiatan untuk program CSR yang dilakukan oleh perusahaan antara lain pemberian beasiswa, bantuan langsung bagi korban bencana, pemberian modal usaha, sampai pada pembangunan infrastruktur seperti pembangunan sarana olah raga, sarana ibadah maupun sarana umum lainnya yang dapat dimafaatkan oleh masyarakat.

Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas


(27)

sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk peran serta dan kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.

Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di seputar perusahaan. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi karitatif dan kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan secara ad-hoc, partial, dan tidak lembaga. CSR tataran ini hanya sekadar do good dan to look good, berbuat baik agar terlihat baik. Perusahaan yang melakukannya termasuk dalam kategori ”perusahaan impresif”, yang lebih mementingkan ”tebar pesona” (promosi) ketimbang ”tebar karya” (pemberdayaan) (Suharto, 2008a).

Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan karitatif semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan community development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment dan sustainable development. Prinsip-prinsip good corporate governance, seperti fairness, transparency, acaountability, dan responbility kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan program CSR. Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini juga sudah mulai beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan need assesment. Mulai dari pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pemberian pinjaman modal bagi UKM, social forestry, penakaran kupu-kupu, pemberian beasiswa, penyuluhan HIV/AIDS, penguatan kearifan lokal, pengembangan skema perlindungan sosial berbasis masyarakat dan seterusnya. CSR pada tataran ini tidak sekadar do good dan to look good,


(28)

melainkan pula to make good, menciptakan kebaikan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Model pelaksaan CSR juga bemacam-macam. Setidaknya terdapat empat model pelaksanaan CSR yang umum digunakan di Indonesia. Keempat model tersebut antara lain:

1. Terlibat langsung. Dalam melaksanakan program CSR, perusahaan melakukannya sendiri tanpa melalu perantara atau pihak lain. Pada model ini perusahaan memiliki satu bagian tersediri atau bisa juga digabung dengan yang lain yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan sosial perusahaan termasuk CSR.

2. Melalui Yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri dibawah perusahaan atau groupnya. Pada model ini biasanya perusahaan sudah menyediakan dana khusus untuk digunakan secara teratur dalam kegiatan yayasan. Contoh yayasan yang didirikan oleh perusahaan sebagai perantara dalam melakukan CSR antara lain; Danamon peduli, Samporna Foundation, kemudian PT. Astra International yang mendirikan Politeknik Manufaktur Astra dan Unilever peduli Foundation (UPF).

3. Bermitra dengan pihak lain. Dalam menjalankan CSR perusahaan menjalin kerjasama dengan pihak lain seperti lembaga sosial non pemerintah, lembaga pemerintah, media massa dan organisasi lainnya. Seperti misalnya Bank Rakyat Indonesia yang memiliki program CSR yang terintegrasi dengan strategi perusahaan dan bekerjasama dengan pemerintah mengeluarkan produk pemberian kredit untuk rakyat atau yang di kenal dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Contoh lain adalah kerjasama perusahan dengan lembaga-lembaga sosial seperti Dompet Dhuafa, Palang Merah Indonesia dan lain sebagainya.


(29)

4. Mendukung atau bergabung dengan suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.

Dalam melakukan CSR, tentunya perusahaan memiliki alasan diantaranya adalah:

1. Alasan Sosial.

Perusahaan melakukan program CSR untuk memenuhi tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Sebagai pihak luar yang beroperasi pada wilayah orang lain perusahaan harus memperhatikan masyarakat sekitarnya. Perusahaan harus ikut serta menjaga kesejahteraan ekonomi masyarakat dan juga menjaga lingkungan dari kerusakan yang ditimbulkan.

2. Alasan Ekonomi.

Motif perusahaan dalam melakukan CSR tetap berujung pada keuntungan. Perusahaan melakukan program CSR untuk menarik simpati masyarakat dengan membangun image positif bagi perusahaan yang tujaan akhirnya tetap pada peningkatan profit.

3. Alasan Hukum.

Alasan hukum membuat perusahaan melakukan program CSR hanya karena adanya peraturan pemerintah. CSR dilakukan perusahaan karena ada tuntutan yang jika tidak dilakukan akan dikenai sanksi atau denda dan bukan karena kesadaraan perusahan untuk ikut serta menjaga lingkungan. Akibatnya banyak perusahaan yang melakukan CSR sekedar ikut-ikutan atau untuk menghindari sanksi dari pemerintah. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang PT No. 40 pasal 74 yang isinya mewajibkan pelaksanaan CSR bagi perusahaan-perusahaan yang terkait terhadap SDA dan yang menghasilkan limbah. Adapun isi dari pasal tersebut adalah :


(30)

Ayat 1, dijelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Ayat 2 dijelaskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran.

Ayat 3 menggariskan perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana Pasal 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan adanya undang-undang ini nampaknya semakin membuat konsep CSR di Indonesia bias makna. CSR bukan lagi sebagai tanggungjawab sosial yang bersifat sukarela dari perusahaan untuk masyarakat sekitar tapi berubah menjadi suatu keterpaksaan bagi perusahaan. Apapun alasan dalam pelaksanaan CSR, hendaknya perusahaan tetap berpijak pada prinsip dasar dari CSR itu sendiri

Berikut Sejumlah peraturan perundang-undangan yang memuat masalah kaidah implementasi tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia.

1. Keputusan Presiden Nomor 90 tahun 1995 dimana pasal 2 butir 1 menyatakan bahwa wajib pajak organisasi ataupun orang pribadi dapat menyumbangkan sampai dengan setinggi-tingginya dua persen dari keuntungan atau penghasilan setelah pajak penghasilan yang diperolehnya dalam satu tahun pajak yang digunakan bagi pemberdayaan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtrera satu;

2. Keputusan Presiden Nomor 92 Tahun 1996, diubah menjadi: wajib pajak organisasi ataupun orang pribadi wajib memberikan konstribusi bagi pemberdayaan keluarga yang


(31)

belum sejahtera dan keluarga sejahtera satu sebanyak dua persen dari keuntungan setelah pajak penghasilan dalam satu tahun pajak;

3. Undang-undang Nomor 19 tahun 2003, dimana pasal butir e menyatakan bahwa BUMN harus terlibat aktif memberikan bimbingan dan kontribusi kepada perusahaan lemah, koperasi dan masyarakat;

4. Keputusan Menteri BUMN Nomor Keputusan 236/MBU.2003, mewjibkan BUMN untuk mengimplementasikan program kerjasama dan program pengembangan lingkungan. 5. Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-433/MBU/2003, menyatakan bahwa BUMN

diwajibkan membentuk bagian tersendiri yang secara khusus mengelola program pembinaan lingkungan;

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, dimana pasal 15 butir b menyatakan bahwa penanam modal yang memanfaatkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui wajib menyediakan biaya secara bertahap untuk pemulihan lingkungan; pasal 34 menyatakan bahwa perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban program tanggung jawab sosial akan dikenai hukuman yang bersifat administratif.

7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, dimana ayat 1 menyatakan, bahwa perusahaan yang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib mengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat setempat dan lingkungan; ayat 2 menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat setempat dan lingkungan adalah kewajiban perusahaan bagi masyarakat setempat dan lingkungan adalah kewajiban perusahaan yang diperuntukkan dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran;dan ayat 3


(32)

menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menjalankan kewajiban dikenai hukuman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2 COMMUNITY DEVELOPMENT ( PEMBERDAYAAN MASYARAKAT)

Pasal 74 ayat 1 UU PT berbunyi, “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.” Penjabaran pasal ini lebih mengarah kepada community development .

Budimanta mendefinisikan comunity development (CD) sebagai kegiatan pengembangan masyarkat yang diselenggarakan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk dapat memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial,ekonomi,dan kualitas kehidupan yang lebih baik.secara hakikat CD merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan komunitas lokal. Artinya, industri adalah sebuah elemen dari serangkaian elemen yang ada dalam masyarakat. Sebagai salah satu elemen, industri masuk dalam struktur sosial masayarakat setempat dan berpengaruh terhadap elemen lain yang ada. Dengan kesadarannya, industri harus dapat membawa komunitas lokal ke arah kemandirian tanpa merusak tatanan sosial busaya yang sudah ada (rudito dalam Rudito&budimanta, 2003;28 dalam buku corporate responbility, rahman reza 2009:9)

Konsep dasar Comunity Development adalah kesadaran bahwa tedapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara perusahaan dengan komunitas yang berada dalam


(33)

lingkungan sekitarnya. Komunitas lokal mengharapkan perusahaan bersedia membantu mereka dalam menghadapi masalah-masalah mereka. Sebaliknya, pihak perusahaan mengharapkan mereka diperlakukan secara adil dan cara pandang yang suportif.

Pihak perusahaan harus mengeksplorasi hubungan mereka dengan komunitasnya. Langkah-langkah konkret yang harus dilakukan adalah melakukan analisis kebutuhan komunitas. Dalam melakukan analisis kebutuhan, harus diperhatikan benar agar dapat memenuhi kebutuhan dan bukan sekedar keinginan yang bersifat superfisisal demi pemenuhan sesaat saja. Analisis harus dilakukan secara mendalam agar dapat menggali kebutuhan yang sesungguhnya, bukan berlandaskan keinginan perusahaan atau keinginan tokoh-tokoh masayarakat.

Musyawarah adalah sebuah pendekatan yang dapat dimasukkan ke dalam eksplorasi kebutuhan dan identifikasi masalah. Musyawarah dilakukan dengan melibatkan pihak perusahaan, Pemda dan masyarakat. Musyawarah merupakan sarana untuk dapat meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki dalam program community development . inti dari community development harus mengandung unsur pemberdayaan dan tidak mendidik masyarakat menjadi ‘pengemis’ atau pemalak.

Kegiatan pelaksanaan community development dimulai dengan development, yaitu pengembangan konsep sesuai dengan tujuan dan sasaran program berdasarkan hasil community needs analysis. Dalam tahap ini juga harus disertakan komunitas yang menjadai sasaran pengembangan (involve). Tahap selanjutnya adalah mensosialisasikan (sozialize) program ini kepada seluruh komunitas, sehingga mereka merasa memiliki program ini dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan dan keberhasilannya. Dalam tahap-tahap ini, musyawarah memegang peranan yang sangat penting sebagai sarana komunikasi.


(34)

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program, yaitu cater, yang berarti program-program yang disajikan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah utilize, yang berarti sedapat mungkin melibatkan tenaga kerja setempat untuk melaksanakan proyek. Misalnya, dalam pembangunan gedung sekolah, sedapat mungkin menyerap tenaga kerja setempat. Berikutnya harus ada kepekaan (sensitivity) dalam memahami situasi psikologis, sosial dan budaya yang tengah berkembang dalm komunitas. Dan yang terkahir adalah socialize, yang berarti sosialisasi program community development kepada pihak luar melalui aktivitas public relation.

Beroperasinya sebuah perusahaan haruslah mengingat dan memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya, sehingga dengan adanya pergerakan sosial budaya komunitas sekitar yang nyata-nyata bervariasi, akan dapat menghambat berjalannya perusahaan itu sendiri, seperti munculnya kecemburuan sosial akibat dari pola hidup dan pendapatan yang sangat jauh berbeda atara perusahaan (pegawai perusahaan) dengan komunitas sekitar. Begitu juga dengan kondisi di dalam perusahaan itu sendiri, yaitu antara pegawai atau karyawan yang berasal dari komunitas lokal biasanya akan mempunyai perbedaan pendapatan dan bahkan juga perlakuan dibandingkan dengan pegawai atau karyawan yang berasal dari pendatang ( bisa juga dari komunitas bangsa asing sebagai tenaga ahli). Kenyataan-kenyataan ini pada dasarnya dapat menjadi penghambat bagi berjalannya sebuah korporasi dan juga sebagai hambatan dalam pembentukan kebudayaan perusahaan.

Dengan keberadaan suatu perusahaan di suatu daerah akan dapat mendorong munculnya kegiatan-kegiatan sosial ekonomi komunitas, sekitarnya, seperti adanya perusahaan-perusahaan jasa penunjang kehidupan perusahaan yang besar. Akan tetapi kemunculan perusahaan jasa ini berasal dari luar komunitas lokal dengan model usaha yang berbeda dengan komuniatas lokal.


(35)

Untuk meningkatkan peran serta komunitas dalam kegiatan perusahaan atau paling tidak untuk menjaga kemunculan ketidaksetaraan sosial ekonomi komunitas dengan perusahaan atau dengan pendatang lainnya diperlukan suatu cara utuk meningkatkan daya saing dan mandirinya komunitas lokal.

Secara umum ruang lingkup program-program community development dapat dibagi berdasarkan tiga kategori yang secar keseluruhan akan bergerak secara bersama-sama, ketiga kategori dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Community relation

Kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. Seperti seringnya pihak perusahaan dan anggota komunitas lokal bertukar pikiran dalam suatu hal, atau membangun pertemuan-pertemuan yang kerap dilakukan. Dalam kategori ini, program lebih cenderung mengarah pada bentuk-bentuk kedermawanan (charity) perusahaan. Kegiatan-kegiatan yang menyangkut hubungan sosial antara perusahaan dan komunitas lokal pada dasarnya merupakan kegiatan yang harus dilakukan pertama kali dalam kaitannya dengan hubungan antara perusahaan dan komunitas lokal. Dari hubungan ini maka dapat dirancang pengembangan hubungan yang lebih mendalam yang lebih terkait dengan bagaimana mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah yang ada di komunitas lokal sehingga perusahaan dapat menerapkan program selnajutnya.

b. Community services

Merupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan komunitas ataupun kepentingan umum. Ini dapat ditunjukkan dengan adanya pembangunan secara fisik sektor-sektor kesehatan keagamaan, pendidikan, transportasi dan sebagainya yang berupa


(36)

puskesmas, sekolah, rumah ibadah, jalan raya, sumber air minum dan sebagainya. Inti dari kategori ini adalah memberikan kebutuhan yang ada di komunitas dilakukan oleh komunitas sendiri sedangkan perusahaan hanyalah sebagai fasilitator dari pemecahan masalah yang ada di komunitas dilakukan oleh komunitas sendiri sedangkan perusahaan hanyalah sebagai fasilitator dari pemecahan masalah yang ada di komunitas.

c. Community Empowering

Adalah program-program yang berkaitan dengan memberikan akses yang lebih luas kepada komunitas untuk menunjang kemandiriannya, seperti pembentukan koperasi, usaha industri kecil lainnya yang secara natural anggota komunitas sudah mempunyai pranata pendukungnya dan perusahaan memberikan akses kepada pranata sosial yang ada tersebut agar dapat berlanjut. Kategori ini pada dasarnya lebih mendalam dari pada community services, hal ini menyangkut keberlanjutan dari kegiatan yang ditanamakan pada pranata-pranata sosial yang ada di komunitas. Sehingga dalam kategori ini, kemandirian komunitas adalah sasaran utama dari program pembangunan komunitas. Selain komunitas dapat menjaring permasalahannya serta pemecahan masalahnya sendiri, komunitas dapat melaksanakan program secara mandiri dengan ‘pancingan’ akses yang diberikan oleh perusahaan dalam program pembangunan komunitas. Kategori ini pada dasarnya melalui tahapan-tahapan kategori lain seperti melakukan community relation pada awalnya, yang kemudian berkembang pada community services dengan segala metodologi penggalian data dan kemudian diperdalam melalui ketersediaan prnata sosial yang sudah lahir dan mencul di komunitas melaui program kategori ini.


(37)

Dalam kaitannya dengan tanggung jawab sosial perusahaan dan yang diwujudkan dalam bentuk pembangunan komunitas (community development) maka perlunya suatu rancangan serta pemantauan yang pada dasarnya tercakup dalam program pembangunan komunitas itu sendiri yang berupa audit sosial. Berjalannya program pembangunan komunitas akan dapat sesuai dengan rencana yang telah dijalankan dan sesuai dengan kondisi komunitas ayang merupakan sasaran program asalakan adanya suatu pemerikasaan yang bersifat sosial dan juga audit sosial. Hal ini berkaitan dengan tujuan dari pembangunan komunitas yang mengarah pada partisipasi antara berbagai komunitas sebagai anggota komunitas yang lebih luas. Partisipasi yang dimaksud bukanlah hanya partisipasi satu pihak yang sering kita dengar sebagai partisipasi komunitas terhadap sesuatu, akan tetapi partisipasi dari semua komunitas, khususnya komunitas korporasi terhadap komunitas lokal dan juga terhadap komunitas lainnya sebagai stakeholder. Sistem yang terbangun dalam sebuah komunitas mengisyaratkan adanya hubungan yang fungsional antara berbagai segmen yang hidup di dalamnya.

Indikator keberhasilan suatu program pembangunan komunitas dapat dilihat dari bentuk-bentuk kebersamaan yang dijalin antara pihak-pihak pemerintah, perusahaan dan komunitas lokal yang tergambar dalam partisipasi dan keberlanjutan (sustainability). Partisipasi dapat dilihat sebagi keterlibatan para pihak di dalam mengelola program-program community development. Secara mendasar, partisipasi bukanlah milik dari komunitas lokal, dalam arti yang diminta untuk berpartisipasi bukan hanya komunitas lokal atau rakyat atau komunitas, akan tetapi semua pihak harus berpartisipasi.


(38)

Jauh-jauh hari sebelum pemerintah indonesia meregulasikan CSR, para pakar CSR telah memberi saran bahwa inisiatif perusahaan untuk bekerja dengan keseimbangan kinerja triple bottom line (TBL) ekonomi, sosial, lingkungan, hendaknya diikuti oleh upaya memadai dari berbagai pihak dalam menjaga koridor inisiatif tersebut, termasuk oleh intensitas negara.

Upaya perusahaan dalam meningkatkan peran untuk peningkatan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi multipihak yang solid, baik dari pemerintah maupun komunitas atau masyarakat.

Menurut Tennyson (1998) kemitraan adalah kesepakatan antar sektor dimana individu, kelompok atau organisasi sepakat bekerjasama untuk memenuhi sebuah kewajiban atau melaksanakan kegiatan tertentu, bersama-sama menanggung resiko maupun keuntungan dan secara berkala meninjau kembali hubungan kerjasama.

Terkait pelaksanaan CSR, setidaknya terdapat tiga arah skenario kemitraan antara perusahaan dengan pemerintah maupun komunitas/masyarakat sebagai berikut:

1. Pola kemitraan kontra produktif

Pola ini akan terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola konvensional yang hanya mengutamakan kepentingan shareholders yang mengejar profit sebesar-besarnya. Fokus perhatian perusahaan memang lebih tertumpu pada bagaimana perusahaan bisa meraup keuntungan secara maksimal, sementara hubungan dengan pemerintah dan komunitas atau masyarakat hanya sekedar pemanis belaka. Perusahaan berjalan dengan targetnya sendiri, pemerintah juga tidak ambil peduli, sedangkan masyarakat tidak mempunyai akses apapun kepada perusahaan.


(39)

Dalam skenario ini pemerintah dan komunitas atau masyarakat dianggap sebagai obyek dan masalah di luar perusahaan. Perusahaan tidak tahu program-program pemerintah, pemerintah juga tidak memberikan iklim yang kondusif kepada dunia usaha dan masyarakat bersifat pasif. Pola kemitraan ini masih mengacu pada kepentingan jangka pendek dan belum atau tidak menimbulakan sense of belonging atau public relation dimana pemerintah dan komunitas atau masyarakat masih lebih dianggap sebagai obyek. Dengan kata lain kemitraan masih belum strategis dan masih belum mengedepankan kepentingan diri. (self interest) perusahaan, bukan kepentingan bersama (common interest) antara perusahaan dengan mitranya.

3. Pola kemitraan produktif

Pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subyek dan dalam paradigma common interest. Prinsip simbiosis mutualisme sangat kental pada pola ini. Perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkuangan yang tinggi, pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dan masyarakat memberikan support positif kepada perusahaan.bahkan bisa jadi mitra dilibatkan pada pola hubungan resourched-based partnership dimana mitra diberi kesempatan menjadi bagian dari shareholders.

3.1 Kemitraan Pemerintah-Dunia Usaha

Selama ini dunia usaha telah menjadi mitra strategis bagi pemerintah. Terdapat sejumlah fakta yang dapat dikemukakan, antara lain : yang pertama, dunia usaha merupakan mitra pemerintah untuk mengelola sumber daya daerah yang mustahil rasanya bila seluruhnya bisa dikelola oleh pemerintah. Kedua, dunia usaha membantu pemerintah dalam memutar roda perekonomian dan menggerakkan pembangunan. Dengan adanya aktivitas ini maka terciptalah lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran. Ketiga, dunia usaha memberikan


(40)

penghasilan kepada pemerintah antara lain dalam bentuk pajak dan retribusi. Semakin besar usahanya semakin besar pula pajak yang dapat disetor kepada pemerintah.

Saat ini konstribusi dunia usaha semakin dipertajam dengan berkembangnya praktik CSR. Berbagai kegiatan sosial di gelar oleh perusahaan mulai dari pendidikan, kesehatan sampai pengentasan masyarakat miskin dan pembangunan infrastruktur.

Agar terjalin suatu kemitraan yang saling menguntungkan, pemerintah seyogyanya memikirkan optimalisasi perannya dalam mendukung program tersebut. Pemerintah sebaiknya sering duduk bersama dengan pelaku usaha, tanpa diliputi prasangka menganggap diri lebih baik, memperbincangkan apa yang dibutuhkan masyarakat secara bersama. Dengan demikian ada komunikasi dua arah, sehingga adanya kemungkinan adanya kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha menjadi terbuka semakin lebar.

Pemerintah diharapkan bisa mengambil insiatif mensuport dan membantu pengembangan program CSR perusahaan misalnya dalam bentuk fasilitas terhadap pertemuan-pertemuan antar pelaku CSR (multy stakeholders forum) sebagai wadah kemitraan yang disertai kegiatan dan indikator kinerja yang nyata, bekerjasama dengan organisasi terkait, melakukan diseminasi best practises dan sebgaianya.

Pemerintah juga perlu mendorong agar perusahaan juga memikirkan program CSR yang dapat memberikan konstribusi kepada masalah nasional. Misalanya, program CSR perusahaan sudah saatnya dikaitkan dengan MDGs ( Milenium Development Goals). Selain itu perlunya kesadaran dan pemahaman para pembuat keputusan, mengurangi ketidakpastian , mempermudah perjanjian perijinan dan produk lainnya, memberikan perlindungan dan pembelaan paling tidak sebagai penengah pada saat perusahaan menghadapi krisis.


(41)

Atas dukungan World Bank, Tom Fox, Halina Ward, dan Bruce Howard tahun 2002 menurunkan laporan studi mengenai implementasi tanggung jawab sosial di negara-negara berkembang yang memfokuskan pada peran yang diaminkan oleh pemerintah. Mereka mengidentifikasi adanya dua poros yang bisa diterapkan pemerintah. Poros pertama berkaitan dengan peran dan poros kedua berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Ada empat peran dan poros pertama, yang bisa diterapkan sektor pemerintah, yaitu:

1. Pemberian mandat ( Mandating)

Peran pemerintah dalam hal ini dapat berupa penyusunan standar minimum kinerja bisnis yang masuk ke dalam kerangka peraturan perundang-undangan, seperti standar emisi gas buangan.

2. Memfasilitasi (Fasilitating)

Peran pemerintah dalam hal ini dapat berupa suasana yang kondusif bahakan insentif bagi perusahaan yang terlibat dalam agenda-agenda CSR sehinnga mendorong perbaikan sosial dan lingkungan.

3. Kemitraan ( Partnering)

Kemitraan strategis antara pemrintah, perusahaan dan masyarakat madani untuk menangani permasalahan-permasalahan sosial dan

lingkungan yang kompleks. Dalam hal ini pemerintah dapat mengambil peran sebagai partisipan, convenor atau fasilitator.

4. Dukungan (Endorsing)

Peran pemerintah dalam hal ini dapat berupa dukungan politik, dukungan melalui kebijakan atau dukungan lainnya.


(42)

Sedangkan untuk poros kedua, kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai berikut:

- Menetapkan dan menjamin pencapaian standar minimal - Kebijakan publik tentang peran bisnis

- Tata-pamong korporat

- Investasi yang mendukung dan bertanggung jawab - Filantropi dan community development

- Keterlibatan dan representasi stakeholder - Produksi dan konsumsi yang mendukung CSR

- Sertifikasi yang mendukung CSR, standar beyond compliance, sistem manajeman - Transparansi dan pelaporan yang mendukung CSR

- Proses multipihak pedoman dan konvensi

3.2 Kemitraan Masyarakat-Dunia usaha

Peran masyarakat terutama komunitas lokal sangat menentukan dalam upaya perusahaan memperoleh rasa aman dan kelancaran dalam berusaha. Peran serta mereka merupakan salah satu kunci sukses dalam penerapan program CSR. Bentuk peran serta masayarakat yang diharapkan dalam pelaksanaan program CSR antara lain adalah memberikan informasi, saran dan masukan atau pendapat utnuk menentukan program CSR yang akan dilakukan. Disamping itu perlu adanya partisipasi aktif dari komunitas dalam setiap pelaksanaan program CSR juga sangat diperlukan. Komunitas lokal adalah warga yang bermukim di sekitar aset perusahaan. Mereka harus dipandang sebagai satu kesatuan dengan perusahaan yang dapat memberikan manfaat timbal balik.


(43)

Kenyataan membuktikan bahwa masih banyak perusahaan yang belum cukup menyadari pentingnya membangun kemitraan dengan komunitas yang ada disekitarnya. Akibatnya, program CSR yang digelar hanya berlangsung dalam jangka waktu yang sangat pendek.

2.4 Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan bermula dari kata “sejahtera” yang berarti aman sentosa, makmur, terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran ( nurdin, fadhil.1990.. Hlmn 27). Istilah kesejahteraan ini bukan hal yang baru lagi baik dalam wacana global maupun nasional. Perserikatan bangsa-bangsa misalnya, telah lama mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat internasional. PBB memberikan batasan kesejahteraan sebagai berikut:

“Kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Defenisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan mencegah, mengatasi atau emmberikan konstribusi terhadap pemecahan masalah sosial dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.”

Di indonesia, konsep kesejahteraan sosial juga telah lama dikenal. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, misalnya merumuskan kesejahteraan sosial yaitu:

“ Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara utnuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan


(44)

menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila” ( suharto, edi, 2005. Hlm 1-2)

Selain itu Walter A. Friedlander mengemukakan kesejahteraan sosial adalh sistem yang teroeganisasi dari pelayana-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujun untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai satandar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa kesejagteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial.

2. Institusi, arema atau idang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera.

Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian,perumahan,pendidkan dan perawatan kesehatan. Pengertian kesejahteraan sosial juga diunjuk pada segenap aktiviatas pengorganisasian dan pendistribusan


(45)

pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung. Pengertian ini juga menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan dari kegiatan pembangunan.

Pembangunan kesejahteraan sosial dalam konteks pembangunan nasional

Fungsi kesejahteraan sosial sebagai berikut:

1. Fungsi penyembuhan, memberikan bantuan kepada orang yang mengalami masalah. Misalnya kepada orang yang mengalami bencana alam ( gunung meletus, banjir, gempa bumi, kebakaran)

2. Fungsi pemcegahan. Memberikan bantuan terhadap kemungkinan munculnya masalah-masalah sosial dengan melihat gejala-gejala sosial yang terjadi serta pengambilan tindakan untuk menghindarkan manusia tersebut.

3. Fungsi pengembangan, yaitu pemberian bantuan utnuk menciptakan kondisi-kondisi yang lebih baik daripada sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi (keuangan, industri)

Pengembangan manusia (pendidikan)

Perawatan masyarakat (kesehatan)


(46)

4. Fungsi penunjang, bantuan ini diberikan guna mencapai tujuan-tujuan pelayanan dalam sektor lain.

Salah satu pengertian yang dikembangkan dari pre-conference working committee for the15th international cinference of social welfare mungkin dapat digunakan sebagai landasan untuk memandang kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan global. Perngertian itu seperti di bawah ini:

Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dalam mempunyai tujuan utama untuk mengikat taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi budaya dan lain sebagainya.


(47)

2.5. Kerangka Pemikiran

Berkenaan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka digambarkan kerangka pemikiran yang menjelaskan Peranan Corporate Social Responbility PT. Toba Pulp Lestari Tbk. terhadap kesejahteraan masyarakat Kecamatan Parmaksian.

- - - - - - PT. TOBA PULP LESTARI Tbk.

PERANAN CSR PT TPL • Bidang

pendidikan • Bidang

kesehatan • Bidang sosial

ekonomi

Fasilitas

• Dukungan Pemerintah • Pengobatan

Gratis • Perbaikan

sekolah • Mitra bisnis

Kesejahteraan Masyarakat

• Pendidikan • Kesehatan • Pendapatan


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpreasi rasional yang akurat.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah PT.Toba Pulp Lestari di Desa Sosor Ladang Kecamatan Parmaksian.

3.3 Populasi dan sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 1997:57). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anggota masyarakat yang mendapat bantuan dari progrm Corporate Social Responbility PT. TPL sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi. Menurut Arikunto (1993:104) apabila subjek penelitian kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Apabila populasi lebih dari 100 orang, maka diambil 10%


(49)

sampai 15% atau 20% sampai 25% sampel atau lebih. Oleh karena itu, merujuk pada pernyataan diatas maka sampel yanga akan diambil penulis yaitu 10 % dari jumlah penduduk.

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 3 dea yaitu desa siantar utara, desa Pangombusan dan desa Tangga Batu I dimana jumlah Rumah tangga di ketiga desa ini adalah 635. Sehingga yang menjadi sampel adalh 15% dari 635 rumah tangga yaitu 95 orang dan dibulatkan menjadi 100 orang,

Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas maka peneliti melakukan penelitian juga terhadap informan kunci. Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang akan diteliti. Yang menjadi informan kunci adalah Kepala humas, Kepala bidang CSR, Kepala Desa Pangombusan, Mitra Bisnis PT Toba Pulp Lestari.

3.4. Konsep Penelitian

1. Community Development ( Pengembangan Masyarakat) adalah kegiatan pengembanagan masyarakat yang diselenggarakan secara sistematis, terencana dan diarahakan untuk dapat memperbesar akses terhadap masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik dengancara melakukan analisis kebutuhan dan melakukan musyawarah dengan masyarakat dan pemerintah setempat. Secara umum ruang lingkup program community development dapat dibagi berdasarkan tiga kategori yang secara keseluruhan akan bergerak secara bersama-sama yaitu:

a. Community relation yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui musyawarah dengan masyarakat dan pemerintah untuk mengetahui kebutuhan masyarakat.


(50)

b. Community service pelayanan perusahaan untuk memnuhi kepentingan masyarakat. Ditunjukkan dengan adanya pembangunan secara fisik sektor-sektor kesehatan, keagamaan, pendidikan, yang berupa puskesamas, sekolah, rumah ibadah, jalan raya, sumber air minum.

c. Community empowering yaitu program yang memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk dapat lebih mandiri seperti mendirikan koperasi dan membantu melalui modal untuk membangun usaha kecil kepada masayarakat.

2. Kemitraan yaitu kesepakatan antara sektor dimana individu, klompok atau organisasi sepakat bekerjasama untuk memnuhi sebuah kewajiban atau melaksanakan kegiatan tertentu, bersama-sama menanggung resiko maupun keuntungan dan secara berkala meninjau kembali hubungan kerjasama.

3. Kesejahteraan Masyarakat yaitu keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dalam mempunyai tujuan utama untuk mengikat taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengunpulan data dalam penelitian ini adalah :


(51)

Data primer adalah data yang diperoleh dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

b. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau.

c. Angket,suatu daftar yang berisi rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti, yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan.

3.5.2.Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari objek penelitian. Pengunpulan data yang dilakukan adalah :

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau foto-foto yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta mengintepretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.


(52)

Jadi, teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dengan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan dilapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tetang objek yang diteliti dan kemudian ditarik kesimpulan.


(53)

BAB 1V

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Kecamatan Parmaksian

4.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Parmaksian

Kecamatan Parmaksian merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan Porsea. Pembentukan Kecamatan Parmaksian didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir No. 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Parmaksian dan Kecamatan Bonatua Lunasi. Kecamatan Parmaaksian berada pada 20 24’ - 20 37’ Lintang Utara dan 990 03’ - 990 16’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 45,98 km2 dan diapit oleh 4 kecamatan lainnya dalam wilayah Kabupaten Toba Samosir. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bonatua Lunasi, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Siantar Narumonda, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pintu Pohan Meranti, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Porsea. Kecamatan Parmaksian terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 905 - 1.500 meter di atas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Sesuai dengan letaknya yang berada di garis khatulistiwa, Kecamatan Parmaksian tergolong ke dalam daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 170 C-290 C dan rata-rata kelembaban udara 85,04 persen.

Desa Lumban Huala merupakan desa dengan wilayah terluas yaitu 7,83 km2 atau sekitar 16,86 persen dari luas total kecamatan dan Desa Lumban Sitorus desa dengan wilayah terkecil yaitu 2,08 km2 atau sekitar 4,47 persen dari luas total kecamatan. Dari luasKecamatan Parmaksian yaitu 46,43 km2 (4.643 ha), 1.234 ha merupakan areal persawahan dan sisanya 3.409 ha merupakan tanah kering termasuk areal perumahan.


(54)

LETAK GEOGRAFIS

1. Terletak antara :

Lintang Utara : 20 24’ - 20 37’

Bujur Timur : 990 03’- 99016’

2. Letak di atas Permukaan Laut : 905 - 1.500 Meter

3. Luas Wilayah Kecamatan Parmaksian : 46,43 Km

4. Berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Bonatua Lunasi

Sebelah Selatan : Kecamatan Siantar Narumonda

Sebelah Barat : Kecamatan Porsea

Sebelah Timur : Kecamatan Pintu Pohan Meranti

5. Jarak Kantor Camat ke Kantor Bupati Toba Samosir : 23 Km

4.1.2 PEMERINTAHAN

Wilayah Administrasi Pemerintahan Kecamatan Parmaksian Tahun 2009 terdiri dari 10 desa dan terbagi habis dalam 24 dusun. Dari 10 desa yang ada di Kecamatan Parmaksian, 9 (sembilan) desa merupakan desa dengan klasifikasi desa/kelurahan Swasembada dan sisanya sebanyak 1 desa merupakan desa/kelurahan Swakarya. Secara umum, jarak dari kantor kepala desa/lurah ke ibukota kecamatan relatif dekat sehingga akses masyarakat ke Kantor Camat Parmaksian relatif dekat dan mudah dijangkau. Desa Lumban Huala merupakan desa yang paling jauh jaraknya dari


(1)

Dukungan pemerintah dalam pelaksanaan Corporate Social Respobilty PT Toba Pulp Lestari telah sangat baik. Pemerintah membantu perushaan untuk mensosialisasikan program-program bantuan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, hal ini dapat dilihat pada tabel 5.7 bahwa 60% responden mengetahui program bantuan PT Toba Pulp Lestari dari kecamatan.

Peran pemerintah sebagai fasilitator yang mempertemukan antara pihak pelaku Corporate Social Respobnility dengan masyarakat, hal ini berguna agar program-program yang akan dilaksanakan oleh PT Toba Pulp Lestari dapat menjawab permasalahan yang ada pada masyarakat. Dukungan lainnya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah mencipatakan situasi iklim yang kondusif sehingga perusahaan dapat lebih berkembang dengan baiak, selain itu pemerintah juga memberikan penghargaan kepada perusahaan-perusahaan yang telah melaksanakan CSR Dengan mendaptkan rapor hijau,

Berdasarkan wawancara dengan bapak Juanda Panjaitan Selaku Direktur Utama PT Toba Pulp Lestari ia mengatakan bahwa PT Toba Pulp Lestari pernah memenangkan penghargaan CSR di bidang lingkungan hidup, dan pemerintah memberikan hadiah berupa sejumlah dana, walaupun sedikit akan tetapi hal ini sangat membantu perusahan untuk dapat lebih lagi meningkatkan program Corporate Social Respobility.

Kesejahteraan masyarakat bukan hanya tugas Pemerintah saja akan tetapi tugas dari perusahaan-perusahaan baik swasta maupun BUMN. Selain itu partisipasi masyarakat juga sangat diharapkan dalam pelaksnaan-pelaksanaan program yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.


(2)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Peran Corporate Social Responbility PT Toba Pulp Lestari Tbk terhadap kesejahteraan masyarakat Kecamatan Parmaksian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsep Corporate Social Responbility PT Toba Pulp Lestari yang telah diimplementasikan adalah sebagai berikut:

a. PT Toba Pulp Lestari masih menganngap dana CSR sebagai biaya (cost) sehingga pelaksanaanya belum dapat maksimal dalam memberdayakan masyarakat.

b. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam program CSR PT Toba Pulp Lestari masih rendah ini menandakan bahwa PT TPL belum melaksanakan pendekatan dalm proses pembentukan tanggung jawab social perusahaan melalui etika moral, keputusan bersama dan etika manfaat.

2. CSR PT Toba Pulp Lestari telah memiliki peran terhadap kesejahteraan masyarakat diantaranya:

a. Melalui Community Relation, PT TPL telah berhasil dalam mensosialisasikan program yang dilaksanakan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program.

b. Melalui Community service, PT TPL telah beperan dalam meningkatkan pendidikan melalui pemabangunan sekolah dan pemberian beasiswa, dalam bidang kesehatan dengan melaksanakan pengobatan gratis. Dan untuk dapat lebih mensejahterhakan


(3)

masyarakat, PT TPL melakukan pemabangunan infrastruktur, antara lain: perbaikan jalan, jembatan, penerangan jalan dan pengadaan air bersih.

c. Melalui Community Empowering, PT TPL telah beperan untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pemberian sapi bali dan program pondok bina tani. Masyarakat dibekali dengan tanggung jawab dan pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan dan Departemen Pertanian.

6.2 Saran

1. PT Toba Pulp Lestari seharusnya lebih meningkatkan keterlibatan masyarakat dalm pembuatan program-program bantuan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga bantuan yang diberikan dapat menjawab permasalahan yang terjadi pada masyarakat. 2. Sebaiknya PT Toba Pulp Lestari membentuk satu Bagian yang melaksanakan CSR, agar

pelaksanaan CSR dapat terlaksana dengan optimal.

3. Untuk dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebaiknya PT Toba Pulp Lestari memberikan program bantuan modal kepada masyarakat dengan pemberian kredit. Sehingga masyarakat dapat memiliki modal untuk membuka usaha mereka.

4. Pemerintah harus lebih meningkatkan perhatiaanya kepada pelaksanaan CSR, sehingga perusahaan dan pemerintah memiliki komunikasi dua arah untuk dpat lebih mensejahterahkan masyarakat.

5. Masyarakat seharusnya lebih meningkatkan partisipasinya dalam pelaksanaan program CSR yang dilaksanakan oleh PT Toba Pulp Lestari.


(4)

6. Kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat dalam pembentukan program CSR sehinnga Program berasal dari bawah ke atas, atau berasal dari masyarakat menuju pemerintah dan perushaan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anggusti, Martono, 2010. Tanggung jawab Sosial Perusahaan, Bandung: Books Terrace &Library.

BPS Kecamatan Parmaksian,2010.

nurdin, fadhil.1990. pengantar studi kesejahteraan sosial. Bandung: angkasa.

Rahman, Reza,2009. Corporate Social Responbility Antara Teori dan Kenyataan. Jakarta: Media Presindo

Rudito, Bambang dan Melia Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung: Rekayasa sains.

suharto, edi, 2005. Membangun masyarakat memberdayakan rakyat, bandung: refika aditama Siagian, Matias, 2010.Tanggung Jawab Sosial Perusahaan CSR Perspektif Pekerjaan Sosial.

Medan: Fisip USU Pers

Solihin, Ismail, 2008. Corporate Social Responbility. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Administrasi,Bandung: PT Alphabet

Susanto, A.B, 2007. Reputation-Driven Corporate Social Responbility Pendekatan strategic Management dalm CSR, jakarta: Erlangga

Wibisono, Yusuf , 2005. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publising Zuriah,Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori Aplikasi. Jakarta:Bumi

Aksara

Sumber internet

diakses pada hari jumat 17

desember 2010

diakses pada hari sabtu 15 januari 2011


(6)

diakses pada hari selasa 25 januari 2011

diakses pada hari rabu 26 januari

2011

Perundang-undangan

Undang- Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanman Modal Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang perseroan terbatas


Dokumen yang terkait

Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat Kabupaten Samosir

6 90 113

Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan PT. Toba Pulp Lestari,Tbk pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Toba Samosir)

2 65 145

Program Corporate Social Responsibility dan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Korelasional Peranan Program Corporate Social Responsibility Bidang Pemberdayaan Masyarakat PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat De

1 27 152

Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea)

17 118 108

Implementasi Corporate Social Responbility (CSR) Terhadap Masyarakat Lingkungan PTPN IV (Studi Pada Unit Kebon Dolok Ilir Kabupaten Simalungun)

5 39 118

Mencetak Konsep Corporate Social Responbility Menjadi Individual dan Organizational Responbility Prospek dan Tantangan

0 3 7

PENGARUH LABA TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN DAMPAK CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT STUDI PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK YOGYAKARTA.

0 4 24

Peranan Internal Auditor terhadap Penerapan Corporate Social Responbility (CSR) pada Perusahaan Telkom.

0 2 31

EVALUASI KEBIJAKAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY

0 0 14

PENGARUH LABA TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN DAMPAK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KESEJAHTERAAN

0 0 110